• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu (quasi eksperimen di SMAN 4 Tangerang Sealatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu (quasi eksperimen di SMAN 4 Tangerang Sealatan)"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG

DIAJAR DENGAN METODE

PROBLEM SOLVING

SECARA

KELOMPOK DAN INDIVIDU

(Quasi Eksperimen di SMAN 4 Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RISKA HARYATI

NIM : 106016200630

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Riska Haryati

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar dengan Metode Problem

Solving Secara Kelompok dan Individu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu. Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Tangerang Selatan pada bulan Oktober 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 64 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah pretest-postest control group design. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen (rata-rata = 72,5 dan standar deviasi = 8,13) lebih tinggi daripada kelompok kontrol (rata-rata = 63,38 dan standar deviasi = 6,34) dan setelah dilakukan uji “t” diperoleh nilai thitung sebesar 5,01 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima, yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu pada konsep ikatan kimia. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode problem solving secara kelompok dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa daripada penggunaan metode problem solving secara individu.

(6)

ii ABSTRACT

Riska Haryati

Differences In Learning Outcomes Between Students Who Are Taught With Methods Of Problem Solving In Groups And Individuals.

This study aims to determine differences in outcomes between students who are taught learning by problem solving methods in groups and individually. This research was conducted in South Tangerang SMAN 4 in October 2010. The research method used was a quasi experiment, the sample was collected by purposive sampling of 64 students divided into 2 groups, experimental and control groups. Design research in this study was pretest-posttest design control group. The instrument used were the instrument of learning outcomes tests. Student learning outcomes of the experimental group (mean = 72.5 and standard deviation = 8.13) higher than in the control group (mean = 63.38 and standard deviation = 6.34) and after the test "t" obtained value of 5,01 whereas tcount, ttable at the 0.05 significance level of 1.99 or tcount> ttable. Then it can be concluded Ho refused and H1 accepted, stating there were significant differences studying the results of chemistry students who are taught with methods of problem solving in groups and individuals on the concept of chemical bonding. This shows that the use of methods of problem solving in groups can improve student learning outcomes than the use of chemical methods of problem solving individually.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat rahmat,

hidayah, dan karunia-Nya serta salawat juga salam penulis ucapkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabat

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Skripsi ini merupakan syarat untuk

memperoleh gelar S1 pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan

Kimia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar dengan Metode Problem Solving Secara Kelompok dan Individu”. ini merupakan wujud tertulis dari penelitian yang penulis lakukan di SMA Negeri 4 Tangerang

Selatan yang terletak di Jl. WR.Supratman, Komplek PERTAMINA. Pd. Ranji,

Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

oktober 2010.

Penulis sangat menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

segala ketulusan dan kerendahan hati. Penulis ingin mengucapkan terima kasih,

khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku dosen pembimbing I.

5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd selaku dosen pembimbing II.

6. Ibu Astuti Murtiningsih, M.Pd. selaku guru pamong yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengajar di kelasnya dan pengarahannya

(8)

iv

7. Kedua orangtuaku Bapak H. Sobri dan Mama Hj. Sopiah, serta

kakak-kakakku yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan doa yang tulus

bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kekasih tersayangku Effendie, SH. yang selalu memberikan semangat serta

dukunganya dalam kehidupan penulis.

9. Teman-temanku semua, khususnya Program Studi Pendidikan Kimia

angkatan 2006 yang selalu memberikan informasi dan semangat. Sukses

selalu buat kalian semua.

10. Adik-adikku di kelas X-3 dan X- 4 SMAN 4 Tangerang Selatan tahun ajaran

2010/2011.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkkan satu persatu namun tidak

mengurangi sedikit pun rasa terimakasih dan hormat penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, April 2011

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORITIK, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 7

1. Hakikat Metode Pembelajaran ... 7

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 7

b. Faktor-Faktor Pemilihan dan Penentuan Metode ... 9

2. Pengertian Metode Problem Solving ... 10

a. Metode Problem solving Secara Kelompok dan Individu ... 12

b. Langkah-Langkah Metode Problem Solving ... 13

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Problem Solving Secara Kelompok dan Individu ... 15

3. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ... 17

a. Definisi Belajar ... 17

(10)

vi

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

4. Ilmu Kimia ... 21

5. Ikatan Kimia ... 22

a. Kestabilan Atom ... 22

b. Ikatan Ion ... 23

c. Ikatan Kovalen ... 23

d. Ikatan Logam ... 25

B. Penelitian Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir... 28

D. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode Penelitian ... 32

C. Desain Penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 34

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 36

1. Tes... 36

a. Uji Validitas ... 37

b. Uji Reliabilitas ... 38

c. Tingkat Kesukaran ... 39

d. Daya Beda ... 40

G.Teknik Pengumpulan Data ... 41

H . Teknik Analisis Data ... 41

1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 41

2. Uji Hipotesis ... 43

I. Hipotesis Statistik ... 45

(11)

vii

1. Hasil Uji Data Pretest ... 46

a. Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 46

b. Data Pretest Kelompok Kontrol ... 47

2.Hasil Uji Data Posttest ... 48

a. Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 48

b. Data Posttest Kelompok Kontrol ... 49

B.Pengujian Prasyarat Analisis ... 50

1. Uji Normalitas ... 50

a. Uji Normalitas Pretes Dan Postes Kelompok Eksperimen... 50

b. Uji Normalitas Pretes Dan Postes Kelompok Kontrol... 51

2. Uji Homogenitas... 52

a. Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol... 52

b. Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol... 53

3. Uji Hipotesis... 54

a. Uji Hipotesis Pretes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol... 54

b. Uji Hipotesis Postes Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol... 55

C.Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 33

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen ... 37

Tabel 3.3. Tingkat Kesukaran …... 39

Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Beda... 40

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Eksperimen... 47

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Kontrol... 48

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Skor Postest Kelompok Eksperimen... 49

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Skor Postest Kelompok Kontrol... 50

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen... 51

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes Kelompok Kontrol... 52

Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol ... 53

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen Dan Kontrol... 53

Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 54

Tabel 4.10. Hasil Uji Hipotesis Postes Kelompok Kontrol ... 55

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ... 62

Lampiran 2 LKS Kelas Eksperimen ... 73

Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol ... 82

Lampiran 4 LKS Kelas Kontrol ... 92

Lampiran 5 Instrumen Penelitian ...101

Lampiran 6 Uji Coba Instrumen Penelitian ...105

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 112

Lampiran 8 Validitas Instrumen ...125

Lampiran 9 Hasil Data Pretest Kel. Eksperimen ...143

Lampiran 10 Uji Normalitas Pretest Kel. Eksperimen ...145

Lampiran 11 Hasil Data Pretest Kel. Kontrol ...146

Lampiran 12 Uji Normalitas Pretest Kel. Kontrol ...148

Lampiran 13 Uji Homogenitas Pretest Kel. Eksperimen dan Kontrol ...149

Lampiran 14 Uji Hipotesis Pretest Kel. Eksperimen dan Kontrol ...150

Lampiran 15 Hasil Data Postest Kel. Eksperimen ...152

Lampiran 16 Uji Normalitas Postest Kel. Eksperimen ...154

Lampiran 17 Hasil Data Postest Kel. Kontrol ...155

Lampiran 18 Uji Normalitas Postest Kel. Kontrol ...157

Lampiran 19 Uji Homogenitas Postest Kel. Eksperimen dan Kontrol ...158

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan adalah masalah yang selalu berpusat pada manusia,

tujuan pendidikan terarah kepada manusia dan oleh karena itu bergantung pada

aspirasi masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga berorientasi pada

keterlibatan sosial supaya manusia sebagai makhluk sosial dapat mengadaptasi

diri dengan lingkungan sosialnya, bahkan dapat memperbaikinya ke arah yang

lebih baik. Pendidikan pada akhirnya terarah pada pengembangan manusia

sempurna. Ini berarti intelektual, sosial, emosional, etik dan religi dikembangkan

secara terpadu, seimbang dan serasi. Dengan demikian, tujuan pendidikan di

dalam suatu negara atau bangsa berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Bahkan di dalam negara sendiri tujuan pendidikan selalu berubah sesuai dengan

perkembangan kebudayaan yang menjadi acuan dasarnya. Oleh karena itu, sukar

bagi kita untuk melihat tujuan pendidikan yang berlaku bagi semua umat manusia

didalam negara yang berbeda-beda. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk

ciptaan Tuhan yang sama,1 siapa pun tidak akan pernah menyangka bahwa

kegiatan belajar mengajar berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh

makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri

setiap pribadi anak didik.

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru

yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur

manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai

mediumnya. Disana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna

mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran

dilaksanakan.

1

(16)

2

Sebagai guru sudah sepatutnya menyadari apa yang sebaiknya dilakukan

untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengatarkan anak didik

kedalam tujuan pembelajaran. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan

suasana belajar yang mengairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik.

Suasana belajar yang kurang mengairahkan dan menyenangkan bagi anak didik

biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang

harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka

masing-masing. Anak didik cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh atas apa yang

disampaikan guru, sementara guru memberikan pelajaran, anak didik juga

melakukan kegiatan lain yang terlepas dari masalah pelajaran. Guru mengajar

sendiri, anak didik juga melakukan kegiatan sendiri dengan topik bahasan

masing-masing. Guru yang hanya mengajar dan tanpa memperhatikan mengerti tidaknya

anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan akan mendapatkan reaksi

negatif dari anak didik, anak didik kurang senang. Umpan balik dari anak didik

pun tidak terjadi.

Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan

pembelajaran. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan

bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar

mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item

soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana

tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan

persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus.2

Pada pendidikan IPA khususnya kimia, dengan standar kompetensinya (SK)

yaitu memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur dan ikatan kimia, dan

kompetensi dasarnya (KD) yaitu membandingkan proses pembentukkan ikatan

ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam serta hubungannya

dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.3 Menuntut kemampuan guru yang

tinggi untuk memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap

paling tepat dan efektif untuk memotivasi anak didik agar terdorong dan mampu

2

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal. 3- 4.

3

(17)

3

berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.

Rendahnya hasil belajar kimia siswa disebabkan karena guru lebih sering

menyampaikan materi kepada peserta didik dengan tujuan agar terjadi proses

belajar pada peserta didik, namun membuat sebaliknya, yaitu peserta didik tidak

melibatkan secara aktif dalam proses belajar, tetapi hanya sekedar memperhatikan

dan mencatat tanpa ada keinginan untuk mau mengerti materi itu dan sebagian

besar guru belum mampu menciptakan suasana pemberian tugas yang menarik

dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa terbebani

dalam belajar kimia. Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang

tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam

kegiatan belajar-mengajar.4

Berdasarkan kondisi belajar tersebut, maka untuk mengatasinya diperlukan

adanya suatu metode yang dapat menarik siswa untuk mempelajari ilmu kimia.

Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis

materi yang diajarkan. Kurang tepatnya menggunakan metode pembelajaran,

dapat menimbulkan kebosanan, atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami

konsep yang diajarkan. Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep kimia

khususnya pada konsep ikatan kimia ini, diperlukan adanya suatu strategi belajar

yang tepat yang didalamnya tercakup metode pembelajaran yang mempunyai

andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar-mengajar.

Saat ini banyak sekali metode pembelajaran bermunculan,

metode-metode tersebut mengharuskan adanya suatu perubahan lingkungan belajar. Suatu

variasi dimana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi di dalam

kelompok-kelompok kecil sehingga siswa dapat saling bekerjasama, saling membantu

berdiskusi dalam memahami materi pembelajaran maupun mengerjakan tugas

secara individu maupun kelompok. Salah satunya adalah pembelajaran dengan

menggunakan soal-soal yang dibuat oleh guru, kemudian soal tersebut dijawab

secara individu maupun kelompok dengan mencari alternatif pemecahan

masalahnya. Metode yang dimaksud adalah metode problem solving

4

(18)

4

Dengan metode problem solving, siswa diharapkan dapat berpartisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu maupun kelompok dan termotivasi

untuk belajar serta mampu menggiatkan siswa untuk berpikir kritis sebagai suatu

proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data, analisis data

dan evaluasi data dengan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif serta

melakukan seleksi berdasarkan hasil evaluasi. Dan dapat menjadikan siswa aktif,

kreatif, dan inovatif dalam mencari dan memahami konsep-konsep kimia yang

bersifat abstrak dengan cara memvisualisasikannya, khususnya pada konsep

ikatan kimia. Serta tercipta dialog antara siswa dan guru sehingga proses

pembelajaran lebih bermakna.

Dari latar belakang itulah, maka peneliti akan meneliti tentang “Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Diajar dengan Metode Problem Solving Secara

Kelompok dan Individu”.

B. Identifikasi Masalah

Berbagai macam latar belakang masalah yang mendasari terhadap hasil

belajar yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini antara

lain :

1. Hasil belajar siswa yang masih rendah.

2. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

3. suasana belajar yang kurang mengairahkan dan menyenangkan

4. Minimnya pemahaman guru tentang metode pembelajaran.

5. Guru tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Tidak sesuainya pemilihan metode dengan konsep ikatan kimia.

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalah yang telah diidentifikasikan, maka peneliti

membatasi masalah yang diteliti hanya pada masalah perbedaan hasil belajar

kimia siswa yang diajarkan secara kelompok dan individu melalui metode

(19)

5

Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah pada skripsi ini dan

agar pembahasanya lebih terarah lagi, maka peneliti berusaha untuk memberikan

batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Adapun hasil belajar yang akan di bahas disini adalah hasil belajar kimia

siswa dengan menggunakan metode problem solving pada konsep Ikatan Kimia.

2. Perlakuan berupa penggunaan metode problem solving yang diajar secara individu pada kelompok kontrol dan metode Problem solving yang diajar secara kelompokpada kelompok eksperimen.

3. Adapun Konsep yang akan dibahas adalah konsep ikatan kimia yang meliputi

kestabilan ion, ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka

perumusan masalah yang akan diteliti yaitu: ”Bagaimana perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diajar dengan metode problem solving secara kelompok dan individu?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia

siswa yang menggunakan metode problem solving secara kelompok dengan menggunakan metode problem solving secara individu.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang dapat diambil adalah sebagai

berikut:

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi calon peneliti lain yang akan

melakukan penelitian mengenai metode pembelajaran

2. Diharapkan skripsi ini menjadi bahan masukan bagi guru dalam memilih

metode pembelajaran yang paling tepat agar proses belajar-mengajar menjadi

(20)

6

3. Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh selama duduk dibangku kuliah.

4. Sebagai panduan bagi calon guru untuk memulai mengajar disekolah-sekolah.

(21)

7

BAB II

LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat Metode Pembelajaran

a. Pengertian metode pembelajaran

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai. Nilai edukatif

mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi

yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar

merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan manfaat

segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Maka siapapun yang telah

menjadi guru harus mengenal, memahaminya dan mempedomaninya

ketika akan melaksanakan pemilihan metode. Bila ada para ahli yang

mengatakan bahwa makin baik metode itu, maka makin efektif pula

pencapaian tujuannya.1

Metode adalah tehnik/cara mengajar. Metode adalah salah satu alat

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode adalah pelicin jalan

pengajaran menuju tujuan/sasaran. Jadi, guru sebaiknya menggunakan

metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat

dijadikan sebagai alat yang efisien untuk mencapai tujuan.2

Dalam hal ini metode pengajaran adalah cara yang digunakan untuk

mencapai tujuan atau alat untuk mengoperasionalkan apa yang

direncanakan dalam strategi. Metode pengajaran menjadi salah satu unsur

dalam strategi belajar mengajar.3

1

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal.1 dan 78.

2

Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal.80 3

(22)

8

Dalam strategi pembelajaran terdapat beberapa metode yang

digunakan, 4seperti berikut :

1) Ceramah, metode pembelajaran dengan cara memberikan penjelasan

lisan secara langsung terhadap siswa.

2) Tanya Jawab, metode pembelajaran dengan menggunakan pertanyaan

sebagai stimulasi dan jawaban-jawabannya sebagai pengarahan

aktivitas belajar.

3) Diskusi, metode pembelajaran dengan cara penyampaian bahan

pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengadakan perbincangan ilmiah tentang suatu topik guna

mengumpulkan/ mengemukakan pendapat.

4) Demonstrasi, metode pembelajaran dengan jalan guru atau siswa

sendiri memperlihatkan gerakan-gerakan, suatu proses dengan

prosedur yang benar disertai dengan keterengan-keterangan kepada

seluruh siswa.

5) Discovery, metode pembelajaran dengan melakukan penemuan atau pendapatan definisi-definisi dan kesimpulan-kesimpulan.

6) Simulasi, metode pembelajaran dalam bentuk permainan yang diatur,

yang dilakukan oleh siswa, sehingga terjadi proses belajar mengajar

untuk memperoleh pemahaman tentang hakekat suatu konsep prinsip.

7) Bermain peran, metode pembelajaran dengan cara interaksi siswa

dengan siswa dengan memerankan peranan yang berkaitan dengan

materi yang dipelajari.

8) Pemecahan masalah (Problem solving), bertujuan untuk mengembangkan proses berpikir siswa melalui pemberian masalah

yang harus dipecahkan.5

4

Anissatul Mufarokah, M.Pd.I. 2009. Strategi Belajar-Mengajar. Yogyakarta : Teras. hal.86-97

5

(23)

9

Akhirnya, dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan

bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan

belajar-mengajar. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya, dikarenakan adanya pengaruh atau perangsang dari luar.

Oleh karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang

dapat membangkitkan minat belajar seseorang.6

b. Faktor-Faktor Pemilihan dan Penentuan Metode

Untuk memilih metode mengajar yang akan dilakukan dalam rangka

perencanaan pengajaran, perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar, yaitu :

1) Kemampuan atau keterampilan guru, yaitu bagaimana kemampuan

dan keterampilan guru dalam menggunakan metode yang ditetapkan.

2) Kebutuhan peserta didik, diruang kelas guru akan berhadapan dengan

sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan.

3) Fasilitas, lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi

belajar anak didik disekolah.

4) Tujuan pembelajaran, dalam arti apakah metode yang dipilih dan akan

dipakai cukup baik untuk membantu tercapainya tujuan belajar.

5) Situasi kegiatan, guru menciptakan situasi belajar mengajar yang

berbeda.

6) Bidang studi/mata pelajaran, setiap mata pelajaran atau bidang studi

memiliki karakteristik tersendiri baik obyek dan ruang lingkupnya.7

6

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar(edisi revisi). Jakarta : Rineka Cipta. hal.73.

(24)

10

2. Pengertian Metode Problem Solving

metode Problem solving adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa dalam menghadapi berbagai

masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk

dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.8

belajar memecahkan masalah bertujuan untuk mengembangkan proses

berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan.

Tergantung dari sifat masalah yang dibawa kedalam kelas, teknik

pemecahanya dapat dilaksanakan secara berkelompok atau secara individu.

Dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari, metode problem solving

banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan

metode ini guru tidak memberikan informasi dulu, tetapi informasi diperoleh

siswa setelah memecahkan masalahnya.9

Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan

berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, seorang

individu tidak akan mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila

individu tersebut belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan

seterusnya. Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving

dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari

data sampai kepada menarik kesimpulan. Belajar pemecahan masalah

merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi.10 Kerena metode ini

menuntut siswa untuk berpikir secara logis dan kreatif dalam menyelesaikan

masalah yang mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu

masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui

proses berpikir yang sistematis dan cermat.

8

Iif khoiru Ahmadi, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. hal. 55

9

Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya : Airlangga University Press. hal. 115.

10

(25)

11

Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah problem solving dalam pembelajaran IPA yaitu :11

a. Problem solving sebagai tujuan. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal

atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode. Anggapan yang penting

dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana

menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama”

(primary reason) belajar.

b. Problem solving sebagai proses. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang

dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini,

yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik

yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

c. Problem solving sebagai keterampilan dasar terakhir. Pengertian problem solving sebagai keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan. Apa itu problem solving?

Dalam pembelajaran, pemecahan masalah menjadi semakin penting,

dikarenakan IPA merupakan pengetahuan yang logis, sistematis, berpola,

artifisial, abstrak, dan yang tak kalah penting menghendaki justifikasi atau

pembuktian. Sifat-sifat ini menuntut pembelajar menggunakan

kemampuan-kemampuan dasar dalam pemecahan masalah, seperti berpikir logis, berpikir

strategik. Selain itu secara timbal balik maka dengan mempelajari IPA, siswa

terasah kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Menurut Jhon Dewey, masalah adalah sesuatu yang belum pasti.

Menurut pendapatnya masalah yang perlu dikemukakan memiliki 2 kriteria

yaitu :12

11

Sumardyono. Pengertian Dasar Problem Solving- http://problemsolving.p4tkmatematika.org/ . diakses tanggal 27 juli 2010. Pukul 11: 05 WIB.

12

(26)

12

1. Masalah yang dipelajari harus sesuatu yang penting untuk masyrakat dan

perkembangan kebudayaan.

2. Masalah yang dipelajari adalah suatu yang penting dan relevan dengan

permasalahan yang dihadapi siswa.

a. Metode Problem Solving Secara Kelompok Dan Individu.

1) Problem Solving Secara Kelompok

Problem solving secara kelompok adalah suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial, dimana proses kelompok

merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar

perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif.

Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik

kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual

sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar.13 Hal ini dapat

melatih siswa untuk dapat menyelesaikan soal-soal secara bersama dan

tepat, sehingga siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat

membantu siswa yang kemampuannya rendah dalam memahami konsep

dan memecahkan masalah. Tiap-tiap kelompok memiliki kemampuan

yang berbeda sehingga terjadi saling bantu-membantu satu dengan

lainnya. Keuntungan lainnya murid memiliki kesempatan untuk bisa

berbicara banyak, lebih nyaman untuk ambil resiko dalam menguji coba

pemikirannya selama aktivitas problem solving. Oleh karena itu, perlu merubah posisi tempat duduk siswa agar memungkinkan mereka aktif

berpartisipasi dalam diskusi.

2) Problem Solving Secara Individu

Sedangkan problem solving secara individu adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing

individu yang tidak terikat dengan kehadiran guru dan kehadiran teman

13

(27)

13

sekolah. hal yang terpenting adalah peningkatan kemauan dan

keterampilan peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang

lain, sehingga pada akhirnya peserta didik akan berusaha sendiri dahulu

untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya, kalau

mendapat kesulitan barulah bertanya dengan guru.14 Siswa mengikuti

kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus

sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya.

Metode ini dapat membuat siswa mempertajam analisis, memupuk

tanggung jawab, mengembangkan daya tahan mental, memecahkan

masalah, berpikir kreatif, kritis dan dapat membuat siswa bergairah

dalam belajar karena pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil

belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan keberanian dalam

mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri tentang apa

yang dipelajarinya.15

b. Langkah-Langkah Metode Problem Solving.

1) Langkah-Langkah Metode Problem Solving Secara Kelompok

Penyelesaian masalah menurut David Johnson dan Johnson

dilakukan melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok

bahasan dalam pembelajaran diberikan kepada siswa untuk

diselesaikan. David Johnson dan Johnson mengemukakan lima langkah,

yaitu :16

a) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa

tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas

masalah apa yang dikaji.

b) Mendiagnosis masalah, yaitu membentuk kelompok kecil.

Kelompok ini mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah serta

14

Martinis Yamin. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta. hal. 107.

15

Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras.hal. 96. 16

(28)

14

menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat

maupun factor yang dapat mendukung dalam penyelesaian

masalah.

c) Merumuskan alternative strategi, yaitu pada tahap ini kelompok

mencari dan menemukan berbagai alternative tentang cara

menyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok harus kreatif, berpikir

secara divergen, memahami pertentangan diantara berbagai ide dan

memiliki daya temu yang tinggi.

d) Menemukan dan menerapkan strategi, yaitu mengambil keputusan

tentang strategi mana yang dapat dilakukan.

e) Mengevaluasi keberhasilan strategi, yaitu dalam langkah terakhir

ini kelompok mempelajari tentang evaluasi proses dan evaluasi

hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan

pelaksanaan kegiatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi

terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.

2) Langkah-Langkah Metode Problem Solving Secara Individu

banyak para ahli yang menjelaskan tentang bentuk penerapan

strategi pembelajaran problem solving. Salah satunya adalah John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan

enam langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode Problem Solving, yaitu : 17

a) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah

yang akan dipecahkan.

b) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah

secara kritis dari berbagai sudut pandang.

c) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai

kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya.

17

(29)

15

d) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mengambil atau

merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan

penolakkan hipotesis yang diajukan.

e) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau

merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan

penolakkan hipotesis yang diajukan.

f) Merumuskan rekomendasi, yaitu langkah siswa menggambarkan

rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian

hipotesis dan rumusan kesimpulan.

c. Kelebihan Dan Kekekurangan Metode Problem Solving Secara

Kelompok Dan Individu.

1) Kelebihan metode problem solving

a) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir

siswa secara kreatif dan menyeluruh.

b) Proses belajar mengajar melalaui pemecahan masalah dapat

membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah

secara terampil.18

c) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk

lebih memahami isi pelajaran.

d) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa

bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara

berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan

hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

e) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai

siswa

f) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk

secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan

formal telah berakhir.19

18

(30)

16

2) Kekurangan metode problem solving

a) Sulit untuk memuat kelompok yang homogen.

b) Pengetahuan guru tentang pengelompokkan ini kadang-kadang

masih belum mencukupi.

c) Anggota kelompok tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan

oleh pemimpin kelompok.

d) Dalam belajar bersama kadang-kadang tidak terkendali,

sehingga menyimpang dari rencana dan berlarut-larut.20

e) Interaksi antar anggota kelompok dapat juga terhambat karena

ada anggota yang ragu-ragu mengemukkan pendapatnya.

f) Status sosial anggota, ada anggota yang statusnya lebih tinggi

dan kurang mampu mengintegrasikan diri dengan

anggota-anggota lain. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak

mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit

untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk

mencoba21.

g) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah

memerlukan waktu yang cukup lama dan sering terpakasa

mengambil waktu pelajaran lain.

h) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan

menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak

berpikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang

kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar,

merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.22

19

Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : kencana. hal.220.

20

Anissatul Mufarakah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Teras.hal.93. 21

W. Gulo. 2002.. Strategi belajar-mengajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. hal. 130 – 131.

22

(31)

17

i) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.23

3. Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar

a. Definisi Belajar

Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah

berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.24 Sedangkan belajar kimia

dapat diartikan sebagai hasil perubahan tingkah laku yang disengaja

sebagai hasil belajar kimia yang dapat ditunjukkan oleh adanya perubahan

dari tak biasa atau peningkatan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap

dan tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek

lain yang ada pada diri siswa yang bersangkutan setelah menerima

pembelajaran. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepajang kehidupan

manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang ingin

dicapai.

Ada empat pilar pendidikan universal yang dirumuskan UNESCO (1996),25 yaitu :

1) Learning to know atau learning to learn, belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga

harus berorientasi kepada proses belajar.

2) Learning to do, bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar

untuk berbuat dengan tujuan akhir pengusaan kompetensi yang sanagt

diperlukan dalam era persaingan globalisasi.

23

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal.221

24

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cet. ketujuh. Jakarta : kencana. hal.110.

25

(32)

18

3) Learning to be, bahwa belajar adalah membentuk manusia yang

“menjadi dirinya sendiri” dengan kpribadian yang memiliki tanggung

jawab sebagai manusia.

4) Learning to live together, adalah belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam

masyarakat global di mana manusia baik secara individual maupun

kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri

bersama kelompoknya.

Dalam interaksi belajar-mengajar terjadi proses saling

mempengaruhi satu sama lain. Bukan hanya guru yang mempengaruhi

siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru akan

berbeda, apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif. Siswa

mempunyai peran yang lebih besar karena, mereka sebagai subyek yang

berinteraksi bukan hanya guru tetapi dengan sesama siswa, dengan

buku-buku serta medinya.

Seorang guru perlu menyadari dan memahami bahwa

prinsip-prinsip belajar sangat penting dalam proses belajar-mengajar. Beberapa

prinsip yang perlu diketahui oleh seorang guru adalah sebagai berikut :

1) Prinsip perkembangan, sehubungan dengan perkembangan ini maka

kemampuan anak pada setiap jenjang usia berbeda dan tingkat kelas

berbeda-beda. Guru hendaknya memperhatikan dan menyesuaikan

dengan kemampuan anak tersebut.

2) Prinsip perbedaan individu, guru perlu mengarti benar tentang adanya

keragaman ciri-ciri siswa, baik didalam menyiapkan dan menyajikan

pelajaran maupun dalam memberikan tuigas-tugas.

3) Minat dan kebutuhan anak, pengajaran perlu memperhatikan minat dan

kebutuhan. Kareana, setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan

sendiri-sendiri.

4) Aktivitas siswa, guru hendaknya merencakan pengajaran, yang

(33)

19

5) Motivasi, motif disebut dorongan atau kebutuhan merupakan suatu

tenaga yang ada pada diri individu atau siswa yang

mendorongnyauntuk mencapai suatu tujuan.26

Dari uraian diatas kita ketahui, bahwa proses belajar-mengajar

merupakan suatu proses yang memegang peranan penting bagi

keberhasilan pengajaran. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

siswa, sedang mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru.

Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi

kegiatan belajar siswa.

b. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

dan tidak mengajar. hal ini dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa

dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

kemampuan mental yang lebih baik sedangkan dari sisi guru merupakan

suatu pencapaian tujuan pembelajaran.27

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor.

1) Ranah Kognitif, siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan mengevaluasi.

2) Ranah Afektif, siswa dapat melakukan penerimaan, partisipatif,

menentukan sikap, mengorganisasi, dan membentuk pola hidup.

3) Ranah Psikomotor, siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat

gerak-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola

gerak dan menciptakan gerak-gerak baru.28

26

R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. 2003. Perencaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta .hal.24-27.

27

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Mengajar Jakarta : Rineka Cipta. hal. 3-4. 28

(34)

20

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh

guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan

pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar

dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

yang lebih baik lagi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa

hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang

telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu

lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar

turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai

hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam proses belajar mengajar terjadilah interaksi antara berbagai

komponen (guru, siswa, tujuan, bahan, metode dan lain-lain).

masing-masing komponen saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan

pendidikan dan pengajaran. melalui materi pembelajaran yang dipelajari

oleh siswa dengan menggunakan metode problem solving secara kelompok dan individu menjadikan siswa untuk berpikir secara logis dan kreatif

dalam menyelesaikan masalah yang mengacu pada proses mental individu

dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara

mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat,

serta bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan berdiri sendiri

tentang apa yang dipelajarinya.

berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa yaitu :29

29

(35)

21

1) Bahan atau hal yang dipelajari siswa. Bahan yang dipelajari akan

menentukan metode belajar yang akan ditempuh dan waktu yang

digunakan.

2) Fakto-faktor lingkungan. Dibagi dua : lingkungan alami seperti

keadaan suhu, kelembaban udara yang sejuk dan lingkungan sosial;

baik yang berwujud manusia maupun yang berwujud hal-hal lain yang

mempengaruhi hasil belajar.

3) Faktor-faktor instrumental. Adalah faktor yang adanya pengaruhnya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, faktor ini

beerupa : gedung sekolah, ruang belajar dan perlengkapan, program

belajar-mengajar dan sebagainya.

4) Kondisi individu si pelajar. Merupakan salah satu faktor pemegang

peranan paling menentukkan. Kondisi si pelajar dibedakan menjadi :

kondisi fisiologis ; kondisi fisik dan panca indra. Kondisi psikologis;

bakat, minat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif.

4. Ilmu kimia

Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengatuhan alam yang

mempelajari tentang sifat, struktur materi, komposisi materi, perubahan

dan energi yang menyertai perubahan materi.30

Pemahaman ilmu kimia tercermin dalam materi sains yang

diberikan, yang dapat diterangkan dan dipahami baik-baik jika dilengkapi

dengan landasan-landasan ilmu kimia dan bahasa sebagai alat berpikir.

Konsep dasar tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang

membantu untuk memahami bagaimana bangunan sains itu dibuat. Dengan

mempelajari ilmu kimia, siswa yang diharapkan :

1) Dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan,

kebanggaan nasional, dan kebebasan serta kekuasaan tuhan yang

maha esa.

2) Memahami konsep-konsep Kimia dan saling keterkaitan.

30

(36)

22

3) Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang

dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

4) Mengembangakan keterampilan proses untuk memperoleh

konsep-konsep Kimia dan menumbuhkan sikap dan sifat ilmiah.

5) Menerapkan konsep-konsep Kimia untuk menghasilkan karya

teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

5. Ikatan Kimia31

Ikatan kimia adalah gaya yang bekerja pada gabungan atom atau

ion. Atom-atom di alam cenderung bergabung dengan atom yang lain

membentuk molekul unsur atau senyawa, atau membentuk senyawa ion. Pada

proses penggabungan atom-atom tersebut dapat terikat satu sama lain.

Atom-atom yang sukar mengalami perubahan disebut sebagai atom

stabil. Oleh karena itu, untuk bergabung atom akan berubah dahulu, maka

atom-atom yang stabil sukar bergabung dengan atom yang lain. Pada saat

atom-atom yang lain bergabung, yang berubah hanyalah

elektron-elektronnya.

a. Kestabilan Atom 32

Atom-atom dari unsur yang tidak stabil mempunyai kecendrungan

bergabung dengan atom-atom lain (atom yang sama maupun yang

berbeda). Atom-atom tersebut bergabung melalui suatu ikatan kimia. Kossel dan Lewis membuat kesimpulan bahwa atom-atom akan

stabil bila konfigurasi elektron terluarnya dua (duplet) atau delapan (oktet). Untuk membentuk keadaan stabil seperti gas mulia, dengan cara

membentuk ikatan ion atau ikatan elektron bersama.

31

Unggul Sudarmo. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal.42 32

(37)

23

1) Ikatan Ion

Ikatan ion (ikatan elektrokovalen) adalah jenis ikatan kimia yang

dapat terbentuk antara ion-ion logam dengan non-logam (atau ion

poliatomik seperti amonium) melalui gaya tarik-menarik elektrostatik.

Dengan kata lain, ikatan ion terbentuk dari gaya tarik-menarik antara

dua ion yang berbeda muatan.

Unsur-unsur logam umumnya mempunyai energi ionisasi rendah,

sedangkan unsur-unsur nonlogam mempunyai afinitas elektron yang

tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa antara unsur-unsur

logam dengan unsur-unsur nonlogam umumnya akan membentuk

ikatan ion.33

Contoh :

NaCl merupakan contoh yang mudah untuk memahami terjadinya

ikatan ion. Disini terjadi pelepasan dan penangkapan elektron, yaitu

atom Natrium melepaskan sebuah elektron valensinya sehingga terjadi

ion natrium, Na+ dan elektron ini ditangkap oleh atom Klor sehingga

terjadi ion klorida, Cl-.

Na (2, 8, 1) → Na(2, 8) + e Cl (2, 8, 7) + e → Cl(2, 8, 8)

Selanjutnya ion klorida dan ion natrium saling tarik menarik dengan

gaya elektrostatis sehingga terjadi ikatan ion.34

2) Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terbentuk karena pemakaian

pasangan elektron bersama atau Ikatan yang terjadi karena atom-atom

yang berikatan memiliki kelektronegatifan yang setara dan tidak

33

Sudarmo Unggul. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal. 45 34

(38)

24

memiliki kelebihan orbital kosong yang berenergi rendah.35dan

ikatanya disebut ikatan kovalen, sedangkan bila pasangan elektron

yang digunakan berasal dari salah satu atom yang berikatan disebut

ikatan kovalen koordinasi atau kovalen dativ.36

Ikatan kovalen dapat terbentuk dari beberapa pasangan elektron,

seperti tunggal contohnya F2 atau H2, namun dapat pula terjadi rangkap

dua seperti pada molekul gas CO2, dan rangkap tiga terjadi gas astilen

C2H2.

Contoh pembentukkan ikatan kovalen tunggal, ikatan ganda dan ikatan

rangkap tiga.

35

Ikatan kovalen. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ikatan-kimia/ikatan-kovalen-2/. Diakses 23 juli 2010.

36

(39)

25

Contoh pembentukkan ikatan kovalen koordinasi:

Reaksi proses pembentukan ikatan kovalen koordinasi,(a) pembentukan

ion H+ dari atom H dan (b) NH3 menyumbang elektron bebasnya

membentuk ion amonium (NH4+).37

3) Ikatan Logam38

Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya

tarik-menarik yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak.

Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat

mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif.

Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilat,

dapat menghantarkan listrik, dan kalor dengan baik, mudah dan dapat

diulur menjadi kawat. Gaya tarik ion positif atom-atom logam dengan

lautan elektron mengakibatkan terjadinya ikatan logam.39

37

Ikatan kovalen. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ikatan-kimia/ikatan-kovalen-2/. Diakses 23 juli 2010

38 Unggul Sudarmo. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Phibeta. hal. 53

(40)

26

ion positif awan elektron

B. Penelitian Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan judul penelitian yang peneliti ambil adalah:

1. Penelitianyang dilakukan oleh Muhammad Adim dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Malang Tahun Ajaran

2007/2008”. Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

hasil belajar swiswa yang diajar dengan problem solving dan model

konvensional. Pembelajaran dengan problem solving dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas siswa dari 85,1 menjadi 89,1, sedangkan pembelajaran

model konvensional menurunkan rata-rata kelas kelas dari 85,5 menjadi

84,7. Siswa yang diajar dengan problem solving memiliki rata-rata efektif

yang lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model

konvensional.40

2. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Yuningsih dengan judul “Pengaruh Pendekatan Metode Belajar Problem Solving Dan Minat Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pelajaran Ekonomi Kelasa VIII SMP Negeri 2

40 Diakses 25 juli 2010Skripsi Muhammad Adim. 2008. “Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Pada Siswa Kelas Xi Sman 2 Malang Tahun Ajaran 2007/2008”. Universitas Negeri Malang. Program Studi

Pendidikan Kimia. Jurusan Kimia FMIPA.

(41)

27

Kertasura”. Menunjukkan bahwa metode problem solving dan minat belajar terhadap hasil belajar ekonomi diperoleh persamaan regresi : Y =

11,684 + 0,840X1 + 0,322X2. Uji regresi diperoleh Fhitung > Ftabel atau

31,226 > 3,12 (taraf signifikan 5%). Berarti antara metode problem solving dan minat belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi. Uji t untuk variabel metode problem solving diperoleh

thitung > dari ttabel atau 5,865 > 1,99 dan untuk variabel minat belajar

diperoleh thitung > ttabel atau 3, 412 > 1,99(taraf signifikan 5%). Kedua

variabel menunjukkan bahwa variabel metode problem solving dan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar ekonomi sebesar 44, 8%

sedangkan sisanya sebesar 55,2 % dipengaruhi oleh variabel lain.41

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fachru Rizal Fatoni dengan judul

“Pengembangan Metode Problem Solving Dengan Menggunakan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada

Siswa Kelas X SMA Negeri Malang”. Menunjukkan bahwa

pengembangan metode problem solving dengan menggunakan mind mapping meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada mata pelajaran ekonomi.

Diketahui nilai aktivitas belajar siswa pada tiap-tiap siswa dan dipeoleh

rata-rata 53,9 dan dari hasil analisis ketuntasan belajar siswa yang ditinjau

dari aspek kognitif pada siklus I, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang

tuntas belajar pada siklus I sebanyak 16 siswa atau 50 % dari jumlah siswa

dan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sama sebanyak 16 siswa atau

50% dari jumlah siswa. Pada siklus II dilakukan koreksi dan perbaikan

dengan bertolak dari hasil refleksi pada siklus I. Bila dilihat dari aktivitas

belajar siswa dapat diketahui nilai aktivitas belajar siswa dan diperoleh

rata-rata 78,2 dan dari ketuntasan hasil belajar pada siklus II terjadi

kenaikan ketuntasan belajar, bahkan semua siswa mencapai ketuntasan

41

(42)

28

belajar yaitu 32 siswa atau 100% dari jumlah siswa, sehingga terjadi

kenaikkan 50%.42

4. Penelitian yang dilakukan oleh Widya Yuni Astuti dengan judul

“Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Pengusaan Konsep Getaran

Dan Gelombang Bernuasan Nilai”. Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara pengusaan konsep siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan metode problem solving pada pokok bahasan getaran dan gelombang bernuansa nilai dengan yang memperoleh pembelajaran

getaran dan gelombang tidak bernuansa nilai. Dengan kata lain, penerapan

metode problem solving memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep getaran dan gelombang bernuansa nilai. Hasil rata

N-gain untukl pengusaan konsep kelas eksperimen 0,78 dan kelas kontrol

sebesar 0, 56 dengan hasil uji hipotesis thitung= 3,7263 yang berada diluar

ttabel ± 1, 6723.43

C. Kerangka Berpikir

Pada dasarnya pengajaran Kimia merupakan hasil dari proses belajar yang

mengarahkan peserta didik kepada cara berpikir ilmiah dengan mengupayakan

supaya kondisi belajar dapat berlangsung secara efektif guna menimbulkan

kesadaran pada diri masing-masing untuk memelihara dan menjaga

keseimbangan, dan keharmonisan termasuk sikap saling menghargai sesama

makhluk hidup.

Oleh karena itu, dalam mempelajari Kimia siswa dituntut untuk lebih peka

terhadap permasalahan yang ada dan berusaha untuk menyelesaikannya sehingga

siswa tersebut dapat mengerti apa yang sedang ia pelajari. Dan dengan

membiarkan siswa dihadapkan pada belajar dari masalah, maka kelak nantinya ia

42

Skripsi Fachru Rizal Fatoni . 2010.“Pengembangan Metode Problem Solving Dengan Menggunakan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri Malang”. Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Universitas Negeri Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ekonomi-pembangunan/article/.. diakses 25 juli 2010.

43 Widya yuni astuti. 2009. Skripsi “Pengaruh Metode Problem Solving

(43)

29

juga akan terbiasa memecahkan masalah sendiri dengan baik dan dalam kaitanya

dengan Kimia. Dengan latar belakang dan siafat pembawaan individu yang

berbeda-beda, mengakibatkan adanya perbedaan kemampuan dari setiap siswa

dalam menerima dan memahami suatu materi pelajaran, ada siswa yang

kemampuannya rendah, sedang dan cepat dalam menerima materi.

Dan biasanya seorang siswa akan merasa senang dengan sesuatu hal yang

baru, jika ia tahu langkah-langkah apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan

masalahnya.

Salah satu tolak ukur kepandaian siswa adalah di tentukan dari

kemampuan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dalam proses

belajar-mengajar siswa perlu diberi soal-soal yang menjadi masalah agar siswa nantinya

lebih peka terhadap masalah yang akan dihadapi.

Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran disekolah tergantung pada

strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Cara guru dalam menciptakan

suasana kelas akan mempengaruhi pada hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru

harus mampu menggunakan metode yang bisa melatih siswa untuk menghadapi

berbagai masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk

dipecahkan secara sendiri atau secara bersama-sama.

Metode pembelajaran yang dengan kondisi tersebut adalah metode

(44)

30

Proses Belajar-Mengajar

Metode problem solving

Individu

Hasil Belajar Kimia

Metode problem solving

kelompok

Faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar

a) Siswa terbiasa untuk berpikir kritis, sistematis dan logis.

b) Siswa memperoleh pengalaman lebih banyak dalam upaya menemukan cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah.

c) Siswa merasa memiliki keberanian untuk aktivitas-aktivitas belajar semacam itu.

Oleh karena itu, dapat dibuat kerangka berpikirnya, sebagai berikut :

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir 1. Bahan atau hal yang dipelajari

2. Faktor-faktor lingkungan

(45)

31

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian

ini yaitu: Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang diajar dengan

(46)

32 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Tangerang Selatan yang beralamat

di Jln. Pd. Ranji. Komp. Pertamina. Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian

ini dilaksanakan pada tanggal 11 – 29 Oktober, tahun ajaran 2010-2011.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen atau

pre-eksperimental yaitu eksperimen yang belum baik.1 karena pengontrolannya hanya

dilakukan tehadap satu variabel saja. Jadi sesuai dengan tujuan peneliti yang

hanya ingin melihat sejauhmana perkembangan suatu hasil pada kelompok

eksperimen selama diberi perlakuan.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan pretest-postest contol group design, desain ini merupakan pengembangan desain pretest-posttest group

dengan desain static group comparison.2 Perbedaanya terletak pada baik kelompok pertama dan kelompok pengontrol dilakukan pengukuran didepan

(pretest).3 Sebelum diberi perlakukan pada kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada konsep ikatan kimia, kemudian diberi

perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok yang satu menggunakan metode problem solving secara kelompok, sedangkan kelompok yang lain menggunakan metode

problem solving secara individu dan terakhir diberikan postest untuk mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa tentang konsep ikatan kimia. Berikut

adalah urutan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti :

1

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. hal.123.

2

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta. hal.125

3

(47)

33

1. Menentukan kelas-kelas yang akan dijadikan kelompok subjek penelitian

serta menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu kelas yang akan

diberi perlakuan problem solving secara kelompok dan yang akan diberi perlakuan problem solving secara individu.

2. Memberikan tes kemampuan awal (pretes) tentang konsep ikatan kimia pada

kedua kelas tersebut.

3. Memberikan treatment (perlakuan) kepada kelas yang dijadikan subjek penelitian pada konsep ikatan kimia, dengan perlakuan problem solving

secara kelompok dan problem solving secara individu.

4. Memberikan tes kemampuan akhir (postes) tentang konsep ikatan kimia pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal-soal yang sama.

5. Menilai hasil tes yang diperoleh dari kedua kelompok perlakuan, yaitu:

kelompok atau kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan metode

problem solving secara kelompok dan yang akan diberi perlakuan problem solving secara individu.

6. Untuk selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisis dan dipersiapkan untuk

membuat laporan penelitian.

[image:47.595.124.521.102.467.2]

Selanjtnya Desain penelitiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

E(kel)

O1 X1 O2

E(indv)

O1 X2 O2

Keterangan :

E(kel) = Kelompok eksperimen secara kelompok

E(indv) = Kelompok Kontrol secara individu

O1 = Pretes untuk kelompok eksperimen

(48)

34

X1 = Perlakukan dengan menggunakan metode Problem solving secara kelompok

X2 = Perlakukan dengan menggunkan metode Problem solving secara individu

O2 = Postes untuk kelompok eksperimen

O2 = Postes untuk kelompok kontrol

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok besar yang akan dijadikan generalisasi temuan

penelitian.4 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa- siswi

SMAN 4 Tangerang Selatan. Dan populasi terjangkaunya adalah seluruh

siswa-siswi SMAN 4 Tangerang Selatan kelas X tahun pelajaran 2010-2011. Sedangkan

sampel adalah kelompok kecil yang diselidiki dalam proses penelitian.5 Sampel

dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu sampel bertujuan yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,

random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.6 Di SMAN 4

Tangerang Selatan jumlah kelas X ada 10 kelas. 8 kelas regular dan 2 kelas

bilingual dengan jumlah masing-masing sebanyak 32 siswa/kelas. Tetapi peneliti

hanya mengambil dua kelas saja sebagai sampelnya yang memiliki karakteristik

yang hampir sama, yaitu kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X-4

sebagai kelompok kontrol.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya.7

4

Susilo. 2009. Prinsip-Prinsip Dan Teori Dasar Penelitian Pendidikan. Ja

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Pretest Dan Posstest
tabel nilai-t dengan taraf signifikan 95% dengan α = 0,05 dan dk = n1 + n2
Gambar 5.8. Ikatan molekul dengan atom penyusun yang berbeda atom H dan O, membentuk senyawa air
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penyajian Mengulas tentang • Pengertian protozoologi, pembagian klas protozoa • ciri umum, taksonomi, genus, kajian morfologi, siklus hidup protozoa • bagaimana peran

1 Termasuk anak TKI yang dibawa pulang ke Indonesia dan tidak dirawat dengan baik oleh orang tuanya atau bahkan di

The lever’s reliability model of the multi-functional engine is formulated on the basis of the interface between the rings of two surfaces, the direction of motion, and the angle

Ini merupakan indikator yang sangat baik sekali untuk sistem titrasi asam asetat dengan NaOH, sebab titik ekuivalen titrasi ini terjadi pada pH yang sedikit basa (bukan pada pH =

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Tahap pertama, pra peliputan peristiwa yakni tahap penentuan topik liputan pemberitaan atau disebut sebagai proses perencanaan (agenda setting) yang dilaksanakan

Penguatan kemitraan dalam pengembangan usaha difokuskan pada tahapan kemitraan yaitu, identifikasi kebutuhan mitra, penentuan aspek yang perlu dimitrakan, identifikasi

Rencana Kinerja yang disingkat Renja mempunyai fungsi penting dalam sisteem perencanaan daerah, hal ini sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun