• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Pose Model 3D Dalam Lingkungan Augmented Reality Berbasis Titik Fitur Wajah Menggunakan Metode POSIT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Pose Model 3D Dalam Lingkungan Augmented Reality Berbasis Titik Fitur Wajah Menggunakan Metode POSIT."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI POSE MODEL 3D DALAM LINGKUNGAN

AUGMENTED REALITY BERBASIS TITIK FITUR

WAJAH MENGGUNAKAN METODE POSIT

Heri Pratikno1) Mochamad Hariadi, ST., M.Sc., Ph.D 2)

1) Bidang Keahlian Jaringan Cerdas Multimedia, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, email: heri@stikom.edu

2) Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, email: mochar@ee.its.ac.id

Abstract: The main problem in objects tracking using cameras is to find the head pose estimation

of the objects. In addition, it is necessary to rely on natural features since there is no light generated from the objects. This study aims to estimate the pose of a 3D head models using a

single camera in a real-time Augmented Reality (AR) environment that is based on facial feature

points. The position of the 3D models are translated into XYZ coordinate axes and rotated to the

orientation angle RPY (Roll, Pitch, Yaw). The POSIT (Pose from Ortography and Scale with

ITeration) is used for the pose estimation. The position and orientation of the 3D models are

projected to facial feature points orthographically. In order to get the best pose, four to five iterations are performed in order to achieve the minimal error factor. The final results of this study can be considered as real-time systems as it can achieve 16 frames per second with an average

angle rotational accuracy of 0.83o and translational deviation of 1.67 vector units.

Keywords: Augmented Reality, Facial Feature, Pose Estimation, POSIT.

Markerless dalam Augmented Reality

(AR) bertujuan untuk menghasilkan interaksi antara komputer dan pengguna lebih alami dan

intuitif dibandingkan dengan model marker.

Deteksi yang berbasiskan titik fitur wajah

merupakan salah satu model markerless yang

banyak menarik perhatian para praktisi dan peneliti. Proses deteksi dan pengenalan yang berbasiskan titik fitur wajah dapat diterapkan

dalam bidang keamanan, absensi, e-commerce

dan game.

Proses estimasi pose (pose estimation)

mempunyai tingkatan komputasi yang lebih sulit dan krusial dalam menentukan jumlah dan penempatan titik fitur wajah, transformasi model objek 3D serta akurasinya, dibandingkan dengan

proses deteksi wajah (face detection) maupun

pengenalan wajah (face recognition).

Selain akurasi, proses recovery fitting

antara image wajah 2D dan model objek 3D juga

perlu diperhitungkan karena pergerakan terlalu

cepat dari image wajah 2D aktor yang berfungsi

sebagai landmark dari model objek 3D dapat

menyebabkan kehilangan frame pelacakan dalam

suatu scene.

Berdasarkan penelitian dari Daniel F.

DeMenthon [DeMenthon, 1995], metode POSIT

mempunyai komputasi sistem estimasi pose bisa

sampai dua puluh lima kali lebih cepat dari pada metode Yuan [Yuan, 1989] maupun metode Lowe [Lowe, 1985] karena pada metode POSIT sudah tidak diperlukan lagi proses inisialisasi estimasi pose awal yang dilakukan secara

manual dan inverse matrik dalam looping

iterasinya. Metode POSIT akan mengekstraksi pose objek dengan pendekatan model 3D secara

antroprometrik (rigid anthropometric) yang

berkorespondensi dengan titik fitur image wajah.

Dengan dasar pemikiran tersebut maka penelitian ini membahas tentang implementasi “Estimasi pose model 3D dalam lingkungan

Augmented Reality berbasis titik fitur wajah

menggunakan metode POSIT”. Beberapa metode sistem komputasi estimasi pose telah dikenalkan oleh Tsai [Tsai, 1987], Lowe dan Yuan.

Pada metode Lowe dan Yuan mempunyai dua kelemahan yang cukup signifikan, yaitu: pertama, sebuah perkiraan atau pendekatan pose harus dimulai dengan proses iterasi. Kelemahan kedua adalah setiap langkah

proses iterasi diperlukan pseudoinverse matrix

Jacobian dengan dimensi 2N x 6 pada metode

Lowe dan N x 6 untuk Yuan. Dimana N adalah

jumlah titik fitur yang harus ditemukan, hal ini menjadikan sebuah operasi komputasional yang lebih lama dan rumit.

STIKOM

(2)

Metode Fully Projective [Araujo, 1998] merupakan pengembangan dari metode Lowe dan berhasil diimplementasikan dalam penelitian [Lim, 2002] dengan hasil penelitian sebagai berikut: tingkat kesalahan rotasi rata-rata sebesar 4° dan tingkat kesalahan translasinya rata-rata sebesar 5 cm.

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang penelitian dan hasil penelitian sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan pada penelitian ini, yaitu: proses interaksi dalam

lingkungan Augmented Reality secara umum

masih menggunakan marker, pada kasus

Augmented Reality yang melibatkan interaksi

dengan kepala manusia maka penggunaan

marker kurang cocok untuk diimplementasikan.

Perlu adanya sistem yang mengimplementasikan metode POSIT agar

proses interaksi dilingkungan Augmented Reality

dapat dilakukan secara markerless, terkait

dengan implementasi penggunaan metode POSIT tersebut maka perlu adanya pengujian terhadap performa estimasi pose pada POSIT

dalam lingkungan Augmented Reality.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan metode alternatif dalam penerapan sistem interaksi antara manusia dan komputer

dalam lingkungan Augmented Reality tanpa

menggunakan marker (markerless). kemudian

dilakukan uji performasi estimasi pose pada metode POSIT tersebut, yaitu: translasi pada posisi sumbu koordinat XYZ dan rotasi pada sudut RPY (Roll, Pitch, yaw).

Berdasarkan rumusan masalah, maka ada beberapa batasan masalah, antara lain :

a. Jumlah orang pengendali gerakan model

objek 3D pada lingkungan Augmented

Reality hanya satu orang (aktor) dalam satu

waktu.

b. Pada penelitian ini tidak dibahas ekspresi

dari model objek 3D.

c. Kondisi pencahayaan merata dalam ruangan.

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat terwujudnya inetraksi di lingkungan

Augmented Reality dapat dilakukan dalam waktu

nyata secara markerless, yaitu: menggunakan

titik-titik fitur wajah sebagai landmark

penempatan (layouting) model objek 3D yang

bisa digerakkan kearah enam taraf kebebasan

bergerak (6DOF – Six Degree of Freedom).

Adapun hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk industry game, absensi online, e-commerce, media promosi dan sebagainya.

Penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi pada peningkatan interaksi yang lebih

alami dibandingkan dengan penggunaan marker

serta lebih responsif dilingkungan Augmented

reality, karena pada metode POSIT sudah tidak

diperlukan lagi proses inisialisasi pose awal titik-titik fitur di wajah yang dilakukan secara manual pada metode-metode sebelumnya.

METODE PENELITIAN

pada penelitian ini perancangan sistem secara garis besarnya dibagi menjadi tiga blok bagian utama, yaitu: proses deteksi, proses

tracking dan proses estimasi pose. Sebagaimana

tampak pada gambar 1.

Gambar 1. Bagan sistem

Proses Deteksi

Pada tahapan ini bertujuan untuk

pengambilan gambar (grabbing) tiap frame

dalam waktu nyata (real-time capturing) dari

sebuah scene menggunakan kamera tunggal.

Jarak ideal dari posisi objek image wajah

dengan kamera adalah sekitar 15 cm (near

plane) sampai dengan 3 meter (far plane). Proses

tracking pada penelitian ini menggunakan

metode Viola-Jones [Paul Viola, 2001], dimana

fungsinya adalah untuk deteksi wajah (face

detection) dengan tujuan untuk membedakan

area wajah dan bukan wajah dari objek.

Algoritma Viola-Jones, terdiri dari tiga proses tahapan penting, yaitu: pertama adalah

proses komputasi fitur (feature computation)

yang dihasilkan oleh metode Haar-Like Feature.

Proses kedua ialah seleksi fitur (feature

selection) menggunakan metode pelatihan

AdaBoost. Sedangkan proses yang ketiga adalah

STIKOM

(3)

ketepatan dengan me

Pad alur tahap dari proses penelitian i

Cascade tahap 1

H

Classifier Cascade

Gambar 2

Ga

Tracking Unt

sebuah ima

algoritma K and Kanad KLT mem melacak ti titik fitur titik fitur w titik fitur tampak pad Pola banyak pik terlacak ak berisi infor

bisa ber

dalam waktu

tode cascade o

a gambar 2 an proses pen

s deteksi imag

ini, tampak pad

Mulai

Data La

(sub-windo

Komputa Fitur Presenta

image inte

Bukan w Cascad tahap 2 Wajah

Seleksi f AdaBoo

Proses beruruta

1

2

Y

T Haar-Like Features

Cascade Trainer

2. Diagram alur Viola-Jones

ambar 3. Posisi

Wajah tuk melacak

age, pada pene

Kanade-Lucas de, 1981]. Pa mpunyai tiga

tik fitur wajah

wajah (featur

wajah (feature

(feature tr

da gambar 4. a tekstur hany

ksel pada are kan lebih akur

rmasi tekstur. rmacam-macam

nyata (real-ti of classifier.

menunjukkan ndeteksian, Ha

e 2D kepala a

da gambar 3.

tih

ow)

asi asi

egral

ajah de

2 Wajah

fitur ost

s an

- n

Y

T

r proses deteks

aktor terdetek

titik fitur w elitian ini men Thomasi (KLT ada prinsipnya

tahapan dasa h, yaitu: meng

re extraction),

selection) dan

racking). Seb

ya akan ada jik ea tersebut, f

at apabila fitu Area pada fitu m tergantun

imeliness)

diagram asil akhir aktor pada

Cascade tahap ke- n

Wajah

Berhenti

si metode

ksi

ajah dari nggunakan

T) [Lucas a metode ar dalam gekstraksi

memilih n melacak bagaimana

ka terlihat fitur yang

ur window

ur window

ng dari k t

p a d p

keperluan jum tampak pada ga

Optical pelacakan ob

algoritma opt

dengan algoritm pengenalan wa

E

(Opti

Optical Flow LKT Pyramidal

Gambar 4.

Gambar 5.

Gamba

mlah fitur y ambar 5.

l flow adalah

bjek secara

tical flow da

ma yang lain u ajah.

Deteksi wajah

Ektraksi titik fitur wajah t (Shi-Thomasi)

Pilih titik fitur terbai (Pyramidal Lucas-Kan

Lacak titik fitur terba cal Flow Lucas-Kanade Frame berikutnya

End Y

Proses Lucas-K

. ekstraksi fitur

ar 6.

Pelacaka

yang dialoka

salah satu m

real-time, d

apat diintegra untuk pelacaka

terbaik

ik nade)

aik e Thomasi)

? T

Kanade Thoma

r hasil penelitia

an optical flow

asikan,

metode dimana asikan an dan

asi

an

STIKOM

(4)

Estimasi p Pad juga extrin untuk me dengan inf koresponde model obj kamera. P posisi dan enam arah Six Degree

Pad from Ortho pose pada Akan tetap diikuti ata dengan sa kedua situa 1. Pada si dikomp tidak la titik-titi kamera yang di 2. Pada si iterasi melanju (path). cabang (+), te hanya p

semua Zi >

Temukan titik im

bandingkan dg aktual, ukur kesal

T,

ye

G pose

a dasarnya est nsic camera ca ngekstraksi in formasi posisi

ensi atau berk

ek dan imag

Pose dari seb orientasi pada kebebasan da

e of Freedom).

a gambar 7, ography and S

setiap iterasi pi dalam prakt au dua percab tu atau dua asi tersebut terj ituasi pertama, putasi dengan d ayak (-) atau d

ik pose scen

a. Sehingga han iproses. ituasi kedua, k

pertama ada utkan iterasi

Pada langkah masih tersedi etapi untuk m pose terbaik ya

Titik Image

Titik objek Cop

Pusat Imag Focal length

Hitung i

E < Threshold

HasilT, R,E

Gambar 7. Alg

timasi pose ata

alibration adal

nformasi yan dan orientasi kesesuaian dar

ge yang diper

buah objek m objek yang m alam bergerak

algoritma PO

Scale) menghas

pada algoritm teknya hanya bangan, yang

solusi yang l jadi karena :

langkah iteras dua pose tetapi dibuang karena

ne terletak d

nya satu path

kedua pose dar alah layak

pada kedua h kedua, masin ia dua pose ya masing-masing ang akan dipert

e lanar ge

h

semua Zi > 0

Temukan titik ima bandingkan dg im aktual, ukur kesalah

R=R1

oritma POSIT

au disebut lah proses ng terkait

titik yang ri sebuah roleh dari merupakan

empunyai (6DOF –

OS (Pose

silkan dua ma POSIT. satu yang akhirnya ayak (+),

si pertama satu pose a beberapa dibelakang layak (+)

ri langkah (+), dan a cabang ng-masing

ang layak

HASIL DAN Implem terdiri dari ti pertama adalah kedua adalah p

image 2D wa

proses ketiga kearah sumbu sudut RPY.

(a) Gambar 8. Tam

a. W Aug

Pengujian Sist

Untuk diimplementas dibahas dari ketangguhan p fitur image w serta estimasi p

ke-akur ketepatan da berhubungan dalam perbe kecepatan ger tiap detiknya a dalam waktu sedangkan esti posisi dan or dengan perger wajah aktor.

Akurasi Pelac

Pada im pelacakan cuku model objek dengan pose waktu nyata. H

mendeteksi im

model objek k (X=0) sebesar

sudut Yaw (Y=

simpangan su besarnya rotas adalah 180°.

N PEMBAHA mentasi sistem iga bagian ut

h deteksi imag

penentuan dan

ajah tiap fra

adalah estim u koordinat X

mpilan GUI wi

Window titik fitu

gmented Reality

tem

menguji si sikan pada p sudut pand pelacakan, pen

ajah, jumlah f

pose.

rasian akan alam pelaca

dengan kem edaan intens rakan. Banyak akan memastika

nyata (real

imasi pose me rientasi antara rakan atau pe

cakan

mplementasi up baik karena

kepala 3D p aktor yang h Hasil pelacakan

mage wajah 2D

kepala 3D rota 129.1° ke ara =0) yang berpa udut sebesar si pada sudu

ASAN pada peneliti tama, yaitu: p

ge 2D wajah, p

n tracking titik

ame-nya, seda

masi pose tra XYZ dan rota

(b)

indow dari siste

ur wajah, b. W

y model objek

istem yang penelitian ini dang ke-akur ngaruh jumlah

frame tiap de

terkait d

akan, ketang mampuan me

itas cahaya

knya jumlah f

an proses kom

l-time) atau

enunjukkan ko a model obje

ergeseran imag

sistem ini, a a bisa mengger pada layar an hampir sama

n (tracking) m D dan mengger asi pada sudut ah +/-Y, rotasi

aling ke +/- X

179.8°. Seda

ut Roll (Z=0)

an ini proses proses k fitur angkan

anslasi asi ke

em, Window

3D.

telah akan rasian, h titik

tiknya

dengan gguhan elacak dan frame mputasi

tidak, orelasi ek 3D

ge 2D

akurasi rakkan nimasi dalam mampu rakkan Pitch i pada X besar angkan +/-X

STIKOM

(5)

Ketangguh

Keta wajah 2D 3D dipeng pencahayaa Tomasi b objek (brig yang merat hal ruangan m atau terla mengakiba wajah berg banyak titi bergeser m pelacakan.

Estimasi P

Esti merupakan translasi ve dengan kam 3 x 4. Kar untuk trans elemen) d kolom (1D Jika maka hany (kiri, kana proyeksi OpenGL coplanar (k dan jauh (fa

Rotasi Pad

Gambar 9. t

han Pelacakan

angguhan dal serta pergerak garuhi oleh pen

an pada aktor. erdasarkan pa

ghtness) berjala

ta dan normal. ini berarti maupun aktor ti

alu terang k atkan beberapa geser dari temp k fitur image maka bisa men

Pose

imasi pose n kombinasi da

ektor 3D yang mera, maka dip rena pada Ope sformasi mem dengan priorit

).

a menggunaka ya diperlukan e an, atas dan b ortografi yan diperlukan en kiri, kanan, at far)).

da Sumbu Z (R

(a)

Rotasi pada su tracking, b. di

n

lam pelacaka kan model obj ncahayaan rua Metode Luca ada tingkat k an pada cahay

pencahaya idak boleh terl karena hal a pelacakan t pat seharusnya wajah yang hi ngurangi tingka

model ob ari rotasi matri mempunyai n perlukan minim enGL standar m mpunyai ordo 4

as perhitunga

an proyeksi p

empat titik non

bawah) sedang ng digunakan nam buah ti as, bawah, dek

Roll)

(b)

umbu Z, a. di w

window model

an image

ek kepala angan dan as-Kanade kecerahan a ruangan

aan pada lalu gelap

itu bisa titik fitur a. Apabila

ilang atau at akurasi

bjek 3D ik 3D dan

ilai relatif mal matrik matriknya 4 x 4 (16 an pada

perspektif -coplanar gkan pada

n dalam

itik

non-kat (near)

window l 3D.

R

G G

R

G

Tabel

Rotasi Pada Su

(a) Gambar 10. Ro

tra

Tabel

Rotasi Pada Su

(a) Gambar 11. R t

Frame S

 ke‐

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Roll (α) Rotasi Di Sumbu Z

Frame

 ke‐

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Yaw(β) Rotasi Di Sumbu Y

l 1. Rotasi pada

umbu Y (Yaw)

otasi pada sum acking b. di w

2. Rotasi pada

umbu X (Pitch

Rotasi pada sum

tracking, b. di w impangan sudut

( derajat ) 14.703 15.185 16.456 16.859 17.849 19.175 18.965 20.160 20.962 21.615 22.189 22.457 23.262 23.951 24.412 24.593 24.91 25.47 25.441

Antar

0.48

0.40

1.32

1.19

0.65

0.26

0.688

0.18

0.56

Simpangan sudut

( derajat ) 72.668 73.496 74.502 76.162 77.94 78.621 79.361 79.363 78.204 79.207 79.199 79.59 79.982 80.308 79.891 79.235 74.611 76.986 76.912

Anta

0.8

1.

0.6

0.0

2.3 1.0

0.3

0.3

0.6

a sudut Roll

w)

(b)

mbu Y, a. di win

window model 3

a sudut Yaw

h)

(b)

mbu Z, a. di wi

window model

 Deviasi Rat

ra tiap frame (0) Semua

82

0

1.271

03

0.99

26 0.21 95

0.802 53

0.574 68

0.805 89

0.461 81

0.317 6

0.029

 Deviasi ara tiap frame (0)

828

1.006

66

681

1.778

0.74 002

1.159

375 0.074

Semua Rat

1 003

0.008 391

0.392 326

0.417 656

4.624

ndow 3D

indow l 3D. ta‐rata

frame (0)

0.623

frame (0)

ta‐rata

1.007

STIKOM

(6)

Ta

Translasi P Tran XYZ, kar maka hany digunakan

(a Gambar 4.2

Tabel 4. T

KESIMP Dar dilanjutkan analisa, m penelitian dengan has

1. Metode

estimas Reality karena tetapi b

2. Hasil k

abel 3. Rotasi p

Pada Sumbu X nslasi dilakuk rena keterbata

ya translasi k sebagai contoh

a)

25 Translasi d

a. di window

Augmented R

Translasi ke-15

ULAN ri hasil peranca n pengambilan maka dapat dis ini telah berh sil sebagai beri e POSIT da si pose pada dengan hasil sudah tidak me berbasis titik fit

keluaran dari Simpangan sudut

( derajat )

pada sudut Pitc

XYZ

kan pada ketig asan jumlah kearah sumbu h.

(b) dari +Z ke –Z,

tracking, b. di

Reality mode

langkah pada

angan sistem n data, pengu simpulkan bah hasil diimplem

kut:

apat digunaka

lingkungan A

l interaksi leb

enggunakan m

tur wajah. sistem yang d

 Deviasi R

Nilai Rata‐rata

g 1.7344

ch

ga sumbu halaman, u Z yang

i window

l 3D.

sumbu Z

kemudian ujian dan hwa pada mentasikan

an untuk Augmented

bih alami arker lagi

diterapkan 3

Unit Vektor

sebesar 16 f sudah term time) yang

3. Diperlukan

aktor sebag tidak berge

4. Estimasi p

deviasi orie deviasi jar vektor.

Berikut penelitian lebih

1. Penerapan

sebagainya aktor.

2. Untuk m

direkomend Quaternion

RUJUKAN

Araujo H., C 238, 199

B. D. Lucas an

registra to ster DARPA worksho

Daniel F. DeM

Based

Code.In

Laborat

Lowe, D.G., P Recogn Publish

Paul Viola, M

Object D

Resmana Lim

dan es and Ori and Aut

frame per seco masuk dalam

men-syarat-ka n 200 titik fitu

gai landmark m

etar (tremor). pose dicapai entasi sudut 0.

rak translasi

t adalah beb h lanjut:

metode Fu a untuk mendet

mengatasi efe dasikan men n (4D).

Carceroni R opher M., A lation to Impro Pose Estim ter Vision tanding, Volum

98.

nd T. Kanade

ation technique

reo vision, P

A imaging op, pp. 121-13

Menthon, Larr

Object Pose nternational

tory, University Perceptual Orga nition, Klu

ers, 1985.

Michael Jones.

Detection. Can

m. Davina. S

stimasi Pose

si, Jurnal Tekn

er 2, UK Petra, n Effisient and ation Techniqu

Proceeding o omputer Vis nition, Miami B

86.

., A Genera

d for Determin

ientation,IEEE

tomation, vol.5

ond (FPS), seh

waktu nyata an minimal 4 F

ur pada image

model objek 3D

i dengan rat 83° dengan rat 1.67 satuan

erapa saran

uzzy, AMM teksi ekspresi

ek Gimbal

nggunakan m

Rodrigo L. B

A Fully Proj ove the Accura

mation Algo and Im me 70, Pages

e., An ietrative e with an appli Proceedings o g understa

0. 1981.

ry S. Davis., M in 25 Lines

Computer V

y of Maryland anization and V uwer Aca

., Robust Real

nada. July 13, 2

Sivia R., Pela Video waj nik Elektro, v , 2002.

d Accurate Ca ue for 3D Ma of IEEE Confe sion and P Beach, FL, pp

l Photogramm ning Object Po E Trans. on Ro

5,pp.129-142, hingga

( real-PS. wajah D agar

ta-rata ta-rata n unit

untuk

dan wajah

Lock metode

Brown

jective acy of orithm, mages s

227-iamge cation of the

anding

Model-s of Vision ,1995. Visual ademic

l-Time 2001. acakan

jah 3 olume

amera achine erence Pattern p.

364-metric osition obotics 1989.

STIKOM

Gambar

Gambar 7. AlgGoritma POSIT
Tabel l 1. Rotasi pada

Referensi

Dokumen terkait

Indikator Kinerja 2 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja

kadar lemak bubuk kakao melalui proses ekstraksi dengan pelarut organik dan meningkatkan kualitas bubuk kakao sehingga dapat sesuai dengan standar dan dapat

Batik Jayakarta merupakan salah pilihan untuk fashion batik di kota Semarang. Batik Jayakarta melakukan pendekatan promosi yang baik untuk masyarakat Kota Semarang. Promosi

Lebar kanopi yang menutupi jalur transek 2 memiliki lebar yang bervariasi, namun berbeda dengan jalur transek 1, kanopi paling lebar di jalur transek 2 terdapat pada

Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yakni bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, kedua adalah media

Sistem reproduksi hewan jantan memproduksi sel sperma yang akan ditransfer ke dalam saluran kelamin hewan betina, sedangkan hewan betina memproduksi oosit yang

Alasan pertama adalah pertumbuhan output dan pekerja sektor manufaktur menyebabkan terjadinya transfer pekerja dari sektor yang mempunyai produktivitas rendah, karena sektor

Toksin yang bertanggung jawab atas komplikasi utama dari miokarditis dan neuritis dan juga dapat menyebabkan rendahnya jumlah trombosit (trombositopenia) dan protein dalam