1
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Modal Sosial Dalam Operasional Credit Union
(Studi Deskriptif pada Credit Union Cinta Kasih,
Pulo Brayan, Kota Medan)
SKRIPSI
Diajukan Oleh
HERBIN MARTIN BUTARBUTAR
060901024
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2 ABSTRAK
Credit Union adalah bentuk lembaga permodalan yang dibentuk secara swadaya masyarakat artinya tidak menggunakan bantuan pemerintah dalam subsidi modal kepada usaha masyarakat, yakni adalah masyarakat tersebut sendirilah yang bergotong royong dalam pemenuhan modal usaha secara bersama-sama. Karena itu Credit Union sendiri lahir dari bentuk perlawanan terhadap pemburu rente atau tengkulak, yang merugikan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep modal sosial yang terimplementasi pada program-program yang dijalankan oleh Credit Union, yakni pada sisi pemanfaatan dan pengelolaan.Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penerapan modal sosial dalam keorganisasian credit union.
Adapun jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, observasi, wawancara mendalam serta menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa credit union memanfaatkan modal sosial serta implementasi teori pertukaran sosial, hal tersebut terlihat jelas pada kegiatan-kegiatan Credit Union, pada sistem kredit dan sistem pendidikan dan pengembangan yang diterapkan oleh Credit Union Cinta Kasih P.Brayan – Medan. Penguatan pendidikan menjadi dasar perbedaan dengan bank konvensional, pengelolaan organisasi yang dilakukan secara internal oleh anggota dengan sistem regulasi yang ada juga menunjukkan kekuatan modal sosial bahwa partisipasi, jaringan dan norma-norma yang disepakati bersama untuk dijalankan bersama-sama adalah sesuai dengan filosofi Credit Union.
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan anugerah dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Modal Sosial dalam Operasional Credit Union”, di Pulo Brayan – Kota Medan.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk pemenuhan pra - syarat guna mencapai gelar sarjana dalam program studi sosiologi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan pembelajaran dan hikmad, terutama dalam hal
ketekunan, kesabaran, dan disiplin. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis merasakan betapa pentingnya eksplorasi berpikir dan bertindak, serta
mengembangkan penalaran, hal tersebut merupakan pengalaman yang tidak dapat dilupakan karena selain menambah pengalaman dalam melakukan riset atau penelitian ilmiah, hal ini juga merupakan pengalaman yang tidak dapat dilupakan.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada Keluarga Besar M.T Uluan Butarbutar/br. Pangaribuan karena telah sabar dalam memberikan segalanya untuk
pencapaian penulisan skripsi ini. Perjuangan yang besar dalam penyelesaian skripsi ini, walaupun situasi kehidupan ini menghimpit segala lini kehidupan penulis, namun dorongan dan semangat kalian tidak berkurang sedikitpun.
Terkhusus kepada ibunda yang menjadi panutan besar penulis dalam kehidupan sehari-hari. Kerja keras mu dalam membimbing, mengajarkan anak-anakmu untuk
4
karena kalian adalah orang tua terbaik, penulis bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa karena dititipkan untuk hidup bersama kalian. Dan kepada adik – adik penulis, Emilia Agustina Butarbutar, SE dan Angelina Ana Marcelina
Butarbutar, semua bantuan baik moril maupun materi yang kalian berikan untuk menyemangati penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan
baik moral dan moril, oleh sebab tersebut maka penulis juga ingin berkesempatan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
1. 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si selaku Ketua Jurusan Departemen
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Ilham Saladin, M.sp Selaku Sekretaris Departemen Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si selaku dosen pembimbing penulis.
Terimakasih atas waktu dan perhatian yang telah banyak bapak berikan untuk membimbing penulis. Serta memberikan masukan terhadap penulis dan waktu dalam proses penulisan skripsi.
5. Bapak/Ibu dosen yang ada di FISIP USU khususnya dosen yang mengajarkan mata kuliah di departemen sosiologi, atas ilmu yang telah
5
6. Bapak /Ibu Pengurus, Staff dan Anggota CU. Cinta Kasih Pulo Brayan –
Kota Medan, terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Abang dan kakak alumni dan senior Departemen Sosiologi, yang menjadi teman diskusi penulis dalam masa studi di FISIP USU.
8. Seluruh mahasiswa Angkatan Stambuk 2006 Departemen Sosiologi,
terima kasih telah menjadikan hari-hari kita menjadi istimewa, semoga semangat yang telah kita jalin ini tetap terpelihara untuk kedepannya.
9. Kepada IMASI dan Adik-adik Stambuk Mahasiswa Departermen Sosiologi FISIP USU, terima kasih atas semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Kepada Astri Sembiring, Domu Parulian Sinaga, Eko J.Lase, Rafael Simamora, Roy Chandra Sitohang, dkk. Penulis tidak dapat menuliskan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dari sahabat-sahabat sekalian atas
perhatiannya dalam penulisan skripsi ini.
11.Kepada Guru-Guru SD St. Thomas II Medan, SLTP St. Thomas I Medan,
SMUN 12 Medan, yang telah memberikan wawasan pendidikan melalui jenjang pendidikan formal.
12. GmnI Komisariat FISIP USU dan kawan-kawan Pengurus Cabang DPC
GMNI Kota Medan, salam kepalan tangan kiri buat Bung dan Sarinah semoga semangat “Putra Sang Fajar” tetap bergelora di jiwa kita, Dengan
6
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini memiliki
keterbatasan.Oleh karena itu, masukan dan kritik yang membangun sangat penulis hargai.
Namun besar harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sebuah sintesa baru bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang sosial. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April 2013
7 DAFTAR ISI
ABSTRAKSI... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10
1.4.2 Manfaat Praktis ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ekonomi Kerakyatan ... 11
2.2 Grameen Bank ... 16
2.3 Teori Pertukaran ... 18
2.3.1 Proposisi Sukses ... 19
2.3.2Proposisi Pendorong ...19
2.3.3 Proposisi Nilai ... 20
2.4 Teori Modal Sosial ... 20
2.5 Defenisi Konsep ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 25
8
3.3 Unit Analisis dan Informan ... 26
3.3.1 Unit Analisis ... 26
3.3.2 Informan ... 26
3.3.2.1 Informan Kunci ... 26
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.5 Interpretasi Data ... 28
BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Sejarah Pendirian CU Cinta Kasih ... 29
4.2 Keorganisasian ... 36
4.2.1 Idenditas ... 36
4.2.2 Keanggotaan ... 36
4.2.3 Hak Dan Kewajiban Anggota CU Cinta Kasih ... 39
4.2.4Mitra Usaha ... 42
4.3 Struktur Organisasi CU Cinta Kasih ... 44
4.3.1 PenjelasanBagan ... 45
4.4 Bidang Usaha ... 48
4.4.1 Simpanan ... 48
4.4.2 Pinjaman ... 49
4.5 Wilayah Kerja ... 53
4.6 Implementasi Modal Sosial dalam Operasional CU Cinta Kasih ... 54
4.6.1 Keorganisasian ... 55
4.6.2 Sistem Perkreditan ... 57
4.6.2.1 Penanggulangan Kredit Macet ... 63
4.6.3 Sistem Pendidikan dan Pengembangan ... 65
9 BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ... 70 5.2 Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA
DRAF WAWANCARA
10
DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM
Diagram I : Statistik Perkembagan Anggota CU ………... 37
2 ABSTRAK
Credit Union adalah bentuk lembaga permodalan yang dibentuk secara swadaya masyarakat artinya tidak menggunakan bantuan pemerintah dalam subsidi modal kepada usaha masyarakat, yakni adalah masyarakat tersebut sendirilah yang bergotong royong dalam pemenuhan modal usaha secara bersama-sama. Karena itu Credit Union sendiri lahir dari bentuk perlawanan terhadap pemburu rente atau tengkulak, yang merugikan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep modal sosial yang terimplementasi pada program-program yang dijalankan oleh Credit Union, yakni pada sisi pemanfaatan dan pengelolaan.Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penerapan modal sosial dalam keorganisasian credit union.
Adapun jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, observasi, wawancara mendalam serta menggunakan data sekunder.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa credit union memanfaatkan modal sosial serta implementasi teori pertukaran sosial, hal tersebut terlihat jelas pada kegiatan-kegiatan Credit Union, pada sistem kredit dan sistem pendidikan dan pengembangan yang diterapkan oleh Credit Union Cinta Kasih P.Brayan – Medan. Penguatan pendidikan menjadi dasar perbedaan dengan bank konvensional, pengelolaan organisasi yang dilakukan secara internal oleh anggota dengan sistem regulasi yang ada juga menunjukkan kekuatan modal sosial bahwa partisipasi, jaringan dan norma-norma yang disepakati bersama untuk dijalankan bersama-sama adalah sesuai dengan filosofi Credit Union.
11 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam sejarahnya rentenir atau tengkulak adalah pemodal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, atau dengan kata lain berada dalam lingkungan
masyarakat. Kelompok ini adalah tempat untuk peminjaman modal usaha bagi masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku
bunga yang sangat tinggi, membuat masyarakat menjadi tidak mendapat keuntungan dalam usahanya, karena hasil usaha masih tidak sebanding dengan pinjaman yang harus dibayar.
Artinya adalah lebih besar hutang yang harus dibayar daripada hasil produksi yang didapat. Dari sisi ini jelas terlihat bahwa meminjam modal usaha kepada rentenir ataupun tengkulak adalah bukan solusi tepat untuk produktivitas usaha
masyarakat, karena dengan meminjam kita akan terjebak dalam situasi yang tidak dapat diselesaikan, atau dengan kata lain masyarakat akan dijadikan sapi perah
untuk keuntungan para tengkulak ataupun rentenir. Kondisi ini secara terus menerus yang menyebabkan kemiskinan pada masyarakat pada umumnya. Di Sumatera utara, kemiskinan juga masih menjadi masalah utama yang harus
diselesaikan oleh birokrasi daerah, di tahun 2011 angka kemiskinan meningkat 10,62 % dibandingkan tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi
12
Maret 2011 bahwa penduduk miskin di Sumatera Utara berjumlah 1.481.300
orang atau sebesar 11,33 % dari jumlah penduduk keseluruhan di Provinsi Sumatera Utara.
Sekarang ini telah semakin banyak pilihan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat untuk memperoleh modal usaha, baik melalui lembaga seperti bank ataupun lembaga yang bukan perbankan. Namun untuk
memperoleh modal usaha terutama bagi usaha kecil menengah juga dapat diperoleh melalui Credit Union yang notabene adalah lembaga keuangan bukan
bank. Koperasi Kredit (Credit Union) adalah salah satu jenis koperasi di Indonesia, credit union termasuk kedalam jenis koperasi jasa yakni jasa usaha di bidang keuangan. Credit Union memiliki ciri khusus dibandingkan dengan model
koperasi simpan pinjam lain, dimana prinsip koperasi internasional menjadi landasan dalam kegiatan Credit Union.
Credit Union adalah bentuk lembaga permodalan yang dibentuk secara
swadaya masyarakat artinya tidak menggunakan bantuan pemerintah dalam subsidi modal kepada usaha masyarakat, yakni adalah masyarakat tersebut
sendirilah yang bergotong royong dalam pemenuhan modal usaha secara bersama-sama. Karena itu Credit Union sendiri lahir dari bentuk perlawanan terhadap pemburu rente atau tengkulak, yang merugikan masyarakat. Pada awalnya Credit
Union merupakan bentuk koperasi kredit. Gagasan koperasi kredit pertama kali lahir pada abad ke XVIII (18) di benua Eropa, tepatnya di negeri Jerman. Gerakan
13
Hermann Schulze Delitzsch dan Friedrich Wilhelm Raiffeisen menjadi Credit
Union. Negara Jerman dilanda krisis ekonomi yang hebat, akibat gagal panen yang terjadi hampir di seluruh wilayah. Keadaan ini menarik perhatian seorang
pejabat walikota di Heddesdorf (Jerman) Friedrich Wilhelm Raiffeisen (1818-1883). Beliau mencoba mengulurkan bantuan dengan cara memberikan uang tunai, namun cara ini bukannya membantu tetapi malah menjadikan
ketergantungan yang berlanjut (menghilangkan nilai kemandirian).
Memahami keadaan ini ahirnya Raiffeisen berpendapat “MEREKA hanya
dapat ditolong oleh DIRI MEREKA SENDIRI”, dengan jalan mengumpulkan uang mereka yang sangat kecil dan dipinjamkan kepada sesama mereka dengan bunga yang layak untuk mengembangkan usaha. Pemikiran sang walikota inilah
yang mendorong lahirnya Gerakan Koperasi Kredit Credit Union (CU) yang pertama kali pada tahun 1864, dengan nama “HEDDESDORF CREDIT UNIOUN”. Maka pada tahun 1913, lebih dari 60 % Koperasi di Pedesaan Jerman
adalah Koperasi Kredit (Credit Union) sebagai pelaku ekonomi yang membawa
Jerman bangkit dari kemiskinan.
Masuknya Credit Union ke Indonesia oleh seorang pastor yang berkewarganegaraan Jerman yang bertugas di Kalimantan Barat yaitu Karl Albrectht Karim, SJ (almarhum). Bibit-bibit Credit Union yang ditabur,
berkembang dan mengalami inkultarasi sesuai budaya Kalimantan (Dayak) menjadi CU “ala Kalimantan”. Dari wilayah Kalimantan Barat sesuai dengan
14
Perkembangan Credit Union di Sumatera Utara dimulai di era 1971
dengan didirikannya Credit Union pertama, yakni C.U Cinta Mulia di Pematang Siantar oleh Drs. Pintaraja Marianus Sitanggang. Dengan menggagasi berdirinya CU dikalangan guru / pegawai SMA Budi Mulia sekitar 20 orang. Sungguh tidak mudah, dengan sedikit paksaan, potong gaji, jadilah berdiri CU CINTA MULIA, sebuah nama yang diambil dari nama gabungan sekolah BUDI MULIA dan
CINTA RAKYAT, yang kebetulan pada saat itu guru-guru dan pegawai-pegawai dari kedua sekolah tersebut menjadi anggota awal, sehingga disepakati bernama
CU CINTA MULIA. CU ini juga sekaligus embrio Gerakan CU di Sumtera Utara.Tahun berikutnya, 1972 tepatnya bulan Juni, suatu team dari CUCO (Credit Union Counceling Office) yang didatangkan oleh PANSOS (Panitia Sosial)
Keuskupan Agung Medan, menyelenggarakan Kursus CU di Medan dan kemudian di P.Siantar (Wisma PEMUDA KATOLIK) Jl.Lingga 1, P.Siantar, pada bulan Juni 1972. Sesudah Kursus CU Perdana ini, oleh Ketua PANSOS KA
Medan, Pastor Fidelis Sihotang, dibentuklah suatu TEAM MOBILE CU. Tugasnya, mempromosikan gerakan Credit Union di paroki-paroki se Keuskupan
Agung Medan.
Ada beberapa Credit Union di Kota Medan, salah satunya adalah Credit Union Cinta Kasih di daerah Pulo Brayan, Kota Medan. Bahwasanya Credit Union Cinta
Kasih pada awalnya terbentuk melalui perkumpulan doa agama katolik di lingkungan St.Bonaventura di wilayah Pulo Brayan. Alasan mendasar
15
kondisi tersebut Pastor Hubertus Tamba, dimana adalah pimpinan kelompok doa
tersebut menyarankan untuk membentuk koperasi simpan pinjam bagi internal anggota tersebut. Uang yang ditabung tersebut dapat dipinjam oleh anggota untuk
tujuan produktif dan kesejahteraan. Solusi ini diharapkan mampu menjawab persoalan yang terjadi terkait peningkatan taraf hidup anggota tersebut. Agar memperkuat hal tersebut, tiap-tiap anggota dibekali pendidikan mengenai
koperasi kredit, karena dengan pendidikan perubahan pola pikir anggota koperasi menjadi lebih baik dalam pengelolaan koperasi kredit. Anggota merupakan
pilar-pilar yang sangat berpengaruh terhadap CU Cinta Kasih dalam menjalankan kegiatannya. Di mana hal ini dapat dilihat dari kesediaan para anggotanya dalam melaksanakan kewajiban dan hak sebagai anggota secara bertanggung jawab,
dalam hal simpan pinjam serta partisipasi anggota dalam mengikuti pendidikan yang diadakan CU bagi anggota maupun calon anggota.
Anggota-anggota CU kebanyakan memanfaatkan pinjaman yang ada
sebagai modal usaha untuk mengembangkan aktivitas kegiatan ekonomi mereka. Tujuan CU Cinta Kasih untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya agar menjadi
lebih baik dari sebelumnya dapat terlaksana, jika para anggotanya dapat memanfaatkan dengan baik pinjaman yang ada sebagai modal usaha. Secara resmi pada tahun 1996 menerima anggota secara nasional yang berarti ialah menerima
siapa saja menjadi anggota tanpa membedakan suku dan agama. Hal yang diutamakan adalah keinginan untuk menabung uang diantara para anggotanya
16
lokasi tinggal calon anggota, karena wilayah kerja CU. Cinta Kasih adalah Kota
Medan. CU Cinta Kasih yang merupakan koperasi simpan pinjam pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan akan uang dari para anggotanya, maka untuk
dapat memperoleh uang, terlebih dahulu harus melakukan penyimpanan yang berdasarkan pada prinsip koperasi kredit. Berikut ini merupakan 3 prinsip utama koperasi kredit yaitu:
1.Tabungan hanya diperoleh dari anggota-anggotanya
2. Pinjaman hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja
3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu sendiri
Ketiga prinsip tersebut mencerminkan adanya usaha swadaya dari kelompok masyarakat yang senasib sepenanggungan, karena dilakukan “Dari,
Oleh dan Untuk Anggota”. Sedangkan caranya adalah melalui usaha simpan pinjam yang berdasarkan kerjasama dan saling percaya.
CU Cinta Kasih bukanlah bank walaupun memiliki kesamaan dalam usaha
pelayanan yang dilakukan, yaitu pelayanan jasa keuangan. Perbedaan yang mendasar diantara keduanya adalah CU Cinta Kasih lebih mengutamakan modal
sosial sedangkan bank lebih mengutamakan modal uang. Dalam praktiknya bank akan bekerja semata-mata mengejar keuntungan, sedangkan CU berorientasi untuk membangun manusia melalui kegiatan ekonomi. Bagi CU Cinta Kasih,
keuntungan akan dikembalikan dalam bentuk pelayanan dan pembagian sisa hasil usaha. Sehingga kerjasama, kebersamaan dan kepedulian (solidaritas) bersama
17
perkumpulan orang bukan sekedar perkumpulan uang, yang artinya orang-orang
yang ada di dalam CU ini menjadi subyek sekaligus fokus perhatian. Di dalam CU Cinta Kasih terdapat falsafah yang mengatakan “manusia yang kita utamakan
sedangkan uang hanya sebagai alat saja”. Yang berarti bahwa meningkatkan penghasilan dan taraf hidup anggota-anggotanya itu merupakan tujuan CU dan uang menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut.
CU Cinta Kasih melayani anggotanya dalam bentuk peminjaman baik peminjaman produktif (peningkatan kegiatan usaha ataupun pengadaan) dan
kesejahteraan (membeli tanah, perbaikan rumah dll.) Namun dalam hal ini CU lebih mengutamakan pinjaman untuk hal-hal yang bersifat produktif. Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga CU Cinta Kasih dapat melakukan peminjaman.
Untuk mendapatkan pinjaman maka seorang anggota di CU, harus mendapatkan kepercayaan dari tiga anggota lain yang ada di CU Cinta Kasih. Mereka disebut penjamin yang berkewajiban menmbayar hutang apabila yang dijamin tidak dapat
membayar hutangnya. Dengan konsep seperti ini, maka kepercayaan adalah hal yang sangat penting dalam CU Cinta Kasih. Setelah mendapat kepercayaan dari
anggota maka dapat melakukan persayaratan administratif, yakni :
1. Sudah menjadi anggota aktif dan menabung secara aktif dan rutin selama 4 bulan.
2. Membuat berkas permohonan kredit minimal yang terdiri dari :
1. Surat permohonan yang ditandatangani lengkap.
2. Mengisi daftar isian yang disediakan CU Cinta Kasih.
18
4. Mengikuti wawancara oleh pihak bidang Kredit CU Cinta Kasih, yakni
:
- Tujuan Pinjaman
- Kerajinan Menabung
- Kemampuan mengembalikan pinjaman
- Prestise
- Partisipasi masa lampau.
Perlu mengikuti kegiatan CU terutama kegiatan pendidikan karena
merupakan pilar utama dalam CU Cinta Kasih. Besarnya pinjaman yang dikabulkan oleh pihak perkreditan ialah diatas dengan pinjaman maksimum 3 kali besarnya saham/simpanan, dan bunga pinjaman sebesar 2,75% menurun serta
pengembalian pinjaman sesuai dengan kontrak perjanjian.
Modal sosial adalah bagian-bagian keorganisasian seperti kepercayaan (trust), norma (norm), jaringan (network). Modal sosial juga didefinisikan sebagai
kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga
diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama. Modal sosial merupakan sumberdaya sosial yang dapat dipandang sebagai
investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru dalam masyarakat. Oleh karena itu modal sosial diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam menggerakkan
19
memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat
kehidupan masyarakat modern.
Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan
manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi, Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara determinan utamanya adalah kerdilnya modal sosial yang tumbuh di tengah
masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan
menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang tersebut maka
yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana penerapan modal sosial dalam sistem operasional Credit Union.
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menggambarkan dan mengetahui upaya atau program yang diterapkan oleh Credit Union Cinta Kasih dalam konteks yang menggunakan modal sosial.
2. Untuk melihat dan mendeskripsikan pola pertukaran sosial dan pemanfaatan modal sosial pada Credit Union Cinta Kasih Pulo Brayan,
20 I.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu manfaat dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi
positif yang ilmiah bagi kajian sosiologis, khususnya dalam bidang pengembangan masyarakat dan modal sosial.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini harapannya adalah selain meningkatkan kemampuan dan wawasan penulis dalam menulis karya ilmiah serta
21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Ekonomi Kerakyatan
Pembangunan ekonomi harus diartikan sebagai perkembangan ekonomi rakyat dengan segala aspek kehidupan mereka (ekonomi, politik, harga diri, kepercayaan
diri, kreativitas, solidaritas antar sesama, kemerdekaan yang berfungsi sosial, dll). Oleh karena itu negara yang masih tergolong negara berkembang pada umumnya
termasuk Indonesia masih mengandung struktur sosial yang tidak seimbang atau pincang, pengembangan ekonomi rakyat harus melalui cara-cara atau jalan yang fundamental dan mengakar dalam struktur sosial dan penguasaan aset
ekonomi.Pemikiran pembangunan ini bertujuan transformasi ekonomi bersamaan dengan transformasi sosial dalam arti pro-rakyat.
Sumber-sumber ekonomi akan ditujukan sebagian besar untuk keperluan rakyat
banyak. Hal ini sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang dimana tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah
pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran individual atau personal. Sebab itu ekonomi disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas usaha kekeluargaan. Bangun
perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Rumusan nasionalisme ekonomi untuk Indonesia seperti yang diutarakan diatas menghendaki secara
22
sebagai pelaku dan tulang punggungnya. Hal ini senada dengan apa yang
dikemukan oleh Bung Hatta sebagai perumus Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945,
“Pasal 33 UUD 1945 itu adalah kebulatan pendapat yang hidup dalam perjuangan kemerdekaan pada zaman Hindia Belanda dahulu. Apabila diperhatikan struktur perekonomian dimasa itu, maka terdapatlah tiga golongan ekonomi yang tersusun bertingkat. Golongan atas ialah perekonomian kaum Kulit Putih, terutama bangsa Belanda. Produksi yang berhubungan dengan dunia luaran hampir rata-rata ditangan mereka, yaitu produksi perkebunan, produksi industri, jalan perhubungan di laut, sebagian di darat dan udara. Lapis ekonomi kedua, yang menjadi perantara dan hubungan dengan masyarakat Indonesia berada kira-kira 90% ditangan orang Tionghoa dan orang Asia lainnya. Orang Indonesia yang dapat dimasukkan ke dalam lapis kedua tersebut paling banyak sekitar 10%. Itupun menduduki tingkat sebelah bawah. Mereka sanggup masuk ke dalam lapis kedua itu karena kegiatannya bekerja dibantu oleh modal yang dimilikinya. Lapis ketiga adalah perekonomian segala kecil : pertanian kecil, pertukangan kecil, perdagangan kecil, dll, itulah daerah ekonomi bangsa Indonesia. Pun pekerja segala kecil, kuli, buruh kecil, dan pegawai kecil diambil dari masyarakat Indonesia ini. Dalam perekonomian yang segala kecil itu tidak mungkin orang-orang dengan tenaga sendiri sanggup maju keatas. Kecuali beberapa ratus orang-orang Indonesia yang memiliki modal usaha sedikit yang sanggup menempatkan dirinya dalam golongan dagang menengah yang hampir rata-rata diisi oleh orang Tionghoa dan orang-orang Asia lainnya.
Dalam keadaan ekonomi kolonial semacam itulah dimana pergerakan kemerdekaan mencita-citakan Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur di kemudian hari, hiduplah keyakinan, bahwa bangsa Indonesia dapat mengangkat dirinya keluar dari lumpur, tekanan dan isapan, apabila ekonomi rakyat disusun sebagai usaha bersama berdasarakan koperasi”—Hatta, 1970 (Sritua Arif , 2002:120)
Apa yang disampaikan oleh Bung Hatta adalah proses atau cara
restrukturisasi ekonomi yang bertujuan mengubah dialektik ekonomi zaman Kolonial Belanda, yang pada jalannya adalah selain dalam pengorganisasian
ekonomi rakyat juga dilakukan dengan upaya yang sistematis untuk menciptakan keseimbangan dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi Indonesia, terkhusus mengenai perimbangan kekuatan antara golongan Cina dengan golongan pribumi
23 Program Ekonomi Kerakyatan
1. Melaksanakan Etika Produksi Baru
Adalah dimana struktur produksi nasional dimana komposisi produksi
nasional berbeda dari yang sekarang, bahwa produksi-produksi terbesar adalah barang pokok kebutuhan rakyat, dan produksi barang-barang tersebut haruslah mendominasi pertumbuhan produksi nasional.
Bahwasanya hasil produksi melalui padat karya yang membutuhkan tenaga kerja dengan upah yang layak secara kemanusiaan, artinya upah
yang layak secara kemanusiaan adalah upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan ada sisa disimpan.
2. Melaksanakan Demokrasi Ekonomi
Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah sesuai dengan pasal 33 UUD 1945, sistem tersebut dapat diartikan sebagai sistem kapitalisme
kerakyatan melalui koperasi dengan peranan negara di bidang-bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Sekalipun negara berperan besar,
tetapi proses ekonomi sebagaian besar diselenggarakan oleh rakyat atas dasar setiap usaha mempunyai fungsi sosial yang tercermin dalam distribusi yang adil dari hasil usaha dan juga tercermin dalam organisasi
unit-unit usaha sedang dan besar berbentuk koperasi. Unit-unit kecil dibiarkan untuk dimiliki oleh individu atas dasar bentuk perorangan.
24 3. Strategi Industrialisasi
Artinya bahwa adanya kawasan-kawasan industri pada tingkat daerah di Indonesia. Untuk barang-barang konsumsi massal atau pokok dalam
kategori industri kecil dan menegah menyebar diseluruh daerah, sehingga setiap daerah mempunyai industri-industri barang konsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan daerah berdasarkan ketersediaan barang baku
industri. Dengan langkah ini, produksi barang industri untuk keperluan rakyat dilakukan oleh orang banyak sebagai produsen, sehingga di tiap
daerah dapat terlaksana pengembangan daerah dan demokrasi ekonomi secara bersamaan.
4. Pembangunan Koperasi
Koperasi dalam hal ini, harusnya dapat menjadi tulang punggung sistem ekonomi dalam sektor swasta, sehingga tidak lagi mempersoalkan skala
kecil dan menengah, tetapi juga sudah mengukur kekuatan waktu untuk jangka menengah dan panjang. Model usaha koperasi diusulkan Bung
Hatta sebagai bentuk ekonomi rakyat hal ini berdasarkan pengamatan Bung Hatta mengenai struktur sosial dan struktur ekonomi di Indonesia.
5. Program Pendidikan
Hal ini juga merupakan bagian penting untuk tetap mewariskan
25
ulet dan cerdas dalam menghadapi tantangan bangsa di kemudian hari..
(Sritua Arif, 2002 : 197)
Ekonomi kerakyatan ini juga sesuai dengan salah satu pilar Trisakti yang
dikemukan oleh Bung Karno yakni “Berdikari di bidang Ekonomi”. Bahwa Indonesia yang merdeka berdaulat atas sumber daya alamnya, dan berdaulat atas ekonominya bukan berdaulat kepada pihak asing yang pada akhirnya menciptakan
penjajahan baru pada bangsa Indonesia. Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bung Karno terkait konsep perombakan ekonomi Indonesia dari
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional rakyat :
“Banyak diantara kaum nasionalis Indonesia yang berangan-angan jempol sekali jikalau negara kita bisa, seperti negeri Jepang, atau negeri Amerika atau negeri Inggris ! kaum nasionalis yang demikian itu adalah kaum nasionalis yang
burgerlijk, yaitu kaum nasionalis borjuis. Mereka adalah Burgelijk Revolutionair
dan tidak Social Revolutionair.
Nasionalisme kita tidak boleh nasionalisme yang demikian itu. Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang mencari selamatnya perikemanusiaan. Nasionalisme kita haruslah lahir daripada menselijkheid.
Nasionalisme kita oleh karenanya, haruslah nasionalisme yang dengan perkataan baru kami sebutkan : Sosio Nasionalisme dan demokrasi yang harus kita cita-citakan haruslah juga demokrasi yang kami sebutkan :Sosio Demokrasi.
Apakah sosio - nasionalisme dan sosio - demokrasi itu ? Sosio – nasionalisme adalah dus : nasionalisme-masyarakat dan sosio – demokrasi adalah demokrasi masyarakat. Tetapi apakah nasionalisme-masyarakat dan demokrasi masyarakat ?
Memang maksudnya sosio – nasionalisme ialah memperbaiki keadaan-keadaan di dalam masyarakat itu sehingga keadaan-keadaan yang kini pincang itu menjadi keadaan yang sempurna, tidak ada kaum tertindas, tidak ada kaum yang cilaka, tidak ada kaum yang papa sengsara. Jadi sosio – nasionalisme adalah nasionalisme yang bermaksud mencari keberesan politik dan keberesan ekonomi, keberesan negeri DAN keberesan rezeki.
26
Bahwa Bung Karno berpendapat kemerdekaan bukan untuk kepentingan
kemerdekaan itu sendiri, tetapi kemerdekaan yang adalah merupakan syarat fundamental untuk melalukan koreksi besar dalam tatanan sosial dan tatanan
hubungan ekonomi di dalam masyarakat.
2.2 Grameen Bank
Konsepsi Grameen Bank (Bank Pedesaan) lahir sebagai antitesa
kemiskinan, yang merupakan perwujudan sikap gotong royong sesama orang-orang miskin dengan cara mengumpulkan kapita (modal) mereka serta
menggunakan sistem sirkulasi antrian dalam penggunaan modal di tiap-tiap anggotanya. Grameen Bank merupakan lembaga mikro kredit di pedesaan yang telah membuktikan keberhasilan dalam mengentaskan kemiskinan di Bangladesh,
tepatnya berawal dari desa Jobra. Dengan mekanisme yang non-birokrasi yang berbelit-belit, karena pada awalnya nasabah Grameen Bank adalah 98 % orang-orang yang buta huruf dan terjebak dalam dimensi kemiskinan kultural dan
struktural. Sehingga sistem grameen bank dapat langsung menyentuh orang-orang miskin dengan model pembangunan berbasis kelompok dan pembangunan
ekonomi mikro.
Sistem Grameen Bank yang dirintis oleh Muhammad Yunus, menitikberatkan persoalan kemiskinan pada pendidikan dan modal. Bahwa
pendidikan merupakan jalan keluar dari kemiskinan yang kultural, dimana pengaruh budaya dan adat menjadi sangat melekat pada masyarakat di Bangladesh
27
Bangladesh yang pertama kali adalah perempuan. Hal ini disebabkan model
budaya di Bangladesh, perempuan merupakan sosok yang sangat domestik dalam urusan rumah tangga, dan pria adalah sosok yang paling menjadi figur untuk
urusan keluar bagi rumah tangga atau sosok publik, dengan kata lain perempuan di Bangladeh adalah sosok yang paling tidak memiliki nilai tawar dalam urusan ekonomi ataupun bisnis.
Kondisi ini diperparah dengan maraknya para tengkulak dan rentenir, dimana tiap-tiap rumah tangga yang tidak memliki modal (kapita) untuk
diagunkan ke bank-bank komersil, maka akan melakukan pilihan yang pada dasarnya mereka tahu bahwa hal itu adalah bukan pilihan, namun terpaksa dilakukan yakni meminjam kepada rentenir dan tengkulak dengan bunga yang
sangat tinggi. Muhammad Yunus dengan konsep Grameen Bank mencoba menjawab persoalan mayoritas masyarakat Bangladesh, dengan melakukan perekrutan anggota untuk masuk ke dalam Grameen Bank, dimana mekanisme
awalnya sebelum menjadi anggota Grameen Bank dan dapat melakukan transaksi simpan-pinjam mereka pendapat pendidikan mengenai bisnis dan kredit, lalu
membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 orang yang nantinya akan membentuk giliran dalam pemanfaatan modal. Langkah awal Grameen Bank untuk dapat melakukan advokasi secara inheren kepada masyarakat pada awalnya
adalah dengan melakukan suntikan modal kepada masyarakat, lalu pinjaman yang telah dipakai oleh masyarakat dibayar dengan sistem per hari tanpa bunga,
28
mampu untuk menembus jantung kemiskinan, dimana pengemis sekalipun dapat
melakukan pinjaman melalui Grameen Bank, sehingga memungkinkan mobilitas sosial terjadi dalam masyarakat.(Yunus,Muhammad.2007)
2.3 Teori Pertukaran Sosial
Dalaminteraksi sosial yang terjadimakapertukaransocialjugaterjadi, halinimerupakanprinsipdasardalaminteraksisosial (takeandgift). Teori pertukaran (exchange theory) menekankan pada manusia sebagai rational profit, dalam artian setiap individu interaksinya diorientasikan untuk mendapatkan keuntungan. Orang
pertama yang memulai studi tentang teori pertukaran adalah Homans.
Dalam membangun teori ini ia menyandarkan analisanya pada teori behavorialisme sosial yang menekankan bahwa sikap manusia dalam keseharian
merupakan respon atas impuls yang diberikan oleh lingkungan secara berulang ulang. Namun, walaupun begitu, Homans tidak setuju secara penuh atas pemikiran tersebut, menurut Homans, manusia memiliki daya nalar yang akhirnya
dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan atas sikap-sikapnya selanjutnya. Juga ia melihat pengaruh norma sosial sebagai penghambat atas tindakan sosial
seseorang.
Dalam karya teoritisnya, Homans membatasi diri pada interaksi kehidupan sehari-hari. Namun, jelas ia yakin bahwa sosiologi yang dibangun berdasarkan
prinsip yang dikembangkannya akhirnya akan mampu menerangkan semua perilaku sosial. Dalam hal ini Homans menggunakan contoh jenis hubungan
29
terhadap Skinner, Homans mengambangkan beberapa proposisi antara lain
adalah:
2.3.1 Proposisi Sukses.
Ada beberapa hal yang ditetapkan Homans menganai proposisi sukses. Pertama, meski umumnya benar bahwa makin sering hadiah diterima menyebabkan makin sering tindakan dilakukan, namun pembahasan ini tak dapat
berlangsung tanpa batas. Di saat individu benar-benar tak dapat betindak seperti itu sesering mungkin. Kedua, makin pendek jarak waktu antara perilaku dan
hadiah, makin besar kemungkinan orang mengulangi perilaku, dan begitu pual sebaliknya. Ketiga, menurut Homans, pemberian hadiah secara intermiten lebih besar kemungkinannya menimbulkan perulangan perilaku ketimbang
menimbulkan hadiah yang teratur. Hadiah yang teratur menimbulkan kejenuhan dan kebosanan, sedangkan hadiah yang diterima dalam jarak waktu yang tek teratur sangat mungkin menimbulkan perulangan perilaku.
2.3.2 Proposisi Pendorong.
Homans tertarik pada proses generalisasi dalam arti kecenderungan
memperluas perilaku keadaan yang serupa. Aktor mengkin hanya akan melakukan sesuatu dalam keadaan khusus yang terbukti sukses di masa lalu. Bila kondisi yang menghasilkan kesuksesan itu terjadi terlalu ruwet maka kondisi serupa
mungkin tidak akan menstimulasi perilaku. Bila stimuli krusial muncul terlalu lama sebelum perilaku diperlukan maka stimuli itu benar-benar tak dapat
30
menanggapi stimuli yang tak berkaitan, setidaknya hingga situasi diperbaiki
melalui kegagalan berulang kali. Semuanya ini dipengaruhi oleh kewaspadaan atau derajat perhatian individu terhadap stimuli.
(Sumber:http://kuliahsosiologi.blogspot.com/2011/05/james-coleman-sosial-capital.html)
2.3.3 Proposisi Nilai.
Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. hadiah
adalah tindakan dengan nilai positif; makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Hukuman adalah tindakan dengan nilai negatif; makin tinggi nilai hukuman berarti main kecil kemungkinan
aktor mewujudkan perilaku yang tak diinginkan. Homans menemukan bahwa hukuman merupakan alat yang tak efisien untuk membujuk orang mengubah
perilaku mereka karena orang dapat bereaksi terhadap hukuman menurut cara yang tak diinginkan. Sebenarnya lebih baik tak memberikan hadiah terhadap perilaku yang tak diinginkan; perilaku demikian akhirnya akan dihentikan. Hadiah
jelas lebih disukai, tetapi persediaannya mungkin sangat terbatas
2.4 Teori Modal Sosial
Coleman mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang diartikan sebagai investasi untuk mencari sumber daya baru. Bahwa sesuatu yang disebut sumber daya adalah hal yang bisa untuk dikonsumsi, disimpan, dan disimpan.
Modal sosial juga dekat dengan terminologi sosial lainnya yaitu seperti kebajikan sosial (social virtue), yang menjadi pembeda letaknya di dimensi jaringan
31
perasaan keterikatan untuk saling berhubungan yang besifat imbal balik dalam
suatu bentuk hubungan sosial. Randall Collin mengemukakan kajian tentang apa yang dia sebut sebagai phenomena mikro dan interaksi sosial yaitu norma dan
jaringan (the norms and networks) yang sangat berpengaruh pada kehidupan organisasi sosial. Norma yang terbentuk dan berulangnya pola pergaulan keseharian akan menciptakan aturan aturan tersendiri dalam suatu
masyarakat.Aturan yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi dasar yang kuat dalam setiap proses transaksi sosial, dan akan sangat membantu menjadikan
berbagai urusan sosial lebih efisien. Ketika norma ini kemudian menjadi norma asosiasi atau norma kelompok, akan sangat banyak manfaatnya dan menguntungkan kehidupan institusi sosial tersebut. Kekuatan-kekuatan sosial
dalam melakukan interaksi antar kelompok akan terbentuk. Pada akhirnya mempermudah upaya mencapai kemajuan bersama.
Setiap pola hubungan yang terjadi diikat oleh kepercayaan (trust) kesaling
pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat
dilakukan secara efisien dan efektif
Unsur pokok modal sosial:
1. Partisipasi dalam suatu jaringan salah satu kunci keberhasilan membangun
modal sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan
32
kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). Kemampuan anggota anggota
kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan
kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.
2. Resiprocity. Modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri.
Pola pertukaran ini bukanlah sesuatu yang dilakukan secara resiprokal seketika seperti dalam proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan
jangka panjang dalam nuansa altruism (semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain). Dalam konsep Islam, semangat semacam ini disebut sebagai keikhlasan. Semangat untuk membantu bagi
keuntungan orang lain. Imbalannya tidak diharapkan seketika dan tanpa batas waktu tertentu. Pada masyarakat, dan pada kelompok-kelompok sosial yang terbentuk, yang di dalamnya memiliki bobot resiprositas kuat akan melahirkan
suatu masyarakat yang memiliki tingkat Keuntungan lain, masyarakat tersebut akan lebih mudah membangun diri, kelompok dan lingkungan sosial dan fisik
mereka secara rnengagumkan.
3. Trust. Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari
oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang
33
tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada
peningkatan modal sosial.
4. Norma Sosial. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol
bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini
biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan yang
berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota rnasyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.
5. Nilai-Nilai. Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat.
6. Tindakan Proaktif. Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan
yang kuat dan anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan
masyarakat. Ide dasar dan premis ini, bahwa seseorang atau kelompok senantiasa kreatif dan aktif. Mereka melibatkan diri dan mencari kesempatan kesempatan yang dapat memperkaya, tidak saja dan sisi material tapi juga
kekayaan hubungan hubungan sosial, dan menguntungkan kelompok, tanpa merugikan orang lain, secara bersama-sama. Mereka cenderung tidak
34 2.5 Defenisi Konsep
Dalam sebuah penelitian defenisi konsep sangat diperlukan agar mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah kerangka acuan
penelitian didalam desain instrumen penelitian. Konsep digunakan agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian atau pembaca laporan penelitian mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan
variabel, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti dalam penelitiannya (Burhan Bungin, 2001). Adapun beberapa konsep penting dalam
penelitian ini adalah :
1. Credit Union : Lembaga bukan bank, yang memberikan layanan kredit
kepada masyarakat untuk peningkatan usaha dan ekonomi.
2. Modal Sosial : Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai komunitas.
3. Operasional : Satuan cara atau mekanisme kerja dalam sebuah lembaga atau organisasi.
4. Sistem : Pola atau bentuk yang disepakati untuk dijadikan panduan pengelolaan bagi seluruh elemen dalam sebuah lembaga atau
35 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian pada karya tulis ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan suatu metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (holistic) dan dengan cara deskriptif dalam
bentuk kata – kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiahdan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006:1). Penelitian studi deskriptif ini merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu
masalah yang ada dan bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti serta berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Credit Union Cinta Kasih, Pulo Brayan Kota
36 3.3 Unit Analisis Dan Informan
3.3.1 Unit analisis
Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah,
Sistem Kerja atau Program Kerja yang berorientasi modal sosial terhadap anggota dari C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan, dan perkembangan usaha nasabah atau anggota C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan.
3.3.1.1 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah Pengurus C.U Cinta Kasih, Pulo
Brayan, dan anggota C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan dan masyarakat sekitar C.U Cinta Kasih, Pulo Brayan
Informan Kunci
Informan kunci dalam penelitian ini adalahPengurus, Staff, dan Anggota C.U Cinta Kasih Pulo Brayan yang melakukan aktivitas peminjaman secara periodik atau berkala.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini, maka alat-alat
yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu bentuk atau alat yang digunakan untuk
37
menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti adalah bagian dari keadaan
alamiah, tempat dilakukannya observasi. Seorang peneliti dapat menjadi anggota dari sebuah kelompok khusus atau organisasi dan menetapkan untuk mengamati
kelompok itu dengan menggunakan satu atau beberapa cara, atau dapat pula peneliti melakukan kerjasama dengan sebuah kelompok dalam tujuannya mengamati kelompok dengan beberapa cara. Tanpa melihat bagaimana peneliti
bisa menjadi bagian dari lingkungannya, maka yang penting partisipan aktif sebagai bagian yang menyeluruh yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian
ini.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam yaitu peneliti mengadakan tanya jawab dengan
pedoman pertanyaan yang telah disusun dengan ditujukan sedemikian rupa untuk menggali informasi dan mendapatkan data yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, informasi yang digali oleh peneliti
adalah bagaimana mekanisme penerapan modal sosial dalam C.U Cinta Kasih, yang diperuntukan bagi pengembangan usaha anggota yang notabene adalah
pelaku usaha kecil dan menengah.
3. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang
38 3.5 Interpretasi data
Interpretasi data merupakan tahap penyederhanaa data. Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diukur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam
kategori, pola atau uraian tertentu. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Data tersebut setelah
dibaca, dipelajari, ditelaah maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi.Langkah selanjutnya adalah
39 BAB IV
HASIL DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Sejarah Pendirian CU Cinta Kasih
Koperasi kredit lahir pertama sekali di Jerman tahun 1889 dan menyebar di negara-negara Eropa dan Asia. Masuk ke Indonesia (Jakarta) tahun 1970 yang
dikembangkan oleh BK3I (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia), BK3I adalah Lembaga yang berazaskan Pancasila, yang selalu bekerjasama dengan
pemerintah dalam hal ini Departemen Koperasi.Koperasi kredit lahir pertama sekali di Jerman tahun 1889 dan menyebar di negara-negara Eropa dan Asia. Masuk ke Indonesia (Jakarta) tahun 1970 yang dikembangkan oleh BK3I (Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia), BK3I adalah Lembaga yang berazaskan Pancasila, yang selalu bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini Departemen Koperasi.Credit Union (CU) yang lazim disebut koperasi kredit merupakan
kumpulan orang-orang yang saling percaya yang bersama-sama mengorganisir diri untuk menyediakan pelayanan bagi sesama mereka. Koperasi kredit/Credit
Union berasal dari bahasa Yunani (Credere) yang berarti kepercayaan, dengan demikian dasar koperasi kredit adalah kepercayaan.
Kini CU telah berkembang dengan pesat keseluruh daerah dipenjuru tanah air. Di Sumatera Utara berdiri tahun 1971 dengan BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah) yang membawahi semua kopdit primer yang berpusat di
40
untuk di wilayah Medan-Langkat terdapat 7 nama CU yang bernaung di
bawahBK3D seperti: Karya Murni, Harapan Kita, Rukun Damai, Cinta Kasih, Karya Murni (Binjai), Tunas Karya dan Karya Bersama. BK3D ini dikoordinir
oleh BK3I yang berpusat di Jakarta.
CU Cinta Kasih yang merupakan salah satu wadah koperasi kredit ditingkat primer yang ada di Sumatera Utara berdiri pada tahun 1990 yang
berawal dari sebuah perkumpulan doa agama Khatolik di wilayah Pulo Brayan. CU ini pertama sekali diperkenalkan oleh Pastur Hubertus Tamba yang pada saat
itu adalah seorang pastur di katedral Jl. Pemuda Medan. Perkumpulan doa tersebut berada di lingkungan St.Bonaventura yang berada di wilayah Pulo Brayan Kota Lrg I. Lingkungan St.Bonaventura ini adalah salah satu lingkungan
doa dari 12 lingkungan yang ada di Paroki Katedral. Alasan mengapa dibentuknya CU di lingkungan St.Bonaventura karena sebagian besar anggota perkumpulan
tersebut termasuk kategori ekonomilemah (miskin). Melihat kondisi perekonomian anggotanya yang begitu rendah, Pastor Hubertus Tamba merasa tergugah sehingga beliau menyarankan untuk didirikannya koperasi simpan
pinjam di lingkungan St.Bonaventura. Anggota perkumpulan doa menyambut dengan baik usulan Pastor tersebut. Namun sebagian besar anggota perkumpulan
belum begitu mengenal kegiatan CU, sehingga Pastor Hubertus meminta bantuan Suster Nikasya Sihombing untuk memperkenalkan CU di luar kegiatan doa lingkungan. Suster Nikasya adalah salah seorang Suster yang bernaung di Paroki
41
Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup anggotanya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk menunjang hal tersebut maka setiap calon anggota maupun
anggota wajib menerima pendidikan mengenai pengetahuan berkoperasi, karena hanya melalui pendidikanlah dapat merubah pola pikir para anggotanya bagaimana berkoperasi dengan baik. Adanya pendidikan ini jugalah yang
membuat anggota lingkungan St.Bonaventura yang semula belum mengenal koperasi kredit menjadi lebih mengenal maksud dan tujuan kegiatan dalam kopdit
tersebut.
Pada awalnya CU di lingkungan St.Bonaventura diberi nama CU Santa Maria, di mana anggota lingkungan St.Bonaventura hanya berjumlah 20 orang
dan mereka diwajibkan menabungkan uang sebesar Rp 10.000/orang. Uang yang ditabung bersama itu dapat langsung dipinjamkan kepada mereka yang
memerlukan modal untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Ketua, wakil ketua dan bendahara dipilih dari anggota dan pada saat itu mereka belum memiliki kantor tetap karena hanya berjumlah 20 anggota saja sehingga diputuskan rumah
ketua sebagai kantor CU sementara. Setelah satu tahun CU Santa Maria berdiri diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT), pada saat RAT inilah para anggota
diminta untuk memberikan masukan untuk mengubah nama CU Santa Maria. Hal ini dilakukan mengingat nama Santa Maria dianggap terlalu bersifat ke Katolikan (agamasentris) sehingga mereka memutuskan untuk mengubahnya. Pada saat
RAT (Rapat Anggota Tahunan) tersebut para anggota diberi kesempatan untuk memberikan nama baru yang sesuai dengankeinginan mereka, dan ada beberapa
42
CU Solidaritas dan CU Cinta Kasih. Kebanyakan dari anggota tersebut memilih
nama CU Cinta Kasih sebagai pengganti nama CU yang baru dan akhirnya diputuskan bersama untuk memakai nama CU Cinta Kasih dalam kegiatan
koperasi di lingkungan St.Bonaventura.
Pada tanggal 5 Mei 1990 CU Cinta Kasih diresmikan dan setelah tiga tahun berdirinya CU tersebut telah menunjukkan hasil yang signifikan, ini dapat
dilihat dari kehidupan anggotanya yang menjadi lebih baik dari sebelumnya terutama dalam perekonomian. Perbaikan kondisi ekonomi terjadi karena anggota
CU ini memanfaatkan pinjaman uang dari CU yang digunakan sebagai suntikan modal baru serta pengelolaan yang tepat melalui bimbingan dari CU dimana rata-rata anggotanya adalah pedagang. Setelah beberapa waktu CU Cinta Kasih yang
pada awalnya diperuntukkan kepada anggota perkumpulan doa St.Bonaventura, namun pada tahun 1994 memutuskan untuk menerima anggota non Katolik.
Keputusan ini diambil setelah pihak CU Cinta Kasih melakukan studi banding ke CU Pardomuan di Dolok Sanggul yang dimotori oleh Pastor Libreak. Studi banding dan pelatihan itulah yang memberikan pandangan dan kesimpulan baru
kepada CU Cinta Kasih untuk membuka diri dan akhirnya memutuskan memberikan ruang dan kesempatan kepada calon anggota non- katolik dan di luar
lingkungan St.Bonaventura untuk menjadi anggota CU Cinta Kasih.
Secara resmi pada tahun 1996 CU Cinta Kasih menerima anggota secara umum dan tidak terikat pada kekatolikan yang berarti bahwa CU Cinta Kasih
menerima siapa saja yang ingin menjadi anggotanya tanpa membedakan suku dan agama, hal yang menjadi prioritas utama adalah keinginan untuk menabung uang
43
akhirnya dapat dipinjamkan bagi mereka dengan bunga yang layak untuk tujuan
produktif dan kesejahteraan. Dalam proses penerimaan anggota CU terlebih dahulu dilihat wilayah tempat tinggal calon anggota karena wilayah kerja CU
Cinta Kasih hanya berada di sekitar Medan. Namun sejak tahun 2000 CU Cinta Kasih telah memperluas wilayah kerja mereka menjadi Wilayah Propinsi Sumatera Utara dengan Badan Hukum : 480/BH/KDK/2.17/X/2000. Dalam
menjalankan kegiatannya, CU Cinta Kasih berpedoman pada koperasi. Namun CU Cinta Kasih lebih berkecimpung dalam bidang pelayanan jasa keuangan saja.
CU Cinta Kasih pada dasarnya merupakan koperasi kredit (simpan pinjam) yang beroperasi pada hal pemenuhan kebutuhan uang anggotanya. Sehingga dalam hal ini yang menjadi pedoman dalam proses peminjaman ada 3 (tiga) hal
yang menjadi persyaratan utama bagi anggota untuk melakukan pinjaman, :
1. Tabungan hanya diperoleh dari anggota-anggotanya
2. Pinjaman hanya diberikan kepada anggota-anggotanya saja
3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu sendiri
Hal ini sesuai dengan pedoman koperasi kredit, dan juga hal ini telah tercermin
dalam visi dan misi dari CU Cinta Kasih, yakni :
Visi
Pelayanan prima dan keramah tamahan dan menjadi Kopdit terbesar no 3 di tahun 2017 di Sumatera Utara tingkat Puskopdit BK3D.
44
1. Mengembangkan sikap saling tolong menolong diantara para anggota
2. Memberikan pelayanan simpan pinjam secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip-prinsip dan manajemen koperasi kredit guna meningkatkan
kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
3. Memperkokoh struktur organisasi baik intern maupun ekstern.
4. Menjalin kerja sama dalam gerakan koperasi kredit secara horizontal maupun
vertikal dengan lembaga-lembaga mitra, baik pemerintah maupun non-pemerintah.
5. Meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) Koperasi Kredit melalui penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan.
Tujuan Kopdit CU Cinta Kasih :
1. Mengembangkan Kopdit sesuai dengan Jati diri koperasi : Organisasi, Nilai-nilai, dan prinsip koperasi.
2. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha mikro kecil dan menengah dan koperasi melalui sistem simpan pinjam.
3. Mendorong kehidupan ekonomi anggota dalam kegiatan usaha mikro kecil dan
menengah
4. Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan
Kopdit CU Cinta Kasih P.Brayan Medan.
45
Oleh dan untuk Anggota”. Sedangkan caranya dilakukan melalui simpan pinjam
yang berdasarkan kerjasama dan saling percaya. CU Cinta Kasih kini telah ber-Badan Hukum dengan No. 480/KDK/2.17/x/2000 dan juga telah memiliki kantor
tetap yang berada di Jl. KL. Yos Sudarso No. 138-D Pulo Brayan Kota Medan. Seiring dengan meningkatnya jumlah anggota CU Cinta Kasih maka selain memiliki kantor pusat, kini CU Cinta Kasih telah memiliki 4 kantor cabang atau
yang lebih dikenal dengan sebutan TPK (Tempat Pelayanan Khusus) yang berada di :
1. Jl. Flamboyan Raya No. 16 Tj. Selamat - Medan
2. Jl. Letjend. Jamin Ginting No.154 Padang Bulan – Medan
3. Jl. Gatot Subroto Km. 8,2 No. 18-E Kp. Lalang – Medan
4. Jl. Glugur Rimbun Tanjung Anom – Medan.
. Hal inidilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota CU
46 4.2 Keorganisasian
4.2.1 Identitas
Nama : Kopdit (CU) Cinta Kasih Medan
Berdiri : 5 Mei 1990
Alamat : Jl. KL. Yos Sudarso No. 138 D Pulo Brayan Kota
Medan
Badan Hukum : No. 480/KDK/2.17/X/2000
No. Anggota SPD : 068
No. Anggota Daperma : 687
Wilayah Kerja : Propinsi Sumatera Utara
Jumlah unit/ kelompok : 95 (dapat dilihat dalam lampiran)
4.2.2 Keanggotaan
1. Jumlah Anggota sampai Desember 2012
Laki-laki : 6.260 orang
Perempuan : 10.188 orang
2. Jumlah Anggota tarik diri
47
Perempuan : 348 orang
3. Jumlah Anggota yang meninggal
Laki-laki : 22 orang
Perempuan : 9 orang
Diagram I : Statistik Perkembangan Anggota CU
Keanggotaan CU Cinta Kasih :
Anggota biasa:
1. Berusia 17 tahun keatas atau sudah berumah tangga
2. Berdomisili di wilayah kerja CU Cinta Kasih
3. Beritikad baik
4. Berminat untuk menabung 8395
2008 2009 2010 2011 2012
48
5. Usia anggota baru maksimum 65 tahun
Anggota Luar Biasa
1. Berusia 6 bulan sampai dengan dewasa tetapi belum mempunyai
penghasilan
2. Berdomisili di wilayah kerja CU Cinta Kasih
Keanggotaan dinyatakan sah bila anggota yang diajukan kepada CU Cinta
Kasih dengan mengisi formulir yang telah disediakan.
Anggota Biasa
1. Membuat surat permohonan dengan melampirkan foto copy KTP yang berlaku dan pas foto
2. Membayar uang pangkal
3. Simpanan Pokok
4. Simpanan wajib
5. Membayar sukarela kelipatan
6. Membayar DAKESMA
7. Mengikuti pendidikan
8. Memperoleh buku anggota yang telag disahkan pengurus
Anggota Luar Biasa
49 2. Membayar simpanan pokok
3. Membayar simpanan wajib
4. Simpanan sukarela kelipatan
5. Memperoleh buku anggota yang telah disahkan pengurus
4.2.3Hak dan Kewajiban anggota CU Cinta Kasih
Anggota Biasa
Hak
1. Mendapatkan jasa-jasa pelayanan terutama bentuk pinjaman yang diberikan CU
2. Dipilih dan memilih untuk setiap jabatan dalam kepengurusan CU
3. Menarik simpanan sukarela jika dalam kondisi terdesak, pada jam kerja kantor
4. Menerima deviden setelah tutup buku
5. Menerima jasa pinjaman setelah tutup buku bila pinjaman tersebut lunas lebih awal atau sesuai dengan kontrak perjanjian
50 Kewajiban
1. Menghadiri dan ikut secara aktif memberikan suaranya dalam rapat anggota
2. Menabung secara rutin setiap bulan dan mengembalikan pinjaman serta bunga tepat pada waktunya
3. Membayar denda jika terjadi keterlambatan pengembalian
pinjaman
4. Menjaga nama baik CU
5. Mengikuti pendidikan yang diselenggarakan oleh CU
Anggota Luar Biasa Berhak:
1. Menerima deviden
2. Menjadi anggota biasa setelah menerima pendidikan
Anggota Luar Biasa Berkewajiban
1. Menabung secara rutin tiap bulan
2. Menjaga nama baik CU
Selain memberikan hak dan kewajiban kepada anggotanya, CU Cintga
51 a. DAPERMA
DAPERMA (Dana Perlindungan Bersama) merupakan suatu badan dalam CU yang dikelola langsung oleh BK3I (Badan Koordinasi
Koperasi Kredit Indonesia) yang berpusat di Jakarta, yaitu memberikan perlindungan simpanan maupun pinjaman anggota. CU Cinta Kasih telah menjadi anggota DAPERMA dengan no.
687. DAPERMA diperuntukkan bagi anggota CU itu sendiri, misalnya: ada anggota CU yang masih punya sisa pinjaman, lalu
dia tiba-tiba meninggal maka DAPERMA akan membayar semua sisa hutang berikut bunganya kepada CU Cinta Kasih dan kepada ahli warisnya akan diberikan santunan. Seluruh simpanannya akan
dikembalikan oleh CU sesuai dengan batas buku sahamnya.
b.DAKESMA
DAKESMA (Dana Kesejahteraan Bersama) merupakan ansuransi
yang dikelola langsung oleh BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah) yang berpusat di P.Siantar yang baru dibentuk
tahun 2008. Dengan perincian bahwa setiap anggota CU Cinta Kasih membayar sebesar Rp 30.000 per tahun. Misalnya: ada seorang anggota CU yang meninggal maka ahli warisnya akan
mendapatkan santunan sesuai dengan aturan yakni, simpanannya akan dikembalikan oleh pihak CU ditambah dengan santunan
52
Dengan adanya kedua ansuransi ini maka CU Cinta Kasih terlihat
berbeda dengan Kopdit/CU yang lainnya maupun lembaga keuangan yang lain, hanya di CU Cinta Kasih setiap anggotanya
diberikan angsuransi yang bertujuanuntuk memberikan perlindungan kepada semua yang menjadi anggota di dalamnya.
4.2.5 Mitra Usaha
Selaras dengan kemajuan zaman CU Cinta Kasih juga melakukan kerja sama yang dalam hal ini
memiliki tujuan efisiensi dan pembangunan jaringan diluar kelompok untuk dapat bekerjasama dengan berbagai pihak/organisasi antara lain:
1. Pihak Pemerintah
Kejasama yang telah dibina antra lain:
a. Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Utara
b. BK3I Jakarta dalam pelayanan DAPERMA dan Pendidikan serta Pelatihan.
c. Kehadiran pihak Dinas Koperasi Medan dan Pemerintah setempat pada
saat pelaksanaan RAT (Rapat Anggota Tahunan)
2. Pihak Pusat Koperasi/BK3D Sumut di P. Siantar
Kerjasama yang telah dibina antara lain:
53
b. Penyelenggaraan Silang Pinjam Daerah (SPD)
c. Penyelenggaran pendidikan pengurus Koperasi
3. Pihak Dealer Sepeda Motor
Kerjasama yang telah dibina antara lain:
a. Kerjasama dalam penyaluran kredit sepeda motor
b. Kerjasama dalam penyaluran kredit becak bermotor
4. Kerjasma antar CU tetangga
Kerjasama yag telah dibina antara lain:
a. Kehadiran para pengurus dan pengawas dari CU-CU tetangga pada saat pelaksanaan RAT
b. Kehadiran para pengurus dan pengawas dari CU-CU tetangga pada
peresmian TPK (Tempat Pelayanan Khusus) yang baru
5. Kerja sama dengan Bank Mandiri, BNI, dan BTN cabang P.Brayan
54
4.3 Struktur Organisasi Koperasi Kredit (CU) Cinta Kasih
Bagan I : Struktur Organisasi CU Cinta Kasih
Rapat Anggota
Penasehat
Pengurus
KetuaWakil Ketua Sekretaris Bendahara Anggota 1 Orang
Pengawas
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Calon anggota Anggota
Staf Perkreditan
Staf pendidikan
Adm. Keuangan Staf Hukum
55 4.3.1 Penjelelasan Bagan
Rapat Anggota Tahunan
Rapat Anggota Tahunan adalah pemegang kekuasan yang tertinggi dalam
CU Cinta Kasih.
Pengawas
1. Menyusun rencana dan melaksanakan pengawasan/audit secara teratur
2. Melaksanakan pengawasan/audit sesuai standart audit yang sudah ditetapkan oleh BK3D Sumut
3. Melaporkan hasil pengawasan
4. Mengawasi temuan-temuan audit apakah sudah ditindaklanjuti oleh pengurus dimana tindak lanjut perbaikan oleh pengurus paling lama 10
hari setelah hasil temuan disampaikan
5. Menskorsing pengurus yang tidak menjalankan tugas dengan benarPengurus
Pengurus dipilih dari dan oleh anggota, dan merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota.
Manager Fungsi
1. Memastikan bahwa CU memiliki perencanaan operasional 3 bulanan,
6 bulanan dan setiap bulan sebagai penjabaran tahunan dan pola kebijakan yang sudah disahkan oleh RAT
2. Memastikan bahwa CU diorganisir dengan benar dan sesuai dengan standart operasional yang sudah ditetapkan
56
4. Memastikan bahwa sistem dan mekanisme CU berjalan secara benar
dan berkelanjutan Tugas
1. Memberikan masukan perencanaan kepada pengurus
2. Menjabarkan perencanaan strategis dan perencanaan tahunan secara operasional
3. Bersama pengurus menseleksi dan merekrut staf baru 4. Menyusun uraian tugas para staf
5. Membuat prosedur/alur kerja
6. Melaksanakan dan melaporkan hasil kerja 7. Menyusun semua data secara akurat
Staf Pendidikan
1. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus, pengawas, staf, calon anggota dan anggota
2. Melaksanakan pemasaran produk dan pelayanan CU Tugas
1. Mengorganisir penyelenggaran pendidikan motivasi
2. Melakukan pengorganisasian untuk pendirian TPK (Tempat Pelayanan Khusus) baru
3. Membuat jadwal, menunjuk fasilitator, menentukan tempat dan peserta 4. Membuat penilaian dan mendiskusikan apakah seorang peserta
pendidikan dasar layak diterima menjadi anggota
57
6. Mempromosikan produk-produk simpanan CU
Staf Perkreditan Fungsi
1. Memberikan pelayanan kredit secara berkualitas sesuai dengan pola kebijakan dan program kerja yang sudah disahkan RAT
2. Memberikan nasehat keuangan bagi calon peminjam, memberi
masukan bagi pengurus dalam rangka pembuatan pola kebijakan
3. Mengusahakan uang milik CU sebagai komoditi yang harus dijual,
aman, menghasilkan dan memenuhi kebutuhan anggota
4. Mempertimbangkan permohonan kredit secara cermat untuk menjamin ke layakannya berdasarkan TUKKEPAR
Tugas
1. Menerima dan memeriksa surat permohonan pinjaman yang diajukan anggota
2. Mengadakan analisis kredit, wawancara dan penyelidikan lapangan 3. Menilai kelayakan penjamin dan barang-barang jaminannya
4. Melakukan kerjasama dengan pihak Notaris
5. Membuat rapat-rapat bagian kredit untuk memutuskan apakah suatu permohonan kredit disetujui/ditolak
Adm. Keuangan Fungsi
58
1. Menyediakan kelengkapan administrasi baik administrasi keuangan
maupun administrasi non keuangan
2. Melayani transaksi-transaksi keuangan secara berkualitas
3. Membukukan transaksi-transaksi keuangan sesuai pembukuan 4. Mengamankan uang di brankas
4.4 Bidang Usaha 4.4.1 Simpanan
Jenis-jenis simpanan yang ada dalam CU Cinta Kasih adalah sebagai
berikut:
1. Simpanan Saham yaitu simpanan yang mendapat Deviden yang terdiri dari:
a. Simpanan Pokok b. Simpanan Wajib c. Simpanan Sukarela
d. Simpanan Kapitalisasi
2. Simpanan Non Saham yaitu simpanan yang tidak mendapatkan
Deviden tetapi mendapatkan bunga setiap bulan sesuai dengan aturan yang berlaku antara lain:
a. SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)
Bunga : 1,5% per bulan
b. SIBUHA (Simpanan Bunga Harian)
Bunga : 1,15% per bulan c. SHT (Simpanan Hari Tua)