• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI

KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

R I A

NIM : S850809112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii  

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA

UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI

KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI

DI KABUPATEN KATINGAN

Disusun Oleh :

RIA

S850809112

Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pada Tanggal :………

Pembimbing I

Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D

Nip.19630826 198803 1 002

Pembimbing II

Drs. Suyono, M.Si

Nip.19500301 197603 1 002

(3)

commit to user

Dr. Mardiyana, M.Si Nip.19660225 199302 1 002

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA

UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI

KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI

DI KABUPATEN KATINGAN

Disusun Oleh :

RIA

S850809112

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal ………

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dr. Mardiyana, M.Si ………

NIP. 19660225 199302 1 002

Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si ………

NIP. 19670116 199402 1 001

Anggota 1. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D ………

NIP. 19630826 198803 1 002

2. Drs. Suyono, M.Si ………

NIP. 19500301 197603 1 002

Surakarta, Februari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi

(4)

commit to user

iv  

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19660225 199302 1 002

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : R I A

NIM : S850809112

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “EFEKTIVITAS

PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI

KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN

DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN

KATINGAN” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya

saya dalam tesis tersebut ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian

hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

MOTTO

“Tidak ada hari yang dilewati dan menjadi sia-sia kalau anda

percaya bahwa Tuhan selalu bersama anda setiap hari ”

( Mazmur 8:1-10)

“ Kekuatiran hidup akan menjadi penambah beban dalam sebuah

masalah, hilangkan kekuatiran anda sebab dalam kuatir tidak

ada jalan keluar”

( Matius 6:25-34)

“ Kesabaran anda akan berbuah indah pada waktuNya ”

(6)

commit to user

vi  

PERSEMBAHAN

Tesis ini Penulis Persembahkan Kepada :

1. Orangtuaku Ayahnda Kristupel Cambie dan Ibunda Niris Naib Nanyan yang

tidak lelah memberikan do’a dan restu, dukungan berupa moril maupun

material sehingga saat ini bisa menyelesaikan studiku dengan baik.

2. Adik-adikku tercinta Purnama, Sari, dan Wahyu yang selalu pengertian serta

memberi dorongan, bantuan dan berkorban sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

3. Keponakkanku tersayang Velia dan Jessica.

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu

terselesainya tesis ini.

(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini dengan judul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL

MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA

PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS

SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN” Tidak lupa penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat;

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana UNS yang

telah memberikan izin kepada penulis.

2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNS yang telah banyak memberikan dorongan dan

pengarahan kepada penulis.

3. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D, Pembimbing I, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan dukungan penulisan tesis ini.

4. Drs. Suyono, M.Si, Pembimbing II, yang telah dengan kesabarannya

memberikan bimbingan kepada penulis dengan baik.

5. Bapak/Ibu dosen Pascasarjana Pendidikan Matematika yang selama ini

telah membimbing dan membina selama belajar.

6. Hendrik M. Lidie, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Katingan Tengah

(8)

commit to user

viii  

7. Kasim Kiaji, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Katingan Tengah

Kabupaten Katingan yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Harto, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Katingan Tengah Kabupaten

Katingan yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Rekan-rekan guru yang ada di tempat penelitian, yang telah memberikan

kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

10.Keluarga dan rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 program studi

pendidikan matematika UNS yang telah membantu pelaksanaan penulisan

tesis ini hingga selesai.

Semoga segala perhatian, dukungan, masukan, bimbingan dan perbuatan

baik yang telah diberikan kepada penulis menyelesaikan tesis ini, kiranya

mendapatkan berkat yang melimpah dari Allah SWT.

Surakarta, Januari 2011

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Masalah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Efektivitas Pengajaran ... 8

3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 10

(10)

commit to user

x  

5. Metode Pengajaran ... 19

a. Metode Diskusi ... 19

b. Metode Pemberian Tugas ... 21

6. Kreativitas ... 23

7. Prestasi Belajar ... 27

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis ... 32

1. Kerangka Berpikir ... 32

2. Perumusan Hipotesis ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

B. Jenis Penelitian ... 37

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

3. Teknik Pengambilan Sampel... 39

D. Teknik Pengambilan Data ... 42

1. Variabel Penelitian ... 42

2. Metode Pengumpulan Data ... 43

3. Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 50

1. Uji Keseimbangan ... 50

2. Uji Prasyarat untuk Anava ... 51

3. Uji Hipotesis ... 54

4. Uji Lanjut Anava ... 59

(11)

commit to user

1. Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan ... 61

2. Uji Keseimbangan ... 62

B. Deskripsi Data ... 63

C. Pengujian Prasyarat untuk Anava ... 67

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Homogenitas ... 69

D. Pengujian Hipotesis ... 70

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 70

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 71

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis ... 75

2. Implikasi Praktis ... 76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 81

(12)

commit to user

xii  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 36

Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian ... 38

Tabel 3.3 Hasil Ujian Nasional Matematika Tahun 2008/2009 ... 41

Tabel 3.4 Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 42

Tabel 3.5 Tabel Rataan ... 55

Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 59

Tabel 4.1 Kategori Kreativitas Berdasarkan Skor... 67

Tabel 4.2 Rangkuman Jumlah Data dan Rataan Kreativitas ... 67

Tabel 4.3 Rataan Antar Sel ... 68

Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas ... 69

Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Homogenitas ... 71

(13)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 81

Lampiran 2 RPP ... 87

Lampiran 3 Kisi-kisi Tes prestasi Belajar Matematika ... 120

Lampiran 4 Soal Tes Matematika ... 121

Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Penyelesaian ... 128

Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika ... 140

Lampiran 7 Angket Kreativitas Belajar Matematika ... 141

Lampiran 8 Lembar Validasi Tes prestasi dan Angket Belajar Matematika .. 147

Lampiran 9 Uji Instrumen Soal Tes Matematika ... 159

Lampiran 10 Uji Instrumen Angket Kreativitas Matematika ... 167

Lampiran 10a Data Induk Penelitian ... 175

Lampiran 10b Data Kreativitas Belajar... 177

Lampiran 10c Data Kreativitas Gabungan ... 179

Lampiran 10d Rangkuman Data Amatan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 183

Lampiran 10e Data Kreativitas Kelas Eksperimen 1 ... 184

Lampiran 10f Data Kreativitas Kelas Eksperimen 2 ... 185

Lampiran 11 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 186

Lampiran 12 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 189

Lampiran 13 Uji Homogenitas Kemampuan Awal siswa ... 190

Lampiran 14 Uji Keseimbangan Kelompok Eksperimen1 dan Kelompok Eksperimen 2 ... 193

Lampiran 15 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Pada Metode Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 ... 197

(14)

commit to user

xiv  

Lampiran 17 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Tinggi ... 203

Lampiran 18 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Sedang ... 205

Lampiran 19 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas rendah ... 207

Lampiran 20 Uji Homogenitas Prestasi Pada Metode Pembelajaran... 209

Lampran 21 Uji Homogenitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Siswa ... 213

Lampiran 22 Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 219

(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

(16)

commit to user

xvi  

ABSTRAK

Ria. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI

KABUPATEN KATINGAN. Pembimbing I : Drs. Tri Atmojo, K, M.Sc, Ph.D.

Pembimbing II : Drs. Suyono.M.Si. Tesis : Program Studi Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011.

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri di Kabupaten Katingan. Alternatif pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran remedial matematika dengan menggunakan metode diskusi dan metode pemberian tugas pada materi pokok pecahan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial dengan metode diskusi memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas.(2) Untuk mengetahui apakah kreativitas siswa yang berbeda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula. (3) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada metode diskusi dan pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan kreativitas tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Katingan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Stratifiedcluster random sampling,

diperoleh SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan SMP Negeri 2 Katingan Tengah. Selanjutnya dengan cara random diambil 2 kelas dari masing-masing sekolah, dan diperoleh siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 2 Katingan Tengah sebanyak 72 siswa sebagai sampel eksperimen 1 sedangkan, siswa kelas VIIB dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIB dari sebanyak 65 siswa sebagai sampel eksperimen 2. Teknik pengumpulan data kemampuan awal sampel dengan menggunakan nilai raport SD kelas VI semester genap pada mata pelajaran matematika, dan untuk prestasi belajar matematika menggunakan tes prestasi, sedangkan untuk tingkatan kreativitas belajar matematika siswa menggunakan angket kreativitas belajar matematika.

(17)

commit to user

jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikan α = 0,05. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu: uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Hasil uji prasyarat adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal serta berdasarkan metode pembelajaran dan kategori kreativitas sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai variansi homogen.

Dari hasil analisis disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh yang berbeda antara siswa yang memperoleh model pembelajaran remedial dengan metode diskusi dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran metode diskusi. (2) Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika, lebih jauh dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi siswa dengan kreativitas belajar rendah. (3) Tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok pecahan. Pada model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama. Sedangkan pada model pembelajaran remedial dengan metode diskusi untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama, begitu juga untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama, demikian untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar sama dari pada siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah.

(18)

commit to user

xviii  

ABSTRACT

Ria. The Effectiveness of the Mathematics Remedial Learning to Overcome Learning Difficulties in the Main Topic of Discussion of Fractions Viewed from the Creativity of the Students in Grade VII of State Junior Secondary Schools in Katingan Regency. Principal Advisor: Drs. Tri Atmojo, K. M.Sc. Ph.D. Co-Advisor: Drs. Suyono, M.Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University 2011.

The background of this research is the low learning achievement in Mathematics of the students of state junior secondary schools in Katingan Regency. To deal with the case, the learning alternative of the remedial learning has been done through the application of the discussion and task-assignment methods on Fractions.

The objective of the research is to investigate whether or not: (1) the remedial learning of the discussion method results in a better learning achievement in Mathematics than that of the task-assignment method; (2) the students’ different creativities has given a different learning achievement in Mathematics; and (3) there is an interaction between the remedial learning of discussion method and that of task-assignment with high, medium, and low creativity toward the learning achievement in Mathematics which one of both remedial learning methods gives better mathematic learning achievement discussion to the students each with high, medium, and low creativity.

This research is a quasi-experimental research with the population of all 7th-grade students in Katingan Regency. The sampling is conducted in use of stratified cluster random sampling technique from SMP Negeri 1 of Central Katingan and SMP Negeri 2 of Central Katingan. Furthermore, 2 classes from each school are randomly taken and the students of Class VIIA of SMP Negeri 1 of Central Katingan and the students of Class VIIA of SMP Negeri 2 of Central Katingan as many as 72 students as Experiment Sample 1 while the students of Class VIIB of SMP Negeri 1 of Central Katingan and those of Class VIIB of SMP Negeri 2 of Central Katingan as many as 65 students as Experiment Sample 2. The data-collecting technique for the sample of initial ability is in use of the scores for Mathematics in the students’ report when they were in the 6th grade of primary school of the even semester. As for the learning achievement in Mathematics, the achievement test is in use, while as for the learning creativity level of the students, the learning creativity questionnaire in Mathematics is used.

(19)

commit to user

prerequisite test is conducted by using the Liliefors test for its normality test and the Barlett test for its homogeneity test. The result of the prerequisite test indicates that the samples come from the population with normal distribution and from the population with homogeneous variances on the bases of the learning method and the creativity category.

Based on the result of two-way Analysis of Variances with unequal cells with the significance level of α = 0.05, this research concludes that on the 7th grade of junior secondary school in Katingan Regency in the Academic Year of 2010/2011: (1) there is a difference in mathematics learning achievement between the students who get remedial learning approach with discussion and those who get remedial learning approach with assignment giving, which means that the students get the learning in use of remedial learning approach with the method of assignment giving. The latter group of students obtains better mathematics learning achievement than the previous group, (2) mathematics creative learning is not significant on mathematics achievement learning. There is conclusion that the student with high mathematics creative learning have equal with middle and low mathematics creative learning, and the student with middle mathematics creative learning have equal student achievement with low mathematics creative learning (3) there is no interaction between the learning creativity on the learning achievement in mathematics on the main topic of fractions. The remedial learning approach with assignment giving, the students with the high, medium, and low learning creativity have the same learning achievement. In the remedial learning approach with discussion, the student with the high creativity and those with the medium learning creativity and those with the low learning creativity, both the students with the high learning creativity and those with the low learning creativity have the same learning achievement in the mathematics on the main topic of fractions.

Keywords: remedial learning, learning achievement, method of discussion, method of assignment giving, mathematics learning creativity

(20)

commit to user

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan

efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi

Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003

dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Konsep-konsep

matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan diberikan secara bertahap

sesuai dengan perkembangan mental dan intelektual siswa. Konsep-konsep tersebut

tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling

sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Siswa yang tidak menguasai bahan

secara tuntas dianggap mengalami kesulitan belajar. Seperti diungkapkan Abin

Syamsudin Makmun (2004: 308) bahwa ”Seorang siswa diduga mengalami kesulitan

(21)

commit to user

2

tertentu”. Dalam pelajaran matematika hal tersebut dapat mempengaruhi penguasaan

bahan belajar selanjutnya. Rendahnya prestasi belajar matematika yang ada ditinjau dari

data nilai rata-rata UN SMP tahun 2009 sebesar 5,07 di Kabupaten Katingan, mungkin

disebabkan kurang tepatnya guru dalam memilih metode pembelajaran.

Proses pendidikan dalam sistem persekolahan di indonesia umumnya belum

menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas.

Kebanyakan guru dalam mengelola pembelajaran, hanya berpindah dari satuan

pembelajaran satu ke satuan pembelajaran berikutnya, tanpa menghiraukan siswa-siswa

yang lamban, kurang memahami, atau bahkan gagal mencapai kompetensi-kompetensi

yang direncanakan. Akibatnya tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi

pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Seorang siswa dikatakan

belajar bila terjadi perubahan tingkah laku pada situasi tertentu. Selama ini belajar

matematika sering ditakuti siswa karena dianggap sulit. Siswa yang memiliki nilai

dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) akan diberikan pembelajaran remedial.

Kualitas pembelajaran matematika dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.

Dari segi proses, pembelajaran matematika dikatakan berhasil dan berkualitas apabila

seluruhnya atau setidak tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik

fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil

pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang

positif pada siswa atau setidak-tidaknya (75%) dari siswa. Selama ini remedial hanya

dilaksanakan dengan cara memberikan tes ulang dengan alasan waktu yang digunakan

untuk pembelajaran remedial sering bertumbukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa

di sekolah yang jumlahnya banyak dan beragam akibatnya untuk menghemat waktu

pembelajaran remedial tidak pernah dilaksanakan. Pemberian remedial dengan cara siswa

(22)

commit to user

 

3

mencapai KKM yaitu sebanyak 90% bahkan malah ada siswa yang nilainya lebih rendah

dari nilai ulangan utama. Remedial kedua dilakukan dengan diberikan pembelajaran

ulang pada materi yang tidak bisa tersebut dan setelah itu dilakukan tes, ternyata hasilnya

dapat meningkat dan mencapai KKM.

Pembelajaran remedial matematika dilakukan dengan memberikan pembelajaran

terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan produk dan metode yang

berbeda dari sebelumnya. Pembelajaran remedial ini merupakan pelayanan sekolah yang

berupa bantuan perlakuan khusus (special treatment) terhadap siswa yang mengalami

kesulitan belajar.

Metode pembelajaran akan sangat membantu proses remedial dan meningkatkan

prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yakni

efektivitas terhadap metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat

menarik minat siswa dalam belajar adalah metode diskusi dan metode pemberian tugas.

Selain model pembelajaran, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi

belajar matematika siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Siswa yang tidak

tertarik dengan pelajaran matematika maka kreativitasnya rendah, sebaliknya siswa yang

tertarik dengan pelajaran matematika maka kreativitasnya tinggi. Siswa dengan

kreativitas tinggi cenderung memperoleh prestasi yang lebih tinggi, sehingga kreativitas

siswa yang tinggi sangat membantu siswa dalam proses belajar matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

(23)

commit to user

4

1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan disebabkan oleh

metode pembelajaran yang kurang tepat. Terkait dengan hal ini, muncul

permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah pemilihan metode

pembelajaran yang sesuai dan tepat oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar

matematika siswa.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan rendahnya aktifitas

siswa dalam belajar matematika di kelas. Kebanyakan guru saat ini kurang

memperhatikan penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal ini, jika metode pembelajaran

yang digunakan oleh guru diperbaharui dengan metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar matematika, apakah prestasi belajar siswa

pada pokok bahasan pecahan menjadi lebih baik.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh

rendahnya kreativitas siswa dan siswa sendiri kurang menyadari pentingnya

kreativitas belajar dalam proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal ini, dapat

dilakukan penelitian untuk melihat apakah siswa yang tingkat kreativitas berbeda

mempunyai prestasi yang berbeda.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang mungkin timbul, maka

penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:

1. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada nilai tes hasil belajar

siswa SMP Negeri kelas VII dengan materi pokok Pecahan.

2. Pembelajaran yang digunakan dibatasi pada pembelajaran remedial yang

(24)

commit to user

 

5

3. Kreativitas siswa pada penelitian ini adalah kreativitas siswa dalam belajar

matematika.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran remedial pada metode diskusi memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik dibandingkan pada pembelajaran remedial dengan metode

pemberian tugas ?

2. Apakah siswa yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang kreativitas sedang dan rendah, siswa yang

kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa kreativitas rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada metode diskusi dan

pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan kreativitas tinggi,

sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial pada metode diskusi memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan pada pembelajaran remedial

dengan metode pemberian tugas.

2. Untuk mengetahui apakah kreativitas siswa yang berbeda memberikan prestasi

belajar matematika yang berbeda pula.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada

metode diskusi dan pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan

(25)

commit to user

6

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Memberikan informasi bagi guru atau calon guru tentang alternatif metode

pengajaran remedial.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk memperhatikan kreativitas belajar siswa

dalam proses belajar mengajar.

3. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menentukan metode pembelajaran

(26)

commit to user

 

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik

dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikap. Perubahan tingkah

laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari

bodoh menjadi pintar. Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) berpendapat bahwa

“Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks”. Belajar sebagai

tindakan, maka dialami oleh siswa sendiri yang tampak sebagai perilaku yang

dapat terlihat dari luar. Karena belajar dialami siswa, maka siswa sebagai penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Dijelaskan Oemar Hamalik (2001: 36) bahwa ”Belajar adalah merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil

belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan”.

Menurut Goldman (2002) mengatakan bahwa :

“Learning is.... a way of interacting with the world. As we learn

conception of phenomena change, and we see the world differently. The

acquisition of information in itself does not bring about such a change, but

the way we structure that information and think with it does. Thus education

is about conceptual change, not just the acquisition of information.”

(Belajar adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia seperti belajar

(27)

commit to user

8  

berbeda. Akuisisi informasi itu sendiri tidak membawa tentang perubahan

tersebut, tetapi cara kita menyusun informasi dan berpikir dengan itu.

Dengan demikian pendidikan adalah tentang perubahan konseptual, bukan

hanya memperoleh informasi).

Pendapat Muhibbin Syah (2006:115) bahwa “Belajar merupakan tahapan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Sedangkan

menurut Moh Uzer Usman (2005:4) bahwa ”Belajar diartikan sebagai proses

perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu

dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan

tingkah laku pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu

dengan individu atau individu dengan lingkungannya.

Jadi, yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk

melahirkan suatu perubahan tingkah laku dan pengetahuan ke arah yang lebih

bermakna yang relatif menetap atau bersifat lama (permanen) pada diri seseorang

sebagai hasil latihan atau pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.

2. Efektivitas Pengajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas:2002) efektif adalah

ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil

guna, (tentang hasil usaha, tindakan). Efektivitas berarti keefektifan yaitu,

(28)

commit to user

9  

 

”Pengajaran yang efektif didefinisikan sebagai kesanggupan menimbulkan

perubahan-perubahan yang diinginkan pada kemampuan dan persepsi

siswa” (Popham & Eva L. Baker (2003:9). Pembelajaran efektif diharapkan

dapat berlangsung dalam setiap proses belajar mengajar. Menurut Popham &

Eva L. Baker (2003) menyatakan bahwa ”Lebih tepat, efektivitas pengajaran itu

seharusnya ditinjau dari hubungan dengan guru tertentu yang mengajar kelompok

siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan

instruksional tertentu”.

Pembelajaran yang efektif juga memerlukan persiapan-persiapan sebelum

pembelajaran berlangsung. Diantaranya disebutkan oleh Popham & Eva L. Baker

(2003) yaitu, ”Sejauh mana siswa telah menguasai (sebelum belajar) perilaku,

syarat, tujuan-tujuan antara dan tujuan keduanya merupakan persiapan mengajar

secara efektif”. Pembelajaran efektif dirangkum dari Richard Dunne dan Ted

Wragg (1996: 12) didefinisikan dengan ciri-ciri berikut:

Ciri 1 bahwa pembelajaran efektif ’memudahkan murid belajar’ sesuatu yang

’bermanfaat’, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana

hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.

Ciri 2 pembelajaran efektif adalah bahwa keterampilan tersebut diakui oleh

mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor, dan

pemandu mata pelajaran atau murid itu sendiri.

Dogle dalam Richard Dunne dan Ted Wragg (1996: 11) ”Mengamati bahwa

para penelaah hasil penelitian mengenai efektivitas mengajar menyimpulkan

bahwa terdapat sedikit konsistensi hubungan antara kemampuan guru dengan

(29)

commit to user

10  

memahami pelajaran dengan baik jika siswa dengan aktif terlibat dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tentang efektivitas pengajaran, efektivitas pengajaran

dalam penelitian ini yaitu keberhasilan dalam menimbulkan perubahan-perubahan

yang diinginkan pada kemampuan dan persepsi siswa melalui metode yang

memudahkan siswa dalam pembelajaran.

3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang

rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non

intelegensi. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 74). Dirangkum dari

Loree dalam Abin Syamsudin Makmun (2004:325-327) faktor penyebab kesulitan

belajar terdiri atas dua macam, yakni:

a. Faktor yang terdapat dalam diri siswa antara lain:

1) Kelemahan secara fisik seperti susunan syaraf dan panca indera kurang

berkembang secara sempurna, ketidakseimbangan perkembangan

reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh yang mengakibatkan

kelainan perilaku dan sebagainya.

2) Kelemahan secara mental (baik yang kelemahan yang dibawa sejak lahir

maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang

bersangkutan dan juga oleh pendidik.

3) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain:

a) Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity).

b) Penyesuaian yang salah (maljusment) terhadap orang-orang, situasi, dan

(30)

commit to user

11  

 

c) Tercekam rasa phobia dan ketidakmatangan.

4) kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan yang salah, antara lain:

kurang berminat terhadap tugas-tugas sekolah, banyak melakukan aktivitas

yang tidak menunjang aktivitas sekolah, kurang berani dan gagal

memusatkan perhatian, kurang kooperatif dan menghindari tanggung

jawab, malas belajar, sering bolos dan tidak mengikuti pelajaran.

5) tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang

diperlukan, seperti: ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang

mengetahui pengetahuan dasar suatu bidang studi yang diikutinya, serta

memiliki cara belajar dan bekerja yang salah.

b. Faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara

lain:

1) Kurikulum yang seragam (uniform), yang tidak sesuai dengan

tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan individu.

2) Ketidaksesuaian standar administrasi, penilaian, pengelolaan kegiatan, dan

pengalaman belajar-mengajar.

3) Terlalu berat beban belajar (siswa) atau mengajar (guru).

4) Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut

kegiatan di luar.

5) Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas dan sebagainya.

6) Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan

(dasar/ asal) sebelumnya.

(31)

commit to user

12  

8) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak

terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.

9) Kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya).

Setiap anak memiliki hak yang sama untuk dapat mencapai penguasaan

materi secara penuh. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan bagi anak yang

mengalami kesulitan belajar untuk mencapai penguasaan secara tuntas. Seperti

prinsip belajar tuntas yang disampaikan oleh Oemar Hamalik (1989: 104) adalah

” berdasarkan batasan terhadap apa yang diharapkan dari siswa untuk dipelajari

sampai tingkat mana pemberian waktu belajar dan pemberian bantuan bagi siswa

yang mengalami kesulitan”.

Abin Syamsudin Makmun dalam psikologi kependidikan (2004: 342)

mengungkapkan bahwa ”penanganan kasus kesulitan belajar-mengajar itu

mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial (remedial

teaching), bimbingan dan konseling (guidance and concelling), psikoterapi

(psychoterapy) dan atau pendekatan lainnya”.

Secara umum kesulitan belajar dapat ditangani dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1) Diagnose, yang berisi identifikasi kasus, lokalisasi jenis dan sifat kesulitan

dan menetapkan penyebab faktor kesulitan.

2) Prognose, yaitu mengadakan estimasi tentang kesulitan belajar.

3) Therapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan dalam rangka

penyembuhan kesulitan, proses pemberian bantuan atau bimbingan.

(32)

commit to user

13  

 

Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan

belajar yang dirangkum dari Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 91- 93)

ada enam tahap yaitu:

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan faktor kesulitan belajar.

2) Pengolahan data

Langkah dalam mengolah data yaitu;

a) identifikasi kasus.

b) membandingkan antar kasus.

c) membandingkan dengan hasil tes.

d) menarik kesimpulan.

3) Diagnosa

Diagnosa adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.

Diagnosa dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).

b) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab

kesulitan belajar.

4) Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.

5) Prognosa

Prognosa berarti ramalan. Dalam prognosa akan ditetapkan mengenai bentuk

treatment yang dapat berupa:

a) Bentuk treatment yang harus diberikan.

b) Bahan atau materi yang diperlukan.

(33)

commit to user

14  

d) Alat-alat belajar mengajar yang diperlukan.

e) Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan).

6) Treatmeant / perlakuan

Pemberian bantuan sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap

prognosa.

7) Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah

diberikan berhasil dengan baik atau gagal.

4. Pengajaran Remedial

a. Pengertian Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat

menyembuhkan atau membetulkan membuat menjadi baik. Jadi pengajaran

remedial ini merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk

menyembuhkan gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses

belajar-mengajar.

Mulyono Abdurrahman (2003:20) Pengajaran remedial pada hakekatnya

merupakan kewajiban bagi semua guru setelah melakukan evaluasi formatif dan

menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Suharsimi Arikunto (1988:35) menyatakan bahwa ”Kegiatan perbaikan

adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum menguasai bahan

pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi tingkat

(34)

commit to user

15  

 

Pendapat yang disampaikan oleh Sardiman A.M. (2001: 165) yaitu ”program

remedial; yaitu kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil dalam

belajarnya (belum mastery)”. Sedangkan Munawir Yusuf dkk (2003: 94)

berpendapat bahwa ”pengajaran remedial direncanakan bagi anak-anak yang

mengalami kesulitan belajar”.

Sasaran akhir pengajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada

umumnya), yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas tertentu

agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai

tingkat penguasaan atau ketuntasan (level of mastery) tertentu,

sekurang-kurangnya sesuai dengan batas-batas kriteria keberhasilan yang dapat diterima

(minimum acceptable perfomance). (Abin Syamsyudin Makmun, 2004: 357)

Berdasarkan penjelasan tentang remedial, maka dapat disimpulkan bahwa

pengajaran remedial pada penelitian ini adalah pengajaran yang diberikan pada

siswa yang mempunyai masalah dalam belajar dengan perencanaan yang baik

untuk membantu siswa mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan sesuai

tujuan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi Pengajaran Remedial

Fungsi pengajaran remedial yang dirangkum dari Suharsimi (1988: 136-138)

sebagai berikut:

1) Fungsi Korektif

Maksud dari fungsi ini adalah pengajaran dengan remedial dapat memperbaiki

hal-hal yang menghambat tercapainya tujuan belajar berupa : perumusan

tujuan, metode mengajar, cara belajar, materi pelajaran, alat pengajaran,

(35)

commit to user

16  

2) Fungsi Pemahaman

Bagi guru : lebih memahami kondisi, prestasi siswa dan kemampua guru

sendiri.

Bagi siswa : lebih memahami dirinya sendiri sehingga dimungkinkan adanya

upaya perbaikan.

3) Fungsi Penyesuaian

Maksud dari fungsi ini adalah adanya penyesuaian siswa dengan tuntutan

dalam belajarnya di mana siswa belajar sesuai dengan kemampuannya,

sehingga mempunyai peluang untuk memperoleh prestasi yang maksimal.

4) Fungsi Pengayaan

Fungsi pengajaran remedial ini dapat dipergunakan untuk pengayaan materi,

khususnya untuk memberi materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran

reguler. Pengayaan ditujukan kepada siswa yang memiliki kecepatan belajar

lebih bila dibandingkan dengan teman-temannya.

5) Fungsi Akselerasi

Maksud dari fungsi ini adalah pengajaran remedial yang dapat mempercepat

proses belajar-mengajar baik dilihat dari segi waktu maupun materi.

6) Fungsi Terapeutik

Pengajaran remedial ini dimaksudkan untuk menyembuhkan atau

memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan

mengalami gangguan atau penyimpangan.

c. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Dalam proses belajar mengajar akan terlihat perbedaan individu dalam

(36)

commit to user

17  

 

maka idealnya ada dua kegiatan yang dilakukan guru setelah mengadakan tes

formatif yaitu pengayaan bagi siswa yang sudah mencapai penguasaan tuntas dan

pengajaran bagi anak yang belum mencapai penguasaan tuntas. Seperti yang

diungkapkan oleh Mulyono Abdurrahman (2003:20) bahwa ”Pengajaran remedial

pada hakekatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah melakukan

evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan

belajar yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan ialah :

1) Sifat kegiatan perbaikan.

2) Jumlah siswa yang memerlukan.

3) Tempat untuk memberikan.

4) Waktu umtuk diselenggarakan.

5) Orang yang harus memberikan.

6) Metode yang harus digunakan.

7) Sarana atau alat yang dipergunakan.

8) Tingkat kesulitan belajar siswa. ( Sardiman, A.M, 2001 : 166)

Muhibbin Syah (2006:179) menyatakan bahwa ”Dalam menyusun

program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut:

tujuan pengajaran remedial, materi pengajaran remedial, metode pengajaran

remedial, alokasi waktu, dan teknik evaluasi pengajaran remedial”.

Pengajaran remedial dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut:

1) Mengganti metode mengajar dengan metode mengajar lain.

2) Menyuruh siswa membaca buku-buku sumber yang mengandung konsep yang

(37)

commit to user

18  

3) Tutor sebaya. (Suharsimi Arikunto 1988 : 63)

Sejalan dengan pendapat tersebut diungkapkan oleh Oemar Hamalik

(1989: 113), bahwa kegiatan perbaikan dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas

dengan tiga teknik yaitu:

1) Bantuan tutor teman sekelas.

2) Guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan pokok uji.

3) Siswa yang belajarnya belum memuaskan memilih sendiri daftar perbaikan

yang telah disediakan.

Pengajaran remedial Strategi Bloom cenderung menggunakan pengajaran

korektif dan cenderung menggunakan bermacam-macam korektif instruksional

pengajaran remedial, yang dipilih secara ekpilisit karena menyajikan materi unit,

melibatkan siswa. Pemikiran pokok yang mendasari strategi Bloom adalah tidak

ada gunanya meminta siswa mengulangi materi aslinya bila hendak membantu

siswa tersebut mengatasi kesulitan belajarnya. (Siswojo 1981: 25)

Abin Syamsudin (2004: 356) mengatakan bahwa ”Pengembangan prosedur

sistem pengajaran remedial didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk

prinsip belajar tuntas (mastery learning)”.

Pokok tersebut dirangkum dari Abin Syamsyudin, yaitu:

1) Terdapat keseragaman individu di dalam kemampuan (kecepatan belajar).

2) Sampai batas normalitas tertentu, setiap individu mungkin dapat mencapai

penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu seperti yang dicapai oleh

temannya, asalkan:

(38)

commit to user

19  

 

b) Kualitas pengajaran (the quality instruction) yang sesuai kondisi objektif

siswa yang bersangkutan.

c) Kematangan dan kesiapan (maturation and readiness) belajar siswa yang

bersangkutan.

5. Metode Pengajaran

a. Metode Diskusi

Metode diskusi diartikan sebagai siasat penyampaian bahan yang

melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif

pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis (Mulyani Sumantri dan

Johar Permana, 2001: 124). Winarno Surakhmad (1990: 110) menyatakan bahwa

”Metode diskusi memberi kemungkinan pemecahan masalah terbaik”. Abu

Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 172) menyatakan bahwa ”Metode diskusi

digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk

memperbaiki kesulitan belajar yang dialami siswa”.

Metode diskusi dalam penelitian ini adalah metode penyampaian bahan

dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah. Mulyani Sumantri dan

Johan Permana (2001: 125-126) mengungkapkan kekuatan dan keterbatasan

metode diskusi antara lain :

Kekuatan metode diskusi antara lain :

a) Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif baik sebagai partisipan,

penanya, penyanggah maupun sebagai ketua atau moderator diskusi.

b) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun

terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.

(39)

commit to user

20  

d) Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang

lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi

dan menerima (take and give).

e) Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berpikir

sendiri.

Keterbatasan metode diskusi antara lain :

a) Sulit menentukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa

dan yang memiliki relevansi dengan lingkungan.

b) Memerlukan waktu yang tidak terbatas.

c) Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang.

d) Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.

e) Memerlukan alat yang fleksibel untuk membentuk tempat yang sesuai.

f) Kadang tidak merambat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulan telah

disepakati namun dalam implementasi sangat sulit dilaksanakan.

g) Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat

menimbulkan bentrokan fisik.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 172-173) menyatakan

kebaikan metode diskusi dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu:

a) Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya dan

menemukan jalan pemecahannya.

b) Interaksi dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya mempercayai.

c) Mengembangkan kerjasama antar pribadi.

d) Menumbuhkan kepercayaan diri.

(40)

commit to user

21  

 

b. MetodePemberian Tugas

Metode mengajar ialah cara tertentu yang digunakan oleh pengajar untuk

menyampaikan bahan pengajar kepada para siswa. Tujuannya ialah untuk

memudahkan guru mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan pengajar.

”Pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar

mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan siswa di

sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok” (Mulyani Sumantri

dan Johar Permana, 2001: 130). Sedangkan Winarno Surakhmad (1990: 114)

menyatakan bahwa ”Pemberian tugas memiliki arti yang lebih luas dari pekerjaan

rumah (PR), yang memerlukan tujuan dan petunjuk yang jelas”. Abu Ahmadi dan

Widodo Supriyono (1991: 173) menyatakan bahwa metode tugas dapat digunakan

dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian bantuan. Dengan

pemberian tugas-tugas tertentu baik secara individual maupun secara kelompok

siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.

Metode pemberian tugas pada penelitian ini adalah suatu cara interaksi

belajar mengajar dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan oleh siswa baik

di rumah ataupun di sekolah dengan tujuan dan petunjuk yang jelas.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 131-132) menjelaskan

kekuatan dan keterbatasan metode pemberian tugas sebagai berikut :

Kekuatan metode pemberian tugas:

a) Membuat peserta didik aktif belajar.

b) Merangsang siswa untuk belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru

maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

(41)

commit to user

22  

d) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam

atau memperluas tentang apa yang dipelajari.

e) Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan

komunikasi.

f) Membuat siswa bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan variasi.

g) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

h) Mengembangkan kreativitas siswa.

Keterbatasan metode pemberian tugas:

a) Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan orang lain.

b) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

c) Tugas yang monoton dapat membosankan siswa.

d) Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan

pintar.

Hasil yang diharapkan dari metode pemberian tugas dalam pengajaran

perbaikan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 173) yaitu:

a) Lebih memahami dirinya.

b) Menumbuhkan kepercayaan diri.

c) Menumbuhkan rasa tanggung jawab.

Dari beberapa ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pemberian

tugas dapat merangsang peserta didik untuk belajar lebih banyak, baik dekat

dengan guru maupun pada saat jauh dari guru didalam sekolah maupun diluar

(42)

commit to user

23  

 

6. Kreativitas

a. PengertianKreativitas

Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar perkataan kreativitas,

namun tidak semua orang memahami arti perkataan kreativitas tersebut.

Menurut pendapat Pam Chermansky (2008:22), “when learning is creative

and involves hands-on activities, students are apt to remember the concepts

longers and have positive feelings about the study of mathematics”. Artinya

bahwa ketika belajar secara kreatif dan melibatkan banyak aktivitas, siswa

cenderung mengingat konsep dengan lebih lama dan memiliki perasaan yang

positif tentang belajar matematika.

Pendapat Fredman (1982) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2003: 53)

mengemukakan bahwa “kreativitas sebagai kemampuan untuk memahami

dunia, menginterprestasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara

yang baru dan asli”. Sedangkan pendapat Woolfolk (1984) yang dikutip oleh

Sri Suwarsi dkk (2003: 53) memberi batasan “kreativitas merupakan

kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli

atas pemecahan suatu atau pemecahan masalah” (Pendapat lain dikemukakan

oleh Saidel yang dikutip oleh Julius Candra (1994: 15) mengatakan bahwa

“kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengkaitkan,

kadang-kadang dengan cara yang ganjil namun mengesankan dan ini

merupakan dasar pendayagunaan kreatif daya rohani manusia dalam bidang

(43)

commit to user

24  

Galligan (2006: 20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam

semua aspek pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi,

disiplin dan dukungan. Mihaly Csikszentmihalyi, profesor dan mantan Kepala

Jurusan Psikologi di Universitas Chicago, mengatakan kreativitas

menyediakan daya dorong untuk setiap tindakan, ide, atau produk yang

mengubah keberadaan domain (atau disiplin) ke dalam sebuah identitas baru.

Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai

jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang

unik, berbeda, orisinil, sama sekali baru.

Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kreativitas

ada unsur-unsur: (1) menciptakan gagasan baru, (2) memodifikasi, (3)

menciptakan produk baru, (4) pengungkapan yang unik, (5) menghubungkan

ide, (6) membuat kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian jelas bahwa

kemampuan tersebut di atas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya

orang-orang tertentu yang dikatakan sebagai orang kreatif. Siswa yang kreatif

akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang.

Pengembangan kemampuan kreatif akan berpengaruh pada sikap mental

kepribadian seseorang.

Pendapat Utami Munandar (1999:16) menjelaskan empat ciri utama

kreativitas berpikir sebagai berikut:

1)Sensitivitas terhadap masalah (problem sensitivity), menunjukkan pada

kemampuan untuk melihat masalah secara tajam.

2)Kelancaran ide (idea fluency), menunjukkan kemampuan untuk

(44)

commit to user

25  

 

3)Kelenturan berpikir (idea flexibility), meninggalkan satu kerangka berpikir

yang lain untuk mengganti pendekatan yang satu dengan yang lain.

4)Keaslian berpikir (idea originality), menunjuk pada kemampuan siswa

untuk menciptakan ide-ide asli dari dirinya.

Senada dengan ciri-ciri yang kreatif tersebut, Julius Candra (1994: 49)

mengelompokkan segi-segi mental orang kreatif sebagai berikut:

1) Hasrat untuk mengubah hal-hal yang sebaiknya menjadi lebih baik.

2) Kepekaan bersifat terbuka dan tanggap segala sesuatu.

3) Minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan.

4) Rasa ingin tahu semangat yang tidak ingin berhenti untuk

mempertanyakan.

5) Konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan hingga mampu

menguasai seluruh bagiannya.

6) Siap mencoba melaksanakannya bersedia mencurahkan tenaga dan

waktu untuk mencari dan mengembangkan.

7) Kesabaran untuk memecahkan masalah dalam detailnya.

Perilaku kreatif tersebut di atas sangat diinginkan oleh pendidik terhadap para

siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar.

b. CaraMengukurKreativitas

Untuk mengetahui kreativitas seseorang bukanlah cara yang mudah

dilakukan, sebab cara untuk mengukur suatu kemampuan psikologis

memerlukan pengetahuan tentang evaluasi yang lebih rumit, lebih-lebih

(45)

commit to user

26  

Untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang menurut Dedi Supriadi

(1994) yang dikutip oleh Sri Suwarsi, dkk (2003: 73) dapat dilakukan dengan

lima macam pendekatan, yaitu:

1)Pendekatan Analisis Obyektif.

Pendekatan ini berusaha untuk mengetahui kreativitas seseorang dengan

mengukur secara langsung (melihat) hasil dari proses pemikiran kreatif

dari seseorang yang menghasilkan karya-karya yang dapat dilihat wujud

fisiknya.

2) Pendekatan Analisis Subyektif

Pendekatan ini menekankan pada pertimbangan-pertimbangan subyektif

dari peneliti terhadap individu atau hasil kreatif yang telah dicapai oleh

seseorang.

3) Menggunakan Inventory Kepribadian

Inventory adalah suatu alat berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang

harus dijawab atau direspon oleh individu, sehingga dari hasil jawaban

atau respon dari individu tersebut dapat diketahui apa yang dikehendaki

oleh inventory tersebut. Dalam hal pengukuran kreativitas ini, inventory

berguna untuk mengetahui jenis kepribadian kreatif seseorang yang

meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir dan kebiasaan berperilaku.

4) Menggunakan riwayat hidup atau biografi.

Inventory biografi ini berusaha mengungkap tentang minat, hobby,

kehidupan masa kecil serta pengalaman-pengalaman yang bermakna dari

(46)

commit to user

27  

 

5) Dengan menggunakan tes kreativitas.

Tes kreativitas menekankan ada tidaknya jawaban benar dan salah, tetapi

pada keunikan dan perbedaannya dengan orang lain serta keaslian,

keluasan, kelancaran, kerincian jawaban. Pada umumnya tes kreativitas

ini terdiri dari tes yang berbentuk verbal dan figural.

Dari beberapa pendapat tersebut pada prinsipnya bahwa ciri-ciri perilaku

yang ditemukan pada orang-orang yang memberika sumbangan kreatif yang

menonjol adalah berani dalam pendirian atau keyakinan, ingin tahu, mandiri

dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan

kerjanya ulet. Perilaku kreatif tersebut diatas sangat diinginkan oleh pendidik

terhadap para siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan

prestasi belajar.

Alat ukur kreativitas berupa angket, indikator yang digunakan diambil

dari ciri-ciri pribadi kreatif dari pakar psikologi yang diungkapkan oleh

Utami Munandar. Dari sepuluh ciri pribadi kreatif hanya enam yang

digunakan sebagai indikator, yaitu imajinatif, mempunyai prakarsa,

mempunyai minat luas, mandiri dalam berpikir, bersedia mengambil resiko

dan penuh energi.

7. Prestasi Belajar

Menurut kamus Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah

dicapai, dikerjakan, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar

dinyatakan dengan prestasi belajar. Salah satu cara untuk mengetahui prestasi

belajar siswa adalah dilakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi hasil belajar

(47)

commit to user

28  

pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar atau

prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan menurut Sumadi

Suryabrata dalam Prasetyo (2000:10), “Prestasi adalah hasil yang dicapai

dalam satu latihan pengalaman didukung oeh kesadaran seseorang atau siswa

untuk belajar “. Sedang menurut Fudyartanto dalam Prasetyo (2000:10),

“prestasi adalah taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah

pengetahuan dan keterampilan yang tiap orangnya berbeda”.

Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh kecerdasan (intelligence), penguasaan

awal, usaha yang dilakukan , dan kesempatan yang tersedia. Belajar sendiri

merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh

suatu bentuk pembahasan perilaku yang relatif menetap.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai oleh

seseorang dapat dilakukan dengan tes. Dalam proses pembelajaran, tipe

prestasi atau hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa penting

untuk diketahui oleh para guru, agar guru dapat merancang atau mendesain

pembelajaran secara tepat dan bermakna, Howard Kingsley dalam

Nana sujana (2006) membagi hasil belajar menjadi tiga tipe, yaitu:

(1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, serta

(3) Sikap dan cita-cita. Masing-masing tipe hasil belajar dapat diisi dengan

bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Prestasi belajar merupakkan

salah satu penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

(48)

commit to user

29  

 

siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar

mengajar selesai. Prestasi belajar ditunjukkan dengan menggunakan nilai atau

skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi maka dapat mencapai ketuntasan

dalam belajar. Sedang fungsi prestasi belajar diantaranya: sebagai indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang ada pada peserta didiuk. Sebagai

bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Sebagai indikator intern dan

ekstern dari lembaga pendidikan. Sebagai indikator terhadap daya serap anak

didik pada materi yang dipelajarinya. Sebagai salah satu satu faktor penentu

kelanjutan studi. Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator atau

petunjuk untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik

setelah menerima pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional,

rumusan tujuan pendidikkan nasional menggunakan klasifikasi menurut

prestasi belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membagi

prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan

ranah psykomotoris.

Menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (2002: 700) menyatakan bahwa “ prestasi belajar

adalah penguasaan dan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

yang diberikan oleh guru”. Jadi dengan adanya nilai yang diberikan guru akan

dapat digunakan sebagai penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar

(49)

commit to user

30  

dilakukan setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah

kegiatan belajar mengajar selesai, prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai

skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi dapat disimpulkan bahwa proses

kegiatan belajar mengajar tersebut berhasil atau dapat mencapai ketuntasan

dalam belajar. Fungsi prestasi belajar diantaranya: (a). Sebagai indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik, (b). Sebagai

bahan informasi dalam inovasi pendidikkan, (c). Sebagai indikator terhadap

daya serap anak didik pada materi yang dipelajari, (d). Sebagai indikator

intern dan ekstern dari lembagapendidikkan, (e). Sebagai salah satu faktor

penentu kelanjutan studi. Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar dapat dijadikan petunjuk atau indikator untuk mengetahui

tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah menerima

pengalaman belajar. Jadi prestasi belajar adalah prestasi setelah siswa

mengalami proses pembelajaran dan merupakan tingkat penguasaan siswa

terhadap materi ajar. Dalam sistem pendidikkan nasional, rumusan tujuan

pendidikan nasional menggunakan klasifikasi menurut prestasi belajar dari

Ben Yamin S. Bloom yang secara garis besar membagi prestasi belajar

menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah sikomotoris.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian relevan yang terkait dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Budiana (2003) yang berjudul ” Penggunaan

Komputer Dalam Pembelajaran Remedial Matematika Untuk Meningkatkan

(50)

commit to user

31  

 

remedial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar

siswa. Persamaannya dengan penelitian ini yang dilakukan terletak pada

pembelajaran remedial. Sedangkan perbedaannya pada penelian ini tidak

menggunakan media komputer, sedangkan pada penelitian yang dilakukan

oleh Budiana menggunakan media komputer.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hafifah (2008) yang berjudul

”Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari

kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP kota Surakarta tahun

pelajaran 2008/2009”. Dengan hasil menunjukkan bahwa kreativitas belajar

matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar

matematika. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada

kreativitas siswa. Perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh hafifah

menggunakan pembelajaran STAD sedangkan penelitian ini menggunakan

pembelajaran remedial.

3. Penelitian yang dilakukan Nur Handayani (2007) yang berjudul”,

Implementasi Pemberian Tugas Terstruktur Dengan Umpan Balik Terhadap

Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Sikap Siswa SMA Kelas X di

Kabupaten Karang Anyar”, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

siswa yang mendapat perlakuan pemberian tugas terstruktur dgn umpan balik

cenderung memperoleh prestasi belajar matematika lebih tinggi dari

(51)

commit to user

32  

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada perlakuan

pemberian tugas . Perbedaannya yaitu pada penelitian Nur Handayani pada

pembelajaran pemberian tugas terstruktur dengan umpan balik.

C. Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis

1.Kerangka Berpikir

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah dan

kajian teori, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar materi pecahan dipengaruhi

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain: penggunaan

model pembelajaran oleh guru. Pada penelitian ini diungkapkan penggunaan

model pembelajaran remedial metode diskusi dan metode pemberian tugas yang

dirinci sebagai berikut:

a. Kaitannya model pembelajaran terhadap prestasi belajar materi pecahan

Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan strategi yang tidak tepat dapat

menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar strategi pembelajaran yang

dipilih tepat, maka seorang guru harus mengetahui strategi pembelajaran yang

sesuai dengan materi pada pokok bahasannya.

Dalam penelitian digunakan dua metode yaitu metode diskusi dan

metode pemberian tugas. Diskusi sebagai salah satu metode yang sesuai pada

remedial pembelajaran matematika, karena dapat menimbukan kreativitas

dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan baru

dalam pemecahan masalah, menumbuhkan berpikir kritis, dan keputusan

yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berpikir sendiri. Metode

(52)

commit to user

33  

 

Adanya tugas mandiri maka dapat merangsang siswa belajar lebih

banyak, mengembangkan kemandirian siswa, membina kebiasaan siswa

untuk mencari dan mengolah sendiri info

Gambar

Gambar 2.1.   Kerangka Pemikiran Penelitian .....................................................
Gambar 2.1.  Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beban sks yang harus dipenuhi oleh mahasiswa pindahan dari perguruan tinggi lain dalam menyelesaikan program studinya adalah sesuai dengan yang ditetapkan Fakultas dan

[r]

Bagi para Penyedia Barang / Jasa atau Peserta Lelang yang keberatan terhadap pengumuman pemenang lelang tersebut di atas, diberi kesempatan untuk mengajukan

6.6 Rincian Usulan Anggaran Insentif Staf untuk Hibah Pengajaran Tahun 2007 16 6.7 Rincian Usulan Anggaran Insentif Staf untuk Hibah Penelitian Tahun 2007 16 6.8 Spesifikasi

 Meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang berkaitan dengan pemeliharaan dari gangguan- gangguan yang timbul pada system otomasi industri dengan kendali

APLIKASI CISCO PACKET TRACER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DASAR JARINGAN KOMPUTER DALAM KONTEKS BLENDED LEARNING.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Menerima Surat Pengantar Pindah Program Studi beserta berkas-berkas lainnya (Surat Permohonan Pindah Program Studi dari Mahasiswa, Berita Acara Bimbingan Dosen