commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR
JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN
METODE PENEMUAN (
DISCOVERY
)
PADA KELAS V SD
(PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011)
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
LINA HARYANTI
X7107039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user ABSTRAK
Lina Haryanti. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGAMBAR JARING-JARING BANGUN RUANG DENGAN METODE PENEMUAN
(DISCOVERY) PADA KELAS V SD (PTK Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten
Sragen Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen dengan menggunakan metode penemuan (discovery). (2) Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berisi alur penelitian meliputi empat tahapan, dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan tes hasil belajar. Teknis analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain : pengumpulan data / reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan : Penerapan metode
penemuan (discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar
jaring-jaring bangun ruang kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 56,35 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 50%, siklus I nilai rata-rata kelas 68,27 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 65,38% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,58 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 88,46%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan
(discovery) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggambar
commit to user ABSTRACT
Lina Haryanti. IMPROVING STUDENTS DRAWING SPACE STRUCTURE SKILLS USING DISCOVERY METHOD IN THE FIFTH CLASS ( A Classroom Research at the fifth grade student in SD Kliwonan 2 Sragen In 2010/2011 Academic Year). Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University 2011.
The purpose of the research is: (1) to improve the student’s learning in drawing space structure skills at the fifth class in SD Negeri Kliwonan 2 Sragen using discovery method. (2) to describe discovery method to improve the
student’s learning drawing space structure at fifth grade SD Negeri Kliwonan 2
Sragen.
This research is classroom action research and the procedure of the recearch consists of planning, action, observation and reflection. That four steps be a cycle. This research was conducted in two cycles and use documentation and the result of the study to technique of collecting data. The technique of data analisys the researcher used interactive analisys model, that is the relation of three component : collecting the data/data reduction, presenting the data and conclusion/verifikasi.
commit to user MOTTO
Mulailah segala sesuatu dengan mengingat allah
(R. Sudiyatmana)
Mengembangkan kreatifitas anak merupakan pangkal utama untuk
mempersiapkan kehidupan
(Suratno)
Siapapun yang berhenti belajar akan menjadi tua, siapapun yang terus belajar akan
tetap muda, karena yang penting adalah mempertahankan pikiran agar tetap muda
(Henry Ford)
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah,
dengan agama kehidupan menjadi lebih terarah
commit to user PERSEMBAHAN
Dengan segala doa dan puji syukur kehadirat Allah SWT
kupersembahkan karya sederhana ini
kepada:
Alm. Bapakku
Yang selalu memberi motivasi dan dukungan serta menjadi teladanku.
Ibunda Tercinta
Terima kasih atas semua doa yang tulus, restu, dukungan dan kasih sayang yang
diberikan selama ini.
Adikku dan Keluarga Besarku
Terima kasih untuk semua dukungan yang diberikan kepadaku selama ini.
Seseorang yang jauh disana
Terima kasih atas doa, dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini.
Semua Sahabat dan Keluarga Besar S1BO7
Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini dan semoga
silaturahmi kita tetap terjaga.
Almamaterku PGSD FKIP UNS Surakarta
Tempatku menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring
Bangun Ruang Dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD (PTK
Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011) ini diajukan
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan
yang baik ini diucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof.Dr.HM. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Rukayah, M.Hum selaku Pembimbing II yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Tumin, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri Kliwonan 2 yang telah
memberikan ijin penelitian.
7. Supadi, S.Pd selaku guru matematika kelas V yang telah merelakan
waktunya untuk membantu penelitian ini.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk
commit to user
9. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi
bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
commit to user
C.Bentuk dan Strategi Penelitian ... 29
D.Sumber Data ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Validitas Data ... 31
G.Teknik Analisis Data ... 32
H.Indikator Ketercapaian ... 33
I. Prosedur Penelitian ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A.Hasil Penelitian ... 40
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40
2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 67
A.Kesimpulan ... 67
B. Implikasi ... 67
C.Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring
Bangun Ruang Pra Siklus ... 41
Tabel 2. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 47
Tabel 3. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 48
Tabel 4. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun
Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I 50
Tabel 5. Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I ... 51
Tabel 6. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 58
Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 60
Tabel 8. Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun
Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II 61
Tabel 9. Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II ... 62
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 28
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK) ... 30
Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ... 33
Gambar 4. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Pra Siklus ... 42
Gambar 5. Grafik Hasil Observasi Kinerja Siklus I ... 48
Gambar 6. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 49
Gambar 7. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus I ... 50
Gambar 8. Grafik Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I ... 52
Gambar 9. Grafik Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ... 59
Gambar 10. Grafik Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 60
Gambar 11. Grafik Perolehan Hasil Belajar Siswa Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang Menggunakan Metode Penemuan (Discovery) Siklus II ... 61
Gambar 12. Grafik Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II ... 63
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 73
Lampiran 2. Silabus Kelas V ... 74
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 76
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 93
Lampiran 5. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 110
Lampiran 6. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 1 113
Lampiran 7. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 .... 118
Lampiran 8. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 2 . 121 Lampiran 9. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 126
Lampiran 10. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 1 129
Lampiran 11. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 .. 134
Lampiran 12. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 2 137
Lampiran 13. Tes Pra Siklus ... 142
Lampiran 14. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 143
Lampiran 15. Soal Individu Siklus I Pertemuan 1 ... 144
Lampiran 16. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 145
Lampiran 17. Soal Individu Siklus I Pertemuan 2 ... 146
Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 147
Lampiran 19. Soal Individu Siklus II Pertemuan 1 ... 151
Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 153
Lampiran 21. Soal Individu Siklus II Pertemuan 2 . ... 156
Lampiran 22. Perolehan Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 157
Lampiran 23. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 158
Lampiran 24. Perolehan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 159
Lampiran 25. Kisi-kisi Soal ... 160
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menciptakan generasi muda
sebagai penerus bangsa yang cerdas, kreatif dan berkompeten. Sehingga berbagai
upaya dilakukan untuk mewujudkan pendidikan yang mempunyai kualitas baik
dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang baik pula sangat diperlukan di
Indonesia. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah akan berjalan
dengan baik apabila ada timbal balik antara siswa dengan guru. Maka dari itu
harus diciptakan komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru diharapkan
mampu membimbing siswa dengan baik sehingga tercapai tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang
pendidikan formal yang memegang peran penting dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh
peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh
pendidikan yang lebih tinggi. Matematika bagi pendidikan dasar, pada umumnya
tidak disukai dan ditakuti karena dianggap sukar oleh siswa. Sehingga, hal ini
dapat mempengaruhi perkembangan belajar matematika dan menurunnya hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Menurut pendapat R.Soedjadi (2000:41) bahwa objek matematika adalah
abstrak. Hal itu merupakan salah satu penyebab sulitnya seorang guru
mengajarkan matematika. Seorang guru yang mengajarkan matematika harus
berusaha agar matematika di sekolah dasar terlihat konkret untuk memudahkan
siswa menangkap pelajaran matematika. Siswa merasa kesulitan untuk memahami
pelajaran matematika. Kemampuan dan hasil belajar matematika kurang dan
belum sesuai dengan harapan baik harapan guru, orang tua maupun siswa sendiri.
Sehingga dalam proses pembelajaran matematika, guru harus mempunyai strategi
commit to user
diharapkan. Salah satunya menggunakan metode pembelajaran yang berpusat
pada siswa agar siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.
Sekarang ini masih banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan
rendah dalam belajar matematika, terutama di sekolah. Dalam hal ini, guru kurang
memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran matematika, sehingga
aktivitas belajar siswa di sekolah masih sangat monoton. Keadaan yang demikian
menyebabkan turunnya kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2 yang dilihat
melalui daftar nilai mata pelajaran matematika, rendahnya kemampuan tersebut
ditunjukkan oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa SD
Kliwonan 2 rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Menurut
Aunurrahman (2009:178) faktor internal belajar antara lain: (1) Ciri
khas/karakteristik siswa, (2) Sikap terhadap belajar, (3) Motivasi belajar, (4)
Konsentrasi belajar, (5) Mengolah bahan belajar, (6) Menggali hasil belajar, (7)
Rasa percaya diri, (8) Kebiasaan belajar. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: (1) Faktor guru, (2) Lingkungan
sosial (termasuk teman sebaya), (3) Kurikulum sekolah, (4) Sarana dan prasarana.
Berdasarkan observasi yang telah di lakukan, masalah internal dan eksternal
belajar tersebut juga terjadi di SD Kiwonan 2. Dan masalah tersebut
mempengaruhi hasil belajar matematika.
Berdasarkan fakta di lapangan masih banyak siswa yang mempunyai nilai
rendah dalam mata pelajaran matematika. Ini teridentifikasi melalui nilai hasil tes
yang dilakukan guru. Begitu pula di SD Kliwonan 2 yang dapat dilihat dari daftar
nilai matematika, ternyata masih ada 50% siswa yang belum tuntas. Tepatnya 13
siswa dari 26 siswa yang ada di kelas V SD Kliwonan 2 sedangkan yang tuntas
50% dari jumlah siswa dengan nilai yang tidak tinggi.
Fakta di atas menunjukkan bahwa kualitas dan proses pembelajaran yang
dilaksanakan kurang optimal dan belum sesuai harapan. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan di SD Kliwonan 2, hal ini disebabkan oleh
commit to user
dalam pembelajaran matematika, (2) Siswa tidak mempersiapkan diri sebelum
pembelajaran dimulai walaupun materi yang akan diajarkan sudah diketahui, (3)
Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan
materi yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Untuk itu perlu diterapkan suatu keadaan agar siswa termotivasi dan
antusias untuk mengikuti pembelajaran matematika. Terutama untuk
meningkatkan kemampuan belajar menggambar berbagai bentuk jaring-jaring
bangun ruang. Karena apabila ada kesulitan pada siswa dan tidak langsung di
atasi, maka pada jenjang pendidikan berikutnya siswa juga mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan berbagai bentuk
jaring-jaring bangun ruang. Siswa juga akan selalu beranggapan bahwa mata pelajaran
matematika itu sulit dan tidak menyenangkan sehingga motivasi untuk belajar
matematika menjadi berkurang. Maka dari itu dari berbagai macam model dan
metode pembelajaran yang ada, harus dimanfaatkan seefektif mungkin oleh guru
untuk menunjang pembelajaran.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru
dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Di sinilah guru dituntut
untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
kompetensi siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang
menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa
dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang. Dalam
hal ini penulis memilih metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk
meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada
pembelajaran matematika. Metode ini dipilih karena untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan yang berpusat pada siswa, belajar untuk
berpikir sendiri dan belajar untuk menemukan bentuk jaring-jaring bangun ruang.
Metode penemuan adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan
pembelajaran perseorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum sampai
kepada generalisasi. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang berpusat
commit to user
pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Guru lebih sering
memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat
belajar untuk berpikir dan berhasil menemukan sesuatu. Pembelajaran harus
dibuat dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi
dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Menurut Sugiyanto (2009:1) sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa
profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan
ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan
pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik bagi siswa, maka dalam hal ini metode penemuan
(discovery) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah
untuk meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada
pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti mengambil judul
penelitian “ Peningkatan Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
dengan Metode Penemuan (Discovery) Pada Kelas V SD Kliwonan 2 Kabupaten
Sragen.”
B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka identifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
1. Banyak ditemui siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam belajar
matematika.
2. Banyak ditemui siswa yang mendapat nilai rendah dalam pembelajaran
matematika.
3. Siswa merasa kesulitan untuk memahami pelajaran matematika.
4. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional.
5. Guru kurang memperhatikan strategi yang tepat untuk pembelajaran
commit to user C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan waktu yang tersedia maka penelitian ini memerlukan
pembatasan. Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah :
1. Kemampuan siswa dalam menggambar jaring-jaring bangun ruang pada
kelas V SD Kliwonan 2.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode penemuan
(discovery).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut,
1. Apakah penggunaan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan
kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD
Kliwonan 2 kabupaten Sragen?
2. Bagaimana penerapan metode penemuan (discovery) untuk meningkatkan
kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada kelas V SD
Kliwonan 2 kabupaten Sragen?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, tujuan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan belajar menggambar jaring-jaring
bangun ruang matematika pada kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen
dengan menggunakan metode penemuan (discovery).
2. Mendeskripsikan penerapan metode penemuan (Discovery) untuk
meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada
commit to user F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi penelitian sejenis yang akan datang.
2. Praktis
a. Bagi Siswa
Meningkatnya kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang dalam
pembelajaran matematika terutama pada materi pembelajaran menggambar
jaring-jaring bangun ruang.
b. Bagi Guru
1) Bermanfaat untuk menemukan solusi demi meningkatnya kualitas
pembelajaran matematika kelas V pada materi menggambar jaring-jaring
bangun ruang.
2) Sebagai bahan masukan untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga
berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah tentang metode penemuan
(discovery), sehingga dapat mengarahkan pada guru supaya
mempraktekannya.
2) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan metode penemuan
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
a. Pengertian Matematika
1) Pengertian tentang Matematika
Hakikat matematika menunjuk kepada segi-segi penting dan mendasar
dalam matematika. Menurut R.Soedjadi (2000:11) pengertian matematika
beraneka ragam tidak hanya satu pengertian saja. Beberapa pengertian
tersebut antara lain:
a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan teroganisir
secara sistematik.
b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan
berhubungan dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang
logik.
f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Definisi matematika beraneka ragam sesuai dengan atau berdasar pada
sudut pandang para ahli matematika yang mendefinisikannya. Di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:723) pengertian
matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan.
Berdasarkan dari beberapa definisi matematika tersebut dapat
disimpulkan pengertian matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam
kehidupan sehari-hari yang memudahkan manusia untuk memecahkan
permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
Shafer, K. G. (2008) dalam Learning to teach with technology through
an apprenticeship model berpendapat Advances in mathematics education
technology have supported the shift from teacher-centered instruction to
student-centered instruction, in which the teacher serves as a facilitator for
learning. (http://www.citejournal.org/vol8/iss1/mathematics/article1.cfm
diakses 28 Mei 2011). Kemajuan teknologi pendidikan matematika telah
mendukung pergeseran dari guru-instruksi terpusat untuk instruksi yang
berpusat pada siswa, di mana guru berfungsi sebagai fasilitator untuk
belajar.
Kersaint, G. (2007) dalam Toward technology integration in
mathematics education: A technology-integration course planning
assignment menyatakan mathematics teacher educators should take a
greater role in helping teachers of mathematics to incorporate technology
as part of their mathematics instruction.
(http://www.citejournal.org/vol7/iss4/mathematics/article1.cfm diakses 28
Mei 2011). Matematika pendidik guru harus mengambil peran lebih besar
dalam membantu guru matematika untuk menggabungkan teknologi sebagai
bagian dari pembelajaran matematika mereka.
Dalam proses pembelajaran matematika guru harus memperhatikan
adanya perbedaan individu, karakteristik siswa dan mendukung mereka
untuk belajar dengan baik. Karena setiap peserta didik mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam menyerap materi yang disampaikan guru.
2) Karakteristik Matematika
Matematika mempunyai ciri khusus atau karakteristik tersendiri.
Beberapa karakteristik yang dimiliki itu mempunyai peran sendiri-sendiri.
Menurut R.Soedjadi (2000:13) beberapa ciri khusus atau karakteristik
matematika adalah: a) Memiliki objek kajian abstrak, b) Bertumpu pada
kesepakatan, c) Berpola pikir deduktif, d) Memiliki simbol yang kosong
dari arti, e) Memperhatikan semesta pembicaraan, (f) Konsisten dalam
commit to user
melihat ciri-ciri khusus atau karakteristiknya dapat dirangkum pengertian
matematika secara umum.
3) Pengertian Matematika Sekolah
Matematika diajarkan dijenjang persekolahan yaitu sekolah dasar,
sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah atas disebut matematika
sekolah. Menurut R.Soedjadi (2000:37) matematika sekolah adalah
unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau
berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan IPTEK.
Dalam matematika sekolah buku sekolah tidak selalu diawali dengan
teori ataupun definisi. Penyajian matematika yang akan disampaikan
disesuaikan dengan perkembangan intelektual peserta didik atau siswa.
Penyajiannya dikaitkan dengan realita di sekitar siswa.
4) Tujuan Pendidikan Matematika
Menurut R.Soedjadi (2000:43) tujuan pendidikan matematika
dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum pelajaran matematika dan tujuan
institusional.
Tujuan umum diberikannya matematika di jenjang Pendidikan Dasar
dan pendidikan umum adalah:
a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien.
b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Sedangkan tujuan khusus matematika di Sekolah Dasar adalah:
a) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui
commit to user
c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
d) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Tujuan matematika yang tercantum dalam KTSP pada SD/MI adalah
sebagai berikut:
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
d) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html akses tgl 17 maret 2011).
b. Hakikat Kemampuan Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
1) Pengertian Kemampuan Menggambar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:707)
pengertian kemampuan adalah (a) kesanggupan;kecakapan;kekuatan, (b)
kekayaan. Menurut Chaplin ability kemampuan, kecakapan, ketangkasan,
bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan
suatu perbuatan (http://www.digilib.petra.ac.id). Sedangkan menurut
Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir,
commit to user
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:329)
pengertian menggambar adalah membuat gambar; melukis. Menggambar
(Inggris: drawing) adalah kegiatan membentuk imajinasi, dengan
menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat
tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat
gambar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Menggambar)
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
pengertian kemampuan menggambar adalah kesanggupan seseorang untuk
berusaha membuat gambar dengan berbagai teknik sesuai dengan
pengalaman yang dimilikinya.
2) Pengertian Jaring-jaring Bangun Ruang
Dunia kita terbuat dari benda-benda yang berbentuk bangun ruang.
Diantaranya bumi yang menjadi tempat tinggal kita ini berbentuk bola dan
banyak peralatan sehari-hari di lingkungan kita berbentuk bangun ruang.
bangun ruang akan membantu anak memahami, menggambarkan atau
mendeskripsikan benda-benda di sekitar anak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ST.Negoro dan B.Harahap dalam ensiklopedia matematika
(2003:20) mengungkapkan jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak
dalam bidang, maka bangun itu disebut bangun ruang. Agus Suharjana
(2008:5) berpendapat Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh
himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut.
Yang termasuk bangun ruang antara lain kubus, balok, tabung, limas,
prisma dan kerucut. Menurut Y.D.Sumanto, Heny Kusumawati dan Nur
Aksin (2008:149) bagian-bagian bangun ruang terdiri dari : (1) Sisi yaitu
bagian bangun ruang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar bangun
ruang tersebut. (2) Rusuk yaitu garis pertemuan antara dua sisi pada bangun
ruang tersebut. (3) Titik sudut yaitu pojok bangun ruang tersebut.
R.J Soenarjo (2007:262) berpendapat, jaring-jaring bangun ruang
adalah bidang datar yang terdiri dari seluruh sisi-sisi bangun ruang dalam
satu rangkaian. Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang.
commit to user
jaring-jaring, maka jika sebuah kotak kita lepas perekatnya, maka akan
terbentuk jaring-jaring bangun ruang.
Jadi jaring-jaring bangun ruang terbentuk atau terdiri dari beberapa
bangun datar yang dirangkai. Jika bangun-bangun tersebut dirangkaikan dan
sisi-sisinya tidak berhimpitan maka akan terbentuk sebuah bangun ruang
yang sesuai dengan jaring-jaring yang telah dibuat.
c. Tinjauan Materi Pokok Menggambar Jaring-jaring Bangun Ruang
Jaring-jaring bangun ruang dapat digunakan untuk membuat sebuah
bangun ruang misalnya ingin membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton.
Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai.
Jaring-jaring dapat dibuat dari berbagai bangun ruang yaitu kubus, balok,
tabung, kerucut, prisma dan limas. Jika sebuah bangun ruang dibuka
perekatnya, maka akan terbentuk jaring-jaringnya.
Untuk menunjukkan cara memperoleh jaring-jaring dari sebuah bangun
ruang, guru dapat meminta kepada siswa untuk membelah bangun ruang
mereka, misalnya bangun kubus dengan menggunakan cutter atau gunting
menurut beberapa rusuk tertentu dan menyisakan satu rusuk yang
merangkaikan antara dua persegi, serta ajukanlah pertanyaan kepada para siswa
ada berapa macam bentuk jaring-jaring dari sebuah kubus setelah mereka
memulai pengguntingan dengan cara yang berbeda-beda, tentunya mereka akan
menjawab dengan bermacam-macam jawaban. Dapat dimungkinkan bahwa ada
beberapa siswa yang cara mengguntingnya membuahkan hasil yang sama.
Hasil guntingan siswa akan membentuk jaring-jaring dari bangun yang telah
mereka gunting.
Untuk membuat sebuah bangun ruang dari kertas karton misalnya
membuat kubus, maka terlebih dahulu kita membuat jaring-jaring kubus. Yaitu
rangkaian enam daerah persegi yang dapat dibentuk menjadi sebuah kubus.
commit to user
Untuk mengetahui apakah rangkaian dari enam persegi seperti pada
gambar di atas merupakan suatu jaring-jaring kubus atau bukan adalah dengan
menentukan salah satu sisinya sebagai bidang alas (AL). Setelah itu dapat
ditentukan bidang lainnya yaitu bidang atas (AT), kanan (KA), kiri (KI), depan
(D) dan belakang (B). Jika tidak ada bidang-bidang sisi yang berimpit maka
rangkaian tersebut merupakan suatu jaring-jaring kubus. Dari rangkaian enam
persegi di atas akan dapat membentuk sebuah bangun setelah dirangkaikan.
Yaitu tidak ada dua bidang sisi yang berhimpit sehingga dapat disimpulkan
bahwa rangkaian tersebut merupakan jaring-jaring kubus.
Kertas karton yang telah digambar kemudian dipotong ditentukan
sisinya sehingga tidak berhimpit dan dirangkaikan akan menjadi sebuah
bangun kubus seperti pada gambar di bawah ini.
Di bawah ini adalah macam-macam jaring-jaring dari berbagai bangun
ruang :
AT KI AL KA
B
commit to user 1) Jaring-jaring Kubus
2) Jaring-jaring Balok
commit to user 4) Jaring-jaring Limas Segiempat
5) Jaring-jaring Limas Segitiga
commit to user 6) Jaring-jaring Tabung
7) Jaring-jaring Kerucut
2. Hakikat Metode Penemuan (Discovery)
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat mendorong
tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas-tugas, memberikan
kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan
siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002:740) metode
mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
T.Raka Joni dalam Soly Abimanyu (2009:2-5) mengartikan metode
sebagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai
commit to user
diartikan sebagai cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
Knirk & Gustafson (2005) menjelaskan bahwa pembelajaran
merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu
proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
(http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-pembelajaran.html.)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
(Wikipedia.com)
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(definisi-pengertian.blogspot.com/2010/03/definisi-metode-pembelajaran.html.)
Sedangkan menurut Soly Abimanyu (2009:2-6) metode pembelajaran adalah
cara/jalan dalam menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah cara untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
b. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru ada bermacam-macam.
Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai agar mencapai
tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ada yang berpusat pada guru tetapi
commit to user
berpusat pada guru maupun yang berpusat pada siswa menurut Soli Abimanyu
(2009) antara lain :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara
memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui
interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar
diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau
sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus
didemonstrasikan.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari
melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok.
5. Metode Simulasi
Metode Simulasi adalah pembelajaran untuk menguasai konsep atau
keterampilan melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.
6. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk
menguasai materi pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus
diselesaikan siswa baik secara individual maupun secara kelompok.
7. Metode Kerja Kelompok
Metode pembelajaran yang dipilih guru untuk menguasai materi
commit to user
8. Metode Karya Wisata
Metode Karya Wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan
untuk mempelajari materi pelajaran dengan cara mengunjungi secara
langsung tempat dimana materi pelajaran itu berada.
9. Metode Penemuan
a. Discovery adalah prosedur pembelajaran yang mementingkan
pembelajaran perorangan, manipulasi objek dan percobaan sebelum
sampai kepada generalisasi.
b. Inquiri adalah penyelidikan, artinya perluasan proses penemuan yang
digunakan lebih mendalam.
10. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah prosedur pembelajaran yang
memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri
sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.
11. Metode Pembelajaran Unit
Metode pembelajaran unit adalah prosedur pembelajaran dimana
siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu
masalah yang dipelajarinya melalui berbagai segi yang berhubungan
sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
12. Metode Pembelajaran dengan Modul
Metode pembelajaran dengan modul adalah prosedur pembelajaran
yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu
satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh
siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket
belajar berikutnya.
Dari berbagai metode pembelajaran di atas, yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penemuan (discovery).
c. Hakikat Metode Penemuan (Discovery)
1) Pengertian Metode Penemuan (Discovery)
Dalam proses pembelajaran, anak-anak harus sesering mungkin diajak
commit to user
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah
yang dipelajari. Jika anak dibiasakan memecahkan masalah, maka berarti
guru atau orang tua telah membangun pengalaman yang kelak dapat mereka
gunakan untuk memecahkan masalah-masalah berikutnya.
Menurut Herdian (http://herdy07.wordpress.com) metode
pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam
pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai
pada generalisasi. Discovery ialah proses mental siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud
antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan
sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar
anak dapat belajar sendiri.
Sund dalam Soly Abimanyu (2009:7-9) berpendapat bahwa penemuan
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau
prinsip. Misalnya : merumuskan masalah, merancang eksperimen,
mengunpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
sebagainya.
Menurut Soly Abimanyu (2009:7-10) penemuan diartikan sebagai
commit to user
percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Metode penemuan
mengutamakan cara belajar siswa aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
Menurut Gilstrap dalam moedjiono dan Moh. Dimyati (1992:86)
berpendapat bahwa istilah metode penemuan (discovery method)
didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara
individual, manipulasi objek atau pengaturan/pengondisian objek, dan
eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasiatau penarikan
kesimpulan dibuat. Metode ini membutuhkan penundaan penjelasan tentang
temuan-temuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep.
Selanjutnya Moedjiono dan Moh.Dimyati (1992:87) menyatakan
metode penemuan merupakan format interaksi belajar mengajar yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan
atau tanpa bantuan atau bimbingan guru. Batasan ini mengandung
pengertian metode penemuan sebagai metode yang berorientasi pada siswa
dan menekankan pada proses dan hasil secara bersamaan.
Jadi metode penemuan (Discovery) merupakan metode pembelajaran
yang membantu guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa
diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan
memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Penggunaan metode ini juga
memungkinkan bagi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang
realistik atau nyata.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa metode discovery
sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar,
berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang
diperlukan dan dapat memecahkan masalah yang dipelajari untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dengan demikian metode discovery berorientasi pada
proses dan hasil secara bersama-sama.
Tujuan penggunaan metode penemuan menurut Soli Abimanyu
(2009:7-10) antara lain : (a) untuk memperoleh metode pembelajaran yang
commit to user
untuk mengaktifkan siswa belajar sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran, (c) untuk memvariasikan metode pembelajaran yang
digunakan agar siswa tidak bosan, (d) agar siswa dapat menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari,
sehingga hasilnya akan setia dan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah
dilupakan.
Untuk menggunakan metode pembelajaran guru mempunyai alasan
memilih sebuah metode yang ingin digunakan dalam pembelajaran. Dalam
menggunakan metode penemuan juga terdapat beberapa alasan untuk
memilih metode ini. Alasan tersebut antara lain : (a) memungkinkan untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) pengetahuan yang ditemukan
sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (c) siswa dapat menguasai
salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, (d)
siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang
akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan (Discovery)
Setiap model atau metode pembelajaran pasti ada kelebihan dan
kelemahannya. Menurut Soli Abimanyu (2009:7-10) metode penemuan
(Discovery) juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara
lain :
a) Siswa belajar melalui proses penemuan.
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.
c) Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
d) Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk
belajar.
f) Metode ini berpusat pada anak dan guru sebagai teman belajar atau
commit to user
Sedangkan kelemahan dari metode penemuan (Discovery) antara lain :
a) Metode ini memprasyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang
pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan
frustasi.
b) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu
guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
c) Dalam pelajaran tertentu fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba
ide-ide mungkin terbatas.
d) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian,
sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan
keterampilan.
e) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau
pengertian-pengertian yang ditemukan telah diseleksi oleh guru,
begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
Dari beberapa kelemahan yang telah disebutkan, ada beberapa cara
untuk mengatasi kelemahan tersebut. Cara mengatasi kelemahan tersebut
antara lain :
a) Membentuk kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari
siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa pandai dapat
membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula
kelemahan dalam kelas besar dapat diatasi.
b) Metode penemuan dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga tidak
memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.
c) Memulai dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah
terbiasa dengan metode ini maka menggunakan metode penemuan
bebas, agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.
3) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan (Discovery)
Menurut Soly Abimanyu (2009:7-12) langkah-langkah pelaksanaan
metode penemuan adalah kegiatan persiapan dan kegiatan pelaksanaan
penemuan.
commit to user (1)Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa.
(2)Merumuskan tujuan pembelajaran.
(3)Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan.
Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu
ditulis dengan jelas.
(4)Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan
(1)Kegiatan Pembukaan
(a)Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai
materi pelajaran yang telah diajarkan.
(b)Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan
materi yang diajarkan.
(c)Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan atau tugas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.
(2)Kegiatan Inti
(a)Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui
kegiatan penemuan.
(b)Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan atau
pemecahan problema yang telah ditetapkan.
(c)Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan atau
percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah
ditetapkan.
(d)Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa.
(e)Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika
diperlukan.
(f)Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
(g)Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.
(h)Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.
(3)Kegiatan penutup
commit to user
(b)Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.
(c)Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan
penemuan ulang jika ia belum menguasai materi dan meminta
siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah
melakukan penemuan dengan baik.
Sedangkan langkah-langkah metode penemuan (Discovery) menurut
Herdian (http://herdy07.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2011) adalah
sebagai berikut:
a) Identifikasi kebutuhan siswa.
b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan.
c) Seleksi bahan, problema atau tugas-tugas.
d) Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta
peranan masing-masing siswa.
e) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.
f) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan.
g) Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
h) Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa.
i)Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.
j)Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.
k) Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah
pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery) sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
(1)Membuka pelajaran dan mengabsen siswa.
(2)Melakukan apersepsi dan mengemukakan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan inti
(1)Menentukan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan
commit to user
(2)Berdiskusi cara pelaksanaan penemuan yang berupa kegiatan
penyelidikan atau percobaan.
(3)Membantu siswa dengan informasi atau data jika diperlukan.
(4)Merangsang terjadinya interaksi siswa dengan siswa.
(5)Memberikan penghargaan bagi siswa yang giat dalam pelaksanaan
penemuan.
(6)Memberi kesempatan siswa untuk melaporkan hasil penemuannya.
c) Kegiatan akhir
(1)Membuat rangkuman hasil penemuannya.
(2)Melakukan evaluasi.
(3)Menutup pelajaran.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dikemukakan oleh peneliti sekarang ini mengacu pada
penelitian yang telah ada sebelumnya, antara lain :
Rika Nanda Puspitasari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode
Guided Inquiry – Discovery” menyimpulkan bahwa penerapan metode guided
inquiry - discovery dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD
Negeri Karangbangun. Hal ini dilihat dari prosentase kenaikan nilai IPA siswa
kelas III dari siklus I sampai Siklus III. Dari siklus I kemudian dilaksanakan siklus
II prestasi siswa mengalami prosentase kenaikan 5,26%; dari siklus II kemudian
dilaksanakan siklus III mengalami prosentase kenaikan 36,84%.
Dwi Rahayuningsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Prestasi Belajar Siswa tentang Konsep Gaya pada Mata Pelajaran
IPA dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing Di Kelas V SD Negeri
Somongari Purworejo Tahun Pelajaran 2009 / 2010” menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Somongari
Kec.Kaligesing, Kab. Purworejo. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I
commit to user
65 sebanyak 6 siswa 14 siswa atau 42,9% pada tindakan sebelumnya. Kemudian
setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai ≥65
atau di atas dari KKM 65 10 siswa dari 14 siswa atau 71,42 % . Sedangkan siswa
yang memperoleh nilai ≤65 atau di bawah KKM 65 sebanyak 4 siswa dari 14
siswa atau 35,7%.
Sri Sawiningsih (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan
Metode Penemuan untuk Meningkatakan Ketuntasan Belajar Siswa Mata
Pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I SDN Bedoro
2 Sambungmacan Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010” menyimpulkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai
dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
penemuan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan bilangan cacah pada
mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil
belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang
sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).
C. Kerangka Berpikir
Pada awalnya dalam pembelajaran matematika guru belum menggunakan
metode penemuan (Discovery) dan masih menggunakan metode yang
konvensional, siswa kurang aktif dan pembelajaran kurang menyenangkan.
Sehingga kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang rendah.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, salah satu cara untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan
(Discovery). Model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan yang tidak hanya berpusat pada guru. Siswa dibentuk
menjadi beberapa kelompok kemudian dihadapkan pada sebuah permasalahan dan
kelompok tersebut harus mampu menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan
memecahkan sendiri masalah yang dipelajari. Sehingga hasilnya akan tahan lama
dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan. Dan mereka akan mendiskusikan
hasilnya dengan semua kelompok dan guru.Pada tahap ini terdapat beberapa
commit to user
Pada kondisi akhir dapat dipastikan bahwa melalui metode penemuan
(Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun
ruang. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah
ini:
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat
dirumuskan sebuah hipotesis tindakan kelas bahwa penggunaan metode penemuan
(Discovery) dapat meningkatkan kemampuan menggambar jaring-jaring bangun
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen.
Alasan yang mendasari penelitian di SD Kliwonan 2, antara lain :
1. Pembelajaran dengan metode penemuan (Discovery) belum pernah diteliti
di SD Negeri Kliwonan 2.
2. Kemampuan dan hasil belajar matematika di kelas V masih rendah.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011
yaitu mulai bulan Januari hingga Juni 2011 atau selama 5 bulan. Bulan Januari
hingga Maret dilaksanakan observasi dan penyusunan proposal. Siklus I
dilaksanakan pada tanggal 18 april dan 21 april 2011. Siklus II dilaksanakan pada
tanggal 25 april dan 28 april 2011. Sedangkan untuk penyusunan laporan
dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kliwonan sebanyak 26
siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki, 13 siswa perempuan dan tidak ada
siswa yang berkebutuhan khusus. Objek penelitiannya adalah kemampuan siswa
menggambar jaring-jaring bangun ruang.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Data yang
akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka
bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi penelitian model siklus.
Menurut Suhardjono (2009:74) PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
commit to user
siklus yaitu : (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi, seperti
pada gambar di bawah ini :
Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan kelas (PTK)
(Suharsimi, Suhardjono dan Supardi 2009:74)
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini antara lain :
1. Sumber data primer, yaitu :
a. Siswa sebagai subjek penelitian.
b. Guru sebagai sumber informasi tentang keadaan siswa, terutama guru
matematika kelas V.
2. Sumber data sekunder, yaitu :
a. Dokumentasi
Pengumpulan data yaitu hasil pekerjaan siswa secara tertulis dalam
commit to user
b. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan dalam mengamati proses pelakasanaan
pembelajaran menggunakan metode penemuan (discovery).
c. Hasil nilai siswa
Siswa diuji kemampuannya setelah selesai pelaksanaan pembelajaran untuk
mendapatkan nilai siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini diberikan pada
siswa setelah pembelajaran selesai untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
pokok bahasan menggambar jaring-jaring bangun ruang.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), daftar nama siswa dan daftar nilai siswa
kelas V SD Kliwonan 2 kabupaten Sragen sebelum penelitian dilaksanakan.
3. Observasi
Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah
obsevasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa
perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Dalam penelitian ini
observasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan siswa
dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
F. Validitas Data
Data yang sudah diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan
commit to user
memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
data yang telah diperolehnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi dan hasilnya diuji
dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada
siswa kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen serta tes untuk
mengetahui kemampuan menggambar jaring-jaring bangun ruang pada siswa
kelas V SD Negeri Kliwonan 2 kabupaten Sragen. Dari data yang diperoleh dari
beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan
dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Iskandar (2009:75) analisis data penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan proses memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta
menyusun ke dalam kategorisasi, mengklarifikasi data untuk menjawab
pertanyaan, tema apa yang ditentukan pada data, seberapa jauh data dapat
mendukung tema atau tujuan penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles
dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok
yaitu, reduksi data, sajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
commit to user
tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penampilan data secara sederhana
dalam bentuk paparan naratif, tabel dan grafik.
3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan
validitasnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman
H. Indikator Ketercapaian
Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila 80% dari
jumlah siswa tuntas (kurang lebih 21 siswa) dari 26 siswa dengan mendapat nilai
≥ 65.
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
commit to user I. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Melakukan survei terhadap pembelajaran matematika.
2. Mengidentifikasi berbagai masalah dari hasil observasi untuk segera
dipecahkan.
3. Merumuskan secara rinci dan jelas masalah-masalah yang telah teridentifikasi.
4. Melakukan pengkajian teoritis tentang metode penemuan (discovery) dalam
pembelajaran matematika pada materi menggambar bangun ruang.
5. Menyusun atau merumuskan metodologi penelitian tindakan kelas.
6. Implementasi tindakan melalui langkah-langkah yang telah disusun.
7. Melihat hasil tindakan secara menyeluruh yang didahului oleh evaluasi yang
juga secara menyeluruh.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui empat kegiatan. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu :
(1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Pelaksanaan PTK
dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah
diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada
siklus pertama, guru menentukan rancangan untuk siklus yang kedua. Penjelasan
secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat
sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung. Pada tahap perencanaan tindakan terdiri dari kegiatan
berikut :
1) Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti