• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah (studi kasus pada dinas Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah (studi kasus pada dinas Kota Bandung)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang selalu memberikan limpahan rahmat setiap saat, karena atas ridho dan izin-Nya penulis dapat menyelsaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Pelaksanaan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung”.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang dan mendatangkan manfaat bagi yang memerlukan.

Dalam penyusunan laporan skripsi, penulis tidak lepas dari bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada Ibu Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak., yang telah memberikan bantuan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan melimpahkan Rahmat dan Karunia – Nya. Amiin. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(2)

iv

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ely Suhayati, S.E., M.Si., Ak. dan Wati Aris Astuti, S.E., M.Si. sebagai dosen penguji yang telah memberi pengarahan dalam perbaikan skripsi ini. 5. Lilis Puspitawati, SE., M.Si sebagai dosen wali yang sudah membantu

penulis dalam proses perkuliahan dari awal semester.

6. Seluruh Dosen UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

7. Bapak Drs Edi Rosidin sebagai kepala badan kesatuan bangsa,perlindungan dan pemberdayaan masyarakat kota Bandung, terimakasih atas di izinkannya penulis mengambil data Dinas Pendapatan Kota Bandung.

8. Ibu Rokayah staf bagian pajak Dinas Pendapatan Kota Bandung, terimakasih banyak atas bantuannya.

9. Segenap staf Dinas Pendapatan Kota Bandung yang telah memberikan waktu, tenaga dan bantuannya dalam penelitian.

10.Teh Senny dan Teh Dona atas bantuan kesekretariatan selama ini.

11.Mamah dan Bapak yang selama ini memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril dan materil serta dorongannya selama ini.

(3)

v

13.Ulam sinaga yang dengan sabar membantu, menemani, dan memberikan dukungannya selama ini.

14.Untuk teman-temanku Weni Novianti, Muhtasun, Elsa W, Wulan, Tania dan Elpi yang memberikan bantuannya selama ini.

15.Semua pihak yang belum disebutkan di atas karena keterbatasan penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis. Semoga do’a, dorongan, perhatian dan semangat yang telah diberikan semua pihak kepada penulis mendapatkan balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT,

amin. Terima kasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Maret 2011 Penulis

(4)

vi LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK………i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR……….iii

DAFTAR ISI………vi

DAFTAR TABEL………..xi

DAFTAR GAMBAR………xiv

DAFTAR LAMPIRAN………xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Identifikasi Masalah………..7

1.3 Rumusan Masalah………7

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian……….8

1.4.1 Maksud Penelitian………. 8

1.4.2 Tujuan Penelitian………8

1.5 Kegunaan Penelitian……….. 9

(5)

vii

1.5.2 Kegunaan Praktis………. 9

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 10

1.6.1 Lokasi Penelitian……….10

1.6.2 Waktu Penelitian………..10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka……….13

2.1.1 Perpajakan………. 13

2.1.1.1 Pengertian Pajak……….14

2.1.1.2 Penggolongan Jenis Pajak………. 15

2.1.1.3 Pajak Daerah………. 16

2.1.2 Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah……… 19

2.1.2.1Pengertian Administrasi………... 19

2.1.2.2Pengertian Administrasi Perpajakan…………... 20

2.1.2.3Indikator Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah……….. 22 2.1.3Penerimaan Pajak Daerah………... 25 2.1.4Hubungan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah

dengan Penerimaan Pajak Daerah……….. 27

2.2Kerangka Pemikiran………

2.3 Hipotesis………...

(6)

viii

3.2Metode Penelitian……….. 34

3.2.1Desain Penelitian ………. 36

3.2.2 Operasionalisasi Variabel……….……. 40

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel………... 43

3.2.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data………... 44

3.2.4.1Sumber Data………... 45

3.2.4.2Teknik Pengumpulan Data……….. 45

3.2.5Teknik Penentuan Data………... 46

3.2.5.1Uji Validitas………... 3.2.5.2Uji Reabilitas... 47 48 3.2.6Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis... 50

3.2.6.1Rancangan Analisis... 50

3.2.6.2Uji Hipotesis... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 62

(7)

ix

Kota Bandung………. 62

4.1.1.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Bandung……… 64

4.1.1.3 Tujuan dan Sasaran Dinas Pendapatan Kota Bandung……… 66

4.1.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Bandung……….. 67

4.1.3 Deskripsi Tugas……….. 69

4.1.4 Karakteristik Responden………. 83

4.2 Pembahasan... 86

4.2.1Analisis kualitatif (Metode Deskriptif)………. 87

4.2.1.1 Tanggapan Responden Pelaksanaan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah…... 88

4.2.1.2Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah……… 103

4.2.1.3Penerimaan Pajak Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Bandung……….. 104

4.2.2Analisis Kuantitatif……….. 104

(8)

x

5.1 Kesimpulan……… 111

5.2 Saran………... 112

DAFTAR PUSTAKA……….. 113

LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 114

(9)

i ABSTRAK.

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Bandung khususnya pada bagian pajak yaitu salah satu lembaga pemerintahan yang mengelola penerimaan daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah pada Dispenda Kota Bandung, untuk mengetahui perkembangan penerimaan pajak daerah dan Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah terhadap penerimaan pajak daerah pada Dispenda Kota Bandung.

Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah petugas pajak pada bagian penetapan dan pembukuan Dispenda Kota Bandung yang berjumlah 30 orang sebagai populasi, dan seluruh populasi dijadikan sampel dengan menggunakan teknik sensus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, kuesioner, wawancara, dan searcing (internet). Pengujian statistik yang dilakukan adalah analisis regresi linier sederhana, koefisien korelasi pearson, koefisien determinasi dan uji hipotesis yang dibantu menggunakan aplikasi SPSS 18.0 for windows.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah telah berjalan dengan baik dan penerimaan pajak daerah selama tahun 2010 melebihi target yang telah ditentukan. Selanjutnya hasil pengujian data menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah penerimaan pajak daerah adalah 0.729, dan tingkat pengaruh dari pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah terhadap penerimaan pajak daerah adalah 53,2%. Adapun sisanya yaitu sebesar 46,8% dipengaruhi oleh pelaksanaan penagihan pajak.

(10)

ii

reception area. The purpose of this study is to investigate the implementation of local tax administration improvements at revenue Bandung, to know the development of local tax revenues and to find out how much influence the implementation of local tax administration improvements to local tax revenues at revenue the city of Bandung.

The research method used is descriptive and verification. The unit of analysis in this research is on the determination of the tax and accounting revenue Bandung, which totaled 30 people as a population, and the entire population sampled using census techniques. Data collection techniques in this study using observation, questionnaires, interviews, and searcing. The test statistic taken is a simple linear regression analysis, Pearson correlation coefficient, determination coefficient and hypothesis test-assisted using SPSS 18.0 for windows.

The results showed that the implementation of the regional tax administration improvements have been going well and local tax revenues during 2010 exceeded the set targets. Furthermore, the results of the test data indicate that the magnitude of the correlation coefficient between the implementation of the improvement of tax administration area is 0,729 local tax revenue, and the degree of influence of the implementation of local tax administration improvement of local tax revenue is 53.2%. As for the rest that is equal to 46,8% influenced by the implementation of tax collection.

(11)

PELAKSANAAN PENYEMPURNAAN ADMINISTRASI PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH

(Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Kota Bandung)

IMPLEMENTATION OF IMPROVEMENTS IN LOCAL TAX ADMINISTRATION TO INCREASE LOCAL TAX REVENUES

(Case Study in Bandung Departement of revenue)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA: RIJKI RIANTI NIM : 21105075

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal

(13)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 : Surat Rekomendasi Penelitian dari Unikom... 115

Lampiran 2 : Surat Penelitian dari Perusahaan………. 116

Lampiran 3 : Kartu Bimbingan Skripsi... 117

Lampiran 4 : Lembar Revisi Usulan Penelitian... 119

Lampiran 5 : Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Bandung...120

Lampiran 6 : Contoh Kuesioner……….121

Lampiran 7 : Data Ordinal Hasil Skoring Jawaban Responden………126

Lampiran 8 : Proses konversi data ordinal ke skala interval………127

Lampiran 9 : Data interval hasil konversi skor jawaban responden…………..129

Lampiran 10 : Output hasil pengujian validitas variabel independen……….131

Lampiran 11 : Output hasil pengujian reliabilitas variabel independen…………..133

Lampiran 12 : Realisasi penerimaan pajak tahun 2006………134

Lampiran 13 : Realisasi penerimaan pajak tahun 2007………..135

Lampiran 14 : Realisasi penerimaan pajak tahun 2008……….136

Lampiran 15 : Realisasi penerimaan pajak tahun 2009………137

Lampiran 16 : Realisasi penerimaan pajak tahun 2010………138

(14)

113

Achmad Lutfi. 2006. Penyempuranaan Administrasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah : Suatu upaya dalam optimalisasi penerimaan PAD

Bambang Jatmiko. 2008. Metode Penelitian FE-UNIKOM.

Betta Sari Novalita. 2004. Peranan pajak daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Bogor.

Chris Barker, Nancy Pistrang & Robert Elliot (2002). Research Methods in Clinical Psychology.( 2nd ed.). John Wiley & Sons, LTD Chichester England

Cooper, D. R, & Schindler, P. S. 2006. Business Research Methods.(9th ed.). International edition. Mc Graw Hill.

Elita Dewi : Identifikasi sumber pendapatan asli daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.2005

Ikin Solikin : Hubungan pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum dengan belanja modal Jawa Barat.2007

Jonathan Sarwono. 2005. Teori dan Praktik Riset Pemasaran dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Publisher.

Jonathan Sarwono, 2006, Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14, Yogyakarta : Andi Offset

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Yogyakarta : Andi Offset

Marihot P Siahaan, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Masyhuri. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika Aditama: Jakarta

Moh. Nazir, 2005, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia

Siti Kurnia Rahayu, 2009, Perpajakan Indonesia Konsep & Aspek Formal, Yogyakarta : Graha Ilmu.

(15)

114

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, IKAPI : Alfabeta

Ulbert Silalahi, 2009, Studi Tentang Ilmu Administrasi dan Manajemen, Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Agung Media, Jakarta.

---, 2000, Peraturan Pemerintah Tentang Otonomi Daerah 2001, Bandung : Citra Umbara.

Waluyo, 2005, Perpajakan Indonesia, edisi kelima, Jakarta: Salemba Empat. Harian Seputar Indonesia:29 Juni 2009

artikel-media.blogspot.com/2010/05 patroliotda.blogspot.com/2009/10 www.bppk.go.id

(16)

xi

Tabel 1.1 Target dan realisasi penerimaan pajak daerah………..2

Tabel 1.2 Perhitungan rata-rata target penerimaan pajak restoran Kota Bandung per hari……….5

Tabel 1.3 Waktu pelaksanaan penelitian……….12

Tabel 2.1 Peneliti sebelumnya………31

Tabel 3.1 Desain penelitian……….39

Tabel 3.2 Operasional variabel………40

Tabel 3.3 Skala likert untuk kuesioner positif………..42

Tabel 3.4 Skala likert untuk kuesioner negatif………42

Tabel 3.5 Standar penilaian koefisien validitas dan reliabilitas……….47

Tabel 3.6 Hasil perhitungan pengujian validitas variabel X……….48

Tabel 3.7 Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian……….….50

Tabel 3.8 Kriteria skor jawaban responden berdasarkan persentase skor aktual……….…………..53

Tabel 3.9 Cara menyajikan data hasil kuesioner dengan data penerimaan pajak daerah...55

Tabel 3.10 Interpretasi koefisien korelasi……….58

Tabel 4.1 Profil responden berdasarkan jenis kelamin……….84

(17)

xii

Tabel 4.3 Profil responden berdasarkan pendidikan terakhir………85 Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja……….86 Tabel 4.5 Kriteria skor jawaban responden berdasarkan persentase skor

aktual………..

88 Tabel 4.6 Tanggapan responden tentang transaksi keuangan antara wajib

pajak dengan pelanggannya………..89 Tabel 4.7 Tanggapan responden tentang penggunaan perangkat teknologi…….90 Tabel 4.8 Tanggapan responden sosialisasi metode identifikasi kepada Wajib

Pajak………..90

Tabel 4.9 Tanggapan responden dalam identifikasi transaksi dilakukan

dengan cara……….91

Tabel 4.10 Tanggapan responden mengenai kewajiban wajib pajak………..92 Tabel 4.11 Persentase skor aktual Perbaikan Metode Identifikasi………..93 Tabel 4.12 Tanggapan responden mengenai pelaksanaan penilaian/penetapan….94 Tabel 4.13 Tanggapan responden mengenai penilai dalam perbaikan metode

penilaian……….…… 95

Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pengecekan informasi dalam

melakukan penilaian/penetapan………. 95 Tabel 4.15 Persentase skor perbaikan metode Penilaian/Penetapan………96 Tabel 4.16 Tanggapan responden mengenai transaksi pembayaran wajib pajak…98 Tabel 4.17 Tanggapan responden mengenai pembayaran pajak………99 Tabel 4.18 Tanggapan responden mengenai kelalaian wajib pajak dalam

membayar pajak……….99

Tabel 4.19 Tanggapan responden mengenai diberlakukannya sangsi

administrasi karena pelanggaran………100 Tabel 4.20 Tanggapan responden mengenai laporan hasil penerimaan pajak

daerah……….101

Tabel 4.21 Tanggapan responden mengenai proses pembayaran yang

(18)

xiii

Tabel 4.24 Penerimaan pajak daerah Kota Bandung………..104

Tabel 4.25 Rekap data variabel pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah (X) dan variabel penerimaan pajak daerah (Y)………105

Tabel 4.26 Hasil analisis regresi ………106

Tabel 4.27 Korelasi antara variabel X dengan variabel Y...107

(19)
(20)
(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berupaya secara optimal mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

(22)

berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001. Pajak-pajak daerah tersebut adalah: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C.

Kota Bandung merupakan salah satu daerah yang diberi kewenangan untuk melaksanakan otonomi daerah dan salah satu pendapatan daerah yang diperoleh kota Bandung berasal dari sektor pajak, seperti yang dikemukakan oleh Ikin Solikin (2007) bahwa Kota Bandung sangat memungkinkan menggali PAD-nya dari sektor pajak sebab melihat kondisi Kota Bandung sebagai pusat berkumpulnya aktivitas perdagangan, industri, dan jasa bagi daerah–daerah sekitarnya, sehingga keadaan seperti ini menjadi peluang bagi Kota Bandung untuk menggali pajak daerah terutama dari pajak hotel dan restoran, hiburan, reklame, dan sebagainya. Adapun pendapatan pajak Kota Bandung yang diperoleh selama tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Target dan realisasi penerimaan pajak-pajak daerah

Tahun Target Realisasi Pencapaian (%) 2006 154.728.981.000,00 184.781.409.646,00 106,50 2007 186.625.927.925,56 194.128.259.768,00 104,02 2008 207.017.095.000,00 214.268.203.487,00 103,50 2009 255.506.475.774,08 250.623.448.870,00 98,09 Sumber: bidang pajak dispenda

(23)

3

penerimaan yang telah ditentukan. Dengan memperhatikan kondisi yang demikian maka dapat dikatakan bahwa penerimaan pajak daerah belum optimal.

Upaya mengoptimalkan penerimaan pajak membutuhkan suatu sistem administrasi yang efektif yang juga dapat digunakan dalam menjalankan tata kelola pemerintahan baik di daerah maupun pemerintah pusat. Menurut Carlos A. Silvani dalam Siti Kurnia Rahayu (2009) menyebutkan bahwa administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah wajib pajak yang tidak terdaftar, wajib pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), penyelundupan pajak, dan penunggakan pajak.

(24)

Pemkot Bandung sebagai suatu organisasi pemerintah yang besar dalam pelaksanaan kegiatan administrasi perpajakan daerahnya belum mencapai tingkat optimal. Hal ini ditunjukkan dengan fenomena-fenomena yang terjadi seperti terhitung sejak 2008 hingga pertengahan 2009, tercatat tunggakan pajak daerah dari para wajib pajak di Kota Bandung mencapai lebih dari Rp 4 miliar. Berdasarkan data Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kota Bandung, dari total pajak daerah pada 2008 lalu sebesar Rp2,8 miliar, baru tertagih Rp1,1 miliar atau Rp1,7 miliar belum terbayarkan. Sementara untuk tunggakan pajak hingga pertengahan tahun ini mencapai 2,3 miliar. Hasilnya, total jika diakumulasi bisa mencapai Rp4 miliar (Kepala Bidang Pajak Daerah Dharmawa, Harian Seputar Indonesia:29 Juni 2009)

(25)

5

30 hari, sepuluh persen dari hasil perkalian tersebut merupakan pajak yang harus dibayar pengelola/pemilik restoran setiap bulan.

Tabel 1.2

Perhitungan rata-rata target penerimaan pajak restoran Kota Bandung per hari

Target penerimaan pajak restoran

2010 Rp49,840,000,000.00

Target penerimaan pajak restoran

per bulan = 49,840,000,000 : 12 Rp4,153,333,333.33 Rata-rata target penerimaan pajak

per bulan = 4,153,333,333.33 : 440 Rp9,439,393.94 Rata-rata target penerimaan pajak

per hari = 9,439,393.94 : 30 Rp314,646.46

Keterangan :

440 adalah jumlah wajib pajak restoran (data LKPJ Akhir Masa Jabatan Wali Kota Bandung 2003-2008 ) Sumber : http://artikel-media.blogspot.com/2010/05

(26)

Fenomena yang terjadi diatas menunjukkan bahwa belum sepenuhnya pemerintah daerah menjalankan administrasi pajak daerah dengan baik. Faktor yang dapat menimbulkan ketidakefektifan pelaksanaan sistem administrasi pajak daerah disini masalah pada sistem yang diimplementasikan, dan sumber daya manusia yang belum sepenuhnya mendukung implementasi sistem tersebut.

Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam menjalankan program penyempurnaan administrasi pajak daerah adalah dengan diberlakukannya pemungutan dengan online system dan telah diberlakukan sejak tahun 2009, diharapkan sistem tersebut dapat menggenjot penerimaan pajak daerah terutama dari penerimaan pajak hotel dan restoran yang selama ini menjadi sumber utama penerimaan pajak. Diberlakukannya sistem tersebut Pemerintah Kota Bandung berharap dapat dengan mudah mengawasi kegiatan wajib pajak salah satunya mengawasi kegiatan transaksi wajib pajak, namun sistem yang hampir dua tahun berjalan belum maksimal dijalankan. Petugas pajak banyak yang kurang paham dalam menjalankan sistem tersebut sehingga petugas lebih memilih sistem lama dalam memudahkan pekerjaannya. Karena selama ini pelatihan dan penyuluhan mengenai online system tidak diberikan pada semua petugas yang berkaitan, sehingga hanya sebagian petugas yang paham dengan sistem tersebut. (http://kurnia.blogspot.com/2010/10)

(27)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah kemukakan sebelumnya, penulis dapat mengidentifikasikan permasalahan yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut :

1. Penerimaan pajak daerah yang belum optimal.

2. Masih adanya tunggakan pajak yang belum tertagih pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

3. Adanya oknum dari Dinas Pendapatan Kota Bandung yang bekerjasama dengan wajib pajak dalam menggelapkan pajak.

4. Metode penilaian/perhitungan potensi pajak yang belum diyakini mencerminkan potensi yang sebenarnya.

5. Sistem pemungutan online belum maksimal dijalankan karena kurang pahamnya petugas pajak Dispenda dalam menjalankan sistem tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis dapat merumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

(28)

3. Berapa besar pengaruh pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah terhadap peningkatan penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan mempunyai maksud dan tujuan bagi peneliti dan juga bagi instansi yang diteliti, adapun maksud dan tujuan penelitian dalah sebagai berikut:

1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan administrasi pajak daerah terhadap penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui peningkatan penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

(29)

9

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis ini mencakup kegunaan bagi perkembangan ilmu akuntansi, kegunaan bagi peneliti dan kegunaan bagi peneliti selanjutnya yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi Perkembangan Ilmu Akuntansi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu dan pengetahuan tentang Perpajakan, terutama mengenai penerimaan pajak daerah dan administrasi pajak daerah.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan tentang sektor-sektor penerimaan pajak daerah dan administrasi pajak daerah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi yang berkaitan dengan Perpajakan dan pengaruh pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah terhadap penerimaan pajak daerah.

1.5.2 Kegunaan Praktis

(30)

1. Bagi Dinas Pendapatan Kota Bandung

Dengan dilakukannya penelitian ini, Dinas Pendapatan Kota Bandung dapat mengetahui pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah sehingga berpengaruh pada penerimaan pajak daerah.

2. Bagi Petugas dibagian Pajak

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para petugas bagian pajak, sehingga bagian pajak dapat mengoptimalkan kinerja terutama dalam memungut pajak, guna meningkatkan penerimaan pajak daerah.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya. Penelitian dilakukan di Dinas Pendapatan Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Wastukencana No. 2 Bandung, telepon (022) 4230393.

1.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan jangka waktu dilakukannya penelitian dari awal dilakukannya penelitian sampai dengan penelitian tersebut selesai dilaksanakan.

(31)

11

waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Februari 2011.

Adapun tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah melalui tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan pelaporan. Dalam tahapan persiapan, peneliti mempersiapkan judul penelitian, membuat outline dan proposal penelitian, mengambil formulir penyusunan penelitian dan meminta surat pengantar ke perusahaan/instansi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dalam tahapan pelaksanaan, peneliti melakukan bimbingan proposal penelitian, mendaftar seminar penelitian, melaksanakan seminar penelitian, mulai melakukan penelitian dan mengumpulkan data serta melakukan penyusunan penelitian. Dalam tahap pelaporan, peneliti melakukan bimningan penelitian, mendaftar siding penelitian, menyiapkan draft penelitian, melaksanakan siding akhir penelitian, melakukan penyempurnaan penelitian dan melakukan pengadaan penelitian.

[image:31.595.113.515.579.740.2]

Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pelaksanaan penelitian, dapat dilihat dalam tabel 1.3,berikut :

Tabel 1.3

Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahap Prosedur

Bulan & Tahun

Okt 2010 Nov 2010 Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 I Tahap Persiapan:

1. Mempersiapkan judul

2. Membuat outline dan proposal

3. Mengajukan judul proposal

4. Mengambil formulir penyusunan skripsi

(32)

6. Meminta surat pengantar ke perusahaan/instansi

II

Tahap Pelaksanaan: 1. Bimbingan proposal 2. Daftar seminar UP 3. Seminar UP

4. Penelitian dan pengumpulan data

5. Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan:

1. Bimbingan skripsi

2. Daftar sidang skripsi

3. Menyiapkan draft skripsi

4. Sidang akhir skripsi

5. Penyempurnaan skripsi

(33)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, peneliti membahas tentang pajak daerah, pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah, hubungan antara penyempurnaan administrasi pajak daerah dengan penerimaan pajak daerah, kerangka pemikiran dan hipotesis.

2.1.1 Perpajakan

(34)

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Kata pajak pada awalnya berasal dari bahasa jawa, yaitu “ajeg” atau “pajeg” yang memiliki arti pungutan yang secara teratur ditarik dari rakyat.

Sedangkan dalam bahasa inggris pajak adalah tax yang memiliki arti yang sama pula.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu, adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tanpa mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”

(2009:22) Dari teori pengertian pajak di atas, pajak dapat diartikan sebagai iuran rakyat kepada negara yang dilakukan berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung, yang mana dana yang terhimpun digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Pengertian pajak menurut Erly Suandy, adalah sebagai berikut :

“Pajak merupakan pungutan berdasarkan Undang-Undang oleh

pemerintah, yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik.”

(35)

15

langsung, yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran berhubungan dengan tugas negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.

2.1.1.2 Penggolongan Jenis Pajak

Ada beberapa penggolongan jenis pajak di Indonesia, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung

a. Pajak langsung adalah pajak dimana beban pajak yang harus dipikul seseorang atau badan tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Pajak langsung dapat diartikan juga sebagai pajak yang dikenakan berdasarkan atas surat ketetapan dan pengenaannya dilakukan secara berkala pada tiap tahun dan waktu tertentu.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak dimana beban pajak yang harus dipikul seseorang dapat dilimpahkan baik seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain.

2. Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif

a. Pajak Subyektif merupakan pajak yang erat hubungannya dengan subyek yang dikenakan pajak dan besarnya sangat dipengaruhi keadaan subyek pajak yang berkaitan dengan keadaan materiilnya, seperti status kawin, tidak kawin, yang menjadi pegurang terhadap pajak penghasilan (PPh).

(36)

obyek tersebut atau dapat disebut juga sebagai pajak yang bersifat kebendaan, seperti pajak pertambahan nilai (PPn).

3. Pajak Pusat dan Pajak Daerah

a. Pajak Pusat adalah pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah Departemen Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang mencakup : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak daerah ini dibagi 2 menjadi pajak-pajak pemerintah daerah tingkat I dan pajak daerah tingkat II.

1. Pajak Daerah Tingkat I, meliputi : Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air. Bea balik nama kendaraan bermotor kendaraan diatas air. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

2. Pajak Daerah Tingkat II, meliputi : Pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C dan pajak parkir.

2.1.1.3 Pajak Daerah

Menurut Marihot P. Siahaan menyatakan bahwa :

“ Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah

dan pembangunan Daerah.“

(37)

17

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak daerah merupakan pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah Daerah tersebut Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah dibagi menjadi dua kewenangan yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten / Kota.

A. Pajak Daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 terbagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten / kota. Pembagian ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi provinsi atau kabupaten / kota yang bersangkutan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, ditetapkan sebelas jenis pajak daerah, yaitu empat jenis pajak provinsi dan tujuh jenis pajak kabupaten / kota seperti yang ditulis oleh Marihot P. Siahaan yaitu:

1. Pajak Provinsi terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

2. Pajak Kabupaten / Kota terdiri dari: a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerang Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir.

(38)

Jenis-jenis pajak provinsi ditetapkan sebanyak empat jenis pajak. Walaupun demikian, daerah provinsi dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan, apabila potensi pajak di daerah tersebut dipandang kurang memadai. Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten / kota, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten / kota.

B. Dasar Hukum Pajak Daerah

Dewasa ini yang menjadi dasar hukum pemungutan pajak daerah di Indonesia menurut Marihot P. Siahaan yaitu :

a. “Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 23 Mei 1997

b. undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 20 Desember 2000

c. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 4 Juli 1997

d. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 4 Jili 1997

e. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 13 September 2001

f. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 13 September 2001

(39)

19

h. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Keuangan, peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota di bidang retribusi daerah.”

(2005:41) 2.1.2 Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah

2.1.2.1Pengertian Administrasi

Menurut Ulbert Silalahi (2009:5), “administrasi dalam arti sempit merupakan penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain. Administrasi dalam arti sempit lebih tepat disebut tatausaha (clerical work, office work)”.

Beberapa definisi administrasi yang telah dikutip oleh Ulbert Silalahi adalah sebagai berikut:

“Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu. (The Liang Gie, 1980)

Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan tindakan kerja sama kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu bentuk usaha kerja sama demi tercapainya tujuan yang ditentukan sebelumnya. (Sondang P Siagian, 1980)

Administrasi adalah suatu daya upaya manusia yang kooperatif, yang mempunyai tingkat rasionalitas tinggi. (Dwight Waldo, 1971)”

(40)

Menurut Albert Lepawsky (1966) yang telah dikutip oleh Ulbert Silalahi (2009:25), menunjukkan enam peranan administrasi dalam kehidupan dan perkembangan masyarakat yaitu:

“ 1) The universal importance of administration

Bahwa administrasi sebagai studi ilmiah yang serius diperlihatkan dari disintegrasi bagi kurangnya abilitas administratif (administrative ability)

dan efisiensi manajerial (managerial efficiency) terutama pada periode hingga PD II. Fayol mengatakan, melalui pengetahuan administrasi kita mengerti perencanaan, organisasi, komando, koordinasi dan kontrol, yang menjadi dasar-dasar untuk tenaga kerja (workman). Dengan demikian, sehingga administrasi adalah satu subjek dari kepentingan universal. 2) The stabilizing role of administration in society

Meskipun para penulis sepakat akan pentingnya administrasi tapi ada perbedaan pendapat tentang derajat kepentingannya. Paul Pigors menganggap, bahwa primer administrasi adalah untuk stabilisasi institusi-institusi sosial.

3) The role administration in society change

Brook Adam mengatakan, bahwa fungsi pokok dari administrasi adalah menjamin stabilitas sosial dengan menyediakan fasislitas bagi perubahan sosial.

4) The threat of a managerial revolution

Pandangan James Burnham, bahwa kualitas esensial dari the emerging

society adalah dalam hal karakter manajemennya; bahwa dalam kenyataan manajer-manajer mempunyai kesiapan untuk taken over mesyarakat modern.

5) The prospect of a managerial evolution

Charles Merriem mengakui, bahwa lambat laun akan diberikan atribut posisi manajer dari satu masyarakat demokratik. Ia menyebutkan organ pemerintahan tdaj lain merupakan organ manajerial.

6) Administration as the key to modern society

Charles A. Beard mengatakan, masyarakat modern adalah masyarat besar. Setip perusahaan dalam masyarakat besar atau mesyarakat modern tenang di bawah administrasi. Administrasi merupakan kunci untuk pengabadian kekuasaan dalam masyarakt besar.”

2.1.2.2Pengertian Administrasi Perpajakan

(41)

21

Sedangkan mengenai peran administrasi perpajakan, Liberti Pandiangan (2009:93) mengemukakan bahwa administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasilakan peraturan perpajakan, dan penerimaan negara sebagaimana amanat APBN.

Sedangkan Gunadi (2004) mengemukakan bahwa: “Peran penting administrasi perpajakan dengan menuju pada kondisi terkini, dan pengalaman di berbagai negara berkembang, kebijakan perpajakan (tax policy) yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya”.

Menurut Charlos A. Silvani (1992) seperti dikutip Siti Kurnia Rahayu dan (2009:93) mengemukakan bahwa:

Administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi masalah-masalah.

“1) Wajib pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).

Dengan Administrasi pajak yang efejtif akan mampu mendetekdi dan menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah memenuhi ketentuan menjadi Wajib Pajak tetapi belum terdaftar. Penambhan jumlah Wajib Pajak secara signifikan akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak.

2) Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab Wajaib Pajak tidak menyeampaikan SPT melalui pemeriksaan pajak. 3) Penyeludup pajak (tax evaders)

Penyeludup pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajak yang melaporkan lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undnagan akan lebih tedeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang Wajib Pajak.

4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers)

(42)

Administrasi perpajakan memiliki peran yang sangat penting untuk merealisasikan peraturan perpajakan dan penerimaan negara, dengan sistem administrasi perpajakan yang baik maka masalah-masalah perpajakan seperti wajib pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers), wajib pajak yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan (SPT), penyelundup pajak (tax evaders), penunggak pajak (delinguent tax payers) dapat terselesaikan dengan baik.

2.1.2.3 Indikator Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah Menurut Achmad Lutfi (2006) menyatakan bahwa:

“Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah menyangkut melakukan reformasi pengaturan pemungutan pajak daerah yang ditujukan agar para wajib pajak daerah secara optimal memenuhi kewajibannya dengan membayar pajak.

Berdasarkan definisi di atas bahwa penyempurnaan administrasi pajak daerah meliputi reformasi atau perubahan pengaturan atau cara dalam memungut pajak daerah yang ditujukan agar para wajib pajak daerah secara optimal memenuhi kewajibannya dengan membayar pajak. Adapun kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyempurnaan administrasi pajak daerah menurut Achmad Lutfi (2006) yaitu:

“ 1. Perbaikan metode identifikasi

2. Perbaikan metode penetapan/penilaian 3. Perbaikan metode pemungutan”

(43)

23

1. Perbaikan metode identifikasi

Proses identifikasi merupakan tahap pertama dalam pengadministrasian pendapat daerah, proses ini memainkan peranan yang sangat penting untuk menjaring sebanyak mungkin wajib pajak daerah. Penerapan prosedur yang tepat akan memaksa dan mempersulit wajib pajak daerah untuk menyembunyikan kemampuannya untuk membayar sekaligus mempermudah pemerintah daerah, melalui jajarannya, untuk melakukan identifikasi. Menurut James Master (1991) yang telah dikutip oleh Achmad Lutfi prosedur identifikasi akan sangat membantu apabila:

1. Identification is automatic

2. There is an inducement to people to identify themselves

3. Identification can be linked to other source of information

4. Liability is obvious”

Maksud dari pernyataan di atas prosedur identifikasi akan lebih baik jika identifikasi dilakukan secara otomatis yaitu menggunakan perangkat teknologi guna mendukung pelaksanaan tersebut, adanya bujukan atau ajakan kepada wajib pajak untuk dapat mengidentifikasi sendiri, identifikasi bisa dihubungkan dengan sumber informasi lainnya, kewajiban yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak jelas.

(44)

2. Perbaikan metode penetapan/penilaian

Proses penilaian/penetapan hendaknya hendaknya dapat membuat wajib pajak daerah sulit untuk menghindari diri dari seluruh kemampuannya dalam membayar pajak daerah secara penuh, sesuai dengan kemampuannya. Prosedur penilaian yang tepat akan menjamin pemerintah daerah mampu dengan tepat menilai objek pajak daerah sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan. Menurut James Master (1991) yang telah dikutif oleh Achmad Lutfi prosedur penilaian akan membantu apabila.

1. Assessment is automatic

2. The assessor has little or no discretion

3. The assessment can be checked against other information”

Maksud dari pernyataan di atas prosedur penilaian/penetapan pajak yang baik jika penilaian/penetapan dilakukan secara otomatis, penilai memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki kebijakan, dan suatu penilaian/penetapan dapat diperiksa melalui informasi lainnya.

3. Perbaikan metode pemungutan

(45)

25

seluruh pendapatan yang diperoleh dimasukkan ke dalam rekening terkait dan disetorkan sebanyak seluruh perolehan yang didapat. Menurut James Master (1991) yang telah dikutif oleh Achmad Lutfi prosedur pemungutan yang baik adalah jika proses pemungutan tersebut:

1. Payment is automatic 2. Payment can be induced 3. Default is obvious

4. Penalties are really deterrent

5. Actual receipts are clear to the controller in central office 6. Payment are easy”

Maksud dari pernyataan di atas prosedur pemungutan akan lebih baik jika dilakukan apabila pembayaran dilakukan dengan otomatis, pembayaran dapat dilakukan secara induksi (dilakukan sendiri), suatu kelalaian dalam pembayaran pajak dapat diketahui, adanya pinalti (sangsi) dapat menimbulkan efek jera, suatu penerimaan harus dikontrol oleh pemerintah pusat, dan pembayaran dapat dilakukan dengan mudah.

2.1.3 Penerimaan Pajak Daerah

Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyrakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(46)

Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Pasal 1 no.10, yaitu :

“Penerimaan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode

anggaran tertentu.”

(2001:95) Adapun pengertian penerimaan pajak menurut Suryadi (2006) adalah sebagai berikut:

“Penerimaan Pajak sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk

belanja rutin maupun pembangunan.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan untuk menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Dalam artikel yang di muat di situs http://www.managementfile. com/ journal.php?id=195&sub=journal&awal=470&page=tax menyatakan bahwa:

“Sumber penerimaan PAD dari pajak daerah itu meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan umum, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C. “

(2008) Dalam artikel yang di muat di situs http://datakuliah. blogspot.com /2009/10/pajak-daerah-dalam-rangka-otonomi.htmlmenyatakan bahwa:

(47)

27

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpukan jika penerimaan pajak daerah berasal dari penerimaan pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak parkir, dan pajak pengambilan bahan galian golongan C.

2.1.4 Hubungan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah dengan Penerimaan Pajak Daerah

Menurut Siti Kurnia Rahayu menjelaskan bahwa:

“Administrasi perpajakan berperan penting dalam sistem perpajakan disuatu negara. Suatu negara dapat dengan sukses mencapai sasaran yang diharapkan dalam menghasilkan penerimaan pajak yang optimal, karena administrasi perpajakannya mampu dengan efektif melaksanakan sistem perpajakan di suatu negara.”

(2009:93)

Pernyataan di atas menunjukkan jika peranan administrasi pajak yang baik sangat penting dalam meningkatkan penerimaan pajak. Untuk itu pemerintah daerah harus berupaya dalam menyempurnakan administrasi pajak guna mengoptimalkan penerimaan pajak, seperti yang dijelaskan oleh Achmad Lutfi (2006) sebagai berikut:

“Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada dan serta menerapkan pajak daerah dan retribusi daerah yang baru. Untuk menempuh kedua cara tersebut, pemerintah daerah dapat menyempurnakan pengadministrasian pajak daerah dan retibusi daerah.”

(48)

2.2 Kerangka Pemikiran

Didalam suatu negara terdapat sebuah penerimaan yang salah satu sumber pemasukannya dari pajak. Melihat potensi penerimaan pajak di Indonesia sangat bagus, maka pemerintah harus senantiasa mengoptimalkan pemungutan pajak. Dari pemasukan pajak bagi instansi pemerintah dalam bidang perpajakan dapat optimal sesuai dengan yang telah ditetapkan, karena pajak itu sangat berpengaruh bagi pembangunan nasional yang dilakukan tahap demi tahap yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik spiritual maupun material sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. oleh sebab itu, tanpa adanya biaya yang memadai untuk melaksanakan pembangunan, dimana pembiayaan pembangunan di negara kita sebagian besar berasal dari penerimaan pajak, maka baik pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama menegakkan kesadaran bahwa pentingnya membayar pajak.

Menurut Betta Sari Novalita (2005) menyatakan bahwa pajak adalah salah satu bentuk peran masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi dan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah. Permasalahan yang dihadapi oleh daerah umumnya berkaitan dengan penggalian sumber-sumber pajak daerah, yang merupakan komponen PAD yang memiliki peran yang terbesar.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2003 Pasal 1 Point f menyatakan bahwa :

(49)

29

berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan Daerah “

(2003:5) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak daerah merupakan

pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah Daerah tersebut Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah dibagi menjadi dua kewenangan yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten / Kota. Karena saat ini sistem perpajakan sangat lemah, hal tersebut menyebabkan banyak potensi pajak yang tidak tergali. Dalam hal ini, pemerintah perlu memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk menjamin ditaatinya prosedur dan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah perlu meneliti apakah ada penerimaan yang tidak disetor ke dalam kas pemerintahan daerah dan disalahgunakan oleh petugas di lapangan.

Pada prinsipnya sistem perpajakan harus ekonomis, efisien, dan adil serta sederhana dalam pengadministasiannya. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memperbaiki sistem perpajakan adalah dengan cara melakukan penyempurnaan administrasi pajak daerah. Pengertian administrasi pajak daerah menurut Djoned Gunadi M (2005) yaitu

“Administrasi pajak adalah segala urusan administrasi perpajakan sebagai salah satu instrumen pelaksanaan di bidang perpajakan dalam rangka menjalankan fungsi pelayanan masyarakat, pengawasan masyarakat dalam rangka pelaksanaan kewajiban perpajakan, dan pembinaan dari pelaksanaan pengawasan di maksud.”

(50)

prosedur administrasi dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi masyarakat pembayar pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak. Penyederhaan administrasi pajak merupakan bagian dari penyempurnaan administrasi pajak daerah. Menurut Achmad Lutfi (2006) penyempurnaan administrasi pajak daerah yaitu:

“Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah menyangkut melakukan reformasi pengaturan pemungutan pajak daerah yang ditujukan agar para wajib pajak daerah secara optimal memenuhi kewajibannya dengan membayar pajak.

Menurut Hendri Santosa (2009), dengan pemberlakuan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 dalam rangka penyempurnaan administrasi pajak daerah, diharapkan memberi dampak kenaikan kontribusi PAD terhadap APBD terutama dalam penerimaan pajak daerah, sehingga kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dapat dipenuhi sejalan dengan adanya penambahan jenis pajak dan retribusi, perluasan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif.

Adapun sumber-sumber penerimaan yang diperoleh dari pajak daerah yaitu (managementfile.com/e-tax):

“Sumber penerimaan PAD dari pajak daerah itu meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan umum, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C. “

(51)

31

Tabel 2.1 Peneliti Sebelumnya

No. Penulis dan Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Achmad Lutfi (2006)

Penyempurnaan administrasi pajak daerah dan retribusi daerah : suatu upaya dalam mengoptimalisasi penerimaan

PAD

Upaya penyempurnaan administrasi pajak daerah dan retribusi daerah merupakan suatu upaya yang cukup komprehensif dalam rangka

meningkatkan jumlah komponen penerimaan daerah.

2 Hendri Santosa (2009)

Penyempurnaan Peraturan

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pemberlakuan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009, diharapkan memberi dampak kenaikan kontribusi PAD terhadap APBD ,sehingga kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dapat dipenuhi sejalan dengan adanya penambahan jenis pajak dan retribusi, perluasan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Disisi lain dengan tidak memberikan kewenangan kepada daerah untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru akan memberi kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya serta masyarakat diharapkan ikut mengontrol atas penggunaan dana pada pemerintah daerah karena merasa ikut membiayai dengan membayar pajak

3 Ikin Solikin (2007)

Hubungan pendapatan asli

daerah dan dana alokasi umum dengan belanja modal Jawa Barat

Hubungan PSD dengan belanja modal dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara PAD dengan belanja

4 Betta Sari Novalita

(2005)

Peranan pajak daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Bogor

Kebijakan pemerintah saat ini yang dinilai sangat tepat untuk

meningkatkan penerimaan daerah

dalam jangka pendek sebaiknya dititikberatkan pada intensifikasi pemungutan pajak, yaitu

(52)

perubahan otonomi dan agar masyarakat timbul kesadaran untuk membayar pajak dan memberikan fasilitas yang memadai sebagai balasan pembayaran tersebut.

[image:52.595.114.536.282.621.2]

Berdasarkan uraian di atas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan Asli Daerah

Hasil pengelolaan kekayaan yang

dipisahkan

Lain-lain pendapatan

daerah yang sah Hipotesis

Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah Berpengaruh

terhadap Penerimaan Pajak Daerah

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Administrasi Pajak

Administrasi Pajak daerah

(53)

33

1.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono mengungkapkan bahwa pengertian hipotesis adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.”

(2009:93) Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, samapai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka yang dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa “Pelaksanaan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah berpengaruh

(54)

34 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif.

Objek penelitian menurut Sugiyono pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan

reliabletentang suatu hal (variabel tertentu)”.

(2009:13) Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian. Dimana yang menjadi objek penelitian yaitu Pelaksanaan Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah dan Penerimaan Pajak Daerah.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

(55)

35

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode menggunakan metode deskriptif dan verifikatif.

Pengertian metode deskiptif menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”

(2007:147) Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah ke satu dan ke dua. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Masyhuri pengertian metode verifikatif adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan

untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

(56)

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat. Proses penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitaif.

Menurut Sugiyono menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

“Proses penelitian kuantitatif meliputi: 1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian

7. Kesimpulan”

(2006:46) Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Membuat identifikasi masalah, sehingga mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat, yaitu pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah yang belum efektif.

2. Perumusan masalah

(57)

37

1. Bagaimana pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

2. Bagaimana perkembangan penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

3. Berapa besar pengaruh penyempurnaan administrasi pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

(58)

5. Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

2. Bagaimana perkembangan penerimaan pajak daerah pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yaitu bagaimana pengaruh penyempurnaan administrasi pajak daerah terhadap penerimaan pajak daerah.

6. Menyusun instrumen penelitian

(59)

39

pajak daerah (variabel independent (X)) dengan penerimaan pajak daerah (variabel dependent (Y)) digunakan korelasi pearson product moment, sedangkan untuk menguji adanya pengaruh pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah (variabel independent (X)) dengan penerimaan pajak daerah (variabel dependent (Y)) digunakan koefisien determinasi. 7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

[image:59.595.124.501.478.682.2]

Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan Unit Analisis Time Horizon

T - 1 Descriptive Descriptive dan Survey

Individu dan

divisi Cross

Sectional

T - 2 Descriptive Descriptive dan Survey

Individu dan divisi

Time Series

T - 3 Descriptive dan

Verificative

Descriptive and Explanatory

Survey

Individu Cross

Sectional

(60)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Untuk meneliti bagaimana pengaruh penyempurnaan administrasi pajak daerah terhadap penerimaan pajak daerah, penulis menentukan operasionalisasi variabel sebagai berikut :

1. Variable Independent atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel

independent (Variabel X) adalah pelaksanaan penyempurnaan administrasi pajak daerah.

[image:60.595.120.537.493.748.2]

2. Variable Dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel dependent (Variabel Y) adalah penerimaan pajak daerah.

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Dimensi Skala No

Kuesioner Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah (X) Penyempurnaan Administrasi Pajak Daerah menyangkut melakukan reformasi pengaturan

pemungutan pajak

daerah yang

ditujukan agar para wajib pajak daerah secara optimal memenuhi

kewajibannya

dengan membayar pajak.

Achmad Lutfi (2006)

1. Perbaikan metode identifikasi 2. Perbaikan metode penetapan/ penilaian 3. Perbaikan metode pemungutan Achmad Lutfi (2006)

Ordinal 1-5

6-8

(61)

41

Dalam operasionalisasi variabel ini variabel indepandent (X) menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Umi Narimawati adalah:

“Skala pengukuran ordinal memberi informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.”

(2007:23) Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala

likert.

Penerimaan Pajak Daerah (Y)

Sumber penerimaan PAD dari pajak daerah itu meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan

umum, pajak

pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C.

(62)

Skala likert menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:

“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

[image:62.595.143.457.337.482.2]

(2009:132) Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Skala Likert Untuk Kuesioner Positif

Sumber : Sugiyono, 2008:87

Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Skala Likert Untuk Kuesioner Negatif

Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 1

Setuju 2

Kurang Setuju 3

Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 5

Sumber : Sugiyono, 2008:87

Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Kurang Setuju 3

Tidak Setuju 2

[image:62.595.146.463.568.718.2]
(63)

43

Sedangkan pada variabel dependent (Y) menggunakan skala ukur rasio. Menurut Bambang Jatmiko menyatakan bahwa:

“Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk

menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak atau interval antar tingkatkan sudah jelas dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak”.

(2008:41) Skala ukur pada penelitian ini menggunakan data berupa angka yang di dapat dari laporan penerimaan pajak yang diterima oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung.

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono tentang pengertian populasi yaitu :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

(64)

yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah bag penetapan dan pembukuan pajak pada Dinas Pendapatan Kota Bandung.

2. Sampel

Menurut Sugiyono tentang pengertian sampel yaitu :

”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

(2009:81) Kesimpulan dari pengertian sampel yaitu sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan memungkinkan peneliti tidak dapat mempelajari semua ya

Gambar

Tabel 1.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD Kabupaten/Kota serta hibah dan bantuan pihak ketiga yang tidak mengikat ke desa disalurkan setelah ditetapkan Peraturan Desa

Adanya hubungan antara jarak kehamilan sebelumnya dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin kota Padang pada tahun

Nilai keunggulan dari Mie Kulit Buah Manggis berdasarkan penelitian antara lain adalah kandungan xanthone yang terkandung dalam kulit buah manggis Tujuan dari Program

Sebelum dilakukan modifikasi pada sistem pengendalian, pergeseran stopper harus dilakukan secara manual dan harus dilakukan pengujian dengan benda kerja untuk memastikan

EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP KULTUR SEL FIBROBLAS NIH3T3.. Sherliana Kristanti, 2013, Pembimbing

Dan berikut adalah karakteristik dari masa dewasa awal : Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan, Masa Dewasa Awal sebagai Usia Reproduktif, Masa Dewasa Awal

Teknologi DDX dikembangkan untuk meningkatkan performa dan menurunkan biaya yang dibutuhkan untuk membangun sistem penguat audio yang berbasis pada masukan digital.. Dengan

Dari data tersebut dapat diprediksi bahwa kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi atau perusahaan di Indonesia masih sangat rendah.. Kondisi seperti yang ada di