• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EFEK IRADIASI GAMMA TERHADAP

KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENURUNKAN

KADAR KOLESTEROL SECARA

IN VITRO

SKRIPSI

MELIA PUSPITASARI

1110102000065

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(2)

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

EFEK IRADIASI GAMMA TERHADAP

KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENURUNKAN

KADAR KOLESTEROL SECARA

IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi

MELIA PUSPITASARI

1110102000065

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Melia Puspitasari

NIM : 1110102000065

Tanda Tangan :

(4)

iv HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Melia Puspitasari

NIM : 1110102000065

Program Studi : Farmasi

Judul : Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan

Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Melia Puspitasari

NIM : 1110102000065

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam

Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Ditetapkan di : Ciputat

(6)

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ABSTRAK

Nama : Melia Puspitasari

Program Studi : Farmasi

Judul : Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro

Kitosan merupakan biopolimer alami kedua terbanyak di alam setelah selulosa, salah satunya dihasilkan dari limbah kulit udang. Derajat deasetilasi dan berat molekul merupakan parameter utama yang mempengaruhi karakteristik kitosan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kitosan memiliki aktivitas hipokolesterolemia secara in vitro. Mengacu pada penelitian tersebut, dilakukan uji skrining awal efek iradiasi gamma terhadap kemampuan kitosan dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iradiasi gamma terhadap derajat deasetilasi kitosan, berat molekul viskositas rata-rata (Mv) kitosan, serta aktivitas penurunan kadar kolesterol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi kitosan non iradiasi adalah 96,658% dan kitosan iradiasi adalah 94,073%. Radiasi juga menyebabkan penurunan berat molekul viskositas (Mv) kitosan yaitu semakin besar dosis radiasi menghasilkan kitosan dengan berat molekul viskositas yang semakin rendah. Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas penurunan kadar kolesterol kitosan non iradiasi dan kitosan iradiasi dengan 3 dosis radiasi yang berbeda yaitu 50, 100, dan 150 kGy. Uji penurunan kadar kolesterol pada penelitian ini menggunakan metode Rudel-Morris dan Zak (FeCl3-H2SO4) secara in vitro. Serapan dari kolesterol yang tidak diikat dengan kitosan diukur dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan rata-rata persentase penurunan kadar kolesterol dari kitosan 0 kGy, 50 kGy, 100 kGy dan 150 kGy berturut-turut adalah 5,10%; 15,14%; 31,02%; and 42,62%. Berdasarkan kemampuan pengikatan kolesterol oleh kitosan, kitosan 150 kGy mempunyai aktivitas penurunan kadar kolesterol yang tertinggi. Selain itu, hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa persentase penurunan kadar kolesterol dari kitosan 150 kGy berbeda secara bermakna dengan kitosan 0, 50, dan 100 kGy.

(7)

ABSTRACT

Name : Melia Puspitasari Program Study : Pharmacy

Tittle : The Effect of Gamma Irradiation on the Ability of Chitosan to Reduce Cholesterol Level In Vitro

Chitosan is the second largest natural biopolymer in nature after cellulose which is produced from shrimp shell waste. The degree of deacetylation and molecular weight of chitosan is the main parameters that affect the characteristics of chitosan. The previous study reported that the chitosan had in vitro hipokolesterolemia activity. The initial screening test of the effect of gamma irradiation on the activity of chitosan in lowering cholesterol levels in vitro has been conducted. The purpose of this research is to determine the effect of gamma irradiation on the degree of deacetylation of chitosan, viscosity average molecular weight (Mv) of chitosan, and cholesterol lowering activity. The results showed that the degree of deacetylation of non-irradiated chitosan is 96.658% and irradiated chitosan is 94.073%. Radiation also caused a decrease in the viscosity molecular weight (Mv) of chitosan which the greater doses of radiation produce the lower viscosity molecular weight chitosan. In this experiment the cholesterol lowering activity of unirradiated and irradiated chitosan in three irradiation doses 50, 100, and 150 kGy. Cholesterol lowering activity was tested in vitro using Rudel-Morris and Zak (FeCl3-H2SO4) method. Absorbance of cholesterol which is not bound to chitosan was measured using Uv-Vis spectrophotometer. The results of this study showed that the reduction average percentage in cholesterol levels of chitosan 0 kGy, 50 kGy, 100 kGy and 150 kGy respectively is 5,10%; 15,14%; 31,02%; and 42,62%. Based on the binding ability of cholesterol by chitosan, chitosan 150 kGy had the highest cholesterol-lowering activity. Moreover, the statistical analysis ANOVA showed that the percentage in cholesterol level of chitosan irradiated with 150 kGy has the significant differences with chitosan 0, 50, and 100 kGy.

(8)

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga, para sahabat serta kita sebagai umatnya. Penulisan skripsi

yang berjudul “Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam

Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitrobertujuan untuk memenuhi

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dr. Darmawan Darwis., Apt dan Yardi Ph.D, Apt sebagai dosen

pembimbing yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan, ilmu,

bimbingan, waktu, tenaga, dan dukungan kepada penulis.

2. Prof. Dr. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu

pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.

5. Kedua orang tua, ayahanda M. Soleh dan ibunda tercinta Ayati yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak pernah putus dan

dukungan baik moril maupun materil.

6. Kakak-kakak dan keponakan tersayang Maryati, Ayanih, Hasanudin, Arif,

Haerudin Hidayat, Asep Syaiful, Lina, Ike, dan Silvi yang telah memberikan

kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun materi

sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

7. Seluruh keluarga besar Prodi Farmasi FKIK yang telah memberikan

(9)

amat besar.

8. Ibu Dewi, Ibu Susi, Ibu Ayu, Ibu Ilin, dan Ibu Yoyoh yang telah membantu

dan memberikan masukan kepada penulis selama penelitian di BATAN.

Serta seluruh keluarga besar Staf BATAN yang telah memberikan

kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian serta bantuan dan

dukungan yang amat besar.

9. Sahabat-sahabatku tercinta “Ngocol” Zakiya Kamila. M, Fathmah Syafiqoh,

Jaga Paramudita, Diah Azizah, Dias Prakatindih, Syarifatul Mufidah, Desi

Syifa, dan Afifah Nurul Izzah atas kebersaaman, persaudaraan, bantuan,

semangat, motivasi dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai saat ini.

10.Teman – teman Farmasi 2010 Andalusia atas persaudaraan dan kebersamaan kita selama di bangku perkuliahan.

11.Seluruh laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian.

12.Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan

banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Akhir

kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu saya dalam penelitian ini. Amiin Ya Rabbal’alamiin.

Ciputat, 23 September 2014

(10)

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Melia Puspitasari

NIM : 1110102000065

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul :

EFEK IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 23 September 2014

(11)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI ...

2.1.1 Definisi Kitosan dan Proses Pembuatan Kitosan...

(12)

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.5. Metode Perhitungan Berat Molekul Viskositas Kitosan...

2.6. Uji In Vitro Penurunan Kadar Kolesterol... BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian...

3.2. Alat dan Bahan...

3.2.1 Alat ...

3.2.2 Bahan ...

3.2.2.1 Bahan Uji...

3.2.2.2 Bahan Kimia...

3.3. Prosedur Penelitian ...

3.3.1 Sampel Kitosan...

3.3.2 Iradiasi Kitosan...

3.3.3 Perhitungan Derajat Deasetilasi...

3.3.4 Pengukuran Berat Molekul Viskositas Kitosan...

3.3.5 Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol In Vitro... 3.3.5.1 Pembuatan Reagen FeCl3...

3.3.5.2 Pembuatan Asam Asetat 1%...

3.3.5.3 Pembuatan Larutan Baku Kolesterol Etanol.

3.3.5.4 Pembuatan Kurva Standar...

3.3.5.5 Pengukuran Kadar Kolesterol...

3.3.5.6 Analisa Data...

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 4.1 Sampel Kitosan dan Iradiasi Kitosan...

4.2 Penetapan Derajat Deasetilasi Kitosan ...

4.3 Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan...

(13)

4.5 Analisa Stratistik...

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Kesimpulan...

5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

38

40 40

40

(14)

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Derajat Deasetilasi dari Kitosan 0 dan 75

kGy...

Tabel 4.2. Waktu Rata-Rata Tiap Konsentrasi Larutan...

Tabel 4.3. Viskositas Spesifik dari Berbagai Dosis Radiasi...

Tabel 4.4. Viskositas Instrinsik dan Berat Molekul Viskositas (Mv)...

Tabel 4.5. Tabel Hasil Perhitungan Penurunan Kadar Kolesterol Oleh

Kitosan Non Iradiasi dan Hasil Iradiasi...

Tabel 4.6. Nilai Persen Rata-Rata Penurunan Kadar Kolesterol oleh

Kitosan...

29

30

31

32

36

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Perbedaan Struktur Kimia Kitin dan Kitosan...

Gambar 2.2. Deasetilasi Kitin Menjadi Kitosan...

Gambar 2.3. Struktur Kimia Kolesterol...

Gambar 4.1. Pemutusan Rantai Kitosan Pada Ikatan 1,4-β-glikosida... Gambar 4.2. Grafik Hubungan Dosis Radiasi dengan Berat Molekul

Viskositas (Mv) Rata-Rata Kitosan...

Gambar 4.3. Struktur Kimia Kolesterol...

Gambar 4.4. Kurva Standar Larutan Kolesterol...

Gambar 4.5. Persentase Penurunan Kadar Kolesterol oleh Kitosan Non

Iradiasi dan Hasil Iradiasi...

Gambar 4.6. Simulasi Pengikatan Molekul Kolesterol-Kitosan...

6

7

11

28

32

33

35

36

(16)

xvi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kerangka Penelitian ...

Lampiran 2. Skema Pengukuran Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan..

Lampiran 3. Skema Uji In Vitro Aktivitas Penurunan Kadar

Kolesterol...

Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Buffer Asetat...

Lampiran 5. Perhitungan Derajat Deasetilasi (DD) Kitosan...

Lampiran 6. Spektrum 1H NMR Kitosan 0 kGy dan 75 kGy...

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Waktu Rata-Rata Larutan Kitosan 0, 50,

100, dan 150 kGy pada Tiap Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3

%, dan 0,4%...

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Viskositas Spesifik (ƞsp) Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Tiap Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3

%, dan 0,4%...

Lampiran 9. Nilai Viskositas Intrinsik [ƞ] Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Masing-masing Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3 %,

dan 0,4%...

Lampiran 10. Grafik Penentuan Nilai Viskositas Instrinsik [η]...

Lampiran 11. Penentuan Berat Molekul Viskositas Rata-Rata (Mv)

Kitosan...

Lampiran 12. Kurva Standar...

Lampiran 13. Nilai Absorbansi Larutan Uji Kitosan...

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Kadar Kolesterol Akhir (ppm) (B)...

Lampiran 15. Penentuan Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Oleh

Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy...

Lampiran 16. Contoh Perhitungan Analisis Persentase Penurunan Kadar

Kolesterol Terhadap Kitosan 0 kGy...

Lampiran 17. Hasil Uji Statistik Persen Penurunan Kolesterol Kitosan 0,

50, 100, dan 150 kGy...

(17)

Lampiran 19. Gambar Kitosan Sebelum dan Sesudah Radiasi...

Lampiran 20. Gambar Penentuan Waktu Alir Larutan dengan Viskometer

Ostwald... Lampiran 21. Gambar Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol secara In

Vitro... 70

71

(18)

xviii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH

ANOVA : Analysis of Variance BM : Berat Molekul

BNT : Beda Nyata Terkecil

DD : Degree of Deacetylation (Derajat Deasetilasi)

HDL : High-density lipoprotein

kGy : kiloGray

LDL : Low-density lipoprotein

LSD : Least Significant Difference

Mv : Viscosity Average Molecular Weight

NMR : Nuclear Magnetic Resonance TG : Trigliserida

(19)

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan semakin modernnya kehidupan, manusia dituntut

untuk serba cepat dalam aktivitasnya. Hal ini menyebabkan sebagian

masyarakat cenderung mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) yang banyak mengandung lemak. Jika tidak diiringi dengan olahraga yang cukup,

hal ini dapat mengakibatkan munculnya timbunan lemak dalam tubuh,

terutama kolesterol. Salah satu penyakit akibat perubahan gaya hidup tersebut

adalah hiperkolesterolemia. Tingginya kadar kolesterol dalam darah juga

menyebabkan resiko terjadinya aterosklerosis yang merupakan faktor utama

penyebab penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab kematian

tertinggi di dunia. Menurut WHO, pada tahun 2005 sekitar 7,6 juta jiwa

meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner (Ridwan, 2002). Karena itu,

perlu dicarikan pemecahan dengan pendekatan ke arah pencegahan dan

peningkatan kualitas hidup.

Beberapa obat sintesis yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar

kolesterol antara lain derivat asam fibrat, pengikat asam empedu, penghambat

HMG-CoA reduktase, dan asam nikotinat (Tjay, 2007). Pada umumnya, obat

sintesis lebih efektif dalam menurunkan kadar lipid plasma darah, namun

memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain harganya mahal dan

efek samping yang ditimbulkan oleh senyawa tersebut menimbulkan

kecemasan dan ketidaknyamanan dalam pengobatan. Kondisi ini

menyebabkan sebagian masyarakat memilih bahan yang berasal dari alam

sebagai cara pengobatan dengan harga yang terjangkau, mudah dan resiko

efek samping yang lebih ringan (Aji etal., 2009).

Salah satu bahan alam yang belum banyak dieksplorasi di Indonesia

adalah kekayaan alam yang berasal dari perairan, padahal Indonesia dikenal

sebagai negara maritim. Wilayah perairan Indonesia juga merupakan sumber

(20)

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merupakan komoditas ekspor yang dapat diandalkan sebagai sektor perikanan

di Indonesia yang saat ini mengalami peningkatan produksi, baik usaha

penangkapan di alam maupun hasil budidaya dengan tambak udang. Selama

tahun 2010-2011 potensi budidaya udang rata-rata meningkat sebesar 6,10 %.

Statistik Kelautan & Perikanan melaporkan pada tahun 2011, Indonesia

memproduksi udang dengan total 400.388 ton. Dari total produksi tersebut,

75% nya digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Udang umumnya

diekspor hanya bagian daging dalam bentuk beku tanpa kepala dan kulit. Dari

proses pengupasan udang menyisakan kulit udang yang bisa mencapai

60-70% dari berat total udang (Darmawan et al., 2007).

Hasil pengupasan udang tersebut dianggap sebagai limbah yang belum

termanfaatkan secara baik dan berdaya guna. Salah satu alternatif upaya

pemanfaatan limbah cangkang udang menjadi produk yang bernilai ekonomis

tinggi adalah dengan mengekstraksi senyawa kitin yang terdapat di dalamnya,

lalu dengan proses deasetilasi kitin diolah menjadi kitosan, karena kitosan

mempunyai karakteristik fisika kimia yang lebih baik dibandingkan dengan

kitin (Rinaudo, 2006).

Kitosan memiliki gugus amina bebas yang membuat polimer ini

bersifat polikationik, sehingga polimer ini potensial untuk diaplikasikan

dalam pengolahan limbah, obat-obatan, dll (Shahidi et al., 1999). Kitosan mempunyai karakteristik fisik, biologi dan kimiawi yang baik sehingga telah

diizinkan sebagai bahan tambahan pangan di Jepang sejak 1983 dan Korea

sejak 1995 (Yogeshkumar N et al., 2013). Berdasarkan SK Badan POM RI No. HK. 00.05.52.6581 tahun 2007, kitosan diperbolehkan untuk digunakan

pada produk pangan di Indonesia. Mengingat sifat-sifatnya yang baik itulah,

maka dalam 20 tahun terakhir kitosan menjadi perhatian yang besar dari para

peneliti.

Sejak dua dekade yang lalu, PAIR BATAN telah berhasil mengisolasi

kitin dari limbah kulit udang dan mendeasetilasi kitin menjadi kitosan. Bahan

kitosan ini telah digunakan di bidang pertanian, selain itu kitosan juga dapat

digunakan di bidang farmasi dan kesehatan, antara lain sebagai antidiabetes

(21)

farmasi (Liu et al., 2008). Salah satu studi mengenai efek hipokolesterolemia oleh kitosan dikemukakan oleh Liu et al., (2008). Penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kitosan dengan derajat deasetilasi yang sama menghasilkan

kapasitas pengikatan kolesterol yang meningkat secara in vitro seiring penurunan berat molekul. Hal ini diperkirakan bahwa berat molekul dari

kitosan berpengaruh terhadap efek hipokolesterolemia. Penelitian secara in

vitro telah menunjukkan bahwa bila kitosan dicampur dengan kolesterol akan

terjadi reaksi pengikatan antara kitosan dengan kolesterol (Hawab, 2002).

Terikatnya molekul kolesterol oleh kitosan diharapkan dapat mengurangi

masuknya kolesterol berlebih ke dalam peredaran darah.

Berat molekul dan derajat deasetilasi sangat berpengaruh terhadap

kemampuan kitosan dalam aplikasinya. Salah satu metode untuk mengurangi

berat molekul kitosan dapat dilakukan dengan cara iradiasi gamma pada

kitosan yang dapat menyebabkan terjadinya pemutusan rantai molekul

kitosan sehingga menghasilkan kitosan dengan rantai molekul yang lebih

pendek dan iradiasi juga dapat berguna sebagai proses sterilisasi kitosan

tersebut. Teknologi radiasi memiliki beberapa keunggulan yaitu iradiasi dapat

dilakukan pada suhu kamar, tidak meninggalkan residu kimia seperti pada

proses kimia dan enzimatik, dan ramah lingkungan. Iradiasi juga tidak

menyebabkan bahan yang diiradiasi tersebut menjadi radioaktif dan juga tidak

menyebabkan toksik, sehingga obat yang dihasilkan dapat dikonsumsi dengan

aman (Pusat Diseminasi Iptek Nuklir).

Dari uraian diatas perlu adanya penelitian untuk meneliti efek kitosan

(produk BATAN) non iradiasi dan hasil iradiasi terhadap pengaruh

penurunan kadar kolesterol secara in vitro dengan menggunakan metode kolorimetri dari Rudel-Morris dan Zak yang merupakan skrining awal untuk

(22)

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh iradiasi gamma terhadap derajat

deasetilasi dan berat molekul kitosan?

2. Apakah kitosan yang telah diiradiasi memiliki kemampuan dalam

menurunkan kadar kolesterol secara in vitro?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan penurunan kadar kolesterol

dari kitosan hasil iradiasi dengan kitosan tanpa iradiasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh iradiasi gamma terhadap derajat deasetilasi

dan berat molekul kitosan.

2. Mengetahui apakah kitosan yang telah diiradiasi memiliki

kemampuan dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro. 3. Mengetahui perbedaan kemampuan kitosan iradiasi dengan kitosan

tanpa iradiasi dalam menurunkan kadar kolesterol.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi ilmiah bagi peneliti tentang aktivitas

kitosan iradiasi dan kitosan tanpa iradiasi dalam menurunkan kadar

kolesterol.

2. Memanfaatkan sumber daya alam yang belum terolah.

3. Sebagai pengetahuan dalam bidang ilmu kimia bahan alam dan

bidang industri farmasi dalam upaya pengembangan obat

antikolesterol yang dihasilkan dari kitosan non iradiasi atau hasil

(23)

1.5 Hipotesis

Kitosan hasil iradiasi yang diproduksi oleh BATAN mempunyai

aktivitas penurunan kadar kolesterol dilihat dari kemampuannya dalam

(24)

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitosan

2.1.1 Definisi Kitosan dan Proses Pembentukan Kitosan

Kitosan (poli-β-(1,4)-D-glukosamin) merupakan polimer karbohidrat yang diturunkan dari deasetilasi kitin yang merupakan

biopolimer alami yang berlimpah setelah selulosa (No H.K, 2007). Kitin

(poli-β-(1,4)-N-asetil-D-glukosamin) merupakan penyusun utama eksoskeleton dari hewan air golongan crustacea seperti kepiting dan udang. Kulit udang mengandung protein (25%-40%), kalsium karbonat

(45%-50%), dan kitin (15%-20%), tetapi besarnya kandungan komponen

tersebut tergantung pada jenis udangnya. Kitosan tersusun oleh monomer

2-amino-2-deoksi-D-glukosa dengan ikatan glikosida pada posisi β(1,4) sehingga kitosan merupakan polimer rantai panjang glukosamin dengan

rumus molekul (C6H11NO4)n. Kitin dan kitosan memiliki struktur yang

mirip dengan selulosa. Perbedaannya terletak pada posisi C2 dimana pada

kitin posisi C2 adalah gugus asetamida, sedangkan pada kitosan posisi C2

adalah gugus amina (Kim, 2011).

Gambar 2.1 Perbedaan Struktur Kimia Kitin dan Kitosan

[Sumber : Kim, 2011] NHCOCH3

(25)

Kitosan dibentuk melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan

deasetilasi. Demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam

encer yang bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terkandung

dalam bahan baku. Deproteinasi dilakukan dengan menggunakan larutan

basa encer untuk menghilangkan sisa-sisa protein yang masih terdapat

dalam bahan baku. Dan deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil

(Kim, 2011).

Proses deasetilasi (penghilangan gugus asetil) kitin menjadi kitosan

dapat dilakukan secara kimiawi maupun enzimatis. Secara kimiawi,

deasetilasi kitin dilakukan dengan penambahan NaOH, sedangkan secara

enzimatis digunakan enzim kitin deasetilase (Kim, 2011). Deasetilasi

adalah proses pemutusan gugus asetil dari glukosamin, derajat deasetilasi

menunjukkan banyaknya gugus asetil yang putus dari gugus glukosamin

dan jumlah presentase dari gugus amino pada struktur polimer. Semakin

besar derajat deasetilasi maka semakin banyak pula kitosan yang terbentuk

dari kitin, sehingga lebih mudah larut dalam asam encer. Deasetilasi kitin

akan menghilangkan gugus asetil dan menyisakan gugus amino yang

bermuatan positif, sehingga kitosan bersifat polikationik (Shahidi et al., 1999). Proses lepasnya gugus asetil (deasetilasi) dari bentuk kitin menjadi

kitosan dapat diamati dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Deasetilasi Kitin Menjadi Kitosan

(26)

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Karakteristik Kitosan

Secara umum kitosan mempunyai bentuk fisik berupa padatan

amorf berwarna putih dengan struktur kristal yang tidak berubah dari

bentuk kitin. Kitosan mempunyai karakteristik kimia dan biologi sebagai

berikut (Dutta, 2004):

Karakteristik Kimia :

 Memiliki gugus amino reaktif

 Memiliki gugus hidroksil reaktif

 Mampu mengkelat logam-logam transisi

Karakteristik Biologi :

 Biokompatibel (polimer alami, biodegradabel didalam tubuh manusia, aman, dan tidak toksik)

 Mampu berikatan dengan sel mamalia dan mikroba dengan kuat

 Mempercepat pembentukan osteoblas yang bertanggung jawab untuk

pembentukan tulang

 Hemostatik

 Fungistatik dan spermisid

 Antitumor dan antikolesterol

Dua faktor utama yang menjadi ciri dari kitosan adalah viskositas

atau berat molekul dan derajat deasetilasi. Oleh sebab itu, pengendalian

kedua parameter tersebut dalam proses pengolahannya akan menghasilkan

kitosan dengan berbagai karakteristik yang dapat diaplikasikan di berbagai

bidang. Derajat deasetilasi dapat didefinisikan sebagai rasio gugus

asetamida dan gugus amino, dan menunjukkan sejauh mana proses

deasetilasi berjalan. Derajat deasetilasi dan berat molekul berperan penting

dalam kelarutan kitosan (Shahidi et al., 1999). Metode untuk menganalisis DD antara lain dengan cara titrasi, HPLC, IR, 1H NMR, dan 13C NMR.

Kitosan berbentuk spesifik dan mengandung gugus amino dalam rantai

utamanya. Kitosan adalah gula yang unik, karena polimer ini mempunyai

gugus amin bermuatan positif, sedangkan polisakarida lain umumnya

bersifat netral atau bermuatan negatif (Czechowska-Biskup, 2012). Gugus

(27)

seperti asam lemak dan asam empedu (Aranaz et al., 2009). Nitrogen pada gugus amin kitosan berfungsi sebagai donor elektron dalam pengikatan

selektif logam tertentu. Kitosan larut dalam asam asetat, asam laktat, asam

malat, asam format dan suksinat. Kitosan mempunyai kelarutan yang lebih

baik daripada kitin. Suatu molekul dikatakan kitosan bila menghasilkan

derajat deasetilasi (DD) dengan kisaran DD mencapai 60-100%

(Yogeshkumar N, 2013).

Kitosan menunjukkan sifat-sifat polimer biomedis misalnya

non-toksik, biokompatibel, dan biodegradabel. Kitosan memiliki tiga tipe

gugus fungsional reaktif, yaitu sebuah gugus amino serta dua gugus

hidroksil yang masing-masing berada pada posisi C-2, C-3 dan C-6.

Modifikasi kimiawi dari ketiga gugus ini menyebabkan kitosan memiliki

banyak kegunaan untuk diaplikasikan pada berbagai bidang baik pertanian,

kesehatan, dan lain-lain (Shahidi et al., 1999).

Sifat-sifat kitosan seperti kelarutan, bobot molekul yang relatif

besar, dan juga viskositas yang tinggi menyebabkan kendala dalam

aplikasinya. Oleh karena itu dibutuhkan turunan kitosan yang lebih mudah

larut air dan viskositas yang rendah. Sifat-sifat tersebut dimiliki oleh

oligomer dari kitosan (oligokitosan). Oligokitosan merupakan senyawa

hasil hidrolisis kitosan, baik secara kimiawi (dengan asam kuat), secara

enzimatis (dengan enzim kitosanase), dan menggunakan iradiasi.

2.1.3 Manfaat Kitosan

Banyak sekali potensi kitosan yang sudah banyak diteliti, mulai

dari pangan, mikrobiologi, kesehatan, pertanian, dan sebagainya.

Mengingat kitosan mempunyai gugus amin yang reaktif dan gugus

hidroksil yang banyak serta kemampuannya membentuk gel maka kitosan

dapat berperan sebagai komponen reaktif, pengkelat, pengikat,

pengabsorbsi, penstabil, pembentuk film, penjernih, plokulan, koagulan

(Shahidi et al., 1999). Aplikasi kitosan dalam bidang pangan salah satunya yaitu sebagai makanan berserat sehingga dapat meningkatkan massa feses,

(28)

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kolesterol. Dalam bidang kesehatan dapat berperan sebagai antibakteri,

antihiperkolesterolemia, antikoagulan dalam darah, pengganti saluran

darah, anti tumor (penggumpal) sel-sel leukimia (Aranaz et al., 2009). Kitosan telah digunakan secara luas di industri makanan, kosmetik,

kesehatan, farmasi dan pertanian serta pada pengolahan air limbah. Di

industri makanan, kitosan dapat digunakan sebagai suspensi padat,

pengawet, penstabil warna, penstabil makanan, bahan pengisi, pembentuk

gel, tambahan makanan hewan dan sebagainya (Aranaz et al., 2009). 2.1.4 Kitosan sebagai Antikolesterol

Kitosan dapat digunakan sebagai obat antikolesterol. Kitosan

mampu menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) sekaligus

meningkatkan komposisi perbandingan kolesterol HDL (kolesterol baik)

terhadap LDL, sehingga peneliti Jepang menyebutnya hypocholesteromic agent yang efektif, karena mampu menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping. Kitosan mempunyai potensi sebagai

hipokolesterolemik yang tinggi, dalam saluran pencernaan, senyawa ini

berinteraksi dengan lemak membentuk misela atau emulsifikasi lipid pada

fase absorbsi (Deuchi et al., 1994). Kitosan dapat menyerap 97% lemak tubuh yang dianggap lebih unggul dibandingkan jenis polimer lain seperti

selulosa, karagenan, agar-agar, dan lain–lain. Knorr (1984) menyatakan bahwa kitosan merupakan senyawa yang tidak beracun sebagai unsur serat

makanan dan dapat menurunkan kadar kolesterol. Aktivitas

hipokolesterolemia dari kitosan menghasilkan efek yang lebih baik ketika

derajat deasetilasinya tinggi (90%), sehingga menghasilkan ikatan

elektrostatik yang lebih kuat antara kitosan dan substansi anion seperti

asam lemak dan asam empedu (Liu et al.,2008)

2.2 Kolesterol

2.2.1 Definisi Kolesterol

Kolesterol (C27H45OH) (Yun.: chole = empedu, stereos = padat) adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus steroida,

(29)

bangun esensial bagi tubuh untuk sintesa zat-zat penting, seperti membran

sel dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin dan

anak-ginjal, vitamin D serta asam empedu (Tjay, 2007). Kolesterol

sebagian besar disintesiskan oleh hati dan sebagian kecil diserap dari diet.

Kolesterol merupakan produk khas dari metabolisme hewan dan oleh

karenanya terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan seperti

daging, hati, otak dan kuning telur. Keberadaan kolesterol dalam

pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan/kristal

lempengan yang akan mempersempit/menyumbat pembuluh darah. Kadar

kolesterol didalam darah adalah dibawah 200 mg/dl. Apabila melampaui

batas normal maka disebut sebagai hiperkolesterolemia (Tjay,2007).

Sintesa. Dalam keadaan normal hati melepaskan kolesterol ke darah sesuai kebutuhan. Tetapi bila diet mengandung terlampau banyak

kolesterol atau lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan

meningkat (Tjay, 2007).

Gambar 2.3 Struktur Kimia Kolesterol

[Sumber: www.chemicalbook.com]

2.2.2 Fungsi Kolesterol

Fungsi kolesterol dalam tubuh antara lain merupakan zat essensial

untuk membran sel tubuh, merupakan bahan pokok untuk pembentukan

garam empedu yang diperlukan untuk proses pencernaan lemak atau

minyak, dan merupakan bahan baku untuk membentuk hormon steroid,

misalnya: progesteron dan estrogen pada wanita, testosteron pada pria,

(30)

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk pembentukan membran sel dan disintesis di seluruh jaringan, tetapi

90% disintesis dalam sel mukosa usus dan hepatosit (Tjay, 2007).

Kolesterol yang disintesa diubah menjadi jaringan, hormon dan

vitamin yang kemudian beredar ke dalam tubuh melalui darah. Namun

demikian, kolesterol ada yang kembali ke hati untuk diubah menjadi asam

empedu dan garam. Linder (1992) menyatakan bahwa orang dewasa

rata-rata membutuhkan 1.1 gram kolesterol untuk kebutuhan tubuhnya. Dari

jumlah itu, 25-40% atau 200-300 mg secara normal berasal dari makanan

dan selebihnya dari endogen (biosintesis) terutama oleh hati kemudian

oleh usus kecil. Kadar kolesterol normal dalam plasma pada orang dewasa

normal sebesar 120-220 mg/dl. Biasanya kadar kolesterol yang melebihi

batas ini dianggap sebagai hiperkolesterolemia.

2.2.3 Lipoprotein

Kolesterol bersifat tidak larut dalam air sehingga diperlukan suatu

alat transportasi untuk beredar dalam darah yaitu apoprotein yang

merupakan salah satu jenis protein. Kolesterol akan membentuk kompleks

dengan apoprotein sehingga membentuk suatu ikatan yang disebut

lipoprotein. Lipoprotein adalah jenis lipid plasma yang bersifat hidrofobik.

Secara umum lipoprotein yang dikenal yaitu HDL, LDL, chyclomicron, VLDL, tetapi dua jenis liporpotein utama yaitu HDL dan LDL (Tjay,

2007).

Lipoprotein jenis pertama adalah lipoprotein dengan densitas tinggi

atau High-density lipoprotein (HDL) dikenal sebagai kolesterol baik, berperan dalam membawa kolesterol dalam darah dari jaringan tubuh

kembali ke hati untuk dieliminasi. Kadar HDL yang tinggi dalam darah

adalah kondisi yang baik bagi tubuh. Apabila kadar HDL rendah (< 40)

dalam darah, maka hal ini dapat memicu terjadinya pembentukan plak

pada arteri jantung, serangan jantung dan kematian kardiovaskular.

Lipoprotein jenis kedua adalah lipoprotein dengan densitas rendah atau

(31)

jantung dan kematian kardiak. LDL berfungsi mengangkut kolesterol dari

hati ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Tjay, 2007).

2.2.4 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan tingginya kadar

kolesterol dalam darah. Ada tiga tingkatan kolesterol dalam serum, yaitu

kolesterol serum normal dengan kolesterol total < 200 mg/dl, kolesterol

serum tinggi yang dapat menyebabkan kondisi hiperkolesterolemia sedang

(240-289 mg/dl) dan kolesterol serum sangat tinggi yang dapat

menyebabkan hiperkolesterolemia berat (>290 mg/dl) (Tjay, 2007)

Beberapa bahan kimia yang diindikasikan memiliki potensi

hipokolesterolemik adalah sitosterol, niasin, vitamin C, vitamin E dan

karoten. Adapun mekanisme penurunan kolesterol oleh serat pangan

adalah: kolesterol yang disintesa maupun yang berasal dari makanan

beredar dalam darah. Sebagian kolesterol akan diubah menjadi asam

empedu, masuk ke dalam usus dan berubah menjadi feses, kemudian

diekskresikan ke luar. Semakin banyak kolesterol tubuh yang

diekskresikan melalui empedu, semakin banyak pula kolesterol dikurangi

dari darah. Hal inilah yang menyebabkan penurunan kadar kolesterol di

dalam darah. Peranan serat pangan adalah meningkatkan produksi asam

empedu dan mengeliminasi ke dalam usus untuk diekskresikan sebagai

feses. Pengaruh serat pangan terhadap penurunan kadar kolesterol apabila

telah terjadi peningkatan kolesterol di dalam darah.

2.2.5 Antilipemika

Antilipemika adalah obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol

dan/atau TG darah yang tinggi. Menurut Tjay (2007) obat-obat tersebut

sekarang ini tersedia dalam 4 kelompok utama:

a. Damar penukar anion/pengikat asam empedu: kolestiramin dan

kolestipol.

Berdaya mengikat asam empedu sehingga sekresi kolesterol

(32)

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kolesterol total dengan 8-15%, bersama nikotinat sampai 40% dan

bekerja sinergistis dengan penghambat-HMG-CoA reduktase.

Kombinasi terakhir mampu menurunkan kadar LDL-kolesterol dengan

50-60%.

Efek samping dari kolestiramin berupa gangguan lambung-usus,

terutama obstipasi. Rasanya tidak enak. Resorpsi dari vit A, D, E, K

dapat berkurang.

b. Asam nikotinat dan acipimox terutama menurunkan TG dan VLDL,

efeknya terhadap kolesterol total dan LDL lebih ringan. Berhubung

efek sampingnya yang tidak nyaman (vasodilatasi pembuluh muka,

flushing) dan rasa panas, nyeri kepala, gatal-gatal dan iritasi kulit,

juga penglihatan berkurang, khususnya digunakan sebagai obat

tambahan pada damar dari fibrat.

c. Fibrat: klofibrat, simfibrat dan fenofibrat. Berkhasiat menurunkan TG dan VLDL dengan kuat, kolesterol total hanya sedikit. LDL dapat

diturunkan pula, sedangkan HDL dinaikkan sedikit, kecuali

gemfibrozil yang menaikkan HDL dengan kuat. Singkatnya fibrat

meningkatkan kadar HDL (10 %) dan menurunkan kadar LDL dengan

10-15%.

Efek samping dari klofibratyang paling sering berupa gangguan

(sementara) saluran cerna, kadang kala nyeri kepala, kantuk,

eksanterna, stimulasi nafsu makan, rambut rontok dan impotensi.

Semua senyawa fibrat dapat menyebabkan suatu sindroma myositis (radang otot) yang insidensinya lebih meningkat bila pada saat

bersamaan menggunakan zat penghambat reduktase.

d. Statin: lovastatin, simvastatin, pravastatin, atorvastatin, dan

rosuvastatin.

Senyawa penghambat-reduktase (HMG-CoA-reductase-inhibitors) ini berdaya menurunkan sintesa kolesterol endogen dalam hati dan dengan demikian terjadi penurunan kolesterol total dengan

(33)

HDL dinaikkan. Dapat dikombinasi dengan damar untuk pengobatan

hiperlipidemia yang parah.

Efek sampingnya pada umumnya ringan, antara lain nyeri otot

(2-11% myopathie) reversibel, yang adakalanya menjadi gangguan otot parah yang disebut rhabdomyolysis. Juga terapi kombinasi senyawa statin lain dan fibrat (mis. fenofibrat - pravastatin) dapat

menimbulkan gangguan yang ditandai nyeri dan lemah otot

mendadak, gejala-gejala flu dan urin berwarna gelap. Efek samping

yang paling sering terjadi dan berupa rasa letih dan nyeri otot,

terutama dari bokong dan tungkai atas.

2.3 Radiasi

2.3.1 Definisi Radiasi

Proses yang kejadiannya berlangsung tanpa unsur kesengajaan atau

tanpa adanya perlakuan khusus disebut radiasi yaitu pancaran energi atau

partikel berenergi oleh suatu sumber, misalnya: bentuk mutasi pada

tanaman dapat terjadi secara alamiah (spontan) akibat radiasi sinar kosmik

di alam. Sedangkan iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk

pemakaian radiasi secara sengaja dan terarah atau proses yang kejadiannya

berlangsung karena adanya perlakuan khusus terhadap sesuatu obyek yang

dilakukan secara disengaja (misalnya untuk tujuan melakukan suatu

pengamatan atau penelitian), contoh: bahan makanan yang telah diiradiasi

(the irradiated food) dengan sinar gamma dapat menjadi awet dan tidak cepat membusuk ataupun rusak (Leswara, 2005). Proses radiasi saat ini

banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti sterilisasi alat-alat

kedokteran, pengawetan bahan makanan, serta digunakan juga untuk

diagnosa maupun terapi suatu penyakit yang dalam hal ini digunakan suatu

radionuklida. Selain itu radiasi juga dapat berfungsi sebagai salah satu

metode untuk memutus bobot molekul suatu senyawa. Proses radiasi

adalah metode yang paling menjanjikan, karena prosesnya yang sederhana,

dapat dilakukan pada suhu kamar dan tidak ada pemurnian produk yang

(34)

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perubahan struktur utama dari suatu senyawa yang diputus berat

molekulnya (Chmielewski, 2005).

2.3.2 Macam-macam Radiasi

Menurut Leswara (2005) ada tiga jenis radiasi yang sering kali

dipancarkan dari inti radioaktif yaitu radiasi alfa, beta, dan gamma.

1. Partikel Alfa

Radiasi alfa terbentuk oleh partikel – partikel zat yang terdiri dari dua proton dan dua neutron. Jadi, partikel alfa sama dengan inti Helium

yang kehilangan dua buah elektron. Di dalam udara partikel alfa

terdapat dalam rentang kira-kira 5 cm, tetapi di dalam jaringan kurang

dari 100µ.

2. Partikel Beta

Radiasi beta ada dua jenis, oleh karena itu kita mengenal dua jenis

elektron yaitu negatron (elektron bermuatan negatif) dan positron

(elektron bermuatan positif). Positron dan negatron adalah sama,

kecuali dalam hal muatannya yaitu +1 dan -1. Elektron – elektron ini dipancarkan dari inti radioaktif yang disebut partikel beta. Partikel

beta mempunyai rentang lebih dari 3 meter di dalam udara dan

kira-kira 1 mm di dalam jaringan.

3. Radiasi Gamma

Radiasi gamma adalah gelombang elektromagnetik sedangkan

radiasi alfa dan beta adalah partikel-partikel. Sinar gamma

diradiasikan sebagai foton atau kuantum energi dengan kecepatan c =

3,0 x 1010 cm/det. Perbedaan radiasi gamma dengan sinar X dan sinar

UV, sinar tampak dan sinar lainnya hanya dalam panjang gelombang

atau frekuensinya saja. Sinar gamma bersifat penetrasi yang paling

besar diantara radiasi – radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop (kecuali netrino) dan dapat dengan mudah menembus jaringan lebih

dari 30 cm dan timbal (Pb) dengan ketebalan beberapa inci.

Sinar radiasi yang umumnya digunakan saat ini adalah radiasi

(35)

aplikasi dalam kehidupan manusia, dikarenakan sinar gamma dapat

menembus beberapa bahan, dan sinar gamma tidak akan membuatnya

menjadi radioaktif. Sejauh ini ada tiga radionuklida pemancar gamma

yang paling sering digunakan yakni cobalt-60, cesium-137 dan

technetium-99m.

1. Cesium -137 digunakan dalam perawatan kanker, mengukur dan

mengontrol aliran fluida pada beberapa proses industri, menyelidiki

subterranean strata pada oil wells, dan memastikan level pengisian yang tepat untuk paket makanan, obat – obatan dan produk yang lain.

2. Cobalt-60 bermanfaat untuk: sterilisasi peralatan medis di rumah

sakit, pasteurize beberapa makanan dan rempah, sebagai terapi kanker, dan mengukur ketebalan logam dalam stell mills.

3. Tc-99m adalah isotop radioaktif yang paling banyak digunakan secara luas untuk studi diagnosa sebagai radiofarmaka.

(Technetium-99m memiliki waktu paruh yang lebih singkat).

Radiofarmaka ini digunakan untuk mendiagnosa otak, tulang, hati

dan juga mampu menghasilkan pencitraan yang dapat digunakan

untuk mendiagnosa aliran darah pasien.

2.4 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah

spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik

dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan

panjang gelombang 200-800 nm. Suatu spektrum ultraviolet meliputi

daerah bagian ultraviolet (190-380 nm), spektrum Vis (Visible) bagian sinar tampak (380-780 nm) (Gandjar, 2007).

Pengukuran dengan alat spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan

(diteruskan) atau yang diabsorbsi dengan tebalnya cuplikan dengan

(36)

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hubungan tersebut dinyatakan dalam Hukum Lambert-Beer

(Gandjar, 2007) :

Instrumentasi dari spektrofotometer UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai berikut (Gandjar, 2007):

1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi

daerah spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk

beroperasi.

2. Suatu monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita

sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan

oleh sumber cahaya.

3. Suatu wadah untuk sampel (dalam hal ini digunakan kuvet).

4. Suatu detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik.

5. Suatu amplifier (pengganda) dan rangkaian yang merubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik.

Syarat-syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan UV-Vis yaitu : 1) Bahan mempunyai gugus kromofor (UV)

2) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tapi berwarna (Visible) 3) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tidak berwarna, ditambahkan

pereaksi warna (Visible)

4) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor dibuat turunannya yang

mempunyai gugus kromofor (UV).

Menurut Gandjar (2007) ada beberapa hal yang harus diperhatikan

(37)

yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri

visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi

senyawa yang berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus

diperhatikan:

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak

menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan

merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi

tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa

persyaratan yaitu:

 Reaksinya selektif dan sensitif

 Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel

 Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama

b. Pembuatan kurva baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan

berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan

berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan

hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum

Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus.

c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

2.5 Metode Perhitungan Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan (Hwang, et al., 1997)

Berat molekul merupakan variabel yang penting, sebab

berhubungan langsung dengan sifat-sifat fisika polimer. Pada umumnya

polimer dengan berat molekul yang lebih tinggi bersifat lebih kuat. Namun

berat molekul yang terlalu tinggi menyebabkan kesukaran dalam

memproses polimer tersebut. Metode yang mudah untuk penetapan berat

molekul adalah metode viskositas larutan menggunakan alat viskometer

dengan cara menghitung perbandingan antara waktu alir larutan polimer

terhadap waktu alir pelarut murni. Viskositas merupakan ukuran yang

(38)

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai

untuk menentukan massa molekul nisbi polimer. Keunggulan dari metode

ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya

lebih sederhana. Alat yang digunakan adalah Viskometer Ostwald.

Berat molekul kitin dan kitosan diukur berdasarkan viskositas

instrinsik (ƞ). Sejumlah kitosan dilarutkan dalam 0,05, 0,1, 0,2, dan 0,3 M NaCl/ 0,1 M CH3COOH lalu dimasukkan ke dalam viskometer. Kemudian

10 mL pelarut dimasukkan ke dalam tabung viskometer ostwald dalam

media air pada suhu 25°C. Data yang diperoleh dipetakan pada grafik

ƞsp/C terhadap C. Viskositas intrinsik adalah titik pada grafik yang menunjukkan nilai C=0. Berat molekul viskositas (Mv) ditentukan

berdasarkan persamaan Mark-Houwink yaitu:

[ƞ] = kMα

Keterangan:

[ƞ] = Viskositas intrinsik M = Massa molekul (g/mol)

K dan a = Tetapan khas untuk polimer dan pelarutnya

2.6 Uji In Vitro Penurunan Kadar Kolesterol [Rudel-Morris, (1973), Sutioso, (2012), Rao, (1992)]

Kemampuan pengikatan kolesterol didasarkan pada pengukuran

kolesterol dalam larutan kolesterol-etanol setelah penambahan sediaan uji

atau sampel dengan masa inkubasi 60 menit pada suhu 37oC menggunakan

metode dari Rudel-Morris dan metode Zak, yaitu penambahan reaksi

pewarnaan antara FeCl3 dalam asam asetat glasial dan H2SO4(p) sebagai

katalisator. Jumlah kolesterol bebas ditentukan dengan mengukur serapan.

Serapan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang

(39)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 hingga Agustus

2014 di Laboratorium Bahan Kesehatan, Bidang Proses Radiasi, Pusat

Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), BATAN Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

Serta di Laboratorium penelitian 2 (PDR), Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Iradiator

gamma IRKA, penangas air (Eyela), inkubator (France Etuves), timbangan

analitik (Acculab Bl-210S), spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U-2910), viskometer ostwald (Cannon 150 P863), H1 NMR (Jeol JNM ECA-500

MHz), vorteks (Wiggen Hauser), lemari asam, sentrifugator, tabung

sentrifus, labu ukur, gelas kimia, batang pengaduk, pipet tetes, spatula,

tabung reaksi bertutup, kaca arloji, blender, gelas ukur, mikropipet, pipet

gondok dan bulp, alumunium foil, kuvet, stopwatch.

3.2.2 Bahan 3.2.2.1 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah kitosan yang diproduksi oleh

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Pusat Aplikasi Isotop dan

Radiasi (PAIR) dan Kolesterol (Sigma).

3.2.2.2 Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi

FeCl3.6H2O (Merck), aquadest, H2SO4(p) (Merck), etanol 95% (pa)

(40)

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Sampel Kitosan

Kitosan yang akan digunakan yaitu hasil produksi dari BATAN

yang sudah tersedia dan telah melalui proses demineralisasi, deproteinasi,

dan deasetilasi.

3.3.2 Iradiasi Kitosan

Pada proses iradiasi terhadap kitosan, sumber radiasi yang

digunakan yaitu menggunakan radiasi gamma 60Co dengan berbagai dosis

iradiasi. Kitosan dikemas ke dalam tiga plastik klip untuk tiga dosis dan

masing-masing diberi label dosis energi radiasi yaitu 50, 100, dan 150

kGy. Kemudian kitosan yang telah dikemas tersebut dimasukkan ke dalam

alat iradiator. Iradiasi tersebut dilakukan dengan kecepatan dosis 10

kGy/jam.

3.3.3 Perhitungan Derajat Deasetilasi (Czechowska-Biskup, 2012)

Perhitungan derajat deasetilasi (DD) kitosan dengan menggunakan

instrument 1H-NMR. Serbuk Kitosan dilarutkan dalam larutan D2O dan

asam asetat D2O sampai kitosan larut sempurna, kemudian diinjekkan ke

dalam instrument 1H-NMR, lalu dibaca hasilnya.

3.3.4 Pengukuran Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan (Hwang, et al, 1997)

a. Pembuatan 0,2 M Asam asetat

Sebanyak 12 g asam asetat dilarutkan dalam 1000 mL aquades.

b. Pembuatan 0,1 M Natrium asetat

Sebanyak 8,2 g Natrium asetat dilarutkan dalam 1000 mL aquades.

c. Pembuatan Buffer asetat pH 4,3 250 mL

Menghitung pH 4,3 untuk mendapatkan volume (mL) asam asetat 0,2

M yang diperlukan yaitu sebanyak 147,2 mL, kemudian hitung

volume (mL) natrium asetat yang diperlukan untuk ditambahkan ke

(41)

d. Pembuatan larutan kitosan 0,1 % dalam larutan Buffer pH 4,3

Sebanyak 0,05 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.

e. Pembuatan larutan kitosan 0,2% dalam larutan Buffer pH 4,3

Sebanyak 0,1 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.

f. Pembuatan larutan kitosan 0,3% dalam larutan Buffer pH 4,3

Sebanyak 0,15 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.

g. Pembuatan larutan kitosan 0,4% dalam larutan Buffer pH 4,3

Sebanyak 0,2 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.

Semua konsentrasi larutan kitosan dibuat triplo untuk

masing-masing kitosan hasil iradiasi (50 kGy, 100 kGy, 150 kGy) dan kitosan non

iradiasi, kemudian setelah larutan kitosan dibuat didiamkan terlebih dahulu

minimal selama 24 jam dan maksimal 3 hari sebelum digunakan. Setelah

itu sebanyak 10 mL pelarut dimasukkan ke dalam tabung ostwald, kemudian tabungnya dimasukkan ke dalam media air (25oC), kemudian

larutan dihisap dengan pushball hingga melewati 2 batas dibagian atas viskometer, lalu kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai

perhitungan menggunakan stopwatch (dalam detik) hingga batas kedua. Hasil yang diperoleh dicatat. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali.

Langkah yang sama dilakukan untuk larutan kitosan 0,1 %; 0,2%; 0,3%;

dan 0,4% dari kitosan hasil iradiasi dan non iradiasi. Viskositas spesifik

dihitung dengan persamaan di bawah ini:

ƞsp

Dimana ƞsp adalah viskositas spesifik, t2 adalah waktu alir untuk larutan dan t1 adalah waktu alir untuk pelarut. Viskositas intrinsik diperoleh

dengan memplotkan hasil ƞsp/C terhadap C. Kemudian berat molekul viskositas kitosan dihitung dengan menggunakan persamaan

Mark-Houwink:

[h ]= k.M α Keterangan:

[h] = Viskositas intrinsik

(42)

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

k dan α = Tetapan khas untuk polimer dan pelarutnya (K= 1.181 x 10-3 dan α = 0.93 pada suhu 250C)

3.3.5 Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol secara In Vitro (Rudel and

Morris, 1973; Sutioso, 2012; Rao, 1992; Nalole, 2009)

3.3.5.1 Pembuatan Reagen FeCl3

Sebanyak 8,402 gram FeCl3.6H2O dilarutkan dalam 100 mL asam

asetat glasial, larutan ini akan tetap stabil hingga beberapa bulan

kedepan.

3.3.5.2 Pembuatan Asam Asetat 1%

Sebanyak 1 mL Asam Asetat glasial dan ad 100 mL dengan

aquades.

3.3.5.3 Pembuatan Larutan Baku Kolesterol Etanol

Dibuat larutan induk kolesterol dengan konsentrasi 1000 ppm

yaitu dengan cara melarutkan 100,0 mg serbuk kolesterol dalam 100

mL etanol absolut (95%) pada suhu ± 45oC diatas waterbath. 3.3.5.4 Pembuatan Kurva Standar

a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks)

Dilakukan scanning panjang gelombang dari larutan standar kolesterol dengan konsentrasi 100 ppm dalam labu 5 mL yang diambil

dari larutan induk 1000 ppm sebanyak 0,5 mL lalu di ad dengan etanol

95% sampai volum 5 mL, kemudian ditambahkan 2,0 mL reagen FeCl3

kemudian divorteks dan didiamkan selama 10 menit, dan menutup

lapisan luar tabungnya dengan alumunium voil untuk melindungi dari

cahaya. Lalu masing-masing larutan ditambahkan 1,0 mL H2SO4(p) dan

campuran larutan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks,

kemudian didiamkan selama 30 menit. Dilakukan pengukuran

(43)

b. Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Baku Kolesterol dan Pengukuran

Kurva standar

Dari larutan induk kolesterol konsentrasi 1000 ppm dibuat 5 seri

konsentrasi yaitu diambil dari larutan induk tersebut sebanyak 0,5; 0,75;

1; 1,25; dan 1,5 mL kemudian dicukupkan volumenya masing-masing

hingga 5 mL dengan etanol 95%, sehingga dihasilkan masing-masing

larutan dengan konsentrasi 100, 150, 200, 250, dan 300 ppm.

Masing-masing larutan tersebut ditambahkan 2,0 mL reagen FeCl3 kemudian

divorteks dan didiamkan selama 10 menit, dan menutup lapisan luar

tabungnya dengan alumunium voil untuk melindungi dari cahaya. Lalu

masing-masing larutan ditambahkan 1,0 mL H2SO4(p) dan campuran

larutan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks, kemudian

didiamkan selama 30 menit dan diukur absorbansinya pada panjang

gelombang maksimum 526 nm sesuai hasil scanning sebelumnya. 3.3.5.5 Pengukuran Kadar Kolesterol

Sampel kitosan hasil iradiasi (50 kGy, 100 kGy, 150 kGy) dan

non iradiasi masing-masing ditimbang sebanyak 30,0 mg (triplo) lalu

masing-masing dilarutkan dengan asam asetat 1% sebanyak 20 tetes,

kemudian masing-masing ditambahkan 5 mL larutan kolesterol dengan

konsentrasi 300 ppm. Campuran masing-masing larutan dihomogenkan

dengan menggunakan vorteks dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 60

menit, kemudian disentrifus pada 4000 rpm selama 5 menit.

Masing-masing kolesterol yang tersisa dalam supernatan diambil (5 mL) dan

dipindahkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Masing-masing

supernatan tersebut ditambahkan 2,0 mL reagen FeCl3 kemudian

divorteks dan didiamkan selama 10 menit, dan menutup lapisan luar

tabungnya dengan alumunium voil untuk melindungi dari cahaya. Lalu

masing-masing larutan ditambahkan 1,0 mL H2SO4(p) dan campuran

larutan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks, dengan demikian

jumlah pengenceran terhadap awal sebanyak 5/6 dan dilanjutkan

dengan 5/8, sehingga total pengenceran 5/6 x 5/8 = 25/48. Kemudian

(44)

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gelombang maksimum 526 nm sesuai hasil scanning sebelumnya. Kurva standar digunakan untuk menentukan konsentrasi kolesterol yang

tersisa.

Persentase penurunan kadar kolesterol ditentukan dengan rumus :

A = X100%

C B C

Keterangan :

A = % penurunan kadar kolesterol

B = kadar kolesterol akhir dikali pengenceran 48/25

C = kadar kolesterol awal

3.3.5.6 Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Saphiro Wilk untuk melihat distribusi data dan dianalisis dengan uji Levene untuk melihat homogenitas data. Jika data terdistribusi normal dan homogenitas maka

dilanjutkan dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) satu arah dengan taraf kepercayaaan 95% sehingga dapat diketahui apakah

perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak dengan nilai signifikansi

(45)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel Kitosan dan Iradiasi Kitosan

Kitosan yang digunakan pada penelitian ini adalah produk yang

dihasilkan oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), BATAN. Bahan

baku kitosan tersebut berasal dari limbah kulit udang yang telah disortir dan

hanya diambil bagian punggungnya saja, karena bagian terbaik dari kulit

udang adalah bagian punggung yang lebih mudah diproses. Sedangkan kulit

bagian kepala ataupun kaki strukturnya lebih keras sehingga lebih susah

diproses, hal tersebut telah dibuktikan oleh pihak BATAN.

Kitin dalam cangkang udang terdapat sebagai mukopolisakarida yang

berikatan dengan garam-garam anorganik, terutama kalsium karbonat

(CaCO3), protein dan lipida termasuk pigmen-pigmen. Oleh karena itu

untuk memperoleh kitin dari cangkang udang melibatkan proses-proses

seperti pemisahan protein (deproteinasi) dengan menggunakan NaOH 1 N

dan pemisahan mineral (demineralisasi) dengan menggunakan HCl 1 N.

Sedangkan untuk mendapatkan kitosan dilanjutkan dengan proses

deasetilasi (penghilangan gugus asetil) yang dilakukan menggunakan NaOH

dengan konsentrasi 50% (b/v) selama 8 jam sambil dipanaskan pada suhu

90oC. Kitosan tersusun oleh monomer 2-amino-2-deoksi-D-glukosa dengan

ikatan glikosida pada posisi β(1,4) sehingga kitosan merupakan polimer

rantai panjang glukosamin dengan rumus molekul (C6H11NO4)n. Kitin dan

kitosan memiliki struktur yang mirip dengan selulosa, sehingga akan

menegalami degradasi bila diiradiasi (Kim, 2011).

Kitosan yang sudah diproduksi oleh BATAN tersebut kemudian

diiradiasi dengan memasukkan kitosan ke dalam alat iradiator gamma IRKA

dimana sebelumnya masing-masing kitosan sesuai dosis radiasi dikemas ke

dalam plastik klip. Iradiasi dilakukan menggunakan sumber radiasi sinar

gamma yang berasal dari sumber radiasi isotop 60Co pada dosis 50, 100, dan

150 kGy dengan kecepatan dosis 10 kGy/jam. Pemilihan dosis tersebut

(46)

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk mendapatkan oligokitosan yaitu 75-100 kGy, begitu juga berdasarkan jurnal

Choi (2002) yang mengatakan bahwa dosis radiasi 100 kGy menggunakan iradiasi

gamma cukup untuk degradasi kitosan, sehingga dipilih dosis 50, 100, dan 150

kGy. Kitosan yang sudah diiradiasi mengalami pemutusan rantai pada ikatan

1,4-β-glikosida, sehingga menghasilkan kitosan iradiasi (oligokitosan) yang mempunyai BM yang lebih rendah dari kitosan tanpa iradiasi. Pemutusan rantai

kitosan pada ikatan 1,4-β-glikosida dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Pemutusan Rantai Kitosan pada Ikatan 1,4-β-glikosida

[Sumber : Kim, 2011]

4.2 Penetapan Derajat Deasetilasi Kitosan

Parameter utama yang mempengaruhi karakteristik kitosan adalah

derajat deasetilasi dan berat molekul. Derajat deasetilasi adalah persentase

banyaknya gugus asetil yang hilang dan berubah menjadi gugus amina.

Semakin besar derajat deasetilasi maka semakin banyak pula kitosan yang

terbentuk dari kitin, sehingga lebih mudah larut dalam asam encer.

Kelarutan ini disebabkan oleh adanya gugus NH2 pada posisi C-2 pada

gugus D-Glukosamin. Dengan adanya gugus NH2 tersebut membuat kitosan

bersifat polikationik sehingga dapat lebih larut dalam asam serta membuat

aplikasi penggunaan kitosan semakin luas. Metode untuk menganalisis DD

antara lain dengan cara titrasi, HPLC, IR, 1H NMR, dan 13C NMR

(Czechowska-Biskup, 2012). Spektroskopi 1H NMR merupakan salah satu

metode yang paling akurat untuk mengukur derajat deasetilasi. Derajat

deasetilasi dapat dihitung dengan menggunakan integral dari peak proton

H1 N-glukosamin, peak proton H1 N-Asetilglukosamin, dan peak dari tiga

proton pada gugus asetil (H-Ac). Berikut ini adalah beberapa formula yang

(47)

Keterangan : IH1-GlcN : integral H dari N-Glukosamin

I

H1-GlcNAc : integral H dari N-Asetilglukosamin

1

H-Ac : integral H dari Asetil

Dapat dilihat pada lampiran 6 menunjukkan bahwa hasil spektrum 1H

NMR dari kitosan hasil iradiasi dan non iradiasi. Berdasarkan dengan

melihat hasil spektrum tersebut, formula (1) dan (2) tidak dapat digunakan

karena peak pada H-Ac mengalami overlapping dengan asam asetat yang digunakan (Lavertu, 2003). Sehingga untuk perhitungan derajat deasetilasi

tersebut hanya dapat dihitung dengan menggunakan formula (3). Interpretasi

spektrum 1H NMR yang dihasilkan terhadap integral dari peak proton H1

N-glukosamin dan peak proton H1 N-AsetilN-glukosamin berdasarkan dengan

melihat gambar spektrum pada jurnal dari Czechowska-Biskup (2012) yang

memperlihatkan bahwa pada daerah sekitar 4-5 ppm terdapat integral

spesifik dari peak IH1-GlcN dan IH1-GlcNAc, yaitu daerah sekitar 4,3-4,4 ppm

merupakan peak integral dari IH1-GlcNAc dan pada daerah 4,7-4,8 ppm

merupakan peak integral dari IH1-GlcN.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Derajat Deasetilasi dari Kitosan 0 dan 75 kGy

Dosis

Pada tabel 4.1 di atas menunujukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

Gambar

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Derajat Deasetilasi dari Kitosan 0 dan 75
Gambar  2.1.  Perbedaan Struktur Kimia Kitin dan Kitosan........................
Gambar 2.1 Perbedaan Struktur Kimia Kitin dan Kitosan
Gambar 2.2 Deasetilasi Kitin Menjadi Kitosan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana efek ekstrak daun sukun ( Artocarpus altilis ) dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus putih ( Rattus norvegicus ). 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1

Tujuan penelitian untuk menilai efek ekstrak etanol buah alpukat (EEBA) dalam menurunkan kadar kolesterol LDL tikus wistar dan membandingkan potensi ekstrak etanol

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dari iradiasi sinar gamma terhadap variasi genetik tanaman krisan dalam kultur in vitro , untuk mengetahui dosis sinar gamma

Hasil pengujian diketahui bahwa rubraxanthon terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol- LDL dan menaikkan kadar

Pemanfaatan Kitosan dari Kulit Udang (PanaeusMonodon) dan Kulit Belangkas (Tachypleus Gigas), untuk Menurunkan Kadar Ni, Cr Limbah Cair Industri Pelapisan Logam.. Konsep Dasar

darah tikus, semakin tinggi konsentrasi larutan natrium alginat semakin kuat efek penurunan terhadap kadar kolesterol.. Kata kunci: Natrium alginat, kadar

Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh pemberian kitosan dalam ransum terhadap bobot dan kadar kolesterol telur itik.. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

Dengan dosis iradiasi sinar gamma yang paling optimal adalah emping dengan dosis 10 kGy mampu menurunkan hingga 17,82%, pengaruh terhadap kandungan gizi emping