• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

PENETAPAN KADAR AIR DALAM CRUDE PALM

OIL (CPO) SECARA GRAVIMETRIS

TUGAS AKHIR

Oleh :

HENNI CHAERANI SIREGAR 052410036

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR AIR DALAM CRUDE PALM

OIL (CPO)

SECARA GRAVIMETRIS

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HENNI CHAERANI SIREGAR 052410036

Medan, Mei 2008

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Dra. Suwarti Aris, MSi, Apt. NIP. 131 126 695

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat melaksanakan

pendidikan di Perguruan tinggi program studi D-III Analis Farmasi Fakultas

Farmasi.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orangtua tercinta ayahanda B.Siregar dan ibunda R.Harahap yang

selalu mendoakan dan memberikan kasih sayang dan dorongan baik material

maupun spritual, serta Kakak, abang dan adek-adekku tersayang : Hotmawarni

Siregar, A.Md., Mhd Ramadan Siregar dan Asrul Afandi Siregar, Sri Wahyuni

Siregar, Ahmad Hanafi Siregar yang telah memberikan motivasi kepada penulis

agar terus belajar.

Tugas akhir ini diselesaikan dengan dukungan dan bimbingan, dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra , Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Suwarti Aris, MSi. Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan, bimbingan, arahan serta saran sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc. Apt. selaku pengelola PKL

(4)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

4. Bapak pimpinan PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk. Turangie Oil Mill

beserta staf-stafnya yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk

melaksanakan PKL kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun tugas

akhir ini hingga selesai.

5. Bapak/ibu dosen penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalasnya dan

hanya dapat memohon kehadirat Allah SWT. Semoga semua pihak yang telah

membantu penulis diberi limpahan rahmat dan hidayah-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini terdapat

banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dalam penyempurnaan tugas akhir ini dimasa mendatang.

Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Mei 2008

Penulis,

Henni Chaerani Siregar

(5)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar belakang... 1

1.2. Perumusan masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Tanaman kelapa sawit ... 4

2.2. Klasifikasi kelapa sawit ... 7

2.3. Pemanenan kelapa sawit ... 7

2.4.Tahapan proses pengolahan tandan buah sawit (TBS) ... 8

2.4.1. Stasiun penerimaan buah (reception station) ... 8

2.4.2. Sterilization station/stasiun perebusan... 9

2.4.3. Stasiun penebah ... 10

2.4.4. Stasiun pressing ... 10

2.4.5. Stasiun klarifikasi (pemurnian minyak)... 11

(6)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

2.5. Komposisi kimia minyak kelapa sawit... 18

2.6. Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit ... 19

2.7. Sifat kimia minyak dan lemak ... 20

2.8. Standar mutu minyak kelapa sawit ... 21

2.9. Cara-cara penentuan kadar air pada minyak dan lemak ... 22

2.10. Pengaruh kadar air terhadap mutu minyak kelapa sawit ... 25

BAB III. METODOLOGI ………26

3.1. Sampel ... 26

3.2. Alat ... 26

3.3. Prosedur Kerja ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Hasil dan Pembahasan ... 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1. Kesimpulan ... 29

5.2. Saran ... 29

(7)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit

(8)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Salah satu tanaman suku Palmae yang dapat menghasilkan minyak adalah

kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari daging buah kelapa

sawit disebut crude palm oil (CPO) sedangkan minyak yang dihasilkan oleh

inti kelapa sawit disebut palm kernel oil (PKO).

Secara organoleptis CPO berwarna kuning dan PKO tidak berwarna atau

jernih, warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah

proses pemucatan karena asam-asam lemak dan gliserida masing-masing tidak

berwarna, warna orange atau kuning pada CPO disebabkan adanya pigmen

karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara

alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat

kerusakan minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh

persenyawaan betaionone. (Ketaren, 1986).

Minyak kelapa sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena

memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak

menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan

dan industri nonpangan seperti kosmetik dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah

dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar.

(9)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

1.Tingkat efisien minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO

menjadi sumber minyak nabati termurah.

2.Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai,

lobak, kopra dan minyak bunga matahari masing-masing 0,34, 0,51, 0,57, dan

0,53 ton/ha.

3.Memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan

maupun nonpangan.

Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi

diantaranya kadar sterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah dibandingkan

minyak nabati lainnya. Kadar sterol dalam CPO antara 360-620 ppm dengan

kadar kolestrol hanya sekitar 10 ppm atau sebesar 0,001%. Sehingga minyak

sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng nonkolestrol (kadar kolestrol

rendah). (Yan fauzi, 2002).

Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu CPO adalah kadar air dalam

minyak sawit, jika kadar air di dalam minyak sawit sangat besar dapat

mengakibatkan hidrolisis gliserida.

Syarat kadar air dalam CPO produksi adalah 0,20% dengan syarat kualitas

yang direkomendasikan oleh PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk.

1.2. Perumusan masalah

Dari uraian latar belakang diatas masalahnya adalah sebagai berikut:

- Bagaimana cara penentuan kadar air dalam CPO.

(10)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

1.3. Tujuan

- Untuk mengetahui cara penentuan kadar air dalam CPO di PT. PP. London

Sumatera Indonesia Tbk Turangie Oil Mill.

- Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam CPO di PT. PP.

London Sumatera Indonesia Tbk Turangie Oil Mill.

1.4. Manfaat

- Untuk mengetahui cara penentuan kadar air dari CPO.

(11)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman kelapa sawit

Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack). Secara pasti belum

bisa diketahui. Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu

Amerika Selatan dan Afrika (Guenia). Spesies Elaeis melanococca atau Elaeis

oleivera diduga berasal dari Amerika Selatan dan spesies Elaeis guineensis

berasal dari Afrika (Guenia).

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian

vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang

dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan

terdiri dari bunga dan buah.

2.1.1. Bagian vegetatif

a. Akar

Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut. Akar kelapa sawit akan

tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan

kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan

air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan

permukaan air tanah, bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas

atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Fungsi utama akar adalah

(12)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

b. Batang

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, maka batangnya tidak

mempunyai kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi

sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan.

(Tim penulis, 1992).

c. Daun

Susunan daun tanaman kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu

membentuk susunan tajuk majemuk. Daun muda yang masih kuncup berwarna

kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin

efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan

juga sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, maka

semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi tanaman kelapa

sawit akan meningkat. (Tim penulis, 1992).

2.1.2. Bagian generatif

a. Bunga

Bunga kelapa sawit berumah satu. Pada satu batang terdapat bunga jantan

dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda. Tandan

bunga terletak di ketiak daun,mulai tumbuh setelah tanaman berumur sekitar satu

tahun. Letak Bunga jantan satu dengan lainnya sangat rapat dan membentuk

cabang-cabang bunga yang panjangnya antara 10-20 cm. Bunga jantan ini terdiri

dari enam helai benang sari dan enam perhiasan bunga. Sedangkan bunga betina

terletak dalam tandan bunga. Bunga betina memiliki tiga putik dan enam

perhiasan bunga. Di antara bakal buah hanya satu yang subur dan jarang terdapat

(13)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

b. Buah

Buah kelapa sawit menempel dikarangan yang disebut tandan buah. Dalam

satu tandan terdiri dari puluhan sampai ribuan buah. Tandan buah akan mencapai

ukuran maksimal (terbesar) pada umur 4,5-5 bulan. Pada umur ini mulai dibentuk

zat-zat minyak yang disusun dalam sel-sel penyusun disela-sela sabut buah

minyak sawit berwarna jingga karena banyak mengandung karoten. Bersamaan

dengan pembentukan minyak, warna kulit buah akan berubah dari ungu menjadi

orange merah.

Perubahan kulit buah yang terjadi saat turun hujan menyebabkan

buah-buah yang berjatuhan tersebut akan lepas dari tandannya (rontok). Berdasarkan

buah-buah yang berjatuhan tersebut dapat ditentukan kriteria kemasakan buah.

Buah kelapa sawit memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

a. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,

warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah

menjadi orange merah atau kuning orange.

b. Mesokarp atau sabut. Diantara jaringan-jaringannya ada sel pengisi seperti

spons atau karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO),

jika buah sedang masak.

c. Endokarp atau tempurung. Ketika buah masih muda, endokarp memiliki

tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp

berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp

tergantung pada varietasnya, contohnya varietas dura memiliki endokarp

sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis, bahkan tanpa

(14)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

d. Kernel, biji atau inti. Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam

kelapa, tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel

mengandung minyak (PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna

jernih, dan bermutu sangat tinggi. (Sastrosayono, 2003).

2.2. Klasifikasi kelapa sawit

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Palmales

Suku : Palmae

Marga : Elaeis

Jenis : Elaeis guineensis Jack

(Sastrosayono, 2003).

2.3. Pemanenan kelapa sawit

Pemanenan dilakukan pada saat buah mulai masak, kandungan minyak

dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Hal ini disebabkan adanya

proses konversi karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Setelah kadar minyak

dalam buah mencapai maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam

lemak bebas dalam buah akan terus naik. Ciri-ciri tandan buah yang masak

ditentukan oleh angka kematangan, yaitu jumlah buah yang brondol dari

(15)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

2.4. Tahapan proses pengolahan tandan buah segar (TBS)

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit

yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan

memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan atau brondolan dari

Tempat Pemungutan Hasil (TPH) ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit

dan hasil-hasil sampingnya.

Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan

minyak akan diuraikan sebagai berikut ini:

2.4.1. Stasiun penerimaan buah (Reception Station)

a. Jembatan timbang (weight brigde)

Jembatan timbangan merupakan alat ukur digital dengan satuan kilogram

yaitu mempunyai dua alat timbang dengan kapasitas 30 x 40 ton yang digunakan

di pabrik untuk mengetahui :

- Jumlah fresh fruit bunch (FFB) yang diterima setiap harinya.

- Jumlah produksi CPO yang dikeluarkan untuk dipasarkan.

- Jumlah inti sawit (kernel) yang dikeluarkan untuk dipasarkan.

- Jumlah janjangan kosong yang akan dikeluarkan untuk digunakan sebagai

pupuk tanaman pada pohon sawit.

- Jumlah bahan-bahan kimia yang diterima.

b. Loading ramp (tempat penuangan buah segar)

Loading ramp merupakan tempat untuk menerima FFB yang akan diolah terdiri dari 16 pintu dan kapasitas masing–masing pintu 30 ton, tetapi sebelum

FFB yang diterima harus disortir dan harus sesuai dengan kriteria FFB di PT. PP.

(16)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

mentah/unripe (tidak ada brondolan), buah matang/under ripe (boleh ada

brondolan tapi kurang dari 20 buah), masak/normal ripe (lebih dari 20 brondolan

sampai kepada buah yang mengisi janjang lebih dari 50%, terlalu masak/over ripe

(lebih dari 50% buah membrondol), busuk/rotten (sebagian tandan buah busuk),

buah tidak wajar/abnormal (tidak dapat ditentukan karena merupakan faktor

alam), memar/bruised (tidak ada buah pada janjangan), long stalk (panjang

tangkai lebih 2 cm).

c. Fruit cages (keranjang buah)/lorry

Fruit cages merupakan tempat buah yang telah selesai disortir langsung

dituang ke loading ramp dan diteruskan ke lorry dengan kapasitas 4 ton/lorry yang

digunakan sebagai alat transportasi dan tempat FFB ke stasiun sterilization untuk

disterilisasi.

2.4.2. Sterilization station/stasiun perebusan

Sterilization station merupakan alat yang berfungsi untuk mensterilkan

FFB. Kapasitas 1 vessel sterilisasi dapat memuat 7 lorry FFB dengan sistem

perebusan triple peak, lamanya waktu perebusan 115 menit dari awal masuknya

lorry hingga keluarnya lorry. Lamanya waktu sistem triple peak 95 menit dengan

temperatur 1400C.

Adapun tujuan perebusan adalah sebagai berikut :

- Untuk menonaktifkan enzim-enzim lipase.

- Untuk mengurangi kadar air pada FFB.

- Untuk mempermudah lepasnya buah dari janjangan.

- Untuk mempermudah pelepasan inti dari cangkang.

2.4.3. Stasiun penebah

(17)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

a. Tippler

Tippler merupakan alat yang berfungsi untuk menuangkan buah ke Bunch

elevator dan diteruskan ke Thressing Station.

b. Thressing station (stasiun penebahan)

Thressing station merupakan ialah alat untuk memisahkan buah kelapa sawit

dari tandannya dengan sistem bantingan dengan putaran 22 rpm. Buah yang

lepas dari tandan akan keluar melalui kisi-kisi Threser dan jatuh ke Conveyor

threser lalu diteruskan ke fruit elevator (sebagai alat penghantar) ke stasiun

selanjutnya.

c. Fruit conveyor

Fruit conveyor merupakan material handling untuk material loose fruit menuju

ke fruit elevator.

d. Fruit elevator

Fruit elevator merupakan material handling loose fruit hasil pemipilan

yang dibawa oleh bottom conveyor menuju ke digester.

2.4.4. Stasiun pressing

Pada stasiun pressing ada 2 tahap perlakuan:

a. Digester (pelumatan)

Digester merupakan alat yang digunakan untuk melumatkan agar sel–sel

daging buah terbuka dan minyak keluar pada temperatur 1000C dan putaran dari

digester 23 rpm dimana kapasitas dari digester 1,5 ton/jam yang berputar secara

(18)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

b. Screw press

Screw press merupakan alat yang digunakan untuk meremas pericarp

dengan sistem dua ulir yang berputar berlainan arah dan didukung oleh satu alat

hydrolic dengan 42 A yang bekerja secara automatic, dengan putaran 10,5 rpm.

Akibat tekanan maka CPO akan keluar dan dialirkan melalui oil gutter yang

dicampur dengan air memiliki temperatur 1000C dan banyaknya air yang

ditambahkan 18% dari FFB, kemudian hasilnya disebut dengan Dillution Crude

Oil (DCO) yang akan diteruskan ke stasiun klarifikasi untuk pemurnian minyak

menjadi CPO yang sebelumnya dilewatkan pada vibrating screen yang berfungsi

menyaring serabut dan lumpur yang terikut bersama DCO yang memiliki 2 lapis

saringan yang diatas 20 mesh dan dibawah 40 mesh, lalu kotoran lain dan biji

yang bercampur bersama ampas masuk ke cake breaker conveyor sebagai

penghantar ke pengolahan biji.

2.4.5. Stasiun klarifikasi (pemurnian minyak)

Stasiun klarifikasi merupakan stasiun pengolahan minyak dimana DCO

dialirkan ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut yang pada akhirnya

diperoleh CPO. Pemurnian minyak dilakukan dengan sistem penyaringan,

pemisahan, dan pemurnian. Untuk hal ini ada beberapa unit yang harus

dilewati yaitu:

a. Unit sand trap

Unit sand trap merupakan alat berupa tangki yang dalamnya ada beberapa

sekat, kegunaan alat ini adalah untuk menangkap pasir dan partikel-partikel berat

(19)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

b. Unit vibrating screen

Unit vibrating screen merupakan alat yang berfungsi sebagai

penyaring/pengayak material berupa DCO yang berasal dari hasil pengepresan.

Alat ini terdiri dari 2 tingkat penyaringan, 20 mesh dan 40 mesh.

c. Unit DCO tank

Unit DCO tank merupakan tempat DCO yang telah melalui proses

penyaringan, kemudian dipompakan ke Distributor tank.

d. Unit clarifier tank

Unit clarifier tank merupakan alat yang berfungsi untuk menampung DCO

yang akan memisahkan komponen yang terdapat pada DCO antara lain oil,

emulsion, air, solid dan impiuritis. Dimana minyak yang akan diambil dengan

sistem pengendapan yaitu air, solid dan impiuritis akan mengalir ke sludge tank

melalui under flow, sedangkan minyak di permukaan atas akan diatur secara over

flow melalui skimmer mengalir ke clean oil tank. Pada unit clarifier ini

pemisahan terjadi karena adanya perbedaan berat jenis (BJ). Pemisahan dilakukan

dengan temperatur 1000C untuk memudahkan penguraian DCO.

e. Unit clean oil tank

Unit clean oil tank merupakan tempat penampungan minyak sebelum

masuk ke oil purifier, didalam tangki minyak tetap dipanaskan dengan steam

pada temperatur 800C dengan kapasitas tangki 147 ton. Pada tangki masih ada

sedikit kotoran yang mengendap maka endapan ini sesekali dibuang ke Oil Box

(20)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

f. Unit oil purifier

Unit oil purifier merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak

dengan kotoran yang mungkin terbawa pada minyak. Proses pemisahan ini

menggunakan sistem centirfugal dengan putaran 2500 rpm, dengan adanya

putaran ini kotoran akan mengendap dan terbuang ke sludge pit, sedangkan

minyak mengalir ke floating tangki, efisiensi alat ini adalah 85%. Pemisahan ini

didasarkan atas perbedaan BJ dari minyak dan kotoran (lumpur).

g. Unit vacuum drier

Unit vacuum drier merupakan alat yang berfungsi untuk mengurangi

kadar air yang masih terkandung dalam minyak. Pada proses ini kadar air yang

larut dalam minyak akan terhisap oleh adanya vakum udara dengan laju tekanan –

0,85 bar, maka minyak sudah dapat dikatakan bersih dan murni, kemudian minyak

dialirkan ke storage tank. Didalam storage tank minyak tetap dipanaskan dengan

steam yang temperaturnya 550C agar minyak dalam keadaan cair selama

penyimpanan.

h. Unit storage tank

Unit stronge tank merupakan tempat penimbunan CPO sebelum di loading

ke truk tangki.

i. Unit sludge tank

Unit sludge tank merupakan alat yang berfungsi sebagai penampung dari

clarifier tank dialirkan secara under flow dari bagian bawah clarifier dengan

kapasitas 22 ton, disini terjadi pemisahan dengan sistem pengendapan dan diberi

(21)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

j. Unit sand cyclone

Unit sand cyclone merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring pasir yang

terdapat dalam minyak dengan sistem centrifugal, pasir akan terbuang ke parit

secara otomatis, sedangkan minyak akan mengalir ke balance tank.

k. Unit brush strainer

Unit brush stainer merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring serabut

yang dimungkinkan terbawa minyak dengan cara melewatkan minyak melalui

brush strainer dengan sistem putaran, sehingga minyak akan keluar melalui

nozel-nozel yang memiliki saringan sehingga serabut akan tertinggal dinozel

dan minyak dialirkan ke sand cyclone.

l. Unit balance tank

Unit balance tank merupakan tangki lumpur yang sudah melalui alat Sand

Cyclone dan Brush Strainer. Tangki ini juga berfungsi agar feeding ke Centrifuge

sama dan tidak turbulance.

m. Unit sludge centrifuge

Pada unit sludge centrifuge ini minyak di centrifugal kembali untuk

memastikan pasir dan kotoran (lumpur) lainnya tidak ada. Minyak mengalir ke oil

box untuk di proses kembali ke DCO tank. Pasir, air, dan kotoran keluar melalui

nozel masuk ke sludge pit.

n. Unit sludge pit

Unit sludge pit merupakan bak tempat pembuangan limbah cair dari proses

(22)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

2.4.6. Stasiun pengolahan biji (kernel recovery station)

Stasiun pengolahan biji adalah proses pemisahan inti dari cangkang,

serabut dan kotoran lain. Maka pada proses itu ada beberapa peralatan yang

bekerja secara berkaitan yaitu:

a. Unit cake breaker conveyor

Unit cake breaker conveyor merupakan alat yang berfungsi untuk

menguraikan biji dan fiber dengan sistem putaran 33 rpm dan kemiringan 300

berputar secara spiral, sehingga biji dan fiber yang telah terurai terhantar ke

Depericarper.

b. Unit fibre cyclone

Unit fibre cyclone merupakan alat yang berfungsi menarik/menghisap fiber

dengan sistem pneumatik, kemudian dialirkan ke boiler melalui fuel conveyor.

c. Unit depericarper

Unit depericarper merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan biji dan

ampas dimana ampas akan ditarik keatas oleh fibre cyclone dengan pneumatic

system, fiber masuk ke fuel conveyor kemudian diteruskan ke boiler

sedangkan biji diteruskan ke Nut Polishing Drum.

d.Unit distoner

Unit distoner merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan benda-benda

berat yang dimungkinkan terbawa misalnya: batu, baut dan lain–lain. Dengan

bantuan alat Dust Cyclone maka debu yang terbawa akan terhisap dan benda

berat akan jatuh, lalu biji tertarik ke Nut Hopper melalui conveyor.

(23)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

e. Unit nut elevator

Unit nut elevator merupakan alat yang berfungsi untuk menstranfer nut

(biji), dari secondary depericarper ke Nut Grading Drum.

f. Nut grading

Nut grading merupakan alat yang berfungsi memisahkan biji berdasarkan

ukuran dua fraksi:

Fraksi 1 : diameter < 15 mm, masuk ke Nut Hopper 1

Fraksi 2 : diameter > 15 mm, masuk ke Nut Hopper 2.

g. Unit nut hopper

Unit nut hopper merupakan alat yang berfungsi sebagai penampungan biji

sebelum dipecah oleh Ripple Mill. Kapasitas isi Nut Hopper diatur hanya untuk

menampung sementara sebagai umpan biji ke ripple mill dengan magnetic feeder

system.

h. Unit ripple mill

Unit ripple mill merupakan alat yang berfungsi untuk memecahkan biji

dengan sistem putaran centrifugal, dimana rotor melalui sudutnya

melemparkan biji ke dinding dengan sistem putaran, baik tidaknya proses ini

tergantung pada besarnya putaran (tetapi sebelum biji masuk ke ripple mill

dilewatkan pada fader magnetic untuk menahan besi yang mungkin terbawa

oleh biji). Ripple Mill memiliki effisiensi sebesar 90-92%.

i. Unit winnower 1

Unit winnower 1 merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan fase

(24)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

ini adalah kernel. Fase berat jatuh ke vibrating grade, fase sedang ke winnower 2

dan fase ringan (free shell) terangkat dan menjadi bahan bakar boiler.

j. Unit winnower 2

Unit winnower 2 merupakan alat yang fungsinya sama dengan winnower 1,

hanya fase beratnya jatuh ke kernel elevator, fase sedang jatuh ke Clay Bath

dan fase ringan terangkat menjadi bahan bakar boiler.

k. Unit clay bath

Pada unit clay bath cangkang dan inti pecah dari crake mixture cyclone

masuk ke clay bath untuk proses pemisahan dimana dimasukkan kedalam larutan

CaCO3 dengan berat jenis 1,14 sehingga inti pecah dengan berat jenis 1,018 akan

berada diatas permukaan, cangkang dengan berat jenis 1,012 berada dibawah lalu

dipisahkan. Inti pecah mengalir ke kernel elevator sebelumnya dilewatkan pada

ayakan, cangkang dialirkan ke shell cyclone untuk bahan bakar boiler.

l. Unit vibrating grade

Unit vibrating grade merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan inti

dengan biji yang belum pecah. Vibrating grade merupakan ayakan yang

digerakkan oleh electro motor, hasil pemisahan biji yang belum pecah akan

kembali ke Nut Hopper untuk proses ulang melalui conveyor sedangkan inti

masuk ke kernel elevator dan seterusnya ke kernel drier untuk dipanaskan.

m. Unit kernel elevator

Unit kernel elevator merupakan alat yang berfungsi memindahkan material

berupa whole wet kernel, broken wet kernel ke distribusi conveyor, lalu di

distribusikan ke kernel drier.

(25)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

n. Unit kernel drier

Pada unit kernel drier inti sawit yang telah dihasilkan dipanaskan dengan

sistem penghembusan udara panas. Dimana terdapat dua tahap pemanasan yaitu:

Tahap 1 dengan temperatur 850C selama 3 jam dan tahap 2 dengan temperatur

700C selama 3 jam, dengan ketebalan pada kernel drier 42 cm sehingga

pemanasan merata ke seluruh permukaan inti. Kemudian conveyor bulk silo inti

dilewatkan melalui cyclone (penghisap) fiber mungkin masih terbawa lalu

dialirkan ke bulk silo dan siap dipasarkan.

o. Unit kernel bulking silo

Unit kernel bulking silo merupakan tempat penyimpanan kernel, yang

sudah siap untuk dipasarkan

(PT. PP. LONSUM, 2005).

2.5. Komposisi kimia minyak kelapa sawit

Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang

kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40%. Minyak kelapa

sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.

Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada

(26)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa

sawit. (Ketaren, 1986).

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit Minyak Inti Sawit

Asam kaprilat

2.6. Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit

Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,

kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan,

slipping point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point). Warna

minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses

pemucatan, karena asam-asam lemak dan gliserin tidak berwarna. Warna orange

atau kuning disebabkan oleh adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak.

Bau dan flavour dalam minyak terdapat secara alami juga terjadi akibat kerusakan

minyak. Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh

persenyawaan betaiodine. Titik cair minyak tergantung pada asam lemak yang

(27)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

2.7. Sifat kimia minyak dan lemak

Minyak pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak (mempunyai rantai

lurus monokarboksilat dengan jumlah atom karbon yang genap). Reaksi yang

penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisis,oksidasi dan hidrogenasi.

a. Hidrolisis

Dalam reaksi hidrolisis, minyak atau lemak akan dirubah menjadi

asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis yang dapat mengakibatkan

kerusakan minyak atau lemak karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau

lemak tersebut.

Minyak atau lemak dapat dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak

karena adanya air. Reaksi ini dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim.

Hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada

semua jaringan yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan

diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas menjadi tinggi. Minyak yang telah

terhidrolisis menjadi berwarna coklat.

Reaksi hidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak (Ketaren, 1986)

(28)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

b. Oksidasi

Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah

oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau

tengik pada minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida

dan tingkat selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak disertai dengan

konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.

(Ketaren, 1986).

c. Hidrogenasi

Hidrogenasi disebut pengerasan, menyebabkan penjenuhan/ikatan rangkap

dalam rangkaian asam lemak dari trigliserida. Dua akibat yang ditimbulkan yaitu

titik cair lemak atau minyak akan naik, dan lemak atau minyak menjadi lebih

stabil terhadap ketengikan oksidatif. (Adiono, 1987).

2.8. Standar mutu minyak kelapa sawit

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan

dunia. Berbagai industri, baik pangan maupun nonpangan, banyak yang

menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak

sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan

harga dan nilai komoditas ini.

Di dalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat

dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti

benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak

(29)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

antara lain titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Sedangkan yang

kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran.

Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi standart mutu

internasional, yang meliputi kadar air dan kotoran, kadar asam lemak bebas,

logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Dalam dunia

perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih penting.

(Tim penulis, 1992).

Tabel 2.2. Standar mutu minyak sawit (PT. PP. LONSUM, 2005).

Karakteristik Minyak sawit Keterangan

Asam lemak bebas

2.10. Cara-cara penentuan kadar air pada minyak dan lemak

Penetapan kadar air pada minyak dan lemak dapat ditentukan dengan berbagai

cara yaitu cara hot plate, cara oven terbuka dan cara oven hampa udara.

(Ketaren, 1986).

a. Cara hot plate

Cara hot plate dapat digunakan untuk menentukan kadar air dan bahan lain

yang menguap yang terdapat dalam minyak dan lemak. Cara tersebut dapat

digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak. Termasuk emulsi seperti

(30)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

tinggi. Untuk minyak yang diperoleh melalui ekstraksi dengan pelarut menguap

cara tersebut diatas tidak dapat digunakan.

Sebelum dilakukan pengujian contoh minyak harus diaduk dengan baik,

karena air cenderung untuk menguap. Dengan pengadukan maka

penyebaran air dalam contoh akan merata.

Contoh ditimbang 5-20 gram didalam gelas piala yang kering dan telah

didinginkan dalam desikator, kemudian contoh dipanaskan diatas hotplate sambil

memutar gelas piala secara perlahan-lahan dengan tangan agar minyak tidak

memercik. Pemanasan dihentikan setelah tidak terlihat lagi gelembung gas atau

buih. Cara lain yang lebih baik yaitu dengan meletakkan gelas arloji, pada akhir

pemanasan suhu minyak tidak boleh lebih dari 130°C. Selanjutnya contoh

dimasukkan kedalam desikator dan didinginkan sampai suhu kamar. Kemudian

ditimbang. Penyusutan bobot disebabkan oleh bobot dari air dan zat menguap

yang terkandung dalam minyak.

Bobot yang hilang (g)

Kadar air dan zat menguap (%) = x 100 %

Bobot sampel (g)

b. Cara oven terbuka

Cara oven terbuka (air oven method) digunakan untuk lemak hewani dan

nabati, tetapi tidak dapat digunakan untuk minyak yang mengering (drying oils)

atau setengah mengering (semi drying oils). Contoh yang telah diaduk,

selanjutnya ditimbang seberat 5 gram di dalam “cawan kadar air” (moisture dish),

(31)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

30 menit. Contoh diangkat dari oven dan didinginkan didalam desikator sampai

suhu kamar, kemudian ditimbang. Pekerjaan ini diulang-ulang sampai kehilangan

bobot selama pemanasan 30 menit tidak lebih dari 0,05%.

Bobot yang hilang (g)

Kadar air dan zat menguap ( % ) = x 100 %

Bobot sampel (g)

c. Cara oven hampa udara

Cara oven hampa udara (vacuum oven method) dapat digunakan untuk

semua jenis minyak dan lemak, kecuali minyak kelapa dan minyak yang sejenis

yang tidak mengandung asam lemak bebas lebih dari 1%.

Contoh yang telah diaduk ditimbang seberat 5 gram di dalam,

”cawan kadar air”, kemudian dikeringkan didalam oven hampa udara

pada suhu tidak lebih dari 25°C. Contoh diangkat dari oven dan

didinginkan didalam desikator sampai suhu kamar, kemudian

ditimbang. Bobot tetap diperoleh jika selama pengeringan 1 jam

perbedaan penyusutan bobot tidak lebih dari 0,05%.

Bobot yang hilang (g)

Kadar air dan zat menguap ( % ) =

x 100%

Bobot sampel (g)

Metode yang dilakukan laboratorium PT. PP. London Sumatera

(32)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

2.11. Pengaruh kadar air terhadap mutu minyak kelapa sawit

Mutu minyak kelapa sawit yang baik adalah minyak kelapa sawit yang

mempunyai kadar air sebesar 0,20% dan kadar asam lemak bebasnya sebesar

3,0%. Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit adalah kadar

airnya.

Dan jika kadar air dalam minyak sawit sangat tinggi (>0,20%) maka akan

mengakibatkan terjadinya hidrolisis lemak, dimana hidrolisis dari minyak sawit

ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan

ketengikan dan menghasilkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut.

Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan, maka

harus dilakukan pengawasan yang intensif pada penimbunan dan pada proses

pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya

(33)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

BAB III

METODOLOGI

Metodologi penetapan kadar air yang dilakukan terhadap CPO di

laboratorium PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk adalah secara

gravimetris.

3.1. Sampel

Sampel yang digunakan untuk penetapan kadar air adalah CPO yang

diperoleh dari laboratorium PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk Turangie Oil

Mill.

3.2. Alat

Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, cawan porselen, oven

electric, desikator, tang penjepit.

3.3. Prosedur kerja

- Tempatkan cawan yang bersih dalam oven dan keringkan pada suhu

103° ± 2°C selama paling sedikit 15 menit dan dinginkan selama ½ jam

dalam desikator, timbang cawan kering (51,3848 g).

- Timbang sampel CPO dalam cawan (16,1432 g).

- Keringkan sampel dalam oven pada suhu 103°± 2°C selama 3 jam.

- Pindahkan cawan berisi sampel dan dinginkan dalam desikator selama ½

jam.

(34)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

Rumus :

Berat awal – Berat akhir

% Kadar air = x 100 % Berat Sampel

= 67,5258 – 67,5006 16,1432

x 100%

= 0,15%

(35)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

Pengeringan adalah suatu metode untuk menghilangkan sebagian air dari

suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi

panas. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada

setiap tempat secara merata dari bahan tersebut dan uap air dikeluarkan dari

seluruh permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap

diudara mempengaruhi pengeringan.

Dari hasil penetapan kadar air terhadap CPO yang diproduksi oleh PT. PP.

London Sumatera Indonesia Tbk secara gravimetris adalah 0,15% sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan yaitu 0,20%.

Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam sampel.

Kadar air dapat mempengaruhi mutu CPO, semakin tinggi kadar air, maka

semakin rendah mutu CPO. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan hidrolisis

yang akan merubah minyak menjadi asam-sam lemak bebas sehingga dapat

menyebabkan ketengikan. (Ketaren, 1986).

Kadar air yang tinggi didalam CPO dapat disebabkan oleh buah yang

rusak atau busuk. Buah yang rusak atau busuk dapat disebabkan pada waktu

pemanenan dan pemotongan yang dilakukan tidak baik, yaitu panen yang tidak

(36)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penetapan kadar air terhadap CPO yang diproduksi oleh PT. PP.

London Sumatera Indonesia Tbk, secara gravimetris adalah 0,15% sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan yaitu 0,20%.

5.2. Saran

Untuk kajian lebih lanjut sebaiknya dilakukan juga analisis untuk beberapa

parameter lain misalnya penetapan bilangan peroksida, penetapan bilangan iodin

(37)

Henni Chaerani Siregar : Penetapan Kadar Air Dalam Crude Palm Oil (CPO) Secara Gravimetris, 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K. A., et al, 1987, Ilmu Pangan, Penterjemah Adiono, H. P., penerbit

UI-Press, Jakarta, Halaman 332-333.

Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Cetakan

pertama, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, Halaman 26-255.

PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA. Tbk, 2005, Penetapan Kadar Air

dalam Crude Palm Oil ( CPO ), Turangie Oil Mill.

Sastrosayono, S., 2003, Budi Daya Kelapa Sawit, Penerbit Agromedia Pustaka,

Purwokerto, Halaman 1-10.

Setyamidjaja, Djoehana, 1991, Budi Daya Kelapa Sawit, Penerbit Kanisius,

Yogyakarta, Halaman 17-18.

Tim Penulis, PS, 1997, Kelapa Sawit Usaha Budi daya dan Pemanfaatan Hasil

dan Aspek Pemasaran, Cetakan ke-1, Penerbit Swadaya, Jakarta, Halaman

53-147.

Yan, Fauzi, dkk., 2002, Kelapa Sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah

Analisis Usaha dan Pemasaran, Edisi Revisi, Penerbit Penebar Swadaya,

Gambar

Tabel                                                                                        Halaman
tabel  berikut bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3%.
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa
Tabel 2.2.  Standar mutu minyak sawit (PT. PP. LONSUM, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan analisa penentuan kadar asam lemak bebas pada minyak CPO (crude palm oil) di PTPN IV Unit Usaha Adolina Perbaungan dengan menggunakan metode titrasi

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Dimana pada penentuan kadar air dilakukan

PENENTUAN Deoteration Of Bleachability Index (DOBI) PADA CRUDE PALM OIL (CPO) DAN CRUDE COCONUT OIL (CNO) SECARA SPEKTROFOTOMETRI DI PT..

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ).. Dimana pada penentuan kadar air dilakukan

Palm plantations of Australia is able to supply large quantities of crude palm oil (CPO) as per Malaysian PORAM specifications.. Spesifikasi Palm Fatty Acid Destillate (PFAD)

Industri minyak goreng berdasarkan produksi crude palm oil (cpo) dari daerah Industri minyak goreng berdasarkan produksi crude palm oil (cpo) dari daerah asal ialah dengan

Untuk mengetahui mutu Crude Palm Oil ( CPO ) dengan cara pemeriksaan kandungan kadar Asam Lemak Bebas (% ALB) pada minyak CPO yang dikirim Oleh

Bebas (ALB) Minyak CPO ( crude palm oil) dari Vacum Dryer dan Tangki Timbun Dengan.. Metode