PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK
PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN
BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Laksana Aribowo
6101407221
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
September 2011 SARI
Laksana Aribowo.
Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010.
V + 106 + 34 tabel + 7 gambar + 9 lampiran
Pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperoleh hasil yang lebih baik. Selama ini pembinaan olahraga hanya terfokus pada daerah perkotaan yang memiliki potensi sarana prasarana yang lebih menunjang. Lalu bagaimana pembinaan di daerah non perkotaan? Permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini bagaimana bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010.
Sumber data atau subjek dalam penelitian ini yaitu SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4 Baturetno, SDN 6 Baturetno, tokoh masyarakat di kecamatan Baturetno, Pengurus Koni dan Dinpora Kabupaten Wonogiri. Sumber data yang digunakan berasal dari siswa Sekolah Dasar Negeri sejumlah 103 siswa, 5 orang Kepala Sekolah, 5 orang Guru Pendidikan Jasmani, 10 Tokoh Masyarakat di Kecamatan Baturetno, pengurus Koni/Dinpora Kabupaten Wonogiri. Variable dalam penelitian ini adalah potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Metode pengumpulan data menggunakan Iowa -Brace Test for Motor Educability, kuisioner, dan wawancara Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability untuk keseluruhan Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri menunjukan : a) kategori sangat baik sebanyak 53 siswa dengan jumlah persentase 51,45%. b) kategori baik sebanyak 49 siswa dengan jumlah persentase 47,58%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah persentase 0,97%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase 0,00%. . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno berkategori sangat baik.
Saran yang dapat peneliti berikan antara lain bahwa diharapkan dengan penelitian ini, perhatian pihak-pihak terkait dalam membina potensi-potensi usia dini di kecamatan Baturetno menjadi lebih besar. Hal ini bertujuan agar potensi-potensi yang sangat baik ini dapat mendapat pembinaan yang terarah dan menghasilkan prestasi maksimal yang dapat menjadi kebanggaan daerah.
Kata Kunci : Penelusuran, Potensi, Pembinaan Usia Dini, Bakat Kepustakaan : 21 (1970-2011)
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang
berjudul “Penalusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010” adalah benar-benar karya
saya sendiri. Semua kutipan baik langsung maupun tidak langsung, sumber
kepustakaan telah disertai keterangan identitas sumber sebagai mana yang lazim
dalam penulisan karya ilmiah.
Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagai mana
mestinya.
Semarang, September 2011
Laksana Aribowo NIM.6101407221
Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama :
Nama : Laksana Aribowo NIM : 6101407221
Judul : Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Pada hari : Rabu
Tanggal : 28 September 2011
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Sekertaris,
Drs. Said Junaidi, M. Kes Drs. Hermawan Pamot R., M. Pd NIP. 19690715 199403 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002
Dewan Penguji
1. Dra. Heny Setyawati, M. Si Ketua ________________ NIP. 19670610 199203 2 001
2. Drs. Mugiyo Hartono, M. Pd. Anggota ________________ NIP. 19610903 198803 1 002 (Pembimbing Utama)
3. Drs. Bambang Priyono, M. Pd Anggota ________________ NIP. 19600422 198601 1 001 (Pembimbing Pendamping)
1. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al
Insyirah:6-8)
2. ”Semua orang menginginkan kesuksesan. Bagi saya kesuksesan hanya bisa
diraih dengan kegagalan dan introspeksi diri” (Soiciro Honda)
3. ”Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan
hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan
adalah cara gembira menuju kegagalan” (Mario Teguh)
Persembahan :
Karya yang sederhana ini ananda persembahkan
kepada :
1. Ayah, Ibu, Kakak, dan Keponakan tercinta yang senantiasa selalu memberikan do’a, kasih sayang dan dukungan.
2. Almamater Universitas Negeri Semarang
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penelusuran Potensi
Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri Tahun 2010” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan
Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang.
Keberhasilan penulis dalam penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap ketulusan hati
pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dengan ucapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Unnes.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry
Pramono, M.Si., yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Drs. Hermawan
Pamot R, M.Pd., atas izin yang telah diberikan
4. Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd Pembimbing utama yang telah sabar dan teliti
memberikan bimbingan guna menyelesaikan skripsi ini
terwujud.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang luar biasa dalam memberikan segala perhatian,
motivasi, dan bekal hidup dunia dan akhirat kepada penulis
7. Kakak dan keponakanku tersayang, jangan takut menjalani hidup. Kalian berada
diantar orang-orang yang sangat menyayangi kalian.
8. Ikke Nurdyastutik, “my luv bee”, yang senantiasa menemani dari awal hingga skripsi ini terwujud. Terima kasih atas perhatian dan sayang yang telah
diberikan.
9. Kepala UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno, Drs. Mohamad Zunaidi, M.Pd,
yang telah memberikan izin dan bantuan dalam melaksanakan penelitian
10. Kepala Sekolah SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4
Baturetno, SDN 6 Baturetno yang telah bersedia memberikan ijin penelitian dan
semua fasilitas yang mendukung jalannya penelitian ini.
11. Seluruh siswa SDN 3 Baturetno, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian
ini.
12. Bapak Ibu dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi atas
bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama penulis melaksankan studi.
13. Teman-teman PJKR angkatan 2007 yang telah memberi semangat dan dorongan.
14. Teman-teman “kontrakan bapak Rahmat”, Arif pacitan, Arif demak, kholik,
triyaz, susilo, hakim, aris.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penelitian sebagai acuan penulisan skripsi ini.
Semoga semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dapat menjadi
kemuliaan dan memperoleh pahala yang melimpah dari Allah SWT. Dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Semarang, September 2011
Penulis
Halaman
JUDUL ... i
SARI ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Penegasan Istilah ... 12
1.4.1 Penelusuran ... 12
1.4.2 Potensi ... 13
1.4.3 Daerah ... 13
1.4.4 Pembinaan ... 13
1.5 Manfaat Penelitian ... 14
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Potensi Diri ... 15
2.1.1 Pengertian Potensi Diri ... 15
2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri ... 16
2.2 Bakat ... 17
2.2.1 Pengertian Bakat ... 17
2.2.2 Macam-Macam Bakat ... 18
2.3 Identifikasi Bakat Olahraga... 24
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat ... 26
2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat ... 26
2.3.3 Metode Identifikasi Bakat ... 27
2.3.4 Kriteria Utama dalam Identifikasi Bakat ... 28
2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat ... 30
2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ... 30
2.3.5.2 Tahap Identikasi Kedua ... 31
2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir ... 32
2.4 Motor ducability ... 34
2.5 Pemanduan IOWA-Brance Test for Motor Educability ... 35
2.5.1 IOWA-Brance Test for Motor Educability... 26
2.7.1 Tahap Pemanduan dan Pembinaan Bakat ... 43
2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah ... 45
2.7.2.1 Intrakurikuler ... 45
2.7.2.2 Ekstrakurikuler ... 45
2.8 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini (6-15 tahun ... 47
2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik... 49
2.8.2 Aspek Psikologis Anak Usia Dini dalam Berolahraga ... 51
2.8.3 Indikator Perkembangan Anak Usia Dini ... 53
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 54
3.2 Lokasi Dan Sasaran Penelitian ... 54
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 54
3.2.2 Sasaran Penelitian ... 54
3.3 Variabel Penelitian ... 55
3.4 Sumber Data Penelitian ... 55
3.5 Instrumen Penelitian... 56
3.5.1 Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability ... 56
3.5.2 Metode Dokumentasi ... 60
3.5.3 Wawancara ... 60
3.6.1 Prosedur Pelaksanaan Tes Iowa-Brance Test for Motor
Educability ... 62
3.6.2 Norma Penilaian Tes ... 63
3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian ... 65
3.7.1 Faktor Psikologis Sampel ... 65
3.7.2 Faktor Kegiatan di Luar Penelitian ... 65
3.7.3 Faktor Alat ... 65
3.7.4 Faktor Kondisi dan Kemampuan Sampel ... 65
3.8 Teknis Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian ... 67
4.2 Hasil Penelitian ... 74
4.3 Hasil Analisis Data Tes Iowa-Brace Test For Motor Educability ... 75
4.2.1 Siswa Putra ... 75
4.2.2 Siswa Putri ... 82
4.2.3 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putra ... 89
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putri ... 90
4.2.5 Rekapitulasi Hasil Tes Seluruh Siswa... 91
4.4 Hasil Analisis Data Kuesioner ... 93
4.3.1 Hasil Kuesioner di Masyarakat ... 93
3.6.1 Wawancara dengan Tokoh KONI dan DISPORA ... 97
4.6 Pembahasan ... 99
4.5.1 Hasil Tes Iowa-Brance Test for Motor Educability ... 99
4.5.2 Hasil Pengisian Koesioner dengan Tokoh Masyarakat ... 99
4.5.3 Hasil Pengisian Koesioner dengan Guru Penjasorkes ... 101
4.5.4 Hasil Pengisian Koesioner dengan Kepala SD ... 102
4.5.5 Hasil Wawancara dengan KONI dan DISPORA ... 102
4.6 Kelemahan Penelitian... 103
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 104
5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1.1 Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan ... 2
1.2 Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur ... 3
1.3 Hasil Perolehan Medali PORPROV XIII JATENG Tahun 2009 ... 4
2.1 Urutan Gerak dalam IOWA-Brance Test for Motor Educability ... 39
2.2 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 40
2.3 Unsur-Unsur Dominan dalam Cabang Olahraga ... 41
3.1 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 63
4.1 Daftar Sekolah, Guru, dan Murid Per Kecamatan Tahun 2007/2008 ... 73
4.2 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putra ... 75
4.3 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 4 Siswa Putra ... 76
4.4 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 10 Siswa Putra ... 77
4.5 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putra ... 77
4.6 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putra ... 78
4.7 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 2 Siswa Putra ... 79
4.8 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra ... 79
4.9 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 6 Siswa Putra ... 80
4.10 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra ... 81
4.11 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 13 Siswa Putra ... 82
4.12 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putri ... 82
4.13 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 14 Siswa Putri ... 83
4.16 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putri ... 85
4.17 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 1 Siswa Putri ... 86
4.18 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putri ... 87
4.19 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putri ... 87
4.20 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 11 Siswa Putri ... 88
4.21 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 5 Siswa Putri ... 89
4.22 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putra .. 89
4.23 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putri .. 90
4.24 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Seluruh Siswa ... 91
4.25 Hasil Analisis Kuesioner untuk Masyarakat ... 93
4.26 Hasil Analisis Kuesioner untuk Kepala Sekolah SD ... 94
4.27 Hasil Analisis Kuesioner untuk Guru Penjasorkes ... 96
2.1 Jenjang pembinaan Olahraga Nasional ... 33
4.1 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putra ... 90
4.2 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putri ... 91
4.3 Grafik Hasil Deskriptif Tes Seluruhan Siswa... 92
4.4 Grafik Hasil Deskriptif Kuisioner untuk Masyarakat... 94
4.5 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Kepala Sekolah SD ... 95
4.6 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Guru Penjasorkes ... 97
1. Usul Penetapan Pembimbing ... 109
2. SK Pembimbing ... 110
3. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan ... 112
4. Surat Ijin Penelitian dari UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno ... 113
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 114
6. Daftar Nama Siswa Peserta Test Iowa ... 117
7. Instrumen Penelitian... 119
8. Hasil Penelitian TKJI ... 134
9. Dokumentasi Penelitian ... 138
LATAR BELAKANG
1.1
Latar Belakang Masalah
Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya
merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi
olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam yang
baru-baru ini pada Sea Games merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga
bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga
nasional termasuk di dalamnya sistem pembinaan dan pengembangan atlet berbakat.
Program pembinaan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-negara
yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan
sumber-sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat,
tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter disiplin.
Kecanggihan dalam bidang pengukuran dan evaluasi dan ditemukannya instrumen
yang dapat digunakan untuk meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk
bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat.
Kegiatan PON yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali di Indonesia
merupakan wujud dari usaha pembinaan atlet berprestasi di Indonesia. Kegiatan ini
merupakan tolak ukur kegiatan pembinaan olahraga yang dilakukan setiap provinsi di
seluruh Indonesia. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia
memiliki cacatan prestasi yang cukup impresif di ajang ini. Pada PON ke XVI di
Palembang Sumatra Selatan, Jawa Tengah berhasil menduduki peringkat ke-4 dari 30
provinsi. Akan tetapi pada penyelenggaraan PON ke XVII di Kalimantan Timur
peringkat Jawa Tengah justru menurun satu tingkat di peringkat 5. Dari jumlah
perolehan medali atlet-atlet pun menurun. Berikut ini adalah tabel perolehan medali
pada PON ke XVI dan XVII.
Tabel 1.1 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan
Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total
1 DKI 141 111 114 366
2 JATIM 77 81 111 269
3 JABAR 76 79 94 249
4 JATENG 56 59 64 179
5 SUMSEL 30 41 40 111
6 JAMBI 27 28 15 70
7 PAPUA 23 13 19 55
8 LAMPUNG 22 21 21 64
9 KALTIM 19 28 33 80
10 SELSEL 17 22 19 58
Pada tabel di atas Jawa Tengah berada pada peringkat 4 dengan 56 medali
emas, 59 medali perak, 64 medali perunggu. Sedangkan pada penyelenggaraan PON
XVII di Kalimantan Timur prestasi Jawa Tengah mengalami penurunan. Hasil
perolehan medali PON XVII di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur
Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total
1 JATIM 92 75 65 232
2 KALTIM 83 76 76 235
3 DKI 70 71 78 219
4 JABAR 70 58 94 222
5 JATENG 33 57 52 142
6 LAMPUNG 18 12 14 44
7 SULSEL 15 11 16 40
8 SUMUT 14 9 15 39
9 RIAU 12 9 14 36
10 DIY 11 12 16 37
Sumber : Jurnal PB PON XVII KALTIM. Diakses pada 11 Agustus 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat penurunan perolehan medali para atlet Jawa
Tengah. Sebagian masyarakat pasti bertanya-tanya mengapa ditengah beberapa
daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan prestasi
Di Jawa Tengah sendiri pembinaan prestasi sebenarnya sudah berjalan, terbukti
dengan diadakannya Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV). PORPROV di Jawa
Tengah terakhir diselenggarakan di kota Surakarta tahun 2009. Ajang olahraga 4
tahunan ini bersifat multieven seperti halnya Pekan Olahraga Nasional. Hasil pembinaan prestasi di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Tengah akan
diukur di ajang ini. Selain sebagai ajang mencari prestasi ajang ini juga menjadi
seleksi bagi atlet-atlet daerah untuk mewakili Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga
Nasional. Hasil dari PORPROV Jawa Tengah ke-XIII adalah sebagai berikut.
Tabel 1.3 : Hasil PORPROV XIII SOLO
Peringkat Daerah Emas Perak Perunggu Total 1 Kota Semarang 156 128 107 391 2 Kota Surakarta 78 73 99 250
3 Kab. Banyumas 61 39 61 161
4 Kab. Grobogan 42 28 39 109
5 Kota Salatiga 28 20 33 81
6 Kab. Kudus 24 26 31 81
7 Kab. Klaten 22 18 27 67
8 Kab. Blora 19 24 30 73
9 Kab. Karanganyar 11 34 33 78
10 Kab. Semarang 18 14 22 54
11 Kab. Cilacap 14 17 20 51
13 Kab. Pati 13 20 9 42
14 Kab. Jepara 12 14 22 48
15 Kab. Boyolali 9 11 22 42
16 Kab. Demak 7 15 17 39
17 Kota Magelang 7 14 19 40
18 Kota Pekalongan 9 9 12 30
19 Kab. Purbalingga 7 9 22 38
20 Kab. Kendal 6 13 17 36
21 Kab. Purworejo 8 9 13 30
22 Kab. Sukoharjo 5 12 20 37
23 Kab. Sragen 6 10 10 26
24 Kota Tegal 7 4 16 27
25 Kab. Wonogiri 7 5 7 19
26 Kab. Magelang 4 7 8 19
27 Kab. Wonosobo 4 6 10 20
28 Kab. Brebes 5 1 12 18
29 Kab. Pemalang 1 7 18 26
30 Kab Pekalongan 4 3 5 12
31 Kab. Temanggung 2 3 6 11
32 Kab. Rembang 2 3 5 10
33 Kab. Batang 1 5 5 11
35 Kab. Tegal 0 0 1 1 Sumber : www.pasarsolo.com. Di akses pada 11 Agustus 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah-daerah perkotaan mendominasi
perolehan medali. Hal ini menunjukan bahwa pembinaan prestasi di daerah kota di
Jawa Tengah lebih baik daripada daerah lain. Hal ini tentunya didukung dengan
adanya potensi-potensi baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia
yang ada di daerah tersebut. Potensi-potensi ini saling bekerja sama dengan
peranannya masing-masing sehingga mengahasilkan suatu prestasi maksimal. Lalu
bagaimana dengan pembinaan prestasi di daerah non perkotaan? Hal ini
memunculkan permasalahan, apakah di didaerah non perkotaan ini pembinaannya
yang kurang baik ataukah potensi-potensinya yang belum dikembangkan?.
Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan
prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan prestasi
olahraga. Jadi untuk mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan
yang bagus. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian
prestasi tidak akan tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah sistem
pembibitan yang mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap
selanjutnya yaitu spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi
prestasi tingkat tinggi.
Pencapaian prestasi yang berkelanjutan adalah terciptanya sistem peralihan
yang baik antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi selanjutnya, sehingga
penggantinya (pelapisnya) sehingga prestasi tinggi dapat dicapai secara berantai dari
satu generasi ke generasi selanjutnya. Untuk itu pembibitan olahraga harus ditata
dengan pola yang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia
pembibitan. Usia pembibitan olahraga di Indonesia ditetapkan berdasarkan jenjang
pendidikan yaitu pada usia Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang juga melaksanakan
pembinaan prestasi adalah Kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang dalam PORPROV
2009 lalu hanya menduduki peringkat ke 25 dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah.
Kabupaten Wonogiri terletak di ujung selatan provinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Poonorogo, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur), sebelah barat berbatasan dengan
DIY dan Kabupaten Klaten. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan
antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga
saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur
untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau.
Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan
Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah
untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada
semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS,
UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT
Kabupaten Wonogiri termasuk terpencil apabila dilihat dari cakupan wilayah
Provinsi Jawa Tengah. Namun potensi yang ada di daerah ini tentu saja tidak kalah
dengan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Secara umum, wilayah Kabupaten
Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari
perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa Timur) sampai perbatasan Kabupaten
Gunung Kidul (Provinsi DIY) adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur.
Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan
ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang
rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih
belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis
padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan
di atas batuan kapur.
Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area
utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan
Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung. Curah hujan
yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya
pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini.
Ditinjau dari sisi geografis, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah
yang berpotensi untuk mengembangkan olahraga prestasi baik di tingkat nasional
maupun internasional. Kondisi lingkungan yang beragam serta kesempatan
gerak olahraga, tetapi secara alamiah kegiatan yang dilakukan telah membentuk
kebugaran jasmani. Dengan demikian diduga anak-anak kabupaten Wonogiri
memiliki potensi yang besar untuk berprestasi di bidang olahraga.
Dengan luas wilayah 1.822,37 km² dan populasi penduduk mencapai 1.005.000
jiwa, Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah
yang memiliki aset dalam menyumbangkan atlet berprestasi baik tingkat nasional
maupun internasional pada setiap kegiatan kejuaraan baik tingkat remaja maupun
dewasa, maka kontribusi atlet untuk menyumbangkan medali tentu ada. Untuk itu
dapat dikatakan bahwa kabupaten Wonogiri termasuk salah satu daerah yang
berpotensi untuk pembibitan atlet. Selain itu, Wonogiri merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki kepedulian untuk terlibat secara aktif dalam meningkatkan
prestasi olahraga Indonesia.
Untuk meningkatkan kesehatan serta meningkatkan prestasi keolahragaan di
Kabupaten Wonogiri khususnya pegawai negeri sering kali mengadakan pertandingan
persahabatan antar instansi maupun klub-klub bulutangkis maupun pertandingan
antar Dinas/Instansi. Adapun untuk lapangan Bulutangkis yang ada di Kabupaten
Wonogiri Hampir di Setiap Kecamatan mempunyai sarana lapangan olah raga
bulutangkis bahkan ditingkat Kelurahan juga banyak yang memilikinya.seperti
Kecamatan Wonogiri mempunyai + 8 lapangan bulutangkis. Dengan banyaknya
sarana olahraga bulutangkis diharapkan banyak melahirkan atlit-atlit yang tangguh
yang lahir dari daerah bukan dimonopoli oleh daerah perkotaan saja. Disamping itu
sementara ini baru mengikut sertakan sebagian Kabupaten Sukoharjo yang
dikemudian hari diharapkan akan mengadakan turnamen yang bersifat lebih besar
lagi. (sumber : http://www.wonogirikab.go.id/bulutangkis wonogiri.php.htm. diakses pada 10 agustus 2011).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Wonogiri
sangat peduli terhadap pembinaan prestasi olahraganya. Namun dari hasil yang
dicapai ternyata masih jauh dari harapan. Sampai di sini permasalahan muncul
kembali, terdapat ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan di
lapangan. Untuk melihat hal ini perlu dicermati lagi tentang masalah pembinaan ke
dalam cakupan yang lebih sempit yaitu pembinaan prestasi olahraga di wilayah
kecamatan sebagai penyumbang kontribusi terhadap kemajuan prestasi kabupaten
Wonogiri.
Salah satu wilayah kecamatan yang terletak paling ujung dan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Timur adalah Kecamatan Baturetno. Kecamatan dengan luas
89,10 km² dan populasi penduduk mencapai 45.639 jiwa ini bagi peneliti dianggap
menarik untuk ditelusuri menganai potensinya terutama potensi dan perkembangan
olahraganya. Serta bagaimana sumbangsihnya terhadap kemajuan prestasi olahraga di
Kabupaten Wonogiri. Potensi yang ingin ditelusuri berkaitan dengan pembinaan
olahraga terutama olahraga usia dini. Baik tentang kondisi sarana prasarana, kondisi
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Bedasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan
Baturetno Kabupaten Wonogiri ?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1) Bagaimana kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri.
2) Bagaimana peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani
pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)
3) Bagaimana peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan
olahraga usia dini.
4) Bagaimana serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia
dini.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian Penelusuran potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia
dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri taun 2010 adalah untuk
mengetahui potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri.
2) Mengetahui peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani
pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)
3) Mengetahui peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan
olahraga usia dini.
4) Mengetahui serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia
dini.
1.4
Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir atau pengertian yang berbeda maupun
penyimpangan yang dapat berakibat kaburnya permasalahan dalam penelitian ini,
penegasan ini digunakan untuk lebih menegaskan masalah yang akan di teliti.
1.4.1
PenelusuranPenelusuran adalah penelaahan, penjajakan (KBBI, 2005:1164). Penelitian
penelusuran atau dalam bahasia inggris disebut tracer study. To trace artinya mengikuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Dari arti kata menelusuri dapat
diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak
seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu. (Suharsimi
Jadi penelusuran dalam penelitian ini adalah teknik riset yang bertujuan
mengadakan penelitian untuk memperoleh kualitas hasil tentang potensi olahraga usia
dini di daerah.
1.4.2 Potensi
Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. (KBBI, 2005 : 890). Potensi dalam
penelitian ini adalah kemampuan olahraga yang dimiliki oleh anak usia dini.
1.4.3 Daerah
Lingkungan pemerintahan atau wilayah. Sekeliling tempat yang dipakai untuk
tujuan khusus. Kawasan atau tempat sekeliling atau yang termasuk dalam lingkungan
suatu kota. (KBBI, 2005 : 228)
Daerah dalam penelitian ini adalah wilayah kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri dalam pembinaan olahraga usia dini
1.4.4 Pembinaan
Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif utuk
memperoleh hasil yang lebih baik. (KBBI, 2005 : 153) Jadi pembinaan adalah usaha
atau proses membina untuk mencapai tujuan yang diharapkan.dalam hal ini adalah
pembinaan olahraga usia dini.
1.4.5 Olahraga
Serangkaiaan gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak
(mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan
1.4.6 Olahraga Usia Dini
Olahrga khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak usia dini yang berusia
antara 6 – 14 tahun, yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan karakteristik
emosional periode tersebut.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pemerintah Kabupaten
Sebagai gambaran bagi pemerintah kabupaten, dinas pendidikan dan KONI
mengenai pelaksanaan pembinaan olahraga usia dini yang telah dilakukan pada
daerah Kabupaten Wonogiri.
1.5.2 Bagi Sekolah dan Guru
1. Sebagai masukan bagi setiap sekolah tentang pembinaan dan potensi olahrga
yang ada disekolah
2. Sebagai masukan bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tentang
pembinaan olahrga dan potensi olahrga yang ada disekolah
1.5.3 Bagi penulis
Menambah wawasan serta pengetahuan tentang pembinaan dan potensi daerah
LANDASAN TEORI
2.1
Potensi Diri
2.1.1 Pengertian Potensi Diri
Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang
memiliki keinginan umum yang sama. Ingin kaya, ingin dihormati atau ingin
berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang
diinginkannya. Mengapa demikian ?
Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda
dengan lainnya. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap
pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam
berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang,
setiap orang memilikinya (Siahaan,Parlindungan,2005:4).
Potensi dalam KBBI (2005:890) berarti kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, atau daya.diri berarti
orang seorang terpisah dari yang lain. Jadi potensi diri adalah kemampuan yang ada
atau dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan untuk di kembangkan.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi merupakan
kemampuan yang trependam dalam diri seseorang dan memiliki kemungkinan dan
kemampuan untuk dikembangkan menjadi sebuah prestasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri
Ciri khas dari potensi yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada
pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki dalam hal potensi diri adalah jika terolah dengan baik akan berkembang baik
secara fisik maupun mental. Berikut adalah aspek-aspek yang dimiliki seseorang yang
patut untuk dikembangkan antara lain :
1) Diri fisik : meliputi tubuh dan anggotanya beserta prosesnya
2) Proses diri : merupakan alur pikiran, emosi dan tingkah laku yang konstan.
3) Diri sosial : adalah bentuk pikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon
orang lain dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh
4) Konsep diri : adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang
tentanmg dirinya.
(Sumber : http://www.dempelonline.com/2009/11/potensi-diri/comment-page-1/
Diakses pada 10 Agustus 2011)
Potensi diri manusia secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh
manusia sebagai suatu sistem yang sempurna dan paling sempurna bila dibandingkan
dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Apabila diidentifikasi, potensi-potensi yang
telah ada pada diri manusia adalah akal pikiran (otak), hati, dan indera (QS.
Potensi apapun yang ada pada diri manusia, masing-masing mempunyai
fungsi, masing-masing dapat tumbuh dan berkembang, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, baik disengaja, maupun secara alami. Sesuai dengan potensi
diri yang Tuhan berikan kepada manusia, konsekwensi logisnya adalah manusia harus
memanfaatkan dan mengaktualisasikan semaksimal mungkin dalam hidup dan
kehidupannya. (Wiyono Slamet ,2005:38)
2.2
Bakat
2.2.1 Pengertian Bakat
Menurut Cholik ( 1995:28 ) mengartikan bakat atau talenta sebagai potensi
yang dibawa sejak lahir, merupakan pembawaan yang diperoleh secara genetik dari
faktor keturunan.
Dr. H. Yul Iskandar, Ph. D dalam Semiawan Conny (1997:61) menjelaskan
apa yang dimaksud bakat. Yang dimaksud bakat adalah sesuatu karakteristik unik
individu yang membuatnya mampu melakukan sesuatu aktivitas dan tugas secara
mudah dan sukses.
Menurut Leider dan Shapiro, bakat kita merupakan kecenderungan khusus
yang ada sejak lahir, kekuatan di belakang hal-hal yang kita nikmati dan kita lakukan
dengan baik yang tak pernah perlu kita pelajari. Mengekspresikan bakat kita adalah
sesuatu yang kita lakukan secara alami, dengan mudah, dan tanpa pamrih, sedangkan
bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah
antara kita dengan orang lain. Kamus Advance, misalnya, mengartikan talent dengan
“natural power to do something well”. Dalam kamus Marriam-Webster’s, dikatakan “natural endowments of person.” (http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html)
Dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan kemampuan unik yang dimiliki
setiap individu yang diperoleh secara genetik dari faktor keturunan yang membuat
setiap individu mampu melakukan suatu aktivitas dan tugas dengan mudah dan
sukses. Kemampuan tersebut menunjukkan kemampuan di atas rata–rata yang telah
ada pada diri kita secara alamiah dan perlu dilatih untuk mencapai hasil yang
maksimal.
2.2.2 Macam-Macam Bakat
Ada banyak sekali pendapat mengenai macam–macam bakat. Berdasarkan
sumber yang penulis temukan di internet yaitu ada 34 bakat. 34 Tema Bakat tersebut
adalah :
1) Achiever
Memiliki stamina tinggi dan juga seorang pekerja keras. Mendapat kepuasan dari
kesibukan dan produktivitas.
2) Activator
Mampu merealisasikan ide-ide atau gagasan menjadu suatu tindakan nyata.
3) Adaptibility
Cenderung bisa mengikuti arus , mampu menjadi orang masa kini maupun
menyiapkan untuk masa mendatang.
4) Analytical
Cenderung mencari penjelasan dan sebab sesuatu terjadi. Punya kemampuan
mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi situasi.
5) Arranger
Terorganisir, tetapi juga fleksibel. Senang berusaha memanfaatkan
sumber-sumber yang ada agar menghasilkan produktivitas maksimal.
6) Belief
Memiliki nilai-nilai atau prinsip yang cenderung menetap, dalam mencapai tujuan
hidupnya.
7) Command
Mampu mengontrol situasi dan membuat keputusan
8) Communication
Mampu menyampaikan gagasan melalui kalimat yang mudah dipahami, seorang
lawan bicara dan presenter yang baik.
9) Competition
Selalu mengukur kemajuan dirinya dengan performa orang lain, berusaha menjadi
10)Connectedness
Memiliki keyakinan dalam hubungannya dengan segala hal, meyakini bahwa
kebetulan hanya sebagian kecil, setiap kejadian ada penyebabnya.
11)Consistency
Berusaha adil, dengan cara membuat aturan yang jelas.
12)Context
Senang memahami kejadian masa kini melalui sejarah.
13)Deliberative
Sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan atau menentukan pilihan,
mengantisipasi kesalahan.
14)Developer
Mengenali potensi orang lain, memperhatikan perkembangan walaupun kesil, dan
memperoleh kepuasan darinya.
15)Discipline
Menikmati bekerja dalam struktur dan rutinitas, bekerja dalam arahan/aturan.
16)Empathy
Mampu merasakan perasaan orang lain membayangkan dirinya berada di posisi
orang lain.
17)Focus
Bekerja dengan tujuan, melakukan tindakan selama masih dalam koridor tujuan,
18)Futuristic
Terinspirasi oleh apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan apa yang bisa
dilakukan. Menginspirasi orang lain dengan visinya itu.
19)Harmony
Mencari konsensus, tidak menyukai konflik, mencari jalan tengah.
20)Ideation
Memiliki banyak ide, mampu menghubungkan fenomena yang berbeda.
21)Includer
Mudah menerima orang lain, menunjukkan kepedulian terhadap orang yang
merasa diasingkan, berusaha mengguyubkan.
22)Individualization
Tertarik dengan keunikan masing-masing orang, mampu melihat bagaimana
orang yang berbeda-beda dapat bekerjasama secara produktif.
23)Input
Senang mengumpulkan dan mencari berbagai informasi
24)Intellection
Memiliki daya intelektualitas tinggi, meminati diskusi-diskusi intelektual.
25)Learner
Memiliki keinginan besar untuk belajar dan terus melakukan perbaikan.
26)Maximizer
Cenderung fokus pada kekuatan untuk mendorong orang ataupun kelompok lebih
27)Positivity
Antusias, mampu membuat orang lain tertarik dengan apa dilakukannya.
28)Relator
Menikmati hubungan dekat dengan orang lain, mendapat kepuasan mendalam
dengan bekerja keras bersama teman dalam mencapai tujuan.
29)Responsibility
Merasa apa yang dikatakan adalah apa yang akan dilakukannya, komitemen pada
nilai-nilai seperti kejujuran dan kesetiaan.
30)Restorative
Cakap dalam mencari tahu penyebab masalah dan berusaha menyelesaikannya.
31)Self-Assurance
Percaya diri pada kemampuannya dalam mengatur hidupnya sendiri,yakin bahwa
ia telah membuat keputusan yang tepat.
32)Significance
Ingin menjadi orang yang penting di mata orang lain, cenderung mandiri, dan
ingin dikenal.
33)Strategic
Membuat solusi alternatif atau antisipasi, dapat dengan cepat mengetahui
hubungan dan isu-isu yang relevan.
34)Woo
Senang berhadapan dengan orang-orang, dan menjadi pusat perhatian.
(sumber:http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html.
Diakses pada 9 Agustus 2011)
Hal ini pun didukung oleh pendapat Gardner, masing-masing dari kita
memiliki sebuah kombinasi dari 7 kecerdasan. Setiap orang mempunyai kekuatan
relatif dari tiap kecerdasan di atas sedemikian rupa sehingga orang tersebut cenderung
menentukan pilihan aktifitas apapun yang dia sukai tanpaketerpaksaan. Kita
menyebutnya sebagai bakat. Lalu apa saja yang termasuk 7 kecerdasan itu ?
Howard Gardner (1983:216) menyimpulkan hasil risetnya yang mengatakan
bahwa sedikitnya ada tujuh jenis kecerdasan :
1) Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan
penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang
bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti
dan narasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal,
tempat dan nama.
2) Kecerdasan musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan nada.
Orang-orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan
melodi. Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan;
banyak dari mereka seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau
mencipta lagu serta musik.
3) Kecerdasan logis-matematis, berhubungan dengan pola, rumus-rumus,
aritmatika, dan memecahkan masalah matematika; mereka seringkali menyukai
komputer dan pemrograman.
4) Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan mebayangkan
hubungan di antaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan
bangunan, disamping pintar membaca peta, diagram dan bagan.
5) Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan pergerakan dan ketrampilan
olah tubuh. Orang-orang ini adalah para penari dan aktor, para pengrajin dan
atlet. Mereka memiliki bakat mekanik tubuh dan pintar meniru mimik serta sulit
untuk duduk diam.
6) Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk bisa mengerti
dan menghadapi perasaan orang lain. Orang-orang ini seringkali ahli
berkomunikasi dan pintar mengorganisasi, serta sangat sosial. Mereka biasanya
baik dalam memahami perasaan dan motif orang lain.
7) Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri sendiri.
Orang-orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka
cenderung percaya diri dan punya pendapat, dan memilih pekerjaan dimana
mereka bisa memiliki kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.
2.3
Identifikasi Bakat Olahraga
Pemanduan bakat ( talent identification ) adalah suatu usaha yang di lakukan untuk memperkirakan dengan probalitas yang tinggi peluang seseorang yang berbakat
sehingga mampu mencapai prestasi puncaknya. Bakat merupakan kemampuan
terpendam seseorang yang di miliki sejak lahir dan menjadi dasar kemampuan nyata.
Pembagian bakat kita kenal dengan bakat umum yaitu: bakat yang di mililki setiap
orang, meskipun berbeda dalam kadarnya yang biasa disebut intelegensia. Bakat
khusus yaitu, kemampuan yang menonjol pada seseorang yang tidak terdapat pada
setiap orang. Sedangkan bakat olahraga yaitu, kemampuan dasar yang berkenaan
dengan penampilan gerak (motor performance) dan merupakan kombinasi dari beberapa kemampuan dengan sikap badan seseorang (M. Furqon H dan Muchsin
Doewes, 1999: 1).
Pemanduan bakat olahraga dilakukan dengan menggunakan test pemanduan
bakat (sport search). Tes tersebut merupakan tes yang dilakukan untuk memandu seseorang ke cabang olahraga disesuaikan dengan minat dan kemapuan
individualnya. Tes di berikan meliputi sepeluh bentuk tes yang pada dasarnya adalah
tes postur, tes kebugaran atu kesegaran jasmani, dan tes keterampilan. Instrumen
yang di gunakan dalam tes tersebut adalah: tinggi badan, tinggi duduk, berat badan,
panjang depa, lempar tangkap bola tenis, lempar bola basket, lompat raihan, lari
bolak balik lima meter, lari cepat 40 meter, dan multi stage. Dari data hasil test yang
lakukan kemudian dimasukkan dan oleh dalam komputer yang nantinya akan secara
otomatis diarahkan ke cabang olahraga yang sesuai dengan hasil test tersebut (Dirjen
Dik Das Men, 2001: 1).
Langkah – langkah pemanduan bakat yang dapat ditempuh sebagai berikut:
2) Seleksi umum dan khusus dengan menggunakan instrumen dari cabang olahraga
yang bersangkutan. 3) Seleksi berdasarkan karakteristik, antropometrik dan
kemampuan fisik, serta disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisiknya.
Untuk melakukan seleksi dengan tepat, dapat di gunakan evaluasi tes dan
pengukuran kemampuan fisik, motorik, dan psikologis yang dilakukan secara khusus,
kemudian dianalisis faktor penentunya antara lain: 1) Prestasi atau penampilan yang
dicapai. 2) Peningkatan prestasi lebih cepat dari pada anak yang tidak berbakat. 3)
Kualitas mental yang baik. 4) Stabilitas peningkatan prestasi. 5) Daya toleransi beban
latihan yang di berikan.
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat
Tujuan utama pengidentifikasian bakat adalah untuk mengidentifikasi dan
memilih calon atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi dalam cabang
olahraga tertentu (Harre. Ed. 1982:84 dalam KONI) mengemukakan bahwa tujuan
pengedentifikasian bakat adalah untuk memprediksi suatu derajat yang tinggi tentang
kemungkinan apakah calon atlet akan mampu berhasil memyelesaikan program
latihan junior dalam olahraga yang dipilih agar ia dapat mengukur secara pasti,
melakukan tahap latihan selanjutnya.
2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat
Bompa (1990:334) mengemukakan bahwa penggunaan kriteria ilmiah dalam
proses pengedintifikasian bakat memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1) Menurunkan waktu yang diperlakukan untuk prestasi yang tinggi dengan
2) Mengeliminasi volume kerja, energi dan memisahkan bakat yang tinggi bagi
pelatih. Keefektifan latihan dapat dicapai, terutama bagi calon atlet yang
memiliki kemampuan tinggi.
3) Meningkatkan daya saing dan jumlah atlet dalam mencapai tingkat prestasi yang
tinggi.
4) Meningkatkan kepercayaan diri calon atlet, karena perkembangan prestasi
tampak makin dinamis dibanding dengan atlet-atlet lain yang memiliki usia sama
yang tidak mengalami seleksi.
5) Secara tidak langsung mempermudah penerapan latihan.
2.3.3 Metode Pengidentifikasian Bakat
Bompa (1990:334) mengemukakan dua metode dalam mengidentifikasi bakat
calon atlet, yaitu:
1) Seleksi alamiah
Seleksi ini dianggap sebagai pendekatan normal dengan cara alamiah dalam
mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam berolahraga. Mengasumsikan
bahawa seorang atlet yang mendaftar pada cabang tertentu sebagai hasil dari
pengaruh lokal ( tradisi sekolah, keinginan orang tua, atau teman seusia ).
2) Seleksi ilmiah
Seleksi ilmiah adalah suatu metode yang digunakan pelatih dalam memilih
anak-anak prospektif yang telah menunjukan kemampuan alami pada cabang olah raga
tertentu. Jadi dibandingkan dengan individu yang diidentifikasi melalui metode
yang terseleksi secara ilmiah lebih pendek. Untuk cabang-cabang olahraga yang
membutuhkan tinggi atau berat tertentu (bola basket, sepak bola, mendayung,
cabang-cabang lempar) seleksi ilmiah sangat dianjurkan. Hal yang sama pada
cabang yang membutuhkan kecepatan, waktu, reaksi, koordinasi dan tenaga (
judo, sprint, hokey, cabang-cabang lompat pada atletik).
2.3.4 Kriteria Utama dalam Pengidentifikasian Bakat
Atlet yang berkemampuan tinggi mempunyai profil biologis yang spesifik,
kemampuan biomotorik yang tinggi dan sifat fisiologis yang kuat. Meskipun
demikian jika seseorang yang menekuni olahraga memiliki kekurangan secara
biologis atau lemah dalam hal – hal yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga,
meskipun mendapatkan latihan yang lebih, tidak akan bisa menutupi kelemahan alami
pada cabang olahraga itu. Karena itulah pengenalan bakat secara ilmiah merupakan
hal yang penting untuk penampilan kemampuan atlet yang tinggi (peack performance). Adapun beberapa kriteris tersebut adalah :
1) Sehat
Merupakan hal yang paling penting bagi seorang yang berpartisipasi dalam
pelatihan, maka sebelum diterima dalam klub tertentu setiap pemula harus
mendapatkan pemeriksaan medis yang seksama. Dokter dan pelatih harus
sepakat untuk memilih individu yang paling sehat.
2) Kualitas Biometrik
Kapasitas antropometrik dari seseorang merupakan hal yang penting pada
kriteria identifikasi bakat. Tinggi dan berat atau panjang dari anggota badan
seringkali berperan penting dalam cabang olahraga tertentu.
3) Hereditas
Merupakan fenomena biologis yang komplek dan seringkali memainkan peranan
penting dalam latihan. Anak-anak cenderung mewariskan karakteristik biologis
dan psikologis orang tuanya, meskipun degan pendidikan,pelatihan dan
pengkondisian sosial hal-hal yang diwarisi tersebut dapat sedikit diubah.
4) Fasilitas Olahraga dan Iklim
Membatasi kesempatan atlet yang telah terseleksi, sebab itulah jika fasilitas
cabang olahraga tertentu kondisi alamnya tidak memungkinkan dan fasilitasnya
tidak ada, mungkin atlet itu mengambil cabang olahraga lain.
5) Kemampuan Spesialis
Kemampuan spesialis atau pengetahuan dari seorang pelatih pada identifikasi
bakat serta pengujian, juga menentukan selelksi kandidat. Semakin banyak dan
rumit metode ilmiah yang di gunakan untuk identifikasi bakat, semakin tinggi
pula kemungkinannya dalam menemukan bakat yang superior untuk cabang
tertentu.
2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat
Pengidentifikasian bakat yang berkomprehensif tidak hanya dilakukan sekali
usaha, tetapi dilakukan dalam beberapa tahun. Bompa (1990:337) mengemukaan tiga
tahap dalam pengidentifikasian bakat, tahap-tahap tesebut adalah :
2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ( The Primary Phase )
Tahap awal ini dilakukan pada masa pro-adolensi (3-8 tahun). Sebagian besar
didominasi dengan pemeriksaan fisik pada kesehatan calon atlet danpengembangan
fisik umum serta dirancang untuk mendeteksi berbagai kegagalan fungsi atau
penyakit. Porsi pengujian kemampuan biometrik dapat memfokuskan pada (1)
menemukan kekurangan-kekurangan fisik yang memiliki peran membatasi atau
menghambat usaha keras calon atlet, (2) menentukan tingkat perkembangan fisik
calon atlet melalui cara sederhana, seperti rasio di antara tinggi dan berat badan; dan
(3) mendeteksi genetik yang dominan (misalnya tinggi badan) agar anak dapat
diarahkan pada klub-klub olahraga yang memungkinkan anak menspesialisaikan
cabang olahraga di kemudian hari.
Karena usia dini pada tahap awal ini dilakukan pengidentifikasian bakat,
sehingga hanya memperoleh informasi umum dari kondisi anak. Hasil
pengidentifikasian belum dapat diputuskan secara pasti, karena dinamika tentang
pertumbuhan dan perkembangan calon atlet pada masa yang akan datang masih
secara relatif belum dapat diprediksi atau masih berubah-ubah. Namun demikian,
komprehensif harus sudah dimulai pada usia dini, maka tahap identifikasi awal harus
seluruhnya dilaksanakan.
2.3.5.2 Tahap Identifikasi Kedua (Secondry Phase)
Tahap ini dilakukan selama dan sesudah masa adolesensi, diantara usia 9-10
tahun untuk senam, figurskating dan renang. 10-15 tahun untuk puteri dan 10-17 tahun untuk putera utnuk olahraga yang lain. Ini menggambarkan tahap yang sangat
penting dalam pemiliohan calon atlet. Tahap ini digunakan untuk
Anak usia belasan tahun yang telah berpengalaman dengan latihan yang
terorganisasi. Teknik yang digunakan dalam tahap kedua ini menilai atau
mengevaluasi dinamika parameter biometrik dan parameter fungsional, karena tubuh
harus telah mencapai tingkat adaptasi tertentu untuk persyaratan dan kekhususan dari
olahraga yang dipilih. Akibatnya, pemeriksaan kesehatan harus dilakukan secara rinci
dan bermaksud mendeteksi hambatan-hambatan dalam meningkatakan prestasi
(misalnya rematik, hepatitis, penyakit akut dan lain-lain).
Momen ini merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan bagi anak
pada masa adolesensi di mana perubahan-perubahan biometrik yang dramatis
berlangsung (misalnya jika anggota badan bagian bawah bertambah secara nyata.
maka otot berkernbang secara tidak proporsional dar lain-lain). Oleh karena itu,
selama pemeriksaaan perkembangan fisik urnum harus mempertimbangkan pengaruh
latihan yang di spesialisasikan pada pertumbuhan dan perkembangan atlet.
Proporsional dalam Bompa (1990:338) menyatakan bahwa latihan kekuatan intensif
pertumbuhan (tinggi) dengan mempercepat pengakhiran pertumbuhan serabut tulang
rawan, misalnya pengakhiran prematur tulang-tulang yang panjang.
Anak bukan “orang dewasa kecil”, tetapi anak adalah anak, yaitu anak harus
dipandang sebagai anak yang mempunyai dunianya sendiri yang disesuaikan dengan
karakteristiknya. Oleh karena itu tidaklah tepat menharapkan anak melakukan
kegiatan seperti yang dilakukan orang dewasa, dan tidak juga mengharapkan anak
anak melakukan kondisi yang sama sebagaimana yang dilakukan orang dewasa.
ASDEP Kemenpora (2007:37)
Untuk beberapa cabang olahraga, misalnya nomor-nomor lempar, kano, gulat
dan angkat besi, yang memerlukan keluasan bahu yang lebar (biacromial diameter),
karena bahu yang kuat sangat berkaitan dengan kekuatan individu, atau setidaknya
menggambarkan kerangka yang bagus untuk mengembangkan kekuatan.
Selama tahap pemanduan bakat kedua ini, psikolog olahraga mulai
memainkan perannya yang makin penting dengan melakukan tes psikologi secara
menyeluruh. Tiap profil psikologis atlet harus disusun untuk mengungkapkan apakah
ia memiliki ciri-ciri psikologis yang diperlukan untuk olahraga yang dipilih. Tes ini
akan membantu menentukan apakah gambaran tekanan-tekanan psikologis di masa
yang akan datang.
2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir
Tahap ini terutama ditujukan untuk calon tim nasional. Pada tahap ini harus
keschatan, (2) adaptasi psikolugis pada latihan dan kompetisi, (3) kemampuan untuk
mengatasi tekanan dan yang sangat penting udalah, (4) potensinya untuk
mengingkatkan prestasinya di masa selanjutnya. Pemeriksaan kesehatan, tes
psikologis dan tes latihan harus dilakukan secara periodik. Data-data tes ini harus
dicatat dan dikomparasikan untuk mengilustrasikan dinamika atlet dari tahap
pengidentifikasian awal sampai karier olahraga.
Di bawah ini adalah gambar Piramida olahraga prestasi:
PEMANTAPAN JUARA
SPESIALISASI CABOR
MULTILATERAL
[image:50.612.132.509.251.596.2]TALENT SCOUNTING
Gambar 2.1 Piramida Pembinaan Olahraga
Sumber: KONI, Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-2007
Upaya perlu dilakukan pertama dalam pembinaan olahraga prestasi adalah
pencarian bakat yang proaktif pada piramid level bawah atau pertama. Kemudian
dilaksanakan pembinaan multilateral atau diadakannya Pusat Pendidikan dan Latihan
dilaksanakan tahapan ke piramida lebih tinggi yaitu tahap pembinaan spesialisasi
cabang olahraga. Dan menuju piramid tertinggi adalah pemantapan juara. Dapat pula
dilihat gambar jalur mekanisme Talent Scouting pada lampiran tiga.
2.4
Motor Educability
Motor educability adalah kemampuan seorang untuk dapat menguasai
gerakan-gerakan baru ( new motor skill ). Dalam proses latihan pengelompokan atlet ke dalam kelompok-kelompok yang homogeny sangat perlu dilakukan, hal ini
berkaitan dengan prinsip individualisasi. Setiap atlet mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam penguasaan gerak, sehingga dengan dilakukan pengelompokan dapat
memudahkan pelatih dalam memberikan atau menentukan metode serta cara
penyampaian teknik atau gerakannya. Karen dengan pengusaan teknik dasar yang
baik, akan menunjang terhadap keterampilan seorang dalam pencapaian prestasi.
Salah satu parameter dalam dunia olahraga yang sudah sangat dikenal untuk
melihat kemampuan anak dalam gerak atau keterampilan adalah motor educability.
Donal K (1983:150) menjelaskan bahwa “The ease with which a person learns new skill is refered to as motor educability”.Selanjutnya Nurhasan (2007:142) menjelaskan bahwa “Motor Educability adalah sebagai kemampuan seseorang untuk
mempelajari gerakan yang baru (new motor skill).
Dari semua pendapat di atas bias ditarik kesimpulan bahwa motor educability
adalah cepat atau lambatnya kemampuan seseorang dalam mempelajari dan
suatu gerak baru, maka hal tersebut menunjukan semakin tinggi derajat motor educability yang dimiliki oleh anak tersebut. Dengan demikian motor educability
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran gerak, terutama
ketika anak diperkenalkan pada keterampilan yang belum dikenal atau masih baru.
David K. Brace merupukan peneliti pertama yang menyatakan hasil
penelitiannya tentang motor educability pada tahun 1927. Hasil penelitian ini ternyata belum bias memuaskan kerena dalam perkembangannya tingkat reliabilitasnya masih
rendah, karena tidak memliki norma yang tegas antara masing-masing kelompok,
baik menurut umur dan jenis kelamin.
Rendahnya tingkat reliabilitas tes motor educability yang disusun oleh David K. Brace maka terbentuklah IOWA BRACE TEST
2.5
Pemanduan
Iowa – Brace Test for Motor Educability
Dari hasil penyempurnaannya, maka diperoleh motor educability yang mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dan keseluruhan memnuhi kriteria sebagai
berikut :
1) Persentasi berhasilnya seseorang melakukan latihan bertambah, sesuai dengan
bertambahnya umur mereka
2) Item-itemnya mempunya korelasi yang rendah dengan pengukuran strength, size, dan power.
Pemanduan Iowa – Brace Test for Motor Educability dengan metode sport search terdiri dari 15 butir tes yang bertujuan membantu untuk menemukan potensi anak yang berbakat. Tetapi dalam pelaksanaannya yang digunakan hanya 10 tes
untuk siswa putar dan 10 tes untuk siswa putri dengan urutan acak.
2.5.1 Iowa-Brance Test for Motor Educability
1) Tes 1
Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan menyentuh
lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke lantai, dan
kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan
2) Tes 2
Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di
belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan
terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan.
Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
3) Tes 3
Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati
bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan di
depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001,
4) Tes 4
Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain (bertumpu
hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping. Pertahankan posisi
ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.
5) Tes 5
Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki
terbuka.
6) Tes 6
Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang,
kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak boleh
menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.
7) Tes 7
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak
kehilangan keseimbangan atau melangkah.
8) Tes 8
Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan
9) Tes 9
Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang
sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.
Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke arah
kiri dan pertahankan keseimbangan
11) Tes 11
Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah sisi
kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/ bersentuhan,
posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki terbuka.
12) Tes 12
Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di
lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum
melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.
13) Tes 13
Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan
bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali lompatan
untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai, sementara
tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.
14) Tes 14
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak
bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.
15) Tes 15
Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di antara
kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan, kemudian bahu
kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi duduk. Saat kembali
ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan dengan arah menghadap
saat sebelum bergerak.
Dari 15 butir tes tersebut siswa putra dan siswa putra mendapat rangkaian tes
[image:56.612.125.530.253.566.2]yang berbeda. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Ururtan Gerak Tes untuk Siswa Kelas 4, 5, 6 SD
PUTRA PUTRI
5 Tes Pertama 5 Tes Kedua 5 Tes Pertama 5 Tes Kedua
Tes 8 Tes 2 Tes 8 Tes 1
Tes 4 Tes 3 Tes 14 Tes 3
Tes 10 Tes 6 Tes 7 Tes 12
Tes 9 Tes 12 Tes 15 Tes 11
Tes 7 Tes 13 Tes 9 Tes 5
Tes ini berupa tes lapangan yang mudah dilaksanakan dan memerlukan
peralatan yang sederhana serta mudah dipersiapkan. Namun demikian, masih ditemui
sedikit kendala yang berkaitan dengan aspek pengolahan dan analisis data, karena tes
pemanduan bakat dengan metode Iowa – Brace Test for Motor Educability, hasilnya diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer. Dalam kenyataannya, sarana
komputer dan dengan piranti lunak yang dimiliki oleh KONI hanya dapat diakses
dengan bantuan sambungan internet. Oleh karena itu, perlu dicari upaya-upaya untuk
Kemudian terciptalah modifikasi yang dilakukan pada aspek pengolahan dan
analisis data. Jika tes Iowa – Brace Test for Motor Educability pengolahan dan analisisnya menggunakan bantuan komputer, maka untuk menyesuaikan kondisi
keterbatasan alat pengolahan dan analisis dimodifikasi atau diubah dengan
menggunakan teknik pengolahan dan analisis secara manual. Tujuan utama dalam
memodifikasi pengolahan ini adalah untuk mempermudah dalam menginterpretasikan
dan menilai hasil tes, sehingga ditemukan alternatif lain dalam menganalisis dan
[image:57.612.119.520.276.704.2]mengolah hasil tes.
Tabel 2.2 Tabel Skor T untuk Hasil Tes Siswa Kelas 4-5-6 SD