• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Umum Rawat Inap Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Umum Rawat Inap Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

T E S I S

Oleh

ALAMSYAH LUKITO 107032072/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALAMSYAH LUKITO 107032072/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

Nama Mahasiswa : Alamsyah Lukito Nomor Induk Mahasiswa : 107032072

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 18 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2012

(6)

ABSTRAK

Kualitas pelayanan rumah sakit dengan segala unsur yang ada dalam lingkungan internal dan eksternalnya yang saling berinteraksi akan memengaruhi keberhasilan rumah sakit tersebut dalam mencapai kepuasan pasien umum. Pelayanan kesehatan pasien umum di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan masih menghadapi masalah : pelayanan obat yang kurang memuaskan, waktu konsultasi dengan dokter sangat terbatas, ruang rawat inap kurang nyaman, tidak tepatnya jam kunjungan dokter ke ruang rawat inap dan perawat yang bersikap kurang ramah kepada pasien.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien umum di ruang rawat inap Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Jenis penelitian adalah survei explanatory pada pasien umum sebanyak 140 pasien umum. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang diukur dari aspek dimensi bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan serta empati berpengaruh terhadap kepuasan pasien umum di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Dimensi empati memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kepuasan pasien umum (β =1,402).

Disarankan kepada Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien umum dengan memperhatikan dimensi kualitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien umum, Dimensi empati perlu menjadi perhatian khusus karena merupakan aspek paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien umum.

(7)

ABSTRACT

The quality of service of a hospital with all of the elements included in its interacting internal and external environments will influence the success of the hospital in reaching the satisfaction of its regular patients. The health service for the regular patients in Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan is still facing problems such as less satisfactory medicine service, very limited time of consultation with doctors, uncomfortable patient wards, and non-punctual visit of doctor to the in-patient wards, and nurses who are less friendly to in-patients.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of service quality on the satisfaction of regular patients in the in-patient wards in Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan. The data for this study were obtained from 140 regular patients through questionnaire-based interviews and then were analyzed through multiple linear regression tests.

The result of this study showed that the quality of service measured based on the aspects of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy had influence on the satisfaction of regular patients in Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan. Empathy dimension was the variable that had the biggest influence on the satisfaction of regular patients (β = 1.402).

The Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan is suggested to improve their quality of service for the regular patients to pay attention to the dimension of service quality that it can improve the satisfaction of regular patients. The dimension of empathy needs to be especially paid attention because it is the most dominant aspect influencing the satisfaction of regular patients.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan

rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Umum Rawat Inap Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

(9)

4 Dr. Juanita, S.E, M.Kes, selaku ketua komisi pembimbing dan Siti Khadijah

Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk

membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Dr. Dra. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku

penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,

mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari

proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Kolonel CKM. dr. M. Munif selaku Kepala Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian serta memberikan data yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian

7. Dr. Ir. Mhd. Asaad, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Sumatera Utara yang

telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan

pendidikan dan sekaligus memberikan izin belajar pada Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera

Utara.

8. dr. H. Aswin Soefi Lubis, M.Si, PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda H. Syaiful

Masturum dan Ibunda Hj. Chotibah atas segala jasa dan do’a restunya sehingga

(10)

Teristimewa buat istri tercinta dr. Lina Viviana, serta anakku Shanaya Sonya

Kinsky yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan serta do’a dan cinta dalam

memberikan motivasi dan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini

tepat waktu.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Juli 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Alamsyah Lukito, lahir pada tanggal 11 April 1968 di Pendopo (Palembang),

anak ke-tujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Syaiful Masturum

dan Ibunda Hj. Chotibah.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di YPP

Stanvac Indonesia Pendopo selesai Tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama di SMP

YPP PT.Stanvac Indonesia Pendopo selesai Tahun 1983, Sekolah Menengah Atas di

SMA Bhakti Ibu I Palembang selesai tahun 1986, Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Sumatera Utara (UISU) Medan, selesai Tahun 1995.

Mulai bekerja sebagai dokter PTT di Kabupaten Rejang Lebong Kecamatan

Curup Propinsi Bengkulu tahun 1997 sampai tahun 2001, menjadi dokter teladan

Kabupaten Rejang Lebong tahun 1999 serta dokter teladan III Propinsi Bengkulu

tahun 1999. Sebagai dokter CPNS Departemen Kesehatan RI dan ditempatkan di

Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Tapanuli Tengah Kecamatan Pandan Puskesmas

Pinang Sori tahun 2002 sampai 2003. Staf pengajar Tetap di Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Sumatera Utara tahun 2009 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat

(12)

DAFTAR ISI 2.2 Karakteristik Jasa dan Pemasaran Jasa ... 16

2.3 Pelayanan Kesehatan ... 17

2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan ... 17

2.3.2 Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar ... 17

2.3.3 Karakteristik Pelayanan Kesehatan ... 18

2.3.4 Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan ... 20

2.3.5 Pelayanan Rawat Inap ... 22

2.6.1 Kualitas Pelayanan Rawat Inap ... 34

2.6.2 Pelayanan Tenaga Medis ... 36

2.6.3 Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit ... 37

2.6.4 Penyediaan Sarana Medik, Non Medik dan Obat-obatan ... 38

2.7 Landasan Teori ... 39

(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 54

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 55

3.7 Metode Analisis Data ... 55

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 58

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 58

4.1.2 Tugas dan Kewajiban Rumkit ... 59

4.1.3 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 59

4.1.4 Tenaga Kesehatan dan Pelayanan di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 60

4.2 Identitas Responden ... 60

4.3 Kualitas Pelayanan di Rumah Sakit Putri Hijau Tingkat II Kesdam I/BB Medan ... 62

4.4 Kepuasan Pasien Umum terhadap Pelayanan Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 68

4.4.1 Kepuasan Pasien Umum terhadap Pelayanan Administrasi di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan 68 4.4.2 Kepuasan Pasien Umum terhadap Pelayanan Dokter di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 71

(14)

4.4.4 Kepuasan Pasien Umum terhadap Pelayanan Petugas Laboratorium dan Obat di Rumah Sakit Tingkat II Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan ... 77

4.5 Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Umum ... 82

4.6 Analisis Multivariat (Uji Regresi Linier Berganda) ... 84

4.6.1 Uji F (Uji Serempak) ... 84

4.6.2 Uji t (Uji Parsial) ... 84

4.6.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 87

BAB 5. PEMBAHASAN ... 88

5.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Dimensi Bukti Fisik (Tangible) terhadap Kepuasan Pasien Umum ... 88

5.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan Dimensi Kehandalan (Reliability) terhadap Kepuasan Pasien Umum ... 90

5.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan Dimensi Daya Tanggap (Responsiveness) terhadap Kepuasan Pasien Umum ... 91

5.4 Pengaruh Kualitas Pelayanan Dimensi Jaminan (Assurance) terhadap Kepuasan Pasien Umum ... 94

5.5 Pengaruh Kualitas Pelayanan Dimensi Empati (Emphaty) terhadap Kepuasan Pasien Umum ... 95

5.6 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Umum Umum ... 97

5.7 Analisis Diagram Kartesius Kesesuaian Harapan dengan Kenyataan Kualitas Pelayanan ... 99

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

6.1 Kesimpulan ... 103

6.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Distribusi Sampel Penelitian di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau

Kesdam I/BB Medan ... 43

3.2 Validitas Dimensi Bukti Fisik ... 46

3.3 Validitas Dimensi Kehandalan ... 46

3.4 Validitas Dimensi Daya Tanggap ... 47

3.5 Validitas Dimensi Jaminan ... 47

3.6 Validitas Dimensi Empati ... 48

3.7 Validitas Harapan Pelayanan Administrasi ... 48

3.8 Validitas Kenyataan Pelayanan Administrasi ... 49

3.9 Validitas Harapan Pelayanan Dokter ... 49

3.10 Validitas Kenyataan Pelayanan Dokter ... 50

3.11 Validitas Harapan Pelayanan Perawat ... 50

3.12 Validitas Kenyataan Pelayanan Perawat ... 51

3.13 Validitas Harapan Pelayanan Penunjang Medik ... 51

3.14 Validitas Kenyataan Pelayanan Penunjang Medik ... 52

3.15 Variabel, Definisi Operasional, Dimensi dan Indikator ... 52

3.16 Pengukuran Variabel Bebas ... 54

3.17 Pengukuran Variabel Terikat ... 55

4.1 Distribusi Identitas Responden di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 62

(16)

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Dimensi

Kehandalan (Reliability) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam

I/BB Medan ... 65

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Dimensi Daya Tanggap (Responsiveness) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 66

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Dimensi Jaminan (Assurance) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan . 67 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Dimensi Empati (Emphaty) di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 68

4.7 Distribusi Harapan Responden tentang Pelayanan Administrasi di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 70

4.8 Distribusi Kenyataan Responden tentang Pelayanan Administrasi di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 71

4.9 Distribusi Harapan Responden tentang Pelayanan Dokter di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 73

4.10 Distribusi Kenyataan Responden tentang Pelayanan Dokter di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 74

4.11 Distribusi Harapan Responden tentang Pelayanan Perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 76

4.12 Distribusi Kenyataan Responden tentang Pelayanan Perawat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 77

4.13 Distribusi Harapan Responden tentang Pelayanan Petugas Laboratorium dan Obat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 79

4.14 Distribusi Kenyataan Responden tentang Pelayanan Petugas Laboratorium dan Obat di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan ... 80

4.15 Distribusi Kepuasan Responden ... 83

4.16 Distribusi Skor Responden Kategori tidak Puas ... 83

4.17 Distribusi Skor Responden Kategori Sangat Puas ... 84

4.18 Kepuasan Pasien Umum Menurut Persepsi tentang Kualitas Pelayanan .... 84

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Diagram Importance Performance ... 14

2.2 Proses Persepsi ... 27

2.3 Landasan Teori ... 40

2.4 Kerangka Konsep Penelitian ... 40

3.1 Diagram Kastesius ... 57

4.1 Diagram Kastesius Pelayanan Administrasi ... 70

4.2 Diagram Kastesius Pelayanan Dokter ... 73

4.3 Diagram Kastesius Pelayanan Perawat ... 76

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 108

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 115

3. Uji Univariat ... 120

4. Uji Bivariat ... 138

5 Uji Multivariat ... 139

(19)

ABSTRAK

Kualitas pelayanan rumah sakit dengan segala unsur yang ada dalam lingkungan internal dan eksternalnya yang saling berinteraksi akan memengaruhi keberhasilan rumah sakit tersebut dalam mencapai kepuasan pasien umum. Pelayanan kesehatan pasien umum di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan masih menghadapi masalah : pelayanan obat yang kurang memuaskan, waktu konsultasi dengan dokter sangat terbatas, ruang rawat inap kurang nyaman, tidak tepatnya jam kunjungan dokter ke ruang rawat inap dan perawat yang bersikap kurang ramah kepada pasien.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien umum di ruang rawat inap Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Jenis penelitian adalah survei explanatory pada pasien umum sebanyak 140 pasien umum. Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang diukur dari aspek dimensi bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan serta empati berpengaruh terhadap kepuasan pasien umum di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Dimensi empati memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kepuasan pasien umum (β =1,402).

Disarankan kepada Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien umum dengan memperhatikan dimensi kualitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien umum, Dimensi empati perlu menjadi perhatian khusus karena merupakan aspek paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien umum.

(20)

ABSTRACT

The quality of service of a hospital with all of the elements included in its interacting internal and external environments will influence the success of the hospital in reaching the satisfaction of its regular patients. The health service for the regular patients in Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan is still facing problems such as less satisfactory medicine service, very limited time of consultation with doctors, uncomfortable patient wards, and non-punctual visit of doctor to the in-patient wards, and nurses who are less friendly to in-patients.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of service quality on the satisfaction of regular patients in the in-patient wards in Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan. The data for this study were obtained from 140 regular patients through questionnaire-based interviews and then were analyzed through multiple linear regression tests.

The result of this study showed that the quality of service measured based on the aspects of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy had influence on the satisfaction of regular patients in Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan. Empathy dimension was the variable that had the biggest influence on the satisfaction of regular patients (β = 1.402).

The Putri Hijau Hospital Kesdam I/BB Medan is suggested to improve their quality of service for the regular patients to pay attention to the dimension of service quality that it can improve the satisfaction of regular patients. The dimension of empathy needs to be especially paid attention because it is the most dominant aspect influencing the satisfaction of regular patients.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepuasan pasien merupakan fungsi dari penilaian pasien terhadap pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

menerima pelayanan kesehatan dari pihak rumah sakit sebagai provider, pasien akan

merasa puas jika kualitas pelayanan rumah sakit lebih tinggi atau setidaknya sama

dengan yang diharapkan pasien.

Menelaah masalah kualitas pelayanan terutama pelayanan kesehatan di rumah

sakit tidaklah mudah karena disatu sisi mempunyai tanggung jawab sosial dengan

memberikan pelayanan kesehatan secara manusiawi, tetapi di sisi lain juga harus

memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi menyangkut penyelenggaraan rumah sakit

yang memerlukan biaya investasi, operasional dan pemeliharaan yang begitu besar.

Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan rumah sakit dinilai baik apabila pelayanan

kesehatan yang diberikan dapat memberikan kepuasan pada diri setiap pasien yang

menjadi sasaran pelayanan kesehatan tersebut.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat menyebabkan

perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal rumah sakit, sehingga

para pengelola rumah sakit harus mengubah paradigma atau cara pandang bahwa

rumah sakit sekarang ini bukanlah semata-mata organisasi yang bersifat sosial namun

sudah berorientasi kepada organisasi profit. Meningkatnya teknologi kedokteran

(22)

berpikir dan berusaha secara sosioekonomi dalam mengelola rumah sakitnya dalam

menghadapi persaingan pasar (Trisnantoro, 2000).

Pihak manajemen rumah sakit harus sadar akan tingginya persaingan dalam

pasar globalisasi saat ini, agar dapat terus bersaing dan melanjutkan kelangsungan

hidup organisasi. Pihak manajemen selalu siap mengantisipasi dengan berbagai cara

agar dapat memperoleh pangsa pasar. Dengan semakin besarnya pangsa pasar yang

diperoleh maka dimungkinkan suatu perusahaan jasa seperti rumah sakit

memperoleh pasar yang tinggi. Salah satu kunci agar berhasil dan dapat

mempertahankan pasar tersebut adalah memahami lebih baik kebutuhan dan proses

pelayanan kepada pasien, termasuk didalamnya dengan memberikan kualitas

pelayanan yang terbaik.

Menurut Tjiptono (2002) seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dimana perubahan-perubahan berlangsung cepat, pendidikan masyarakat

semakin tinggi, sehingga kebutuhan, keinginan serta tuntutan masyarakat sebagai

pelanggan rumah sakit juga semakin kompleks. Untuk mewujudkan dan

mempertahankan kepuasan pasien, organisasi rumah sakit harus melakukan empat hal

sebagai berikut : Pertama, mengidentifikasi siapa pelanggannya. Kedua, memahami

tingkat harapan pelanggan atas kualitas. Ketiga, memahami strategi kualitas layanan

pelanggan. Dan keempat, memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari

kepuasan pelanggan.

Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada mutu atau kualitas suatu

(23)

dalam Shahin (1994), kualitas suatu jasa sangat ditentukan oleh 5 (lima) dimensi,

yakni bukti langsung (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap

(responsiveness), jaminan (assurance), dan empati (emphaty). Dimensi-dimensi

inilah yang digunakan pelanggan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan jasa,

sehinggga kepuasan dan ketidakpuasan akan tergantung pada 5 dimensi tersebut.

Parasuraman et al. dalam Shahin (1994), antisipasi kualitas atau mutu harus

dilakukan oleh rumah sakit untuk tetap bertahan dan berkembang adalah dengan cara

meningkatkan pendapatan dari pasien, karena pasien merupakan sumber pendapatan

dari rumah sakit baik secara langsung (out of pocket). Tanpa adanya pasien, rumah

sakit tidak dapat bertahan dan berkembang mengingat biaya operasional rumah sakit

yang sangat tinggi. Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan kunjungan pasien ke

rumah sakit maka rumah sakit harus mampu menampilkan dan memberikan kepuasan

kepada pasien.

Salah satu cara utama mendiferensiasikan pelayanan jasa kesehatan termasuk

pelayanan rawat inap adalah memberikan jasa pelayanan kesehatan yang berkualitas

lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi

harapan pasien tentang kualitas pelayanan yang diterimanya. Setelah menerima jasa

pelayanan kesehatan pasien akan membandingkan jasa yang dialaminya dengan jasa

yang diharapkan. Jika jasa yang dialami berada dibawah jasa yang diharapkan, pasien

tidak berminat lagi pada penyedia pelayanan kesehatan. Jika jasa yang dialami

(24)

Parasuraman et al. dalam Shahin (1994) mengidentifikasi adanya kesenjangan

antara persepsi konsumen dan persepsi penyedia jasa pelayanan yang mengakibatkan

kegagalan penyampaian jasa yang berkualitas. Penyedia jasa pelayanan tidak selalu

memahami secara tepat apa yang diinginkan konsumen. Lebih lanjut Parasuraman,

dalam Shahin (1994) menyatakan bahwa penilaian pasien terhadap kualitas

ditentukan oleh dua hal, yaitu: harapan pasien terhadap kualitas (expected quality)

dan persepsi pasien atas kualitas (perceived quality).

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pengukuran keberhasilan suatu

perusahaan jasa dalam hal ini rumah sakit, lebih banyak ditentukan oleh penilaian dan

persepsi pasien tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut

dengan segala unsur yang ada dalam lingkungan internal dan eksternalnya yang

saling berinteraksi dan memengaruhi keberhasilan rumah sakit tersebut dalam

mencapai kepuasan pasien.

Menurut Kotler (2003) pengertian kepuasan sebagai perasaan senang atau

kecewa seseorang yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau

hasil suatu produk dengan harapannya. Meskipun demikian, Supranto (2006)

menyatakan definisi kepuasan yang banyak diacu adalah berdasarkan konsep

discomfirmation paradigm. Berdasarkan paradigma tersebut, kepuasan dibentuk dari

sebuah referensi perbandingan yaitu membandingkan hasil yang diterima dengan

suatu standar tertentu. Perbandingan tersebut membentuk tiga kemungkinan yaitu

pertama adalah bila jasa yang dirasakan melebihi pengharapan dimana pelayanan

(25)

kualitas pelayanan memenuhi pengharapan apabila pelayanan dirasakan sesuai

dengan yang diharapkan dan yang terakhir jika jasa yang diterima di bawah

pengharapan bilamana pelayanan yang dirasakan lebih buruk dari pelayanan yang

diharapkan.

Di dalam mencapai tujuan yang berorientasi pada kepuasan pasien, disamping

aspek fasilitas rumah sakit peranan sumber daya seperti dokter dan perawat baik

medis maupun non medis menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan

menentukan persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Persepsi pasien

terhadap kualitas yang diberikan akan berlanjut pada proses terbentuknya persepsi

secara umum terhadap rumah sakit.

Menurut Wasisto (2000) kualitas pelayanan kesehatan dipengaruhi banyak

faktor yang ada di rumah sakit sebagai suatu sistem. Faktor-faktor tersebut adalah

manajemen rumah sakit, tenaga kesehatan, pembiayaan, sarana dan teknologi

kesehatan yang digunakan, serta interaksi kegiatan yang digerakkan melalui proses

dan prosedur tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk

menghasilkan jasa atau pelayanan

Menurut Puti (2007), kualitas atau mutu dan kepuasan tidak dapat dipisahkan

seperti layaknya dua sisi mata uang yang saling berhubungan dan memengaruhi.

Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pasien untuk menjalin hubungan yang

kuat dengan rumah sakit. Hubungan seperti ini dalam jangka panjang memungkinkan

(26)

melalui pengalaman pasien yang menyenangkan dan meminimumkan atau

meniadakan pengalaman yang kurang menyenangkan. Kepuasan pasien pada

akhirnya berpengaruh terhadap kesetiaan pasien kepada rumah sakit yang

memberikan mutu yang memuaskan.

Salah satu upaya agar kepuasan pasien dapat dipenuhi maka diperlukan

informasi tentang apa yang dianggap penting menurut persepsi pasien dan bagaimana

kinerja rumah sakit saat ini, apakah lebih memenuhi harapan pasien ataukah belum.

Menurut Rangkuti (2002) tingkat harapan pelanggan (pasien) (customer expectation)

merupakan salah satu cara mengukur kepuasan pasien dibandingkan dengan

kepentingan rumah sakit, dengan cara ini diharapkan informasi yang diperlukan akan

dapat diketahui serta faktor-faktor apa yang harus diperbaiki agar dapat memberikan

kepuasan pasien yang lebih tinggi.

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I BB Medan merupakan salah

satu rumah sakit milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat di Kota Medan

yang menerima pasien umum. Berdasarkan rencana strategis Rumah Sakit Tingkat II

Putri Hijau Kesdam I BB Medan tahun 2010-2014 pada Bab III tentang tugas dan

fungsi rumah sakit disebutkan bahwa dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat secara menyeluruh maka sasaran tidak terbatas pada anggota

TNI-AD dan keluarganya, tetapi juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat umum.

Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya tingkat kepuasan pasien yang

(27)

dengan harapan pasien. Hal tersebut berdampak kepada pencapaian BOR Rumah

Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan yang rendah, yaitu pada tahun 2010 sebesar 50%

dan 2011 sebesar 48 %.

Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan Januari 2012, kunjungan pasien

umum yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I

BB Medan pada tahun 2010 dan tahun 2011 mengalami penurunan, yaitu dari 2.826

orang menjadi 1.865 orang dengan demikian terjadi penurunan sebesar 34,01%.

Kritikan atau masukan dari pasien tentang pelayanan di Rumah Sakit Putri

Hijau Kesdam I/BB Medan diperoleh dari hasil wawancara terhadap 10 orang pasien

umum rawat inap ternyata ada 8 orang yang mengeluh tentang pelayanan kesehatan

pasien umum rawat inap seperti, pelayanan obat yang kurang memuaskan, waktu

konsultasi dengan dokter sangat terbatas, ruang rawat inap kurang nyaman, tidak

tepatnya jam kunjungan (visite) dokter ke ruang rawat inap dan perawat yang

bersikap kurang ramah kepada pasien. Hasil wawancara terhadap pasien

menggambarkan fenomena ketidakpuasan pasien umum terkait dengan dimensi

kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Berdasarkan uraian di atas dan fenomena rendahnya kepuasan pasien umum

yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I BB

Medan maka peneliti ingin mengetahui ”Pengaruh Persepsi tentang Kualitas

Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Umum Rawat Inap di Rumah Sakit Tingkat II

(28)

1.2 Permasalahan

Apakah ada pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan dimensi : bukti

langsung (tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),

jaminan (assurance) dan perhatian (empathy) terhadap kepuasan pasien umum rawat

inap Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang

kualitas pelayanan dimensi : bukti langsung (tangibles), kehandalan (reliability),

daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan perhatian (empathy)

terhadap kepuasan pasien umum Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB

Medan.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan dimensi : bukti langsung

(tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan

(assurance) dan perhatian (empathy) terhadap kepuasan pasien umum rawat inap

Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I BB Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I BB

(29)

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi rumah sakit terutama yang

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kepuasan

2.1.1 Pengertian Kepuasan

Kata ‘kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat

diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’

(Tjiptono, 2004). Kepuasan juga dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang

setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan

harapannya (Kotler, 2000).

Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan kinerja

sebelum membeli dan persepsi kinerja yang diterima konsumen setelah membeli. Jika

harapan kinerja sebelum membeli lebih besar dari kinerja yang diterima setelah

membeli maka dikatakan konsumen mengalami ketidakpuasan. Sebaliknya jika

harapan kinerja sebelum membeli lebih kecil dari persepsi kinerja yang diterima

setelah membeli maka konsumen mengalami kepuasan, J. Paul Peter, Jerry C. Olson

dalam Usmara (2003).

Kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting untuk dipahami yang

dapat memengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat

(31)

terhadap jasa sesuai pilihannya, tetapi bila tidak puas pasien akan menceritakan dua

kali lebih buruk tentang pengalaman yang telah dialami.

Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada industri rumah sakit

merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada berbagai

disiplin ilmu (Andreassen, 1994). Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan

pelanggan, diantaranya adalah Oliver (1989) (dalam Supranto, 2001) yang

mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang

merasa surprise atas harapannya. Tse dan Wilson (1988) menyarankan bahwa

kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi yang dirasakan antara

harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan.

Kepuasan pelanggan sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan

(expectation) dan kinerja (performa), Parasuraman et al. dalam Shahin (1994) ; Engel

et al. (1994) dalam Supranto (2001) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi purna beli yang mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya

memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan

ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan

pelanggan. Definisi-definisi mengenai kepuasan pelanggan tersebut secara umum

menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi atas post consumption

suatu barang atau jasa.

Menurut Sabarguna (2004), pengertian kepuasan pasien adalah merupakan

(32)

pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis saat tetap akan didasari oleh

kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada. Tidak semata-mata menilai buruk kalau

memang tidak ada pengalaman yang menjengkelkan, tidak semata-mata bilang baik

bila memang tidak ada. Suasana yang menyenangkan yang dialami.

Penilaian kepuasan pasien penting diketahui karena :

a. Bagian dari kualitas pelayanan

Kepuasan pasien merupakan bagian dari kualitas pelayanan, karena upaya

pelayanan haruslah dapat memberikan kepuasan tidak semata-mata kesembuhan

belaka.

b. Berhubungan dengan pemasaran rumah sakit

1. Pasien yang puas akan memberitahu pada teman, keluarga dan tetangga

2. Pasien yang puas akan datang lagi kontrol atau membutuhkan pelayanan yang

baik.

3. Iklan dari mulut ke mulut akan menarik pelanggan yang baru.

c. Berhubungan dengan prioritas

Peningkatan pelayanan dalam dana yang terbatas, peningkatan pelayanan

harus selektif, dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi

pelanggan atas performance atau jasa dalam memenuhi harapan pelanggan.

Pelanggan merasa puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika

harapan pelanggan terlampaui . Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu

(33)

inderanya menjadi suatu makna, meskipun demikian, maka dari proses persepsi

tersebut juga terpengaruhi pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan

(Rangkuti, 2002).

Selanjutnya adalah harapan, harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan

yang besar dalam menentukan kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan

pelanggan. Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dengan

kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasinya, pelanggan akan menggunakan

harapannya sebaga standar atau acuan. Dalam konteks kepuasan pelanggan pada

umumnya harapan merupakan perkiraaan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang

akan di terimanya (Parasuraman, et al., dalam Shahin (1994).

Metode yang dapat digunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan

memantau kepuasan pelanggannya ada 3 (tiga), Tjiptono (2004), yaitu :

1. Sistem keluhan dan saran

Pelanggan diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran, keluhan dan

pendapat pasien mengenai produk/jasa. Metode ini bersifat pasif sehingga agak sulit

mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan/ketidakpuasan pelanggan. Tidak

semua pelanggan yang tidak puas lantas akan menyampaikan keluhannya, bisa saja

lantas pasien langsung beralih kepada produk/penyedia jasa lain dan tidak akan

membeli lagi produk/jasa perusahaan tersebut. Upaya mendapatkan saran dari

pelanggan juga sulit diwujudkan terlebih bila perusahaan tidak memberikan timbal

(34)

Survei kepuasan pelanggan untuk mengetahui kepuasan pelanggan dapat

dilakukan dengan metode survei, baik melalui pos, telepon maupun wawancara

pribadi. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik

secara langsung dari pelanggan sekaligus memberikan tanda positif bahwa

perusahaan menaruh perhatian kepada pelanggan.

2. Ghost shopping

Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost

shopes) untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan

pesaing. Selanjutnya gost shopes tersebut menyampaikan temuan-temuan mengenai

kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman

pasien dalam membeli produk tersebut.

3. Lost customer analisys

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli

atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan diperoleh informasi

penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas importance

performance produk/jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan akan

merasa puas apabila harapannya terpenuhi dan akan sangat puas jika harapan

pelanggan terlampaui (Supranto, 2001). Terpenuhinya kebutuhan pasien akan

memberikan gambaran kepuasan pasien, oleh karena itu tingkat kepuasan pasien

(35)

Inti dari konsep importance performance analysis adalah tingkat kepentingan

pelanggan (customer Expectation) diukur dalam kaitannya dengan apa seharusnya

dilakukan oleh perusahaan agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas

tinggi. Diharapkan dengan memakai konsep tingkat kepentingan ini, akan dapat

ditangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel tersebut di mata

konsumen. Selanjutnya tingkat kepentingan tersebut dikaitkan dengan kenyataan

(tingkat kinerja) yang dirasakan oleh pelanggan tingkat kepentingan dan tingkat

kinerja ini kemudian di gambarkan dalam diagram Importance performance

Gambar 2.1 Diagram Kartesius

1. Kuadran I

Merupakan kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh

pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai dengan yang

diharapkan tingkat kepuasan konsumen yang didapatkan masih rendah sehingga

(36)

2. Kuadran II

Merupakan kuadran yang memuat factor-faktor yang dianggap penting oleh

pelanggan dan factor-faktor yang dianggap pelanggan sudah sesuai dengan yang

dirasakan sehingga tingkat kepuasan pelanggan relative lebih tinggi.

Variable-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua

variabel ini menjadikan produk atau jasa tersebut unggul dimata pelanggan.

3. Kuadran III

Merupakan kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap sesuai kurang

penting oleh pelanggan tetapi pada kenyataan kinerjanya tidak terlalu istimewa.

Peningkatan variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat

dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan

pelanggan sangat kecil.

4. Kuadran IV

Merupakan kuadran yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting

oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Variable-variabel yang termasuk

dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

2.1.2 Mengukur

Kepuasan dirasakan oleh seseorang yang telah mengalami suatu hasil (out

come) yang sesuai dengan harapannya. Jadi kepuasan merupakan fungsi dari tingkat

harapan yang dirasakan dari hasil kegiatan. Apabila suatu hasil kegiatan melebihi

harapan seseorang, orang tersebut akan dikatakan mengalami tingkat kepuasan yang

(37)

seseorang dikatakan puas (satisfied). Akan tetapi apabila hasil tersebut jauh di bawah

harapan, seseorang akan merasa tidak puas (dissatisfied). Untuk memahami tingkat

kepuasan terhadap pelayanan kesehatan, terlebih dahulu kita harus memahami apa

harapannya terhadap sebuah pelayanan. Harapan dibuat berdasarkan pengalaman

sebelumnya atau situasi yang sama, pernyataan yang dibuat oleh orang lain dan

pernyataan yang dibuat oleh penyedia jasa pelayanan kesehatan (Kotler, 2003).

Cara mengukur kepuasan dengan metode ini adalah dengan menghitung

selisih antara nilai kenyatan yang diterimanya dikurang dengan nilai harapannya,

sebagai contoh:

a. Bagaimana penilaian anda ?:

(min) 0 1 2 (max)

b. Bagaimana dengan harapan anda ?:

(min) 0 1 2 (max)

Jika responden menjawab 1 dari pernyataan (a), dan 2 dari pernyataan

(b), maka kita menemukan kesenjangan antara kenyataan dengan harapan (need

deficiency) sebesar (-1), maka responden tidak puas (dissatisfied)

2.2 Karakteristik Jasa dan Pemasaran Jasa

Jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan

produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang

sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti

(38)

yang dihadapi konsumen (Lupiyoadi, 2001). Jasa merupakan pemberian suatu kinerja

atau tindakan yang tidak kasat mata dari suatu pihak ke pihak lain, Rangkuti (2002).

Sedangkan Kotler (2002) mendefinisikan jasa sebagai tindakan atau kegiatan yang

ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, pada dasarnya bersifat intangible (tidak

berwujud fisik) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

2.3 Pelayanan Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 2000).

2.3.2 Komponen Pelayanan Kesehatan

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang

berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan

penekanaan penerapan di bidang kesehatan, (Tjitarsa, 2000) yaitu :

1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran

sumberdaya bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik,

obat, melainkan juga sumberdaya sosial-ekonomi yang lain seperti pendidikan, air

dan persediaan makanan.

2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada

(39)

telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan pasien yang paling

membutuhkan.

3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh.

Faktor yang memengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, ekonomi,

biologi dan lingkungan.

4. Pencapaian tarif kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih

baik dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam

pengambilan tindakan demi kegiatan pasien sendiri dengan cara menerapkan

perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.

2.3.3 Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan hidup manusia dalam pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri

utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymetri of information dan

externality. Ketiga ciri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik

dibandingkan dengan produk atas jasa lainnya, Evan (2000), yaitu :

1. Uncertainty

Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan

pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya

yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan

biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang

penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk

(40)

biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal ini

seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala seseorang

menderita sakit.

2. Asymetry of Information

Asymetry of Information menunjukkan bahwa konsumen palayanan kesehatan

berada pada posisi yang lemah sedangkan provider (dokter dan petugas kesehatan

lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang

dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti

Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam pelayanan kesehatan, misalnya kasus

ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui

apakah pasien membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak.

Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorence atau konsumen yang

bodoh, jangankan pasien mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang

diperlukan, mengetahui apakah pasien memerlukan tindakan bedah saja tidak

sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang profesor sekalipun.

3. Externality

Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja

memengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Sebagai contoh adalah konsumsi

rokok yang mempunyai risiko besar bukan pada perokok, akibat dari ciri ini,

pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena

(41)

tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama (public). Ciri unik tersebut juga

dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein.

2.3.4 Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (2000) terdapat 5 (lima) syarat pelayanan kesehatan yang

baik yaitu :

a. Tersedia dan berkesinambungan

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat

tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat

dibutuhkan

b. Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat

c. Mudah dicapai

Pelayanan kesehatan yang baik mudah dicapai (accesible) oleh masyarakat

d. Mudah dijangkau

Dari sudut biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan

ekonomi masyarakat

e. Berkualitas

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan menunjukkan tingkat

kesempurnaan dan dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan serta tata cara

(42)

Dimensi kepuasan pasien menurut Azwar (2000) bervariasi. Suatu pelayanan

kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang berkualitas apabila penerapan

standard dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Ukuran-ukuran pelayanan

kesehatan yang mengacu pada standar dan kode etik profesi yang pada dasarnya

mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai :

a. Hubungan dokter-pasien

Hubungan dokter-pasien akan terbina dengan baik bila ada kewajiban etik

profesi, agar dapat terselenggara pelayanan kesehatan yang berkualitas, hubungan

dokter-pasien yang baik harus dapat dipertahankan. Setiap dokter diharapkan mampu

dan bersedia memberikan perhatian yang cukup, menampung dan mendengarkan

semua keluhan, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya

tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien.

b. Kenyamanan pelayanan

Agar dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, suasana

pelayanan yang nyaman harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang dimaksud

disini tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi yang terpenting

lagi yang menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan

pelayanan kesehatan.

c. Kebebasan melakukan pilihan

Pelayanan kesehatan disebut berkualitas apabila kebebasan memilih dapat

diberikan, dan harus dapat dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pelayanan

(43)

d. Pengetahuan dan kompetensi teknis

Pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan dan kompetensi teknis

bukan saja merupakan bagian dari kewajiban etik, tetapi juga merupakan prinsip

pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum disebutkan makin tinggi

tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis tersebut maka makin tinggi pula kualitas

pelayanan kesehatan.

e. Efektivitas pelayanan

Semakin efektif pelayanan kesehatan tersebut, maka makin tinggi pula

kualitas pelayanan kesehatan.

f. Keamanan tindakan

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas, aspek

keamanan tindakan ini haruslah diperhatikan. Pelayanan kesehatan yang

membahayakan pasien, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, karena itu tidak

boleh dilakukan.

2.3.5 Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang

terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan.

Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif

atau observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan

perorangan yang meliputi observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik

(44)

pemerintah dan swasta, serta Puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh

karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami tingkat proses

transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien dinyatakan

boleh pulang (Muninjaya, 2004). Pasien mendapat 5 (lima) tahap pelayanan yaitu :

a. Tahap Admission, yaitu pendaftaran pasien sampai dengan dirawat di rumah sakit.

b. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

c. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program

perawatan dan terapi

d. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan

pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.

e. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. Pengobatan

diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa

ulang.

Paket pelayanan rawat inap di Rumah Sakit, (Muninjaya, 2004), meliputi:

a. Perawatan berdasarkan kelas perawatan

b. Persalinan Normal atau Patologis

c. Tindakan Pembedahan sesuai kebutuhan medis

Pelayanan Penunjang, meliputi:

1) Radiologi

2) USG

(45)

4) Laboratorium

5) Fisioterapi

Rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara

menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi individu

dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi medik

atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter dan perawat serta

petugas medik lainnya setiap hari.

2.4 Rumah Sakit

2.4.1 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan

upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Penyelenggaraan dan mengelolaan rumah sakit agar tetap dapat memenuhi

kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis, maka setiap komponen yang ada di

rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem. Pelayanan kesehatan di rumah sakit

terdiri dari :

1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang

(46)

2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis

terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat sesuai aturan keperawatan.

3. Pelayanan penunjang medik ialah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap

pasien, seperti : pelayanan gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan

lain-lain.

4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain

adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis, dan

kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya

rawat jalan dan rawat inap pasien.

Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009, perbedaan tingkatan

kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan , ketenagaan, fisik

dan peralatan, maka rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu :

1. Rumah Sakit Umum Klas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik

luas.

2. Rumah Sakit Umum Klas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan

(47)

3. Rumah Sakit Umum Klas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

4. Rumah Sakit Umum Klas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis dasar.

Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyatakan bahwa

rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sebagai upaya penyelenggaraan pelayanan

kesehatan secara paripurna, maka rumah sakit harus memiliki komponen pelayanan.

Komponen pelayanan di rumah sakit mencakup 20 pelayanan sebagai berikut

(1) administrasi dan manajemen, (2) pelayanan medis, (3) pelayanan gawat

darurat, (4) kamar operasi, (5) pelayanan intensif, (6) pelayanan perinatal risiko

tinggi, (7) pelayanan keperawatan, (8) pelayanan anastesi, (9) pelayanan radiologi,

(10) pelayanan farmasi, (11) pelayanan laboratorium, (12) pelayanan rehabilitasi

medis, (13) pelayanan gizi, (14) rekam medis,(15) pengendalian infeksi di rumah

sakit, (16) pelayanan sterilisasi sentral, (17) keselamatan kerja, kebakaran dan

kewaspadaan bencana alam, (18) pemeliharaan sarana, (19) pelayanan lain, dan (20)

perpustakaan (Undang-Undang No. 44 tahun 2009).

2.4.2 Fungsi Rumah Sakit

Fungsi rumah sakit tidak secara keseluruhan dapat dilakukan oleh seluruh

(48)

kategori/kelas A, mempunyai fungsi, jumlah dan kategori ketenagaan, fasilitas, dan

kemampuan pelayanan yang lebih besar daripada rumah sakit dengan kelas lainnya

yang lebih rendah (Undang-Undang No. 44 tahun 2009).

2.5 Persepsi

Robbins (2005) menyatakan bahwa pelaku persepsi dipengaruhi oleh faktor

karakteristik pribadi, seperti sikap, motivasi, kepentingan, minat, pengalaman dan

pengharapan. Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur, tingkat

pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan,

kepribadian, dan pengalaman hidup individu.

Persepsi merupakan proses pengenalan suatu obyek melalui aktivitas sejumlah

penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat saraf yang lebih tinggi

(Engel, 1995). Jadi persepsi didefinisikan sebagai proses dimana individu

mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya supaya dapat

memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya. Secara skematis proses persepsi dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Proses Persepsi

Menurut Wexley (1992), seseorang memberikan reaksi atau tanggapan sesuai

persepsi dirinya terhadap dunianya daripada kondisi-kondisi objektif dimana Stimulus

Lingkungan

Perhatian dan seleksi

Pengorganis

asian Penafsiran stimuli

(49)

sebenarnya mereka berada. Sudjana (1995) menyatakan bahwa reaksi dari persepsi

terhadap suatu stimulus/rangsangan dapat terjadi dalam bentuk:

1. Penerimaan (receiving/attending) yaitu semacam kepekaan menerima

stimulus dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi

gejala/rangsangan.

2. Jawaban (respons) yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap seseorang

stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,

dan kepuasaan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya.

3. Penilaian (valuing) yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap

gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima pengalaman

untuk menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.

4. Organisasi yaitu perkembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi

termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai lain, pemanfaatan, dan prioritas

nilai yang dimiliki termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

5. Karakteristik nilai/internalisasi nilai yaitu keterpaduan semua sistem nilai

yang dimiliki seseorang yang memengaruhi nilai dan karakteristiknya.

Terbentuknya persepsi pada setiap orang bersifat subjektif. Persepsi juga

dapat terjadi pada diri pasien, dimana pasien menginterpretasikan suatu objek atau

suatu aktivitas yang mereka rasakan selama mengalami penyakit. Subjektifitas

(50)

merupakan tanggapan yang diberikan penderita sebagai implikasi interaksi

pengalaman yang terjadi. Konsepsi persepsi tampaknya masih dalam tatanan kognitif

sehingga memang apresiasinya masih memerlukan wujud yang nyata.

2.6 Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan merupakan driver dari kepuasan pelanggan yang bersifat

multidimensi. Untuk mengetahui dimensi manakah yang penting dalam memengaruhi

kepuasan pelanggan maka konsep SERVQUAL yang telah dikembangkan oleh

Parasuraman et al. dalam Shahin (1994) dapat dijadikan suatu acuan. Konsep tersebut

memformulasikan 5 (lima) dimensi, yaitu tampilan (tangible), handal (reliability),

ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance) dan empati (empathy).

1. Dimensi tampilan (tangible) adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa

wujud/tampilan melalui fisik, perlengkapan, penampilan karyawan, dan peralatan

komunikasi. Servise tidak dapat dilihat, tidak dapat dicium dan tak dapat diraba

maka aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan.

Pelanggan akan menggunakan indera penglihatan untuk menilai kualitas pelayanan

2. Dimensi kehandalan (reliability) adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa

kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai janji yang ditawarkan, sehingga

dapat memberikan pelayanan yang optimal dan akurat. Dalam pelayanan jasa dapat

meliputi : kecepatan pelayanan, ketepatan pelayanan dan kelancaran pelayanan.

Dimensi ini sering dipersepsikan dimensi paling penting bagi pelanggan industri

(51)

3. Dimensi ketanggapan (responsiveness), adalah dimensi kualitas pelayanan yang

berupa kemauan pihak pemberi pelayanan untuk memberikan informasi dan

membantu merespon kebutuhan atau keinginan konsumen dengan segera. Dimensi

ini dinamis dimana harapan pelanggan terhadap kecepatan pelayanan cenderung

naik dari waktu ke waktu. Kepuasan terhadap dimensi ini adalah berdasarkan

persepsi bukan aktual, karena persepsi mengandung aspek psikologis maka faktor

komunikasi dan situasi fisik di sekeliling pelanggan yang menerima pelayanan

merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi penilaian pelanggan.

4. Dimensi jaminan (assurance), adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa

adanya jaminan yang mencakup pengetahuan dan keterampilan petugas, kesopanan

dan keramahan petugas, kemampuan petugas dalam berkomunikasi, sifat dapat

dipercaya dan adanya jaminan keamanan.

5. Dimensi empati (empathy) adalah dimensi kualitas pelayanan yang berupa

pemberian perhatian yang sungguh-sungguh dari pemberi pelayanan kepada

konsumen secara individual.

Lima dimensi kualitas tersebut sangat berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan, pelanggan akan mempersepsikan pelayanan yang telah diterima sebagai

pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan harapannya.

Kualitas pelayanan diartikan sebagai upaya pelayanan kesehatan yang bersifat

terpadu, meyeluruh, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut

Berry, Zeithaml dan Parasuraman dalam Shahin (1994) atau biasa dikenal dengan

(52)

kualitas pelayanan kesehatan, yaitu dapat diraba (tangibles), kehandalan (reliability),

ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance) dan empathy (Parasuraman et al.

dalam Shahin (1994).

Menurut Wyckof dalam (Tjiptono, 2004), kualitas jasa adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Apabila jasa yang diterima sesuai dengan yang

diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang

diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan ideal.

Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan, maka

kualitas jasa dianggap buruk.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan adalah suatu

kondisi yang berhubungan dengan seberapa jauh pihak penyedia jasa dapat

memberikan bentuk pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggannya, di sisi

pelangganlah yang berhak menilai baik buruknya kualitas jasa. Karena pelanggan

yang mengkonsumsi dan merasakan jasa tersebut, perusahaan dari waktu ke waktu

harus senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pelayanan yang baik akan

berdampak baik pula, bahkan dampak atau manfaat dari kualitas pelayanan yang

sesuai dengan harapan pelanggan tidak hanya di rasakan oleh perusahaan tetapi juga

oleh karyawan dan pelanggan yang bersangkutan.

Manfaat dari kualitas pelayanan tidak hanya dirasakan oleh pelanggan tetapi

juga bermanfaat bagi karyawan dan perusahaan yang bersangkutan. Kualitas

(53)

disamping itu akan memberikan citra positif bagi perusahaan sehingga karyawan

akan lebih percaya diri dari semangat dalam melayani pelanggan.

Kualitas pelayanan sulit diukur karena pada umumnya bersifat subyektif dan

menyangkut kepuasan seseorang, hal ini tergantung pada persepsi, label, sosial

ekonomi, norma, pendidikan dan kepribadian (Wijono, 2000). Gambaran pasien

mengenai kualitas pelayanan, yaitu :

a. Dokter terlatih baik

b. Perhatian pribadi dokter terhadap pasien

c. Privacy dalam diskusi penyakit

d. Biaya klinik terbuka

e. Waktu tunggu dokter yang singkat

f. Informasi dari dokter

g. Ruang periksa yang baik

h. Staf yang menyenangkan

i. Ruang tunggu yang nyaman

Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien merupakan nilai

subyektif, namun tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu,

pendidikan, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan. Khususnya

mengenai penilaian performance pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat dua

elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan hubungan interpersonal. Hal

ini meliputi penjelasan dan pemberian informasi kepada pasien tentang penyakitnya

(54)

berhubungan dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati,

kepekaan dan kepercayaan dengan memperhatikan privacy pasien (Wijono, 2000).

Kualitas pelayanan kesehatan bagi seorang pasien tidak lepas dari rasa puas

bagi seseorang terhadap pelayanan yang diterima, kualitas yang baik dikaitkan

dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan, kecepatan

pelayanan, lingkungan pelayanan yang menyenangkan, keramahan petugas,

kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan dan biaya yang terjangkau

(Irawan, 2008).

Konsumen pelayanan kesehatan akan membandingkan pelayanan kesehatan

yang diterima dengan harapan terhadap pelayanan yang diberikan sehingga

membentuk kepuasan kualitas pelayanan (Gifari, 2000). Hasil dari membandingkan

tersebut dapat berupa :

1. Jika harapan itu terlampaui, maka pelayanan tersebut dirasakan sebagai kualitas

pelayanan yang luar biasa

2. Jika harapan sama dengan pelayanan yang dirasakan, maka kualitas memuaskan

3. Jika harapan tidak sesuai atau tidak terpenuhi maka kualitas pelayanan tersebut

dianggap tidak dapat diterima atau mengecewakan pasien.

Suatu pelayanan kesehatan dikatakan berkualitas apabila mampu

menimbulkan kepuasan bagi pasien yang dilayaninya. Kualitas pelayanan menjadi

kunci dalam mencapai kepuasan pelayanan yang diberikan.

Menurut Gasperz (1997) ada 10 dimensi atau atribut yang harus diperhatikan

(55)

1. Ketepatan waktu pelayanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses

2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan kehandalan dan bebas dari

kesalahan-kesalahan

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan khususnya bagi

mereka yang berinteraksi dengan pelanggannya

4. Tanggung jawab berkaitan dengan penerimaan permintaan dan penanganan

keluhan dari pelanggan

5. Kelengkapan, berkaitan dengan ketersediaan sarana pendukung dan lingkup

pelayanan

6. Kemudahan mendapatlan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya Otlet dan

pegawai yang melayani pelanggan

7. Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan

pola-pola baru dalam pelayanan

8. Pelayanan pribadi, berkaitan dengan fleksibilitas penanganan permintaan

khusus

9. Kenyamanan dalam memberikan pelayanan, berkaitan dengan lokasi,

ruangan, mudah dijangkau oleh pelanggan, tempat parker dan lain-lain

10. Atribut pendukung pelayanan lainya : misalnya lingkungan, kebersihan, ruang

tunggu, fasilitas musik, AC dan lain-lain.

2.6.1 Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Menurut Jacobalis (2000), kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Kartesius
Gambar 2.4  Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Distribusi Sampel Penelitian di Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan
tabel Keterangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai adanya sakit dada yang khas lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang dengan istirahat atau pemberian

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anggota keluarga (ibu hamil, nifas dan bersalin serta bayi) yang meninggal pada tahun 2009-2010 di

Relevansi antara konsep pendidikan perspektif Ibnu Khaldun dengan pendidikan Islam kontemporer di Indonesia adalah Ibnu Khaldun memiliki konsep dasar untuk

[r]

[r]

[r]

Sastrawan terkenal seperti al- Akhthal, Farazdaq dan Jarîr jika diapresiasi secara mendalam maka muatan tema yang ekspresikan banyak menggambarkan situasi sosial

Sedangkan untuk pedagang kelontongan lantai 2 lantai sebesar 0,08 kg/ m 2 / hari, pedagang daging 0,20 kg/ m 2 / hari dan pedagang kue sebesar 0,10 kg/ m 2 / hari mempunnyai data