• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010 2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010 2011)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR

JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN

METODE PENEMUAN (

DISCOVERY

)

PADA KELAS V SD

(PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011)

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

LINA HARYANTI

X7107039

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user ABSTRAK

Lina Haryanti. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN

(DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten

Sragen Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen dengan menggunakan metode penemuan (discovery). (2) Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berisi alur penelitian meliputi empat tahapan, dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan tes hasil belajar. Teknis analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain : pengumpulan data / reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan : Penerapan metode

penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar

jaring-jaring bangun ruang kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 56,35 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 50%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,27 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 65,38% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,58 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 88,46%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan

(discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar

(5)

commit to user ABSTRACT

Lina Haryanti. IMPROVING STUDENTS DRAWING SPACE STRUCTURE SKILLS USING DISCOVERY METHOD IN THE FIFTH CLASS ( A Classroom Research at the fifth grade student in SD Kliwonan 2 Sragen In 2010/2011 Academic Year). Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University 2011.

The purpose of the research is: (1) to improve the student’s learning in drawing space structure skills at the fifth class in SD Negeri Kliwonan 2 Sragen using discovery method. (2) to describe discovery method to improve the

student’s learning drawing space structure at fifth grade SD Negeri Kliwonan 2

Sragen.

This research is classroom action research and the procedure of the recearch consists of planning, action, observation and reflection. That four steps be a cycle. This research was conducted in two cycles and use documentation and the result of the study to technique of collecting data. The technique of data analisys the researcher used interactive analisys model, that is the relation of three component : collecting the data/data reduction, presenting the data and conclusion/verifikasi.

(6)

commit to user MOTTO

Mulailah segala sesuatu dengan mengingat allah

(R. Sudiyatmana)

Mengembangkan kreatifitas anak merupakan pangkal utama untuk

mempersiapkan kehidupan

(Suratno)

Siapapun yang berhenti belajar akan menjadi tua, siapapun yang terus belajar akan

tetap muda, karena yang penting adalah mempertahankan pikiran agar tetap muda

(Henry Ford)

Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah,

dengan agama kehidupan menjadi lebih terarah

(7)

commit to user PERSEMBAHAN

Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT

kupersembahkan karya sederhana ini

kepada:

Alm. Bapakku

Yang selalu memberi motivasi dan dukungan serta menjadi teladanku.

Ibunda Tercinta

Terima kasih atas semua doa yang tulus, restu, dukungan dan kasih sayang yang

diberikan selama ini.

Adikku dan Keluarga Besarku

Terima kasih untuk semua dukungan yang diberikan kepadaku selama ini.

Seseorang yang jauh disana

Terima kasih atas doa, dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini.

Semua Sahabat dan Keluarga Besar S1BO7

Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini dan semoga

silaturahmi kita tetap terjaga.

Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta

Tempatku menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman

(8)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring

Bangun Ruang Dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD (PTK

Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011) ini diajukan

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari

berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan

yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Prof.Dr.HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Rukayah, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Tumin, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri Kliwonan 2 yang telah

memberikan ijin penelitian.

7. Supadi, S.Pd selaku guru matematika kelas V yang telah merelakan

waktunya untuk membantu penelitian ini.

8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk

(9)

commit to user

9. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi

bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, Juni 2011

(10)

commit to user

(11)

commit to user

C.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 29

D.Sumber Data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Validitas Data ... 31

G.Teknik Analisis Data ... 32

H.Indikator Ketercapaian ... 33

I. Prosedur Penelitian ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A.Hasil Penelitian ... 40

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 67

A.Kesimpulan ... 67

B. Implikasi ... 67

C.Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(12)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring

Bangun Ruang Pra Siklus ... 41

Tabel 2. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 47

Tabel 3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun

Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I 50

Tabel 5. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I ... 51

Tabel 6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 58

Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 60

Tabel 8. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun

Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II 61

Tabel 9. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II ... 62

(13)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 28

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK) ... 30

Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ... 33

Gambar 4. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Pra Siklus ... 42

Gambar 5. Grafik Hasil Observasi Kinerja Siklus I ... 48

Gambar 6. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 49

Gambar 7. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I ... 50

Gambar 8. Grafik Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I ... 52

Gambar 9. Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 59

Gambar 10. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 60

Gambar 11. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II ... 61

Gambar 12. Grafik Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II ... 63

(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 73

Lampiran 2. Silabus Kelas V ... 74

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 76

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 93

Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 110

Lampiran 6. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 1 113

Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 .... 118

Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 2 . 121 Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 126

Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 1 129

Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 .. 134

Lampiran 12. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 2 137

Lampiran 13. Tes Pra Siklus ... 142

Lampiran 14. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 143

Lampiran 15. Soal Individu Siklus I Pertemuan 1 ... 144

Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 145

Lampiran 17. Soal Individu Siklus I Pertemuan 2 ... 146

Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 147

Lampiran 19. Soal Individu Siklus II Pertemuan 1 ... 151

Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 153

Lampiran 21. Soal Individu Siklus II Pertemuan 2 . ... 156

Lampiran 22. Perolehan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 157

Lampiran 23. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 158

Lampiran 24. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 159

Lampiran 25. Kisi-kisi Soal ... 160

(15)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menciptakan generasi muda

sebagai penerus bangsa yang cerdas, kreatif dan berkompeten. Sehingga berbagai

upaya dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang mempunyai kualitas baik

dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang baik pula sangat diperlukan di

Indonesia. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah akan berjalan

dengan baik apabila ada timbal balik antara siswa dengan guru. Maka dari itu

harus diciptakan komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru diharapkan

mampu membimbing siswa dengan baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran

yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang

pendidikan formal yang memegang peran penting dalam peningkatan kualitas

pendidikan. Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh

peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh

pendidikan yang lebih tinggi. Matematika bagi pendidikan dasar, pada umumnya

tidak disukai dan ditakuti karena dianggap sukar oleh siswa. Sehingga, hal ini

dapat mempengaruhi perkembangan belajar matematika dan menurunnya hasil

belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Menurut pendapat R.Soedjadi (2000:41) bahwa objek matematika adalah

abstrak. Hal itu merupakan salah satu penyebab sulitnya seorang guru

mengajarkan matematika. Seorang guru yang mengajarkan matematika harus

berusaha agar matematika di sekolah dasar terlihat konkret untuk memudahkan

siswa menangkap pelajaran matematika. Siswa merasa kesulitan untuk memahami

pelajaran matematika. Kemampuan dan hasil belajar matematika kurang dan

belum sesuai dengan harapan baik harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri.

Sehingga dalam proses pembelajaran matematika, guru harus mempunyai strategi

(16)

commit to user

diharapkan. Salah satunya menggunakan metode pembelajaran yang berpusat

pada siswa agar siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.

Sekarang ini masih banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan

rendah dalam belajar matematika, terutama di sekolah. Dalam hal ini, guru kurang

memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran matematika, sehingga

aktivitas belajar siswa di sekolah masih sangat monoton. Keadaan yang demikian

menyebabkan turunnya kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2 yang dilihat

melalui daftar nilai mata pelajaran matematika, rendahnya kemampuan tersebut

ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa SD

Kliwonan 2 rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Menurut

Aunurrahman (2009:178) faktor internal belajar antara lain: (1) Ciri

khas/karakteristik siswa, (2) Sikap terhadap belajar, (3) Motivasi belajar, (4)

Konsentrasi belajar, (5) Mengolah bahan belajar, (6) Menggali hasil belajar, (7)

Rasa percaya diri, (8) Kebiasaan belajar. Sedangkan faktor eksternal yang

mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: (1) Faktor guru, (2) Lingkungan

sosial (termasuk teman sebaya), (3) Kurikulum sekolah, (4) Sarana dan prasarana.

Berdasarkan observasi yang telah di lakukan, masalah internal dan eksternal

belajar tersebut juga terjadi di SD Kiwonan 2. Dan masalah tersebut

mempengaruhi hasil belajar matematika.

Berdasarkan fakta di lapangan masih banyak siswa yang mempunyai nilai

rendah dalam mata pelajaran matematika. Ini teridentifikasi melalui nilai hasil tes

yang dilakukan guru. Begitu pula di SD Kliwonan 2 yang dapat dilihat dari daftar

nilai matematika, ternyata masih ada 50% siswa yang belum tuntas. Tepatnya 13

siswa dari 26 siswa yang ada di kelas V SD Kliwonan 2 sedangkan yang tuntas

50% dari jumlah siswa dengan nilai yang tidak tinggi.

Fakta di atas menunjukkan bahwa kualitas dan proses pembelajaran yang

dilaksanakan kurang optimal dan belum sesuai harapan. Berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2, hal ini disebabkan oleh

(17)

commit to user

dalam pembelajaran matematika, (2) Siswa tidak mempersiapkan diri sebelum

pembelajaran dimulai walaupun materi yang akan diajarkan sudah diketahui, (3)

Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan

materi yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan agar siswa termotivasi dan

antusias untuk mengikuti pembelajaran matematika. Terutama untuk

meningkatkan kemampuan belajar menggambar berbagai bentuk jaring-jaring

bangun ruang. Karena apabila ada kesulitan pada siswa dan tidak langsung di

atasi, maka pada jenjang pendidikan berikutnya siswa juga mengalami kesulitan

dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan berbagai bentuk

jaring-jaring bangun ruang. Siswa juga akan selalu beranggapan bahwa mata pelajaran

matematika itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga motivasi untuk belajar

matematika menjadi berkurang. Maka dari itu dari berbagai macam model dan

metode pembelajaran yang ada, harus dimanfaatkan seefektif mungkin oleh guru

untuk menunjang pembelajaran.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru

dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Di sinilah guru dituntut

untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan

kompetensi siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang

menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa

dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang. Dalam

hal ini penulis memilih metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk

meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada

pembelajaran matematika. Metode ini dipilih karena untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan yang berpusat pada siswa, belajar untuk

berpikir sendiri dan belajar untuk menemukan bentuk jaring-jaring bangun ruang.

Metode penemuan adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan

pembelajaran perseorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum sampai

kepada generalisasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang berpusat

(18)

commit to user

pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Guru lebih sering

memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat

belajar untuk berpikir dan berhasil menemukan sesuatu. Pembelajaran harus

dibuat dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi

dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Menurut Sugiyanto (2009:1) sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa

profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan

ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan

pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Untuk menciptakan

pembelajaran yang menarik bagi siswa, maka dalam hal ini metode penemuan

(discovery) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah

untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada

pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti mengambil judul

penelitian “ Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang

dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten

Sragen.”

B. Identifikasi Masalah

Dilihat dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka identifikasi

permasalahannya sebagai berikut:

1. Banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam belajar

matematika.

2. Banyak ditemui siswa yang mendapat nilai rendah dalam pembelajaran

matematika.

3. Siswa merasa kesulitan untuk memahami pelajaran matematika.

4. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.

5. Guru kurang memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran

(19)

commit to user C. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu yang tersedia maka penelitian ini memerlukan

pembatasan. Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah :

1. Kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang pada

kelas V SD Kliwonan 2.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode penemuan

(discovery).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut,

1. Apakah penggunaan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan

kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD

Kliwonan 2 kabupaten Sragen?

2. Bagaimana penerapan metode penemuan (discovery) untuk meningkatkan

kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD

Kliwonan 2 kabupaten Sragen?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, tujuan penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring

bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen

dengan menggunakan metode penemuan (discovery).

2. Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk

meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada

(20)

commit to user F. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi penelitian sejenis yang akan datang.

2. Praktis

a. Bagi Siswa

Meningkatnya kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang dalam

pembelajaran matematika terutama pada materi pembelajaran menggambar

jaring-jaring bangun ruang.

b. Bagi Guru

1) Bermanfaat untuk menemukan solusi demi meningkatnya kualitas

pembelajaran matematika kelas V pada materi menggambar jaring-jaring

bangun ruang.

2) Sebagai bahan masukan untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga

berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah tentang metode penemuan

(discovery), sehingga dapat mengarahkan pada guru supaya

mempraktekannya.

2) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan metode penemuan

(21)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang

a. Pengertian Matematika

1) Pengertian tentang Matematika

Hakikat matematika menunjuk kepada segi-segi penting dan mendasar

dalam matematika. Menurut R.Soedjadi (2000:11) pengertian matematika

beraneka ragam tidak hanya satu pengertian saja. Beberapa pengertian

tersebut antara lain:

a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir

secara sistematik.

b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang

logik.

f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Definisi matematika beraneka ragam sesuai dengan atau berdasar pada

sudut pandang para ahli matematika yang mendefinisikannya. Di dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:723) pengertian

matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan.

Berdasarkan dari beberapa definisi matematika tersebut dapat

disimpulkan pengertian matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam

kehidupan sehari-hari yang memudahkan manusia untuk memecahkan

permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari.

(22)

commit to user

Shafer, K. G. (2008) dalam Learning to teach with technology through

an apprenticeship model berpendapat Advances in mathematics education

technology have supported the shift from teacher-centered instruction to

student-centered instruction, in which the teacher serves as a facilitator for

learning. (http://www.citejournal.org/vol8/iss1/mathematics/article1.cfm

diakses 28 Mei 2011). Kemajuan teknologi pendidikan matematika telah

mendukung pergeseran dari guru-instruksi terpusat untuk instruksi yang

berpusat pada siswa, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator untuk

belajar.

Kersaint, G. (2007) dalam Toward technology integration in

mathematics education: A technology-integration course planning

assignment menyatakan mathematics teacher educators should take a

greater role in helping teachers of mathematics to incorporate technology

as part of their mathematics instruction.

(http://www.citejournal.org/vol7/iss4/mathematics/article1.cfm diakses 28

Mei 2011). Matematika pendidik guru harus mengambil peran lebih besar

dalam membantu guru matematika untuk menggabungkan teknologi sebagai

bagian dari pembelajaran matematika mereka.

Dalam proses pembelajaran matematika guru harus memperhatikan

adanya perbedaan individu, karakteristik siswa dan mendukung mereka

untuk belajar dengan baik. Karena setiap peserta didik mempunyai

kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi yang disampaikan guru.

2) Karakteristik Matematika

Matematika mempunyai ciri khusus atau karakteristik tersendiri.

Beberapa karakteristik yang dimiliki itu mempunyai peran sendiri-sendiri.

Menurut R.Soedjadi (2000:13) beberapa ciri khusus atau karakteristik

matematika adalah: a) Memiliki objek kajian abstrak, b) Bertumpu pada

kesepakatan, c) Berpola pikir deduktif, d) Memiliki simbol yang kosong

dari arti, e) Memperhatikan semesta pembicaraan, (f) Konsisten dalam

(23)

commit to user

melihat ciri-ciri khusus atau karakteristiknya dapat dirangkum pengertian

matematika secara umum.

3) Pengertian Matematika Sekolah

Matematika diajarkan dijenjang persekolahan yaitu sekolah dasar,

sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas disebut matematika

sekolah. Menurut R.Soedjadi (2000:37) matematika sekolah adalah

unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau

berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.

Dalam matematika sekolah buku sekolah tidak selalu diawali dengan

teori ataupun definisi. Penyajian matematika yang akan disampaikan

disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik atau siswa.

Penyajiannya dikaitkan dengan realita di sekitar siswa.

4) Tujuan Pendidikan Matematika

Menurut R.Soedjadi (2000:43) tujuan pendidikan matematika

dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum pelajaran matematika dan tujuan

institusional.

Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar

dan pendidikan umum adalah:

a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

efektif dan efisien.

b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari

berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan tujuan khusus matematika di Sekolah Dasar adalah:

a) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui

(24)

commit to user

c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar

lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Tujuan matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI adalah

sebagai berikut:

a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

d) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

(http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html akses tgl 17 maret 2011).

b. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang

1) Pengertian Kemampuan Menggambar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:707)

pengertian kemampuan adalah (a) kesanggupan;kecakapan;kekuatan, (b)

kekayaan. Menurut Chaplin ability kemampuan, kecakapan, ketangkasan,

bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan

suatu perbuatan (http://www.digilib.petra.ac.id). Sedangkan menurut

Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir,

(25)

commit to user

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:329)

pengertian menggambar adalah membuat gambar; melukis. Menggambar

(Inggris: drawing) adalah kegiatan membentuk imajinasi, dengan

menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat

tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat

gambar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Menggambar)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan

pengertian kemampuan menggambar adalah kesanggupan seseorang untuk

berusaha membuat gambar dengan berbagai teknik sesuai dengan

pengalaman yang dimilikinya.

2) Pengertian Jaring-jaring Bangun Ruang

Dunia kita terbuat dari benda-benda yang berbentuk bangun ruang.

Diantaranya bumi yang menjadi tempat tinggal kita ini berbentuk bola dan

banyak peralatan sehari-hari di lingkungan kita berbentuk bangun ruang.

bangun ruang akan membantu anak memahami, menggambarkan atau

mendeskripsikan benda-benda di sekitar anak dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut ST.Negoro dan B.Harahap dalam ensiklopedia matematika

(2003:20) mengungkapkan jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak

dalam bidang, maka bangun itu disebut bangun ruang. Agus Suharjana

(2008:5) berpendapat Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh

himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut.

Yang termasuk bangun ruang antara lain kubus, balok, tabung, limas,

prisma dan kerucut. Menurut Y.D.Sumanto, Heny Kusumawati dan Nur

Aksin (2008:149) bagian-bagian bangun ruang terdiri dari : (1) Sisi yaitu

bagian bangun ruang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar bangun

ruang tersebut. (2) Rusuk yaitu garis pertemuan antara dua sisi pada bangun

ruang tersebut. (3) Titik sudut yaitu pojok bangun ruang tersebut.

R.J Soenarjo (2007:262) berpendapat, jaring-jaring bangun ruang

adalah bidang datar yang terdiri dari seluruh sisi-sisi bangun ruang dalam

satu rangkaian. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang.

(26)

commit to user

jaring-jaring, maka jika sebuah kotak kita lepas perekatnya, maka akan

terbentuk jaring-jaring bangun ruang.

Jadi jaring-jaring bangun ruang terbentuk atau terdiri dari beberapa

bangun datar yang dirangkai. Jika bangun-bangun tersebut dirangkaikan dan

sisi-sisinya tidak berhimpitan maka akan terbentuk sebuah bangun ruang

yang sesuai dengan jaring-jaring yang telah dibuat.

c. Tinjauan Materi Pokok Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang

Jaring-jaring bangun ruang dapat digunakan untuk membuat sebuah

bangun ruang misalnya ingin membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton.

Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai.

Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang yaitu kubus, balok,

tabung, kerucut, prisma dan limas. Jika sebuah bangun ruang dibuka

perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaringnya.

Untuk menunjukkan cara memperoleh jaring-jaring dari sebuah bangun

ruang, guru dapat meminta kepada siswa untuk membelah bangun ruang

mereka, misalnya bangun kubus dengan menggunakan cutter atau gunting

menurut beberapa rusuk tertentu dan menyisakan satu rusuk yang

merangkaikan antara dua persegi, serta ajukanlah pertanyaan kepada para siswa

ada berapa macam bentuk jaring-jaring dari sebuah kubus setelah mereka

memulai pengguntingan dengan cara yang berbeda-beda, tentunya mereka akan

menjawab dengan bermacam-macam jawaban. Dapat dimungkinkan bahwa ada

beberapa siswa yang cara mengguntingnya membuahkan hasil yang sama.

Hasil guntingan siswa akan membentuk jaring-jaring dari bangun yang telah

mereka gunting.

Untuk membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton misalnya

membuat kubus, maka terlebih dahulu kita membuat jaring-jaring kubus. Yaitu

rangkaian enam daerah persegi yang dapat dibentuk menjadi sebuah kubus.

(27)

commit to user

Untuk mengetahui apakah rangkaian dari enam persegi seperti pada

gambar di atas merupakan suatu jaring-jaring kubus atau bukan adalah dengan

menentukan salah satu sisinya sebagai bidang alas (AL). Setelah itu dapat

ditentukan bidang lainnya yaitu bidang atas (AT), kanan (KA), kiri (KI), depan

(D) dan belakang (B). Jika tidak ada bidang-bidang sisi yang berimpit maka

rangkaian tersebut merupakan suatu jaring-jaring kubus. Dari rangkaian enam

persegi di atas akan dapat membentuk sebuah bangun setelah dirangkaikan.

Yaitu tidak ada dua bidang sisi yang berhimpit sehingga dapat disimpulkan

bahwa rangkaian tersebut merupakan jaring-jaring kubus.

Kertas karton yang telah digambar kemudian dipotong ditentukan

sisinya sehingga tidak berhimpit dan dirangkaikan akan menjadi sebuah

bangun kubus seperti pada gambar di bawah ini.

Di bawah ini adalah macam-macam jaring-jaring dari berbagai bangun

ruang :

AT KI AL KA

B

(28)

commit to user 1) Jaring-jaring Kubus

2) Jaring-jaring Balok

(29)

commit to user 4) Jaring-jaring Limas Segiempat

5) Jaring-jaring Limas Segitiga

(30)

commit to user 6) Jaring-jaring Tabung

7) Jaring-jaring Kerucut

2. Hakikat Metode Penemuan (Discovery)

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong

tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan

meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas, memberikan

kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan

siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:740) metode

mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

T.Raka Joni dalam Soly Abimanyu (2009:2-5) mengartikan metode

sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai

(31)

commit to user

diartikan sebagai cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk

mencapai tujuan.

Knirk & Gustafson (2005) menjelaskan bahwa pembelajaran

merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu

proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi

dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

(http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-pembelajaran.html.)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap

dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

(Wikipedia.com)

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan

untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk

kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(definisi-pengertian.blogspot.com/2010/03/definisi-metode-pembelajaran.html.)

Sedangkan menurut Soly Abimanyu (2009:2-6) metode pembelajaran adalah

cara/jalan dalam menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah cara untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

b. Macam-macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan guru ada bermacam-macam.

Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai agar mencapai

tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ada yang berpusat pada guru tetapi

(32)

commit to user

berpusat pada guru maupun yang berpusat pada siswa menurut Soli Abimanyu

(2009) antara lain :

1. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara

memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui

interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar

diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses,

situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk

sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau

sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus

didemonstrasikan.

4. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari

melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok.

5. Metode Simulasi

Metode Simulasi adalah pembelajaran untuk menguasai konsep atau

keterampilan melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.

6. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk

menguasai materi pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus

diselesaikan siswa baik secara individual maupun secara kelompok.

7. Metode Kerja Kelompok

Metode pembelajaran yang dipilih guru untuk menguasai materi

(33)

commit to user

8. Metode Karya Wisata

Metode Karya Wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan

untuk mempelajari materi pelajaran dengan cara mengunjungi secara

langsung tempat dimana materi pelajaran itu berada.

9. Metode Penemuan

a. Discovery adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan

pembelajaran perorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum

sampai kepada generalisasi.

b. Inquiri adalah penyelidikan, artinya perluasan proses penemuan yang

digunakan lebih mendalam.

10. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah prosedur pembelajaran yang

memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri

sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

11. Metode Pembelajaran Unit

Metode pembelajaran unit adalah prosedur pembelajaran dimana

siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu

masalah yang dipelajarinya melalui berbagai segi yang berhubungan

sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

12. Metode Pembelajaran dengan Modul

Metode pembelajaran dengan modul adalah prosedur pembelajaran

yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu

satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh

siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket

belajar berikutnya.

Dari berbagai metode pembelajaran di atas, yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penemuan (discovery).

c. Hakikat Metode Penemuan (Discovery)

1) Pengertian Metode Penemuan (Discovery)

Dalam proses pembelajaran, anak-anak harus sesering mungkin diajak

(34)

commit to user

menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah

yang dipelajari. Jika anak dibiasakan memecahkan masalah, maka berarti

guru atau orang tua telah membangun pengalaman yang kelak dapat mereka

gunakan untuk memecahkan masalah-masalah berikutnya.

Menurut Herdian (http://herdy07.wordpress.com) metode

pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui

pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam

pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang

dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang

mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai

pada generalisasi. Discovery ialah proses mental siswa mampu

mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud

antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan

sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau

mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan

intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran

yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar

pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar

anak dapat belajar sendiri.

Sund dalam Soly Abimanyu (2009:7-9) berpendapat bahwa penemuan

adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau

prinsip. Misalnya : merumuskan masalah, merancang eksperimen,

mengunpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

sebagainya.

Menurut Soly Abimanyu (2009:7-10) penemuan diartikan sebagai

(35)

commit to user

percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Metode penemuan

mengutamakan cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses,

mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.

Menurut Gilstrap dalam moedjiono dan Moh. Dimyati (1992:86)

berpendapat bahwa istilah metode penemuan (discovery method)

didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara

individual, manipulasi objek atau pengaturan/pengondisian objek, dan

eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasiatau penarikan

kesimpulan dibuat. Metode ini membutuhkan penundaan penjelasan tentang

temuan-temuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep.

Selanjutnya Moedjiono dan Moh.Dimyati (1992:87) menyatakan

metode penemuan merupakan format interaksi belajar mengajar yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan

atau tanpa bantuan atau bimbingan guru. Batasan ini mengandung

pengertian metode penemuan sebagai metode yang berorientasi pada siswa

dan menekankan pada proses dan hasil secara bersamaan.

Jadi metode penemuan (Discovery) merupakan metode pembelajaran

yang membantu guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa

diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan

memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Penggunaan metode ini juga

memungkinkan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang

realistik atau nyata.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa metode discovery

sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar,

berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang

diperlukan dan dapat memecahkan masalah yang dipelajari untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dengan demikian metode discovery berorientasi pada

proses dan hasil secara bersama-sama.

Tujuan penggunaan metode penemuan menurut Soli Abimanyu

(2009:7-10) antara lain : (a) untuk memperoleh metode pembelajaran yang

(36)

commit to user

untuk mengaktifkan siswa belajar sesuai dengan materi dan tujuan

pembelajaran, (c) untuk memvariasikan metode pembelajaran yang

digunakan agar siswa tidak bosan, (d) agar siswa dapat menemukan sendiri,

menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari,

sehingga hasilnya akan setia dan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah

dilupakan.

Untuk menggunakan metode pembelajaran guru mempunyai alasan

memilih sebuah metode yang ingin digunakan dalam pembelajaran. Dalam

menggunakan metode penemuan juga terdapat beberapa alasan untuk

memilih metode ini. Alasan tersebut antara lain : (a) memungkinkan untuk

mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) pengetahuan yang ditemukan

sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai dan mudah

digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (c) siswa dapat menguasai

salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, (d)

siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang

akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.

2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan (Discovery)

Setiap model atau metode pembelajaran pasti ada kelebihan dan

kelemahannya. Menurut Soli Abimanyu (2009:7-10) metode penemuan

(Discovery) juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara

lain :

a) Siswa belajar melalui proses penemuan.

b) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.

c) Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.

d) Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai

dengan kemampuannya sendiri.

e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya

sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk

belajar.

f) Metode ini berpusat pada anak dan guru sebagai teman belajar atau

(37)

commit to user

Sedangkan kelemahan dari metode penemuan (Discovery) antara lain :

a) Metode ini memprasyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang

pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan

frustasi.

b) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu

guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.

c) Dalam pelajaran tertentu fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba

ide-ide mungkin terbatas.

d) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian,

sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan

keterampilan.

e) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau

pengertian-pengertian yang ditemukan telah diseleksi oleh guru,

begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.

Dari beberapa kelemahan yang telah disebutkan, ada beberapa cara

untuk mengatasi kelemahan tersebut. Cara mengatasi kelemahan tersebut

antara lain :

a) Membentuk kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari

siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa pandai dapat

membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula

kelemahan dalam kelas besar dapat diatasi.

b) Metode penemuan dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga tidak

memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.

c) Memulai dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah

terbiasa dengan metode ini maka menggunakan metode penemuan

bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.

3) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan (Discovery)

Menurut Soly Abimanyu (2009:7-12) langkah-langkah pelaksanaan

metode penemuan adalah kegiatan persiapan dan kegiatan pelaksanaan

penemuan.

(38)

commit to user (1)Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa.

(2)Merumuskan tujuan pembelajaran.

(3)Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan.

Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.

Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu

ditulis dengan jelas.

(4)Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

b) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan

(1)Kegiatan Pembukaan

(a)Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai

materi pelajaran yang telah diajarkan.

(b)Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan

materi yang diajarkan.

(c)Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan atau tugas yang

dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.

(2)Kegiatan Inti

(a)Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui

kegiatan penemuan.

(b)Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan atau

pemecahan problema yang telah ditetapkan.

(c)Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan atau

percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah

ditetapkan.

(d)Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa.

(e)Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika

diperlukan.

(f)Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

(g)Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.

(h)Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.

(3)Kegiatan penutup

(39)

commit to user

(b)Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.

(c)Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan

penemuan ulang jika ia belum menguasai materi dan meminta

siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah

melakukan penemuan dengan baik.

Sedangkan langkah-langkah metode penemuan (Discovery) menurut

Herdian (http://herdy07.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2011) adalah

sebagai berikut:

a) Identifikasi kebutuhan siswa.

b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

generalisasi pengetahuan.

c) Seleksi bahan, problema atau tugas-tugas.

d) Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta

peranan masing-masing siswa.

e) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.

f) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan.

g) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

h) Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa.

i)Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.

j)Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.

k) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil

penemuannya.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah

pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery) sebagai berikut :

a) Kegiatan awal

(1)Membuka pelajaran dan mengabsen siswa.

(2)Melakukan apersepsi dan mengemukakan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan inti

(1)Menentukan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan

(40)

commit to user

(2)Berdiskusi cara pelaksanaan penemuan yang berupa kegiatan

penyelidikan atau percobaan.

(3)Membantu siswa dengan informasi atau data jika diperlukan.

(4)Merangsang terjadinya interaksi siswa dengan siswa.

(5)Memberikan penghargaan bagi siswa yang giat dalam pelaksanaan

penemuan.

(6)Memberi kesempatan siswa untuk melaporkan hasil penemuannya.

c) Kegiatan akhir

(1)Membuat rangkuman hasil penemuannya.

(2)Melakukan evaluasi.

(3)Menutup pelajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada

penelitian yang telah ada sebelumnya, antara lain :

Rika Nanda Puspitasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya

Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode

Guided Inquiry – Discovery” menyimpulkan bahwa penerapan metode guided

inquiry - discovery dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD

Negeri Karangbangun. Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan nilai IPA siswa

kelas III dari siklus I sampai Siklus III. Dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus

II prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan 5,26%; dari siklus II kemudian

dilaksanakan siklus III mengalami prosentase kenaikan 36,84%.

Dwi Rahayuningsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

“Peningkatan Prestasi Belajar Siswa tentang Konsep Gaya pada Mata Pelajaran

IPA dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing Di Kelas V SD Negeri

Somongari Purworejo Tahun Pelajaran 2009 / 2010” menyimpulkan bahwa proses

pembelajaran IPA dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Somongari

Kec.Kaligesing, Kab. Purworejo. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I

(41)

commit to user

65 sebanyak 6 siswa 14 siswa atau 42,9% pada tindakan sebelumnya. Kemudian

setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai ≥65

atau di atas dari KKM 65 10 siswa dari 14 siswa atau 71,42 % . Sedangkan siswa

yang memperoleh nilai ≤65 atau di bawah KKM 65 sebanyak 4 siswa dari 14

siswa atau 35,7%.

Sri Sawiningsih (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan

Metode Penemuan untuk Meningkatakan Ketuntasan Belajar Siswa Mata

Pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I SDN Bedoro

2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010” menyimpulkan bahwa

berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai

dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode

penemuan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan bilangan cacah pada

mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil

belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang

sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).

C. Kerangka Berpikir

Pada awalnya dalam pembelajaran matematika guru belum menggunakan

metode penemuan (Discovery) dan masih menggunakan metode yang

konvensional, siswa kurang aktif dan pembelajaran kurang menyenangkan.

Sehingga kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang rendah.

Berdasarkan kondisi awal tersebut, salah satu cara untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan

(Discovery). Model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang menyenangkan yang tidak hanya berpusat pada guru. Siswa dibentuk

menjadi beberapa kelompok kemudian dihadapkan pada sebuah permasalahan dan

kelompok tersebut harus mampu menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan

memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Sehingga hasilnya akan tahan lama

dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan. Dan mereka akan mendiskusikan

hasilnya dengan semua kelompok dan guru.Pada tahap ini terdapat beberapa

(42)

commit to user

Pada kondisi akhir dapat dipastikan bahwa melalui metode penemuan

(Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun

ruang. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah

ini:

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat

dirumuskan sebuah hipotesis tindakan kelas bahwa penggunaan metode penemuan

(Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun

(43)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen.

Alasan yang mendasari penelitian di SD Kliwonan 2, antara lain :

1. Pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery) belum pernah diteliti

di SD Negeri Kliwonan 2.

2. Kemampuan dan hasil belajar matematika di kelas V masih rendah.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011

yaitu mulai bulan Januari hingga Juni 2011 atau selama 5 bulan. Bulan Januari

hingga Maret dilaksanakan observasi dan penyusunan proposal. Siklus I

dilaksanakan pada tanggal 18 april dan 21 april 2011. Siklus II dilaksanakan pada

tanggal 25 april dan 28 april 2011. Sedangkan untuk penyusunan laporan

dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kliwonan sebanyak 26

siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki, 13 siswa perempuan dan tidak ada

siswa yang berkebutuhan khusus. Objek penelitiannya adalah kemampuan siswa

menggambar jaring-jaring bangun ruang.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Data yang

akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka

bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi penelitian model siklus.

Menurut Suhardjono (2009:74) PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang

dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap

(44)

commit to user

siklus yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi, seperti

pada gambar di bawah ini :

Siklus I

Siklus II

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK)

(Suharsimi, Suhardjono dan Supardi 2009:74)

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini antara lain :

1. Sumber data primer, yaitu :

a. Siswa sebagai subjek penelitian.

b. Guru sebagai sumber informasi tentang keadaan siswa, terutama guru

matematika kelas V.

2. Sumber data sekunder, yaitu :

a. Dokumentasi

Pengumpulan data yaitu hasil pekerjaan siswa secara tertulis dalam

(45)

commit to user

b. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan dalam mengamati proses pelakasanaan

pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery).

c. Hasil nilai siswa

Siswa diuji kemampuannya setelah selesai pelaksanaan pembelajaran untuk

mendapatkan nilai siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini diberikan pada

siswa setelah pembelajaran selesai untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar nama siswa dan daftar nilai siswa

kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen sebelum penelitian dilaksanakan.

3. Observasi

Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah

obsevasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa

perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Dalam penelitian ini

observasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa

dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

F. Validitas Data

Data yang sudah diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan

(46)

commit to user

memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas

data yang telah diperolehnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti

menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi dan hasilnya diuji

dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada

siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen serta tes untuk

mengetahui kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada siswa

kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Dari data yang diperoleh dari

beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan

dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Iskandar (2009:75) analisis data penelitian tindakan kelas (PTK)

merupakan proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta

menyusun ke dalam kategorisasi, mengklarifikasi data untuk menjawab

pertanyaan, tema apa yang ditentukan pada data, seberapa jauh data dapat

mendukung tema atau tujuan penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles

dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok

yaitu, reduksi data, sajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

(47)

commit to user

tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang

utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penampilan data secara sederhana

dalam bentuk paparan naratif, tabel dan grafik.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji

kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan

validitasnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman

H. Indikator Ketercapaian

Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila 80% dari

jumlah siswa tuntas (kurang lebih 21 siswa) dari 26 siswa dengan mendapat nilai

≥ 65.

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data

(48)

commit to user I. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Melakukan survei terhadap pembelajaran matematika.

2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi untuk segera

dipecahkan.

3. Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah teridentifikasi.

4. Melakukan pengkajian teoritis tentang metode penemuan (discovery) dalam

pembelajaran matematika pada materi menggambar bangun ruang.

5. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas.

6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun.

7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang

juga secara menyeluruh.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan

melalui empat kegiatan. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu :

(1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Pelaksanaan PTK

dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah

diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada

siklus pertama, guru menentukan rancangan untuk siklus yang kedua. Penjelasan

secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai

berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat

sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama

tindakan berlangsung. Pada tahap perencanaan tindakan terdiri dari kegiatan

berikut :

1) Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti

Gambar

Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun
gambar di atas merupakan suatu jaring-jaring kubus atau bukan adalah dengan
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK)
+7

Referensi

Dokumen terkait

motivasi belajar dalam menentukan jaring-jaring bangun ruang pada siswa. kelas V SDN 1 Rawoh kecamatan Karangrayung kabupaten

NIMA54A100105.UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD

Oleh karena itu peneliti mengembangkan prototipe rancangan pembelajaran tematik matematika materi bangun ruang kubus dan balok menggunakan media lagu untuk siswa kelas V

Dalam penysusunan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi bangun ruang kubus dan balok untuk kelas V dengan metode bernyanyi memperhatikan kemampuan

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING PADA MATERI BANGUN RUANG.. DI KELAS V SD NEGERI SANGON KOKAP

Ensiklopedia pada materi bangun ruang kelas V Sd/Mi di validasi oleh para validator ahli pengampu di bidangnya, maka tahap selanjutnya memperbaiki desain bahan ajar ensiklopedia

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Karanggude Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas pada

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penerapan pembelajaran Bruner dengan alat peraga jaring-jaring bangun ruang dapat meningkatkan sikap disiplin dan prestasi