• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TREND

TATA HIJAU PADA LANSKAP PERMUKIMAN

THE SPRINGS SUMMARECON SERPONG

REMIYA SAMANTHA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong” adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Remiya Samantha

(4)

ABSTRAK

REMIYA SAMANTHA. Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Kebutuhan manusia akan permukiman semakin bertambah. Oleh karena itu, muncul permukiman–permukiman baru salah satunya The Springs Summarecon Serpong. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman elemen tanaman dan menganalisis trend tata hijau yang digunakan pada lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong. Tujuan penelitian ini juga untuk menyusun rekomendasi tata hijau dalam bentuk landscape plan. Pengambilan data vegetasi dilakukan pada beberapa area lokasi studi yaitu: gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah. Parameter vegetasi yang diamati meliputi kelimpahan, dominansi, frekuensi, indeks keragaman Shannon dan tata letak tanaman. Selain itu, aspek fungsi dan estetika vegetasi dianalisis dengan membandingkan kondisi yang ada di lapangan dengan kriteria ideal yang didapatkan dari studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumput manila (Zoysia matrella) merupakan spesies yang memiliki nilai kelimpahan, dominansi, dan frekuensi tertinggi pada sebagian besar area lokasi studi. Indeks keragaman keseluruhan area lokasi termasuk sedang sebesar 1,4. Keragaman tertinggi terdapat pada area taman lingkungan sebesar 1,86. Hasil penilaian menurut fungsi dan estetika tergolong baik pada keseluruhan area lokasi studi. Trend tata hijau pada lanskap permukiman ini menunjukkan penggunaan gaya taman terbuka dan digunakan banyak rumput. Penataan tanaman menggunakan pola-pola organik untuk meningkatkan kesan alami pada sebagian besar area lokasi studi.

Kata kunci: aspek fungsi dan estetika, indeks keragaman Shannon, indeks nilai penting, lanskap permukiman, trend tata hijau

ABSTRACT

REMIYA SAMANTHA. Trend of Planting Plan in Residential Landscape of The Springs Summarecon Serpong. Supervised by NIZAR NASRULLAH.

(5)

Overall diversity index in area of study locations including moderate at 1.4. The highest diversity found in the neighborhood park area that is equal to 1.86. The value of the function and aesthetic aspects on the whole area of study sites included in good category. Planting arrangement in this residential landscape using the open park style and much use of grass. The arrangement of plants using organic patterns to increase natural impression in most areas of study locations.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

TREND

TATA HIJAU PADA LANSKAP PERMUKIMAN

THE SPRINGS SUMMARECON SERPONG

REMIYA SAMANTHA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Judul Skripsi : Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong

Nama : Remiya Samantha

NIM : A44110019

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M. Agr. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistiyantara, M. Agr. Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Trend Tata Hijau Pada Lanskap Permukiman The Springs Summarecon Serpong. Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan dari Januari 2015 hingga Mei 2015.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Kedua orangtua saya yang sudah mendukung saya selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

2. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS. selaku dosen penguji pada ujian skripsi saya.

4. Pengelola permukiman The Springs Summarecon Serpong yaitu: Bapak Ir. Drisman Rezykal , Bang Andre, Bang Sam, Kak Nunu, dan Bang Sultan yang sudah banyak sekali membantu saya dalam pengambilan data.

5. Depin Klendy yang sudah sangat mendukung dan membantu saya dalam menjalani penelitian ini.

6. Para sahabat: Resa Martha, Fadhilah Chandra Pragia, Putri Ajrina, Elisa Noviyani, Safia, Saraswati Sisriany, Naftalie Luchsinger, Aliifah Ghassanii, Menisa Putri Savira, Dwi Septarini, Mesa Shelviani, Diana Hartatin, dan Safira Zakiah yang selalu ada dalam suka maupun duka.

7. Rekan-rekan satu bimbingan: Rahadian Agung, Bagus Prasetyo, Amalia Permatasari, dan Sri Rengganis atas dukungan dan semangatnya.

8. Rekan-rekan satu asisten praktikum Mata Kuliah Rekayasa Tapak: Gigih, Rizky, dan Agung.

9. Teman–teman Arsitektur Lanskap 48 yang selalu ada dalam suka maupun duka selama perkuliahan.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Trend Tata Hijau 3

Tata Hijau 3

Lanskap Permukiman 4

Fungsi Tanaman dalam Lanskap 5

Kriteria Fungsi Tanaman 5

Estetika Tanaman Dalam Lanskap 7

METODE PENELITIAN 8

Waktu dan Lokasi Penelitian 8

Rancangan Penelitian 8

Bahan dan Alat 9

Ruang Lingkup Penelitian 9

Pelaksanaan Penelitian 9

Pengumpulan data dan identifikasi tapak 9

Analisis data 10

Sintesis 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Kondisi Umum 15

Kelimpahan Vegetasi 20

Dominansi Vegetasi 20

Frekuensi Vegetasi 28

Keragaman Vegetasi 33

Penilaian Aspek Fungsi 35

Penilaian Aspek Estetika 40

Tata Letak Penanaman 49

Trend Tata Hijau 56

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 58

SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 66

Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 67

LAMPIRAN 69

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap 5

Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data 9 Tabel 3 Matriks aspek penilaian fungsi tanaman dengan area lokasi studi 12 Tabel 4 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman jalan 13 Tabel 5 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman pada taman publik 13 Tabel 6 Kriteria dan penilaian aspek estetika tanaman 14

Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi 18

Tabel 8 Jumlah individu dan spesies tanaman pada area lokasi studi 20 Tabel 9 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang utama dan jalan utama 21 Tabel 10 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang cluster 21 Tabel 11 Nilai kelimpahan spesies pada area jalan lingkungan 22 Tabel 12 Nilai kelimpahan spesies pada area taman lingkungan 22 Tabel 13 Nilai kelimpahan spesies pada area halaman rumah 23 Tabel 14 Nilai dominansi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama 24 Tabel 15 Nilai dominansi spesies pada gerbang cluster 25 Tabel 16 Nilai dominansi spesies pada jalan lingkungan 26 Tabel 17 Nilai dominansi spesies pada taman lingkungan 27 Tabel 18 Nilai dominansi spesies pada halaman rumah 27 Tabel 19 Nilai frekuensi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama 29 Tabel 20 Nilai frekuensi spesies pada area gerbang cluster 30 Tabel 21 Nilai frekuensi spesies pada area jalan lingkungan 31 Tabel 22 Nilai frekuensi spesies pada area taman lingkungan 32 Tabel 23 Nilai frekuensi spesies pada area halaman rumah 33 Tabel 24 Indeks keragaman vegetasi pada area lokasi studi 34 Tabel 25 Nilai aspek fungsi pada area jalan utama 36 Tabel 26 Nilai aspek fungsi pada area jalan lingkungan 37 Tabel 27 Nilai aspek fungsi pada area taman lingkungan 38 Tabel 28 Nilai aspek fungsi pada area halaman rumah 39 Tabel 29 Nilai aspek estetika pada area gerbang utama dan jalan utama 41 Tabel 30 Nilai aspek estetika pada area gerbang cluster 42 Tabel 31 Nilai aspek estetika pada area jalan lingkungan 44 Tabel 32 Nilai aspek estetika pada area taman lingkungan 45 Tabel 33 Nilai aspek estetika pada area halaman rumah 47 Tabel 34 Tipe tata letak penanaman pada jalan utama 50

Tabel 35 Tata letak penanaman pada jalan utama 51

Tabel 36 Tata letak penanaman pada area jalan lingkungan 53 Tabel 37 Tata letak penanaman pada area jalan lingkungan 53 Tabel 38 Tata letak penanaman pada area taman lingkungan 55 Tabel 39 Tipe penataan tanaman pada area halaman rumah 55 Tabel 40 Tata letak penanaman pada area halaman rumah 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian 2

(14)

Gambar 4 Ukuran plot untuk pengambilan data vegetasi 10 Gambar 5 Palem kenari yang ditanam sebagai pengarah 36

Gambar 6 Pohon dengan Fungsi Peneduh 39

Gambar 7 Tanaman pada Gerbang Utama 40

Gambar 8 Pemilihan tanaman dengan tekstur yang menarik 41 Gambar 9 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Grisea 42 Gambar 10 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Canary 43 Gambar 11 Penataan tanaman pada gerbang Cluster Starling 43 Gambar 12 Penataan tanaman jalan lingkungan pada Cluster Grisea 44 Gambar 13 Penataan tanaman pada jalan lingkungan Cluster Canary 45 Gambar 14 Penataan tanaman pada jalan lingkungan Cluster Starling 45 Gambar 15 Penataan tanaman taman lingkungan pada Cluster Grisea 46 Gambar 16 a) Bromelia sebagai tanaman focal point 46 Gambar 17 Penataan tanaman taman lingkungan Cluster Starling 47 Gambar 18 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Grisea 48 Gambar 19 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Canary 48 Gambar 20 Penataan tanaman halaman rumah pada Cluster Starling 49 Gambar 21 Pola penanaman vegetasi pada gerbang utama 50 Gambar 22 Pembagian segmen pada jalan utama (Tanpa skala) 50 Gambar 23 Eksisting tata hijau area gerbang utama 60 Gambar 24 Rekomendasi tata hijau area gerbang utama 61 Gambar 25 Eksisting tata hijau area jalan utama segmen 2 62 Gambar 26 Rekomendasi tata hijau area jalan utama segmen 2 64 Gambar 27 Eksisting tata hijau area jalan utama segmen 5 63 Gambar 28 Rekomendasi tata hijau area jalan utama segmen 5 65

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Curah hujan bulanan pada lokasi penelitian 16 Grafik 2 Suhu udara bulanan pada lokasi penelitian 16 Grafik 3 Kelembaban udara bulanan pada lokasi penelitian 17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Masterplan The Springs Summarecon Serpong 69

2. Indeks nilai penting kelimpahan, dominansi, dan frekuensi pada setiap area lokasi studi 71

3. Penilaian aspek fungsi taman lingkungan 76

4. Penilaian aspek fungsi jalan lingkungan 77

5. Penilaian aspek fungsi halaman rumah 77

6. Penilaian aspek fungsi jalan utama 78

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini, banyak permasalahan yang muncul di Indonesia salah satunya pertambahan jumlah penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia menduduki peringkat ke–4 penduduk terbesar setelah Amerika Serikat. Dalam dekade 1990-2000, laju pertambahan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34% dan 0,92% per tahun.

DKI Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia menjadi kota sentra berbagai aktifitas. Aktifitas tersebut berlangsung di berbagai bidang antara lain : politik, perdagangan, industri, ekonomi, sosial, budaya, dll. Jumlah penduduk DKI Jakarta sebesar 9,6 juta jiwa yang hampir semuanya bertempat tinggal di daerah perkotaan (Badan Pusat Statistik 2010). Padatnya jumlah penduduk di wilayah perkotaan DKI Jakarta menyebabkan keberadaan area terbuka semakin menurun. Hal ini berdampak pada perkembangan kota-kota baru (kota satelit) disekitar wilayah DKI Jakarta. Perkembangan kota baru bertujuan untuk dapat mengatasi permasalahan di kota besar. Adanya perkembangan kota baru juga berdampak perkembangan permukiman-permukiman baru. Banyak pihak pengembang berusaha membangun fasilitas permukiman yang nyaman, aman, dan bernilai estetik secara visual.

Salah satu permukiman yang sedang dikembangkan disekitar wilayah DKI Jakarta adalah lanskap permukiman The Spings Summarecon Serpong yang berlokasi di Kabupaten Tangerang. Lanskap permukiman ini dibangun diatas lahan sebesar 120 hektar. Untuk memenuhi kenyamanan penghuninya, lanskap permukiman dikembangkan dengan konsep harmoni akan hidup sehat. Untuk memenuhi fungsi kenyamanan tersebut, maka pihak pengembang berusaha memberikan fasilitas pendukung salah satunya tata hijau yang menarik.

Tata hijau merupakan dasar dalam pembentukan ruang luar (Hakim 2012). Tata hijau adalah suatu kegiatan terkait dengan penataan tanaman yang disesuaikan dengan fungsi tanaman tersebut. Dalam tata hijau terdapat trend yang digunakan dan berbeda–beda antara satu kawasan dengan kawasan lainnya. Trend tata hijau dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lingkungan, preferensi, faktor ekonomi pemilik properti, dan waktu serta lokasi diterapkannya tata hijau. Lokasi lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong terletak di daerah dataran rendah sehingga berpengaruh terhadap trend tata hijau yang digunakan baik dari segi pemilihan dan penataan tanaman. Oleh karena itu, keunikan tata hijau dari lanskap permukiman ini menarik untuk dikaji lebih mendalam.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengidentifikasi keragaman elemen tanaman yang terdapat pada lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong,

(16)

3. menyusun rekomendasi tata hijau untuk lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. memberikan alternatif yang dapat dipertimbangkan oleh pengembang lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong agar dapat digunakan sebagai langkah selanjutnya di kemudian hari, dan

2. memberikan rekomendasi tata hijau yang dapat diaplikasikan pada lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong.

Kerangka Pikir

The Springs Summarecon Serpong adalah lanskap permukiman besar yang berlokasi di Kabupaten Tangerang. Sebagai permukiman besar, pihak pengembang menyediakan beberapa fasilitas pendukung permukiman salah satunya tata hijau. Tata hijau diterapkan pada beberapa area seperti gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah. Terdapat bermacam–macam vegetasi ditiap area dengan pemilihan dan penataan tanaman yang berbeda. Oleh karena itu, trend dianalisis dalam tiga kelompok parameter yaitu : diversitas vegetasi, fungsi vegetasi, dan tata letak penanaman. Setelah dianalisis, akan disimpulkan trend tata hijau yang diterapkan pada kawasan, kemudian memberikan rekomendasi tata hijau yang ideal dari sisi arsitektur lanskap. Gambar 1 menampilkan diagram alur pikir dari penelitian ini.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Trend Tata Hijau

Trend merupakan gaya yang digemari pada kurun waktu tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trend memiliki pengertian sebagai bentuk yang bermakna sebagai ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu. Trend

dianggap sebagai suatu pola bertahap perubahan kondisi, proses, output, dan kecenderungan rata-rata atau umum dari serangkaian titik data untuk bergerak dalam arah tertentu dari waktu ke waktu. Biasanya trend dipengaruhi oleh perkembangan sesuatu yang diminati banyak orang dalam waktu yang hampir bersamaan.

Trend dapat terjadi disegala bidang salah satunya tata hijau. Dalam tata hijau, trend dapat dilihat dari elemen yang digunakan seperti jenis tanaman yang digunakan, fungsi tanaman, dan pola penanaman yang digunakan. Trend tata hijau dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi lingkungan, preferensi, dan faktor ekonomi pemilik properti, waktu dan lokasi diterapkannya tata hijau.

Tata Hijau

Tata hijau menjadi suatu dasar dalam pembentukan ruang luar. Tata hijau merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan penataan tanaman yang disesuaikan dengan fungsi tanaman tersebut. Menurut Robinson (2006), tata hijau adalah sebuah ekspresi dari fungsi dan kebutuhan penggunanya akan lahan. Karakter dan tujuan dari tata hijau bermacam–macam sesuai dengan kebutuhan manusia. Tata hijau juga merupakan manajemen dari proses vegetasi alami dan tata hijau menjadi sebuah pemenuhan rasa akan aspek estetika.

Tanaman merupakan elemen lembut dalam lanskap yang bersifat alami. Tanaman memiliki peranan penting sebagai penyusun lanskap. Menurut Hakim (2012), dalam penataan dan perancangan tanaman, mencakup empat hal sebagai berikut.

1. Habitus tanaman, adalah tanaman yang dilihat dari segi botanis atau morfologis sesuai dengan ekologis dan efek visual yang ditimbulkan.

2. Karakter tanaman, adalah karateristik fisik tanaman yang dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, warna, tekstur, aksentuasi, dan skala ketinggian.

3. Fungsi tanaman, peletakan tanaman dalam lanskap memiliki fungsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Peletakan tanaman, dalam peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan dari perancangan.

(18)

1. Pola struktur geometrik

Pada pola geometrik lebih didominasi oleh pola elemen keras buatan. Susunan taman baik keras dan lunak juga dibuat dengan pola- pola geometrik

2. Pola natural geometrik

Pada pola natural geometrik lebih didominasi oleh elemen taman alami yang berpola geometrik.

3. Pola struktur alami atau natural

Pada polastruktur alami atau natural didominasi oleh elemen taman alami dengan penerapan pola garis alami dengan tatanan yang disengaja (diatur). 4. Pola alami atau natural

Pada pola alami atau natural lebih didominasi oleh suasana dan susunan yang tidak terlihat adanya kesengajaan pengaturan oleh manusia dan kesan yang muncul benar-benar alami.

Gambar 2 Pola yang terbentuk karena hubungan rumah dan taman

Lanskap Permukiman

Menurut UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan ataupun pedesaan. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.

Tujuan utama pembangunan kawasan permukiman sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Permukiman harus dapat menyediakan kenyamanan dan dapat mengakomodasi penghuninya. Selain itu, permukiman digunakan sebagai tolak ukur dalam memberi arah pertumbuhan wilayah dan penduduk yang rasional. Menurut Doxiadis dalam Budiharjo (1987), agar terciptanya pembangunan permukiman yang sesuai dengan tujuan, terdapat lima faktor utama yang saling berkaitan dan harus dijadikan pokok perhatian, sebagai berikut.

(19)

2. Manusia, antara lain menyangkut tentang pemenuhan kebutuhan fisik atau fisiologis, penciptaan rasa aman dan terlindung, rasa memiliki lingkungan serta tata nilai dan estetika.

3. Masyarakat, menyangkut tentang partisipasi penduduk, aspek hukum, pola kebudayaan, aspek sosial ekonomi, dan kependudukan.

4. Wadah atau sarana kegiatan, menyangkut tentang perumahan, pelayanan umum dan fasilitas umum.

5. Jaringan prasarana, menyangkut utilitas, transportasi dan komunikasi.

Fungsi Tanaman dalam Lanskap

Dalam penataan tata hijau tanaman menjadi elemen utama dalan lanskap. Penanaman tanaman merupakan sebuah ekspresi dari berbagai fungsi dan kebutuhan yang penting baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan manusia (Robinson 2006). Tabel 1 menjelaskan rincian fungsi tanaman dalam lanskap menurut Benson dan Roe (2000), Robinson (2006), dan Chervelii (2005).

Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap

No Fungsi Tanaman Spesifikasi

1. Perbaikan Iklim 1. Modifikasi suhu udara [1][3]

2. Penghalang pergerakan udara[1]

3. Penghalang pergerakan angin[1][3]

4. Mengurangi silau akibat sinar matahari[3]

5. Pengontrol presipitasi dan kelembaban [1]

2. Rekayasa Lingkungan 1. Penyerap polusi udara[1][3]

2. Pengontrol kebisingan [1][3]

3. Penyerap polusi logam berat [1][3]

4. Menyaring partikel berat [1][3]

5. Pengontrol pergerakan [2][3]

6. Pengontrol erosi tanah [1][3]

7. Pengontrol pembuangan air dan penyaringan air [3]

8. Pengunaan produktif [1]

9. Keseimbangan energi [1]

3. Bidang Arsitektur 1. Pemersatu area[1][3]

2. Penghalang pemandangan buruk [3]

3. Pemisah ruang[1][3]

4. Pembatas ruang terbuka [3]

5. Pembentuk ruang pribadi [3]

6. Sebagai alas ruangan [3]

7. Memberikan tema pada suatu lanskap [3]

8. Memperlunak garis arsitektur[2] [3]

9. Penanda lokasi [3]

10. Simbol kepercayaan dan sejarah [3]

4. Fungsi Estetik 1. Menampilkan keindahan bentuk, warna, dan tekstur [2][3]

2. Pembingkai pemandangan [1][3]

3. Pelengkap elemen bangunan [1][3]

4. Pemersatu dengan elemen lainnya [2][3]

5. Pemberi aksen [1][2]

6. Memecah kemonotonan [3]

5. Habitat Satwa Liar 1. Habitat satwa [1][2]

2. Sumber makanan satwa [1][2]

Sumber : 1. Benson dan Roe (2000), 2. Robinson (2006), Chervelii (2005)

Kriteria Fungsi Tanaman

(20)

1. Pengontrol visual

Untuk dapat menciptakan ruangan pribadi dan menghalangi sinar matahari secara efektif, digunakan tanaman rapat dan pagar yang mempunyai ketinggian lebih dari 1,8m. (Carpenter et al 1975). Dalam menciptakan ruang pribadi, kriteria tanaman yang harus dipenuhi adalah memiliki tinggi kurang lebih 6 meter. Dibutuhkan perpaduan antara pohon dan semak sebagai pembatas untuk memenuhi fungsi ini (Walker, 1990).

2. Pembatas fisik

Untuk menghalangi atau membatasi fisik manusia dan hewan maka diperlukan tanaman dengan ketinggian 0,9-1,8 m (Carpenter et al 1975) Tanaman berduri juga dapat menghalangi pergerakan (Grey dan Daneke 1985). Menurut Walker (1990), pergerakan manusia dan satwa dapat dikontrol secara efektif dengan menggunakan tanaman. Untuk mengontrol pergerakan manusia dewasa, dibutuhkan penanaman rendah dengan tinggi kurang lebih 3 meter. Sedangkan untuk remaja dan anak- anak, ukuran tinggi tanaman diantara 3 hingga 6 meter. 3. Pengontrol kebisingan

Tanaman yang dipilih sebagai pengontrol kebisingan harus disesuaikan dengan tinggi pohon, lebar tajuk, dan komposisi tanaman. Menurut Benson dan Roe (2000), tanaman dapat berfungsi sebagai pengontrol kebisingan jika ditanam dalam jumlah tertentu dan biasanya merupakan vegetasi pohon berdaun jarum dengan lebar tajuk kurang lebih 6 meter. Vegetasi berdaun jarum dapat mengurangi kebisingan kendaraan sebesar 75% dan kebisingan yang dihasilkan oleh truk sebesar 30%. Perpaduan penanaman antara pohon, semak dan pagar tanaman juga dapat mengurangi kebisingan akibat kendaraan.

4. Pengontrol polusi udara

Polusi udara dapat berupa polusi partikel udara atau gas. Tanaman dapat digunakan sebagai penyaring udara akibat polusi yang terjadi. Menurut Grey dan Daneke (1985), tanaman yang dapat digunakan untuk mengurangi polusi memiliki pertumbuhan yang cepat, tumbuh sepanjang tahun, percabangan dan daun yang padat, dan memiliki daun yang berambut. Tanaman berdaun jarum memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dalam mengurangi polusi karena memiliki indeks luas permukaan daun yang besar dan daya tahan daun yag tinggi (Benson dan Roe 2000).

5. Pengontrol suhu

Pohon yang memiliki batas kanopi yang tinggi berfungsi dalam menangkap radiasi sinar matahari. Kriteria tanaman yang digunakan untuk menghalangi sinar dan menurunkan temperatur adalah vegetasi yang bertajuk lebar, bentuk daun lebar, dan memiliki ketinggian kanopi lebih dari 2 meter (Simonds 1983). Menurut Cervelli (2005), tanaman dapat mengontrol suhu dengan penanaman secara berkelompok dengan perpaduan antara pohon, semak atau perdu, penutup tanah dan rumput. Selain itu tanaman yan dipilih harus memiliki kanopi dengan daun yang tebal.

6. Pengontrol presipitasi dan kelembaban

(21)

semakin banyak dan menyebabkan kelembaban udara semakin tinggi (Carpenter et al 1975).

7. Pengontrol erosi

Kegiatan manusia yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan tanah seperti tanah menjadi rapuh dan mudah tererosi karena pengaruh hujan dan hembusan angin yang kencang. Oleh karena itu dibutuhkan tanaman dengan perakaran yang kuat agar dapat menahan tanah dari pukulan air hujan. Rumput dapat digunakan sebagai salah satu vegetasi untuk mengontrol erosi. (Chervelli 2005). Menurut Grey dan Daneke (1985), tanaman pohon dan semak juga dapat digunakan sebagai pengontrol erosi.

8. Penahan angin

Tanaman dapat mengontrol angin dengan cara menghalangi, mengarahkan, atau memperkuat angin (Carpenter et al 1975). Menurut Grey dan Daneke (1985), efektifitas penanaman ditentukan oleh tinggi tanaman, lebar penanaman, dan kerapatan daun. Angin yang mempunyai arah tegak lurus terhadap deratan tanaman penahan angin, gerakannya akan dipengaruhi sampai jarak 5-10 kali tinggi tanaman pada ruang dekat pohon dan 30 kali tinggi tanaman di bagian belakang. Pohon yang ditanami dengan massa tertentu dapat memaksa angin untuk naik keatas (Walker 1990).

Estetika Tanaman Dalam Lanskap

Tanaman merupakan salah satu perwujudan alam yang dapat memikat manusia. Selain memiliki fungsi dalam lanskap, tanaman juga memiliki estetika dalam lanskap. Nilai estetika tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, dan bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Selain itu estetika tanaman juga dapat dilihat dari satu tanaman, sekelompok tanaman sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis atapun kombinasi antara tanaman dengan elemen lanskap (Hakim 2012). Menurut Walker (1990) dan Robinson (2006) estetika tanaman dapat dilihat dari segi elemen desain dan prinsip desain, sebagai berikut.

1. Bentuk

Bentuk merupakan kumpulan tanaman secara keseluruhan. Bentuk tanaman dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan jarak. Bentuk dari bagian-bagian tanaman seperti bentuk percabangan, bentuk daun, bunga dan buah. Bentuk tanaman terdiri atas dua yaitu bentuk vertikal dan bentuk horizontal. Bentuk vertikal terlihat pada tinggi dan kerampingan tanaman. Sedangkan bentuk horizontal terlihat pada penyebaran tanaman.

2. Garis dan Pola

Garis dapat menjadi elemen dominan pada komposisi penanaman terutama dapat dilihat dari batang dan percabangan pada sebuah tanaman. Gabungan pola dari beberapa garis terbentuk dari permukaan sebuah benda yang dapat dilihat dari sebuah titik penglihatan.

3. Tekstur

(22)

4. Warna

Warna tanaman dapat berdampak pada kekuatan emosi manusia. Warna yang cerah dapat menimbulkan rasa senang, gembira, dan hangat. Warna lembut dapat memberikan kesan tenang dan sejuk. Bila beberapa jenis tanaman dipadukan dengan berbagai warna maka akan menimbulkan estetika.

5. Keragaman

Keragaman jumlah tanaman yang digunakan dapat membuat komposisi tanaman menjadi lebih menarik.

6. Repetisi / Irama

Repetisi atau irama pada tanaman lanskap merupakan pengulangan dalam peletakan kumpulan tanaman. Repetisi biasanya didapatkan dengan menempatkan individu tanaman berupa spesies tunggal dalam grup ataupun kumpulan.

7. Tema / Kesatuan

Tema atau kesatuan merupakan unsur pemersatu untuk dapat melihat karakter dari lanskap yang ingi dihadirkan. Tema diperoleh dengan melakukan pengulangan atau repetisi.

8. Penekanan / Aksentuasi

Tanaman digunakan sebagai focal point, agar lanskap yang dirancang terlihat memiliki sesuatu yang berbeda dan menjadi ciri khas.

9. Keseimbangan

Keseimbangan dilihat dari komposisi tanaman yang ditanam berdasarkan berat, jumlah, dan kumpulan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong yang berlokasi di Kelurahan Pakulonan Barat, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari 2015 hingga Mei 2015.

Gambar 3 Peta lokasi penelitian (Sumber : Google Maps)

Rancangan Penelitian

(23)

1. Diversitas vegetasi yang mencakup: kelimpahan, dominansi, frekuensi, dan keragaman vegetasi.

2. Fungsi vegetasi yang mencakup: pembatas visual, kontrol kesilauan, peneduh, penahan angin, penahan erosi, pengarah, dan estetika.

3. Tata letak penanaman yang dilihat melalui pola peletakan tanaman.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan beberapa bahan dan alat dalam proses kerja. Bahan dan alat yang digunakan, sebagai berikut.

1. Kertas gambar 2. Peta lokasi 3. Kamera digital 4. Alat tulis 5. Kalkulator 6. Meteran 7. Autocad 2012

8. Adobe Photoshop CS6 9. Microsoft Word 2010 10.Microsoft Excel 2007

Ruang Lingkup Penelitian

Hasil akhir dari penelitian ini dibatasi pada produk rekomendasi tata hijau dalam bentuk landscape plan Area lokasi studi yang diamati meliputi gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah.

Pelaksanaan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei lapang dan analisis deskriptif. Penelitian ini terbagi atas beberapa tahapan meliputi pengumpulan dan identifikasi data, analisis data, dan sintesis. Berikut ini merupakan penjelasan tahapan penelitian yang dilakukan.

Pengumpulan data dan identifikasi tapak

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui obeservasi lapang, pengukuran, kalkulasi, pemotretan, kuisioner dan wawancara. Selain itu dilakukan pengumpulan data sekunder dari sumber–sumber yang berhubungan dengan lokasi penelitian yaitu pengelola setempat, pemerintah, dan studi pustaka. Tabel 2 menjelaskan rincian mengenai data yang dikumpulkan.

Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data

No Jenis data Parameter data Bentuk data Cara

pengumpulan

Sumber data

I. II. Data umum

1. Letak

geografis

Luas wilayah Batas wilayah Ketinggian

Sekunder Studi Literatur Pengelola kawasan

(24)

Tabel 2 Jenis, parameter, bentuk, cara pengumpulan dan sumber data (lanjutan)

No Jenis data Parameter data Bentuk data Cara pengumpulan Sumber data

2. Geologi,

Sekunder Studi Literatur Pengelola kawasan

permukiman, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

4. Vegetasi Jenis tanaman

Dominansi

Primer- Sekunder Studi Literatur,

Observasi lapang

Pengelola kawasan permukiman

Pengumpulan data vegetasi menggunakan metode sampling berpetak dengan menggunakan plot pengamatan. Ukuran plot menggunakan kombinasi metode dari Indriyanto (2006) dan Amjad et al (2014) yaitu: 20 m x 20 m untuk pohon, 10 m x 10 m untuk semak, 5 m x 5 m untuk penutup tanah dan 1 m x 1 m untuk rumput. Data vegetasi ini diambil dengan jumlah 10 plot pada setiap area lokasi studi yaitu gerbang utama, jalan utama, gerbang cluster, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah.

Gambar 4 Ukuran plot untuk pengambilan data vegetasi

Analisis data

Metode analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Pada tahap ini dilakukan analisis diversitas vegetasi, fungsi dan estetika vegetasi, dan tata letak penanaman.

1. Diversitas vegetasi

Untuk memperoleh diversitas vegetasi menggunakan beberapa parameter menurut Indriyanto (2006), sebagai berikut.

a. Kelimpahan Vegetasi

(25)

� �ℎ� = �ℎ � � � �

� �ℎ� � � = � �ℎ� �ℎ� � %

b. Dominansi vegetasi

Dominansi merupakan proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dominansi vegetasi dihitung dengan rumus:

� � � � = � � � � � � � � %

� �� � �� � � � � �

� � � � � � = � �� �� � �� � �� � � � � � � � %

c. Frekuensi vegetasi

Frekuensi vegetasi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi dapat dihitung dengan rumus:

� � = �ℎ �ℎ � � � �

� � � � = �� � %

d. Keragaman

Perhitungan keragaman tanaman dilakukan untuk mengetahui jenis–jenis vegetasi dan sebaran vegetasi diarea studi Perhitungan dilakukan dengan mengikuti metode Shannon-Wiener dengan variabel:

� = − ∑ �� ln �� � � � �� = �� � �⁄

Keterangan :

Pi = Jumlah individu suatu spesies / jumlah total seluruh species Ni = Jumlah individu spesies i

N total = Jumlah total individu

H = Indek keragaman Shannon-Wiener

Nilai perhitungan indeks keragaman (H) tersebut menunjukkan bahwa jika: H<1 = Keragaman spesies rendah

(26)

2. Aspek Fungsi dan Estetika

Penilaian aspek fungsi dilakukan dengan penilaian sendiri yang dilakukan dengan pengamatan langsung pada lapang, sedangkan penilaian aspek estetika dilakukan dengan pengisian kuisioner. Pengisian kuisioner dilakukan oleh mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap tahun 2010 dan 2011 sebanyak 30 orang. Aspek fungsi yang dinilai hanya pada empat area lokasi studi yaitu jalan utama, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah. Adapun komponen fungsi yang dinilai, yaitu: pembatas visual (screen), kontrol kesilauan, peneduh, penahan erosi, pengarah, dan estetika. Pemilihan penilaian aspek fungsi jalan utama berdasarkan kriteria vegetasi untuk jalur hijau jalan pada Peraturan Menteri tahun 2008 mengenai Penyediaan dan Pemanfataan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Tabel 3 menunjukkan aspek fungsi yang dinilai dari masing–masing area lokasi studi.

Tabel 3 Matriks aspek penilaian fungsi tanaman dengan area lokasi studi

Area Lokasi Aspek Penilaian

Pembatas Visual (Screen)

Kontrol Kesilauan

Peneduh Penahan

Angin

Penahan Erosi

Pengarah Estetika

Gerbang utama Jalan utama Gerbang cluster Jalan lingkungan Taman lingkungan Halaman rumah

Penilaian dilakukan dengan membandingkan luas area tapak yang memenuhi kriteria penilaian yang ditetapkan sesuai standar penanaman ideal, sebagai berikut.

 4 (empat) bila volume pemenuhan kriteria ≥81% dari luas area yang diamati

 3 (tiga) bila volume pemenuhan kriteria 61-80% dari luas area yang diamati

 2 (dua) bila volume pemenuhan kriteria 41-60% dari luas area yang diamati

 1 (satu) bila volume pemenuhan kriteria ≤40% dari luas area yang diamati Setelah mendapatkan nilai dari perhitungan skoring kemudian dilakukan perhitungan bobot masing- masing kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian untuk masing- masing kriteria tersebut dijumlahkan sehingga diperoleh nilai total untuk setiap komponen aspek. Nilai total yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai ideal atau total maksimum yang dapat diperoleh masing-masing komponen lalu diubah ke dalam bentuk persen sehingga total bobot penilaian dapat dikelompokkan kembali menjadi empat kategori penilaian akhir untuk setiap aspek. Persyaratan pemenuhan kriteria sebagai berikut.

 Sangat baik bila pemenuhan kriteria ≥ 81%

 Baik bila pemenuhan kriteria 61-80%

 Buruk bila pemenuhan kriteria 41-60%

 Sangat buruk bila pemenuhan kriteria ≤ 40%

(27)

Tabel 4 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman jalan

b) Tajuk bersinggungan / overlapping

c) Ditanam berbaris atau membentuk massa

d) Massa daun rapat

a) Tanaman perdu/ semak, ketinggian

±1.5m

b) Ditanaman rapat/ berkelompok

c) Kontinu/ komposisi menahan silau

dengan baik

d) Bermassa daun padat / rimbun

e) Berdaun sempit atau tebal

f) Berbatang lunak

3 Peneduh a) Pohon dengan tinggi sedang <15m

b) Bentuk tajuk spread/bulat/dome/

irreguler

c) Peletakan sesuai orientasi objek yang

dinaungi

d) Tajuk bersinggungan

e) Bermassa daun padat

f) Percabangan 5m diatas tanah

g) Ditanam secara kontinyu/ teratur

Jumlah Total

b) Kombinasi pohon dan semak atau

penanaman berlapis

c) Ditanam berbaris atau membentuk masa

d) Jarak tanam rapat

e) Tidak berdaun besar

f) Daun tidak mudah rontok

Jumlah Total

5 Penahan erosi Tanaman Pendek

a) Penutupan merata

b) Ditanam secara massal

c) Penutupan tanah tahunan/ rumput

Jumlah Total

b) Pohon konifer (berdaun jarum)

c) Percabangan horizontal

6 Pengarah a) Ditanam secara massal/ berbaris/ linear

b) Kontinu

c) Perdu dengan ketinggian 3 – 6m atau

pohon dengan ketinggian ≥6m

d) Jarak tanam teratur

e) Berkesan rapi dan memudahkan orientasi

Jumlah Total Departemen Pekerjaan Umum (2008)

Tabel 5 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman pada taman publik

No Komponen

b) Tajuk bersinggungan / overlapping

c) Ditanam berbaris atau membentuk massa

(28)

Tabel 5 Kriteria penilaian aspek fungsi tanaman pada taman publik (lanjutan)

h) Kombinasi pohon dan semak atau penanaman

berlapis

i) Ditanam berbaris atau membentuk masa

j) Jarak tanam rapat

k) Tidak berdaun besar

l) Daun tidak mudah rontok

Jumlah Total

3 Peneduh a) Pohon dengan tinggi sedang <15m

b) Bentuk tajuk spread/bulat/dome/ irreguler

c) Peletakan sesuai orientasi objek yang

dinaungi

d) Tajuk bersinggungan

e) Bermassa daun padat

f) Percabangan 2,5m diatas tanah

g) Ditanam secara kontinyu/ teratur

Jumlah Total

4 Penahan erosi Tanaman Pendek

d) Penutupan merata

e) Ditanam secara massal

f) Penutupan tanah tahunan/ rumput

Jumlah Total

f) Pohon konifer (berdaun jarum)

g) Percabangan horizontal

Penilaian komponen aspek estetika meliputi pemilihan dan pengaturan tanaman (gradasi atau repetisi, kesatuan atau tema, aksen atau kontras, dan keseimbangan). Tabel 6 menampilan kriteria dan penilaian aspek estetika.

Tabel 6 Kriteria dan penilaian aspek estetika tanaman

No Komponen

Aspek Estetika

Kriteria Penilaian Penilaian di

Lapang

Nilai ideal Bobot

1 Pemilihan

tanaman

a) Bentuk tajuk dan percabangan menarik

b) Ukuran skalatis

c) Terdapat variasi warna (batang, daun,

bunga, buah)

a) Terdapat perubahan warna untuk tiap

kelompok pada jarak tertentu

b) Terdapat perubahan bentuk untuk tiap

kelompok tanaman pada jarak tertentu

c) Terdapat perubahan tekstur untuk tiap

kelompok tanaman pada jarak tertentu

Jumlah Total

d) Dominansi terlihat (terdapat pola / tanaman

tertentu dalam jumlah tertentu)

a) Memiliki aksen dari segi pengelompokan

tanaman secara massal atau individu dengan struktur unik / khas

(29)

Tabel 6 Kriteria dan penilaian aspek estetika tanaman (lanjutan)

No Komponen

Aspek Estetika

Kriteria Penilaian Penilaian di

Lapang

Nilai ideal Bobot

b) Memiliki aksen dari pengelompokan warna/

bentuk/ tekstur tertentu dari tanaman

Jumlah Total

1-4

2-8

4

8 100%

4. Keseimbangan

a) Terciptanya keseimbangan dari komposisi

tanaman secara visual yang bersifat formal (geometrik/ simetris) ataupun secara informal (nongeometrik/ asimetris)

Jumlah Total

1-4

1-4

4

4 100%

Total 14-56 56

Sumber : Carpenter et al (1975), Booth (1983), Grey dan Daneke (1985), Departemen Pekerjaan Umum (2008)

3. Tata Letak Penanaman

Pada setiap area lokasi studi digambarkan pola penanaman secara spasial dengan bantuan software Autocad. Kemudian dilakukan pengelompokan kemiripan pola penanaman yang didapatkan dari setiap kelompok area lokasi studi.

Sintesis

Setelah dilakukan penilaian pada setiap data, dibuat suatu rekomendasi tata hijau yang ideal pada setiap area untuk lanskap permukiman The Springs Summarecon Serpong dalam bentuk landscape plan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Sejarah Pengembangan Kawasan

Kawasan The Springs Summarecon Serpong merupakan sebuah lanskap permukiman yang dikembangkan oleh PT. Summarecon Agung. Dulunya, PT Summarecon Agung bekerja sama dengan Grup Keris sejak tahun 1993 untuk mengembangkan kawasan mandiri Kelapa Gading atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gading Serpong. Pada tahun 2004 kedua perusahaan ini memutuskan kerjasamanya, sehingga Summarecon mulai mengembangkan kawasan mandiri secara sendiri- sendiri.

Pada tahun 2010, Summarecon Serpong mulai mengembangkan kawasan permukiman The Springs. Berdasarkan masterplan, kawasan The Springs memiliki 10 cluster. Summarecon Serpong sudah mengembangkan 7 cluster hunian yang disertai dengan kawasan komersial The Springs Club. Saat ini, pihak pengelola kembali melakukan pengembangan pada beberapa cluster hunian baru dikawasan The Springs.

Luas, Letak Geografis, Batas Kawasan

(30)

sebelah barat Kota Jakarta dan sebelah utara Kota Tangerang Selatan. Masterplan

kawasan The Springs Summarecon Serpong terdapat pada lampiran 1. Batas–batas tapak secara administratif, sebagai berikut.

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cihuni dan The Springs South– Boulevard

b. Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cisadane

c. Sebelah selatan berbatasan dengan lanskap permukiman de Maja dan de Park, dan

d. Sebelah barat berbatasan langsung dengan Milano Village.

Aksesibilitas

Jarak The Springs dari Jakarta kurang lebih 21 km, sedangkan jarak dengan Kota Tangerang Selatan kurang lebih 11 km. Untuk dapat menuju ke lanskap permukiman The Springs, dapat dilalui oleh tiga akses jalan, sebagai berikut.

a. Dari arah Karawaci dan Jakarta melewati Jalan Tol Tomang–Tangerang b. Dari arah Bumi Serpong Damai melewati Jalan Tol TB. Simatupang c. Melalui Jalan Raya Serpong dari arah Alam Sutra

Iklim

Berdasarkan data Stasiun Klimatologi Pondok Betung, Kota Tangerang Selatan tahun 2014, curah hujan total pada tapak sebesar 2679,3 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sedangkan curah hujan terendah pada bulan Oktober. Suhu udara rata–rata pada tapak sebesar 27,6 C. Kelembaban udara rata- rata sebesar 80%. Grafik 1,2, dan 3 menunjukkan data iklim pada tapak.

Grafik 1 Curah hujan bulanan pada lokasi penelitian

Grafik 2 Suhu udara bulanan pada lokasi penelitian

(31)

Grafik 3 Kelembaban udara bulanan pada lokasi penelitian

Topografi dan Tanah

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah tahun 2010, kawasan The Springs merupakan dataran rendah dengan topografi relatif datar. Kemiringan lahan berkisar 0-8% dan ketinggian wilayah sekitar 29 mdpl. Jenis tanah pada tapak merupakan tanah latosol kemerahan. Tanah ini mengalami pelapukan lanjut dan memiliki kandungan bahan organik, mineral primer dan unsur hara yang rendah. PH tanah ini berkisar antara 4,5–5,5. Tanah ini juga memiliki distribusi kadar liat yang tinggi sebesar 60% hingga lebih. Jenis batuan pada tapak tersusun atas batuan sedimen pliosen.

Sosial Ekonomi

Penghuni lanskap permukiman The Springs terdiri dari penghuni yang berasal dari dalam dan luar daerah Serpong. Status ekonomi penghuni permukiman ini berada pada peringkat menengah hingga tinggi. Sebagian besar penghuni menjadikan permukiman The Springs sebagai rumah tinggal utama dan rumah tinggal untuk perisitirahatan di akhir pekan. Selain itu banyak pemilik yang menjadikan rumah tersebut sebagai investasi.

Konsep Lanskap

Konsep lanskap yang ingin dihadirkan pada lanskap permukiman The Springs terbagi atas dua bagian yaitu konsep bangunan dan konsep tata hijau. Untuk konsep bangunan menggunakan konsep bangunan modern dengan penggunaan bentukan minimalis. Sedangkan konsep tata hijau dirancang terbuka dan ingin menonjolkan arsitektur bangunan. Bentukan–bentukan yang diambil banyak menggunakan pola organik. Vegetasi yang digunakan untuk setiap area lokasi studi berbeda–beda sesuai dengan fungsi dan estetika yang ingin dihadirkan. Pada ketiga cluster, nama cluster diambil dari nama burung yaitu Grisea, Canary, dan Starling. Untuk ketiga cluster, pemilihan jenis vegetasi yang digunakan disesuaikan dengan warna morfologi tubuh burung yang ada pada nama masing– masing cluster.

Fasilitas dan Utilitas

(32)

Sedangkan fasilitas outdoor terdiri dari kolam berenang untuk dewasa dan anak- anak, jogging track, dan taman bermain anak. Pengelola juga menyediakan The Springs Boulevard Commercial sebagai area bisnis pada kawasan The Springs. Pada The Springs Boulevard ini juga terdapat beberapa kantor pengelola bagi kawasan The Springs. Selain itu, pada tiap cluster terdapat miniclub yang menyediakan fasilitas seperti kolam berenang dan tempat bermain anak-anak.

Elemen Tanaman

Elemen tanaman yang terdapat pada 6 area lokasi studi di lanskap permukiman The Springs (Tabel 7 dan 8), yaitu :

1. Pohon sebanyak 34 spesies dimana terdapat 8 spesies pada jalan utama, 3 spesies pada gerbang cluster, 6 spesies pada jalan utama, 20 spesies pada taman lingkungan, dan 13 spesies pada halaman rumah. Pohon berfungsi sebagai peneduh, pembatas visual, penahan angin, kontrol kesilauan, pengarah, pencegah erosi, dan penambah nilai estetika.

2. Semak atau perdu sebanyak 18 spesies dimana terdapat 2 spesies pada gerbang utama dan jalan utama, 4 spesies pada gerbang cluster, 8 spesies pada jalan lingkungan, 11 spesies pada taman lingkungan, dan 9 spesies pada halaman rumah. Semak atau perdu digunakan sebagai pembatas visual, pencegah erosi, dan penambah nilai estetika.

3. Penutup tanah sebanyak 14 spesies dimana terdapat 2 spesies pada gerbang utama dan jalan utama, 4 spesies pada gerbang cluster, 6 spesies pada jalan lingkungan, 9 spesies pada taman lingkungan, dan 11 spesies pada halaman rumah. Penutup tanah digunakan sebagai alas dan menambah nilai estetika. 4. Tanaman rambat sebanyak 2 spesies dimana terdapat 1spesies pada gerbang

utama, jalan utama, jalan lingkungan, taman lingkungan, dan halaman rumah. Sedangkan pada gerbang cluster terdapat 2 spesies. Tanaman rambat yang digunakan berfungsi untuk memperhalus garis yang sangat tegas sehingga terkesan lembut dan sebagai tanaman ornamental.

Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi

No Nama Latin Nama Lokal Area Lokasi Studi

GU JU GC JL TL HR

Pohon

1 Alstonia scholaris L. R.Br Pulai 2 Annona muricata L. Sirsak

3 Bauhinia purpurea L. Bunga kupu- kupu 4 Bismarckia nobilis Hildebr &H.

Wendl

Palem bismark

(33)

Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi (lanjutan)

No Nama Latin Nama Lokal Area Lokasi Studi

GU JU GC JL TL HR

Pohon

21 Peltophorum pterocarpum (DC) K. Heyne

Pelto

22 Phoenix canariensis Hort ex Wendl. Palem kenari 23 Plumeria rubra L. Kamboja

24 Pongamia pinnata L. Pierre Mempari bunga ungu 25 Samanea saman (Jacq.) Merr. Trembesi

26 Spathodea campanulata Beauv. Kecrutan 27 Stenocarpus sinuatus R. Br. Roda api 28 Syzigium sp Jambu 29 Tabebuia crystoticha (Mart. Ex DC.) Tabebuia bunga

kuning

30 Tabebuia pallida Tabebuia bunga pink 31 Tabebuia aurea Tabebuia bunga

putih

32 Terminalia mantaly R.H. Perry Ketapang kencana 33 Thevetia peruviana (Pers.) K. Schum. Thevetia 34 Washingtonia filifera H. Wendl Palem washington

Total 3 13

No Semak / Perdu

1 Agave attenuata Siklok 2 Agave angustifolia HAW Agave 3 Alpinia zerumbet (Pers) B.L. Burtt &

R.M. Smith

Honje kuning

4 Alocasia macrorrhizos L. G. Don Sente

5 Canna sp L. Canna

6 Dracaena draco L. Pandan bali 7 Homolamena picturata Homolamena 8 Heliconia marginata L. Pisang hias 9 Heliconia indica Lam. Pisang hias 10 Heliconia psittacorum L.f Pisang hias 11 Hymenocallis speciosa (Jacq.) Salisb Spider lily

12 Ixora sp Soka

13 Melastoma candidum Harendong ungu 14 Neomarica logifolia Lk. Et Otto Iris kuning 15 Nerium oleander Oleander 16 Ophiopogon jaburan Alang - alang 17 Osmoxylon lineare Kaki laba - laba

18 Yucca sp King yuka

Total 2 2 4 8 9

No Penutup Tanah

1 Arachis pintoi Kacang- kacangan 2 Aerva sanguinolenta L. Bayam merah 3 Axonopus compressus ‘Dwarf’ Rumput gajah 4 Calathea lutea Lindl. Calathea 5 Cymbopogon citratus Brokoli kuning 6 Helmigraphis alternata Sambang getih 7 Nephrolepis exaltata L. Schott Paku jejer 8 Pandanus pygmaeus Dwarf Pandan kuning 9 Phormium tenax variegata Lili brazil 10 Ruellia malacosperma Greenm. Ruellia 11 Serissa foetida Serissa 12 Spathoglottis plicata BL. Anggrek tanah 13 Widelia biflora (L.) DC. Seruni rambat 14 Zoysia matrella Rumput manila

(34)

Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi (lanjutan)

No Nama Latin Nama Lokal Area Lokasi Studi

GU JU GC JL TL HR

Tanaman Rambat

1 Allamanda cathartica L. Alamanda 2 Philodendron selloum C.Koch Daun pilo

Total 1 1 2 1 1 1

Keterangan : GU= Gerbang Utama, JU= Jalan Utama, GC= Gerbang Cluster, JL= Jalan Lingkungan, TL= Taman Lingkungan, HR= Halaman Rumah

Sumber : pengamatan lapang

Tabel 8 Jumlah individu dan spesies tanaman pada area lokasi studi

Area Lokasi Studi Jumlah individu Jumlah spesies

Gerbang Utama 226 5

Jalan Utama 1345 13

Gerbang Cluster 3077 24

Cluster Grisea 963 8

Cluster Canary 1153 8

Cluster Starling 961 10

Jalan Lingkungan 3808 29

Cluster Grisea 2426 15

Cluster Canary 1300 10

Cluster Starling 82 4

Taman Lingkungan 13980 62

Cluster Grisea 2139 28

Cluster Canary 7136 17

Cluster Starling 4705 17

Halaman Rumah 3548 65

Cluster Grisea 1070 25

Cluster Canary 1677 21

Cluster Starling 801 19

Rata - rata 25984 198

Kelimpahan Vegetasi

Kelimpahan atau densitas merupakan jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan kata lain, kelimpahan merupakan jumlah individu per satuan ruang. Kelimpahan juga dapat mencerminkan kerapatan vegetasi pada suatu luasan area (Indriyanto 2006). Perhitungan kelimpahan vegetasi menunjukkan bahwa nilai kelimpahan tertinggi pada sebagian besar area lokasi studi adalah rumput manila (Zoysia matrella). Nilai kelimpahan rumput manila sebesar 42,2%. Penggunaan rumput tinggi karena digunakan sebagai alas pada sebagian besar area lokasi studi. Kelimpahan rumput manila yang tinggi mengindikasikan bahwa kerapatan rumput manila yang tinggi pada sebagian besar area lokasi studi.

Gerbang Utama dan Jalan Utama

Pada area gerbang utama dan jalan utama, nilai kelimpahan spesies hanya terdapat tanaman semak atau perdu dan penutup tanah. Pada area gerbang utama, tanaman dengan nilai kelimpahan spesies adalah semak atau perdu soka (Ixora sp) dengan nilai kelimpahan sebesar 0,03 dan nilai kelimpahan relatif sebesar 19%. Rumput manila (Zoysia matrella) merupakan spesies dengan nilai kelimpahan relatif terbesar yaitu sebesar dengan nilai kelimpahan dan kelimpahan relatif sebesar 0,11 dan 61,9%. Oleh karena itu, rumput manila ditanam dengan kerapatan yang tinggi yaitu sebesar 0,11 per luas area gerbang utama.

(35)

dengan kerapatan yang tinggi yaitu 0,38 per luasan area sampel jalan utama. Selain itu terdapat pisang hias (Heliconia marginata) yang memiliki nilai kelimpahan sebesar 0,1 dan nilai kelimpahan relatif yang lebih kecil dibandingkan dengan rumput gajah yaitu sebesar 18,3%. Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang utama dan jalan utama terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang utama dan jalan utama

Area Lokasi Gerbang Utama Jalan Utama

Kelimpahan K KR (%) Kelimpahan K KR (%)

Pohon - -

Semak / Perdu Ixora sp 0,03 19 Heliconia marginata 0,1 18,3

Penutup Tanah Zoysia matrella 0,11 61,9 Axonopus compressus 0,38 70,8

Tanaman Merambat - -

Keterangan : K = Kelimpahan (batang/ 5000 m²) , KR = Kelimpahan Relatif

Gerbang Cluster

Pada cluster Grisea spesies tanaman yang memiliki nilai kelimpahan spesies adalah penutup tanah. Nilai kelimpahan spesies adalah kacang-kacangan (Arachis pintoi), lili brazil (Phormium tenax variegata) dan rumput manila (Zoysia matrella) sebesar 32,4%. Nilai kerapatan spesies tinggi yaitu sebesar 1,11 dari luasan area gerbang cluster Grisea. Pada cluster Canary hanya terdapat rumput manila dengan nilai kelimpahan relatif sebesar 93,4%. Rumput manila kembali menjadi tanaman dengan kelimpahan tertinggi pada cluster Starling dengan nilai kelimpahan relatif sebesar 92,9%. Pada kedua cluster yaitu cluster Canary dan Starling, rumput manila sama-sama memiliki kerapatan sebesar 25 per luasan area gerbang cluster. Nilai kelimpahan spesies pada gerbang cluster tertinggi terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10 Nilai kelimpahan spesies pada area gerbang cluster

Area Lokasi

Grisea Canary Starling

Nama K KR

Keterangan: P = Perdu, S/P= Semak atau Perdu, PT = Penutup Tanah, TR= Tanaman Rambat, K = Kelimpahan (batang/ 5000 m²), KR = Kelimpahan Relatif, R = Rata - rata

Jalan Lingkungan

Kelimpahan spesies pada area jalan lingkungan ketiga cluster berbeda-beda. Pada cluster Grisea kelimpahan tertinggi adalah rumput manila (Zoysia matrella) sebesar 37,8%. Rumput manila ini memiliki kerapatan yang tinggi sebesar 0,2 per luasan jalan lingkungan cluster Grisea. Selain itu terdapat pandan kuning (Pandanus pygmaeus) sebesar 34% dan agave (Agave sp) sebesar 15,3%. Pada

(36)

manila tersebut sebesar 41,5%. Nilai kelimpahan yang tinggi berhubungan dengan kerapatan rumput manila yang tinggi yaitu 0,58 per luasan area jalan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa rumput manila merupakan spesies tanaman yang memiliki kerapatan yang tinggi pada ketiga area jalan lingkungan. Nilai kelimpahan spesies pada jalan lingkungan terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11 Nilai kelimpahan spesies pada area jalan lingkungan

Area Lokasi

Grisea Canary Starling

Nama K KR

Keterangan: P = Perdu, S/P= Semak atau Perdu, PT = Penutup Tanah, TM= Tanaman Merambat, K = Kelimpahan (batang/ 5000 m²), KR = Kelimpahan Relatif

Taman Lingkungan

Kelimpahan spesies pada area taman lingkungan dimiliki oleh semak atau perdu dan penutup tanah. Pada cluster Grisea, spesies tanaman yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu rumput manila (Zoysia matrella) dengan nilai kelimpahan relatif sebesar 68,6%. Nilai kerapatan rumput manila tersebut adalah 0,49 per luas area taman lingkungan. Kelimpahan spesies lainnya adalah pisang hias (Heliconia marginata) sebesar 3,1%, kacang–kacangan (Arachis pintoi) sebesar 4,8% dan ruellia (Ruellia malacosperma) sebesar 6,5%. Pada area taman lingkungan cluster Canary, spesies tanaman dengan kelimpahan tertinggi adalah spider lily (Hymenocallis speciosa) sebesar 35,4%. Nilai kelimpahan relatif spesies pada taman lingkungan terdapat pada Tabel 12.

Tabel 12 Nilai kelimpahan spesies pada area taman lingkungan

Area Lokasi

Grisea Canary Starling

Nama K KR

1,53 35,4 Hymenocallis

speciosa

Keterangan: P = Perdu, S/P= Semak atau Perdu, PT = Penutup Tanah, TM= Tanaman Merambat, K = Kelimpahan (batang/ 5000 m²), KR = Kelimpahan Relatif

Halaman Rumah

(37)

Nilai ini mengindikasikan bahwa kerapatan rumput manila sebesar 1,5 per luasan area halaman rumah. Spesies tanaman selanjutnya adalah spider lily (Hymenocallis speciosa) sebesar 18,9%, kacang-kacangan (Arachis pintoi) sebesar 7,2%, ruellia (Ruellia malacosperma) sebesar 7,7%, dan pandan kuning (Pandanus pygmaeus) sebesar 7,2%.

Pada cluster Canary, spesies tanaman dengan nilai kelimpahan tertinggi adalah ketapang kencana (Terminalia mantaly) sebesar 60,9%. Nilai kelimpahan absolut ketapang kencana sebesar 3,01. Artinya kerapatan ketapang kencana yang tinggi sebesar 3,01 pada area halaman rumah. Spesies tanaman selanjutnya adalah rambutan (Nephellium lappaceum) dengan nilai kelimpahan relatif sebesar 10,7%, tabebuia bunga pink (Tabebuia pallida) sebesar 8,6%, dan paku jejer (Neprholepis exaltata) sebesar 5,5%.

Pada cluster Starling, nilai kelimpahan tertinggi adalah spider lily (Hymenocallis speciosa) dengan nilai kelimpahan relatif sebesar 32,8%. Hal ini mengindikasikan bahwa spider lily memiliki kerapatan yang tinggi sebesar 0,53 pada area halaman rumah. Spesies tanaman selanjutnya adalah kaki laba- laba (Osmoxylon lineare) sebesar 6,6%, brokoli kuning (Cymbopogon citratus) sebesar 8,8%, lili brazil (Phormium tenax variegata) sebesar 4,9%, ruellia sebesar 13,9% dan rumput manila sebesar 17,6%.

Pada ketiga area halaman rumah tiap cluster, tanaman yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi berbeda-beda. Hanya terdapat beberapa spesies yaitu ruellia dan rumput manila pada cluster Grisea dan Starling. Dapat disimpulkan bahwa spesies yang memiliki nilai kelimpahan tertinggi pada ketiga cluster merupakan spesies yang berbeda-beda. Nilai kelimpahan spesies pada halaman rumah terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13 Nilai kelimpahan spesies pada area halaman rumah

Area Lokasi

Grisea Canary Starling

Nama K KR

0,63 18,9 Hymenocallis

speciosa

0,53 10,7 Hymenocallis

speciosa

Keterangan: P = Perdu, S/P= Semak atau Perdu, PT = Penutup Tanah, TM= Tanaman Merambat, K = Kelimpahan (batang/ 5000 m²), KR = Kelimpahan Relatif

Dominansi Vegetasi

(38)

manila menjadi tinggi karena digunakan sebagai alas pada sebagian besar area lokasi studi.

Gerbang Utama dan Jalan Utama

Dominansi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama berbeda-beda. Pada area gerbang utama, hanya terdapat rumput manila (Zoysia matrella) dengan nilai kelimpahan sebesar 0,43 dan nilai kelimpahan relatif sebesar 81,3%. Pada area jalan utama, pohon yang memiliki dominansi tertinggi adalah pelto (Pelthoperum pterocarpum) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,09 dan 10%. Pohon selanjutnya adalah kamboja (Plumeria rubra) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,12 dan 13%. Pohon trembesi (Samanea saman) memiliki nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,52 dan 55,4%. Tanaman rambat yang memiliki dominansi tertinggi adalah daun pilo (Philodendron selloum) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,05 dan 5%. Nilai dominansi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama dapat dilihat pada Tabel 14.

Pada area gerbang utama dan jalan utama tanaman yang mendominasi berbeda–beda. Untuk area gerbang utama hanya terdapat rumput manila yang memiliki nilai dominansi tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa rumput manila memiliki luas penutupan yang tinggi pada area gerbang utama. Rumput manila digunakan sebagai alas pada area gerbang utama. Untuk area jalan utama, nilai dominansi tertinggi adalah pohon trembesi. Oleh karena itu, pada area jalan utama trembesi yang memiliki luas penutupan yang tinggi.

Tabel 14 Nilai dominansi spesies pada area gerbang utama dan jalan utama

Area Lokasi Gerbang Utama Jalan Utama

Nama D DR

(%)

Nama D DR

(%)

Pohon - Alstonia scholaris

Pelthoperum pterocarpum Plumeria rubra

Samanea saman

0,05 0,09 0,12 0,52

5 10 13 55,4

Semak / Perdu - -

Penutup Tanah Zoysia matrella 0,43 81,3 -

Tanaman Merambat

- Philodendron selloum 0,05 5

Keterangan : D = Dominansi, DR = Dominansi Relatif

Gerbang Cluster

Dominansi spesies pada area gerbang cluster relatif sama yaitu pohon, semak atau perdu, dan penutup tanah. Pada cluster Grisea, pohon yang memiliki dominansi tertinggi adalah palem kol (Licuala grandis) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,07 dan 20,5%. Semak atau penutup tanah yang memiliki dominansi tertinggi adalah siklok (Agave attenuata) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,12 dan 32,% dan spider lily (Hymenocallis speciosa) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,04 an 12,4%. Tanaman penutup tanah yang memiliki dominansi tertinggi adalah kacang-kacangan (Arachis pintoi) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,04 dan 12,4% dan lili brazil (Phormium tenax variegata) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,05 dan 14,3%. Nilai dominansi tertinggi adalah siklok pada area gerbang

(39)

Pada cluster canary, pohon yang memiliki dominansi tertinggi adalah buttercup (Cochlospermum vitifolium) dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,47 dan 42,4% dan palem kol dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,23 dan 20,8%. Sedangkan tanaman semak atau perdu yang mendominasi adalah siklok dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,18 dan 15,8% dan spider lily dengan nilai dominansi dan dominansi relatif sebesar 0,14 dan 12,2%. Tanaman yang mendominasi area gerbang cluster Canary adalah pohon buttercup karena memiliki nilai dominansi tertinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya.

Pada cluster Starling, dominansi spesies dimiliki oleh pohon buttercup (Cochlospermum vitifolium) sebesar 23,6%, siklok (Agave attenuata) sebesar 8,8%, dan rumput manila sebesar 12,5%. Nilai dominansi relatif tertinggi yaitu waru maroon (Hibiscus tiliaceus) sebesar 35,6%. Nilai dominansi spesies pada area gerbang cluster dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Nilai dominansi spesies pada gerbang cluster

Area Lokasi

Grisea Canary Starling

Nama D DR

0,07 20,5 Cochlospermum

vitifolium

Keterangan: P= Perdu, S/P= Semak atau Perdu, PT= Penutup Tanah, TM= Tanaman Merambat, D= Dominansi, DR = Dominansi Relatif, R= Rata - rata

Jalan Lingkungan

Pada area jalan lingkungan cluster Grisea, spesies tanaman dengan dominansi tertinggi adalah palem washington (Washingtonia filifera) sebesar 96,2%. Tidak terdapat semak atau perdu, penutup tanah, dan tanaman rambat yang mendominasi pada area jalan lingkungan. Oleh karena itu, palem washington merupakan spesies tanaman yang mendominasi sebesar 1,6 per luasan pada area jalan lingkungan cluster Grisea. Hal ini terjadi karena luasan area jalan lingkungan yang kecil dibandingkan dengan jlan lingkungan cluster Canary dan Starling.

Pada cluster Canary, nilai dominansi tertinggi adalah rumput manila (Zoysia matrella) sebesar 76,3%. Selain itu terdapat calathea (Calathea lutea) dengan nilai dominansi sebesar 76,3. Tidak terdapat pohon, semak atau perdu, dan tanaman rambat yang mendominasi. Oleh karena itu, rumput manila merupakan spesies tanaman yang mendominasi sebessar 6,33 per luas area jalan lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan spesies tanaman pada area jalan lingkungan sedikit.

Gambar

Grafik 3 Kelembaban udara bulanan pada lokasi penelitian
Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi
Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi (lanjutan)
Tabel 7 Jenis tanaman pada area lokasi studi (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.. Field guide for fishery purposes: The marine fishery resources

 Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah dan DPRD membahas

Dalam distribusi hasil tanaman hortikultura jarang sekali ada pedagang perantara, karena sifat barangnya yang sangat mudah rusak dan juga gampang layu, maka pada umumnya para

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan prestasi belajar aspek pengetahuan siswa pada penggunaan media Peta Konsep dan Multimedia Interaktif

Dari paparan di atas, maka data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung disfemisme, sedangkan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

[r]

Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai tes siswa setelah tindakan dengan melakukan perkalian aljabar dengan menggunakan tabel adalah pada siklus 1 yaitu 31 pada siklus 2

[r]