• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrsi Campuran Sari Buah Nenas Dan Markisa Serta Konsentrasi Pektin Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Konsentrsi Campuran Sari Buah Nenas Dan Markisa Serta Konsentrasi Pektin Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRSI CAMPURAN SARI BUAH NENAS

DAN MARKISA SERTA KONSENTRASI PEKTIN TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

SKRIPSI

FLORENTA SURBAKTI

050305022 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH KONSENTRSI CAMPURAN SARI BUAH NENAS

DAN MARKISA SERTA KONSENTRASI PEKTIN TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

SKRIPSI

OLEH

FLORENTA SURBAKTI

0503050322 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.Si Ir. Hotnida Sinaga, M. Phil Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PINEAPPLE AND PASSION FRUIT EXTRACT MIXTURE CONCENTRATION AND PECTIN CONCENTRATION ON THE

QUALITY OF

COCONUT WATER SORBET

The aim of this research was to find the effect of pineapple and passion

fruit extract concentration and pectin concentration on the quality of coconut

water sorbet. The research had been performed using factorial completely

randomized design with two factors, i.e; mixture of pineapple and passion fruit

extract concentration (1:2) (K) : (5%, 10%, 15% and 20%) and pectin

concentration (P) : (0,4%, 0,6%, 0,8% and 1%). Parameters analyzed were

vitamin C content, total acid, melting percentage, fiber content, total soluble

solid ,organoleptic values of colour, flavour and taste, and texture. The results

showed that the mixture of pineapple and passion fruit extract concentration and

pectin concentration had highly significant effect on all parameters. The

interaction of the two factors had highly significant effect on fiber content, total

soluble solid, organoleptic values of colour, flavour and taste, and texture and

had no significant effect on vitamin C content, total acid and melting percentage.

The 15% mixture of pineapple and passion fruit extract and 0,8% concentration

of pectin produced the best quality of coconut water sorbet.

(4)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI CAMPURAN SARI BUAH NENAS DAN MARKISA SERTA KONSENTRASI PEKTIN TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi campuran

sari buah nenas dan markisa serta konsentrasi pektin terhadap mutu sorbet air

kelapa. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua

faktor, yaitu konsentrasi campuran sari buah nenas dan markisa (1:2) (K) : (5%,

10%, 15 % dan 20%) dengan konsentrasi pektin (P) : (0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%).

Parameter yang dianalisa adalah kadar vitamin C, total asam, persen mencair,

kadar serat, total padatan terlarut, nilai organoleptik warna, aroma dan rasa, serta

tekstur. Konsentrasi campuran sari buah nenas dan markisa serta konsentrasi

pektin berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter. Interaksi kedua faktor

berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar serat, total padatan terlarut, nilai

organoleptik warna, aroma dan rasa, serta tekstur dan memberikan pengaruh yang

tidak berbeda nyata terhadap kadar vitamin C, total asam dan persen mencair.

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa 15% dan konsentrasi pektin 0,8%

menghasilkan mutu sorbet air kelapa dengan mutu yang paling baik.

(5)

RINGKASAN

FLORENTA SURBAKTI “Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Nenas dan

Markisa serta Konsentrasi Pektin Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa”, dibimbing

oleh Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.S selaku ketua komisi pembimbing dan

Ir. Hotnida Sinaga, M.P selaku anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi sari buah

nenas dan markisa dan pektin terhadap mutu sorbet air kelapa.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL),

dengan dua faktor. Faktor I : konsentrasi sari buah nenas dan markisa (K) yaitu K1

= 5%, K2 = 10%, K3 = 15% dan K4 = 220%. Faktor II : konsentrasi pektin

(P) yaitu P1 = 0,4%, P2 = 0,6%, P3 = 0,8% dan P4 = 1%. Parameter yang dianalisa

adalah kadar vitamin C (mg/100 g bahan), total asam (%), total padatan terlarut

(oBrix), persen mencair (%), nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur

(skor).

1. Kadar Vitamin C

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap kadar vitamin C sorbet air kelapa yang dihasilkan. Kadar

vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan K4 sebesar 20.23 mg/100 g bahan dan

kadar vitamin C terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 11.47 mg/100 g

bahan.

Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (pektin) berpengaruh sangat nyata

(6)

Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 17.53 mg/100 g

bahan dan kadar vitamin C terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar

13.21 mg/100 g bahan.

Interaksi konsentrasi sari buah nenas dan markisa dan konsentrasi pektin

memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap kadar

vitamin C sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

2. Total Asam

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap total asam sorbet air kelapa yang dihasilkan. Total asam

tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 0.45% dan total asam terendah

diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 0.40%.

Konsentrasi pektin berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap total asam

sorbet air kelapa yang dihasilkan. Total asam tertinggi diperoleh pada perlakuan

C1 sebesar 0.47% dan total asam terendah diperoleh pada perlakuan C4 sebesar

0.40%.

Interaksi konsentrasi sari buah nenas dan markisa dan konsentrasi carboxy

methyl cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap total asam sorbet air

kelapa yang dihasilkan. Total asam tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan

K4C1 sebesar 0.50% dan terendah diperoleh pada perlakuan K1C3 dan K1C4 yaitu

sebesar 0.38%.

3. Total Padatan Terlarut

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(7)

padatan terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 15.53 oBrix dan

total padatan terlarut terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 14.03 oBrix.

Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap total padatan terlarut air kelapa yang dihasilkan. Total padatan terlarut

tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 15.53 oBrix dan total padatan

terlarut terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 13.85 oBrix.

Interaksi konsentrasi sari buah nenas dan markisa dan konsentrasi carboxy

methyl cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05)

terhadap total padatan terlarut sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR

tidak dilanjutkan.

4. Persen Mencair

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap persen mencair sorbet air kelapa yang dihasilkan. Persen

mencair tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 14.81% dan persen mencair

terendah diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 10.38%.

Konsentrasi carboxy methyl cellulose berpengaruh sangat nyata (P<0.01)

terhadap persen mencair sorbet air kelapa yang dihasilkan. Persen mencair

tertinggi diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 26.52% dan persen mencair

terendah diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 3.08%.

Interaksi konsentrasi sari buah nenas dan markisa dan konsentrasi carboxy

methyl cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05)

terhadap persen mencair sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak

(8)

5. Organoletik Warna

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap organoleptik warna sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 2.99 dan

organoleptik warna terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.05.

Konsentrasi pektin berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap

organoleptik warna sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik warna

tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 3.25 dan organoleptik warna

terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 1.06.

Interaksi konsentrasi sari buah nenas dan markisa dan konsentrasi carboxy

methyl cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05)

terhadap organoleptik warna sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga dengan

demikian maka uji LSR tidak dilanjutkan.

6. Organoleptik Aroma

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap organoleptik aroma sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Organoleptik aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 3.09 dan

organoleptik aroma terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.55.

Konsentrasi pektin berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap

organoleptik aroma sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik aroma

tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 2.98 dan organoleptik aroma

terendah diperoleh pada perlakuan C1 sebesar 2.44.

Interaksi antara konsentrasi sari buah nenas dan markisa dan konsentrasi

(9)

organoleptik aroma sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga dengan demikian

maka uji LSR tidak dilanjutkan.

7. Organoleptik Rasa

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap organoleptik rasa sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Organoleptik rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 3.35 dan

organoleptik rasa terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.89.

Konsentrasi pektin berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap

organoleptik rasa sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik rasa tertinggi

diperoleh pada perlakuan C3 sebesar 3.30 dan organoleptik rasa terendah diperoleh

pada perlakuan C1 sebesar 2.84.

Interaksi antara konsentrasi sari buah nenas dan markisa dan konsentrasi

carboxy methyl cellulose memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata

(P>0.05) terhadap organoleptik rasa sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga

uji LSR tidak dilanjutkan.

8. Organoleptik Tekstur

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa berpengaruh sangat nyata

(P<0.01) terhadap organoleptik tekstur sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Organoleptik tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan K4 sebesar 2.78 dan

organoleptik tekstur terendah diperoleh pada perlakuan K1 sebesar 2.51.

Konsentrasi pektin berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap

organoleptik tekstur sorbet air kelapa yang dihasilkan. Organoleptik tekstur

tertinggi diperoleh pada perlakuan C4 sebesar 3.30 dan organoleptik tekstur

(10)

Interaksi antara konsentrasi pektin dan konsentrasi sari buah nenas dan

markisa memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05) terhadap

organoleptik tekstur sorbet air kelapa yang dihasilkan, sehingga uji LSR (Least

Significant Range) tidak dilanjutkan.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

(12)
(13)
(14)

No Judul Halaman

7. Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Parameter yang Diamati ... 37

8. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 38

9. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 40

10. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 42

11. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 44

12.Uji LSR Pengaruh Interaksi Konsentrasi Bubur Buah Mangga dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 46

13. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 48

14. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 50

15. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap Persen Mencair Sorbet Air Kelapa ... 52

(15)

17. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 55

18. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 57

19. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 59

20. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 61

21. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Rasa Sorbet Air Kelapa ... 63

22. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Rasa Sorbet Air Kelapa ... 64

23. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Bubur Buah Mangga terhadap

Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 66

24. Uji LSR Pengaruh Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

terhadap Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 68

(16)

No Judul Halaman

1. Skema Pembuatan Sorbet Air Kelapa ... 35

2. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 39

3. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Kadar Vitamin C Sorbet Air Kelapa ... 41

4. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 43

5. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Total Asam Sorbet Air Kelapa ... 45

6. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose terhadap Total Asam

Sorbet Air Kelapa ... 47

7. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 49

8. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Total Padatan Terlarut Sorbet Air Kelapa ... 51

9. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Persen Mencair Sorbet Air Kelapa ... 53

10. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Persen Mencair Sorbet Air Kelapa ... 54

11. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 56

12. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Warna Sorbet Air Kelapa ... 58

13. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 60

14. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Aroma Sorbet Air Kelapa ... 62

15. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

(17)

16. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Rasa Sorbet Air Kelapa ... 65

17. Grafik Hubungan Konsentrasi Bubur Buah Mangga dengan

Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 67

18. Grafik Hubungan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose

dengan Organoleptik Tekstur Sorbet Air Kelapa ... 69

(18)

No Judul Halaman

1. Data Pengamatan Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) ... 75

2. Data Pengamatan Total Asam (%) ... 76

3. Data Pengamatan Total Padatan Terlarut (oBrix) ... 77

4. Data Pengamatan Persen Mencair (%) ... 78

5. Data Pengamatan Organoleptik Warna (Skor) ... 79

6. Data Pengamatan Organoleptik Aroma (Skor) ... 80

7. Data Pengamatan Organoleptik Rasa (Skor) ... 81

(19)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PINEAPPLE AND PASSION FRUIT EXTRACT MIXTURE CONCENTRATION AND PECTIN CONCENTRATION ON THE

QUALITY OF

COCONUT WATER SORBET

The aim of this research was to find the effect of pineapple and passion

fruit extract concentration and pectin concentration on the quality of coconut

water sorbet. The research had been performed using factorial completely

randomized design with two factors, i.e; mixture of pineapple and passion fruit

extract concentration (1:2) (K) : (5%, 10%, 15% and 20%) and pectin

concentration (P) : (0,4%, 0,6%, 0,8% and 1%). Parameters analyzed were

vitamin C content, total acid, melting percentage, fiber content, total soluble

solid ,organoleptic values of colour, flavour and taste, and texture. The results

showed that the mixture of pineapple and passion fruit extract concentration and

pectin concentration had highly significant effect on all parameters. The

interaction of the two factors had highly significant effect on fiber content, total

soluble solid, organoleptic values of colour, flavour and taste, and texture and

had no significant effect on vitamin C content, total acid and melting percentage.

The 15% mixture of pineapple and passion fruit extract and 0,8% concentration

of pectin produced the best quality of coconut water sorbet.

(20)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI CAMPURAN SARI BUAH NENAS DAN MARKISA SERTA KONSENTRASI PEKTIN TERHADAP

MUTU SORBET AIR KELAPA

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi campuran

sari buah nenas dan markisa serta konsentrasi pektin terhadap mutu sorbet air

kelapa. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua

faktor, yaitu konsentrasi campuran sari buah nenas dan markisa (1:2) (K) : (5%,

10%, 15 % dan 20%) dengan konsentrasi pektin (P) : (0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%).

Parameter yang dianalisa adalah kadar vitamin C, total asam, persen mencair,

kadar serat, total padatan terlarut, nilai organoleptik warna, aroma dan rasa, serta

tekstur. Konsentrasi campuran sari buah nenas dan markisa serta konsentrasi

pektin berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter. Interaksi kedua faktor

berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar serat, total padatan terlarut, nilai

organoleptik warna, aroma dan rasa, serta tekstur dan memberikan pengaruh yang

tidak berbeda nyata terhadap kadar vitamin C, total asam dan persen mencair.

Konsentrasi sari buah nenas dan markisa 15% dan konsentrasi pektin 0,8%

menghasilkan mutu sorbet air kelapa dengan mutu yang paling baik.

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa adalah tanaman yang biasa tumbuh pada daerah atau kawasan tepi

pantai dengan ketinggian 0-600 m dari tepi laut dengan suhu rata-rata 25°C dan

kelembaban udara 80-95% yang merupakan daerah beriklim tropis. Tanaman

kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman serba guna, baik untuk keperluan

pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa dapat

dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.

Produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau

setara dengan 3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung,

1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Agustian et al., 2003 dan

Allorerung dan Lay, 1998). Industri pengolahan buah kelapa umumnya masih

terfokus kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan

industri dari hasil samping kelapa seperti air, sabut, dan tempurung masih secara

tradisional dan berpotensi cukup besar untuk dikembangkan. Tidak hanya dari

segi jumlah, dari segi jenis produk hilir pun, pengolahan hasil buah kelapa juga

masih mempunyai peluang cukup besar untuk dikembangkan.

Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu 35% sabut,

12% tempurung, 28% daging buah, dan 25% air kelapa. Air kelapa tua ternyata

masih memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap yaitu 4,7% total padatan,

2,6% gula, 0,55% protein, 0,74% lemak dan abu 0,46%. Oleh karena itu, air

kelapa tua merupakan hasil sampingan yang perlu untuk dikembangkan, karena

(22)

air kelapa dapat menimbulkan polusi asam asetat yang terbentuk akibat fermentasi

air kelapa. Komposisi gizi air kelapa tua dapat digunakan sebagai media bagi

pertumbuhan mikroba (Acetobacter xylinum) dalam produksi nata de coco.

Air kelapa memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi cairan

isotonik yang murah, karena air kelapa memiliki susunan zat gizi yang sesuai

untuk tubuh. Untuk meningkatkan nilai gizi dan cita rasa dari air kelapa

dibutuhkan penambahan bahan-bahan lain yang dapat meningkatkan nilai gizi

seperti sari buah markisa dan nenas.

Markisa adalah buah yang memiliki rasa yang asam dengan warna yang

menarik sehingga sering diolah menjadi produk-produk minuman, seperti sirup

atau dijadikan campuran dalam pembuatan es buah. Markisa merupakan buah

dengan kandungan vitamin C yang tinggi, sangat disukai oleh masyarakat dan

sentra produksi buah markisa adalah di wilayah Sumatera Utara. Sedangkan nenas

adalah buah yang memiliki rasa manis keasaman, sehingga disukai oleh

masyarakat luas. Di samping itu buah nenas memiliki nilai gizi yang cukup tinggi

dan lengkap. Buah nenas dapat dikonsumsi dalam keadaan segar atau dijadikan

produk olahan, serta dapat diolah menjadi berbagai makanan yang lezat seperti

buah kalengan, manisan, selai, sari buah dan beberapa produk lain seperti keripik

nenas. Nenas merupakan komoditi yang produksinya melimpah di Indonesia.

Dengan mencampurkan sari buah markisa dan nenas dalam air kelapa tua,

akan dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai ekonominya, yaitu dengan

membuatnya menjadi produk yang dikenal sebagai sorbet. Sorbet adalah bentuk

dari frozen dessert yang terdiri dari jus buah yang dibekukan dengan penambahan

(23)

sorbet merupakan jus buah yang dibekukan, yang sering dihidangkan sebagai

minuman pencuci mulut. Produk ini sangat disukai oleh segala usia, dari

anak-anak hingga orang dewasa, memiliki cita rasa yang disukai, dan memiliki

kandungan vitamin dan mineral yang tinggi.

Dengan alasan tersebut, penulis tertarik untuk melalukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Konsentrasi Campuran Sari Buah Nenas dan Markisa

dengan Pektin Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh konsentrasi

sari buah dan pektin terhadap mutu sorbet.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai sumber informasi dalam pembuatan sorbet.

- Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Program Studi

Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesis penelitian

- Diduga ada pengaruh konsentrasi campuran sari buah terhadap mutu

sorbet air kelapa.

- Diduga ada pengaruh konsentrasi pektin terhadap mutu sorbet air kelapa.

- Diduga ada pengaruh interaksi antara konsentrasi campuran sari buah dan

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Sorbet

Sorbet merupakan salah satu jenis frozen dessert yang terbuat dari sari

buah-buahan segar. Sorbet banyak dipilih karena tidak mengandung lemak dan

tidak menggunakan susu segar sebagai bahan utamanya. Bahkan untuk yang

sedang berdiet juga terdapat sorbet yang tidak ditambahkan gula sama sekali dan

digantikan dengan gula diet (Winneke, 2008).

Sorbet adalah sejenis es yang tidak mengandung produk susu (non-dairy)

dan biasanya terbuat dari sari buah-buahan yang sekaligus berfungsi sebagai

pemberi rasa (flavouring agent). Sorbet dibuat dari campuran sukrosa,

padatan sirup jagung, stabilizer, citric acid, dan air. Namun belakangan

sorbet juga dapat dimodifikasi sesuai dengan selera masing-masing

(Universitas Kristen Petra, 2008).

Adapun klasifikasi dari frozen dessert yaitu:

1. Es krim

Es krim terdiri dari dua golongan, yaitu:

a. Es krim standar

Es krim standar dapat dibuat dalam berbagai rasa, misalnya rasa vanila,

coklat, buah, permen atau kacang. Es krim standar memiliki kadar lemak

sebesar 8-12%.

b. Es krim spesial

Banyak variasi bentuk dari es krim spesial ini seperti custard, parfait,

(25)

mengandung lemak susu, telur, dan buah yang lebih banyak dibanding es krim

standar dan juga memiliki warna yang lebih cerah.

2. Ice Milk

Ice milk adalah produk beku yang terbuat dari campuran susu, gula dan

bahan tambahan lain yang umum digunakan pada es krim. Ice milk mengandung

kadar lemak 2-6%. Terkadang juga ditambahkan coklat untuk meningkatkan

flavournya.

3. Milk Sorbet

Milk sorbet adalah jus buah beku yang diberi penambahan gula dan lemak

susu. Kadar lemak pada milk sorbet ini tidak lebih dari 2% dan mengandung

asam dengan kadar tidak kurang dari 0,4%.

4. Fruit Ice (Sorbet tanpa lemak)

Memiliki kandungan yang sama dengan Milk Sorbet, namun tidak

mengandung lemak susu. Menurut literatur dari Bennion and Scehule (2004),

sorbet adalah salah satu produk frozen dessert, yang dibuat dari sari buah beku

yang ditambah gula dan penstabil dan tidak mengandung lemak.

5. Novelties

Novelties adalah frozen dessert yang terbuat dari dua atau lebih

frozen dessert. Novelties yangpaling populer adalah es krim berlapis coklat.

(Eckles and Macy, 1973).

Sekilas Tentang Buah Markisa

Tanaman markisa berasal dari Brazil dan disebarkan pertama kalinya ke

seluruh dunia oleh bangsa Spanyol. Terdapat dua jenis markisa, yaitu markisa

(26)

permukaan laut) dan markisa kuning (Passiflora flavicarva) yang tumbuh di

daratan rendah (0-800 m di bawah permukaan laut). Markisa yang ditanam di

daerah Sumatera Barat memiliki nama Passiflora edulis forma flavicarva. Buah

yang masih muda berwarna ungu hijau dan berubah menjadi kuning setelah

matang. Rasa buah ini manis, dengan sedikit asam dan segar (Hasbullah, 2003).

Buah markisa dilapisi oleh lapisan serupa jeli yang rasanya manis dan

beraroma harum. Dapat dkonsumsi segar bersama bijinya, di samping itu dapat

pula diolah menjadi sirup atau selai markisa. Markisa mengandung nutrisi yang

cukup lengkap dan berguna bagi kesehatan, diantaranya passiflorine

yang berkhasiat menetramkan urat syaraf. Buah ini juga mengandung

zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C dan berbagai mineral

(Fruit Export Development Centre, 2005).

Adapun taksonomi dari markisa ungu adalah:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighales

Famili : Passifloraceae

Gebus : Passiflora

Spesies : Passiflora edulis

(Wikipedia, 2008).

Tanaman markisa P. edulis memiliki buah yang berbentuk agak bulat

lonjong dengan diameter sedkitar 4 cm, kulitnya berwarna hijau ketika muda dan

(27)

berwarna hitam dan bentuknya pipih, diselimuti daging buah yang mengandung

cairan berwarna kuning dan rasanya asam (Rismunandar, 1986).

Sekilas tentang Buah Nenas

Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Ananas comosus, dan memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera).

Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol

menyebutnya pina. Nenas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang

telah didomestikasi di sana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang

Spanyol membawa nenas ini ke Filipina dan semenanjung Malaysia, masuk

ke Indonesia pada abad ke-15. Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman

pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah

nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik

(Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, 2008).

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nenas adalah

buahnya. Buah nenas selain dikonsumsi segar juga dapat diolah menjadi berbagai

macam produk makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirup dan

lain-lain. Rasa buah nenas manis sampai agak asam segar, sehingga disukai oleh

masyarakat luas dari semua usia. Di samping itu, buah nenas mengandung gizi

yang cukup tinggi dan lengkap. Buah nenas mengandung enzim bromelin, (enzim

protease yang dapat menghidrolisa protein, protease, atau peptide), sehingga dapat

(28)

Komposisi Kimia Buah Markisa dan Nenas

Komposisi kimia dari buah markisa dalam 100 g bahan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 1. Komposisi Kimia Markisa dan Nenas per 100 g bahan

Komposisi Markisa Nenas

Sumber : Direktorat Gizi, (1996).

Sekilas Tentang Kelapa

Kelapa dikenal sebagai tanaman serbaguna karena seluruh bagian tanaman

ini bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti:

1. Batang kelapa tua untuk bahan bangunan, jembatan, kerangka papan perahu,

atau kayu bakar.

2. Daun muda untuk hiasan janur dan bungkus ketupat, daun tua untuk atap,

lidinya untuk sapu, tusuk sate dan lain-lain.

3. Sabut kelapa untuk bahan baku aneka industri seperti karpet, sikat, keset,

bahan pengisi jok mobil, dan lain-lain.

4. Tempurung kelapa untuk bahan industri seperti arang tempurung dan karbon

(29)

5. Daging buah untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk bumbu dapur, santan,

kopra, minyak kelapa dan kelapa parut kering

(Palungkun, 2004).

Daging buah kelapa merupakan bagian yang paling penting dari komoditi

asal pohon kelapa. Ukuran berat maksimal buah kelapa tercapai pada bulan

ketujuh. Pada saat itulah jumlah air kelapa mencapai maksimal. Setelah periode

tersebut, air kelapa berkurang jumlahnya dan daging kelapa mengalami

penebalan. Penebalan daging mencapai puncaknya pada bulan ke-9. Di atas bulan

ke-10, kelapa dapat dikatakan tua. Pada periode tersebut, kadar air semakin

berkurang, yang menyebabkan kelapa tua akan berbunyi bila dikocok-kocok

(Astawan, 2007a).

Buah kelapa merupakan bagian paling penting dari tanaman kelapa karena

mempunyai nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Kelapa diperkirakan dapat

ditemukan di lebih dari 80 negara. Buah kelapa merupakan bagian paling penting

dari tanaman kelapa karena mempunyai nilai ekonomis dan nilai gizi yang tinggi.

Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu 35% sabut, 12%

tempurung, 28% daging buah, dan 25% air kelapa. Sedangkan dari total produksi

kelapa di Indonesia, 34,7% diolah menjadi santan, 8% minyak klentik, dan 57,3%

kopra (Astawan, 2007a).

Perbedaan mendasar antara daging buah kelapa muda dan tua adalah

kandungan minyaknya. Kelapa muda memiliki rasio kadar air dan minyak yang

besar. Kelapa disebut tua jika rasio kadar air dan minyaknya optimum untuk

(30)

tua, kadar airnya akan semakin berkurang. Pada kondisi tersebut, hasil santan

yang diperoleh menjadi sedikit (Astawan, 2007a).

Air Kelapa Tua

Secara umum, air kelapa mengandung 4,7% total padatan, 2,6% gula,

0,55% protein, 0,74% lemak, serta 0,46% mineral. Komposisi gizi yang demikian

bagus menyebabkan air kelapa dapat digunakan sebagai media pertumbuhan

mikroba, misalnya Acetobacter xylinum untuk produksi nata de coco. Air kelapa

juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan berbagai jenis minuman

alkohol, cuka dan kecap. Jenis gula yang terkandung pada air kelapa adalah

glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Beberapa jenis kelapa memiliki kadar gula sebesar

3% pada air kelapa tua dan 5,1% pada air kelapa muda. Hal itu yang

menyebabkan air kelapa muda terasa lebih manis daripada air kelapa tua

(Astawan, 2007b).

Susunan zat gizi yang ada pada air kelapa sangat mendekati komposisi

cairan isotonik, yaitu cairan yang sangat sesuai dengan cairan tubuh. Itulah

sebabnya cairan isotonik saat ini banyak diperjualbelikan sebagai salah satu jenis

minuman bagi olahragawan (sport drinks) (Astawan, 2007a)

Produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia, yaitu mencapai lebih

dari tiga juta liter pertahun. Namun, pemanfaatannya dalam industri pangan belum

begitu menonjol, sehingga masih banyak air kelapa yang terbuang percuma.

Selain terbuang sia-sia, buangan air kelapa dapat menimbulkan polusi asam asetat

yang terbentuk akibat fermentasi air kelapa. Air kelapa mempunyai potensi yang

(31)

yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba.

Komposisi gizi air kelapa tergantung pada umur kelapa dan varietasnya

(Astawan, 2007b).

Komposisi Kimia Air Kelapa

Air kelapa tua hanya mengandung beberapa vitamin dalam jumlah kecil.

Kandungan vitamin C hanya 0,7-3,7 mg/100 g air buah, asam nikotinat

0,64 mg/100 ml asam panthonet 0,52 mg/100 ml, biotin 0,02 mg/100 ml,

riboflavin 0,01 mg/100 ml, dan asam folat hanya 0,003 mg/100 ml

(Palungkun, 2004).

Perbandingan komposisi kimia air kelapa muda dan kelapa tua dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Komposisi Kimia Air Buah Kelapa Dalam 100 g bahan

Komposisi Air Kelapa Muda (%) Air Kelapa Tua (%)

Kalori (Kal) 17,0 -

Protein (g) 0,2 0,14

Lemak (g) 1,0 1,50

Karbohidrat (g) 3,8 1,60

Kalsium (mg) 15,0 -

Fosfor (mg) 8,0 0,50

Besi (mg) 0,2 -

Vitamin A (IU) 0,0 -

Asam Askorbat (mg) 1,0 -

Air (g) 95,5 91,5

Bdd (g) 100 -

Sumber : Direktorat Gizi, (1996).

Pektin

Pektin merupakan segolongan polimer heterosakarida yang diperoleh dari

(32)

hingga coklat terang. Pektin banyak dimanfaatkan pada industri pangan sebagai

bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan) (Wikipedia, 2005a).

Terkadang agensia penstabil ditambahkan dalam emulsi. Penstabil ini

meningkatkan viskositas hasil olahan sehingga memperbaiki stabilitas emulsi.

Penstabil yang dipakai secara komersial antara lain protein, seperti gelatin, dan

karbohidrat, misalnya pektin, natrium alginat dan berbagai jenis gum

(Gaman and Sherrington, 1992).

Bahan-bahan yang termasuk ke dalam bahan pengental di antaranya dalah

gum, pati, dekstrin, turunan-turunan dari protein dan bahan-bahan lainnya yang

dapat menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampur

dengan air untuk membentuk kekentalan tertentu atau gel. Beberapa makanan

misalnya saus selada, susu coklat, jelli, puding dan lain-lainnya adalah

makanan yang mengandung bahan pengental, misalnya gum arabik, CMC

(carboxymethyl cellulose), karagenan, pektin, amilosa, gelatin dan lain-lainnya

(Winarno, et al., 1980).

Penstabil dipakai dalam es krim, kuah sayur, saus, puding pengisi kue, dan

untuk partikel tetap tersuspensi serta pada produk makanan lain. Banyak dari

penstabil ini mengandung pati, pati yang dimodifikasi, gelatin, pektin, gom

selulosa, alginat, karagenan, dan berbagai gom lain. Selain bertindak sebagai

penstabil, banyak dari senyawa ini mempengaruhi sifat fisika dan rasa mulut

makanan. Pengental seperti itu dipakai dalam saus, kuah dan minuman

(deMan, 1997).

Asam pektinat, disebut juga pektin, dalam molekulnya terdapat ester metil

(33)

Bila pektinat mengandung metil ester cukup yaitu lebih dari 50% dari seluruh

karboksil, disebut pektin. Pektin mempunyai sifat terdispersi dalam air dan

seperti halnya asam pektat, pektin juga dapat membentuk garam yang disebut

garam pektinat. Dalam bentuk garam itulah pektin tersebut berfungsi dalam

pembuatan jeli dengan gula dan asam (Winarno, 1984).

Penggunaan pektin dalam pangan, pektin harus larut seluruhnya untuk

menghindari pembentukan gel yang tidak merata. Pelarutan seluruhnya

memungkinkan pengempalan tidak terjadi, karena jika pektin mengental akan sulit

sekali untuk melarutkannya. Pektin dapat dibuat dispersi terlebih dahulu dengan

cara baku biasa untuk pembuatan dispersi pada umumnya. Pektin seperti juga

pembentukan gel lainnya, tidak larut dalam suatu media yang biasanya terjadi

penjedalan. Pektin akan semakin sulit larut jika telah terdapat banyak bahan

padatan pada suatu medium. Untuk memudahkan pelarutan, pektin dapat

dicampur dengan padatan yang mudah larut seperti natrium bikarbonat, gula, atau

dispersi dalam alkohol, atau melarutkan terlebih dahulu dalam air pada suhu

60-80°C sampai kepekatan 10% dengan pengadukan cepat. Karena pektin

mempunyai sifat koloid yang menyebabkan rasa sentuhan di mulut yang

dikehendaki dalam air buah, pektin bermetoksi tinggi dapat ditambahkan pada air

buah. Pektin dapat juga ditambahkan pada rekonstitusi air buah untuk

memperoleh konsistensi seperti keadaan aslinya (Cahyadi, 2006).

Bahan yang turut menyusun frozen dessert adalah gula, dan penstabil.

Jenis gula yang sering dipakai adalah sukrosa, berfungsi memperbaiki tekstur,

meningkatkan kekentalan, dan memberi rasa manis. Bahan penstabil berfungsi

(34)

Bahan penstabil yang umum digunakan dalam pembuatan frozen dessert adalah

CMC (carboxymethyl cellulose), gelatin, karagenan, gum arab dan pektin

(Astawan, 2006).

Asam Sitrat

Asam sitrat (citric acid) merupakan senyawa intermedier dari asam

organik yang berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat ini mudah larut

dalam air, spritus, dan ethanol, tidak berbau dan memiliki rasa yang sangat asam

(Wikipedia, 2002).

Di samping sebagai bahan pengawet asam juga dipergunakan untuk

menambah rasa, untuk mengurangi rasa manis, memperbaiki sifat koloidal dari

makanan yang mengandung pektin, memperbaiki tekstur dari jeli dan selai,

membantu ekstraksi pektin dan pigmen dari buah-buahan dan sayur-sayuran,

menaikkan efektivitas benzoat sebagai bahan pengawet dan lain-lainnya

(Winarno, et al., 1980).

Industri makanan dan minuman banyak menggunakan asam sitrat. Karena

asam ini mampu memberikan penggabungan khas dari sifat-sifat yang diinginkan

dan tersedia dalam jumlah besar di pasaran. Asam sitrat merupakan bahan

tambahan pangan yang banyak digunakan oleh industri makanan dan minuman

karena mempunyai fungsi bervariasi, antara lain untuk mempertegas flavor dan

warna dan mengontrol keasaman. Pengontrolan pH yang tepat akan mencegah

pertumbuhan mikroorganisme dan bertindak sebagai pengawet serta membantu

(35)

Gula

Gula adalah bentuk dari karbohidrat, jenis gula yang paling sering

digunakan adalah kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa dan

keadaan makanan atau minuman. Dalam istilah kuliner, gula adalah tipe makanan

yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar, yaitu manis (Wikipedia, 2004a).

Sukrosa merupakan pemanis yang sering digunakan dalam berbagai

industri. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma,

memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki siat-sifat kimia

sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh (Rismana dan Paryanto, 2007).

Pengemasan

Fungsi kemasan antara lain adalah untuk mengatur interaksi antara produk

pangan dengan lingkungan sekitar, sehingga menguntungkan bagi produk pangan,

dan menguntungkan bagi manusia yang mengkonsumsi produk tersebut.

Jenis-jenis bahan pengemas untuk wadah utama yang berhubungan langsung dengan

makanan adalah kaleng atau logam, botol atau gelas, plastik, kertas, kain, kulit,

daun, gerabah, bambu dan lain-lain (Trenggono, 2004).

Dalam industri makanan atau pangan, kemasan mempunyai peranan yang

sangat penting. Salah satu fungsi kemasan adalah melindungi produk terhadap

pengaruh cuaca, sinar matahari, benturan, kotoran dan untuk memudahkan

distribusi, penyimpanan dan pemajangan (Astawan, 2008).

Di antara bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan yang

paling populer dan sangat luas penggunaannya. Bahan kemasan ini memiliki

(36)

(tembus pandang), tidak mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan

dengan bahan kemasan lain), tidak korosif dan harganya relatif (Izroil, 2008).

Penyimpanan Beku

Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku.

Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -12 sampai -24°C.

Pembekuan cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -24 sampai -40°C

(Winarno, et al., 1980).

Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan pangan yang

lebih baik daripada metoda lain, karena pengawetan dengan suhu rendah

(pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba dan mencegah terjadinya

reaksi-reaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan

pangan. Walaupun pembekuan dapat mereduksi jumlah mikroba yang sangat

nyata tetapi tidak dapat mensterilkan makanan dari mikroba (Rohanah, 2002).

Kehilangan vitamin-vitamin berlangsung terus sepanjang pengolahan,

misalnya selama blansing dan pencucian, pemotongan dan penghancuran.

Umumnya kehilangan vitamin C terjadi bila jaringan dirusak dan terkena udara

atau oksidasi. Selama penyimpanan dalam keadaan beku kehilangan vitamin C

akan berlangsung terus, makin tinggi suhu penyimpanan makin besar terjadinya

kerusakan zat gizi. Dalam bahan pangan beku kehilangan yang lebih besar

dijumpai terutama pada vitamin C daripada vitamin yang lain. Blansing untuk

menginaktifkan enzim adalah penting untuk melindungi tidak hanya

vitamin-vitamin akan tetapi juga kualitas bahan pangan beku pada umumnya. Secara

komersial sudah lama dilakukan penambahan asam askorbat pada buah-buahan

(37)

BAHAN DAN METODA

Waktu dan Tempat Penelitian

Penetilitan ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2009

di Laboratorium Teknologi Pangan Departemen Teknologi Pertanian

Fakultas Pertanian Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah nenas, markisa

dan air kelapa tua.

Reagensia

Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam sitrat, pektin,

NaOH, Iodine, Aquadest, Indikator phenolptalen dan Indikator pati.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Beaker glass,

Erlenmeyer, Pipet tetes, Gelas ukur, Pipet mikrovolumetrik, Handrefraktometer,

Oven, Aluminium foil, Kain saring, Freezer dan Stirrer.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

dari 2 faktor, yaitu :

Faktor I : Konsentrasi sari buah nenas dan markisa (1:2)

K1 = 5% K3 = 15%

(38)

Faktor II : Konsentrasi Pektin

P1 = 0,4% P3 = 0,8%

P2 = 0,6% P4 = 1%

Banyaknya kombinasi perlakuan (T) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah

ulangan (n) adalah sebagai berikut :

Tc(n-1) > 15

16(n-1) > 15

16n-16 > 15

16n > 31

n > 1,9………dibulatkan menjadi 2

Untuk memperoleh ketelitian dilakukan 2 kali ulangan.

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua

faktor dengan model sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

dimana :

Yijk : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek dari faktor K pada taraf ke-i

βj : Efek dari faktor P pada taraf ke-j

(αβ)ij: Efek interaksi dari faktor K pada taraf ke-I dan faktor P pada taraf

(39)

εijk : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j dalam

ulangan ke-k

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR

(Least Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Air Kelapa Tua

Buah kelapa dikupas ujung kulitnya dan dilubangi dengan parang dan

diambil airnya, kemudian disaring dengan saringan yang dilapisi kain saring 4

lapis.

Persiapan Sari Buah Markisa

Dipilih buah markisa yang matang morfologis dan dalam keadaan yang

baik lalu dibelah dan dikeluarkan isinya kemudian diblender tanpa penambahan

air sampai diperoleh jus buah markisa. Lalu jus markisa ini disaring dengan kain

saring agar diperoleh sari buah markisa yang bersih dari biji.

Persiapan Sari Buah Nenas

Dipilih buah nenas yang matang morfologis dan dalam keadaan baik lalu

dikupas, dicuci dan dipotong kecil-kecil kemudian diblender tanpa penambahan

air sampai diperoleh bubur buah nenas yang halus. Lalu, dilakukan penyaringan

pada bubur buah nenas sehingga diperoleh sari nenas yang jernih.

Proses Pengolahan Sorbet Air Kelapa

- Disaring air kelapa tua sebanyak jumlah yang dibutuhkan dari masing-masing perlakuan untuk mencapai total formulasi 100% dan dipanaskan sampai

(40)

- Ditambahkan gula pasir sebanyak 10% dan ditambahkan pektin sesuai dengan

taraf perlakuan.

- Dicampur dengan campuran sari buah markisa dan nenas sesuai dengan taraf

perlakuan.

- Dilakukan penambahan asam sitrat sebesar 0,2%.

- Campuran dipanaskan hingga mencapai suhu 70°C.

- Dihentikan pemanasan, didinginkan, dilakukan pengemasan.

- Dilakukan pembekuan pada produk selama 2 hari dan setelah itu dilakukan

analisa terhadap kadar vitamin C, total asam, persen mencair, kadar serat

makanan, TSS (total padatan terlarut), serta analisa uji organoleptik terhadap

warna, aroma dan rasa serta tekstur.

Pengamatan dan pengukuran data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai dengan parameter sebagai berikut :

1. Kadar Vitamin C 2. Penentuan Total Asam 3. Penentuan Persen Mencair 4. Penentuan Kadar Serat Makanan

5. Penentuan Total Padatan Terlarut (TSS) 6. Uji Organoleptik Warna

7. Uji Organoleptik Aroma dan Rasa 8. Uji Organoleptik Tekstur

Penentuan Kadar Vitamin C (Sudarmadji, et al., 1989)

Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara titrasi yaitu sebanyak 10 ml

(41)

Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan

ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi

dengan menggunakan larutan iodium 0,01 N hingga terjadi perubahan warna biru

sambil dicatat berapa ml iodium yang terpakai.

Kadar vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :

Vitamin C (mg/100 g bahan) =

Penentuan Total Asam (Ranganna, 1978)

Ditimbang contoh sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam beaker glass dan

ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring

dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan

ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan indikator phenolpthalen 1% sebanyak

2-3 tetes kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan

setelah timbul warna merah jambu yang stabil. Dihitung total asam dengan rumus:

Total Asam = 100%

Penentuan Persen Mencair (Govin and Leeder, 1971)

Es dalam plastik dimasukkan dalam freezer pada suhu -15°C sampai

benar-benar beku. Es yang akan dicairkan dikeluarkan dari plastiknya dan

ditimbang berat awalnya. Selanjutnya, es tersebut diletakkan diatas saringan

(42)

dilakukan pada suhu ruang selama 30 menit. Es yang telah meleleh ditimbang

beratnya dan dinyatakan dalam persen es yang mencair dalam waktu 30 menit.

Es yang mencair (%) = x100%

Penentuan Kadar Serat Makanan (Modifikasi Apriyantono, et al., 1989)

Dicairkan 50 gram bahan dan dimasukkan ke dalam beaker glass dan

dikeringkan pada suhu 80°C sampai kering. Ditambahkan NaOH 0,1 N sampai

tercapai pH 6, dan dipanaskan selama 10 menit. Hasilnya disaring dengan kertas

saring Whatman no. 4. Bagian yang tersaring merupakan serat makanan dan

dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam. Lalu ditimbang hasil pengeringan

yang merupakan kadar serat.

Kadar serat (%) = x100%

awal berat

akhir berat

Total Padatan Terlarut (Sudarmadji, et al., 1986)

Diambil bahan dengan menggunakan pipet tetes, substart diteteskan di atas

kaca handrefractometer lalu dilihat titik terang dan gelapnya. Angka yang tertera

tersebut merupakan total padatan terlarut atau total soluble solid (oBrix).

Uji Organoleptik Warna (Soekarto, 1985)

Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji

hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan

yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Pengujian dilakukan

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik.

(43)

Tabel 3. Skala Uji Hedonik Warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Putih kekuningan 1

Kuning keputihan 2

Kuning 3

Kuning tua dan merata 4

Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Soekarto, 1985)

Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji

hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan

yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Pengujian dilakukan

secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik.

Untuk skala uji hedonik aroma dan rasa adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Skala Uji Hedonik Aroma dan Rasa

Skala Hedonik Skala Numerik

Tidak Suka 1

Agak suka 2

Suka 3

Sangat suka 4

Uji Organoleptik Tekstur (Soekarto, 1985)

Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis sebanyak 10

orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

berdasarkan skala numerik.

Uji organoleptik yang digunakan untuk menentukan tingkat kelembutan

(44)

Tabel 5. Skala Uji Hedonik Tekstur

Skala Hedonik Skala Numerik

Keras 1

Agak keras 2

Lembut 3

(45)

SKEMA PEMBUATAN SORBET AIR KELAPA

Gambar 1. Skema Pembuatan Sorbet Air Kelapa

Air Kelapa Tua

Disaring dan dipanaskan hingga mencapai suhu 50°C

Ditambahkan gula pasir 10% dan pektin sesuai taraf

Pektin (P) : P1 = 0,4%

P2 = 0,6%

P3 = 0,8%

P4 = 1% Ditambahkan sari buah markisa dan nenas

(1:2)

Ditambahkan asam sitrat 0,2%

Pemanasan sampai dengan suhu 70oC dan didinginkan

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

konsentrasi sari buah memberikan pengaruh terhadap kadar vitamin C, total asam,

persen mencair, kadar serat makanan, TSS (total padatan terlarut), serta analisa uji

organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa serta tekstur seperti pada Tabel 6.

Tabel 6 . Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Terhadap Parameter yang Diamati

Konsentrasi KVC Total

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa konsentrasi sari buah memberikan

pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada

perlakuan K4 (konsentrasi sari buah 20%) yaitu sebesar 23,573 mg/100 g bahan

dan terendah pada K1 (konsentrasi sari buah 5%) yaitu sebesar 9,526 mg/100 g

bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan K4 (konsentrasi sari buah

20%) yaitu sebesar 0,470% dan terendah pada K1 (konsentrasi sari buah 5%)

yaitu sebesar 0,332%. Persen mencair tertinggi terdapat pada perlakuan K1

(konsentrasi sari buah 5%) yaitu sebesar 14,229% dan terendah pada K4

(konsentrasi sari buah 20%) yaitu sebesar 6,957%. Persen serat tertinggi terdapat

pada perlakuan K4 (konsentrasi sari buah 20%) yaitu sebesar 4,691% dan terendah

(47)

pada perlakuan K4 (konsentrasi sari buah 20%) yaitu sebesar 17,050oBrix dan

terendah pada K1 (konsentrasi sari buah 5%) yaitu sebesar 14,675oBrix. Uji

organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (konsentrasi sari buah

15%) yaitu sebesar 3,175 dan terendah pada K1 (konsentrasi sari buah 5%) yaitu

sebesar 1,163. Uji organoleptik aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan

K2 (konsentrasi sari buah 10%) yaitu sebesar 3,006 dan terendah pada K1

(konsentrasi sari buah 5%) yaitu sebesar 2,575. Uji organoleptik tekstur tertinggi

terdapat pada perlakuan K4 (konsentrasi sari buah 20%) yaitu sebesar 3,363 dan

terendah pada K1 (konsentrasi sari buah 5%) yaitu sebesar 3,00.

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

pengaruh konsentrasi pektin memberikan pengaruh terhadap kadar vitamin C,

total asam, persen mencair, kadar serat makanan, TSS (total padatan terlarut),

serta analisa uji organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa serta tekstur seperti

pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Pektin Terhadap Parameter yang Diamati

Konsentrasi KVC Total Jumlah Kadar TSS

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa konsentrasi pektin memberikan pengaruh

terhadap parameter yang diuji. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa kadar vitamin C

(48)

17,721 mg/100 g bahan dan terendah pada K1 (konsentrasi pektin 0,4%) yaitu

sebesar 15,378 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan P4

(konsentrasi pektin 1%) yaitu sebesar 0,451% dan terendah pada P1 (konsentrasi

pektin 0.4%) yaitu sebesar 0,360%. Persen mencair tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 (konsentrasi pektin 0,4%) yaitu sebesar 17,998% dan terendah pada

P4 (konsentrasi pektin 1%) yaitu sebesar 5,145%. Persen serat tertinggi terdapat

pada perlakuan P4 (konsentrasi pektin 1%) yaitu sebesar 4,606% dan terendah

pada P1 (konsentrasi pektin 0,4%) yaitu sebesar 3,232%. TSS tertinggi terdapat

pada perlakuan P4 (konsentrasi pektin 1%) yaitu sebesar 16,175oBrix dan terendah

pada P1 (konsentrasi pektin 0,4%) yaitu sebesar 15,200oBrix. Uji organoleptik

warna tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (konsentrasi pektin 1%) yaitu sebesar

2,675 dan terendah pada K1 (konsentrasi pektin 0,4%) yaitu sebesar 2,038. Uji

organoleptik aroma dan rasa tertinggi pada K1 (konsentrasi pektin 0,4%) yaitu

sebesar 3,119 dan terendah terdapat pada perlakuan K4 (konsentrasi pektin 1%)

yaitu sebesar 2,694. Uji organoleptik tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan P4

(konsentrasi pektin 1%) yaitu sebesar 3,788 dan terendah pada P1 (konsentrasi

pektin 0,4%) yaitu sebesar 2,638.

Kadar Vitamin C

Pengaruh Konsentrasi Campuran Sari Buah terhadap Kadar Vitamin C

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

penambahan konsentrasi campuran sari buah memberikan pengaruh berbeda

(49)

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh penambahan

konsentrasi campuran sari buah terhadap total asam tiap-tiap perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Sari Buah terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 gr bahan)

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0.05 0.01 Sari Buah 0.05 0.01

- - - K1 = 5 % 9.526 d D

2 0.864 1.189 K2 = 10 % 13.431 c C

3 0.907 1.249 K3 = 15 % 19.536 b B

4 0.930 1.281 K4 = 20 % 23.573 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata

dengan K2, K3 dan K4. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K3 dan K4.

Perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan K4.

Kadar vitamin C terendah terdapat pada perlakuan K1 (konsentrasi

campuran sari buah 5%) sebesar 9,526% dan tertinggi pada K4 (konsentrasi

campuran sari buah 20%) sebesar 23,573%. Semakin tinggi konsentrasi sari buah,

maka kadar vitamin C sorbet air kelapa semakin meningkat.

Hal ini disebabkan karena buah nenas dan buah markisa yang merupakan

bahan dasar dalam pembuatan sorbet air kelapa memiliki kandungan vitamin C

yang relatif tinggi, dimana kadar vitamin C dari buah markisa adalah 30 mg/100 g

bahan dan buah nenas 24 mg/100 g bahan (Departemen Kesehatan RI., 1996),

sehingga kadar vitamin C pada produk sorbet air kelapa akan meningkat seiring

(50)

Hubungan antara konsentrasi sari buah terhadap kadar vitamin C dapat

Gambar 2. Pengaruh Konsentrasi Sari Buah terhadap Kadar Vitamin C Pengaruh Konsentrasi Pektin terhadap Kadar Vitamin C

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

penambahan konsentrasi pektin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap kadar vitamin C dari sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh penambahan

konsentrasi campuran sari buah terhadap kadar vitamin C tiap-tiap perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Pektin Terhadap Kadar Vitamin C (mg/100 gr bahan)

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0.05 0.01 Pektin 0.05 0.01

- - - P1 = 0.4 % 15.378 c C

2 0.864 1.189 P2 = 0.6 % 16.115 bc BC

3 0.907 1.249 P3 = 0.8 % 16.852 b AB

4 0.930 1.281 P4 = 1 % 17.721 a A

(51)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata dengan

P2 dan berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4. Perlakuan P2 memberikan

pengaruh yang berbeda tidak nyata dengan P3 dan berbeda sangat nyata dengan

P4. Perlakuan P3 berbeda nyata dengan P4.

Kadar Vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (konsentrasi pektin

1%) sebesar 17.721 mg/100 g bahan dan terendah pada P1 (konsentrasi pektin

0.4%) sebesar 15,378 mg/100 g bahan. Semakin tinggi konsentrasi pektin maka

kadar vitamin C akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena vitamin C

adalah vitamin yang larut dalam air. Sedangkan pektin mempunyai sifat menyerap

air dan komponen-komponen yang terlarut di dalamnya, termasuk vitamin C,

sehingga vitamin C akan lebih stabil. Vitamin C adalah vitamin yang mudah

rusak, karena proses oksidasi yang dikatalis oleh logam, yang berasal dari proses

pengolahan maupun berasal dari buah tersebut. Cara untuk mempertahankan

kadar vitamin C tersebut adalah dengan menghindari terjadinya oksidasi.

Berdasarkan literatur (Pembaruan, 2008) dilaporkan bahwa pektin adalah suatu

senyawa yang dapat mengikat logam. Sehingga peningkatan jumlah pektin akan

meningkatkan kadar vitamin C pada sorbet air kelapa, karena pektin tersebut akan

mengikat logam-logam yang merupakan katalisator bagi terjadinya oksidasi

vitamin C tersebut.

Hubungan antara konsentrasi pektin terhadap kadar vitamin C dapat dilihat

(52)

Ŷ = 3.8838P + 13.798

Gambar 3. Pengaruh Konsentrasi Pektin Terhadap Kadar Vitamin C

Pengaruh Kombinasi Konsentrasi Sari Buah dengan Konsentrasi Pektin Terhadap Kadar Vitamin C

Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa

kombinasi konsentrasi sari buah dengan konsentrasi pektin memberi pengaruh

yang berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C sehingga uji LSR

(Least Significant Range) tidak dilanjutkan.

Total Asam (%)

Pengaruh Konsentrasi Campuran Sari Buah terhadap Total Asam

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

penambahan konsentrasi campuran sari buah memberikan pengaruh berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh penambahan

konsentrasi campuran sari buah terhadap total asam tiap-tiap perlakuan dapat

(53)

Tabel 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Terhadap Total Asam (%)

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0.05 0.01 Sari Buah 0.05 0.01

- - - K1 = 5 % 0.306 d D

2 0.010 0.014 K2 = 10 % 0.391 c C

3 0.011 0.015 K3 = 15 % 0.478 b B

4 0.011 0.015 K4 = 20 % 0.498 a A

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata

dengan K2, K3 dan K4. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan K3 dan K4.

Perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan K4.

Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan K4 (Konsentrasi campuran

sari buah 20%) sebesar 0,498% dan terendah pada K1 (konsentrasi campuran sari

buah 5%) sebesar 0,306%. Semakin tinggi konsentrasi sari buah, maka total asam

semakin meningkat. Terjadinya peningkatan total asam tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut. Buah nenas dan markisa yang merupakan bahan dasar dalam

pembuatan sorbet air kelapa adalah buah yang kaya akan asam organik, terutama

asam sitrat dan asam malat. Peningkatan konsentrasi sari buah akan meningkatkan

kandungan asam sitrat sebagai asam organik yang dominan sehingga menambah

jumlah total asam pada sorbet air kelapa tersebut (Hulme, 1971).

Hubungan antara konsentrasi sari buah terhadap total asam dapat dilihat

(54)

Ŷ = 0.0133K + 0.2527

Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi Sari Buah terhadap Total Asam Pengaruh Konsentrasi Pektin terhadap Total Asam

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

penambahan konsentrasi pektin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

(P<0,01) terhadap total asam sorbet air kelapa yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh penambahan

konsentrasi pektin terhadap total asam tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Pektin terhadap Total Asam (%)

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0.05 0.01 Pektin 0.05 0.01

- - - P1 = 0.4 % 0.438 a A

2 0.010 0.014 P2 = 0.6 % 0.424 b A

3 0.011 0.015 P3 = 0.8 % 0.411 c AB

4 0.011 0.015 P4 = 1 % 0.401 c B

(55)

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan P2,

dan P3, dan berbeda sangat nyata dengan P4. Perlakuan P2 berbeda nyata dengan

P3 dan berbeda sangat nyata dengan P4. Perlakuan K3 memberikan pengaruh yang

berbeda tidak nyata dengan P4.

Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (konsentrasi pektin 0,4%)

sebesar 0,438% dan terendah pada P4 (konsentrasi pektin 1%) sebesar 0,401%.

Semakin tinggi konsentrasi pektin, maka total asam semakin menurun. Penurunan

total asam mengikuti garis regresi linier sepeti tersaji pada gambar 5. Terjadinya

penurunan total asam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pektin adalah

penstabil yang baik pada suasana asam. Dengan meningkatnya pektin di dalam

suatu bahan, maka bahan tesebut akan semakin stabil, sehingga reaksi-reaksi yang

terjadi secara spontan akan semakin kecil. Dalam hal ini, reaksi oksidasi reduksi

pada air kelapa yang merupakan bahan dalam pembuatan sorbet air kelapa ini

akan dihambat, sehingga pembentukan total asam akan semakin sedikit (Aurand

dan Woods, 1973).

Hubungan konsentrasi pektin terhadap total asam ada pada Gambar 5:

Ŷ = -0.0619P + 0.4617

(56)

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Campuran Sari Buah dan Konsentrasi Pektin terhadap Total Asam

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

konsentrasi sari buah dan konsentrasi pektin memberikan pengaruh yang berbeda

tidak nyata (P>0.05) terhadap total asam sorbet air kelapa yang dihasilkan,

sehingga pengujian secara LSR (Least Significant Range) tidak dilanjutkan.

Persen Mencair

Pengaruh Konsentrasi Campuran Sari Buah Terhadap Persen Mencair

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa

penambahan konsentrasi campuran sari buah memberikan pengaruh berbeda

sangat nyata (P<0,01) terhadap sorbet kelapa yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR menunjukkan bahwa pengaruh penambahan

konsentrasi campuran sari buah terhadap persen mencair tiap-tiap perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Terhadap Persen Mencair

Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi

0.05 0.01 Sari Buah 0.05 0.01

- - - K1 = 5 % 14.229 a A

2 1.804 2.484 K2 = 10 % 10.821 b B

3 1.895 2.610 K3 = 15 % 8.842 c B

4 1.943 2.677 K4 = 20 % 6.057 d C

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata

dengan K2, K3 dan K4. Perlakuan K2 berbeda nyata dengan K3 dan berbeda sangat

(57)

Persen mencair tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (konsentrasi sari buah

5%) sebesar 14,229 dan terendah pada K4 (konsentrasi sari buah 20%) sebesar

6,057%. Semakin tinggi konsentrasi sari buah maka persen mencair akan semakin

menurun. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa pada buah, terdapat

senyawa pektin alami, yang sesuai dengan pernyataan dari (Hulme, 1971) yang

menyatakan bahwa pada buah-buahan, terdapat kandungan pektin sebagai

penyusunnya. Kandungan pektin yang tinggi, terutama pada buah yang belum

matang tersebut akan meningkatkan jumlah pektin pada produk sorbet air kelapa

ini.

Hubungan antara konsentrasi sari buah terhadap persen mencair dapat

dilihat pada Gambar 6:

Gambar 6. Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Terhadap Persen Mencair

Pektin adalah suatu senyawa yang sangat penting pada produk es yaitu

sebagai bahan penstabil, yang berfungsi untuk menjaga air di dalam produk es

Gambar

Tabel 2. Komposisi Kimia Air Buah Kelapa Dalam 100 g bahan
Tabel 4. Skala Uji Hedonik Aroma dan Rasa
Gambar 1. Skema Pembuatan Sorbet Air Kelapa
Tabel  6 . Pengaruh Konsentrasi Sari Buah Terhadap Parameter yang Diamati
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal.. Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara

Hasil tersebut menunjukkan hasil yang sama pada pengujian dengan di- ameter lubang 21 mm, yaitu debit air awal sebesar 89 cm 3 /s mengalami penurunan setelah pipa mengalami

[r]

Pada hari ini Senin tanggal Tiga Belas bulan Agustus tahun Dua ribu dua belas, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang / Jasa telah mengadakan Pemberian Penjelasan Dokumen

KPPS memastikan nama pemilih tercantum dalam daftar rekapitulasi penerima Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang

ANUGERAH PRATAMA Tidak lulus karena kelengkapan tenaga teknis SKT tidak lengkap. TY TA TRI Tidak lulus karena kelengkapan tenaga teknis SKT

Jasa Audit Laporan Dana Kampanye Pasangan Calon Basuki Tjahaja Purnama Dan Djarot Saiful

Terkait dengan gangguan teknis tersebut kami mohon agar Saudara selaku pengelola LPSE dapat menyampaikan kepada panitia pengadaan yang proses lelangnya dilakukan melalui