SKRIPSI
ANALISIS RESIKO SAHAM PERUSAHAAN BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS
PADA BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
ADINATAN
090502152
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS RESIKO SAHAM PERUSAHAAN BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS PADA BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan resiko sistematis dan resiko tidak sistematis pada subsektor semen ; keramik porselen dan kaca ; logam dan sejenisnya ; kimia ; plastik dan kemasan ; pakan ternak ; kayu dan pengolahannya dan ; pulp dan kertas pada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian komparatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data saham emiten, buku - buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku - buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis uji One Way Anova dan analisis uji Independent Samples t-test.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata resiko sistematis antara subsektor semen dengan rata – rata resiko sistematis subsektor keramik, porselen dan kaca, subsektor logam dan sejenisnya, subsektor plastik dan kemasan, dan subsektor pulp dan kertas. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata – rata resiko tidak sistematis antara subsektor pada perusahaan Basic Industry and Chemicals.
ABSTRACT
STOCK RISK ANALYSIS ON BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS’ COMPANIES AT INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purposes of this study were to find out and to analyze any differences of systematic risk and unsystematic risk of cement subsector ; ceramics, porcelain and glass subsector ; metal and allied products subsector ; chemicals subsector ; plastics and packaging subsector ; animal feed subsector ; wood industries subsector and ; pulp and paper subsector in Basic Industry and Chemicals’ companies that were listed in the Indonesia Stock Exchange.
The types of this study were descriptive analysis and comparative analysis and the type of data used for this study were quantitative secondary data which
came from Indonesia Stock Exchange’s publication about issuers’ stock data,
reference books, magazines, internet, and the other scientific literatures related to this study.
The methods used for collecting the data were through the documentation study from collecting the supporting data from literatures, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from reports published by Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis were descriptive analysis, One Way Anova analysis and Independent Samples t-test analysis.
The results of the first hypothesis shows that there were an average difference of systematic risk between cement subsector and those of ceramics, porcelain and glass subsector, metal and allied subsector, plastics and packaging subsector, and pulp and paper subsector. The results of the second hypothesis shows that there were no differences of unsystematic risk among all the subsectors
in the Basic Industry and Chemicals’ companies.
Key Words : Systematic Risk, Unsystematic Risk, Stock , and Basic Industry and Chemicals
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha kuasa, atas berkat dan
karunia-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih kepada Ayah dan Ibu saya tercinta, Tandiyono dan Kwok Kim Tie yang senantiasa mendoakan dan mendukung, mencukupi segala
kebutuhan dana dan material, nasehat - nasehat yang berharga, serta kasih sayang
yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis.
Skripsi ini berjudul “Analisis Resiko Saham Perusahaan Basic Industry
and Chemicals Pada Bursa Efek Indonesia”, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,
yaitu kepada:
1. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, M.Ec, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku Ketua Departemen S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, SE, Msi selaku Sekretaris Departemen S1 Manajemen
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi selaku Ketua Program Studi
Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu DR. Khaira Amalia fachrudin., SE, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada
penulis.
6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah
memberikan saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini
7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
untuk segala jasa - jasanya selama masa perkuliahan.
8. Abang dan adik saya tercinta Jonatan, ST dan Juliana yang telah memberikan
dukungan kepada saya selama masa perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
9. Sahabat - sahabat terbaikku Steven, Suhendry, William, Budiman, Denny,
Wandy, Henry, Julianto, Hendry Willam, Surya Jaya, Harri Pranata, Gary
Hadi, dan Steven Wang atas dorongan, semangat, motivasi, perhatian, dan
persahabatan yang diberikan kepada penulis.
10.Teman - teman di Manajemen 2009: Rudolffo Sinaga, Clara Sirait, Yolanda
Tanika, Ricardo Sijabat, Leonardo Harianja, Arum, Adibara Tarigan, Fajar,
Indri, Astri, Jonalsal Sipayung, Herico serta teman-teman lainnya yang tidak
dapat disebutkan namanya satu - persatu. Terima kasih atas pertemanan dan
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lainnya.
Medan, 12 April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Basic Industry And Chemicals di Indonesia ... 46
4.2 Hasil Penelitian ... 80
4.2.1 Analisis Data ... 80
4.2.2 Analisis Deskriptif ... 89
4.2.3.1 Uji Homogenitas Varians ... 94
4.2.3.2 Analisis Uji Anova Resiko Tidak Sistematis ... 95
4.2.4 Analisis Independent Samples t-test Resiko Sistematis .. 96
4.3 Pembahasan ... 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131
5.1 Kesimpulan ... 131
5.2 Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 133
LAMPIRAN ... 135
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari
tahun ke tahun ... 3
1.2 Perkembangan Produksi Pakan Ternak Tahun 1992-1998 ... 8
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Emiten Perusahaan Sektor Basic Industry and
Chemicals ... 136
2 Pengembalian Saham Individual ... 139
3 Pengukuran Resiko Sistematis ... 141
4 Pengukuran Resiko Tidak Sistematis ... 143
ABSTRAK
ANALISIS RESIKO SAHAM PERUSAHAAN BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS PADA BURSA EFEK INDONESIA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan resiko sistematis dan resiko tidak sistematis pada subsektor semen ; keramik porselen dan kaca ; logam dan sejenisnya ; kimia ; plastik dan kemasan ; pakan ternak ; kayu dan pengolahannya dan ; pulp dan kertas pada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian komparatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data saham emiten, buku - buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku - buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis uji One Way Anova dan analisis uji Independent Samples t-test.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata resiko sistematis antara subsektor semen dengan rata – rata resiko sistematis subsektor keramik, porselen dan kaca, subsektor logam dan sejenisnya, subsektor plastik dan kemasan, dan subsektor pulp dan kertas. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata – rata resiko tidak sistematis antara subsektor pada perusahaan Basic Industry and Chemicals.
ABSTRACT
STOCK RISK ANALYSIS ON BASIC INDUSTRY AND CHEMICALS’ COMPANIES AT INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purposes of this study were to find out and to analyze any differences of systematic risk and unsystematic risk of cement subsector ; ceramics, porcelain and glass subsector ; metal and allied products subsector ; chemicals subsector ; plastics and packaging subsector ; animal feed subsector ; wood industries subsector and ; pulp and paper subsector in Basic Industry and Chemicals’ companies that were listed in the Indonesia Stock Exchange.
The types of this study were descriptive analysis and comparative analysis and the type of data used for this study were quantitative secondary data which
came from Indonesia Stock Exchange’s publication about issuers’ stock data,
reference books, magazines, internet, and the other scientific literatures related to this study.
The methods used for collecting the data were through the documentation study from collecting the supporting data from literatures, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from reports published by Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis were descriptive analysis, One Way Anova analysis and Independent Samples t-test analysis.
The results of the first hypothesis shows that there were an average difference of systematic risk between cement subsector and those of ceramics, porcelain and glass subsector, metal and allied subsector, plastics and packaging subsector, and pulp and paper subsector. The results of the second hypothesis shows that there were no differences of unsystematic risk among all the subsectors
in the Basic Industry and Chemicals’ companies.
Key Words : Systematic Risk, Unsystematic Risk, Stock , and Basic Industry and Chemicals
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.
Dalam kehidupan sehari – hari, semua kegiatan yang kita lakukan juga memiliki resiko. Resiko adalah perbedaan antara sesuatu yang diharapkan dengan
kenyataan yang terjadi. Dalam melakukan investasi, para investor juga harus
mempertimbangkan resiko yang mungkin akan dialami dari investasi yang
dilakukannya, karena apabila resiko yang terjadi lebih besar dari pengembalian
yang diperoleh, maka investor akan mengalami kerugian.
Menurut Halim (2005:4), investasi dapat dilakukan pada aset – aset finansial seperti yang ada di dalam pasar uang dan pasar modal, serta pada aset – aset riil seperti pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan, perkebunan dan lain – lain. Namun, yang menarik untuk dibahas dewasa ini adalah investasi pada aset – aset finansial, mengingat pertumbuhannya yang signifikan belakangan ini.
Pasar uang menurut Brigham dan Houston (2001:122) ialah “pasar
sekuritas utang jangka pendek yang sangat likuid”, sedangkan pasar modal ialah
“pasar untuk utang jangka panjang dan saham perusahaan”. Di dalam pasar uang,
investasi dapat dilakukan dalam bentuk tabungan, sertifikat deposito, commercial
paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Berbeda dengan pasar uang, di
ataupun obligasi dari perusahaan lain, waran, opsi dan lainnya. Namun, dalam
kasusnya, sebagian besar investor cenderung lebih tertarik untuk
menginvestasikan dananya dalam bentuk saham.
Di dalam pasar modal akan selalu terdapat pihak yang membutuhkan dana
dan pihak yang memiliki kelebihan dana. Distribusi dana di dalam pasar modal
dilakukan melalui transaksi pembelian dan penjualan saham. Di dalam pasar
modal, biasanya pihak yang membutuhkan dana baik untuk melakukan ekspansi
ataupun untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaannya dapat memilih
alternatif untuk menerbitkan saham di dalam pasar primer dan pasar sekunder.
Pasar primer menurut Brigham dan Houston (2001:122) adalah “pasar
dimana perusahaan dapat memperoleh modal baru”, sedangkan pasar sekunder adalah “pasar dimana sekuritas yang beredar diperdagangkan diantara investor”.
Tujuan dari investasi saham yang dilakukan oleh investor adalah untuk
mendapatkan laba atas selisih transaksi pembelian dan penjualan saham yang
biasanya disebut sebagai Capital Gain, memiliki hak suara di dalam perusahaan,
dan juga mendapatkan dividen atau bagi hasil saham dari perusahaan pada akhir
periode
Indikator baik atau tidaknya saham dari suatu perusahaan dapat
ditunjukkan oleh harga saham perusahaan tersebut yang terdaftar di Bursa Saham,
mengingat harga saham biasanya cenderung dipengaruhi oleh kinerja dan prospek
dari perusahaan yang bersangkutan. Investor perlu mengingat bahwa untuk
menghadapi resiko yang tinggi juga. Hal ini merupakan defenisi dari konsep
“ High Risk High Return ”.
Perusahaan Basic Industry and Chemicals merupakan perusahaan yang
berorientasi pada teknologi, sehingga memiliki prospek yang baik di masa
mendatang, karena adanya perkembangan teknologi yang sangat signifikan
belakangan ini. Pentingnya sektor ini bagi perkembangan sektor – sektor industri lainnya juga menjadi alasan mengapa perusahaan Basic Industry and Chemicals
memiliki prospek yang baik di masa mendatang.
Perusahaan Basic Industry and Chemicals tergolong ke dalam 8 subsektor,
diantaranya yaitu : Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan Sejenisnya ;
Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya ; Pulp
dan Kertas.
Perkembangan subsektor semen sangat berkaitan dengan perkembangan
industri real estate dan properti, karena sebagian besar penggunaan semen
digunakan untuk mendirikan bangunan dan sebagainya. Berikut ini adalah data
konsumsi nasional dan ekspor semen dari tahun 1990–2012 :
Tabel 1.1
Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari tahun ke tahun Tahun Konsumsi Nasional (dalam ton) Ekspor(dalam ton)
1990 13.762.000 2.516.000
1991 15.513.000 1.041.000
1992 15.801.000 2.570.000
1993 17.804.000 1.409.000
1994 21.527.000 536.000
1995 23.979.000 154.000
Tahun Konsumsi Nasional (dalam ton) Ekspor(dalam ton)
1997 27.940.000 801.000
1998 19.243.000 4.420.000
1999 18.769.000 5.108.000
2000 22.290.000 4.903.000
2001 25.530.000 5.750.000
2002 27.180.000 4.183.000
2003 27.528.000 3.073.000
2004 30.069.000 2.946.000
2005 31.433.000 3.289.000
2006 Data tidak tersedia Data tidak tersedia
2007 Data tidak tersedia Data tidak tersedia
2008 Data tidak tersedia Data tidak tersedia
2009 38.400.000 Data tidak tersedia
2010 41.500.000 3.000.000
2011 45.000.000 2.000.000
2012 48.150.000 Data tidak tersedia
Sumber: Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Semen)
Pertumbuhan industri semen terus mengalami peningkatan dari tahun
1990–2012. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2011, di bawah pertumbuhan tertinggi yang pernah dicapai pada tahun 2000, yaitu sebesar 18,7%
setelah sebelumnya didera krisis ekonomi pada tahun 1998–1999. Pada tahun 2000, bisnis properti mulai membaik dilihat dari adanya penurunan suku bunga
Pada periode tahun 2011-2012, pemerintah mulai mencanangkan program
MP3EI ( Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia )
yaitu suatu proyek infrastruktur secara besar - besaran dan dalam waktu yang
bersamaan yang menyebabkan permintaan semen meningkat begitu tajam.
Konsumsi semen pada tahun 2012 terus meningkat, walaupun adanya dampak
krisis di kawasan Uni Eropa yang mempengaruhi arah investasi yang
berhubungan dengan proyek properti dan infrastruktur ( Sumber : Wikipedia ).
Subsektor Keramik, Porselen dan Kaca memiliki pengaruh yang sangat
kuat dengan sektor konstruksi dan property, karena keramik dan kaca merupakan
komponen bahan bangunan untuk sektor konstruksi dan property. Pada masa
krisis moneter tahun 1998, menurunnya pembangunan yang terjadi di Indonesia
juga mengakibatkan perkembangan subsektor keramik, porselen dan kaca menjadi
terhambat. Perkembangan industri keramik mulai meningkat kembali pada tahun
2000, dimana ekonomi Indonesia juga sedang berada dalam masa perbaikan.
Membaiknya ekonomi Indonesia ini ditandai dengan mulai dibangunnya sektor
perumahan, pusat perbelanjaan, dan perkantoran walaupun jumlahnya masih
sedikit. Perkembangan yang terjadi di sektor konstruksi dan property
mengakibatkan permintaan produk keramik dan kaca di dalam negri mengalami
peningkatan ( Sumber : binaukm.com ).
Subsektor logam dan sejenisnya mengalami penurunan efisiensi pasca
masa krisis ekonomi. Penurunan efisiensi yang terjadi adalah sebesar 18,51%,
dimana tingkat efisiensi industri logam sebelum masa krisis adalah sebesar
disebabkan oleh adanya kenaikan biaya input yang melampaui kenaikan biaya
output karena lemahnya daya beli untuk industri logam. Biaya input yang tinggi
pada masa krisis moneter disebabkan oleh sebagian besar komponen bahan baku
dan bahan penunjang lain yang digunakan dalam industri logam masih
mengandalkan impor, sedangkan adanya perubahan kebijakan sistem nilai tukar
pada Agustus 1997 menjadikan nilai mata uang rupiah terdepresiasi terhadap nilai
mata uang dollar pada masa tersebut. Terdepresiasinya nilai mata uang rupiah
terhadap nilai mata uang dollar menyebabkan komponen bahan baku impor harus
dibayar lebih mahal untuk kuantitas yang sama ( Sumber : Tri Wibowo dalam
Potret Industri Manufaktur Indonesia Sebelum dan Pasca Krisis ).
Subsektor kimia adalah pada umumnya menggunakan teknologi maju,
padat energi serta padat modal, dan juga berkembang sebagai industri
penghasil bahan baku dan bahan setengah jadi. Industri kimia berhubungan
dengan berbagai jenis industri termasuk industri agrokimia, industri kimia
organik, industri kimia anorganik, dan industri mineral bukan logam
terutama industri semen.
Industri kimia pada awal masa krisis moneter masih terus
berproduksi secara meningkat, karena masih menggunakan bahan baku yang
ada dari tahun sebelumnya. Pada periode tahun 1998-1999, produksi
industri kimia mengalami penurunan karena adanya kenaikan beban biaya
bahan baku impor sebagai akibat dari nilai tukar mata uang rupiah terhadap
mungkin dapat pulih lebih cepat, dan tumbuh lebih kuat apabila tidak
terkena masalah bahan baku impor ( Sumber : Bappenas ).
Resiko lain yang terdapat pada industri kimia adalah bahaya terhadap
lingkungan dan kesehatan yang berasal dari limbah industri. Pengelolaan
Limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) ditetapkan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 74 tahun 2001 tanggal 26 November 2001 tentang Pengelolaan
Limbah B3. Pengertian B3 Menurut PP No. 18 tahun 1999, adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain ( Sumber : Daftar Peraturan
Limbah B3 di Indonesia 2011 ).
Subsektor plastik dan kemasan mengalami masa produksi stagnan pada
masa krisis utang yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 yang lalu, bahan baku mengalami penurunan harga akibat krisis
utang yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, akan tetapi negara – negara Eropa melakukan politik banting harga yang mempengaruhi produksi industri
plastik dan kemasan. Industri plastik dan kemasan yang dapat memenuhi
permintaan pasar mengalami penurunan penjualan dikarenakan tidak semua
produknya dapat diserap oleh pasar ( Sumber : www.indonesiafinancetoday.com ).
Resiko lain yang terdapat pada subsektor plastik dan kemasan adalah
pengelolaan sampah. Produsen kemasan plastik di dalam negri yang tergabung
dalam Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia ( GIATPI ) menyatakan
bahwa mereka merasa dirugikan apabila tindakan untuk mengolah sampah
kemasan yang telah digunakan masyarakat menjadi tanggung jawab produsen.
Menurut para produsen yang tergabung dalam GIATPI, pemerintah seharusnya
menerima tanggung jawab penuh atas pengelolaan sampah tersebut dengan
memfasilitasi peralatan daur ulang ( Sumber : www.antaranews.com ).
Subsektor pakan ternak sangat berperan mendukung industri peternakan
dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi
masyarakat sebagai tambahan sumber protein Pada saat kondisi perekonomian
nasional sedang mengalami krisis moneter, perkembangan industri pakan ternak
mengalami penurunan karena lemahnya konsumsi oleh industri peternakan dan
juga kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Produsen yang dapat bertahan pada
masa krisis moneter adalah produsen besar, walaupun dengan kinerja yang terus
menurun, sedangkan sebagian besar produsen kecil memilih untuk menghentikan
produksinya.
Tabel 1.2
Perkembangan Produksi Pakan Ternak Tahun 1992-1998
Tahun Produksi ( Ton ) Pertumbuhan (%)
1992 3.620.000 -
1993 4.460.000 23,30
1994 5.370.000 20,40
1995 6.010.000 11,92
1996 6.829.000 13,63
1997 5.000.000 -26,78
1998 1.920.000 -61,60
Dari Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa perkembangan industri pakan ternak
dari tahun 1992-1996 mengalami peningkatan secara terus – menerus. Pada tahun 1997, produksi pakan ternak terus menurun sampai dengan tahun 1998, dimana
penurunan produksi pakan ternak mencapai 61,60% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya ( Sumber : Jan Riahman Lingga – MB IPB ).
Tingkat produksi industri pakan ternak mengalami pertumbuhan rata - rata
8,4% dalam periode lima tahun. Total produksi pakan ternak nasional merosot
menjadi 7,7 juta ton pada tahun 2007 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai
9,9 juta ton. Hal ini diakibatkan oleh maraknya kasus flu burung H51N pada
tahun 2007 lalu di sejumlah provinsi, sehingga masyarakat khawatir
mengkonsumsi ayam dan produk turunannya, menyebabkan konsumsi ayam dan
produk turunannya anjlok hingga 50% - 60% sehingga menimbulkan kerugian
pada industri peternakan. Industri pakan ternak juga merasakan imbas dari kasus
flu burung ini. Bencana tersebut mengakibatkan permintaan terhadap pakan ternak
merosot hingga 30% pada tahun 2007 lalu dibandingkan tahun sebelumnya. Pasca
meredanya wabah flu burung pasar kembali pulih, konsumsi ayam dan produk
turunannya kembali tinggi. Hal ini juga mendorong permintaan pakan ternak
kembali melonjak. Konsumsi pakan ternak diperkirakan akan meningkat menjadi
8,13 juta ton pada tahun 2008 dari sebelumnya 7,6 juta ton ( Sumber :
Subsektor kayu dan pengolahannya mengalami penurunan permintaan
pada masa krisis ekonomi global yang menimpa negara – negara Uni Eropa. Penurunan permintaan kayu oleh negara – negara Uni Eropa menyebabkan harga kayu semakin melemah. Produksi kayu pada periode tahun 2011-2012 mengalami
penurunan sampai dengan 50%. Pada awal masa krisis utang Eropa dan Amerika
Serikat, produksi kayu di Indonesia hanya sebesar 55,5% dari target kapasitas
produksinya, dimana produksi yang terealisasi hanya sebesar 4 juta m3 dari target
produksi sebesar 9 juta m3. Pada tahun 2012, produksi kayu baru bisa mengalami
peningkatan sebesar 12%, dimana produksi yang terealisasi meningkat menjadi 6
juta m3 dari target produksi sebesar 9 juta m3 ( Sumber : indusri.kontan.co.id ).
Subsektor pulp dan kertas memiliki keunggulan apabila dibandingkan
dengan industri lainnya. Pada tahun 1998, ketika krisis moneter sedang melanda
Indonesia, industri pulp dan kertas mengalami peningkatan apabila dibandingkan
dengan industri lainnya. Permintaan domestik terhadap produk kertas memang
mengalami penurunan, akan tetapi penurunan tersebut dapat dikompensasi dengan
meningkatnya ekspor, sehingga industri ini tetap bisa bertahan pada masa krisis
moneter di tahun 1998. Berikut ini adalah data perkembangan ekspor beberapa
komoditi industri 1994 – 1998 :
Tabel 1.3
Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditi Industri 1994-1998 ( juta US$ )
Jenis 1994 1995 1996 1997 1998 Pertumbuhan
Sumber : Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri, Setditjen Perdagangan Luar Negeri Depperindag, edisi 3, Juni 1999 ( diolah Dr.Ir.Gatot Ibnusantosa )
Dari Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa perkembangan ekspor industri pulp
dan kertas pada tahun 1998 mengalami peningkatan yang sangat signifikan
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu untuk industri kertas dan
industri pulp masing – masing sebesar 20,72% dan 49,61%. Peningkatan ekspor industri pulp dan kertas menjadikan industri ini menjadi sumber devisa bagi
negara Indonesia pada masa krisis moneter ( Sumber : Dr. Ir. Gatot Ibnusantosa
dalam Prospek dan Tantangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia Dalam Era
Ekolabelling dan Otonomi Daerah ).
Berdasarkan permasalahan inilah penulis terdorong untuk melakukan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan resiko sistematis pada subsektor Semen ; Keramik,
Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ;
Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas pada
perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di BEI?
2. Apakah terdapat perbedaan resiko tidak sistematis pada subsektor Semen ;
Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan
Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas
pada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di BEI?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan resiko sistematis pada
subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ;
Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ;
Pulp dan Kertaspada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar
2. Untuk mengetahui dan menganalisis adanya perbedaan resiko tidak sistematis
pada subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ;
Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ;
Pulp dan Kertaspada perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar
di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
a. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai resiko sistematis dan resiko tidak sistematis pada
perusahaan Basic Industry and Chemicals.
b. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para investor,
terutama yang tertarik di dalam sektor Basic Industry and Chemicals
sehubungan dengan keputusannya untuk menginvestasikan modalnya terhadap
saham perusahaan di sektor tersebut.
c. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif tentang adanya
pengaruh faktor resiko sistematis dan resiko tidak sistematis terhadap harga
d. Bagi peneliti lanjutan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna bagi para
peneliti yang ingin melakukan pengembangan penelitian yang lebih lanjut
mengenai analisis resiko sistematis dan resiko tidak sistematis terhadap saham
perusahaan Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Resiko
Resiko menurut Keown (2008:198) adalah prospek dari suatu hasil yang
kurang menguntungkan. Resiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya
kerugian atau kehancuran. Resiko dapat juga diartikan sebagai kemungkinan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan.
Dalam industri keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring
about high return”, yang artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, maka kita akan dihadapkan pada resiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam
investasi saham. Volatilitas atau pergerakan naik - turun harga saham secara tajam
akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun
sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian yang
akan ditanggung sangat besar.
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, resiko adalah uncertainty
about future event. Adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan resiko
pada 3 hal, yaitu :
1. Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan.
2. Variasi dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya. 3. Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja
David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan
bahwa resiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated
assets and liabilities. Sehingga secara umum resiko dapat diartikan sebagai
bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah
satu definisi, resiko (Risk) adalah sama dengan ketidakpastian (uncertainty).
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.
Resiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
perbedaan antara actual return dan expected return, sehingga setiap investor
dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi
berbagai resiko yang timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap
perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong investor
untuk melakukan strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return.
2.1.1.1Resiko Sistematis
Menurut Tandelilin (2001:50), resiko sistematis merupakan resiko yang
berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar secara keseluruhan, perubahan
pasar tersebut mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Resiko sistematis
merupakan resiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, dan sering
juga disebut sebagai resiko pasar ( market risk ), karena fluktuasi resiko
disebabkan oleh faktor - faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang
inflasi, tingkat bunga dan lain - lain. Faktor - faktor tersebut menyebabkan
kecenderungan saham bergerak bersama.
Menurut Brigham dan Houston (2001:238), resiko pasar ( market risk ) itu
sendiri adalah resiko yang tumbuh dari faktor – faktor yang secara sistematis akan mempengaruhi sebagian besar perusahaan, seperti adanya perang, inflasi, resesi,
dan juga tingkat suku bunga yang tinggi. Kebanyakan saham akan dipengaruhi
secara negatif oleh faktor – faktor tersebut, dan juga resiko pasar ini tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.
Berikut ini adalah beberapa jenis resiko yang tidak dapat didiversifikasi :
1. Resiko suku bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, yang
berarti jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian
pula sebaliknya, apabila suku bunga menurun, maka harga saham akan
meningkat.
2. Resiko pasar
Yang dimaksud resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan,
maupun perubahan politik.
3. Resiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
4. Resiko nilai tukar mata uang ( valas )
Resiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan
nilai mata uang negara lainnya. Resiko ini juga dikenal dengan nama currency
risk atau exchange rate risk.
5. Resiko negara
Resiko ini juga disebut sebagai resiko politik, karena sangat berkaitan dengan
kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar
negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik negara bersangkutan akan sangat
perlu diperhatikan guna menghindari resiko negara yang terlalu tinggi.
Resiko sistematis ini dapat diukur melalui indeks beta suatu saham.
Indeks beta saham adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara
pengembalian suatu saham dan pengembalian pasar yang berbeda (Keown,
2008:209). Indeks beta saham ditentukan dengan cara membandingkan tingkat
resiko suatu saham terhadap resiko seluruh saham, dimana resiko ini dicerminkan
oleh fluktuasi harga saham bersangkutan dan harga pasar rata - rata dari seluruh
saham yang tercatat.
Indeks beta saham mengukur sampai sejauh mana harga saham individu
turun naik bersamaan dengan turun naiknya harga pasar. Indeks beta saham dapat
bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta saham negatif berarti
selalu terjadi kondisi yang berlawanan. Jika secara umum harga saham mengalami
kenaikan, maka saham yang mewakili indeks beta saham negatif mengalami
Indeks beta saham yang normal adalah satu, terjadi jika rata-rata
peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentasi yang
sama dengan saham yang memiliki indeks beta satu. Apabila indeks beta suatu
saham nol, maka saham tersebut bebas dari resiko. Indeks beta saham nol
menunjukkan bahwa meskipun semua saham yang tercatat rata - rata mengalami
perubahan harga, saham yang mempunyai indeks beta nol tidak mengalami
perubahan sama sekali.
Indeks beta saham sangat membantu investor untuk melakukan investasi
terutama dalam hal memilih suatu saham atau lebih luas lagi untuk mengatur
portofolio. Selain itu Indeks beta saham juga digunakan untuk mengukur seberapa
besar tingkat keberanian investor untuk menanggung resiko. Untuk investor yang
menyukai resiko ( risk lover ), maka ia akan memilih saham - saham yang
mempunyai gejolak harga yang tinggi, atau saham – saham dengan indeks beta yang besar. Sebaliknya, investor yang tidak menyukai resiko ( risk averter ) akan
memilih saham - saham yang mempunyai indeks beta yang kecil karena resiko
saham – saham tersebut juga akan lebih kecil. Untuk investor yang tidak takut, tetapi tidak terlalu berani ( moderate investor / indiferrence investor ) tidak hanya
akan melihat indeks beta saham, akan tetapi juga return saham yang diberikan.
Tipe moderate investor seperti ini akan sangat senang apabila ia dihadapkan pada
saham dengan indeks beta yang tinggi yang juga sebanding dengan returnnya
yang tinggi. Jika investor ingin mengoptimumkan resikonya yaitu dengan resiko
tersebut dapat mengkombinasikan beberapa saham dengan indeks beta yang
berbeda - beda.
2.1.1.2Resiko Tidak Sistematis
Menurut Tandelilin (2001:51), resiko tidak sistematis adalah resiko yang
tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko tidak sistematis
ini biasa disebut juga sebagai resiko spesifik ( resiko perusahaan ), karena resiko
tidak sistematis yang timbul akan lebih terkait dengan perubahan kondisi mikro
perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio, disebutkan bahwa
resiko perusahaan ini bisa diminimalkan atau dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi investasi pada sekian banyak jenis sekuritas.
Menurut Brigham dan Houston (2001:238), resiko yang dapat
didiversifikasikan ( diversifiable risk ) adalah resiko yang disebabkan oleh
peristiwa acak seperti tuntutan hukum, pemogokan, program pemasaran yang
berhasil dan gagal, kalah atau menang dalam suatu kontrak besar, dan peristiwa – peristiwa lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Pengaruh dari berbagai
peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, atau peristiwa yang merugikan akan dihilangkan oleh peristiwa yang
menguntungkan pada perusahaan tersebut. Diversifikasi tersebut dapat dilakukan
dengan memilih portofolio yang besar, membeli saham perusahaan lain dalam
Berikut ini adalah beberapa jenis resiko tidak sistematis yang dapat
didiversifikasikan :
1. Resiko bisnis
Resiko bisnis merupakan risiko yang terdapat dalam menjalankan bisnis suatu
jenis industri. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak di bidang
industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu
sendiri.
2. Resiko finansial
Resiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan
hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar hutang yang digunakan,
maka semakin besar pula resiko yang akan ditanggung.
3. Resiko likuiditas
Resiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan
perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu
sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Dan
demikian pula sebaliknya.
4. Resiko manajemen
Resiko ini berkaitan dengan penurunan nilai aset yang diakibatkan oleh
kesalahan pengelola aset investasi, sehingga dapat dikatakan bahwa resiko
manajemen ini timbul karena adanya keputusan bisnis yang kurang baik.
Keputusan yang kurang baik itu misalnya : tidak mengasuransikan aset
perusahaan, keputusan tentang Research & Development, dan keputusan
Resiko tidak sistematis dapat diukur dengan mengurangkan total resiko
( total risk ) dari resiko sistematis.
2.1.2 Harga Saham
Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan
( demand ) dan penawaran ( supply ). Pada saat permintaan saham meningkat,
maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat
banyak orang menjual sahamnya kembali, maka harga saham tersebut cenderung
akan mengalami penurunan.
Tandelilin (2001:183), menyebutkan bahwa dalam peniliaian saham
dikenal ada tiga jenis nilai yang dikenal, yaitu :
1. Nilai buku ( book value ), yaitu nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan
perusahaan penerbit saham ( emiten ).
2. Nilai pasar ( market price ), yaitu nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh
harga saham tersebut di pasar. Market price merupakan harga pada pasar riil
dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga
dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah
tutup, maka harga pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
penutupannya (closing price ).
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai yang seharusnya terjadi, dan biasa disebut dengan
Jogiyanto dalam bukunya yang berjudul Teori Portofolio dan Analisis
Investasi (2003:80) menjelaskan tentang nilai nominal yang terdapat pada saham,
dimana nilai nominal saham itu adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk
kaitannya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar saham
yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor
yang tidak dapat diambil oleh para pemegang saham (Jogiyanto dalam Kieso dan
Weygandt, 1996:576). Ada kalanya suatu saham tidak memiliki nilai nominal,
sehingga dewan direksi akan menentukan nilai sendiri per lembarnya.
Investor berkepentingan untuk mengetahui keempat nilai saham ini
sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan yang tepat. Dalam
membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik
dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Apabila nilai pasar suatu saham
lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut tergolong dalam kategori
overvalued, sehingga dalam keadaan ini investor dapat mengambil keputusan
untuk menjual saham tersebut. Dan sebaliknya, apabila nilai pasar suatu saham
lebih rendah dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut tergolong dalam kategori
undervalued, dan pada keadaan ini investor sebaiknya mengambil keputusan
Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan waktu
yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan
dalam hitungan detik. Terdapat beberapa istilah yang terkait dengan harga saham,
yaitu sebagai berikut :
1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya
2. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat
pembukaan sesi perdagangan I, yaitu jam 09.30 pagi.
3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang
terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang
terjadi sepannjang perdagangan pada hari tersebut.
5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.
6. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir
yang terjadi.
7. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat
akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Gomgom Erwin Manurung ( 2009 )
Dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Resiko Sistematis dan
Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perbankan di Bursa Efek
Indonesia ( BEI ) “, peneliti menemukan bahwa kedua variabel bebas, yaitu
resiko sistematis adalah variabel yang paling mempengaruhi besarnya tingkat
pengembalian saham tersebut.
2. Sugianto Lumban Gaol ( 2010 )
Dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Resiko Sistematis dan Likuiditas Terhadap Tingkat Pengembalian Saham LQ45 di Bursa Efek
Indonesia ( BEI ) ”, peneliti menemukan bahwa resiko sistematis yang diukur
melalui beta dan likuiditas saham yang diukur melalui bid ask spread baik
secara parsial maupun secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengembalian saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
3. Gustiaveny ( 2010 )
Dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Pengaruh Resiko Sistematis dan
Likuiditas Saham Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan
Pertambangan Terbuka yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ”,
peneliti menemukan bahwa variabel resiko sistematis tidak mempunyai
pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham pada perusahaan
pertambangan terbuka yang terdaftar di BEI, sedangkan variabel likuiditas
saham berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham pada perusahaan pertambangan terbuka yang terdaftar di
4. Ledi Lasni ( 2009 )
Dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Industri Dasar dan Kimia Di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ”, peneliti menemukan bahwa faktor fundamental BVS dan PBV mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan faktor
fundamental yang lainnya tidak berpengaruh. Sedangkan secara bersama-sama
semua faktor fundamental (ROE, ROI, BVS, PER, PBV, DER, DPR dan
BETA) berpengaruh terhadap harga saham.
5. Dodie Setio Wibowo, Imam Ghozali, dan Waridin ( 2002 )
Dalam penelitiannya “ Analisis Resiko Sistematik yang Dikeluarkan Dari
Lantai Bursa : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta ”, penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat 2 variabel independen yang berpengaruh terhadap
resiko sistematis saham biasa, yaitu deviasi standar return saham dan korelasi
return saham terhadap return pasar. Hal ini disebabkan oleh, semakin
tingginya fluktuasi return saham, maka akan semakin tinggi pula beta
sahamnya. Dengan semakin pekanya return saham terhadap return pasar,
maka akan menaikkan deviasi standar return saham dan juga korelasi return
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Tandelilin (2001:48), resiko merupakan kemungkinan perbedaan
antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar
kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula resiko investasi
tersebut. Ada beberapa sumber resiko yang bisa mempengaruhi besarnya resiko
suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah : resiko suku bunga,
resiko pasar, resiko inflasi, resiko bisnis, resiko finansial, resiko likuiditas, resiko
nilai tukar mata uang dan resiko negara.
Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi
modern juga dikenal pembagian resiko total investasi ke dalam dua jenis resiko,
yaitu: resiko sistematis dan resiko tidak sistematis. Resiko sistematis ( resiko
umum –general risk ) merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Resiko sistematis tidak dapat diminimalkan
dengan diversifikasi. Perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi. Resiko tidak sistematis disebut juga sebagai resiko spesifik
( resiko perusahaan ), yaitu resiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar
secara keseluruhan. Resiko tidak sistematis ini lebih terkait pada perubahan
kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio
disebutkan bahwa resiko perusahaan dapat diminimalkan dengan melakukan
Resiko sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap
resiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Resiko sistematis ini dapat diukur
melalui indeks beta suatu portofolio. Indeks beta saham adalah suatu angka yang
menunjukkan hubungan antara pengembalian suatu saham dan pengembalian
pasar yang berbeda (Keown, 2008:209). Indeks beta saham ditentukan dengan
cara membandingkan tingkat resiko suatu saham terhadap resiko seluruh saham,
dimana resiko ini dicerminkan oleh fluktuasi harga saham bersangkutan dan harga
pasar rata-rata dari seluruh saham yang tercatat.
Indeks beta saham mengukur sampai sejauh mana harga saham individu
turun naik bersamaan dengan turun naiknya harga pasar. Indeks beta dapat
bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti selalu
terjadi kondisi yang berlawanan. Jika secara umum harga saham mengalami
kenaikan, maka saham yang mewakili indeks beta negatif mengalami penurunan.
Indeks beta saham yang normal adalah satu, terjadi jika rata - rata
peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentasi yang
sama dengan saham yang memiliki indeks beta satu. Indeks beta saham nol
menunjukkan bahwa suatu saham bebas dari resiko. Hal ini berarti meskipun
semua saham yang tercatat rata - rata mengalami perubahan harga, saham yang
mempunyai indeks beta nol tidak mengalami perubahan sama sekali. Dalam
aplikasinya, semakin tinggi tingkat beta, maka akan semakin tinggi resiko
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini akan
ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut :
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. “ Terdapat perbedaan resiko sistematis pada saham Subsektor Semen, Subsektor Keramik, Porselen dan Kaca, Subsektor Logam dan Sejenisnya,
Subsektor Kimia, Subsektor Plastik dan kemasan, Subsektor Pakan Ternak,
Subsektor Kayu dan Pengolahannya, dan Subsektor Pulp dan Kertas pada
perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ”.
2. “ Terdapat perbedaan resiko tidak sistematis pada saham Subsektor Semen, Subsektor Keramik, Porselen dan Kaca, Subsektor Logam dan Sejenisnya,
Subsektor Kimia, Subsektor Plastik dan kemasan, Subsektor Pakan Ternak,
Subsektor Kayu dan Pengolahannya, dan Subsektor Pulp dan Kertas pada
perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan penelitian
komparatif. Penelitian deskriptif menurut Kuncoro (2009:192) dapat diartikan
sebagai kegiatan untuk menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar
sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Pengurutan, pengaturan atau manipulasi data
bisa memberikan informasi deskriptif yang akan menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam defenisi masalah. Menurut Situmorang (2012:10), statistik
deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data,
seperti melihat mean, varians, modus, median, serta distribusi frekuensi.
Penelitian komparatif dalam penelitian ini adalah penelitian yang berusaha
untuk membandingkan variabel yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian
ini, peneliti akan berusaha untuk membandingkan variabel resiko sistematis dan
variabel resiko tidak sistematis yang terdapat pada saham perusahaan sektor Basic
Industry and Chemicals yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui media internet di website Bursa Efek
Indonesia dengan situs www.idx.co.id, dan website Yahoo!Finance dengan situs
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis mulai dari bulan Januari tahun 2013
sampai dengan bulan April tahun 2013.
3.3 Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah resiko sistematis dan
resiko tidak sistematis.
2. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan sektor Basic
Industry and Chemicals yang terdaftar ( listing ) di Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 1 Januari – 31 Desember tahun 2012.
3. Data yang digunakan adalah data harga saham dan Indeks Harga Saham
Gabungan harian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 1
Januari – 31 Desember tahun 2012.
3.4 Definisi Operasional
X1 ( Resiko sistematis ) :
X1.1 : Resiko sistematis sub sektor Semen
X1.2 : Resiko sistematis sub sektor Keramik, Porselen, dan Kaca
X1.3 : Resiko sistematis sub sektor Logam dan Sejenisnya
X1.4 : Resiko sistematis sub sektor Kimia
X1.5 : Resiko sistematis sub sektor Plastik dan Kemasan
X1.7 : Resiko sistematis sub sektor Kayu dan Pengolahannya
X1.8 : Resiko sistematis sub sektor Pulp dan Kertas
X2 ( Resiko tidak sistematis ) :
X2.1 : Resiko tidak sistematis sub sektor Semen
X2.2 : Resiko tidak sistematis sub sektor Keramik, Porselen, dan Kaca
X2.3 : Resiko tidak sistematis sub sektor Logam dan Sejenisnya
X2.4 : Resiko tidak sistematis sub sektor Kimia
X2.5 : Resiko tidak sistematis sub sektor Plastik dan Kemasan
X2.6 : Resiko tidak sistematis sub sektor Pakan Ternak
X2.7 : Resiko tidak sistematis sub sektor Kayu dan Pengolahannya
X2.8 : Resiko tidak sistematis sub sektor Pulp dan Kertas
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi penelitian
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, atau transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009:118). Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor Basic Industry and Chemicals yang
terdaftar ( listing ) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 1 Januari – 31 Desember 2012, yang berjumlah 60 emiten.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
(Kuncoro, 2009:118). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
pengambilan sampel dimana seluruh populasi yang ada akan digunakan sebagai
sampel penelitian
Berikut adalah daftar emiten perusahaan sektor Basic Industry and
Chemicals beserta tanggal listing yang terdaftar di BEI :
Tabel 3.1
Daftar Emiten Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals
N
1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 05-12-1989
2 Holcim Indonesia Tbk SMCB 10-08-1977
3 Semen Gresik Tbk SMGR 09-07-1991
II Sub sektor Keramik, Porselen & Kaca
4 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG 08-11-1995
5 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA 17-07-2001
6 Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk IKAI 04-06-1997
7 Keramika Indonesia Asosiasi Tbk KIAS 08-12-1994
8 Mulia Industrindo Tbk MLIA 17-01-1994
9 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 30-10-1990
III Sub sektor Logam & Sejenisnya
10 Alaska Industrindo Tbk ALKA 12-07-1990
11 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI 02-01-1997
12 Beton Jaya Manunggal Tbk BTON 18-07-1991
13 Citra Turbindo Tbk CTBN 28-11-1989
14 Gunawan Dianjaya Steel Tbk GDST 23-12-2009
N
17 Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk JKSW 06-08-1997
18 Jaya Pari Steel Tbk JPRS 04-08-1989
19 Krakatau Steel Tbk KRAS 10-11-2010
20 Lion Metal Works Tbk LION 20-08-1993
21 Lionmesh Prima Tbk LMSH 04-06-1990
22 Hanson International Tbk MYRX 31-10-1990
23 Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL 14-12-2009
24 Pelangi Indah Canindo Tbk PICO 23-09-1996
25 Tembaga Mulia Semanan Tbk TBMS 23-05-1990
IV Sub sektor Kimia
26 Barito Pasific Tbk BRPT 01-10-1993
27 Budi Acid Jaya Tbk BUDI 08-05-1995
28 Duta Pertiwi Nusantara DPNS 08-08-1990
29 Ekadharma International Tbk EKAD 14-08-1990
30 Eterindo Wahanatama ETWA 16-05-1997
31 Intan Wijaya International Tbk INCI 24-07-1990
32 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI 03-08-1992
33 Indo Acitama Tbk SRSN 11-01-1993
34 Chandra Asri Petrochemical TPIA 26-05-2008
35 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 06-11-1989
V Sub sektor Plastik & Kemasan
36 Alam Karya Unggul Tbk AKKU 01-11-2004
37 Argha Karya Prima Industry Tbk AKPI 18-12-1992
38 Asiaplast Industries Tbk APLI 01-05-2000
N
40 Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI 21-03-2002
41 Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR 05-11-1990
42 Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL 09-07-2010
43 Sekawan Intipratama Tbk SIAP 17-10-2008
44 Siwani Makmur Tbk SIMA 03-06-1994
45 Trias Sentosa Tbk TRST 02-07-1990
46 Yana Prima Hasta Persada Tbk YPAS 05-03-2008
VI Sub sektor Pakan Ternak
47 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN 18-03-1991
48 Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 23-10-1989
49 Malindo feedmill Tbk MAIN 10-02-2006
50 Siearad Produce Tbk SIPD 27-12-1996
VII Sub sektor Kayu & Pengolahannya
51 Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI 21-03-1994
52 Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT 13-12-1999
VIII Sub sektor Pulp & Kertas
53 Alkindo Naratama Tbk ALDO 12-07-2011
54 Fajar Surya Wisesa Tbk FASW 19-12-1994
55 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 16-07-1990
56 Toba Pulp Lestari Tbk INRU 03-12-2007
57 Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk KBRI 11-07-2008
58 Surabaya Agung Industri Pulp & kertas Tbk SAIP 03-05-1993
59 Suparma Tbk SPMA 16-11-1994
60 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM 03-04-1990
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia yang terdapat di
Yahoo!Finance tentang data saham emiten yang diperoleh mulai dari tanggal 1
Januari – 31 Desember tahun 2012, buku - buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan
mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan, buku - buku referensi untuk
mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder
yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.
3.8 Teknik Analisis
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu perlu dilakukan
perhitungan terhadap resiko sistematis dan resiko tidak sistematis dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Return Saham
�� = ��− ���−�− (3.1)
b. Return Pasar ( IHSG )
�� = � �− �� �− .(3.2)
c. Beta () masing – masing Saham
β = [ R txRit− R txRit]
d. Varians saham
i2 = i2m2 + ei2 (3.4)
e. Resiko Sistematis
= i2 x ( Variance Index )
= 2m2 (3.5)
f. Resiko Tidak Sistematis
= ( Total Variance ) – ( Resiko Sistematis )
= e2 (3.6)
Setelah hasil penghitungan dari resiko sistematis dan resiko tidak
sistematis telah diperoleh, maka akan dilakukan penelitian dengan menggunakan
metode analisis One Way Anova.
3.8.1. One Way Anova ( Analysis of Variance )
Menurut Situmorang (2012:59), analisis One Way Anova dilakukan
dengan tujuan untuk menganalisis varians dari sebuah data. Analisis varians ini
dilakukan untuk menguji 2 varians berdasarkan hipotesis nol bahwa kedua varians
itu sama. Varians yang pertama adalah varians antarcontoh ( amongsamples ) dan
varians yang kedua adalah varians di dalam masing – masing contoh ( withinsamples ). Uji Anova ini merupakan pengembangan dari uji-t 2 sampel,
Di dalam penelitian ini, uji One Way Anova akan dilakukan untuk menguji
apakah ada perbedaan resiko sistematis antara subsektor Semen ; Keramik,
Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan
Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp dan Kertas. Selain itu, uji One Way
Anova ini juga akan menguji apakah terdapat perbedaan resiko tidak sistematis
antara subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ;
Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ;
Pulp dan Kertas.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang akan dilakukan dalam
melakukan uji One Way Anova :
a. Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang
dikumpulkan dan digolongkan / dikelompokkan kemudian di analisis dan
diinterpretasikan secara objektif. Menurut Situmorang (2012:10), statistik
deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik
data, seperti melihat mean, varians, modus, median, serta distribusi frekuensi.
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah
kelompok data yang diteliti memiliki varians yang sama, dengan kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Apabila nilai sig > 0,05 , maka varians kelompok data adalah sama.
Setelah dilakukan uji homogenitas varians, apabila ketiga varians kelompok
data telah terbukti sama, maka akan dilakukan pengujian F test untuk melihat
apakah ketiga kelompok memiliki nilai rata – rata yang sama. Namun, apabila ketiga varians kelompok data terbukti berbeda, maka peneliti akan melakukan
uji Independent Samples t–test.
c. Uji Anova
Sebelumnya, peneliti harus merumuskan hipotesis penelitian terlebih dahulu :
1. Ho : Tidak terdapat perbedaan rata – rata antara resiko sistematis dari subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ;
Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya
dan ; Pulp dan Kertas.
Ha : Terdapat perbedaan rata – rata antara resiko sistematis dari subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ; Kimia ;
Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya dan ; Pulp
dan Kertas.
2. Ho : Tidak terdapat perbedaan rata – rata antara resiko tidak sistematis dari subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ;
Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya
dan ; Pulp dan Kertas.
Ha : Terdapat perbedaan rata – rata antara resiko tidak sistematis dari subsektor Semen ; Keramik, Porselen dan Kaca ; Logam dan sejenisnya ;
Kimia ; Plastik dan Kemasan ; Pakan Ternak ; Kayu dan Pengolahannya
Kriteria pengujian yang akan digunakan dalam penerimaan hipotesis adalah
sebagai berikut :
1. Jika Fhitung Ftabel , atau nilai sig > 0,05 maka Ho diterima.
2. Jika Fhitung > Ftabel , atau nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak.
d. Post Hoc Test
Setelah uji Anova telah dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
Post Hoc Test. Post Hoc Test dilakukan untuk melihat apakah terdapat
perbedaan kinerja antar kelompok. Dalam Post Hoc Test, apabila didapat nilai
signifikan ( sig ) < 0,05, maka hal tersebut menunjukkan bahwa adanya
perbedaan kinerja antar kelompok yang diteliti.
3.8.2 Independent Samples t–test
Independent Samples t–test dilakukan untuk menguji signifikansi beda rata
– rata dua kelompok. Independen memiliki arti kedua kelompok tersebut sama
sekali tidak terkait, dan berasal dari dua populasi yang berbeda. Langkah – langkah yang dilakukan dalam Independent Samples t–test adalah sebagai berikut :
1. Menguji asumsi dengan menggunakan F-test dan nilai probabilitas untuk
menguji persamaan varians kedua populasi apakah varians kedua populasi
sample tersebut sama ( Equal Variances Assumed ) ataukan berbeda ( Equal
Variances not Assumed ) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test
for Quality of Variances dengan kriteria sebagai berikut :
- Apabila nilai p > 0,05, maka digunakan Equal Variances Assumed.
2. Menguji perbedaan signifikansi rata – rata dua kelompok dengan kriteria sebagai berikut :
- Apabila t hitung > t tabel, atau sig < 0,05, maka Ho ditolak.