• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Dewi Citra Handayani

ii ABSTRAK

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

(Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

DEWI CITRA HANDAYANI

Hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi Besar diketahui bahwa hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Oleh karena itu, perlu diberikan perbaikan berupa remedial. Pemberian remedial selama ini hanya dengan cara menugaskan siswa mempelajari kembali materi yang telah disampaikan sebelumnya tanpa bantuan bahan ajar lainnya. Salah satunya dengan memberikan bahan ajar berupa Modul Remedial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar Modul Remedial terhadap pencapaian KKM siswa.

Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain kelompok kontrol ekivalen. Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang mengalami remedial dan dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data

(3)

Dewi Citra Handayani

iii

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest dan gain pada materi Sistem Peredaran Darah Manusia kemudian dianalisis dengan uji U dengan program SPSS versi 17. Data kualitatif berupa angket tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar Modul Remedial, kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar Modul Remedial dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai pretest (35,38); posttest (73,42); dan gain (0,59). Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada indikator aspek kognitif (C1, C2, dan C4) dengan rata-rata gain berkriteria sedang (0,47) untuk indikator kognitif C1; indikator kognitif tingkat C2 memiliki kriteria sedang (0,58); dan indikator kognitif C4 memiliki kriteria tinggi (0,71). Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan ajar Modul Remedial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar Modul Remedial berpengaruh dalam meningkatkan KKM siswa pada materi Sistem Peredaran Darah Manusia.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

F. Kerangka Pikir . ... 5

G. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 7

B. Modul ... 8

C. Pembelajaran Remedial ... 13

D. Hasil Belajar ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 28

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 41

B. Saran ... 41

(8)

xiv

2. Modul Remedial ... 47

3. Angket Tanggapan Siswa ... 48

4. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Posttest ... 50

5. Data Kelas ... 58

6. Data Hasil Penelitian ... 65

7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 81

(9)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tujuan utama dari kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas adalah agar siswa dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada siswa yang tidak menguasai materi pelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang rendah dikelasnya (Majid, 2007: 225).

(10)

Berdasarkan hasil observasi di sekolah melalui wawancara dengan guru biologi kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi Besar kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi pokok sistem peredaran darah adalah 64. Pada tahun pelajaran 2011/2012 terdapat 78% siswa tidak tuntas dalam belajar (belum mencapai KKM). Untuk itu, perlu diberikan perbaikan berupa remedial. Pemberian remedial selama ini hanya dengan cara menugaskan siswa mempelajari kembali materi yang telah disampaikan sebelumnya tanpa bantuan bahan ajar lainnya sehingga pelaksanaan remedial kurang efektif , akibatnya masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM walaupun telah dilaksanakan remedial.

(11)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pen aruh Pen unaan Bahan Ajar Modul Remedial Terhadap Hasil

Belajar Kognitif Siswa Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Pada Manusia (Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh yang signifikan pada penggunaan bahan ajar modul remedial terhadap pencapaian KKM siswa kelas VIII pada materi pokok sistem peredaran darah manusia?

2. Apakah bahan ajar modul dapat membantu guru dan siswa dalam remedial pada materi pokok sistem peredaran darah manusia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh penggunaan bahan ajar modul remedial terhadap pencapaian KKM siswa kelas VIII pada materi pokok sistem peredaran darah manusia.

(12)

D. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian, manfaat yang diperoleh adalah:

1. Bagi peneliti, memberikan pengalaman mengajar sebagai calon seorang guru dalam membuat bahan bantu pembelajaran yang efektif dan tepat dengan menggunakan modul.

2. Bagi guru, membantu guru dalam menyiapkan bahan ajar remedial. 3. Bagi siswa, dapat memudahkan siswa belajar secara mandiri dalam

menguasai materi pelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

1. Modul remedial dilakukan apabila terdapat siswa yang tidak lulus pada materi tertentu dengan memberikan materi yang lebih luas mengenai materi yang kurang dipahami oleh siswa serta evaluasi secara kontinu.

2. Hasil belajar siswa dalam penelitian hanya dibatasi pada aspek kognitif saja yang terdiri dari 6 kategori yaitu mengingat, mengerti, menerapkan,

menganalisis, menilai, dan berkreasi.

3. Siswa yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang mengalami remedial semester ganjil di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar. 4. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil ulangan harian (pretest) sebagai nilai

(13)

5. Modul yang diberikan tidak untuk diajarkan/tatap muka tetapi untuk belajar mandiri siswa, dan jika ada materi yang masih belum dipahami siswa maka guru akan menjelaskan mengenai materi tersebut.

6. Materi pokok dalam penelitian ini adalah sistem peredaran darah pada manusia yaitu pada kompetensi dasar 1.6 “mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan”.

F. Kerangka Pikir

(14)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bahan ajar modul remedial, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar kognitif siswa.

Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Keterangan : X = Bahan ajar modul remedial

Y = Hasil belajar kognitif

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan bahan ajar modul remedial dalam meningkatkan pencapaian KKM siswa. H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan bahan ajar modul

remedial dalam meningkatkan KKM siswa.

2. Penggunaan bahan ajar modul dapat membantu guru dan siswa dalam remedial.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar

Bahan ajar menurut Amri dan Ahmadi (2010: 159) adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas, bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Sedangkan menurut Prastowo (2011: 17) mengemukakan bahwa bahan ajar adalah informasi, tes yang digunakan oleh guru, dan segala bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi dasar yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Bahan ajar mempunyai tujuan yang dikemukakan oleh Neo (2010: 12) :

a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa. b. Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping

buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

(16)

Jenis bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulumnya dan setelah itu dibuat rancangan pembelajaran, Amri dan Ahmad (2010:161)

mengelompokkan jenis bahan ajar sebagai berikut:

1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket. 2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio-visual) seperti video compact disk, film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis WEB (Web Based Learning Materials).

B. Modul

(17)

adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa untuk mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Dengan demikian, Roestiyah (1994: 53-54) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan modul memberikan lebih banyak kebebasan kepada siswa untuk memilih kegiatan sesuai dengan keluasan tujuan intruksional yang telah dirumuskan, yang boleh dipilih siswa secara maksimal dan yang harus dicapai.

Tujuan digunakannya modul di dalam proses belajar mengajar menurut Suryosubroto (dalam Ainamulyana, 2012: 5) ialah agar:

a. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif.

b. Siswa dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri.

c. Siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik di bawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru. d. Siswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara

berkelanjutan.

e. Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar. f. Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi

melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir. g. Modul d susun den an berdasar kepada konsep “Mastery Learning

(18)

diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan tersebut.

Kegunaan modul dalam proses pembelajaran antara lain, sebagai penyediaan informasi dasar karena dalam modul disajikan berbagai materi pokok yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai petunjuk bagi peserta didik. Disamping itu, kegunaan lainnya adalah menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri (Prastowo, 2011: 109).

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya: 1) lembar kegiatan peserta didik; 2) lembar kerja; 3) kunci lembar kerja; 4) lembar soal; 5) lembar jawaban; 6) kunci jawaban. Komponen-kompenen tersebut menurut Amri dan Ahmadi (2010: 119) dikemas dalam format modul sebagai berikut:

1. Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.

2. Tujuan pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. 3. Tes awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan

(19)

4. Pengalaman belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.

5. Sumber belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.

6. Tes akhir; instrument yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul.

Langkah-langkah penyusunan modul dikemukakan Nasution (2008: 217-218) sebagai berikut:

1. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.

2. Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.

3. Test diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai prasyarat untuk menempuh modul itu.

4. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. 5. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan

membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan.

(20)

7. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.

Perbandingan pengajaran yang menggunakan modul dan yang tidak

[image:20.595.137.516.266.756.2]

menggunakan modul yang dipaparkan oleh Nasution (2008: 209-211) akan dijelaskan pada tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan pengajaran konvensional dan pengajaran modul Aspek Pembanding Pengajaran

Konvensional

Pengajaran Modul Tujuan Tidak dirumuskan secara

spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur

Dirumuskan dalam bentuk kelakuan

murid,disampaikan

sebelum pelajaran dimulai sehingga setiap murid tahu dengan jelas yang harus dipelajarinya

Penyajian bahan ajar

Disajikan secara

kelompok dan diberikan pada jam-jam tertentu berdasarkan jadwal

Disajikan secara individual dan dapat mempelajarinya menurut waktu yang diinginkan masing-masing

Kegiatan instruksional

Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, tugas tertulis, dan media masih menurut pertimbangan guru

Menggunakan aneka kegiatan belajar dan media yang digunakan

berdasarkan efektifitasnya melalui percobaan para siswa

Pengalaman belajar Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar

Berorientasi pada kegiatan murid dengan pengajaran kepada murid secara individual dengan tekanan pada proses belajar

Partisipasi siswa bersifat pasif, karena hanya

mendengarkan uraian guru

Siswa selalu aktif belajar dengan berbagai kegiatan untuk menguasai bahan pelajaran

Kecepatan belajar Siswa harus belajar menurut kecepatan yang ditentukan oleh

kecepatan guru mengajar

Setiap siswa maju menurut kecepatan masing-masing Penguatan atau reinforcement Penguatan baru diberikan setelah

(21)

diadakannya ulangan atau ujian

sebagian kecil dari bahan pelajaran itu

Keberhasilan belajar

Keberhasilan belajar dinilai oleh guru secara subyektif

Keberhasilan belajar dinilai secara obyektif berdasarkan hasil belajar siswa

Penguasaan Sebagian kecil saja yang menguasai bahan

pelajaran sepenuhnya, sebagian lagi hanya menguasai sebagian dari materi itu dan terkadang ada yang gagal

Bila diberikan waktu yang cukup, maka semua siswa diharapkan dapat

mencapai tujuan pelajaran sepenuhnya

Peranan pengajar Sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan

Sebagai pendiagnosis kekurangan siswa, pemberi motivasi, pembimbing belajar, dan sebagai sumber belajar Ujian atau test Siswa biasanya

menempuh beberapa test atau ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan angka rapornya untuk semester itu

Test diadakan untuk mengukur keberhasilan belajar mengenai tujuan-tujuan yang telah

dirumuskan pada awal pelajaran.

C. Pembelajaran Remedial

Berdasarkan Permendiknas No. 22, 23, 24, Tahun 2006 dan Permendiknas No.6 Tahun 2007 (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 81) menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem

(22)

belajarnya, yaitu kelompok dengan hasil belajar tinggi, sedang, dan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan penanganan yang bijaksana kepada ketiga kelompok tersebut. Dalam hal ini kelompok tinggi dan sedang dapat diberikan pengayaan, sedangkan kelompok rendah diberikan remedial.

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan

(23)

Tujuan pengajaran remedial yang dikemukakan Syah (2000: 175) sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan pengajaran umumnya, yaitu agar siswa dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran remedial bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses penyembuhan atau perbaikan, baik dari segi proses belajar mengajar maupun kepribadian siswa. Adapun tujuan pengajaran remedial secara khusus adalah agar:

a. Siswa memahami, khususnya yang menyangkut prestasi belajar meliputi segi kekuatan, kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya.

b. Siswa dapat memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.

c. Siswa memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajarnya.

d. Mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik.

e. Mengatasi hambatan-hambatan belajar yang menjadi latar belakang kesulitannya Melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan .

(24)

bimbingan kesulitan belajar, mulai dari langkah-langkah identifikasi kasus sampai pada langkah tindak lanjut.

Pada pengajaran remedial, penggunaan metode disesuaikan dengan jenis kesulitan belajar dan latar belakang siswa. Adapun metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial yaitu :

a. Pemberian Tugas

Yaitu suatu metode yang dilakukan guru dengan memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa baik secara kelompok maupun secara individual, kemudian diminta pertanggungan jawab masing-masing atas tugas-tugas tersebut. Selain itu, melalui metode pemberian tugas dapat juga digunakan dalam mengenali kasus siswa yang mengalami kesulitan belajar.

b. Tanya Jawab

Metode Tanya jawab merupakan bentuk interaksi langsung secara lisan antara guru dengan siswa. Dalam pengajaran remedial, metode Tanya jawab dapat dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar.

c. Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok merupakan penyajian materi dengan cara memberikan tugas-tugas kepada kelompok-kelompok belajar untuk mempelajari materi yang sudah ditentukan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan. Dalam kerja kelompok, yang terpenting adalah interaksi antar anggota kelompok yang kemudian akan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.

(25)

Yaitu suatu metode dalam belajar, di mana seorang siswa atau beberapa siswa yang ditunjuk atau ditugaskan berdasarkan petunjuk yang diberikan guru untuk membantu siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dipilih sebagai tutor adalah siswa yang mempunyai prestasi bagus dalam belajar, dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya.

e. Pengajaran Individual

Merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang siswa secara individual. Dengan pengajaran individual ini, guru mempunyai banyak waktu dalam memonitor kemajuan belajar siswa, memotivasi siswa, dan dapat secara langsung membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar (Ischak dan Wirji, 1996: 51).

Berdasakan pada buku akta mengajar V (dalam Abdurrahman, 2003: 20) ada enam langkah prosedur diagnosis yang perlu dilalui, yaitu identifikasi, lokalisasi letak kesulitan, lokalisasi penyebab kesulitan, memperkirakan kemungkinan bantuan, menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan, dan tindak lanjut. Sedangkan menurut Samuel A. Kirk (dalam Kitano dan Kirby, 1986: 150) prosedur diagnosis mencakup lima langkah, yaitu

(26)

1. Identifikasi

Memerlukan identifikasi untuk anak-anak yang berpotensi memerlukan pelayanan pengajaran remedial. Misalnya melalui laporan guru kelas atau sekolah sebelumnya, melalui instrument informal.

2. Menentukan prioritas

Sekolah perlu menentukan prioritas anak yang diperkirakan dapat diberi pelayanan pengajaran remedial oleh guru kelas atau guru bidang studi, dan anak yang perlu dilayani oleh guru khusus. Anak-anak yang berkesulitan belajar tergolong berat mungkin perlu memperoleh prioritas utama untuk memperoleh pelayanan pengajaran remedial yang sistematis dari guru khusus remedial.

3. Menentukan potensi

Potensi anak biasanya didasarkan atas skor tes inteligensi. Jika dari hasil tes tersebut anak memiliki skor IQ 70 kebawah maka anak tersebut digolongkan anak tunagrahita: tidak memerlukan pelayanan pengajaran remedial disekolah. Jika hasil tes dengan skor IQ 71 hingga 89 maka anak tergolong lamban belajar. Yang dapat digolongkan anak berkesulitan belajar ialah yang memiliki skor IQ 90.

(27)

sedangkan kalau prestasinya seimbang dengan kapasitas maka tidak dikelompokkan sebagai anak yang kesulitan belajar.

5. Menentukan gejala kesulitan

Guru remedial perlu melakukan observasi dan analisis cara anak belajar. 6. Analisis berbagai faktor yang terkait

Guru remedial perlu melakukan analisis terhadap hasil-hasil pemeriksaan ahli-ahli lain seperti dokter, konselor, dll. Guru remedial dapat

menegakkan suatu diagnosis yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien. 7. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial

Rekomendasi tersebut dapat dalam bentuk suatu program pendidikan yang diindividualkan, yang pelaksanaannya perlu dievaluasi lebih dahulu oleh suatu tim yang disebut tim penilai program pendidikan individual (TP3I).

D. Hasil Belajar

(28)

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (dalam Sudijono, 1995: 49-57) secara garis besar membagi ranah hasil belajar menjadi 3 kelompok: 1. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). 2. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. 3. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah

menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu ssuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

Ada beberapa teori yang dikemukakan Sadiman (2008: 22) berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi adalah:

a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar

b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan

(29)

tersebut memungkinkan manusia mengetahui, menyadari, mengerti, menggunakan abstraksi, menalar, membahas, dan menjadi kreatif (Abdurrahman,2003: 92). Sedangkan hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).

Menurut Anderson, dkk ( 2000: 67-68 ), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

(30)
(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Terbanggi Besar yang terdiri dari7 kelas.Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII yang mengalami remedial dan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kemudian yang mengalami remedial dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pembagian ini berdasarkan nilai ulangan harian.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimentalsemu dengan desain kelompok kontrol ekivalen.Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa bahan ajar modul remedial sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan buku ajar. Di akhir kegiatan pembelajaran diberi tes berupa ulangan harian

(32)

Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

[image:32.595.160.421.123.177.2]

Kelas Pretes Perlakuan Postes I O1 X O2 II O1 O2

Gambar 2. Desain kelompok kontrol ekivalen (dimodifikasi dari Ruseffendi, 1994: 47)

Keterangan : I = Kelompok eksperimen II = Kelompok kontrol O1 = Pretes

O2 = Postes

X = bahan ajar modul remedial

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahapan, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut :

a) Prapenelitian

Prapenelitian adalah tahapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Kegiatan dalam tahapan ini meliputi :

1. Membuat surat izin penelitian.

2. Melakukan wawancara dengan guru biologi dan pengamatan terhadap siswa di SMP Negeri 2 Terbanggi Besar yang akan menjadi subjek penelitian.

3. Menentukan sampel penelitian yaitu siswa kelas VIII yang mengalami remedial.

(33)

5. Membuat lembar observasi berupa angket tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan modul.

b) Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di sekolah sebanyak dua kali pertemuan diluar jam pelajaran atau jam tambahan. Penelitian ini menggunakan modul remedial bagi kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan buku ajar. Pada pertemuan pertama guru mengumpulkan siswa kelas VIII yang mengalami remedial dan membagi siswa menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemudian, guru membagikan modul remedial pada kelompok eksperimen. Setelah itu, guru membantu siswa untuk mengulangi materi yang belum dipahami serta mengerjakan soal evaluasi melalui modul pada kelompok eksperimen dan melalui buku ajar pada kelompok kontrol. Selanjutnya, pada

pertemuan kedua baik kelompok eksperimen maupun kontrol diberikan soal yang sama berupa soal remedial (posttest).

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a) Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut :

(1) Data Kuantitatif

(34)

(2) Data Kualitatif

Data kualitatif berupa angket tanggapan siswa.

b) Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dengan menggunakan instrumen yang berupa pretest, posttest, dan lembar angket tanggapan siswa.

(1) Tes

Tes berupa pretest, dan diberikan posttest setelah mempelajari modul remedial untuk mengetahui pengetahuan yang diperoleh siswa

dikelompok eksperimen, maupun dikelompok kontrol yang tidak menggunakan modul remedial. Pretest dan posttest berupa soal essay sebanyak 8 soal.

Untuk mendapatkan skor yang diharapkan dari Pretest dan posttest menggunakan rumus berikut :

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

Hasil belajar siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain (g) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

-

-

Keterangan : g = Gain, Sf = postes, Si = pretes (dimodifikasi dari Hake, 1998: 65).

(35)
[image:35.595.210.462.100.181.2]

Tabel 2. Kriteria gain

Gain Kriteria

g > 0,7 0,7 > g > 0,3

g < 0,3

Tinggi Sedang Rendah Sumber: dimodifikasi dari Hake (1998: 65) (2) Observasi

Observasi dilakukan menggunakan lembar angket tanggapan siswa, Lembar angket tanggapan siswa berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.

a. Skor per item angket tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Skor per item angket tanggapan siswa

No. Item Soal

Sifat Pernyataan Skor

0 1

1 Positif TS S

2 Positif TS S

3 Positif TS S

4 Negatif S TS

5 Positif TS S

6 Positif TS S

7 Positif TS S

8 Negatif S TS

9 Negatif S TS

10 Negatif S TS

Keterangan:

S = setuju, TS = Tidak setuju

[image:35.595.169.427.387.603.2]
(36)
[image:36.595.162.485.111.283.2]

Tabel 4. Tabulasi data angket tanggapan siswa

No responden

No.pertanyaan

1 2 3 dst

S TS S TS S TS ...

1 2 3 Dst... Jumlah Persentase (%) Kriteria

Dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31)

F. Teknik Analisis Data

a) Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, dan Gain pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji normalitas data dengan program SPSS versi 17.

(1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

1. Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal 2. Kriteria Pengujian

(37)

(2) Pengujian Hipotesis

Uji U (Uji Mann Whitney U)

Data yang tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U. 1. Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

2. Kriteria Uji

-Jika p-value > 0,05 maka terima Ho

-Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto. 2004: 36).

b) Data Kualitatif

Data kualitatif berupa angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Menghitung skor yang diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah:

Keterangan: n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel % = Persentase tanggapan siswa

Kemudian untuk mengetahui kriteria dari hasil persentase tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 5.

Presentase tanggapan siswa (%) = N

n

(38)
[image:38.595.162.476.112.169.2]

Tabel 5. Kriteria angket tanggapan siswa

Rentang skor Interval Kriteria

16 – 23 76< % ≤ % Tinggi

8 – 15 51< % ≤ 75% Sedang

0 – 7 25< % ≤ 50% Rendah

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan pada penggunaan bahan ajar modul remedial dalam meningkatkan KKM siswa pada materi pokok Sistem Peredaran Darah Manusia.

2. Penggunaan bahan ajar modul remedial membantu siswa dan guru dalam remedial.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan bahan ajar modul remedial dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif bahan ajar untuk remedial yang dapat meningkatkan KKM siswa pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Adnyana, M. 2010. Program Kegiatan Remedial dan Pengayaan Siswa. Diakses dari http://putradnyanagede.blogspot.com/2011/04/program-kegiatan-remedial-dan-pengayaan.html. pada hari jumat, tanggal 26 april 2013, pukul 21.20 WIB.

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anderson, L., David, K., Peter, a., Kathleen, C., Ricard, M., Paul, p., James, R., Merlin, W. 2000. A Taxonomy for Learning, Teaching, ans Assesing ( A

Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives, Abridged

Edition). Newyork: Longman.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses dari http://bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/uploads/kompetensi/Panduan_Umum_KTSP.p df. Pada rabu, tanggal 17 april 2013, pukul 21:33 WIB.

Hake, R.R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course. Am. J. Phys., Vol. 66, No. 1. Diakses dari

http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/ minipaper/papers/Hake.pdf. Pada rabu, tanggal 21 agustus 2013, pukul 21:45 WIB.

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Jakarta: Aksara.

_______. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

(41)

Ischak dan Wirji. 1996. Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Liberty.

Kartikaningtyas, M. 2012. Pengaruh Penggunaan Modul Pembelajaran IPA

Terhadap Hasil Belajar Siswa. Semarang : Universitas Kristen Satya Wacana . diakses dari http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/862. Pada senin, 08 april 2013, Pukul 20.04 WIB.

Kitano, M.K., & Kirby, D.F., 1986. Gifted Education : A Comprehensive view, Little, Brown and Company. Boston.

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Marthatika, D. 2012. Pengaruh penggunaan bahan ajar modul berbasis CTL terhadap

Hasil Belajar. Diakses dari

http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/2571. Pada minggu, 19 mei 2013. Pukul 21.38 WIB.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Neo, M. 2010. Pembelajaran Sepanjang Hayat. Diakses dari

http://neo-edu.blogspot.com/2010/06/tujuan-dan-manfaat-penyusunan-bahan.html. Pada minggu, 07 april 2013. Pukul 21.00 WIB.

Prastito, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: Gramedia.

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA press.

Prawiradilaga. 2005. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Roestiyah. 1994 . Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.

Sadiman, A. S. dkk. 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(42)

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi Aksara.

______ . 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono,A. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Diakses dari

http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-bahan-ajar-berupa-modul.html. Pada minggu, 07 april 2013. Pukul 19:47 WIB.

Syah, M. 2000. Psikologi Pedidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan pengajaran konvensional dan pengajaran modul
Gambar 2. Desain kelompok kontrol ekivalen (dimodifikasi dari Ruseffendi,
Tabel 2.  Kriteria gain
Tabel 4. Tabulasi data angket tanggapan siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

alat atau mesin untuk pengupasan serabut kelapa yang lebih efektif dan efisien,. dengan pertimbangan dalam kegiatan produksinya akan jauh lebih cepat

5.1.1 Penggunaan media realia dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini sesuai dengan pengamatan observer

Nasabah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menunggak (menjadi nasabah gagal) apabila nasabah berada pada usia muda, tingkat pendidikan lebih rendah dari SMA,

As the smaller container is lowered, the water first overflows out of the larger container (Figure 2) and then eventually pours into the

Berdasarkan nilai MAPE, ramalan tingkat pengembalian curah hujan maksimum untuk 9 bulan dan 12 bulan ke depan pada periode tahunan memiliki hasil ramalan yang cukup relevan untuk

[r]

Setelah melalui tahap kedua, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan graf, kata benda yang dipilih sebagai konsep akan diberi label dan digunakan sebagai verteks

Gaya pengasuhan digambarkan dalam tiga dimensi disiplin besar (Baumrind, 1967) yaitu authoritarian (berpusat pada orangtua), permissive (berpusat pada anak) dan