46 BAB III
FAKTOR YANG MENYEBABKAN SENGKETA PERTANAHAN ANTARA COSMAS USMAN DENGAN OTORITA BATAM
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Kibing Kecamatan Batu Aji merupakan salah satu
Kelurahan dari 64 kelurahan yang ada di wilayah Kota Batam,
berdasarkan Perda No. 2 Tahun 2006 tentang perubahan dan
pembentukan Kecamatan dan Kelurahan dalam Daerah Kota Batam,
merupakan pemekaran dari Kelurahan Tiban Asri Kecamatan Sekupang.
Pesatnya kemajuan pembangunan yang dilaksanakan selama ini
oleh Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam/BP Batam telah
memberikan dampak yang positif dan negatif terhadap berbagai aspek
kehidupan masyarakat, terutama di bidang ekonomi. Pesatnya
kemajuan Kota Batam berimbas pula pada tingginya jumlah penduduk
pendatang yang ikut mengadu nasib untuk mendapatkan kehidupan
pribadi yang lebih layak dibanding dengan daerah asalnya.
Jumlah penduduk Kelurahan Kibing sampai dengan Desember
2011 adalah : 28.304 jiwa terdiri dari Laki-laki : 13.200, Perempuan :
15.104 dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak : 8.301 KK, yang
tersebar di beberapa perumahan dan rumah-rumah liar. Permasalahan
utama yang di hadapi Kelurahan Kibing adalah dampak dari tingginya
arus migrasi yang masuk ke wilayah Kelurahan Kibing yang berakibat
47
ekonomi dan fasilitas lainnya yang belum memadai. Permasalahan lain
adalah terus tumbuh dan berkembangnya rumah-rumah bermasalah
(Ruli), Kios liar (kili), banjir, tingginya angka kriminalitas,
bertambahnya pengangguran, dan lain sebagainya.
1. Letak
Kelurahan Kibing terletak diantara 0102’-26” Lintang Utara dan 10359’- 52" Bujur Timur.
2. Luas
Luas wilayah Kelurahan Kibing adalah 14.530 Ha. 3. Batas
Kelurahan Kibing berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kelurahan Tiban Baru Kecamatan Sekupang
Sebelah Selatan : Kelurahan Tembesi Kecamatan Sagulung
Sebelah Timur : Kelurahan Muka Kuning Kecamatan Sagulung
Sebelah Barat : Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji dan Kelurahan Tanjung Riau Kecamatan Sekupang
4. Geologi
Permukaan tanah di Kelurahan Kibing pada umumnya dataran dengan
persentase:
Dataran : 65%
Berbukit : 35%
48 5. Iklim
Sama halnya dengan Kelurahan lain di Kecamatan Batu Aji Kota
Batam, Kelurahan Kibing beriklim tropis dengan suhu minimum
berkisar 18,2C-23,0C dan suhu maksimum berkisar 31,0
C-343,2C.
B. Riwayat Tanah Cosmas Usman
Pembukaan tanah di suatu tempat merupakan awal dari lahirnya
kepemilikan tanah bagi individu. Penguasaan tanah merupakan unsur
utama lahirnya hak atas tanah. Bukti pemilikan dan penguasaan atas
tanah secara tertulis disebut sebagai alas hak yang menjadi dasar
pendaftaran tanah.
Penguasaan fisik bidang tanah selama 20 (dua puluh) tahun atau
lebih secara berturut-turut dapat didaftarkan haknya oleh pemohon
pendaftaran dan pendahulupendahulunya sebagaimana bunyi pasal 24
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah.1
“Pembuktian Hak Lama” Pasal 24
(1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya;
49
(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahuluanpendahulunya,dengan syarat:
a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya;
b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.”
Cosmas Usman dilahirkan di Flores Timur pada tanggal 10 Februari
1940, riwayat kepemilikan tanah Cosmas Usman adalah pembukaan
tanah untuk berkebun pada tahun 1968 yang pada waktu itu ia tanami
dengan tanaman merica, padi, cengkeh, jengkol, nangka dan kelapa.2
Pembuktian bahwa Cosmas Usman telah lama bertempat tinggal
dan berkebun di Tembesi dapat ditelusuri dengan bukti-bukti dokumen
kependudukan, saksi-saksi hidup dan bukti fisik berupa tanaman tua.
Gambar 1
Kartu Tanda Penduduk (KTP) Diterbitkan Tanggal 21 April 1974
Sumber Data : Dokumentasi Cosmas Usman
50 Gambar 2
Kartu Keluarga (KK) Diterbitkan Pada Tanggal 23 Oktober 1975
51 Gambar 3
Surat Nikah Diterbitkan Pada Tanggal 2 Oktober 1972
Sumber Data : Dokumentasi Cosmas Usman
Gambar 4
Rumah Bangunan Tempat Tinggal Cosmas Usman
52
Bukti fisik tanaman tua di lokasi tanah Cosmas Usman masih
terdapat puluhan pohon kelapa yang ia rawat dan menjadi sumber
penghasilan bagi kehidupan keluarganya.
Gambar 5
Bukti Fisik Tanaman Kelapa
53
Sebagai warga Negara yang baik Cosmas Usman taat membayar
pajak, pada waktu itu pajak yang dikenakan disebut IPEDA (Iuran
Pembangunan Daerah) saat ini kita kenal dengan nama Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
Gambar 6
Bukti Pembayaran IPEDA Tahun 1984
Sumber Data : Dokumentasi Cosmas Usman
Selain menguasai secara fisik tanah, Cosmas Usman juga memiliki
alas hak berupa Surat Pernyataan Penguasaan Tanah yang dibuat pada
tanggal 15 Maret 1997 disaksikan oleh Sutrimo Ketua RT. 02 RW. VIII
Tembesi Dusun II, Ali Siregar Ketua RW. VIII Tembesi Dusun II Desa
Pulau Buluh dan diketahui oleh Muchsin. Z Kepala Desa Pulau Buluh
54 Gambar 7
Surat Pernyataan Penguasaan Tanah Cosmas Usman
Sumber Data : Dokumentasi Cosmas Usman
Pasal 6 Undang-Undang Pokok Agraria menyebutkan bahwa :
“Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.3 Hal tersebut
menjelaskan bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang,
55
tidaklah dapat dibenarkan bahwa tanahnya itu akan dipergunakan atau
tidak dipergunakan semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi
kalau hal itu menimbulkan rugi bagi masyarakat luas. Dalam arti bahwa
tanah tidak hanya berfungsi bagi pemegang hak atas tanahnya saja tetapi
juga bagi bangsa Indonesia seluruhnya, dengan konsekuensi bahwa
penggunaan hak atas sebidang tanah juga harus memperhatikan
kepentingan masyarakat. Tanah mempunyai fungsi sosial telah
dilaksanakan oleh Cosmas Usman dengan mewakafkan sebagian
tanahnya untuk kepentingan pembangunan rumah ibadah masyarakat di
Tembesi.
Gambar 8
Surat Wakaf Tanah Cosmas Usman
56 Gambar 9
Masjid Irsyadul Ikhlas Yang Didirikan Diatas Tanah Wakaf Cosmas Usman
Sumber Data : Dokumentasi Kelurahan Kibing, Tanggal 27 April 2008.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 76
menjelaskan bahwa :4
57
Pasal 76
(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf c harus disertai dengan dokumen asli yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu :
a. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (S.1834-27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik, atau
b. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (S.1834-27) sejak berlakunya UUPA sampai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di daerah yang bersangkutan; atau
c. surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan, atau
d. sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959, atau
e. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut di dalamnya, atau
f. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, atau
g. akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau h. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT,
yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau
i. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan, atau j. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang
berwenang, yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau
k. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, atau
58
m. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA.
(2) Apabila bukti kepemilikan sebidang tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lengkap atau tidak ada, pembuktian kepemilikan atas bidang tanah itu dapat dilakukan dengan bukti lain yang dilengkapi dengan pernyataan yang bersangkutan dan keterangan yang dapat dipercaya dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi dari lingkungan masyarakat setempat yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan yang bersangkutan sampai derajat kedua baik dalam kekerabatan vertikal maupun horizontal, yang manyatakan bahwa yang bersangkutan adalah benar pemilik bidang tanah tersebut.
(3) Dalam hal bukti-bukti mengenai kepemilikan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak ada maka permohonan tersebut harus disertai dengan:
a. surat pernyataan dari pemohon yang menyatakan hal-hal sebagai berikut:
1) bahwa pemohon telah menguasai secara nyata tanah yang bersangkutan selama 20 tahun atau lebih secara berturut-turut, atau telah memperoleh penguasaan itu dari pihak atau pihak-pihak lain yang telah menguasainya, sehingga waktu penguasaan pemohon dan pendahulunya tersebut berjumlah 20 tahun atau lebih;
2) bahwa penguasaan tanah itu telah dilakukan dengan itikad baik;
3) bahwa penguasaan itu tidak pernah diganggu gugat dan karena itu dianggap diakui dan dibenarkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan;
4) bahwa tanah tersebut sekarang tidak dalam sengketa; 5) bahwa apabila pernyataan tersebut memuat hal-hal yang
tidak sesuai dengan kenyataan, penandatangan bersedia dituntut di muka Hakim secara pidana maupun perdata karena memberikan keterangan palsu.
59
Untuk memperoleh hak milik menurut hukum Islam ada beberapa
sebab, salah satu sebab yang dikemukakan oleh Abdul Ghofur Anshori
dalam bukunya Filsafat Hukum hak milik dapat diperoleh dengan cara :5
Disebabkan Ihrazul mubahat (memiliki benda yang boleh dimiliki) Barang/benda yang dapat dijadikan sebagai objek kepemilikan adalah bukan benda yang menjadi hak orang lain dan bukan pula benda dimana ada larangan hukum agama untuk diambil sebagai hak milik. Diantaranya dengan : berburu, membuka tanah baru yang belum ada pemiliknya, air di sungai, pengusahaan barang tambang (rikaz) dan harta rampasan perang.
Menyikapi permasalahan tanah yang tidak kunjung usai,
sebenarnya telah dikeluarkan Tap MPR RI Nomor IX Tahun 2001,
Tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam,
dalam Pasal 5 ayat (1) dibunyikan :6
(1) Arah Kebijakan Pembangunan Agraria adalah :
a. Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dalam rangka sinkronisasi kebijakan antar sektor yang berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 4 ketetapan ini.
b. Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan pemilikan tanah untuk rakyat.
c. Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform.
d. Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agrarian yang timbul selama ini sekaligus dapat mengatispasi potensi konflik dimasa mendatang guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan
5 Abdul Ghofur Anshori, Filsafat Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2006 halaman 135.
60
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagaimana dimaksud Pasal 4 ketetapan ini.
e. Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban pelaksanaan pembaharuan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang terjadi.
f. Mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam melaksanakan pembaharuan agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumber daya agraria yang terjadi.
Dengan merujuk kepada aturan perundang-undangan yang berlaku
sebagai pemilik tanah Cosmas Usman seharusnya dilindungi, diberikan
kesempatan untuk mendaftarkan tanahnya dan mendapatkan tanda bukti
hak yaitu sertipikat.
C. Kronologis Sengketa Pertanahan antara Cosmas Usman dengan Otorita Batam dan Pihak Ketiga
Sebagai pemilik tanah dan pihak yang menguasai fisik tanah
selama puluhan tahun, Cosmas berkeinginan untuk memberdayakan
tanahnya dan bekerja sama dengan pengembang yang berencana
membangun di lokasi tanahnya. Kemudian pada tanggal 19 April 2005,
Cosmas mengirimkan surat kepada Ketua Otorita Batam yang isinya
mengajukan permohonan alokasi lahan dan menyatakan kesediaannya
membayar UWTO.
Surat Cosmas tersebut sampai dengan saat ini tidak pernah
dijawab oleh Otorita Batam, tetapi untuk kepentingan internal Otorita
Batam pada tanggal 13 September 2005 Asroni Harahap selaku Ketua
61
Memorandum Nomor : M/123/TPDPL/IX/2005 kepada Direktur
Pengelolaan Lahan Otorita Batam yang isinya sebagai berikut :
MEMORANDUM
Untuk : Direktur Pengelolaan Lahan Nomor : M/123/TPDPL/IX/2005 Dari : Ketua Tim PDPL Tanggal : 13 September 2005 Perihal : Konfirmasi Permohonan
Sdr. Cosmas Usman
Sehubungan dengan memo Dir. Lahan No. M/441/PL/VIII/2005 tanggal 23 Agustus 2005 perihal tersebut diatas, bersama ini disampaikan sebagai berikut :
1. Bahwa benar Saudara Cosmos Usman telah lama menggarap kebun seluas ± 7 Ha terletak di Kampung Tembesi, sesuai Surat Pernyataan Penguasaan Tanah yang diperbuatnya tanggal 15 Maret 1997 yang diketahui Kepala Desa Pulau Buluh pada waktu itu.
Pada saat ini diatas garapannya tersebut terdapat tanaman tua yang sudah besar-besar serta terpelihara (lihat foto-foto terlampir) dan yang bersangkutan masih tinggal diatas tanah garapannya tersebut.
2. Memperhatikan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa garapan yang bersangkutan memenuhi syarat untuk diberikan ganti rugi sesuai ketentuan Otorita Batam dan lokasi tersebut sampai saat ini belum pernah dibebaskan dan sesuai RTRW Kota Batam, lokasi tersebut terletak di dalam Kawasan hutan lindung/wisata
Demikian disampaikan, dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Ketua Tim PDPL
62
Didalam memorandum tersebut, Otorita Batam mengakui
kepemilikan tanah Cosmas Usman, masih terdapat tanaman tua yang
sudah besar-besar serta terpelihara, memenuhi syarat untuk diberikan
ganti rugi, belum pernah dibebaskan, dan sesuai RTRW Kota Batam
lokasi tanah Cosmas Usman terletak di dalam kawanan hutan
lindung/wisata.
Senada dengan isi memorandum Ketua Tim PDPL Otorita Batam
Nomor : M/123/TPDPL/IX/2005, melalui surat Nomor 600/197/VI/2008
tertanggal 2 Juni 2008 Kepala Kantor Pertanahan Kota Batam dan Surat
Nomor 600/332/VI/2008 tertanggal 5 Juni 2008 Kepala Kantor Wilayah
BPN Provinsi Kepulauan Riau menyatakan bahwa lokasi tanah Cosmas
Usman berada dalam Kawasan Hutan Wisata dan belum pernah
dimohonkan Hak Pengelolaan (HPL) atas nama Otorita Batam.
Namun demikian kenyataannya pada tanggal 15 Februari 2007
secara diam-diam sebagian tanah Cosmas Usman seluas 3.977,01 M²
(tiga ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh koma nol satu meter persegi)
telah dialokasikan Otorita Batam kepada PT. Sadai Putra Persada dengan
Nomor Penetapan Lokasi : 27040089.
Kemudian pada tanggal 24 Mei 2007 sebagian tanah Cosmas
Usman seluas 10.643,13 M² (sepuluh ribu enam ratus empat puluh tiga
koma tiga belas meter persegi) dialokasikan Otorita Batam kepada
PT. Guna Citra Utama dengan Nomor Penetapan Lokasi :
63
Pada tanggal 01 Nopember 2007 dengan Nomor Penetapan Lokasi
: 27.27040320.C1 Otorita Batam tanpa sepengetahuan Cosmas Usman
telah mengalokasikan sebagian tanah Cosmas seluas 11.064,32 M²
kepada Yayasan Putera Batam.
Menurut Wiwied Indartono, Staf Kelurahan Kibing Kecamatan
Batu Aji, sengketa tanah antara Cosmas Usman dengan Yayasan Putera
Batam telah dimediasi oleh Kelurahan Kibing pada tanggal 15 Nopember
2007 bertempat di Kantor Lurah dan pada tanggal 22 Nopember 2007
bertempat di Kantor Camat Batu Aji Kota Batam7.
Gambar 10
Dokumentasi Mediasi di Kantor Lurah Kibing Kecamatan Batu Aji
Sumber Data : Dokumentasi Kelurahan Kibing, Tanggal 15 Nopember 2007.
64 Gambar 11
Dokumentasi Mediasi di Kantor Camat Batu Aji Kota Batam
Menyikapi hal tersebut m
Sumber Data : Dokumentasi Kelurahan Kibing, Tanggal 22 Nopember 2007.
Pada pertemuan di Kantor Camat Batu Aji Kota Batam, Kamal
Hasmy, selaku Sekretaris Tim Penyiapan Data Pembebasan Lahan (Tim
PDPL) Otorita Batam menyatakan bahwa Otorita Batam mengakui
kepemilikan tanah Cosmas Usman dan hal tersebut sesuai dengan
Memorandum Nomor : M/123/TPDPL/IX/2005 beserta dokumentasi
sewaktu Tim PDPL meninjau lokasi Cosmas Usman. Untuk penyelesaian
pembayaran ganti rugi tanah, tanaman dan bangunan Cosmas Usman,
Kamal Hasmy meminta kepada Cosmas Usman agar mengajukan
65
Sengketa tanah dengan Yayasan Putera Batam menjadi awal
Cosmas Usman mengetahui bahwa tanahnya telah dialokasikan Otorita
Batam kepada pihak ketiga. Surat Cosmas Usman tanggal 19 April 2005
kepada Ketua Otorita Batam agar tanah yang dikuasainya puluhan tahun
dialokasikan kepadanya diabaikan oleh Otorita Batam, bahkan kewajiban
Otorita Batam untuk memberikan ganti rugi tanah, tanaman dan bangunan
serta memindahkan Cosmas Usman bersama keluarga ke tempat
pemukiman baru tidak dilaksanakan oleh Otorita Batam terlebih dahulu,
hal ini bertentangan dengan angka 3 Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 43 Tahun 1977 tentang Pengelolaan dan Penggunaan Tanah Di
Daerah Industri Pulau Batam.
Wawancara penulis dengan Indra Mahyuzi, Direktur Pusat
Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Batam selaku Kuasa
Hukum yang ditunjuk oleh Cosmas Usman, tindakan Otorita Batam yang
mengalokasikan tanah Cosmas secara sepihak kepada pihak ketiga telah
menyebabkan kerugian bagi Cosmas Usman, hal ini bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan dan melanggar Pasal 1365 KUHPerdata
yang isinya, “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian
kepada pihak lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian tersebut, mengganti kerugian tersebut”.8
66
Berdasarkan laporan hasil pengukuran kembali yang dilakukan oleh
Tim Penyiapan Data Pembebasan Lahan (PDPL) Otorita Pengembangan
Daerah Industri Pulau Batam terhadap tanah/kebun Cosmas Usman yang
terletak di Tembesi sebagaimana tertuang dalam Memorandum Nomor :
M/BP-20/TPDPL/I/2008 tanggal 16 Januari 2008 yang ditandatangani
Ir. Bambang Marjito Kabid Pengukuran Tanah Tim PDPL luas tanah yang
dikuasai Cosmas Usman adalah seluas 53.303 M² (lima puluh tiga ribu
tiga ratus tiga meter persegi).
Menurut H. Rizal, Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan
Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Batam, pengalokasian lahan di Pulau
Batam harus tunduk kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43
Tahun 1977, Kantor Pertanahan Kota Batam tidak akan memproses
pendaftaran Hak Pengelolaan Otorita Batam apabila dilokasi yang
didaftarkan masih terdapat tanah, tanaman dan bangunan masyarakat
yang belum dibebaskan dan belum dilakukan pemindahan ketempat
pemukiman baru, apalagi lokasi yang didaftarkan tersebut adalah
kawasan lindung/wisata yang belum mendapatkan pelepasan dari
Kementerian Kehutanan.9
67
Wawancara penulis dengan Eko Suratmoko, Kepala Seksi Survey,
Pengukuran dan Pemetaan Kantor Pertanahan Kota Batam, dari luas
Pulau Batam ± 41.000 Ha, luas Hak Pengelolaan Otorita Batam yang
sudah didaftarkan seluas 18.627 Ha.10
Terhadap tanah Cosmas Usman seluas 53.303 M² (lima puluh tiga
ribu tiga ratus tiga meter persegi), Otorita Batam mengakui telah
mengalokasikan seluas 31.231,53 M² (tiga puluh satu ribu dua ratus tiga
puluh satu koma lima puluh tiga meter persegi) dengan rincian sebagai
mana tabel berikut :
Tabel 1
Luas Tanah Cosmas Usman yang Telah dialokasikan Otorita Batam kepada Pihak Ketiga
No Pihak Ketiga Luas Tanah (M²) Nomor dan Tanggal PL
1. PT. Putra Sadai Persada 3.977,01 27040089 / 15 Februari 2007
2. PT. Guna Citra Utama 10.643,13 27.27040283.G1 / 24 Mei 2007
3. Yayasan Putera Batam 11.064,32 27.27040320.C1 / 1 Nopember 2007
4. PT. Devin Buana Perkasa 5.547,07 Surat Otorita Batam Nomor : B/331/DEOPS-LA/VI/2008 tanggal 1 Juli 2008
Total Luas Tanah Cosmas Yang
telah dialokasikan 31.231,53
(tiga puluh satu ribu dua ratus tiga puluh satu koma lima puluh
tiga meter persegi)
Sumber Data : Diolah dari Data Primer.
Berlarut-larutnya proses ganti rugi sangat merugikan Cosmas,
pihak Yayasan Putera Batam beralasan telah mendapatkan alokasi lahan
68
dan penetapan lokasi dari Otorita Batam serta telah membayar lunas
Uang Wajib Tahunan Otorita Batam (UWTO) untuk jangka waktu 30 (tiga
puluh) tahun. Yayasan Putera Batam beranggapan bahwa tanggung
jawab membebaskan atau mengganti rugi tanah, tanaman dan bangunan
Cosmas Usman menjadi tanggung jawab Otorita Batam.
Sengketa tanah antara Yayasan Putera Batam dengan Cosmas
Usman semakin meruncing, di satu sisi Cosmas Usman sebagai pemilik
tanah belum diberikan ganti rugi tanah, tanaman dan bangunan dan disisi
lain Yayasan Putera Batam telah mendapatkan alokasi lahan dan
melunasi UWTO dan segera akan membangun sesuai dengan
peruntukan.
Hampir satu bulan sejak Cosmas Usman menyampaikan surat
permohonan kepada Ketua Otorita Batam, tidak ada tanggapan dan
kejelasan mengenai proses ganti rugi, sebaliknya Yayasan Putera Batam
telah menurunkan alat berat untuk menggusur dan meratakan tanah
Cosmas Usman. Melalui kuasanya Cosmas Usman melaporkan Otorita
Batam dan Yayasan Putera Batam kepada Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia.
Pengaduan Cosmas Usman di respon oleh Komnas HAM dan
tindaklanjuti oleh Kabul Supriyadhie Komisioner Komnas HAM dari Sub
Komisi Pemantauan dan Penyelidikan yang melakukan klarifikasi dan
69
Pada tanggal 11, 12 dan 14 Agustus 2008 terjadi penggusuran
secara paksa lahan Cosmas Usman yang dilakukan oleh Yayasan Putera
Batam dengan melibatkan preman, pada waktu kejadian ada 5 orang
Brimob dilokasi namun tidak berbuat apa-apa karena menurut pengakuan,
mereka ditugaskan dari kesatuannya hanya untuk menjaga alat berat
yang disewa Yayasan Putera Batam dari kemungkinan amuk massa.
Pada tanggal 2 s/d 5 September 2008, Syafruddin Ngulma
Simeulue Komisioner Komnas HAM dari Sub Komisi Mediasi melakukan
kunjungan kerja ke Kota Batam dan melakukan pertemuan dengan
jajaran Otorita Batam yang pada waktu itu diwakili oleh Direktur
Pengelolaan Lahan Otorita Batam beserta sejumlah staf.
Dalam pertemuan tersebut, pihak Otorita Batam pada prinsipnya
mengakui hak-hak atas lahan Cosmas Usman sebagaimana yang telah
dituangkan dalam Memorandum Tim PDPL Nomor M/123/TPDPL/IX/2005
tertanggal 13 September 2005, dan dengan demikian Cosmas Usman
berhak atas ganti rugi apabila lahannya hendak digunakan untuk
kepentingan lain oleh Otorita Batam.
Terkait dengan adanya pemberian ijin dari Otorita Batam kepada
sejumlah pihak ketiga diatas lahan Cosmas Usman yang telah
menyebabkan terjadinya sengketa, pihak Otorita Batam meminta
kesempatan untuk dapat memfasilitasi penyelesaian sengketa dimaksud
dengan melibatkan seluruh pihak terkait, upaya tersebut akan
70
Dalam surat Komnas HAM yang ditujukan kepada Ketua Otorita
Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam tanggal 22 Oktober 2008,
Nomor : B.024 A/Rek-Mediasi/X/08 perihal Penyelesaian Sengketa Lahan
Sd. Cosmas Usman, Komnas HAM menegaskan dan mengingatkan
Otorita Batam bahwa Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 Tentang Hak Asasi Manusia menyatakan “Pencabutan hak milik
atas suatu benda demi kepentingan umum hanya dibolehkan dengan
mengganti kerugian yang wajar dan segera serta pelaksanaannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.11 Karena itu
seharusnya Otorita Batam konsisten, di mana dalam seluruh proses
pelepasan hak dan penyerahan tanah kepada pihak ketiga, sepenuhnya
melaksanakan ketentuan Kepmendagri Nomor 43 Tahun 1977 Tentang
Pengelolaan dan Penggunaan Tanah Didaerah Industri Pulau Batam,
yang antara lain mengatur tahapan-tahapan yang harus dipenuhi dalam
proses pelepasan hak sampai penyerahan tanah kepada pihak ketiga.
Merujuk pada ketentuan Kepmendagri tersebut, sangat jelas bahwa
penggusuran yang dilakukan oleh Yayasan Putera Batam tanggal 11, 12
dan 14 Agustus 2008 adalah tindakan ilegal.
Dalam kaitannya dengan pembebasan tanah atau Pengadaan
tanah di Pulau Batam, Ketua Otorita Batam pada tanggal 31 Agustus 2006
menerbitkan Keputusan Ketua Otorita Batam Nomor :
57/KPTS/KA/VIII/2006 tentang Pedoman Pembebasan Lahan dan
71
Pemberian Sagu Hati Atas Tanah dan Ganti Rugi Atas Tanaman dan
Bangunan di Wilayah Kerja Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau
Batam yang berlaku mundur terhitung sejak tanggal 1 Juli 2006.
Dalam pertimbangan keputusan tersebut dinyatakan bahwa dengan
diberikannya Hak Pengelolaan kepada Otorita Batam sesuai Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1977 perlu adanya pembebasan
tanah / tanaman tumbuh dan / atau bangunan yang masih dikuasai oleh
penduduk lama di wilayah kerja Otorita Batam, sedangkan angka 5
konsideran menimbang dicantumkan Keputusan Presiden RI Nomor 55
Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum.12
Secara garis besar dikenal 2 (dua) jenis Pengadaan tanah, pertama
Pengadaan tanah untuk kepentingan pemerintah yang terdiri dari
kepentingan umum sedangkan yang kedua Pengadaan tanah untuk
kepentingan swasta yang meliputi komersial dan bukan komersial (sosial).
Menurut ketentuan Pasal 1 angka (3) Peraturan Presiden Nomor
36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum yang dimaksud dengan Pengadaan Tanah adalah :13
Setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah.
12 Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor 57/KPTS/KA/VIII/2006.
72
Hal tersebut sedikit berbeda dengan ketentuan Peraturan Presiden
Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum yang mendefinisikan Pengadaan Tanah
sebagai :14
Setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah.
Mencermati Keputusan Ketua Otorita Batam Nomor :
57/KPTS/KA/VIII/2006 tentang Pedoman Pembebasan Lahan dan
Pemberian Sagu Hati Atas Tanah dan Ganti Rugi Atas Tanaman dan
Bangunan di Wilayah Kerja Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau
Batam dapat dikritisi sebagai berikut :
1. Keputusan Ketua Otorita Batam tersebut tidak bisa dilepaskan
dari Kepres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
yang menjadi pertimbangan diterbitkannya Keputusan tersebut.
Namun demikian pada saat Keputusan Ketua Otorita Batam
ditandatangani pada tanggal 31 Agustus 2006 Kepres Nomor 55
Tahun 1993 telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dan
diganti dengan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 jo Perpres 65
73
tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum;
2. Keputusan Ketua Otorita Batam tersebut bertentangan dengan
Kepres 55 Tahun 1993 ataupun Perpres 36 Tahun 2005 jo
Perpres 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum karena bentuk dan
besarnya ganti kerugian serta cara perhitungan ganti kerugian
tidak ditetapkan melalui musyawarah;
3. Keputusan Ketua Otorita Batam tersebut menetapkan secara
sepihak nilai ganti rugi tanah yang disebut saguhati atas tanah
maksimal Rp. 2.500,- M² dan menetapkan nilai ganti rugi
tanaman dan bangunan jauh dari nilai yang sebenarnya;
4. Pada huruf kedua Keputusan Ketua Otorita Batam tersebut
berbunyi Pemohon adalah warga Negara Indonesia yang
mengajukan Permohonan untuk mendapatkan sagu hati atas
tanah dan ganti rugi bangunan/tanaman, harus diajukan oleh
penggarap dan atau kuasanya dengan disertai dokumen
pendukung sehubungan dengan penguasaan lahan, hal
tersebut dapat diartikan bahwa pembebasan lahan
dilaksanakan setelah ada permohonan oleh Pemohon dan
biasanya terjadi setelah lahan tersebut dialokasikan Otorita
Batam kepada pihak ketiga, hal ini bertentangan dengan
74
Batam membayarkan ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman
serta memindahkan penduduk ketempat pemukiman baru
terlebih dahulu sebelum mengalokasikan kepada pihak ketiga;
5. Pada huruf kesepuluh Keputusan Ketua Otorita Batam tersebut
berbunyi, dengan berlakunya Keputusan ini, segala ketentuan
yang bertentangan dengan keputusan ini dianggap tidak
berlaku. Begitu otoriternya Keputusan Ketua Otorita Batam
tersebut sehingga mengabaikan asas hukum “Lex superior
derogate legi inferiori” asas dimana peraturan yang lebih tinggi
mengenyampingkan peraturan yang lebih rendah.
Dalam pandangan penulis, bagaimana mungkin Keputusan Ketua
Otorita Batam Nomor : 57/KPTS/KA/VIII/2006 dapat memenuhi rasa
keadilan dan kepastian hukum dalam proses pembebasan tanah di Batam
apabila tidak membuka ruang musyawarah dalam menetapkan ganti rugi
tanah, tanaman dan bangunan rakyat.
Salah satu tujuan hukum adalah melindungi hak asasi manusia.
Hak asasi manusia adalah hak dasar manusia sebagai gambaran Tuhan
(imago dei) yang terbawa sejak lahir. Hak ini merupakan sebuah faktisitas
(situasi terberi) dan bukannya diberikan. Konsekwensinya, Negara wajib
melindunginya. Salah satu aspek penting dari hak asasi itu adalah hak
memperoleh keadilan dan kesejahteraan.15
75
Mengacu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang dasar
Negara Republik Indonesia hasil amandeman keempat dinyatakan bahwa
: “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat’.
Untaian kata ini mengandung makna bahwa di dalamnya memberikan
kekuasaan (kewenangan) pada Negara (pemerintah) untuk mengatur
sumber daya alam yang terkandung di wilayah negara kesatuan Republik