commit to user
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI
KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
R I A
NIM : S850809112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA
UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI
KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI
DI KABUPATEN KATINGAN
Disusun Oleh :
RIA
S850809112
Telah Disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pada Tanggal :………
Pembimbing I
Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D
Nip.19630826 198803 1 002
Pembimbing II
Drs. Suyono, M.Si
Nip.19500301 197603 1 002
commit to user
Dr. Mardiyana, M.Si Nip.19660225 199302 1 002EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA
UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI
KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI
DI KABUPATEN KATINGAN
Disusun Oleh :
RIA
S850809112
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal ………
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dr. Mardiyana, M.Si ………
NIP. 19660225 199302 1 002
Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si ………
NIP. 19670116 199402 1 001
Anggota 1. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D ………
NIP. 19630826 198803 1 002
2. Drs. Suyono, M.Si ………
NIP. 19500301 197603 1 002
Surakarta, Februari 2011
Mengetahui Ketua Program Studi
commit to user
iv
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si
NIP. 19570820 198503 1 004 NIP. 19660225 199302 1 002
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : R I A
NIM : S850809112
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “EFEKTIVITAS
PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK MENGATASI
KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN
DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN
KATINGAN” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam tesis tersebut ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian
hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
MOTTO“Tidak ada hari yang dilewati dan menjadi sia-sia kalau anda
percaya bahwa Tuhan selalu bersama anda setiap hari ”
( Mazmur 8:1-10)
“ Kekuatiran hidup akan menjadi penambah beban dalam sebuah
masalah, hilangkan kekuatiran anda sebab dalam kuatir tidak
ada jalan keluar”
( Matius 6:25-34)
“ Kesabaran anda akan berbuah indah pada waktuNya ”
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Tesis ini Penulis Persembahkan Kepada :
1. Orangtuaku Ayahnda Kristupel Cambie dan Ibunda Niris Naib Nanyan yang
tidak lelah memberikan do’a dan restu, dukungan berupa moril maupun
material sehingga saat ini bisa menyelesaikan studiku dengan baik.
2. Adik-adikku tercinta Purnama, Sari, dan Wahyu yang selalu pengertian serta
memberi dorongan, bantuan dan berkorban sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
3. Keponakkanku tersayang Velia dan Jessica.
4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu
terselesainya tesis ini.
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan judul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL
MATEMATIKA UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS
SISWA SMP NEGERI DI KABUPATEN KATINGAN” Tidak lupa penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat;
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana UNS yang
telah memberikan izin kepada penulis.
2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNS yang telah banyak memberikan dorongan dan
pengarahan kepada penulis.
3. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc, Ph.D, Pembimbing I, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan dukungan penulisan tesis ini.
4. Drs. Suyono, M.Si, Pembimbing II, yang telah dengan kesabarannya
memberikan bimbingan kepada penulis dengan baik.
5. Bapak/Ibu dosen Pascasarjana Pendidikan Matematika yang selama ini
telah membimbing dan membina selama belajar.
6. Hendrik M. Lidie, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Katingan Tengah
commit to user
viii
7. Kasim Kiaji, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Katingan Tengah
Kabupaten Katingan yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Harto, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Katingan Tengah Kabupaten
Katingan yang telah memberikan ijin penelitian.
9. Rekan-rekan guru yang ada di tempat penelitian, yang telah memberikan
kesempatan dan membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
10.Keluarga dan rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 program studi
pendidikan matematika UNS yang telah membantu pelaksanaan penulisan
tesis ini hingga selesai.
Semoga segala perhatian, dukungan, masukan, bimbingan dan perbuatan
baik yang telah diberikan kepada penulis menyelesaikan tesis ini, kiranya
mendapatkan berkat yang melimpah dari Allah SWT.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Masalah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 7
1. Pengertian Belajar ... 7
2. Efektivitas Pengajaran ... 8
3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 10
commit to user
x
5. Metode Pengajaran ... 19
a. Metode Diskusi ... 19
b. Metode Pemberian Tugas ... 21
6. Kreativitas ... 23
7. Prestasi Belajar ... 27
B. Penelitian yang Relevan ... 30
C. Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis ... 32
1. Kerangka Berpikir ... 32
2. Perumusan Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
1. Tempat Penelitian ... 36
2. Waktu Penelitian ... 36
B. Jenis Penelitian ... 37
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39
1. Populasi ... 39
2. Sampel ... 39
3. Teknik Pengambilan Sampel... 39
D. Teknik Pengambilan Data ... 42
1. Variabel Penelitian ... 42
2. Metode Pengumpulan Data ... 43
3. Instrumen Penelitian ... 44
E. Teknik Analisis Data ... 50
1. Uji Keseimbangan ... 50
2. Uji Prasyarat untuk Anava ... 51
3. Uji Hipotesis ... 54
4. Uji Lanjut Anava ... 59
commit to user
1. Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan ... 61
2. Uji Keseimbangan ... 62
B. Deskripsi Data ... 63
C. Pengujian Prasyarat untuk Anava ... 67
1. Uji Normalitas ... 67
2. Uji Homogenitas ... 69
D. Pengujian Hipotesis ... 70
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 70
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis ... 75
2. Implikasi Praktis ... 76
C. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN ... 81
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 36
Tabel 3.2 Desain Faktorial Penelitian ... 38
Tabel 3.3 Hasil Ujian Nasional Matematika Tahun 2008/2009 ... 41
Tabel 3.4 Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 42
Tabel 3.5 Tabel Rataan ... 55
Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 59
Tabel 4.1 Kategori Kreativitas Berdasarkan Skor... 67
Tabel 4.2 Rangkuman Jumlah Data dan Rataan Kreativitas ... 67
Tabel 4.3 Rataan Antar Sel ... 68
Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas ... 69
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Homogenitas ... 71
commit to user
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Silabus ... 81
Lampiran 2 RPP ... 87
Lampiran 3 Kisi-kisi Tes prestasi Belajar Matematika ... 120
Lampiran 4 Soal Tes Matematika ... 121
Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Penyelesaian ... 128
Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika ... 140
Lampiran 7 Angket Kreativitas Belajar Matematika ... 141
Lampiran 8 Lembar Validasi Tes prestasi dan Angket Belajar Matematika .. 147
Lampiran 9 Uji Instrumen Soal Tes Matematika ... 159
Lampiran 10 Uji Instrumen Angket Kreativitas Matematika ... 167
Lampiran 10a Data Induk Penelitian ... 175
Lampiran 10b Data Kreativitas Belajar... 177
Lampiran 10c Data Kreativitas Gabungan ... 179
Lampiran 10d Rangkuman Data Amatan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 183
Lampiran 10e Data Kreativitas Kelas Eksperimen 1 ... 184
Lampiran 10f Data Kreativitas Kelas Eksperimen 2 ... 185
Lampiran 11 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 186
Lampiran 12 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 189
Lampiran 13 Uji Homogenitas Kemampuan Awal siswa ... 190
Lampiran 14 Uji Keseimbangan Kelompok Eksperimen1 dan Kelompok Eksperimen 2 ... 193
Lampiran 15 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Pada Metode Pembelajaran Kelas Eksperimen 1 ... 197
commit to user
xiv
Lampiran 17 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Tinggi ... 203
Lampiran 18 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Sedang ... 205
Lampiran 19 Uji Normalitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas rendah ... 207
Lampiran 20 Uji Homogenitas Prestasi Pada Metode Pembelajaran... 209
Lampran 21 Uji Homogenitas Prestasi Pada Tingkatan Kreativitas Siswa ... 213
Lampiran 22 Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 219
commit to user
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xvi
ABSTRAK
Ria. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN REMEDIAL MATEMATIKA UNTUK
MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PECAHAN DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA KELAS VII SMP NEGERI DI
KABUPATEN KATINGAN. Pembimbing I : Drs. Tri Atmojo, K, M.Sc, Ph.D.
Pembimbing II : Drs. Suyono.M.Si. Tesis : Program Studi Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011.
Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri di Kabupaten Katingan. Alternatif pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran remedial matematika dengan menggunakan metode diskusi dan metode pemberian tugas pada materi pokok pecahan. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial dengan metode diskusi memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas.(2) Untuk mengetahui apakah kreativitas siswa yang berbeda memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda pula. (3) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada metode diskusi dan pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan kreativitas tinggi, sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan populasinya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri di Kabupaten Katingan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Stratifiedcluster random sampling,
diperoleh SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan SMP Negeri 2 Katingan Tengah. Selanjutnya dengan cara random diambil 2 kelas dari masing-masing sekolah, dan diperoleh siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIA dari SMP Negeri 2 Katingan Tengah sebanyak 72 siswa sebagai sampel eksperimen 1 sedangkan, siswa kelas VIIB dari SMP Negeri 1 Katingan Tengah dan siswa kelas VIIB dari sebanyak 65 siswa sebagai sampel eksperimen 2. Teknik pengumpulan data kemampuan awal sampel dengan menggunakan nilai raport SD kelas VI semester genap pada mata pelajaran matematika, dan untuk prestasi belajar matematika menggunakan tes prestasi, sedangkan untuk tingkatan kreativitas belajar matematika siswa menggunakan angket kreativitas belajar matematika.
commit to user
jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikan α = 0,05. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu: uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Hasil uji prasyarat adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal serta berdasarkan metode pembelajaran dan kategori kreativitas sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai variansi homogen.
Dari hasil analisis disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh yang berbeda antara siswa yang memperoleh model pembelajaran remedial dengan metode diskusi dengan siswa yang memperoleh model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, yaitu siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran metode diskusi. (2) Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika, lebih jauh dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi siswa dengan kreativitas belajar rendah. (3) Tidak ada interaksi antara strategi pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok pecahan. Pada model pembelajaran remedial dengan metode pemberian tugas, siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama. Sedangkan pada model pembelajaran remedial dengan metode diskusi untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi dan sedang mempunyai prestasi belajar yang sama, begitu juga untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar yang sama, demikian untuk siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar sama dari pada siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah.
commit to user
xviii
ABSTRACT
Ria. The Effectiveness of the Mathematics Remedial Learning to Overcome Learning Difficulties in the Main Topic of Discussion of Fractions Viewed from the Creativity of the Students in Grade VII of State Junior Secondary Schools in Katingan Regency. Principal Advisor: Drs. Tri Atmojo, K. M.Sc. Ph.D. Co-Advisor: Drs. Suyono, M.Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education, Sebelas Maret University 2011.
The background of this research is the low learning achievement in Mathematics of the students of state junior secondary schools in Katingan Regency. To deal with the case, the learning alternative of the remedial learning has been done through the application of the discussion and task-assignment methods on Fractions.
The objective of the research is to investigate whether or not: (1) the remedial learning of the discussion method results in a better learning achievement in Mathematics than that of the task-assignment method; (2) the students’ different creativities has given a different learning achievement in Mathematics; and (3) there is an interaction between the remedial learning of discussion method and that of task-assignment with high, medium, and low creativity toward the learning achievement in Mathematics which one of both remedial learning methods gives better mathematic learning achievement discussion to the students each with high, medium, and low creativity.
This research is a quasi-experimental research with the population of all 7th-grade students in Katingan Regency. The sampling is conducted in use of stratified cluster random sampling technique from SMP Negeri 1 of Central Katingan and SMP Negeri 2 of Central Katingan. Furthermore, 2 classes from each school are randomly taken and the students of Class VIIA of SMP Negeri 1 of Central Katingan and the students of Class VIIA of SMP Negeri 2 of Central Katingan as many as 72 students as Experiment Sample 1 while the students of Class VIIB of SMP Negeri 1 of Central Katingan and those of Class VIIB of SMP Negeri 2 of Central Katingan as many as 65 students as Experiment Sample 2. The data-collecting technique for the sample of initial ability is in use of the scores for Mathematics in the students’ report when they were in the 6th grade of primary school of the even semester. As for the learning achievement in Mathematics, the achievement test is in use, while as for the learning creativity level of the students, the learning creativity questionnaire in Mathematics is used.
commit to user
prerequisite test is conducted by using the Liliefors test for its normality test and the Barlett test for its homogeneity test. The result of the prerequisite test indicates that the samples come from the population with normal distribution and from the population with homogeneous variances on the bases of the learning method and the creativity category.
Based on the result of two-way Analysis of Variances with unequal cells with the significance level of α = 0.05, this research concludes that on the 7th grade of junior secondary school in Katingan Regency in the Academic Year of 2010/2011: (1) there is a difference in mathematics learning achievement between the students who get remedial learning approach with discussion and those who get remedial learning approach with assignment giving, which means that the students get the learning in use of remedial learning approach with the method of assignment giving. The latter group of students obtains better mathematics learning achievement than the previous group, (2) mathematics creative learning is not significant on mathematics achievement learning. There is conclusion that the student with high mathematics creative learning have equal with middle and low mathematics creative learning, and the student with middle mathematics creative learning have equal student achievement with low mathematics creative learning (3) there is no interaction between the learning creativity on the learning achievement in mathematics on the main topic of fractions. The remedial learning approach with assignment giving, the students with the high, medium, and low learning creativity have the same learning achievement. In the remedial learning approach with discussion, the student with the high creativity and those with the medium learning creativity and those with the low learning creativity, both the students with the high learning creativity and those with the low learning creativity have the same learning achievement in the mathematics on the main topic of fractions.
Keywords: remedial learning, learning achievement, method of discussion, method of assignment giving, mathematics learning creativity
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas
akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan
efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi
Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Konsep-konsep
matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan diberikan secara bertahap
sesuai dengan perkembangan mental dan intelektual siswa. Konsep-konsep tersebut
tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling
sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Siswa yang tidak menguasai bahan
secara tuntas dianggap mengalami kesulitan belajar. Seperti diungkapkan Abin
Syamsudin Makmun (2004: 308) bahwa ”Seorang siswa diduga mengalami kesulitan
commit to user
2
tertentu”. Dalam pelajaran matematika hal tersebut dapat mempengaruhi penguasaan
bahan belajar selanjutnya. Rendahnya prestasi belajar matematika yang ada ditinjau dari
data nilai rata-rata UN SMP tahun 2009 sebesar 5,07 di Kabupaten Katingan, mungkin
disebabkan kurang tepatnya guru dalam memilih metode pembelajaran.
Proses pendidikan dalam sistem persekolahan di indonesia umumnya belum
menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas.
Kebanyakan guru dalam mengelola pembelajaran, hanya berpindah dari satuan
pembelajaran satu ke satuan pembelajaran berikutnya, tanpa menghiraukan siswa-siswa
yang lamban, kurang memahami, atau bahkan gagal mencapai kompetensi-kompetensi
yang direncanakan. Akibatnya tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi
pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Seorang siswa dikatakan
belajar bila terjadi perubahan tingkah laku pada situasi tertentu. Selama ini belajar
matematika sering ditakuti siswa karena dianggap sulit. Siswa yang memiliki nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) akan diberikan pembelajaran remedial.
Kualitas pembelajaran matematika dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil.
Dari segi proses, pembelajaran matematika dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik
fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil
pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang
positif pada siswa atau setidak-tidaknya (75%) dari siswa. Selama ini remedial hanya
dilaksanakan dengan cara memberikan tes ulang dengan alasan waktu yang digunakan
untuk pembelajaran remedial sering bertumbukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler siswa
di sekolah yang jumlahnya banyak dan beragam akibatnya untuk menghemat waktu
pembelajaran remedial tidak pernah dilaksanakan. Pemberian remedial dengan cara siswa
commit to user
3
mencapai KKM yaitu sebanyak 90% bahkan malah ada siswa yang nilainya lebih rendah
dari nilai ulangan utama. Remedial kedua dilakukan dengan diberikan pembelajaran
ulang pada materi yang tidak bisa tersebut dan setelah itu dilakukan tes, ternyata hasilnya
dapat meningkat dan mencapai KKM.
Pembelajaran remedial matematika dilakukan dengan memberikan pembelajaran
terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan produk dan metode yang
berbeda dari sebelumnya. Pembelajaran remedial ini merupakan pelayanan sekolah yang
berupa bantuan perlakuan khusus (special treatment) terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
Metode pembelajaran akan sangat membantu proses remedial dan meningkatkan
prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yakni
efektivitas terhadap metode pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
menarik minat siswa dalam belajar adalah metode diskusi dan metode pemberian tugas.
Selain model pembelajaran, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi
belajar matematika siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Siswa yang tidak
tertarik dengan pelajaran matematika maka kreativitasnya rendah, sebaliknya siswa yang
tertarik dengan pelajaran matematika maka kreativitasnya tinggi. Siswa dengan
kreativitas tinggi cenderung memperoleh prestasi yang lebih tinggi, sehingga kreativitas
siswa yang tinggi sangat membantu siswa dalam proses belajar matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat
commit to user
4
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan disebabkan oleh
metode pembelajaran yang kurang tepat. Terkait dengan hal ini, muncul
permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai dan tepat oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan rendahnya aktifitas
siswa dalam belajar matematika di kelas. Kebanyakan guru saat ini kurang
memperhatikan penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal ini, jika metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru diperbaharui dengan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar matematika, apakah prestasi belajar siswa
pada pokok bahasan pecahan menjadi lebih baik.
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh
rendahnya kreativitas siswa dan siswa sendiri kurang menyadari pentingnya
kreativitas belajar dalam proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal ini, dapat
dilakukan penelitian untuk melihat apakah siswa yang tingkat kreativitas berbeda
mempunyai prestasi yang berbeda.
C. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang mungkin timbul, maka
penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada nilai tes hasil belajar
siswa SMP Negeri kelas VII dengan materi pokok Pecahan.
2. Pembelajaran yang digunakan dibatasi pada pembelajaran remedial yang
commit to user
5
3. Kreativitas siswa pada penelitian ini adalah kreativitas siswa dalam belajar
matematika.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran remedial pada metode diskusi memberikan prestasi belajar
matematika lebih baik dibandingkan pada pembelajaran remedial dengan metode
pemberian tugas ?
2. Apakah siswa yang kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang kreativitas sedang dan rendah, siswa yang
kreativitas sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa kreativitas rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada metode diskusi dan
pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan kreativitas tinggi,
sedang dan rendah terhadap prestasi belajar matematika?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran remedial pada metode diskusi memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan pada pembelajaran remedial
dengan metode pemberian tugas.
2. Untuk mengetahui apakah kreativitas siswa yang berbeda memberikan prestasi
belajar matematika yang berbeda pula.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran remedial pada
metode diskusi dan pembelajaran remedial pada metode pemberian tugas dengan
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Memberikan informasi bagi guru atau calon guru tentang alternatif metode
pengajaran remedial.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk memperhatikan kreativitas belajar siswa
dalam proses belajar mengajar.
3. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menentukan metode pembelajaran
commit to user
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik
dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun dalam sikap. Perubahan tingkah
laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari
bodoh menjadi pintar. Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) berpendapat bahwa
“Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks”. Belajar sebagai
tindakan, maka dialami oleh siswa sendiri yang tampak sebagai perilaku yang
dapat terlihat dari luar. Karena belajar dialami siswa, maka siswa sebagai penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Dijelaskan Oemar Hamalik (2001: 36) bahwa ”Belajar adalah merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan”.
Menurut Goldman (2002) mengatakan bahwa :
“Learning is.... a way of interacting with the world. As we learn
conception of phenomena change, and we see the world differently. The
acquisition of information in itself does not bring about such a change, but
the way we structure that information and think with it does. Thus education
is about conceptual change, not just the acquisition of information.”
(Belajar adalah suatu cara saling berinteraksi dengan dunia seperti belajar
commit to user
8
berbeda. Akuisisi informasi itu sendiri tidak membawa tentang perubahan
tersebut, tetapi cara kita menyusun informasi dan berpikir dengan itu.
Dengan demikian pendidikan adalah tentang perubahan konseptual, bukan
hanya memperoleh informasi).
Pendapat Muhibbin Syah (2006:115) bahwa “Belajar merupakan tahapan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Sedangkan
menurut Moh Uzer Usman (2005:4) bahwa ”Belajar diartikan sebagai proses
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku pada diri individu tersebut berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu atau individu dengan lingkungannya.
Jadi, yang dimaksud belajar dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk
melahirkan suatu perubahan tingkah laku dan pengetahuan ke arah yang lebih
bermakna yang relatif menetap atau bersifat lama (permanen) pada diri seseorang
sebagai hasil latihan atau pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
2. Efektivitas Pengajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas:2002) efektif adalah
ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), dapat membawa hasil, berhasil
guna, (tentang hasil usaha, tindakan). Efektivitas berarti keefektifan yaitu,
commit to user
9
”Pengajaran yang efektif didefinisikan sebagai kesanggupan menimbulkan
perubahan-perubahan yang diinginkan pada kemampuan dan persepsi
siswa” (Popham & Eva L. Baker (2003:9). Pembelajaran efektif diharapkan
dapat berlangsung dalam setiap proses belajar mengajar. Menurut Popham &
Eva L. Baker (2003) menyatakan bahwa ”Lebih tepat, efektivitas pengajaran itu
seharusnya ditinjau dari hubungan dengan guru tertentu yang mengajar kelompok
siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan
instruksional tertentu”.
Pembelajaran yang efektif juga memerlukan persiapan-persiapan sebelum
pembelajaran berlangsung. Diantaranya disebutkan oleh Popham & Eva L. Baker
(2003) yaitu, ”Sejauh mana siswa telah menguasai (sebelum belajar) perilaku,
syarat, tujuan-tujuan antara dan tujuan keduanya merupakan persiapan mengajar
secara efektif”. Pembelajaran efektif dirangkum dari Richard Dunne dan Ted
Wragg (1996: 12) didefinisikan dengan ciri-ciri berikut:
Ciri 1 bahwa pembelajaran efektif ’memudahkan murid belajar’ sesuatu yang
’bermanfaat’, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana
hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.
Ciri 2 pembelajaran efektif adalah bahwa keterampilan tersebut diakui oleh
mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, tutor, dan
pemandu mata pelajaran atau murid itu sendiri.
Dogle dalam Richard Dunne dan Ted Wragg (1996: 11) ”Mengamati bahwa
para penelaah hasil penelitian mengenai efektivitas mengajar menyimpulkan
bahwa terdapat sedikit konsistensi hubungan antara kemampuan guru dengan
commit to user
10
memahami pelajaran dengan baik jika siswa dengan aktif terlibat dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat tentang efektivitas pengajaran, efektivitas pengajaran
dalam penelitian ini yaitu keberhasilan dalam menimbulkan perubahan-perubahan
yang diinginkan pada kemampuan dan persepsi siswa melalui metode yang
memudahkan siswa dalam pembelajaran.
3. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non
intelegensi. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991: 74). Dirangkum dari
Loree dalam Abin Syamsudin Makmun (2004:325-327) faktor penyebab kesulitan
belajar terdiri atas dua macam, yakni:
a. Faktor yang terdapat dalam diri siswa antara lain:
1) Kelemahan secara fisik seperti susunan syaraf dan panca indera kurang
berkembang secara sempurna, ketidakseimbangan perkembangan
reproduksi serta berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh yang mengakibatkan
kelainan perilaku dan sebagainya.
2) Kelemahan secara mental (baik yang kelemahan yang dibawa sejak lahir
maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang
bersangkutan dan juga oleh pendidik.
3) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain:
a) Terdapatnya rasa tidak aman (insecurity).
b) Penyesuaian yang salah (maljusment) terhadap orang-orang, situasi, dan
commit to user
11
c) Tercekam rasa phobia dan ketidakmatangan.
4) kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan yang salah, antara lain:
kurang berminat terhadap tugas-tugas sekolah, banyak melakukan aktivitas
yang tidak menunjang aktivitas sekolah, kurang berani dan gagal
memusatkan perhatian, kurang kooperatif dan menghindari tanggung
jawab, malas belajar, sering bolos dan tidak mengikuti pelajaran.
5) tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang
diperlukan, seperti: ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang
mengetahui pengetahuan dasar suatu bidang studi yang diikutinya, serta
memiliki cara belajar dan bekerja yang salah.
b. Faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat), antara
lain:
1) Kurikulum yang seragam (uniform), yang tidak sesuai dengan
tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan individu.
2) Ketidaksesuaian standar administrasi, penilaian, pengelolaan kegiatan, dan
pengalaman belajar-mengajar.
3) Terlalu berat beban belajar (siswa) atau mengajar (guru).
4) Terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut
kegiatan di luar.
5) Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas dan sebagainya.
6) Kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan
(dasar/ asal) sebelumnya.
commit to user
12
8) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
9) Kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya).
Setiap anak memiliki hak yang sama untuk dapat mencapai penguasaan
materi secara penuh. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan bagi anak yang
mengalami kesulitan belajar untuk mencapai penguasaan secara tuntas. Seperti
prinsip belajar tuntas yang disampaikan oleh Oemar Hamalik (1989: 104) adalah
” berdasarkan batasan terhadap apa yang diharapkan dari siswa untuk dipelajari
sampai tingkat mana pemberian waktu belajar dan pemberian bantuan bagi siswa
yang mengalami kesulitan”.
Abin Syamsudin Makmun dalam psikologi kependidikan (2004: 342)
mengungkapkan bahwa ”penanganan kasus kesulitan belajar-mengajar itu
mungkin dapat dilakukan melalui pendekatan pengajaran remedial (remedial
teaching), bimbingan dan konseling (guidance and concelling), psikoterapi
(psychoterapy) dan atau pendekatan lainnya”.
Secara umum kesulitan belajar dapat ditangani dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Diagnose, yang berisi identifikasi kasus, lokalisasi jenis dan sifat kesulitan
dan menetapkan penyebab faktor kesulitan.
2) Prognose, yaitu mengadakan estimasi tentang kesulitan belajar.
3) Therapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan dalam rangka
penyembuhan kesulitan, proses pemberian bantuan atau bimbingan.
commit to user
13
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan
belajar yang dirangkum dari Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 91- 93)
ada enam tahap yaitu:
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan faktor kesulitan belajar.
2) Pengolahan data
Langkah dalam mengolah data yaitu;
a) identifikasi kasus.
b) membandingkan antar kasus.
c) membandingkan dengan hasil tes.
d) menarik kesimpulan.
3) Diagnosa
Diagnosa adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.
Diagnosa dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar.
4) Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
5) Prognosa
Prognosa berarti ramalan. Dalam prognosa akan ditetapkan mengenai bentuk
treatment yang dapat berupa:
a) Bentuk treatment yang harus diberikan.
b) Bahan atau materi yang diperlukan.
commit to user
14
d) Alat-alat belajar mengajar yang diperlukan.
e) Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan).
6) Treatmeant / perlakuan
Pemberian bantuan sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap
prognosa.
7) Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah
diberikan berhasil dengan baik atau gagal.
4. Pengajaran Remedial
a. Pengertian Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan membuat menjadi baik. Jadi pengajaran
remedial ini merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk
menyembuhkan gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses
belajar-mengajar.
Mulyono Abdurrahman (2003:20) Pengajaran remedial pada hakekatnya
merupakan kewajiban bagi semua guru setelah melakukan evaluasi formatif dan
menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan belajar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Suharsimi Arikunto (1988:35) menyatakan bahwa ”Kegiatan perbaikan
adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum menguasai bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi tingkat
commit to user
15
Pendapat yang disampaikan oleh Sardiman A.M. (2001: 165) yaitu ”program
remedial; yaitu kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil dalam
belajarnya (belum mastery)”. Sedangkan Munawir Yusuf dkk (2003: 94)
berpendapat bahwa ”pengajaran remedial direncanakan bagi anak-anak yang
mengalami kesulitan belajar”.
Sasaran akhir pengajaran remedial identik dengan pengajaran biasa (pada
umumnya), yaitu membantu setiap siswa dalam batas-batas normalitas tertentu
agar dapat mengembangkan diri seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai
tingkat penguasaan atau ketuntasan (level of mastery) tertentu,
sekurang-kurangnya sesuai dengan batas-batas kriteria keberhasilan yang dapat diterima
(minimum acceptable perfomance). (Abin Syamsyudin Makmun, 2004: 357)
Berdasarkan penjelasan tentang remedial, maka dapat disimpulkan bahwa
pengajaran remedial pada penelitian ini adalah pengajaran yang diberikan pada
siswa yang mempunyai masalah dalam belajar dengan perencanaan yang baik
untuk membantu siswa mencapai tingkat penguasaan atau ketuntasan sesuai
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi Pengajaran Remedial
Fungsi pengajaran remedial yang dirangkum dari Suharsimi (1988: 136-138)
sebagai berikut:
1) Fungsi Korektif
Maksud dari fungsi ini adalah pengajaran dengan remedial dapat memperbaiki
hal-hal yang menghambat tercapainya tujuan belajar berupa : perumusan
tujuan, metode mengajar, cara belajar, materi pelajaran, alat pengajaran,
commit to user
16
2) Fungsi Pemahaman
Bagi guru : lebih memahami kondisi, prestasi siswa dan kemampua guru
sendiri.
Bagi siswa : lebih memahami dirinya sendiri sehingga dimungkinkan adanya
upaya perbaikan.
3) Fungsi Penyesuaian
Maksud dari fungsi ini adalah adanya penyesuaian siswa dengan tuntutan
dalam belajarnya di mana siswa belajar sesuai dengan kemampuannya,
sehingga mempunyai peluang untuk memperoleh prestasi yang maksimal.
4) Fungsi Pengayaan
Fungsi pengajaran remedial ini dapat dipergunakan untuk pengayaan materi,
khususnya untuk memberi materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran
reguler. Pengayaan ditujukan kepada siswa yang memiliki kecepatan belajar
lebih bila dibandingkan dengan teman-temannya.
5) Fungsi Akselerasi
Maksud dari fungsi ini adalah pengajaran remedial yang dapat mempercepat
proses belajar-mengajar baik dilihat dari segi waktu maupun materi.
6) Fungsi Terapeutik
Pengajaran remedial ini dimaksudkan untuk menyembuhkan atau
memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan
mengalami gangguan atau penyimpangan.
c. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Dalam proses belajar mengajar akan terlihat perbedaan individu dalam
commit to user
17
maka idealnya ada dua kegiatan yang dilakukan guru setelah mengadakan tes
formatif yaitu pengayaan bagi siswa yang sudah mencapai penguasaan tuntas dan
pengajaran bagi anak yang belum mencapai penguasaan tuntas. Seperti yang
diungkapkan oleh Mulyono Abdurrahman (2003:20) bahwa ”Pengajaran remedial
pada hakekatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah melakukan
evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu meraih tujuan
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan ialah :
1) Sifat kegiatan perbaikan.
2) Jumlah siswa yang memerlukan.
3) Tempat untuk memberikan.
4) Waktu umtuk diselenggarakan.
5) Orang yang harus memberikan.
6) Metode yang harus digunakan.
7) Sarana atau alat yang dipergunakan.
8) Tingkat kesulitan belajar siswa. ( Sardiman, A.M, 2001 : 166)
Muhibbin Syah (2006:179) menyatakan bahwa ”Dalam menyusun
program pengajaran perbaikan diperlukan adanya ketetapan sebagai berikut:
tujuan pengajaran remedial, materi pengajaran remedial, metode pengajaran
remedial, alokasi waktu, dan teknik evaluasi pengajaran remedial”.
Pengajaran remedial dapat dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
1) Mengganti metode mengajar dengan metode mengajar lain.
2) Menyuruh siswa membaca buku-buku sumber yang mengandung konsep yang
commit to user
18
3) Tutor sebaya. (Suharsimi Arikunto 1988 : 63)
Sejalan dengan pendapat tersebut diungkapkan oleh Oemar Hamalik
(1989: 113), bahwa kegiatan perbaikan dapat dilakukan di dalam atau di luar kelas
dengan tiga teknik yaitu:
1) Bantuan tutor teman sekelas.
2) Guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan pokok uji.
3) Siswa yang belajarnya belum memuaskan memilih sendiri daftar perbaikan
yang telah disediakan.
Pengajaran remedial Strategi Bloom cenderung menggunakan pengajaran
korektif dan cenderung menggunakan bermacam-macam korektif instruksional
pengajaran remedial, yang dipilih secara ekpilisit karena menyajikan materi unit,
melibatkan siswa. Pemikiran pokok yang mendasari strategi Bloom adalah tidak
ada gunanya meminta siswa mengulangi materi aslinya bila hendak membantu
siswa tersebut mengatasi kesulitan belajarnya. (Siswojo 1981: 25)
Abin Syamsudin (2004: 356) mengatakan bahwa ”Pengembangan prosedur
sistem pengajaran remedial didasari oleh pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk
prinsip belajar tuntas (mastery learning)”.
Pokok tersebut dirangkum dari Abin Syamsyudin, yaitu:
1) Terdapat keseragaman individu di dalam kemampuan (kecepatan belajar).
2) Sampai batas normalitas tertentu, setiap individu mungkin dapat mencapai
penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu seperti yang dicapai oleh
temannya, asalkan:
commit to user
19
b) Kualitas pengajaran (the quality instruction) yang sesuai kondisi objektif
siswa yang bersangkutan.
c) Kematangan dan kesiapan (maturation and readiness) belajar siswa yang
bersangkutan.
5. Metode Pengajaran
a. Metode Diskusi
Metode diskusi diartikan sebagai siasat penyampaian bahan yang
melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis (Mulyani Sumantri dan
Johar Permana, 2001: 124). Winarno Surakhmad (1990: 110) menyatakan bahwa
”Metode diskusi memberi kemungkinan pemecahan masalah terbaik”. Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 172) menyatakan bahwa ”Metode diskusi
digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk
memperbaiki kesulitan belajar yang dialami siswa”.
Metode diskusi dalam penelitian ini adalah metode penyampaian bahan
dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah. Mulyani Sumantri dan
Johan Permana (2001: 125-126) mengungkapkan kekuatan dan keterbatasan
metode diskusi antara lain :
Kekuatan metode diskusi antara lain :
a) Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif baik sebagai partisipan,
penanya, penyanggah maupun sebagai ketua atau moderator diskusi.
b) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun
terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.
commit to user
20
d) Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang
lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi
dan menerima (take and give).
e) Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berpikir
sendiri.
Keterbatasan metode diskusi antara lain :
a) Sulit menentukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berpikir siswa
dan yang memiliki relevansi dengan lingkungan.
b) Memerlukan waktu yang tidak terbatas.
c) Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang.
d) Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.
e) Memerlukan alat yang fleksibel untuk membentuk tempat yang sesuai.
f) Kadang tidak merambat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulan telah
disepakati namun dalam implementasi sangat sulit dilaksanakan.
g) Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat
menimbulkan bentrokan fisik.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 172-173) menyatakan
kebaikan metode diskusi dalam rangka pengajaran perbaikan yaitu:
a) Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya dan
menemukan jalan pemecahannya.
b) Interaksi dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya mempercayai.
c) Mengembangkan kerjasama antar pribadi.
d) Menumbuhkan kepercayaan diri.
commit to user
21
b. MetodePemberian Tugas
Metode mengajar ialah cara tertentu yang digunakan oleh pengajar untuk
menyampaikan bahan pengajar kepada para siswa. Tujuannya ialah untuk
memudahkan guru mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan pengajar.
”Pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar
mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan siswa di
sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok” (Mulyani Sumantri
dan Johar Permana, 2001: 130). Sedangkan Winarno Surakhmad (1990: 114)
menyatakan bahwa ”Pemberian tugas memiliki arti yang lebih luas dari pekerjaan
rumah (PR), yang memerlukan tujuan dan petunjuk yang jelas”. Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono (1991: 173) menyatakan bahwa metode tugas dapat digunakan
dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian bantuan. Dengan
pemberian tugas-tugas tertentu baik secara individual maupun secara kelompok
siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.
Metode pemberian tugas pada penelitian ini adalah suatu cara interaksi
belajar mengajar dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan oleh siswa baik
di rumah ataupun di sekolah dengan tujuan dan petunjuk yang jelas.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 131-132) menjelaskan
kekuatan dan keterbatasan metode pemberian tugas sebagai berikut :
Kekuatan metode pemberian tugas:
a) Membuat peserta didik aktif belajar.
b) Merangsang siswa untuk belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru
maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
commit to user
22
d) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam
atau memperluas tentang apa yang dipelajari.
e) Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan
komunikasi.
f) Membuat siswa bergairah belajar karena dapat dilakukan dengan variasi.
g) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
h) Mengembangkan kreativitas siswa.
Keterbatasan metode pemberian tugas:
a) Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan orang lain.
b) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
c) Tugas yang monoton dapat membosankan siswa.
d) Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan
pintar.
Hasil yang diharapkan dari metode pemberian tugas dalam pengajaran
perbaikan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 173) yaitu:
a) Lebih memahami dirinya.
b) Menumbuhkan kepercayaan diri.
c) Menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Dari beberapa ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pemberian
tugas dapat merangsang peserta didik untuk belajar lebih banyak, baik dekat
dengan guru maupun pada saat jauh dari guru didalam sekolah maupun diluar
commit to user
23
6. Kreativitas
a. PengertianKreativitas
Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar perkataan kreativitas,
namun tidak semua orang memahami arti perkataan kreativitas tersebut.
Menurut pendapat Pam Chermansky (2008:22), “when learning is creative
and involves hands-on activities, students are apt to remember the concepts
longers and have positive feelings about the study of mathematics”. Artinya
bahwa ketika belajar secara kreatif dan melibatkan banyak aktivitas, siswa
cenderung mengingat konsep dengan lebih lama dan memiliki perasaan yang
positif tentang belajar matematika.
Pendapat Fredman (1982) yang dikutip oleh Sri Suwarsi dkk (2003: 53)
mengemukakan bahwa “kreativitas sebagai kemampuan untuk memahami
dunia, menginterprestasi pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara
yang baru dan asli”. Sedangkan pendapat Woolfolk (1984) yang dikutip oleh
Sri Suwarsi dkk (2003: 53) memberi batasan “kreativitas merupakan
kemampuan individu untuk menghasilkan sesuatu (hasil) yang baru atau asli
atas pemecahan suatu atau pemecahan masalah” (Pendapat lain dikemukakan
oleh Saidel yang dikutip oleh Julius Candra (1994: 15) mengatakan bahwa
“kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengkaitkan,
kadang-kadang dengan cara yang ganjil namun mengesankan dan ini
merupakan dasar pendayagunaan kreatif daya rohani manusia dalam bidang
commit to user
24
Galligan (2006: 20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam
semua aspek pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi,
disiplin dan dukungan. Mihaly Csikszentmihalyi, profesor dan mantan Kepala
Jurusan Psikologi di Universitas Chicago, mengatakan kreativitas
menyediakan daya dorong untuk setiap tindakan, ide, atau produk yang
mengubah keberadaan domain (atau disiplin) ke dalam sebuah identitas baru.
Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai
jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang
unik, berbeda, orisinil, sama sekali baru.
Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam kreativitas
ada unsur-unsur: (1) menciptakan gagasan baru, (2) memodifikasi, (3)
menciptakan produk baru, (4) pengungkapan yang unik, (5) menghubungkan
ide, (6) membuat kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian jelas bahwa
kemampuan tersebut di atas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan hanya
orang-orang tertentu yang dikatakan sebagai orang kreatif. Siswa yang kreatif
akan berpengaruh pada sikap mental atau kepribadian seseorang.
Pengembangan kemampuan kreatif akan berpengaruh pada sikap mental
kepribadian seseorang.
Pendapat Utami Munandar (1999:16) menjelaskan empat ciri utama
kreativitas berpikir sebagai berikut:
1)Sensitivitas terhadap masalah (problem sensitivity), menunjukkan pada
kemampuan untuk melihat masalah secara tajam.
2)Kelancaran ide (idea fluency), menunjukkan kemampuan untuk
commit to user
25
3)Kelenturan berpikir (idea flexibility), meninggalkan satu kerangka berpikir
yang lain untuk mengganti pendekatan yang satu dengan yang lain.
4)Keaslian berpikir (idea originality), menunjuk pada kemampuan siswa
untuk menciptakan ide-ide asli dari dirinya.
Senada dengan ciri-ciri yang kreatif tersebut, Julius Candra (1994: 49)
mengelompokkan segi-segi mental orang kreatif sebagai berikut:
1) Hasrat untuk mengubah hal-hal yang sebaiknya menjadi lebih baik.
2) Kepekaan bersifat terbuka dan tanggap segala sesuatu.
3) Minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan.
4) Rasa ingin tahu semangat yang tidak ingin berhenti untuk
mempertanyakan.
5) Konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan hingga mampu
menguasai seluruh bagiannya.
6) Siap mencoba melaksanakannya bersedia mencurahkan tenaga dan
waktu untuk mencari dan mengembangkan.
7) Kesabaran untuk memecahkan masalah dalam detailnya.
Perilaku kreatif tersebut di atas sangat diinginkan oleh pendidik terhadap para
siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi belajar.
b. CaraMengukurKreativitas
Untuk mengetahui kreativitas seseorang bukanlah cara yang mudah
dilakukan, sebab cara untuk mengukur suatu kemampuan psikologis
memerlukan pengetahuan tentang evaluasi yang lebih rumit, lebih-lebih
commit to user
26
Untuk mengetahui tingkat kreativitas seseorang menurut Dedi Supriadi
(1994) yang dikutip oleh Sri Suwarsi, dkk (2003: 73) dapat dilakukan dengan
lima macam pendekatan, yaitu:
1)Pendekatan Analisis Obyektif.
Pendekatan ini berusaha untuk mengetahui kreativitas seseorang dengan
mengukur secara langsung (melihat) hasil dari proses pemikiran kreatif
dari seseorang yang menghasilkan karya-karya yang dapat dilihat wujud
fisiknya.
2) Pendekatan Analisis Subyektif
Pendekatan ini menekankan pada pertimbangan-pertimbangan subyektif
dari peneliti terhadap individu atau hasil kreatif yang telah dicapai oleh
seseorang.
3) Menggunakan Inventory Kepribadian
Inventory adalah suatu alat berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang
harus dijawab atau direspon oleh individu, sehingga dari hasil jawaban
atau respon dari individu tersebut dapat diketahui apa yang dikehendaki
oleh inventory tersebut. Dalam hal pengukuran kreativitas ini, inventory
berguna untuk mengetahui jenis kepribadian kreatif seseorang yang
meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir dan kebiasaan berperilaku.
4) Menggunakan riwayat hidup atau biografi.
Inventory biografi ini berusaha mengungkap tentang minat, hobby,
kehidupan masa kecil serta pengalaman-pengalaman yang bermakna dari
commit to user
27
5) Dengan menggunakan tes kreativitas.
Tes kreativitas menekankan ada tidaknya jawaban benar dan salah, tetapi
pada keunikan dan perbedaannya dengan orang lain serta keaslian,
keluasan, kelancaran, kerincian jawaban. Pada umumnya tes kreativitas
ini terdiri dari tes yang berbentuk verbal dan figural.
Dari beberapa pendapat tersebut pada prinsipnya bahwa ciri-ciri perilaku
yang ditemukan pada orang-orang yang memberika sumbangan kreatif yang
menonjol adalah berani dalam pendirian atau keyakinan, ingin tahu, mandiri
dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan
kerjanya ulet. Perilaku kreatif tersebut diatas sangat diinginkan oleh pendidik
terhadap para siswa dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan
prestasi belajar.
Alat ukur kreativitas berupa angket, indikator yang digunakan diambil
dari ciri-ciri pribadi kreatif dari pakar psikologi yang diungkapkan oleh
Utami Munandar. Dari sepuluh ciri pribadi kreatif hanya enam yang
digunakan sebagai indikator, yaitu imajinatif, mempunyai prakarsa,
mempunyai minat luas, mandiri dalam berpikir, bersedia mengambil resiko
dan penuh energi.
7. Prestasi Belajar
Menurut kamus Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai, dikerjakan, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar
dinyatakan dengan prestasi belajar. Salah satu cara untuk mengetahui prestasi
belajar siswa adalah dilakukan evaluasi atau penilaian. Evaluasi hasil belajar
commit to user
28
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar atau
prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan menurut Sumadi
Suryabrata dalam Prasetyo (2000:10), “Prestasi adalah hasil yang dicapai
dalam satu latihan pengalaman didukung oeh kesadaran seseorang atau siswa
untuk belajar “. Sedang menurut Fudyartanto dalam Prasetyo (2000:10),
“prestasi adalah taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah
pengetahuan dan keterampilan yang tiap orangnya berbeda”.
Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh kecerdasan (intelligence), penguasaan
awal, usaha yang dilakukan , dan kesempatan yang tersedia. Belajar sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk pembahasan perilaku yang relatif menetap.
Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai oleh
seseorang dapat dilakukan dengan tes. Dalam proses pembelajaran, tipe
prestasi atau hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa penting
untuk diketahui oleh para guru, agar guru dapat merancang atau mendesain
pembelajaran secara tepat dan bermakna, Howard Kingsley dalam
Nana sujana (2006) membagi hasil belajar menjadi tiga tipe, yaitu:
(1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengertian, serta
(3) Sikap dan cita-cita. Masing-masing tipe hasil belajar dapat diisi dengan
bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Prestasi belajar merupakkan
salah satu penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
commit to user
29
siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar
mengajar selesai. Prestasi belajar ditunjukkan dengan menggunakan nilai atau
skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi maka dapat mencapai ketuntasan
dalam belajar. Sedang fungsi prestasi belajar diantaranya: sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang ada pada peserta didiuk. Sebagai
bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Sebagai indikator intern dan
ekstern dari lembaga pendidikan. Sebagai indikator terhadap daya serap anak
didik pada materi yang dipelajarinya. Sebagai salah satu satu faktor penentu
kelanjutan studi. Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar.
Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator atau
petunjuk untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik
setelah menerima pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional,
rumusan tujuan pendidikkan nasional menggunakan klasifikasi menurut
prestasi belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membagi
prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan
ranah psykomotoris.
Menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (2002: 700) menyatakan bahwa “ prestasi belajar
adalah penguasaan dan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka
yang diberikan oleh guru”. Jadi dengan adanya nilai yang diberikan guru akan
dapat digunakan sebagai penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar
commit to user
30
dilakukan setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah
kegiatan belajar mengajar selesai, prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai
skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi dapat disimpulkan bahwa proses
kegiatan belajar mengajar tersebut berhasil atau dapat mencapai ketuntasan
dalam belajar. Fungsi prestasi belajar diantaranya: (a). Sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta didik, (b). Sebagai
bahan informasi dalam inovasi pendidikkan, (c). Sebagai indikator terhadap
daya serap anak didik pada materi yang dipelajari, (d). Sebagai indikator
intern dan ekstern dari lembagapendidikkan, (e). Sebagai salah satu faktor
penentu kelanjutan studi. Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan petunjuk atau indikator untuk mengetahui
tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajar. Jadi prestasi belajar adalah prestasi setelah siswa
mengalami proses pembelajaran dan merupakan tingkat penguasaan siswa
terhadap materi ajar. Dalam sistem pendidikkan nasional, rumusan tujuan
pendidikan nasional menggunakan klasifikasi menurut prestasi belajar dari
Ben Yamin S. Bloom yang secara garis besar membagi prestasi belajar
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah sikomotoris.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian relevan yang terkait dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Budiana (2003) yang berjudul ” Penggunaan
Komputer Dalam Pembelajaran Remedial Matematika Untuk Meningkatkan
commit to user
31
remedial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
siswa. Persamaannya dengan penelitian ini yang dilakukan terletak pada
pembelajaran remedial. Sedangkan perbedaannya pada penelian ini tidak
menggunakan media komputer, sedangkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Budiana menggunakan media komputer.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hafifah (2008) yang berjudul
”Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada sistem persamaan linear dua variabel ditinjau dari
kreativitas belajar peserta didik kelas VIII SMP kota Surakarta tahun
pelajaran 2008/2009”. Dengan hasil menunjukkan bahwa kreativitas belajar
matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar
matematika. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada
kreativitas siswa. Perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh hafifah
menggunakan pembelajaran STAD sedangkan penelitian ini menggunakan
pembelajaran remedial.
3. Penelitian yang dilakukan Nur Handayani (2007) yang berjudul”,
Implementasi Pemberian Tugas Terstruktur Dengan Umpan Balik Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Sikap Siswa SMA Kelas X di
Kabupaten Karang Anyar”, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
siswa yang mendapat perlakuan pemberian tugas terstruktur dgn umpan balik
cenderung memperoleh prestasi belajar matematika lebih tinggi dari
commit to user
32
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada perlakuan
pemberian tugas . Perbedaannya yaitu pada penelitian Nur Handayani pada
pembelajaran pemberian tugas terstruktur dengan umpan balik.
C. Kerangka Berpikir dan Perumusan Hipotesis
1.Kerangka Berpikir
Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah dan
kajian teori, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar materi pecahan dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain: penggunaan
model pembelajaran oleh guru. Pada penelitian ini diungkapkan penggunaan
model pembelajaran remedial metode diskusi dan metode pemberian tugas yang
dirinci sebagai berikut:
a. Kaitannya model pembelajaran terhadap prestasi belajar materi pecahan
Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan strategi yang tidak tepat dapat
menghambat tercapainya tujuan mengajar. Agar strategi pembelajaran yang
dipilih tepat, maka seorang guru harus mengetahui strategi pembelajaran yang
sesuai dengan materi pada pokok bahasannya.
Dalam penelitian digunakan dua metode yaitu metode diskusi dan
metode pemberian tugas. Diskusi sebagai salah satu metode yang sesuai pada
remedial pembelajaran matematika, karena dapat menimbukan kreativitas
dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan baru
dalam pemecahan masalah, menumbuhkan berpikir kritis, dan keputusan
yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berpikir sendiri. Metode
commit to user
33
Adanya tugas mandiri maka dapat merangsang siswa belajar lebih
banyak, mengembangkan kemandirian siswa, membina kebiasaan siswa
untuk mencari dan mengolah sendiri info