• Tidak ada hasil yang ditemukan

CITRA PEREMPUAN DALAM FILM PEREMPUAN TANAH JAHANAM KARYA JOKO ANWAR: KRITIK SASTRA FEMINIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "CITRA PEREMPUAN DALAM FILM PEREMPUAN TANAH JAHANAM KARYA JOKO ANWAR: KRITIK SASTRA FEMINIS"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

CITRA PEREMPUAN

DALAM FILM PEREMPUAN TANAH JAHANAM KARYA JOKO ANWAR: KRITIK SASTRA FEMINIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Selli Millenia NIM : 184114024

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Desember 2021 Penulis

Selli Millenia

(5)

v

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Selli Millenia NIM : 184114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Citra Perempuan dalam Film Perempuan Tanah Jahanam Karya Joko Anwar: Kritik Sastra Feminis”.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 27 Desember 2021 Yang menyatakan

Selli Millenia

(6)

vi PERSEMBAHAN

Satu tulisan, satu perenungan akan perasaan Pada seorang perempuan yang amat saya kasihi

Dengan penuh rasa syukur

Skripsi ini adalah persembahan kecil untuk Ibu saya, Selvi Sulaiman

MOTO

(7)

vii

Take me as I’m or not at all. With my strenght will come softness, with my love will come intensity, with my skin

will come scars.

To start the practice of getting comfortable in all that I’m and some days are harder than others to ignite that

self love but I know my worth no matter what my thoughts may convey all that makes me imperfectly real

is deserving of being cherished & embraced in every authentic way.

KATA PENGANTAR

(8)

viii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi berjudul “Citra Perempuan dalam Film Perempuan Tanah Jahanam Karya Joko Anwar: Kritik Sastra Feminis”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S1) Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya motivasi, dukungan, bantuan, arahan, dan nasehat dari berbagai pihak sepanjang proses pengerjaan. Bagi penulis secara pribadi, proses yang panjang dan kompleks ini telah menjadi penataran berharga yang mendewasakan.

Pada kesempatan ini, pertama-tama, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum. dan Bapak Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan ketelatenannya telah membimbing penulis selama penulisan skripsi ini. Kedua, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap dosen Fakultas Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmunya selama perkuliahan di Program Studi Sastra Indonesia, serta seluruh jajaran staf Universitas Sanata Dharma yang dengan kesabaran penuh bersedia melayani segala bentuk administrasi akademik.

Ketiga, penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa kepada keluarga penulis; kedua orangtua, Bapak Agus Prayogi dan Ibu Selvi Sulaiman yang selalu memberikan dukungan, doa, nasihat dan harapan yang sebaik-baiknya.

Terima kasih juga kepada Dini Prasasti, Lola Agselia, Renduzalia Valentina dan

(9)

ix

Efqi Voluntoro selaku saudara penulis yang senantiasa membantu dan menemani penulis berjuang dalam dunia perkuliahan hingga berhasil berada pada tahap ini.

Keempat, penulis sangat bersyukur atas sekian tahun perjuangan bersama teman-teman satu jurusan Sastra Indonesia angkatan 2018, terima kasih atas segala kenangan dan juga pembelajarannya. Terima kasih juga kepada teman-teman lintas angkatan, serta berbagai pertemuan yang hadir sepanjang penulis berkuliah di Universitas Sanata Dharma.

Akhir kata, penulis ingin menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni tanggungjawab pribadi penulis. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan khazanah pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka akan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait, rekan-rekan di lingkungan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, serta para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 27 Desember 2021 Penulis

Selli Millenia

(10)

x ABSTRAK

Millenia, Selli. 2022. “Citra Perempuan dalam Film Perempuan Tanah Jahanam Karya Joko Anwar: Kritik Sastra Feminis”. Skripsi S-1.

Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji citra perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar menggunakan perspektif kritik sastra feminis. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, mengidentifikasi struktur film Perempuan Tanah Jahanam, yang meliputi unsur naratif dan sinematik dan kedua, mengidentifikasi citra perempuan yang tersaji dalam film Perempuan Tanah Jahanam.

Penelitian ini menggunakan teori struktur film dan teori kritik sastra feminis dengan pendekatan kualitatif. Teori struktur film digunakan sebagai dasar identifikasi dan interpretasi citra perempuan. Teori kritik sastra feminis digunakan untuk menganalisis citra perempuan yang meliputi citra diri perempuan dan citra sosial perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi dengan teknik simak-catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis isi. Hasil analisis penelitian ini berupa kesimpulan mengenai struktur film dan citra perempuan dalam bentuk deskriptif.

Hasil dari penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

(1) Struktur film memuat unsur-unsur pokok pembentuk film yang meliputi unsur naratif dan sinematik. (a) Unsur naratif film Perempuan Tanah Jahanam terbagi menjadi empat, yakni tokoh, konflik & masalah, lokasi dan waktu. Tokoh utama dalam film ini adalah Maya, Dini, Ratih dan Nyi Misni. Didukung pula dengan performa tokoh-tokoh tambahan yakni Saptadi, Nyai Shinta dan juga Donowongso.

Konflik & masalah film ini menyoroti isu fertilitas dan juga perempuan-perempuan yang tertindas. Terdapat tiga lokasi penting dalam film Perempuan Tanah Jahanam, meliputi Desa Harjosari, rumah keluarga Maya dan rumah ki Saptadi.

Urutan waktu film Perempuan Tanah Jahanam dituturkan dengan pola linear tanpa adanya interupsi waktu yang signifikan sehingga tidak menyulitkan penonton dalam memahami ceritanya.

(b) Unsur sinematik film Perempuan Tanah Jahanam juga terbagi menjadi empat aspek, meliputi mise-en scene, sinematografi, editing, dan suara. Setiap aktor dituntut untuk menggunakan bahasa Jawa dan semua tokoh menguasainya dengan cukup baik. Jalannya cerita dan juga perkembangan karakter Perempuan Tanah Jahanam pun memiliki sebab-akibat (kausalitas) yang jelas. Lighting yang digunakan dalam film bersumber dari sinar matahari dan juga cahaya artifisial ruangan. Visual film yang dominan low light dan hard light serta permainan cahaya merah dalam beberapa adegan memberi kesan yang sangat dramatis dan mencekam. Atmosfer film dibangun dengan teknik sinematografi yang solid, diikuti dengan editing yang lancar dan dinamis, terciptalah set visual yang alami dan believable. Sisi audio sangat diselaraskan dengan dialog setiap tokoh. Bunyi jangkrik dan efek suara tonggeret mendominasi film untuk mempertegas realitas perdesaan.

(11)

xi

(2) Citra perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam terdiri atas dua elemen, yakni citra diri perempuan dan citra sosial perempuan. (a) Citra diri perempuan, terdiri dari aspek fisik dan psikis yang tergambar pada diri tokoh Maya, Dini, Ratih dan Nyi Misni. (i) Aspek fisik terkongkretkan dalam ciri-ciri fisik wanita dewasa, misalnya pecahnya selaput dara, melahirkan, menyusui anak, dan kegiatan-kegiatan kerumahtanggaan. Citra fisik perempuan yang dicirikan dengan kemampuannya dalam menghasilkan keturunan tidak dapat dibuktikan pada tokoh Maya dan Dini. Namun, hal serupa tidak terjadi pada tokoh Ratih dan Nyi Misni yang diceritakan merupakan calon ibu dan juga ibu tunggal bagi putranya, sehingga, Ratih dan Nyi Misni dapat memenuhi cerita fisik perempuan (ii) Aspek psikis ditunjukkan melalui pemikiran-pemikiran perempuan untuk berkembang, beraspirasi, dan memiliki perasaan untuk merasakan keadaan dalam dirinya ataupun di luar dirinya. Tokoh Maya dan Dini dapat merasakan gejolak dalam dirinya sebagai perempuan walaupun mereka belum menjadi seorang ibu. Tokoh Ratih digambarkan sebagai perempuan desa yang berperasaan lembut, tabah dan juga suportif. Sedangkan Nyi Misni merupakan tokoh perempuan antagonis yang memiliki perasaan destruktif akibat masa lalunya yang kelam.

(b) Citra sosial perempuan, terlihat dari peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat. (i) Dalam keluarga, perempuan merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tangga, dan memenuhi ekonomi keluarga berdasarkan pekerjaannya masing-masing. Citra perempuan dalam keluarga tidak tercermin dari tokoh Maya dan Dini sebab dalam film diceritakan bahwa keduanya tumbuh dewasa tanpa didampingi keluarga. Tokoh Ratih digambarkan sebagai istri dan juga calon ibu yang baik bagi suami dan calon anaknya. Nyi Misni diceritakan sebagai ibu yang sangat bertanggungjawab dalam membesarkan dan mendidik putra semata wayangnya. (ii) Dalam masyarakat, perempuan melakukan interaksi sosial secara khusus dan umum, tergantung kepada bentuk hubungan itu. Tokoh Maya dan Dini diceritakan memiliki relasi persahabatan yang baik, namun relasi keduanya dengan masyarakat sekitar tidak harmonis dikarenakan masyarakat sekelilingnya seringkali melabeli kedua tokoh tersebut dengan stigma negatif tanpa didasari bukti kukuh.

Kajian citra perempuan pada penelitian ini turut melibatkan disrupsi feminitas berupa hegemoni patriarki dan diskriminasi gender yang menghujam sangat dalam pada praktik budaya di lingkungan perkotaan maupun perdesaan seperti yang tercermin dalam film Perempuan Tanah Jahanam. Hal ini ditunjukkan dalam setiap peristiwa yang dialami oleh tokoh Maya, Dini, Ratih dan juga Nyi Misni dalam Perempuan Tanah Jahanam. Tokoh Maya dan Dini termarginalkan dari lingkungan perkotaan tempat mereka tinggal karena dianggap sebagai perempuan yang telah melanggar norma-norma yang diyakini masyarakat sekitar mereka. Tokoh Ratih dianggap perempuan lemah dan tidak layak berada di ruang publik oleh masyarakat Desa Harjosari. Tokoh Nyi Misni terkucilkan karena merupakan perempuan yang berada di strata sosial rendah sehingga membuat masyarakat desa yang derajatnya lebih tinggi menganggap Nyi Misni tidak layak dihargai dan mendapatkan haknya sebagai perempuan.

Kata kunci: Struktur Film, Citra Perempuan, Kritik Sastra Feminis.

(12)

xii ABSTRACT

Millenia, Selli. 2022. "The Women Image in the Film of Perempuan Tanah Jahanam by Joko Anwar: Feminist Literary Criticism". S-1 Final Paper. Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Literature Faculty, Sanata Dharma University.

This study describes the image of women in the film Perempuan Tanah Jahanam by Joko Anwar using the perspective of feminist literary criticism. The purpose of this study is to identify the structure of the film Perempuan Tanah Jahanam, which includes narrative and cinematic elements and to identify the image of women presented in the film Perempuan Tanah Jahanam.

This study used film structure theory and feminist literary criticism theory with a qualitative approach. The theory of film structure is used as the basis for identifying and interpreting women’s image. Feminist literary criticism theory was used to analyze women's image, such as women's self-image and women's social image. The data collection method used in this study was observation and documentation with the note-taking technique. The data analysis used was the content analysis method. The results of this study are the structure of the film and the image of women in descriptive form.

The results of this study were classified into two. (1) The film's structure contains the main elements, which include narrative and cinematic elements. (a) The narrative elements of the film Perempuan Tanah Jahanam were divided into four, namely characters, conflicts & problems, place and time. The main character in this film is Maya, Dini, Ratih and Nyi Misni. Also supported by the performance of peripheral character, namely Saptadi, Nyai Shinta and Donowongso. Conflicts and problems in this film highlights the issue of fertility and also marginalized women. There are three important locations in this film which are, Harjosari Village, Maya family’s house and Ki Saptadi’s house. The time sequence in the film Perempuan Tanah Jahanam is told in linear pattern without any significant time interruptions so that it does not make it difficult for the audience to understand the story.

(b) The cinematic elements of the film Perempuan Tanah Jahanam were divided into four aspects, including mise-en-scene, cinematography, editing, and sound. Every actor is required to use Javanese language and all characters master it quite well. The course of the story and also the development of the character of Perempuan Tanah Jahanam also has a clear cause and effect (causality). The lighting used is sourced firectly from daylight and also tungsten. The visuals of the film are predominantly low light and hard light, as well as the play of red light in some scenes giving a very dramatic and eerie impression. The films’s atmoshphere is built using solid cinematographic effects, followed by fluid dynamic editing, creating natural and believable visual sets. The audio side is very parallel with the dialogue of each character. The sound of crickets and cicadas sound effects dominate the film to emphasize the rural reality.

(13)

xiii

(2) The image of women in the film Perempuan Tanah Jahanam consists of two elements: women's self-image and the social image of women. (a) Women's self-image consists of physical and psychological aspects depicted in Maya, Dini, Ratih and Nyi Misni. (i) The physical aspects were concreted in the physical characteristics of adult women, for example, rupture of the hymen, childbirth, breastfeeding, and household activities. The physical image of women which is characterized by their ability to produce offspring cannot be proven in Maya and Dini’s character. However, the same thing dose not happen to the characters of Ratih and Nyi Misni who are told as prospective mother and also single mother for their sons, so, Ratih and Nyi Misni can fulfill the physical image of women. (ii) The psychic aspect was shown through women's thoughts to develop aspirations and feelings in the situation inside and outside themselves. Maya and Dini can feel the turmoil within themselves as women even though they are not yet a mother.

Ratih character is described as a village woman who is gentle, steadfast, and also supportive. While Nyi Misni is an antagonist female character who has destructive feelings due her dark past.

(b) The social image of women, seen from the role of women in the family and society. (i) In the family, women take care and educate children, manage the household, and fulfil the family economy based on their respective jobs. The image of women in the family is not reflected in the Maya and Dini characters because in the film it is told that both of them grew up without being accompanied by their families. Ratih character is described as a wife and also a good mother-to-be for her husband and her future child. Nyi Misni is told as a mother who is very responsible for raising and educating her only son. (ii) In society, women conduct social interactions depending on its own relationships. Maya and Dini figures are told to have good friendly relations, but their relationship with the surrounding community is not harmonious because the surrounding community often labels the two figures with negative stigma without being based on solid evidence. The study about the image of women in this research involves the disruption of femininity in the form of patriarchal hegemony and gender discrimination that pierces deeply cultural practices in urban and rural areas, as reflected in the film Perempuan Tanah Jahanam. This is shown in every event experienced by Maya, Dini, Ratih and Nyi Misni characters in the women of the Perempuan Tanah Jahanam. Maya and Dini figures are marginalized from the urban environment where they live because they are considered women who have violated the norms believed by the community around them. Ratih figures are considered weak women and do not deserve to be in the public space by the Harjosari Village community. Nyi Misni figures are isolated because they are women who are in a low social strata, thus making the village community with higher degrees consider Nyi Misni not worthy of respect and get their right as women.

Keywords: Film Structure, Women's Image, Feminist Literary Criticism.

(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN MOTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 10

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 11

1.4.2 Manfaat Praktis ... 11

1.5 Tinjauan Pustaka ... 11

1.6 Pendekatan ... 16

1.7 Landasan Teori ... 17

1.7.1 Struktur Film ... 17

1.7.1.1 Unsur Naratif Film ... 18

1.7.1.2 Unsur Sinematik Film ... 19

1.7.2 Kritik Sastra Feminis ... 19

1.7.3 Teori Feminisme ... 21

1.7.4 Citra Perempuan ... 22

1.8 Metode Penelitian ... 24

1.8.1 Metode Pengumpulan Data ... 24

1.8.2 Metode Analisis Data ... 26

1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 26

1.8.4 Sumber Data ... 26

1.9 Sistematika Penyajian ... 27

BAB II STRUKTUR FILM PEREMPUAN TANAH JAHANAM 2.1 Pengantar ... 28

2.2 Unsur Naratif ... 28

2.2.1 Tokoh ... 29

2.2.2 Konflik dan Masalah ... 35

2.2.3 Lokasi ... 41

2.2.4 Waktu ... 45

2.3 Unsur Sinematik ... 46

(15)

xv

2.3.1 Mise-en-scene ... 46

2.3.2 Sinematografi ... 49

2.3.3 Editing ... 51

2.3.4 Suara ... 52

2.4 Rangkuman ... 55

BAB III CITRA PEREMPUAN DALAM FILM PEREMPUAN TANAH JAHANAM 3.1 Pengantar ... 60

3.2 Citra Diri Perempuan ... 60

3.2.1 Citra Perempuan dari Aspek Fisik ... 61

3.2.2 Citra Perempuan dari Aspek Psikis ... 66

3.3 Citra Sosial Perempuan ... 74

3.3.1 Citra Perempuan dalam Keluarga ... 75

3.3.2 Citra Perempuan dalam Masyarakat ... 80

3.4 Rangkuman ... 85

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 93

4.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

BIOGRAFI PENULIS ... 107

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Unsur naratif dalam film Perempuan Tanah Jahanam ... 58

Tabel 2 Unsur sinematik dalam film Perempuan Tanah Jahanam ... 59

Tabel 3 Citra diri perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam ... 88

Tabel 4 Citra sosial perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam ... 90

(17)

xvii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Potret para pemain dan kru film Perempuan Tanah Jahanam ... 29

Gambar 2 Keempat tokoh utama Perempuan Tanah Jahanam ... 30

Gambar 3 official poster film Perempuan Tanah Jahanam ... 36

Gambar 4 Visual pria yang mengganggu Maya pada opening scene ... 37

Gambar 5 Adegan saat perjalanan menuju rumah kepala Desa Harjosari ... 39

Gambar 6 Potret Desa Harjosari ... 41

Gambar 7 Visual rumah keluarga Maya tampak samping ... 43

Gambar 8 Rumah Ki Saptadi pada salah satu adegan film ... 44

Gambar 9 Potongan adegan ketika Maya terbangun dari tidurnya ... 47

Gambar 10 Close-up visual wajah Nyi Misni ... 49

Gambar 11 Potongan adegan di tengah hutan pada malam hari ... 50

Gambar 12 Adegan pembantaian Perempuan Tanah Jahanam berupa siluet pada layar pementasan lakonan wayang ... 52

Gambar 13 Para pemain dan kru film Perempuan Tanah Jahanam pada malam anugerah piala citra Festival Film Indonesia (FFI) ... 54

Gambar 14 Visual Maya dan Dini dalam Perempuan Tanah Jahanam ... 62

Gambar 15 Visual Nyi Misni dalam Perempuan Tanah Jahanam ... 64

Gambar 16 Visual Ratih dalam Perempuan Tanah Jahanam ... 65

Gambar 17 Potret Maya saat menjaga exit tol ... 68

Gambar 18 Potret Maya dengan barang dagangannya ... 69

Gambar 19 Potongan adegan saat Ratih berusaha menyelamatkan Maya dari kepungan warga Desa Harjosari ... 70

Gambar 20 Visual Nyi Misni saat melakukan praktik ilmu hitam ... 73

(18)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perbincangan seputar perempuan seolah tidak pernah habis, apalagi jika dikaitkan dengan eksistensi media massa yang setiap hari tersaji di hadapan kita, baik melalui media cetak maupun elektronik. Bahkan tak jarang, akan terasa

‘hambar’ apabila sebuah tayangan televisi atau film tidak menampilkan sosok perempuan dengan segala ‘daya tariknya’.

Banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat mengangkat perempuan sebagai subjek utama yang akan dibentuk menjadi sebuah berita, diskusi, literasi, karya sastra, maupun penelitian. Sebagian besar karya sastra kerap kali menobatkan sosok perempuan sebagai objek pencitraan yang memantik konflik cerita secara keseluruhan. Dewasa ini, begitu banyak karya sastra bermunculan yang berbicara mengenai perempuan serta intertekstualitas yang melingkupinya dan tampak laris manis di pasaran.

Karya sastra tidak hanya dikemas dalam bentuk tulisan, melainkan juga dapat berupa film (audio visual). Film adalah suatu bentuk teknologi komunikasi massa elektronik yang berupa media audio visual yang mampu menampilkan kata- kata, bunyi, citra, dan kombinasinya (Sobur, 2013:126).

Pada perkembangannya, film telah melalui beragam kemajuan dan inovasi, bahkan revolusi. Mulanya, sesederhana short snippet gambar gerak bisu hingga menjelma menjadi sebentuk potret kompleks dengan teknologi tinggi yang mampu menampilkan efek-efek khusus yang elusif. Kini, kegiatan menonton film sudah menjadi tren yang marak digemari masyarakat ramai. Memilih film sebagai objek

(19)

2

material penelitian, dinilai sangat tepat karena penyampaian informasi dan pesan dalam cerita pada film dapat lebih mudah dipahami dengan adanya wujud gambar bergerak yang kreatif dan unik serta dilengkapi suara yang membentuk satu keutuhan sebuah cerita.

Memfilmkan karya sastra sering disebut sebagai adaptasi, contohnya adalah novel. Pada dasarnya, ada banyak persamaan antara film dan novel. Perbedaannya hanyalah bahwa film merupakan media gambar (memperlihatkan/ditonton), sedangkan sastra/novel adalah media cetak, menceritakan/dibaca (Boogs 1992:56).

Kajian film dalam studi sastra dan bahasa mempunyai hubungan satu sama lain.

Dilihat dari definisinya, film merupakan media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:134).

Secara fisik, representasi perempuan telah hadir dan berperan dalam industri sinema dunia, setua usia perfilman itu sendiri. Tidak hanya pada industri perfilman di dunia, masalah representasi perempuan di perfilman nasional juga menjadi sorotan utama. Nyaris, hampir dalam setiap judul film nasional baru yang beredar, penampilan aktris yang memerankan tokoh perempuan dalam film tersebut diulas, baik secara populer maupun dalam kajian akademis.

Dengan kekuatan film sebagai media komunikasi, maka film sangat berpotensi sebagai agen dalam pembentukan stereotip terhadap perempuan, sebagaimana yang telah dinyatakan dalam riset dari Perdana (2014:21) bahwa apa yang disosialisasikan oleh media akan membentuk stereotip tertentu. Stereotip merupakan bagian dari budaya yang diteruskan dan dipercayai oleh sebagian

(20)

3

masyarakat, dan dalam hal ini, film adalah medianya. Film berpotensi untuk mempengaruhi khalayaknya (Sobur, 2013:127). Penonton dapat terpengaruh oleh nilai atau pesan yang terkandung dalam film, baik secara afektif, konatif, maupun kognitif.

Selama ini, perempuan telah dijadikan bahan konsumsi publik, perempuan dalam film telah menjadi korban kapitalisme global dari kaum industrialis yang sangat kuat ideologi patriarkinya. Pemanfaatan perempuan sebagai objek eksploitasi ini sangat terasa, terutama saat kita menyaksikan tayangan film. Hal ini menjembatani terbentuknya suatu persepsi tertentu mengenai perempuan dalam superstruktur masyarakat kita. Media perfilman sangat berperan terkait pembentukan citra perempuan (Sulistyani, 2016:66).

Citra artinya rupa, gambaran, dapat berupa gambar yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat dan merupakan dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi. Citra perempuan merupakan wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi oleh perempuan dalam berbagai aspeknya yaitu aspek fisik dan psikis sebagai citra diri perempuan serta aspek keluarga dan masyarakat sebagai citra sosial (Sugihastuti, 2000:7).

Secara empiris, perempuan juga dicitrakan secara stereotip sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan, sementara laki-laki dianggap sebagai makhluk yang kuat, rasional, jantan dan perkasa (Dagun, 1992:3).

Sugihastuti (2000:125) mengatakan bahwa citra perempuan mempunyai hubungan antar manusia lainnya yang memiliki sifat khusus sampai umum, itu

(21)

4

tergantung pada hubungan manusia tersebut. Hubungan perempuan dalam masyarakat dimulai dengan hubungan antar orang-seorang, sampai antar kelompok manusia yang berkaitan dengan masyarakat umum. Hubungan perempuan dengan laki-laki termasuk hubungan orang-orang dalam masyarakat.

Citra perempuan adalah perempuan dewasa dalam arti fisik, yaitu perempuan yang mampu memainkan peran biologisnya di lingkungan domestik sebagai istri dan ibu, serta perempuan dewasa dalam arti psikis di lingkungan publik yaitu perempuan yang mampu memilih dan mempertahankan sesuatu yang telah ia putuskan. Citra perempuan pada sektor domestik, perempuan berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota keluarga yang berperilaku baik. Selain di sektor domestik, peran perempuan juga terdapat di sektor publik seperti agama, pendidikan, ekonomi, dan politik. Masing-masing peran mendatangkan konsekuensi sikap sosial, yang satu dengan lainnya bergayutan. Sebagai istri misalnya, peran perempuan mencintai suami, memberikan motivasi, dan sebagai pendamping dalam kehidupan suami (Fakih, 2008:17).

Feminisme ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan (Sugihastuti, 2010:18). Feminisme dalam penelitian sastra dianggap sebagai gerakan kesadaran terhadap pengabaian dan eksploitasi perempuan dalam masyarakat seperti tercermin dalam karya sastra (Sugihastuti, 2010:27). Dalam sastra, pendekatan feminis merupakan cara memahami karya sastra, kaitannya dengan proses produksinya dan resepsinya dengan konsep emansipasi wanita (Al-Ma'ruf, 2017:116).

(22)

5

Sistem nilai patriarki menempatkan perempuan berada di bawah subordinasi laki-laki. Sistem patriarki dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, baik pada perempuan kelas bawah maupun atas, di rumah, di tempat kerja, dan di komunitas secara luas. Wujud dan intensitas subordinasi bervariasi, namun pada dasarnya sama, mengandung unsur-unsur yang merendahkan perempuan seperti:

diskriminasi, kurang dihargai, kontrol, pemerasan penindasan dan kekerasan (Krisnawaty, 1997:91).

Berdasarkan rekam jejak media komunikasi, film secara tidak sadar kerap menciptakan relasi-relasi tertentu yang bias gender. Perempuan sering direpresentasikan sebagai sosok yang lemah dan termarginalkan. Perempuan bertendensi lebih banyak mendapatkan peran yang lebih rendah dibandingkan laki- laki, baik itu peran sebagai objek kekerasan, pelecehan, atau peran yang tertindas dan terdiskriminasi.

Gamble (2010:117) menyebutkan bahwa perempuan sering kali digambarkan sebagai manusia yang cengeng dan rendah diri oleh sutradara.

Stereotip-stereotip semacam inilah yang kerap menjadi ide, citra, sekaligus eksploitasi perempuan dan semua itu ditampilkan melalui media.

Namun, Joko Anwar sebagai salah satu sutradara kondang Indonesia, tampaknya akan mematahkan stereotip negatif terhadap perempuan melalui karya- karyanya. Baru-baru ini, ia menjadikan sosok perempuan sebagai objek pencitraan dalam filmnya yang berjudul Perempuan Tanah Jahanam. Film yang berdurasi 106 menit ini dirilis pada 17 Oktober 2019 dengan judul internasional Impetigore.

Dalam website resmi perfilman nasional, dikatakan bahwa film ini berkonsep horor

(23)

6

atmosferik, bercampur pula dengan horor psikologi karena kuatnya unsur permainan watak. Selaras dengan judulnya, terdapat empat pemeran utama dalam film ini dan semuanya berjenis kelamin perempuan yaitu, Tara Basro, Marissa Anita, Christine Hakim dan Asmara Abigail.

Berdasarkan data dan catatan website perfilman nasional, Sejak pertama kali ditayangkan, film Perempuan Tanah Jahanam begitu menyita perhatian para penikmat film dan digadang-gadang sebagai film horor thriller terbaik di Indonesia. Film Perempuan Tanah Jahanam memulai perjalanan globalnya dengan diputar di dua festival film bergengsi dunia, yaitu Sundance Film Festival dan International Film Festival Rotterdam pada Januari 2020.

Pada 6 Februari 2020, film ini tayang di bioskop Malaysia dan mendapatkan respon yang positif. Di bulan Mei 2020, film ini masuk ke dua OTT, yaitu GoPlay Indonesia dan Shudder, layanan streaming dan video on demand khusus genre horor hingga thriller di kawasan Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Di bulan Juni 2020, Perempuan Tanah Jahanam diputar di Far East Film Festival sekaligus menjadi Italian Premier. Di bulan Juli, Perempuan Tanah Jahanam diputar di bioskop Taiwan dan tayang di Buncheon International Film Festival (BIFAN) sekaligus menjadi Korean Premier. Di BIFAN, film ini juga berhasil mendapatkan penghargaan Melies International Festival Federation (MIFF) dalam kategori Best Asian Film.

Sekilas cerita, film Perempuan Tanah Jahanam menggambarkan perjalanan seorang perempuan muda bernama Maya yang kembali dari kota ke desa tempat asalnya dengan tujuan ingin mengambil alih harta milik orang tuanya yang

(24)

7

tertinggal di desa itu. Namun, tanpa sepengetahuan Maya, ternyata penduduk di desa tersebut telah lama mencari keberadaannya untuk mengakhiri sebuah kutukan yang disebabkan oleh keluarga Maya. Highlight point dalam film ini adalah hadirnya tokoh-tokoh perempuan yang sangat kuat dengan karakter yang berbeda- beda, serta kentalnya isu-isu feminisme yang direpresentasikan melalui setiap adegan maupun dialog dalam film.

Ketika menyaksikan film ini akan terlihat jelas bahwa Joko Anwar, selaku penulis skenario sekaligus sutradara, menghadirkan unsur perempuan yang mendominasi film Perempuan Tanah Jahanam. Hal ini diwujudkannya melalui tokoh-tokoh perempuan hamil yang berasal dari kelas menengah ke bawah. Isu utama Perempuan Tanah Jahanam juga terkait kutukan yang terjadi pada perempuan hamil. Dalam sebuah press conference, dikatakan bahwa kehadiran perempuan hamil dalam film garapan Joko Anwar ini merupakan penanda kegelisahan sang sutradara terhadap kondisi perempuan dan relatives issues yang direpresentasikannya dalam wujud tokoh perempuan.

Joko Anwar juga kerap memilih menyuguhkan tokoh perempuan yang mampu mengontrol diri dan tubuhnya sendiri. Menurut pengakuannya, Joko menolak patuh pada pandangan umum bahwa perempuan merupakan makhluk lemah yang harus tunduk pada laki-laki. Asumsi ini diperjelas dalam adegan- adegan yang diperankan oleh empat aktor utama Perempuan Tanah Jahanam.

Maka tak heran, jika Joko sendiri berani melabeli filmnya sebagai film-film feminis. Jika secara global pelaku industri hiburan tengah memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, Joko Anwar dengan caranya sendiri

(25)

8

selalu berusaha untuk lebih meninggikan perempuan dengan menobatkannya sebagai sentral atau leading hero dalam setiap film garapannya.

Pada Perempuan Tanah Jahanam sendiri, meski jumlah pemain laki-laki terlihat lebih banyak, namun alur ceritanya terfokus pada empat perempuan yang masing-masing memegang peranan penting dalam film ini. Mereka adalah Maya (Tara Basro), Dini (Marissa Anita), Nyi Misni (Christine Hakim), dan Ratih (Asmara Abigail). Empat perempuan ini memiliki karakter berani, kuat dan memiliki rasa cinta yang besar terhadap sahabat dan keluarganya, kecuali Nyi Misni yang berwatak antagonis dalam film ini. Dari karakter-karakter tersebut kita bisa melihat bahwa posisi perempuan dalam film tidak lagi sekadar menjadi aksesori atau figuran saja.

Citra perempuan hingga saat ini tetap berkisar pada wilayah subordinatnya.

Masyarakat memaknai eksistensi perempuan masih pada wilayah realitas fisik saja.

Gambaran seorang perempuan dalam media massa kerap dijadikan bahan eksploitasi tanpa mengindahkan etika atau keberadaannya di masyarakat. Perlakuan tersebut hanya menjadikan perempuan dalam media massa sebagai konsepsi yang identik dengan tubuh dan seksualitas semata (Sulistyani, 2016:60).

Keterlibatan perempuan dalam film dipercaya mampu menguatkan isi pesan film itu sendiri. Merujuk pada kacamata feminisme yang memandang ketimpangan posisi perempuan dibandingkan posisi pria di masyarakat, perempuan seolah-olah dijadikan alat pendukung kesuksesan sebuah film. Kepentingan komersialisme atau pengejaran rating tertinggi menjadi alasan utama di balik perempuan dijadikan sebagai objek pelengkap (Sulistyani, 2016:62).

(26)

9

Pada kasus ini, sederet penghargaan dan ratusan ribu feedback masyarakat terhadap film Perempuan Tanah Jahanam secara tidak langsung memperkuat asumsi bahwa perempuan merupakan objek “komersialisasi” yang menjanjikan.

Namun, dalam berbagai kesempatan, Joko Anwar selaku sutradara dan penulis naskah film Perempuan Tanah Jahanam berusaha menepis asumsi tersebut. Ia menegaskan bahwa film Perempuan Tanah Jahanam ini merupakan salah satu bentuk dukungannya terhadap kaum perempuan, bukan sebaliknya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka fokus dalam penelitian ini terkait dengan struktur film dan citra perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam. Penulis merasa film Perempuan Tanah Jahanam ini memiliki keunikan tersendiri khususnya pada materi yang diolah sebagai dasar penceritaannya. Film ini juga berbeda dari film-film bergenre serupa yang pernah ada di Indonesia, baik dari segi cerita, latar film, serta dialek yang digunakan.

Karena itu, peneliti memiliki ketertarikan terhadap film Perempuan Tanah Jahanam dan memilihnya menjadi objek penelitian. Di sisi lain, film ini juga belum mendapatkan banyak sorotan para peneliti sehingga kajian terhadap film Perempuan Tanah Jahanam masih sangat sedikit dan menjadikannya penting untuk dikaji lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur film Perempuan Tanah Jahanam, yang meliputi unsur naratif dan sinematik?

(27)

10

2. Bagaimana citra perempuan yang disajikan dalam film Perempuan Tanah Jahanam?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam rancangan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi struktur film Perempuan Tanah Jahanam, yang meliputi unsur naratif dan sinematik.

2. Mengidentifikasi citra perempuan yang tersaji dalam film Perempuan Tanah Jahanam.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis atau akademis merupakan manfaat penelitian bagi pengembangan ilmu. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi banyak orang mengenai penelitian Sastra Indonesia, dan menambah referensi penelitian sastra khususnya bagi mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi motivasi kepada penikmat sastra secara mendalam sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama terhadap citra perempuan dan kritik sastra feminis.

(28)

11 1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis merupakan keberfungsian secara langsung dari hasil penelitian yang dapat digunakan oleh masyarakat.Berdasarkan penafsiran tersebut, penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi beberapa pihak, antara lain:

a. Manfaat bagi peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya yang akan menganalisis penelitian sastra dengan permasalahan serupa, baik dari citra perempuan maupun dari feminis sastranya.

b. Manfaat bagi dunia pendidikan

Hasil penelitian secara akademis dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya pembendaharaan kepustakaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan citra perempuan dan kajian kritik sastra feminis.

c. Manfaat bagi mahasiswa/siswa

Penulis memilih sebuah film untuk dijadikan objek material sebagai bentuk imbauan agar para pembaca muda khususnya kalangan mahasiswa/siswa agar lebih meningkatkan apresiasinya terhadap perfilman Indonesia. Serta mampu meningkatkan kemampuan apresiasi mahasiswa maupun siswa dalam memahami citra perempuan maupun kritik sastra feminis.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian terkait kajian feminisme sastra, khususnya terhadap citra perempuan, sudah cukup banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.

(29)

12

Beberapa diantaranya yaitu, Istanti (2012), Hidayati (2017), Mbulu (2017), Juanda

& Aziz (2018), Karima (2019), dan Kurniawan (2019).

Istanti (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Citra Perempuan dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Tinjauan Kritik Sastra Feminis”, memaparkan bahwa berdasarkan hasil penelitian, pendekatan struktur difokuskan pada tema, alur, penokohan, dan latar. Tema dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy adalah kisah perjuangan seorang wanita dewasa yang bernama Zahrana dalam meraih prestasi, sehingga sedikit melupakan untuk segera menikah. Novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy menggunakan alur campuran. Penokohan dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy terdiri dari Zahrana, Pak Sukarman, Lina, Bu Nuriyah, Pak Munajat, Bu Merlin, dan Hasan. Sifat karakteristik masing-masing tokoh berdasarkan tiga dimensi, yaitu fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Latar waktu terjadi setelah tahun 1990. Berdasarkan tinjauan kritik sastra feminis, wujud citra perempuan dalam novel Cinta Suci Zahrana adalah (1) perempuan yang ulet, (2) perempuan berpendidikan tinggi, (3) perempuan yang terlalu memilih jodoh, (4) perempuan sebagai seorang istri sholehah.

Hidayati (2017) menulis skripsi yang berjudul “Citra Perempuan Minangkabau dalam Novel Negeri Perempuan Karya Wisran Hadi (Analisis Kritik Sastra Feminis)”, memaparkan tentang citra perempuan yang terdapat dalam novel Negeri Perempuan karya Wisran Hadi. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peran dan kedudukan perempuan dalam setiap pengambilan keputusan-keputusan adat. Penelitian ini menggunakan analisis kritik sastra feminis. Metode yang

(30)

13

dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui beberapa tahap yaitu:

membaca, merumuskan masalah, studi pustaka, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui kehidupan tokoh perempuan utama dan citra perempuan Minangkabau dalam novel Negeri Perempuan karya Wisran Hadi. Hasil penelitian menemukan adanya citra perempuan Minangkabau dalam novel Negeri Perempuan karya Wisran Hadi, antara lain: tegas tapi lembut, teguh pendirian, sopan santun, arif dan bijaksana, serta waspada.

Mbulu (2017) dalam skripsi yang berjudul “Citra Perempuan dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono: Kajian Kritik Sastra Feminisme” menjelaskan bahwa penelitian ini mengkaji citra perempuan dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono dengan tujuan untuk mendeskripsikan tokoh dan penokohan serta gambaran citra perempuan dalam yang meliputi citra diri perempuan dan citra sosial dalam novel Suti. Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua kajian struktur dan citra perempuan. Kajian struktural dibagi menjadi dua yaitu tokoh dan penokohan, Tokoh utama dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono ialah Suti dan Pak Sastro, sedangkan tokoh tambahan adalah Bu Sastro, Parni, Tomblok, Sarno, Kunto, dan Dewo. Citra perempuan dibagi menjadi dua yaitu citra diri perempuan yang dilihat dari aspek fisik serta psikis, dan citra sosial perempuan dalam lingkungan keluarga serta masyarakat.

Juanda & Aziz (2018) dalam artikelnya yang berjudul “Penyingkapan Citra Perempuan Cerpen Media Indonesia: Kajian Feminisme”, membahas tentang citra perempuan dalam cerpen di harian Media Indonesia, dengan hasil sebagai berikut.

(31)

14

Citra Perempuan dalam cerpen Lumpur Api (Begenggek) terdapat citra fisik yaitu perempuan yang digambarkan secara fisik selalu terlihat cantik, citra perempuan dalam keluarga adalah sosok yang kuat,pemberani, dan pahlawan bagi anak dan keluarganya, dan citra perempuan secara psikis yang tidak mampu berbuat apa-apa menerima apa yang terjadi pada dirinya; Citra perempuan dalam cerpen Mata yang Menyiksa terdapat citra perempuan secara psikis perempuan yang digambarkan dalam cerpen tersebut adalah perempuan yang tidak berdaya menjalani hidupnya dalam kebutaan, secara fisik digambarkan sosok perempuan yang buta, dan citra perempuan dalam keluarga digambarkan seorang perempuan yang setia pada suami keduanya; citra perempuan dalam cerpen Tahi Lalat ditemukan citra perempuan dalam masyarakat yang digambarkan oleh seorang perempuan yang melayani lelaki yang berpengaruh pada dirinya, citra perempuan secara fisik digambarkan perempuan yang muda, cantik, dan bertahi lalat; dan citra perempuan dalam keluarga digambarkan seorang perempuan yang rela melakukan apapun demi suaminya meskipun harus dilibatkan sebagai mainan politik.

Penelitian terhadap citra perempuan dalam film dilakukan oleh Karima (2019) dalam skripsinya yang berjudul “Citra Perempuan Dalam Film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak : Kajian Sastra Feminis dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar di SMA”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Struktur film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak karya Mouly Surya, (2) Citra perempuan yang terkandung dalam film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak karya Mouly Surya, (3) Relevansi film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak sebagai bahan ajar sastra di SMA. Menggunakan penelitan deskriptif

(32)

15

kualitatif, strategi yang digunakan adalah strategi studi kasus terpancang. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode pembacaan model semiotik. Hasil penelitian ini adalah (1) Struktur film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak adalah: temanya adalah perjuangan, dengan alur maju, tokoh Marlina, Novi, Markus, Frans, Mama, dan Topan, dan latar; latar tempat daerah Sumba, dan unsur sinematik (mise-en scene, sinematografi, editing, dan suara). (2) Citra perempuan dalam film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak dengan menggunakan tinjauan feminis mencakup (a) Citra perempuan pada sektor domestik: citra perempuan sebagai istri, ibu, serta anak dan (b) Citra perempuan pada sektor publik:

citra perempuan sektor agama, ekonomi, pendidikan, dan hukum. (3) Relevansi hasil penelitian sebagai bahan ajar di SMA khususnya kelas XI dengan KD: 3.1, 3.3, dan 4.1, dan sesuai dengan kriteria pembelajaran sastra meliputi tiga aspek, yaitu (a) bahasa, (b) psikologi, dan (c) latar belakang budaya.

Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Kurniawan (2019) terhadap film Suzzanna Bernafas dalam Kubur. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana citra perempuan sholehah dalam film Suzzanna Bernafas dalam Kubur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui citra perempuan sholehah dalam film Suzzanna Bernafas dalam Kubur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunkan analisis teks media semiotika model Charles Sanders Peirce. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa dalam film Suzzanna Bernafas dalam Kubur memunculkan citra perempuan (istri) sholehah yang digambarkan melalui sifat-sifatnya seperti, Berkata-kata yang baik dan lemah

(33)

16

lembut kepada suami, memberikan ketenangan, kesenangan dan kebahagiaan, menaati perintah suami, menyambut kedatangan suami pulang dari pekerjaannya.

Telah banyak penelitian yang berkenaan dengan citra perempuan yang menggunakan perspektif kritik sastra feminis, namun, objek material yang dipilih penulis belum pernah dikaji sebelumnya. Penelitian ini berupaya mengidentifikasi citra perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam. Rumusan tersebut secara langsung mengarahkan pembahasan pada sosok perempuan yang disuguhkan dalam film garapan Joko Anwar sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya. Oleh karena itu, teori sastra yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah kritik sastra feminis, yaitu kritik sastra yang menjadikan ketidakadilan gender sebagai sentral dan objek analisis. Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, kritik tentang perempuan, ataupun mengkritik pengarang perempuan, melainkan memandang sastra dengan kesadaran khusus, yaitu kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan (Sugihastuti, 2005:37). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Citra Perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam Karya Joko Anwar: Kritik Sastra Feminis”.

1.6 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Kualitatif yaitu jenis pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (perilaku, persepsi, tindakan, dll), dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata - kata dan bahasa. Pendekatan kualitatif tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya

(34)

17

(Moloeng, 2012:6). Pendekatan ini memberi peluang besar terciptanya interpretasi - interpretasi alternatif (Sobur, 2009:147).

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kritik sastra feminis karena pendekatan tersebut dapat mengungkapkan aspek-aspek feminisme dalam film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar. Pendekatan feminisme dalam kajian sastra sering dikenal dengan kritik sastra feminisme. Feminis menurut Ratna (2012:226) berasal dari kata femme yang berarti perempuan.

Culler dalam Sugihastuti (2010:7) berpendapat bahwa kritik sastra feminis merupakan kesadaran membaca dengan perspektif wanita, yaitu kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra.

Sholwalter dalam Sugihastuti (2010:18) menyatakan bahwa, dalam ilmu sastra, feminisme ini berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada perempuan. Jika selama ini dianggap dengan sendirinya bahwa yang mewakili pembaca dan pencipta dalam sastra Barat ialah laki-laki, kritik sastra feminis menunjukkan bahwa perempuan membawa persepsi dan harapan ke dalam pengalaman sastranya.

1.7 Landasan Teori

1.7.1. Struktur Film

Secara harfiah, film (sinema) adalah cinemathographie yang berasal dari cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = graph (tulisan = gambar = citra), jadi definisinya adalah melukis gerak dengan cahaya. Untuk melukis gerak dengan cahaya, diperlukan alat khusus yang biasa disebut kamera.

(35)

18

Film merupakan gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia untuk menangkap sejumlah pergantian gambar dalam sepersekian detik.

Pratista (2008:3) mengatakan bahwa film merupakan produk kebudayaan manusia yang dianggap berdampak besar bagi masyarakat. Ia merupakan salah satu bentuk seni, sumber hiburan dan alat yang ampuh untuk mendidik serta mengindoktrinasi para penontonnya. Masyarakat melalui pengalaman mental dan budaya yang dimilikinya, berperan aktif secara sadar maupun tidak sadar untuk memahami sebuah film.

Secara esensial dan substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat (Pratista, 2008:15). Struktur film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yaitu unsur naratif (cerita) dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film (Pratista, 2008:23).

1.7.1.1 Unsur Naratif Film

Unsur naratif merupakan bahan (materi) yang akan diolah. Dalam film, unsur naratif merupakan perlakuan seorang pembuat film terhadap keseluruhan cerita film itu sendiri (Pratista, 2008:23). Unsur naratif berkaitan dengan aspek cerita atau tema film.

Setiap cerita pasti memiliki elemen seperti: tokoh, konflik & masalah, lokasi dan waktu. Elemen-elemen tersebut saling berinteraksi secara berkesinambungan satu sama lain sehingga membentuk unsur naratif. Keempat elemen itu membentuk

(36)

19

satu jalinan cerita yang memiliki maksud dan tujuan. Seluruh elemen tersebut terikat oleh hukum kausalitas (sebab-akibat). Hukum kausalitas ini terhubung dengan unsur ruang dan waktu yang menjadi pokok pembentukan sebuah film (Pratista, 2008:25).

1.7.1.2 Unsur Sinematik Film

Apabila unsur naratif mencakup aspek-aspek cerita dalam film, unsur sinematik memuat aspek-aspek teknisnya. Dengan kata lain, jika naratif adalah nyawa sebuah film, maka unsur sinematik adalah tubuh fisiknya (Pratista, 2008:1).

Sinematik tidak kalah penting dari naratif, karena unsur sinematik inilah yang membuat sebuah cerita menjadi sebuah karya audio visual berupa film (Pratista, 2008:2). Unsur sinematik film terdiri atas empat elemen, yaitu mise-en scene, sinematografi, editing, dan suara. Keempat elemen tersebut harus berjalan seimbang agar menghasilkan film yang apik dan menarik.

1.7.2 Kritik Sastra Feminis

Arti kritik sastra feminis secara sederhana adalah sebuah kritik sastra yang memandang sastra dengan kesadaran khusus dan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan manusia. Jenis kelamin itu membuat banyak perbedaan diantara semuanya dalam sistem kehidupan manusia.

Ada asumsi bahwa wanita memiiki persepsi yang berbeda dengan laki-laki dalam membaca sastra (Sugihastuti, 2010:140).

Kritik sastra feminis merupakan kenyataan konstruksi sosial gender yang mendorong citra perempuan masih belum dapat memenuhi cita-cita persamaan hak

(37)

20

antara laki-laki dan perempuan. Kesadaran akan ketimpangan struktur, sistem, dan tradisi masyarakat di berbagai bidang (Sugihastuti, 2010:19).

Culler dalam Sugihastuti (2010:20) menyatakan bahwa ritik sastra feminis mempermasalahkan asumsi tentang perempuan yang berdasarkan paham tertentu selalu dikaitkan dengan kodrat perempuan yang kemudian menimbulkan isu tertentu tentang pengarang. Selain itu, kritik ini berusaha mengidentifikasi suatu pengalaman dan perspektif pemikiran laki-laki dan cerita yang dikemas sebagai pengalaman manusia dalam sastra.

Ruthven dalam Sugihastuti (2010:23) beranggapan bahwa masalah lain ialah adanya kebiasaan bahwa perempuan cenderung hanya dilihat dalam hubungannya dengan laki-laki. Padahal karya sastra seharusnya memberikan model-model peran, menyaring rasa identitas perempuan dengan menggambarkan perempuan seperti apakah mereka, mengaktualisasi dengan identitas yang tidak tergantung dengan laki-laki.

Culler dalam Sugihastuti dan Suharto (2002:7) menyatakan bahwa batasan umum kritik sastra feminis adalah “membaca sebagai perempuan”. “Membaca sebagai perempuan” merujuk pada kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra.

Hal ini mengungkapkan citra perempuan yang dilakukan dengan menggunakan kritik sastra feminis yang bersifat kualitatif sehingga data-data yang mendeskripsikan status dan peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan (Sugihastuti, 2010:25).

(38)

21 1.7.3 Teori Feminisme

Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang berupaya mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender.

Feminisme sebagai gerakan, mulanya berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Gerakan feminis merupakan perjuangan dalam rangka mentrasformasikan sistem dan struktur yang tidak adil, menuju ke sistem yang adil bagi perempuan maupun laki-laki. Dengan kata lain, hakikat feminisme adalah gerakan transformasi sosial dalam arti tidak melulu memperjuangkan soal perempuan belaka (Mansour, 2003:99).

Faruk dalam Sugihastuti (2010:94) menyatakan bahwa feminisme muncul sebagai sebuah upaya perlawanan atas berbagai upaya kontrol laki-laki di atas.

Asumsi bahwa perempuan telah ditindas dan dieksploitasi menghadirkan anggapan bahwa feminisme merupakan satu-satunya jalan untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Salah satu alasan yang mendukung hal ini adalah kenyataan bahwa feminisme tidak hanya memperjuangkan masalah gender, tetapi juga masalah kemanusiaan atau memperjuangkan hak-hak kemanusiaan. Istilah feminisme tidak dapat diparalelkan begitu saja dengan istilah feminim sebab laki- laki yang feminis pun ada dan dia tidak harus berperilaku kefeminiman. Akan tetapi, banyaknya feminis laki-laki juga dapat menimbulkan masalah.

Susilastuti dalam Sugihastuti (2010:63) menyatakan bahwa feminisme apa pun alirannya dan di mana pun tempatnya muncul sebagai akibat dari adanya prasangka gender yang cenderung menomorduakan kaum perempuan. Perempuan

(39)

22

dinomorduakan karena adanya anggapan bahwa secara universal laki-laki berbeda dengan perempuan. Perbedaan itu tidak hanya terbatas pada kriteria biologis, melainkan juga sampai kriteria sosial dan budaya.

Selain itu, perlu dicatat pula bahwa feminisme bukan merupakan upaya pemberontakan terhadap laki-laki, upaya melawan pranata sosial seperti intuisi rumah tangga dan perkawinan, maupun upaya perempuan untuk mengingkari kodratnya melainkan merupakan upaya untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi perempuan (Fakih, dalam Sugihastuti, 2010:63).

Menurut Salden dalam Pradopo (2002:137) pengkajian sastra berspektif feminis terdiri atas lima fokus; (1) biologi, yang sering menempatkan perempuan lebih inferior, lembut, lemah, dan rendah, (2) pengalaman, seringkali wanita dipandang memiliki pengalaman terbatas, masalah menstruasi, melahirkan, menyusui, dan seterusnya, (3) wacana, biasanya wanita lebih rendah penguasaan bahasa, sedangkan laki-laki memiliki “tuntutan kuat”. Akibat dari semua ini akan menimbulkan stereotip yang negatif pada diri wanita, (4) proses ketidaksadaran, secara diam-diam penulis feminis telah meruntuhkan otoritas laki-laki. Seksualitas wanita bersifat revolusioner, subversif, beragam, dan terbuka, (5) pengarang feminis biasanya sering menghadirkan tuntutan sosial dan ekonomi yang berbeda dengan laki-laki. Dari berbagai fokus tersebut, peneliti sastra yang berhaluan feminis dapat memusat pada beberapa pilihan saja agar lebih mendalam.

1.7.4 Citra Perempuan

Citra wanita ialah semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresikan oleh wanita (Indonesia). Kata citra wanita diambil

(40)

23

dari gambaran-gambaran citraan, yang ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, dan pencecapan tentang wanita (Sugihastuti, 2000:45).

Identifikasi citra perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam digunakan untuk melihat perempuan yang direpresentasikan melalui karya sastra.

Untuk mengungkapkan citra perempuan tersebut, dapat ditelusuri melalui peran tokoh perempuan dalam masyarakat.

Citraan merupakan cermin yang dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur dasar konsep citra wanita (Sugihastuti, 2000:45).

Citra perempuan juga merupakan wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi oleh perempuan dalam berbagai aspeknya yaitu aspek fisik dan psikis sebagai citra diri perempuan serta aspek keluarga dan masyarakat sebagai citra sosial (Sugihastuti, 2000:7).

Citra perempuan dalam karya sastra penting untuk dikaji karena dapat mengungkapkan pandangan-pandangan atau ide-ide tentang perempuan, bagaimana posisi dan perempuan dalam masyarakat dan potensi yang dimiliki perempuan di tengah kekuasaan patriarki dalam karya sastra (Ruthven, 1984:24).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori film dan semua hal yang melingkupinya akan dipakai untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama terkait dengan struktur film Perempuan Tanah Jahanam. Sedangkan, teori kritik sastra feminis dan feminism dipakai untuk menganalisis rumusan

(41)

24

masalah yang kedua yaitu kajian terhadap citra perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam.

1.8 Metode Penelitian

Terdapat tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data, analisis data, serta penyajian hasil analisis data. Berikut dipaparkan ketiga tahapan tersebut.

1.8.1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber data primer dan sekunder. Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti.

Pawito (25:2007) menjelaskan bahwa data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya dapat berupa teks, foto, cerita, gambar, serta artifact dan bukan berupa angka yang dapat dihitung.

Data primer diambil dari film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar yang dirilis pada 17 Oktober 2019. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari lapangan, melainkan melalui pihak lain yang telah dipublikasikan secara resmi dan relevan untuk dijadikan sebagai sumber data dan informasi. Data sekunder dalam penelitian ini berupa majalah, buku-buku, ensiklopedi dan lain sebagainya.

Data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya berupa informasi kategori substansif yang sulit dinumerasikan. Secara garis besar, data dalam penelitian kualitatif dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu : data yang diperoleh dari hasil observasi, data interview serta data berupa dokumen, teks atau karya seni yang dinarasikan (Pawito, 2007:96). Karya seni yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

(42)

25

gambar, film, patung, musik dan lainnya (Sugiyono, 2011:240). Berdasarkan klasifikasi jenis data kualitatif tersebut maka data dalam penelitian ini adalah sebuah karya seni yang dinarasikan dalam bentuk film (Perempuan Tanah Jahanam).

Pada penelitian kualitatif, teori secara mutlak dibutuhkan sebagai acuan penelitian. Teori sebagai hasil proses induksi dan deduksi dari pengamatan terhadap fakta. Teori pada dasarnya merupakan hasil akhir dari penelitian kualitatif yang disusun melalui proses pengumpulan data, menguji keabsahan data, interpretasi data dan menyusun teori (Purhantara, 2010:58).

Berhubungan dengan upaya pengumpulan data, maka hal utama yang menentukan kualitas data ialah metode pengumpulan data dan instrumentnya.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi alat utama adalah peneliti sendiri.

Dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa karya sastra/seni yang dinarasikan dalam (film), maka metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Mengamati secara langsung film Perempuan Tanah Jahanam.

2. Menyimak dan mengamati kata demi kata dalam dialog (skrip) serta setiap adegan maupun gerakan tubuh yang terdapat dalam film Perempuan Tanah Jahanam, dengan memperhatikan bagaimana citra perempuan disajikan dalam film tersebut.

3. Mencatat, mengkategorikan serta mengemukakan temuan - temuan yang dinilai penting dan menarik (citra diri & citra sosial perempuan), berdasarkan permasalahan yang akan diteliti sebagai sumber data.

(43)

26

4. Sebagai proses pengecekan atas hasil, penulis akan mempertimbangkan dan mengambil keputusan terkait data mana yang harus dianalisis serta disajikan.

1.8.2 Metode Analisis Data

Langkah berikutnya adalah analisis data. Setelah data terklarifikasi, kemudian data dianalisis menggunakan metode analisis isi. Dalam ilmu sosial, isi yang dimaksudkan berupa masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik, termasuk propaganda. Jadi, keseluruhan isi dan pesan komunikasi dalam kehidupan manusia.

Tetapi dalam karya sastra, isi yang dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra (Ratna, 2012:48).

1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Analisis data disajikan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu hasil analisis data pemaknaan karya sastra yang disajikan secara deskriptif (Ratna, 2012:46). Kualitatif berarti memperoleh pemahaman mendalam, mengembangkan teori, mendeskripsikan realitas dan kompleksitas sosial. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif akan diupayakan untuk mencari pemahaman tentang kenyataan dari segi perspektif, dari orang yang memang ahli di bidangnya. Dalam proses penelitian, data yang diperoleh tidak ada yang salah karena data akan dianggap benar semua (Purhantara, 2010:59).

Hasil analisis penelitian ini berupa kesimpulan mengenai struktur film dan citra perempuan dalam bentuk deskriptif.

1.8.4 Sumber Data

Karya sastra berupa film yang menjadi objek penelitian ini memiliki identitas sebagai berikut.

(44)

27 Judul : Perempuan Tanah Jahanam Sutradara : Joko Anwar

Penulis naskah : Joko Anwar Sinematografer : Ical Tanjung Penyunting : Dinda Amanda Bahasa : Indonesia Produksi : Rapi Films Durasi film : 106 menit

Produser : Shanty Harmayn, Tia Hasibuan, Aoura Lovenson Chandra.

Pemeran : Tara Basro (Maya), Marissa Anita (Dini), Christine Hakim (Nyi Misni), Asmara Abigail (Ratih), Ario Bayu (Ki Saptadi), Faradina Mufti (Nyai Shinta), Zidni Hakim (Ki Donowongso)

Penata musik : Aghi Narottama, Bemby Gusti, Tony Merle, Rahayu Supanggah.

Tanggal rilis : 17 Oktober 2019 (Indonesia), 26 Januari 2020 (Amerika Serikat), 06 Februari 2020 (Malaysia).

1.9 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri atas empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II menguraikan struktur film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar. Bab III menguraikan citra perempuan yang terdapat dalam film Perempuan Tanah Jahanam. Bab IV memuat penutup yang terbagi atas kesimpulan dan saran.

(45)

28 BAB 2 STRUKTUR FILM

PEREMPUAN TANAH JAHANAM

2.1 Pengantar

Dalam Bab 2 akan dibahas mengenai struktur film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar. Struktur film memuat unsur-unsur pokok pembentuk film. Unsur-unsur pembentuk film terbagi menjadi dua, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif film terbagi menjadi empat, yakni tokoh, konflik &

masalah, lokasi dan waktu. Unsur sinematik film juga terbagi menjadi empat aspek, meliputi mise-en scene, sinematografi, editing, dan suara. Dengan demikian, penggunaan struktur film dalam penelitian ini merupakan bentuk konstruksi terhadap essential element pembentuk film Perempuan Tanah Jahanam yang memuat aspek-aspek penceritaan serta aspek-aspek teknisnya.

2.2 Unsur Naratif

Naratif merupakan rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terkait oleh logika sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu (Pratista, 2008:33).

Dari unsur-unsur naratif inilah kita bisa melihat alur cerita, dan juga karakter-karakter yang memainkan sebuah film. Selain menyampaikan cerita, narasi juga menyampaikan ideologi sebuah budaya, dan merupakan cara yang di dalamnya nilai-nilai dan ideal-ideal direproduksi secara kultural. Karena itu, analisis naratif kerap digunakan untuk membongkar maksud ideologis sebuah karya (Stokes, 2003:72-73).

(46)

29

Adapun unsur-unsur naratif yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah tokoh, konflik & masalah, lokasi, serta waktu yang terdapat dalam film Perempuan Tanah Jahanam.

2.2.1 Tokoh

Gambar 1, para pemain dan kru film Perempuan Tanah Jahanam.

Dalam sebuah cerita pada umumnya terdapat tokoh atau pelaku cerita.

Tokoh dapat terdiri dari satu orang atau lebih. Secara harfiah, tokoh adalah pemegang peran (peran utama) dalam roman atau drama, sedangkan menurut Aminuddin (2002:79), tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita yang utuh.

Selanjutnya, Aminuddin mengatakan bahwa tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra biasanya merupakan rekaan, tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Peran pentingnya terdapat pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau lakuan suatu cerita (Sembodo, 2009:5).

Gambar

Tabel 1. Unsur naratif film Perempuan Tanah Jahanam  Unsur Naratif
Tabel 2. Unsur sinematik film Perempuan Tanah Jahanam  Unsur Sinematik
Tabel 3. Citra diri perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam
Tabel 4. Citra sosial perempuan dalam film Perempuan Tanah Jahanam

Referensi

Dokumen terkait

Pesan janji pada film Janji Joni karya Joko Anwar ini adalah pada hambatan yang begitu banyak dan kompleks, kemudian pada pengorbanannya menjadi konsekwensi besar yang harus dilewati,

Mendiskripsikan citra perempuan dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy ditinjau dari kritik sastra feminis... Sebagai suatu karya ilmiah, maka hasil

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mendiskripsikan struktur novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy, (2) mendiskripsikan citra perempuan dalam novel Cinta Suci

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “ Citra Perempuan dalam Novel Sepenggal Bulan Untukmu Karya Zhaenal Fanani:

Hasil penelitian tersebut adalah: (1) Citra wanita tokoh utama dalam novel Perempuan Kedua karya Mira W., tergambar melalui tiga aspek yaitu (a) aspek fisik,

Latar sosial (A merasa ada yang tidak beres dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat khususnya terhadap perempuan), (3) citra perempuan yang terdapat

Saran yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca penelitian citra wanita dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy dengan menggunakan tinjauan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) Struktur film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak karya Mouly Surya, (2) Citra perempuan yang terkandung