Semiotik Mise En Scene Dalam Film Pintu Terlarang Karya Joko Anwar
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan GelarSarjana (S-1)
Disusun Oleh : Ginanjar Hanggarawan
NIM 09220156
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Ginanjar Hanggarawan NIM : 09220156
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JudulSkripsi : Semiotik Mise En Scene Dalam Film Pintu Terlarang Karya Joko Anwar
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Muslimin Machmud, M.Si Widiya Yutanti, MA
Mengetahui,
Ketua,
Jurusan Ilmu Komunikasi
LEMBAR PENGESAHAN Nama : Ginanjar Hanggarawan
NIM : 09220156
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Konsentrasi : Audio Visual
JudulSkripsi : Semiotik Mise En Scene Dalam Film Pintu Terlarang Karya Joko Anwar
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Dan dinyatakan LULUS
PadaHari : Kamis Tanggal : 7 Mei 2015
Tempat : Ruang 605
Mengesahkan, Dekan FISIP UMM
Dr. AsepNurjaman, M.Si
DewanPenguji:
1. Drs. Farid Rusman.M.Si Penguji I ( )
2. Arum Martikasari, M.Med.Kom Penguji II ( )
3. Drs. Muslimin Machmud, Msi Penguji III ( )
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ginanjar Hanggarawan
NIM : 09220156
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:
Semiotik Mise En Scene Dalam Film Pintu Terlarang Karya Joko Anwar
Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian atau
pun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 21 April 2015 Yang Menyatakan,
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Ginanjar Hanggarawan
NIM : 09220156
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Konsentrasi : Audio Visual
Judul Skripsi : Semiotik Mise En Scene Dalam Film Pintu Terlarang Karya Joko Anwar
Pembimbing: 1. Drs. Muslimin Machmud, M.Si 2. Widiya Yutanti, M.A
Kronologi Bimbingan:
Tanggal Paraf Pembimbing I
Keterangan Tanggal Paraf Pembimbing II Keterangan 20 Maret 2015 Pengajuan Judul dan proposal (APS) 28 April 2015 ACC keseluruhan naskah 25 Maret 2015 Revisi Judul dan proposal 9 Maret 2015 ACC judul dan proposal 21 April 2015 ACC BAB IV-IV revisi abstraksi 24 April 2015 ACC keseluruhan naskah Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb,
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin,
Puji syukur kehadirat Allah SWT sang penguasa alam raya, shalawat serta salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena hanya atas rahmat serta
hidayah-Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
Dengan perjuangan keras dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis semiotik Roland Barthes melalui interpretasi tanda di dalam film Pintu Terlarang karya Joko Anwar, maka diperoleh pokok-pokok kesimpulan makna denotatif, konotatif, dan mitos dalam komposisi mise en scene yang terdapat dalam film PintuTerlarang ini. Pada pemaknaan tataran pertama yakni denotatif, unsure mise en scene dalam film ini bermakna sebagai pembangun emosi penonton dan juga memiliki peran penting sebagai pembentuk estetika film. Pada tataran kedua, yakni secara konotative unsure mise en scene dalam film Pintu Terlarang bermakna sebagai jembatan untuk menyampaikan makna cerita yakni tentang hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan untuk tataran Mitos, penulis mengintepretasikan bahwa unsure mise en scene dalam film ini merupakan representasi gagasan ideologis dari Joko Anwar sebagai sutradara tentang beberapa hal, yakni stereotype seniman, kritik sarkastik, hingga gagasan tentang penting tidaknya seorang manusia mempunyai seorang anak.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi tantangan dan kesulitan yang mana dukungan dan kemurahan hati yang telah diberikan oleh berbagai pihaklah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar- besarnya kepada :
2. Nabi Muhammad SAW, sosok Nabi yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman terang benderang seperti saat ini.
3. Kedua orang tua tercinta, ibu Rosi Niken Lantarsasi dan Bapak Sugiri yang telah mendukung penuh segala kegiatan positif baik secara moril maupun materi dan dengan sabar member motivasi.
4. Bapak Muslimin Machmud selaku pembimbing I yang telah dengan sabar mengarahkan penelitian ini ke arah yang lebih baik dan juga telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
5. Ibu Widiya Yutanti selaku pembimbing II yang juga dengan sabar membimbing dan mengarahkan penelitian ini ke arah yang lebih baik, serta menyempatkan waktu di sela kesibukan yang telah diberikan.
6. Ibu Muhtadawati selaku Kabag AIK yang dengan sabar membimbing dan selalu mengingatkan sholat, dan mengajarkan kemuhammadiyahan.
7. Bapak Farid Rusman selaku dosen wali yang telah banyak meluangkan waktu diantara kesibukannya. Terima kasih untuk semua ilmu yang bermanfaat pak.
8. Bapak Sugeng Winarno, Bapak Zen Amirudin dan seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang dengan tulus iklhas mendidik, memberikan ilmu kepada mahasiswa dan mahasiswinya.
9. Sahabat terbaik saya, komunitas channel youtube BBC: Jihan, Ervan, Eki, Edit, Chyntia, Ndaru, Ciqi, Rizky Aditya, Fahmi, Fani, Nadlir, Dimas, Dewa. Dan sahabat masa kecil Samid, Kiki, Nonik. Teman Ikom C 2009, rekan kerja Hai Malang, Dinda Songkoyono dan keluarga tercinta.
10.Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan penelitian ini.
Peneliti menyadari apa yang telah ditulis masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kepada para pembaca dengan segala kerendahan hati penulis akan menyambut
baik setiap saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat-Nya pada kita semua, Amien. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Malang, 2 Mei 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN ……….. i
LEMBAR PENGESAHAN ……… ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ……… iii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ……….... iv
ABSTRAKSI ………... v
KATA PENGANTAR ……… vi
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1
B. Rumusan Masalah ………... 7
C. Tujuan Penelitian ………... 7
D. Manfaat Penelitian ………..…………... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa ...…………... 9
B. Film ...………..……… 10
B.1 Sejarah Film ...………. 13
B.2 Genre Film ... 17
B.3 Unsur-Unsur Pembentuk Film ... 20
C.Mise En Scene ...…………... 22
D.1 Teori Tanda Ferdinand de Sausure …….……… 28
D.2 Semiotika Charles Sanders Pierce ……….. 30
D.3 Konsep Semiotik Roland Barthes ……… 31
D.4 Makna Denotative dan Konotative ……….. 34
D.5 Ideologi dan Mitologi ………... 36
E. Semiotik Film ...……...……… 38
F. Komunikasi Non-Verbal ……… 39
F.1 Perilaku Non-Verbal ……….. 40
F.2 Klasifikasi Pesan Non-Verbal ……… 40
G. Komunikasi Visual ………. 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 45
B. TipePenelititan ... 45
C. Objek Penelitian ... 46
D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 46
E. Unit Analisa ....…………...………... 47
F. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Tentang Film Pintu Terlarang ... 50
C. Profil Tokoh Dalam Film ... 54
D. Profil Joko Anwar Sebagai Sutradara ... 58
BAB V PEMBAHASAN A. JalanCerita Film Pintu Terlarang ...………... 61
B. Analisis Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos ... 63
B.1 Tabel Analisis Scene 1 ... 63
B.2 Tabel Analisis Scene 2 ... 74
B.3 Tabel Analisis Scene 7 dan 8 ... 80
B.4 Tabel Analisis Scene 10 ... 89
B.5 Tabel Analisis Scene 31 ... 99
B.6 Tabel Analisis Scene 32 dan 37 ... 107
B.7 Tabel Analisis Scene 49 ... 123
B.8 Tabel Analisis Scene 52 ... 134
B.9 Tabel Analisis Scene 53 ... 155
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ……..………... 166
B. Saran ………...………...… 167
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Baran, Stanley.2012 : Pengantar Komunikasi Massa: Melek Media dan
Budaya. Jakarta: Erlangga
Bordwell, David. 2008. Film Art an Introduction. New York: McGraw-Hill Companies.inc.
Biran, Misbach. 2009. Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film Di Jawa. Jakarta: KomunitasBambu.
Christomy, Tommy. 2004. Semiotika Budaya. Depok: Universitas Indonesia.
Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra
Gunandi, YS, 1998. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Manheim, Karl. 1991. Ideologidan Utopia. Yogyakarta: Kansius.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kaualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Peransi, D.A. 2005. Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ Press.
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka
Sobur, Alex. 2002 AnalisisTeks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Cetakan Kedua. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Triaton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
NON BUKU
David Sumerton.Definisi Film dari Ayonama.Tumblr.com diakses 30 Maret 2015 pukul 22:15 WIB
www.pintuterlarang.com diaksespada 31 Maret 2015 pukul 12:30 WIB
http://profil.merdeka.com/indonesia/j/joko-anwar/ diaksespada 31 Maret 20015 pukul 13:00 WIB
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan film di Indonesia dewasa ini mengalami kemajuan yang cukup
pesat. Tidak hanya film-film asli karya anak negeri yang kini sudah banyak
diapresiasi secara luar biasa di festival-festival film International, namun juga
pemain-pemain film dalam negeri yang belakangan juga sukses melebarkan sayap
dikancah perfilman dunia.
Perkembangan teknologi semakin memberikan dampak positif bagi perubahan
film itu sendiri dan juga penontonnya. Meskipun banyak media massa yang lain,
namun film tetap memiliki efek eksklusif bagi para penontonnya.
Film memiliki kesanggupan untuk memainkan ruang dan waktu,
mengembangkan dan mempersingkatnya, menggerak majukan dan memundurkannya
secara bebas dalam batasan-batasan wilayah yang cukup lapang. Meski antara media
film dan lainnya memiliki kesamaan-kesamaan, film adalah sesuatu yang unik.1
1
Pranajaya, Adi. 1999. Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta: BP SDM Citra Pusat
2
Rudolf Arnheim dalam bukunya Film as Art yang terbit tahun 1932
mengungkapkan bahwa film bisa meraih statusnya sebagai seni ketika film
mempunyai esensinya sendiri dan terbukti berbeda dengan esensi seni yang lain,
seperti seni rupa dan seni teater. Potensi estetis film justru terletak pada keterbatasan
mediumnya, saat film tidak bisa menghadirkan realitas sepersis aslinya, maka
disitulah film menemukan potensi kreatifnya sendiri.
Film dapat digunakan sebagai sarana komunikasi yang efektif antara pembuat
film dengan penontonnya. Dalam hal tersebut, komunikasi dilakukan tidak hanya
secara verbal yakni dengan dialog yang disampaikan oleh pemeran film namun juga
dengan bahasa nonverbal yakni melalui bahasa-bahasa gambar yang tertata dalam
setting lokasi, kostum pemain, gerak-gerik tubuh (gesture), komposisi blocking
pemeran, hingga pencahayaan yang semuanya itu terangkum dalam salah satu unsur
pembentuk film yang disebut mise en scene.
Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial membuat
para ahli berpendapat bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi
khalayaknya. Keunikan karakteristik film inilah yang membuatnya sering digunakan
dengan berbagai macam tujuan. Namun pada intinya film bermanfaat untuk
menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi khalayak.
Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat selalu
3
realitas. Film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode
-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya.2
Meski terbilang baru dalam kajian akademik, namun teori mengenai film bisa
dikatakan sama tuanya dengan medium film itu sendiri. Kajian film mulai terbentuk
antara dekade 1960-1970-an, ketika itu cara menonton kritis menjadi diskusi diantara
intelektual Eropa Barat dan Amerika Serikat. Film memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi, karena itulah kekutan pengaruh tersebut perlu dikendalikan dan
dikontrol.
Ada dua pendekatan teori film yang berkembang hingga saat ini, yang
pertama adalah wacana formal-estetik yang menitikberatkan pada aspek formal dari
film sebagai sebuah art form. Dan yang kedua adalah wacana kritik yang
menitikberatkan pada aspek sosio-kultural-ideologis yang terkandung dalam film.
Untuk mengkaji film itu sendiri bisa dilakukan dengan mengamati unsur-unsur
pembentuk dari film tersebut.
David Bordwell dalam bukunya Film Art an Introduction menjelaskan bahwa
unsur pembentuk film merupakan sebuah sistem yang memiliki keterikatan
keseluruhan disetiap elemennya. Dalam setiap elemen tersebut terdapat fungsi dan
peran masing-masing pada keseluruhan sistem (pembentuk film).
2
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Cetakan Kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.hal
4
Film secara umum dibagi menjadi 2 unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan
unsur sinematik yang dalam setiap unsur tersebut masing-masing juga mempunyai
unsur-unsur yang lain. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan
berkesinambungan satu sama lain untuk menghasilkan sebuah karya seni yang
diinginkan oleh pembuat film.
Unsur naratif adalah bahan (materi) yang diolah, berhubungan dengan aspek
cerita atau tema film, terdiri dari unsur-unsur seperti: Tokoh, masalah/konflik, lokasi,
waktu, dramaturgi. Sedangkan dalam unsur Sinematik terdapat empat elemen pokok
yakni; Sinematografi (tata kamera), mise en scene, editing, dan sound suara. Kedua
unsur pokok diatas tidak akan berfungsi apabila berdiri sendiri. Unsur naratif
digunakan sebagai bahan materi yang akan diolah sedangkan unsur sinematik
merupakan cara untuk mengolahnya.
Ditinjau sebagai art form, film Pintu Terlarang disebut-sebut sebagai film
dengan genre thriller terbaik di Indonesia pada tahun 2009. Hal ini dibuktikan
dengan beberapa penghargaan yang diperoleh oleh film Pintu Terlarang baik didalam
negeri maupun festival film international. Selain mendapat penghargaan Tata
Sinematografi dan Penyuntingan Terbaik pada Festival Film Indonesia 2009, Pintu
Terlarang juga berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik di Puchon
5
Secara garis besar film Pintu Terlarang bercerita tentang hidup seorang
pematung sukses bernama Gambir (Fahcry Albar). Kesuksesan karir, wajah tampan,
dan istri cantik bernama Talyda (Marsha Timothy) seolah membuatnya terlihat
sebagai sosok lelaki yang sempurna. Namun sebenarnya apa yang terlihat tersebut
tidaklah sepenuhnya menggambarkan kehidupan Gambir yang sebenarnya.
Dibalik kesuksesan karya Patung yang mengeksploitasi bentuk wanita hamil
tersebut menyimpan misteri yang mengerikan. Kehidupan Gambir semakin
carut-marut manakala dia mendapat teror berupa pesan-pesan misterius dari seorang bocah
berusia tujuh tahun yang meminta pertolongannya. Selain itu, istrinya yang selalu
mengaturnya seolah menyembunyikan sesuatu ketika melarangnya untuk membuka
sebuah pintu rahasia yang terletak di Galeri Seni miliknya.
Keunikan cerita yang diadaptasi secara lepas dari novel dengan judul yang
sama karya Sekar Ayu (Sutradara film Biola Tak Berdawai) tersebut, dikemas oleh
sutradara sekaligus penulis skenario Joko Anwar dengan ploting foreshadowing.
Pintu Terlarang merupakan film pertama yang diproduksi oleh LifeLike Pictures
dengan produser mudanya yang bernama Sheila Timothy.
Peneliti sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi konsentrasi audio-visual merasa
tertarik untuk mengurai komposisi mise en scene dalam film ini. Karena didalam
6
maknanya sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film dapat
terbaca dengan baik.
Mise en scene secara etimologi berasal dari bahasa Perancis yang berarti
“menempatkan pada adegan”. David A Cook dalam bukunya A History Narative Film
menjelaskan Mise en Scene dibentuk oleh elemen yang muncul didalam satu
syutingan pengambilan gambar sebelum dilakukan “cut” oleh sutradara. Dengan kata
lain elemen yang terlihat dalam layar saat itu disebut mise en scene. Secara umum
elemen-elemen pada mise en scene sebenarnya sama dengan unsur seni teater yakni,
tata setting, tata lampu, pergerakan aktor, kostum, eskpresi wajah, dan juga make up.
Dalam film Pintu Terlarang ini, sutradara Joko Anwar terlihat cukup idealis
dengan memasukkan berbagai macam pokok bahasan didalamnya. Namun dalam
film Pintu Terlarang ini terlihat kematangan Joko Anwar dalam mengemas tiap
komposisi mise en scene sehingga menjadi sebuah karya seni yang tidak hanya indah
namun juga meninggalkan makna yang dalam dan menarik untuk menjadi bahan
diskusi. Film Pintu Terlarang juga disebut-sebut sebagai pioner untuk film-film
7 B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perlu bagi
peneliti untuk merumuskan permasalahan agar lebih fokus dan mendalam. Rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana komposisi mise en scene dalam film Pintu Terlarang?
2. Apa makna (denotasi, konotasi dan mitos) yang dikomunikasikan
pembuat film dari unsur-unsur mise en scene dalam film Pintu
Terlarang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diangkat, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana unsur-unsur mise en scene dalam film Pintu
Terlarang di komposisikan. Serta untuk mengungkapkan apa makna (denotasi,
konotasi, dan mitos) dari unsur-unsur mise en scene dalam film tersebut.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, adapun manfaat tersebut antara lain :
8
Penelitian skripsi ini diharapkan mampu menambah kajian Ilmu
Komunikasi khususnya konsentrasi audio-visual sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa yang berminat pada kajian film dan semiotika.
2. Manfaat praktis
Selain sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S1, diharapkan
penelitian skripsi ini bisa menambah wawasan mahasiswa Ilmu
Komunikasi khususnya konsentrasi audio-visual yang ingin melakukan
penelitian sejenis. Dan semoga nantinya kajian tentang audio-visual bisa