• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan arsip dinamis inaktif di unit kearsipan pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi LEMIGAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan arsip dinamis inaktif di unit kearsipan pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi LEMIGAS"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

DAN GAS BUMI “LEMIGAS”

SKRIPSI

Diajukan pada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Disusun oleh :

Gema Pertiwi Syafrianti Putri 1110025000063

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Nama : Gema Pertiwi Syafrianti Putri

Program Studi : Ilmu Perpustakaan

Judul : Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif di Unit Kearsipan Pusat Penelitian

dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”

Kearsipan mempunyai peranan sebagai pusat ingatan, sumber informasi, dan

sebagai alat pengawasan yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi untuk

menunjang proses kegiatan administrasi dan manajemen. Penelitian ini membahas

tentang pengelolaan arsip dinamis inaktif di unit kearsipan PPPTMGB“LEMIGAS”

bertujuan untuk mengetahui pengelolaan arsip inaktif di unit kearsipan dari tahap

pemindahan sampai tahap penyusutan arsip. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa unit kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS” menemukan kendala

dalam pengelolaan arsip inaktifnya, yaitu kurangnya perhatian pimpinan, kurangnya

sumber daya manusia, serta kurangnya pelatihan atau sosialisasi tentang pengelolaan

arsip. Penelitian ini dimaksudkan untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi

pengelolaan arsip khususnya di unit kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan kekuatan iman dan islam, taufiq, dan hidayahNya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Syukur dengan mengucap Alhamdulillah, dan

dengan usaha maksimal dan tekad serta dorongan yang kuat dari orangtua tercinta

dan saudara-saudaraku, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik, walaupun tentunya hambatan dan rintangan senantiasa menghampiri silih

berganti. Namun atas izin Allah SWT semua kesulitan dan hambatan dapat

diatasi.

Disadari sepenuhnya dengan kerendahan hati, bahwa penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari berbagai unsur yang turut andil dengan rela berpartisipasi

dalam membantu proses penulisan skripsi ini dari awal hingga selesai. Maka

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu

Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Lilik Istiqoriyah, M.Hum sebagai pembimbing skripsi yang telah sabar

membimbing dan memberikan banyak masukan dan saran dalam

penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya Dosen Jurusan

ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmunya kepada

(7)

iii

6. Ibu Juariah, S.Ap selaku Pembimbing penulis di PPPTMGB “LEMIGAS”

yang telah memberikan informasi untuk penulisan skripsi ini.

7. Kedua Orangtuaku, Ayah dan Mama tercinta terima kasih untuk setiap

untaian doa, kasih sayang, perhatian, semangat, dan motivasi yang begitu

besar sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

8. Adik-adikku tersayang (Tiara, Tika) terima kasih atas segala doa,

dukungan, canda tawa yang selalu hadir menemani penulis disela

peyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuanganku, Nur Afidah, Irmawati Azis, Dian Afrianti,

dan Intan Mayasari yang sering berbagi cerita dan saling memberikan

semangatnya satu sama lain.

10. Sahabat terbaik, partnerku selama 4 tahun ini Khariryan Arga yang

senantiasa ada untuk memberikan dukungan, melantunkan doa,

meluangkan waktu serta menawarkan segala macam bantuan terkait

penyelesaian skripsi ini.

11. Teman-teman JIP Angkatan 2010, khususnya IPI C Agista, Ludfia,

Rochmah, Winda, Nurun, Rinda, Vidi, Syifa, Aufa, Riko, Zulfikar, Lutfan,

Luki, Firly, Kibar, Azom, Oni, Tipung, Ajo, Aboy. Thanks ya sudah

memberikan supportnya!

12. Teman-teman Gramedia GandariaCity, Ka Novellino, Ka Foury, Ka Amel,

Ka Indah, Alfian, Rianti, yang selalu memberikan semangat dan tidak

bosan untuk mengingatkan untuk penyelesaian skripsi ini kepada penulis.

13. Seluruh staf Unit Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS” atas segala bantuan

kepada penulis untuk melakukan wawancara yang berhubungan skripsi

ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu telah

memberikan doa, dukungan dan menyemangati penulis dalam penulisan

(8)

iv

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai ukuran

sempurna. Untuk kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat

penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

Ilmu Perpustakaan khususnya dibagian kearsipan. Atas bantuan yang telah

diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Agustus 2014

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK……….…... i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI……….….. v

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR……….... x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………...………...….. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………....……….……….. 6

D. Metode Penelitian…………....……….………….. 8

E. Definisi Istilah... 12

F. Sistematika Penulisan………...………...……...… 13

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Pengertian Arsip……….………... 15

(10)

vi

2. Sistem Pengelolaan Arsip Inaktif... 21

2.1 Pemindahan... 22

2.2 Penataan dan Penyimpanan... 24

2.3 Pelayanan... 25

2.4 Pemeliharaan... 27

2.5 Pemusnahan... 30

D. Sistem Penyimpanan Arsip... 36

1. Sentralisasi... 37

2. Desentralisasi... 40

3. Kombinasi Sentralisasi dan Desentralisasi... 42

E. Pusat Arsip……….……... 43

F. Organisasi Kearsipan………..………... 45

G. Penelitian Terdahulu... 47

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Organisasi…………..……….………..… 49

B. Organisasi Kearsipan...……….………. 50

C. Profil Unit Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”... 52

D. Visi dan Misi………..……….……… 53

[image:10.612.102.538.88.583.2]
(11)

vii

G. Sumber Daya manusia PPPTMGB “LEMIGAS”…………..…. 58

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Prosedur Penelitian... 59

B. Profil Informan... 60

C. Teknik Pengolahan Data... 61

D. Hasil Penelitian dan Penjelasan... 62

1. Pengelolaan Arsip Inaktif di Unit Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”... 62

1.1 Pemindahan... 63

1.2 Penataan dan Penyimpanan ... 63

1.3 Penyusutan dan Pemusnahan... 65

2. Sarana dan Prasarana... 66

2.1 Fasilitas Ruang Penyimpanan... 66

2.2 Akses dan Temu Kembali... 68

3. Kendala... 69

E. Analisis Hasil Penelitian... 76

(12)

viii

DAFTAR PUSTAKA………....………....………..……….... 90

LAMPIRAN

(13)
[image:13.612.108.542.122.542.2]

ix

(14)
[image:14.612.108.541.124.535.2]

x

Gambar 2.1 Life Cycle of Records... 18

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”... 54

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bagian Tata Usaha... 54

Gambar 4.1 Sistem penomoran pada boks... 66

Gambar 4.2 Daftar arsip simpan... 68

Gambar 4.3 Lemari arsip listrik... 68

Gambar 4.4 Kode klasifikasi arsip berdasarkan masalah... 74

(15)

xi

1. Lampiran 1 Surat pengajuan dosen pembimbing skripsi

2. Lampiran 2 Surat tugas menjadi dosen pembimbing skripsi

3. Lampiran 3 Surat izin penelitian skripsi

4. Lampiran 4 Contoh Berita Acara Pemindahan Arsip Inaktif

5. Lampiran 5 Contoh Daftar Arsip yang dipindahkan

6. Lampiran 6 Jadwal Retensi Arsip

7. Lampiran 7 Kode Klasifikasi Arsip Minyak dan Gas Bumi

(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kearsipan mempunyai peranan penting bagi kelancaran jalannya organisasi yaitu sebagai pusat ingatan dan sumber informasi bagi setiap organisasi dalam rangka melaksanakan segala kegiatan, baik pada kantor-kantor Lembaga Negara, Swasta dan Perguruan Tinggi. Sumber informasi tersebut nantinya akan dibutuhkan untuk menunjang berbagai kegiatan organisasi seperti perencanaan, pengawasan, berkomunikasi serta reputasi organisasi. Organisasi membutuhkan akses informasi yang penting, seperti mendukung pengambilan keputusan, untuk tujuan operasional, sebagai bukti kebijakan dan aktivitas organisasi, serta untuk mengontrol volume informasi dan kemudahan operasional.1

Adalah mustahil suatu kantor dapat memberikan data dan informasi yang baik, lengkap dan akurat, jika kantor tersebut tidak memelihara kearsipan yang baik dan teratur sesuai dengan ketentuan-ketentuan kearsipan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.2 Maka kearsipan merupakan bagian pekerjaan kantor yang sangat penting, informasi tertulis yang tepat harus tersedia apabila diperlukan agar kantor dapat memberikan pelayanan yang efektif.

1

Jay Kennedy and Cherryl Schauder, Record Management : a guide to corporate record keeping (Australia: Longman Australia, 1998) h.8

(17)

Mengingat arti pentingnya, Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang cukup besar terhadap kearsipan. Hal ini terbukti dengan beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang kearsipan nasional. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan menimbang bahwa arsip sebagai identitas dan jati diri bangsa, serta sebagai memori, acuan, dan bahan pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus dikelola dan diselamatkan oleh Negara. Penyelamatan informasi yang ada pada arsip salah satunya dengan melaksanakan dan menyelenggarakan tata kearsipan yang konsisten dan sistematis mulai dari penciptaan arsip sampai dengan tiba waktu pemusnahannya.

Undang-undang tersebut membedakan arsip menurut fungsinya yaitu arsip dinamis dan arsip statis. Arsip dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi Negara dan disimpan selama jangka waktu tertentu.3 Arsip dinamis berada di berbagai kantor, baik kantor pemerintah, swasta, atau organisasi kemasyarakatan, karena masih dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, dan kegiatan administrasi lainnya. Arsip dinamis ini disebut record.4

3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan 4

(18)

Oleh karena itu, arsip sebagai salah satu sumber informasi membutuhkan suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang tepat dalam menciptakan efektivitas, efesiensi, dan produktivitas organisasi. Untuk itulah dibutuhkan suatu manajemen arsip yang baik. Salah satu arsip yang pengelolaannya penting untuk diperhatikan adalah arsip dinamis inaktif. Dikatakan penting karena arsip dinamis inaktif adalah arsip dinamis yang jarang digunakan, jarang digunakan disini berarti dalam keperluan aktivitas bisnis sehari-hari namun keberadaannya harus tetap dipertahankan untuk keperluan rujukan di masa mendatang atau memenuhi persyaratan retensi sesuai dengan ketentuan undang-undang.5

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” selanjutnya disebut PPPTMGB “LEMIGAS” adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah Badan Penelitian Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai lembaga Pemerintah yang menyelenggarakan penelitian, pengembangan dan pelayanan jasa teknologi minyak dan gas bumi nasional serta untuk kepentingan industri. Tugasnya selain melaksanakan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga mengumpulkan, mengolah, menginterprestasikan, menyimpan dan memperoleh kembali data dan

5 Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar memahami dan mengelola

(19)

informasi, menyusun peristilahan teknis di bidang Minyak dan Gas Bumi serta memberikan pelayanan jasa teknologi dan konsultasi.6

Sehubungan dengan tugas tersebut maka PPPTMGB “LEMIGAS” memegang peranan penting dalam rangka menjalankan proses pembangunan khususnya di bidang penelitian. Hal tersebut menyebabkan terciptanya arsip dalam jumlah besar seperti arsip rencana penelitian dan pengembangan, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penyajian informasi, layanan jasa litbang, pembinaan kelitbangan, serta pemantauan dan evaluasi. Sehingga mengakibatkan adanya penumpukan arsip di berbagai tempat, baik di unit kerja atau unit pengolah maupun di unit kearsipan. Melihat kondisi yang terjadi sekarang di PPPTMGB “LEMIGAS” banyak arsip inaktif yang masih tersimpan di masing-masing unit kerja atau unit pengolah, selain dari pada itu unit kerja atau unit pengolah memindahkan arsip inaktifnya ke unit kearsipan masih dalam keadaan kacau, tidak adanya daftar pertelaan arsip yang dipindahkan, serta kurangnya perhatian pimpinan terhadap pentingnya arsip. Akibatnya fungsi arsip sebagai informasi, pusat ingatan, bahan bukti dan lain-lain belum dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam rangka menunjang kebijaksanaan manajemen dalam melaksanakan tugas dan fungsi PPPTMGB “LEMIGAS”.

(20)

Berdasarkan alasan di atas penulis tertarik melakukan penelitian untuk tugas akhir, maka peneliti mengambil judul ”PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF DI UNIT KEARSIPAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI “LEMIGAS””

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki masalah dan kendala dalam pengolahan arsip inaktifnya, kondisi tersebut ditandai dengan penumpukkan arsip yang diterima pada proses pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan yang belum sesuai dengan prosedur pedoman tata persuratan arsip yang digunakan di unit kearsipan. Karena itu dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti adalah : Bagaimana pengelolaan arsip dinamis inaktif di PPPTMGB “LEMIGAS”?

(21)

diperlukan, sehingga lebih terarah dan terfokus pada pembahasan yang semestinya.

2. Perumusan Masalah

Untuk mengetahui secara detail tentang pengelolaan arsip dinamis inaktif di PPPTMGB “LEMIGAS”, peneliti perlu mengetahui upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan dan yang belum dilakukan oleh lembaga tersebut dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif. Sehingga rumusan masalah penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pengelolaan arsip dinamis inaktif di PPPTMGB “LEMIGAS”?

b. Sarana dan prasarana apa yang digunakan dalam penyimpanan arsip dinamis inaktif?

c. Kendala apa yang dihadapi dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif di PPPTMGB “LEMIGAS”?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(22)

a. Untuk mengetahui proses pengelolaan arsip dinamis inaktif yang ada di PPPTMGB “LEMIGAS”, meliputi penyusutan dan penyimpanan arsip dinamis inaktif.

b. Mengetahui sarana dan prasarana penyimpanan arsip dinamis inaktif di lembaga tersebut.

c. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif tersebut.

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah : 1. Bagi instansi

Sebagai bahan masukan kepada Unit Kearsipan di PPPTMGB “LEMIGAS” untuk meningkatkan kualitas layanannya dalam pengelolaan arsip dinamis inaktif.

2. Bagi keilmuan

Manfaat penelitian ini untuk keilmuan tentunya agar dapat menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan ilmu khususnya di bidang pengelolaan arsip inaktif.

3. Bagi penulis

(23)

D. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini penulis akan mengemukakan hal-hal yang meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknis analisis data.

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengelolaan arsip inaktif di PPPTMGB “LEMIGAS”. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan yang diselidiki.7 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkripsi wawancara, observasi, dan pengamatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya.8 Pendekatan ini peneliti pilih karena lebih mudah apabila digunakan untuk mengungkap kenyataan yang sifatnya ganda, menyajikan secara langsung antara peneliti dan informan.9

7

Mohammad Natsir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 54.

8

Fuad Hasan, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Prilaku Manusia (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia, 2001), h. 22

9

(24)

2. Sumber Data

Sumber yang digunakan penulis untuk mendapatkan data atau informasi dalam penelitian ini adalah :

a. Riset Kepustakaan (Library Research)

Riset kepustakaan peneliti lakukan dengan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel, serta dokumen-dokumen yang terdapat di unit kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”, bermaksud untuk mendapatkan gambaran tentang topik ini. b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini bertujuan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian. Untuk mendapatkan data-data tersebut, penulis mengadakan observasi (pengamatan) di lapangan serta wawancara dengan Kepala Sub Urusan Persuratan dan Arsip serta staf fungsional arsip di Unit Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”.

c. Sampel

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian.10 Informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Sub Urusan Persuratan dan Arsip, Staf Fungsional Umum, dan Staf Fungsional Arsiparis di Unit Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”.

(25)

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik untuk mempermudah pengumpulan data yang diperlukan. Teknik-teknik ini digunakan secara akumulatif dan saling melengkapi. Adapun beberapa teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah :

a. Observasi, teknik ini dilakukan untuk melihat, mengamati langsung aktivitas pengelolaan arsip pada aspek manajerial, mengumpulkan fakta-fakta, pernyataan-pernyataan yang merupakan hasil dari kenyataan untuk dibahas dalam hasil penilitian. Objek dari observasi ini adalah Unit Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”.

(26)

tidak jelas, agar dapat diperoleh jawaban yang lebih khusus dan lebih tepat.11

c. Dokumentasi, dilakukan untuk mencari data yang berupa catatan, brosur, arsip, notulasi rapat, agenda sebagainya.12 4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakaan adalah melalui pendekatan deskriptif analisis,13 yaitu pendekatan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dengan cara menyusun data, menjelaskan data, dan menganalisa data. Setelah data diperoleh melalui wawancara dengan para informan, maka selanjutnya percakapan yang direkam dalam wawancara tersebut dicatat atau dibuatkan transkripnya, untuk kemudian dianalisa.

Analisa ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk bahasa yang mudah dibaca dan diinterprestasikan tanpa mengurangi nilai ataupun isinya. Secara spesifik proses analisa data yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah berdasarkan tahapan berikut ini :

a. Pengumpulan data penelitian melalui proses studi literatur, observasi, dan wawancara.

11

Lexy J. Moleong. Metode Penilitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 190.

12

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet. 8. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992). h. 200.

(27)

b. Sebelum dianalisis secara matang, data hasil wawancara dibuatkan transkrip (salinan dalam bentuk tulisan)

c. Analisis data secara matang

d. Penyederhanaan data hasil analisis kedalam bentuk yang mudah dibaca dan di interprestasikan

e. Pembuatan laporan penelitian

E. Definisi Istilah

1. Arsip adalah simpanan surat-surat penting atau kumpulan warkat yang disimpan seara teratur.

2. Arsip Dinamis Aktif adalah arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan administrasi.

3. Arsip Dinamis Inaktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya telah menurun

4. Sistem Penyimpanan Arsip adalah pedoman atau ketentuan mengenai pelaksanaan pengurusan surat dan naskah lain yang disepakati oleh pihak-pihak pengambil keputusan didalam organisasi untuk diterapkan pada sistem kearsipan suatu organisasi 5. Sentralisasi adalah penyimpanan arsip yang dipusatkan di satu unit

kerja khusus yang lazim disebut unit kearsipan

(28)

7. Jadwal Retensi Arsip adalah penentuan jangka waktu penyimpanan arsip yang digunakan sebagai pedoman penyusutan arsip.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasaan skripsi ini secara sistematis maka penulis membagi menjadi kedalam lima(5) bab, sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang: Latar Belakang, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penilitian, serta sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN LITERATUR

Bab ini membahas tentang pengertian sistem kearsipan, siklus hidup arsip, manajemen arsip, sistem penyimpanan, penyusutan dan pemusnahan arsip.

BAB III. GAMBARAN TENTANG UNIT KEARSIPAN PADA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

(29)

Bab ini akan membahas tentang : sejarah singkat PPPTMGB “LEMIGAS”, profil organisasi kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS", visi dan misi, sumber daya manusia, tugas dan fungsi kearsipan di PPPTMGB “LEMIGAS”.

BAB IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisi tentang pemindahan, penataan, penyimpanan arsip dinamis di Unit Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”, sarana dan prasarana penyimpanan arsip, serta penyusutan arsip dinamis pada pusat arsip.

BAB V. PENUTUP

(30)

15

TINJAUAN LITERATUR

A. Pengertian Arsip

Menurut Widjaja arsip diartikan sebagai proses pengaturan dan

penyimpanan surat secara teratur sehingga setiap saat diperlukan dengan

mudah dan cepat diketahui.12 Sedangkan menurut Barthos arsip (record) yang

dalam bahasa indonesia ada yang menyebutkan sebagai “warkat”, pada

pokoknya dapat diberikan pengertian sebagai: setiap catatan tertulis baik dalam

bentuk gambar ataupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai

suatu subyek (pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat orang untuk

membantu daya ingat orang itu pula.13

Adapun pengertian arsip menurut Kamus Administrasi Perkantoran,

arsip adalah kumpulan warkat yang disimpan secara teratur karena mempunyai

suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat cepat ditemukan kembali. Di

Indonesia pengertian arsip diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan pada pasal 1 ayat (2) yaitu: Arsip

adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat

dan diterima oleh lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik,

12

A.W Widjaja, Administrasi Kearsipan: Suatu Pengantar. (Jakarta: Grafindo, 1993)h.8

13

(31)

organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dari pengertian mengenai arsip tersebut dapat dilihat bahwa suatu arsip

mempunyai sisi pembahasan yang kompleks, yaitu arsip yang dilihat dari

keberadaannya, sebagai suatu dokumen yang mempunyai nilai tertentu bagi

instansi penciptanya karena mengandung data dan informasi, dan arsip yang

ditinjau dalam pengelolaannya, mulai dari penciptaan sampai dengan

pemusnahan arsip yang harus ditangani dengan baik jika ingin menghasilkan

suatu efektifitas dan efesiensi di dalam temu balik arsip itu sendiri. Untuk

mendapatkan pengelolaan yang baik dibutuhkan sebuah prosedur pengamanan

arsip. Prosedur tersebut meliputi tahapan dalam siklus hidup arsip.

B. Siklus Hidup Arsip

Siklus hidup arsip dinamis terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap

penciptaan atau penerimaan dari luar organisasi (creation), tahap distribusi

(distribution), tahap penggunaan (use), tahap pemeliharaan (maintenance), dan

disposisi akhir (disposition).14 Berikut adalah gambar siklus hidup arsip.

14

Betty R. Ricks [et all], Information and Image Management : a record system approach

(32)
[image:32.612.108.544.88.499.2]

Gambar 2.1 : Life Cycle of Records15

Gambar diatas menjelaskan siklus hidup arsip dimulai dari kegiatan

penciptaan arsip berupa penulisan surat, memo, petunjuk (instruksi), formulir,

laporan, dan sebagainya. Arsip tersebut kemudian didistribusikan kepada

seseorang atau organisasi tertentu agar dapat digunakan untuk keperluan

tertentu seperti pelaksanaan operasional, dasar tindakan tertentu, pelaksanaan

fungsi dan peran-peran manajerial, sebagai alat pembuktian atau dokumentasi,

sebagai bahan pertimbangan untuk menjawab permasalahan atau memberikan

15

Judith Read-Smith [et all], Records Management (USA:South Western, 2002)

Maintenance Store/File Retrive Protect Use Decision Reference Inquires Legal Requirements Dispotition Transfer Retain OR Destroy Distribution Who gots the record?

Internal users External users Creation

(or receipt of record from outside he

(33)

tanggapan, sebagai referensi dan lain sebagainya. Kemudian arsip tersebut

dipelihara dan disimpan secara sistematis (simpan aktif). Setelah menurun

penggunaannya, arsip akan dipindahkan dan disimpan (simpan inaktif). Setelah

melewati masa simpan inaktif, arsip akan dimusnahkan atau disimpan

permanen.16

Berdasarkan siklus hidup arsip tersebut, arsip yang tercipta setiap tahap

dapat dikelompokkan menjadi tiga fase yaitu :17

1. Rekod Aktif

Yaitu rekod yang diciptakan dan digunakan secara terus menerus

untuk bisnis terkini dan dipelihara di tempat pembuatannya atau di

tempat penerimaannya. Rekod jenis ini disimpan dan diolah di unit

kerja masing-masing.

2. Rekod Semi-aktif

Yaitu rekod yang sudah jarang dibutuhkan untuk bisnis terkini.

Rekod jenis ini biasanya dirujuk beberapa bulan sekali atau setahun

sekali. Rekod ini dipindahkan dari unit kerja masing-masing ke

central file.

16

T.R Schellenberg, Modern Archives. (Universitas Washington, 1995)h.36

17

Derek Charman, The Corporate Archivist and Records Management. (London:Butterworth,

(34)

3. Rekod Inaktif

Yaitu rekod semi-aktif yang frekuensi penggunaannya sudah

menurun tetapi harus tetap disimpan dan dipelihara untuk

memenuhi kebutuhan administratif, keuangan, hukum, sejarah, atau

pemerintahan. Rekod semi-aktif yang tidak lagi dibutuhkan

dipindahkan dari central file ke records center, inilah rekod inaktif.

Selanjutnya rekod ini disimpan hingga masa retensinya tiba dan

selanjutnya dinilai apakah dipindahkan ke Arsip Nasional atau

dimusnahkan.

C. Manajemen Arsip

Definisi Manajemen arsip menurut Read-Smith et all yaitu

“Pengendalian sistematis terhadap semua rekod, mulai dari penciptaan atau

penerimaan, dan selanjutnya pemrosesan, distribusi, organisasi, penyimpanan,

dan temu kembali, hingga disposisi akhir.”18 Manajemen arsip merupakan

salah satu fungsi dalam setiap kegiatan organisasi. Pada dasarnya manajemen

kearsipan melaksanakan fungsi-fungsi seluruh siklus hidup arsip, yang

mencangkup proses penciptaan, pendistribusian, penggunaan arsip,

penyimpanan arsip aktif, pemindahan arsip, penyimpanan arsip inaktif,

18

(35)

pemusnahan, penyimpanan secara permanen.19 Tujuan akhir manajemen

kearsipan ialah untuk menyederhanakan jenis dan volume arsip serta

mendayagunakan penggunaan arsip bagi peningkatan kinerja dan

profesionalitas institusi atau lembaga dengan biaya yang efektif dan efisien.20

Menurut Sauki manajemen kearsipan sangat diperlukan, yaitu :21

1. Sebagai pusat ingatan kolektif instansi (corporate memory)

2. Sebagai penyedia data/informasi bagi pengambilan keputusan

(decision making)

3. Sebagai bahan pendukung proses pengadilan (litigation support)

4. Penyusutan berkas kerja

1. Manajemen Arsip Inaktif

Manajemen arsip inaktif menurut ANRI adalah “Pengelolaan arsip

inaktif di pusat arsip menggunakan sistem pengelolaan yang paling tepat

sehingga mampu mencapai tujuan dan memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan

arsip.”22 Pusat arsip adalah tempat dimana pengelolaan atau penataan arsip

inaktif diperlukan untuk kepentingan temu balik arsip sehingga pengelolaan

fisik dan informasinya dapat dilakukan secara optimal.

19

Patricia E. Wallace [et all], Records Management Intregated Information Systems (New

Jersey: Prantice Hall, 1992)h. 2

20

Zulkifli Amsyah, Manajemen Kearsipan (Jakarta: Gramedia, 2007) h. 78

21

Sauki Hadiwardoyo, Manajemen Kearsipan : Sebuah Pengantar (Fakultas Sastra

Universitas Gadjah Mada, 1999)h.6

22

(36)

Manajemen arsip inaktif dalam Modul Manajemen Arsip Dinamis yang

disusun oleh ANRI dapat diartikan sebagai pengelolaan arsip inaktif yang

melibatkan berbagai unsur diantaranya sumber daya manusia, peralatan dan

sistem yang ada untuk mencapai tujuan.23

2. Sistem Pengelolaan Arsip Inaktif

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012

tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009, arsip inaktif

adalah arsip dinamis yang frekuensi penggunaannya untuk penyelenggaraan

administrasi sudah menurun. Arsip yang sudah jarang digunakan tersebut,

keberadaannya harus tetap dipertahankan untuk keperluan rujukan atau

memenuhi persyaratan retensi sesuai dengan ketentuan undang-undang. Arsip

tersebut harus mengalami proses penyusutan, seperti yang dimaksud dalam

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2012, harus dipindahkan dari unit

kerja ke unit kearsipan sesuai dengan Jadwal Retensi Arsip secara teratur dan

tetap.

Arsip inaktif perlu dikelola secara profesional sehingga akan berdaya guna

bagi organisasi. Adapun prosedur pengelolaan arsip inaktif menurut ANRI

meliputi :24

23

Arsip Nasional Republik Indonesia, Manajemen Arsip Dinamis (Jakarta, 2001) h.98

24

(37)

2.1 Pemindahan

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan pada pasal 56

menyebutkan kegiatan penyusutan arsip meliputi :(a) pemindahan arsip

inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan; (b) pemusnahan arsip yang

telah habis retensinya dan tidak memiliki nilai guna dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan (c) penyerahan arsip

statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan.

Waktu pemindahan arsip inaktif dari unit kerja ke unit kearsipan harus

ditentukan oleh garis haluan (policy) instansi yang bersangkutan, jadi

bukan ditentukan oleh masing-masing unit pengolah. Ada arsip yang harus

dipindahkan secara berkala, misalnya pada akhir tahun anggaran, dan ada

pula yang dipindahkan secara terus menerus, artinya pemindahan dilakukan

begitu arsip telah menjadi inaktif.

Pemindahan arsip-arsip inaktif dari unit kerja (central file) ke pusat

arsip. Langkah-langkah dalam pemindahan meliputi :

a. Menentukan kapan suatu arsip dapat dipindah

Ini terkait dengan masalah penilaian arsip, yang telah dituangkan dalam

(38)

berkelanjutan. Menurut Sulistyo-Basuki lazimnya hal ini dilakukan

pada akhir tahun anggaran yang jatuh pada tanggal 31 Maret.25

b. Menentukan arsip yang akan dipindah

Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan JRA yang ada, tugas yang

dilakukan oleh arsiparis cukup menyeleksi arsip-arsip yang akan

dipindahkan berdasarkan JRA tersebut. Hasil dari penyeleksian ini akan

dibuat daftar arsip yang akan dipindahkan, yang harus disampaikan ke

pimpinan yang berwenang untuk memperoleh persetujuan.

c. Menyiapkan arsip yang akan dipindah

Menurut Read-Smith et all persiapan arsip yang akan dipindahkan

termasuk melengkapi formulir yang dibutuhkan serta penataan ke

dalam boks.26 Setelah pimpinan menyetujui, maka arsiparis membuat

formulir atau daftar mengenai keterangan tentang : nama series arsip,

deskripsinya, tahun, retensi, dan nomor boks. Arsip yang telah didaftar

tersebut kemudian ditata didalam boks dengan ketentuan tetap

mempertahankan penataan aslinya.

d. Penyiapan ruang simpan

Pusat arsip harus senantiasa menyediakan ruang dan sarana

penyimpanan arsip, agar tidak terjadi suatu arsip yang telah dipindah ke

pusat arsip namun tidak tersedia ruangan penyimpanannya.

25

Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis (Jakarta: Gramedia, 2003)h.304

26

(39)

e. Penerimaan arsip

Arsip yang baru dipindahkan dari central file ke record center, terlebih

dahulu harus diperiksa kelengkapan, kondisi, kesesuaiannya dengan

daftar, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di waktu-waktu

mendatang, serta membuat berita acara arsip pindah yang dilampiri

daftarnya.

2.2 Penataan dan penyimpanan

yaitu prosedur penataan dan penyimpanan melalui tahapan-tahapan :

a. Pemeriksaan

Kegiatan ini adalah kontrol awal yang dilakukan dalam penyimpanan

arsip. Pemeriksaan ini meliputi apakah arsip tersebut sudah benar-benar

inaktif, kemudian diperiksa seriesnya. Series rekod adalah kumpulan

arsip yang berkaitan yang biasanya digunakan dan disimpan sebagai

satu kesatuan dan dapat dinilai sebagai satu kesatuan untuk

memutuskan periode retensi arsipnya.27

b. Pendeskripsian berdasarkan series arsip

Pendeskripsian harus memperhatikan hubungan antara arsip yang

berasal dari unit kerja satu dengan yang lainnya, sehingga kegiatan

deskripsi ini adalah pengetahuan atas seluruh koleksi arsip yang

dimiliki organisasi.

27

(40)

c. Sortir dilakukan untuk pengelompokan antara arsip dan non arsip,

sekelompok arsip dan lain-lain. Non-arsip disini antara lain buku-buku,

majalah, koran-koran, amplop-amplop,

blanko-blanko/formulir-formulir kosong, dan sebagainya.28

d. Pentaan arsip dalam boks

Setiap boks hendaknyahanya berisi satu series arsip saja atau dengan

series yang berdekatan dengan jadwal retensi yang sama. Setelah arsip

dimasukkan kedalam boks, boks tersebut diberi nomor sesuai dengan

nomor urut atau lokasi penyimpanannya.

e. Pembuatan Daftar Pertelaan Arsip (DPA) yaitu istilah untuk penamaan

finding aids (alat bantu penemuan arsip) berupa daftar dengan

kolom-kolom, kode, series dan deskripsi arsip, tahun, jalan masuk, nomor

boks, retensi dan keterangan.29

2.3 Pelayanan

Pelayanan dapat berupa peminjaman arsip atau pemberian informasi

yang terkandung dalam arsip. Prosedur pelayanan meliputi :

a. Permintaan

28

Basir Barthos, Manajemen Kearsipan (Jakarta:Bumi Aksara, 2007)h.91

29

(41)

Permintaan penggunaan arsip sebaiknya disiapkan formulir permintaan

dan dapat berfungsi sebagai alat pemesan rekod. Informasi yang harus

diberikan pengguna kepada arsiparis adalah sebagai berikut :30

1. Nomor boks (yang ditentukan oleh pusat arsip dinamis inaktif dan

dicatat pada formulir transfer arsip dinamis)

2. Judul folder atau deskripsinya

3. Nama, bagian, lokasi, dan nomor telepon peminta arsip dinamis

4. Perkiraan waktu peminjaman dan waktu pengembalian dapat dicatat

pada formulir.

b. Pencarian

Pencarian arsip dilakukan melalui Daftar Pertelaan Arsip. Series yang

ada dalam daftar akan merujuk pada boks yang menunjukkan lokasi

penyimpanan arsip.

c. Pengambilan arsip

Sebelum arsip diambil, terlebih dahulu menuliskan kata OUT atau

KELUAR pada out indicator (tanda keluarnya arsip) yang didalamnya

berisi minimal tanggal pengambilan, siapa yang meminjam, arsip apa

saja yang dipinjam, dan waktu pengembaliannya.

d. Pencatatan

Mencatat arsip yang akan dipinjam baik berupa buku atau formulir atau

sarana lainnya. Pencatatan tersebut bisa manual ataupun ke dalam

30

(42)

sistem komputer. Menurut Sulistyo-Basuki, dalam sistem manual,

berkas arsip dinamis inaktif yang dipinjam untuk menggunakan

formulir rangkap empat. Lembar pertama disimpan si pemakai, lembar

kedua dimasukkan kedalam berkas yang dipinjam untuk mengenali

peminjamannya, lembar ketiga disimpan pada boks kartu keluar dan

lembar keempat disimpan pada boks yang disusun menurut tanggal

harus kembali. 31

e. Pengendalian

Pengendalian ini dilakukan untuk mengamankan arsip fisik maupun

informasinya, sehingga dapat dimonitor sejauh mana arsip beredar.

f. Penyimpanan kembali

Setelah arsip yang dipinjam dikembalikan, maka penandaan pada

sarana peminjaman bahwa arsip yang bersangkutan telah kembali untuk

disimpan ditempat semula.

2.4 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan arsip adalah kegiatan perawatan dan

pengamanan arsip guna menjamin kelestarian informasi yang terkandung

di dalam arsip. Tujuannya agar arsip senantiasa terpelihara dengan baik,

utuh, dan aman, terhindar dari segala kemungkinan dan resiko yang

31

(43)

merugikan, antara lain kerusakan dan kehilangan.32 Pengaruh yang dapat

merusak arsip dan cara penanggulangannya :

a. Pengaruh yang dapat merusak arsip

1) Pengaruh biologis

Didaerah tropis kerusakan arsip disebabkan oleh faktor biologis,

seperti :

a) Jamur

Jamur akan membusukkan selulosa kertas sehingga kertas/arsip

menjadi kuning, coklat, atau bintik-bintik hitam. Jamur

biasanya tumbuh di ruang penyimpanan yang terlalu gelap dan

lembab.

b) Serangga

Serangga biasanya membangun sarang dibelakang tumpukan

arsip, rak, laci, dan sebagainya, terutama pada tempat yang

kurang penerangan.

2) Pengaruh kimiawi

Zat-zat yang terkandung di udara dalam ruangan penyimpanan

arsip, seperti gas asidek, dan tinta, melalui proses reaksi kimia

dengan bahan kertas/arsip akan menyebabkan kerusakan.

3) Pengaruh fisik arsip

32

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pedoman Tata Persuratan Dinas dan

(44)

Pada umumnya kondisi fisik arsip tidak sama, tergantung dari jenis

dan mutu bahan yang dipakai. Kondisi tersebut umumnya sangat

terpengaruh oleh derajat panas dan kadar kelembaban udara yang

tidak stabil dalam ruangan penyimpanan arsip sehingga

menyebabkan daya tahan arsip menurun.

4) Pengaruh debu

Di daerah tropis, debu tidak dapat dihindari walaupun berbagai

saringan telah dipasang. Keadaan ini menyebabkan arsip menjadi

kotor.

5) Pengaruh air

Apabila terkena air akibat banjir atau akibat lain, arsip akan

menjadi kotor, mudah sobek, berkerut-kerut, serta tinta tulisannya

luntur.

b. Penanggulangan

Penanggulangan faktor pengaruh yang dapat merusak arsip diusahakan

beberapa cara yaitu:

1) Cara perawatan dari kerusakan oleh biologis dilakukan oleh

fumigasi, baik terhadap gedung/ruangan maupun terhadap arsip itu

sendiri, dengan menggunakan zat kimia, antara lain, DDT atau gas

hydrocyanic. Untuk menghindari jamur, zat kimia yang digunakan

(45)

penerangan, ventilasi udara perlu diatur, serta kelembaban udara

harus terjaga dengan baik.

2) Ruangan arsip sebaiknya menggunakan sistem pendingin dengan

suhu 22-25 derajat celcius dengan kelembaban 45-55 %.

3) Cara membersihkan arsip dari kotoran debu yang baik dan benar

adalah membuka bungkus atau bundel di dalam ruangan yang

bersih yang dilengkapi alat pemercik udara dan saluran udara untuk

menyerap debu-debu dipermukaan kertas.

4) Untuk mengatasi kotoran atau kerusakan karena pengaruh air,

diperlukan seorang ahli

2.5 Pemusnahan

Kegiatan pemusnahan terdapat pada tahap penyusutan arsip, kegiatan

ini untuk mengurangi volume arsip sehingga arsip yang sudah habis masa

retensinya dapat dipisahkan agar dapat mengurangi penggunaan tempat.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan, penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan arsip

dengan cara memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit

Kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan

penyerahan arsip statis kepada lembaga kearsipan.

Tahapan yang perlu dilaksanakan adalah :

(46)

Langkah-langkah umum pelaksanaan penyeleksian menurut

Sedarmayant i,33 adalah:

1. M enyiangi, yait u mem ilih at au mengambil yang t idak berguna,

agar arsip berkurang.

2. M enyiapkan peralat an unt uk menampung arsip yang akan

disusut kan.

3. M embuat cat at an at au daft ar t ent ang arsip yang akan disusut kan.

b. Pelaksanaan pemusnahan

Menurut Barthos pelaksanaan pemusnahan arsip adalah tindakan atau

kegiatan menghancurkan secara fisik arsip yang sudah berakhir

fungsinya serta yang tidak memiliki nilai guna. Penghancuran tersebut

harus dilaksanakan secara total, yaitu dengan cara membakar habis,

dicacah atau dengan cara lain sehingga tidak dapat lagi dikenal baik isi

maupun bentuknya.34

Tata cara pelaksanaan pemusnahan arsip yaitu :

1. Instansi membuat daftar arsip yang akan dimusnahkan

2. Daftar tersebut harus mendapat persetujuan dari Arsip Nasional

3. Membuat berita acara pemusnahan arsip

4. Mengadakan pengawasan pada waktu pemusnahan arsip

33

Sedarmayanti, Tata kearsipan dengan memanfaatkan teknologi modern. (Bandung:Mandar

Maju, 2003)h.107

34

(47)

Adapun cara-cara penyusutan arsip telah diatur pada Surat Edaran

Kepala Arsip Nasional RI Nomor : SE/01/1981 tentang Penanganan Arsip

Inaktif Sebagai Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah

Tentang Penyusutan Arsip. Cara-cara penyusutan arsip tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Pendaftaran arsip inakif, melalui kegiatan sebagai berikut:

a. Pendaftaran berupa pengumpulan data melalui survei terhadap

arsip-arsip inaktif yang ada dalam tanggung jawab bagian

b. Survei dilaksanakan oleh petugas

c. Membuat Daftar Ikhtisar Arsip yang merupakan ikhtisar dari seluruh

data yang terkumpul sebagai hasil survei. Daftar tersebut merupakan

daftar kelompok/berkas arsip.

d. Daftar Ikhtisar selanjutnya digunakan untuk menyusun rencana

penanganan dan penataan kembali arsip inaktif.

2. Penataan kembali arsip inaktif, meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Arsip Kacau

Arsip ini adalah arsip yang penataannya dalam keadaan kacau dan tidak

dapat disusun kembali seperti pada waktu aktifnya. Penanganannya

(48)

(1) Dikelompokkan dan diatur kembali dengan menerapkan asas

asal-usul, sehingga arsip-arsip itu merupakan suatu kesatuan/kelompok

yang diatur tanpa melepaskan ikatan dari sumber asalnya, yaitu unit

yang menciptakannya.

(2) Memilah arsip dari non arsip (seperti amplop, map, blanko-blanko

formulir dan sebagainya) dan duplikasi yang berlebihan.

(3) Bahan-bahan non arsip dapat dimusnahkan, sedangkan arsipnya :

(a) dikelompokkan menurut unit kerja

(b) berkas arsip dibungkus dan dicatat pada kartu

(c) kartu catatan disusun dan diberi nomor urut

(d) berkas-berkas arsip dimasukkan ke dalam boks arsip yang

diberi label/etiket yang memuat keterangan tentang

berkas-berkas yang termuat pada kartu catatan dari berkas-berkas yang

bersangkutan.

(e) dibuat Daftar Pertelaan Arsip Sementara

(4) Daftar Pertelaan Arsip Sementara baru dapat digunakan sebagai

pengendalian fisik dan belum dapat berfungsi untuk pengendalian

informasi arsip.

(5) Atas dasar daftar pertelaan tersebut, instansi :

(a) belum dapat melaksanakan pemusnahan arsip menurut

ketentuan yang berlaku

(49)

(c) dapat sementara menyimpan arsipnya dalam keadaan yang lebih

teratur

(6) Atas dasar Daftar Pertelaan Arsip dan Daftar Waktu Penyimpanan

Arsip itu, instansi :

(a) dapat menentukan jangka waktu penyimpanan arsipnya sesuai

dengan kebutuhan masing-masing.

(b) Dapat memusnahkan arsipnya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

(c) Dapat menyerahkan arsipnya kepada Arsip Daerah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

b. Arsip Teratur

Arsip inkatif yang semasa aktifnya ditata berdasarkan suatu sistem

tertentu dan masih utuh penataannya, ditangani sebagai berikut :

(1) Diperiksa kembali penataannya berdasarkan sistem yang digunakan

(2) Ditertibkan pengaturan fisiknya agar penemuan kembalinya dapat

lancar

(3) Arsip yang tidak diperlukan lagi oleh instansi, dipilah dan disiapkan

daftar pertelaannya untuk dimusnahkan sesuai dengan ketetuan

(50)

(4) Arsip yang masih diperlukan dan akan disimpan oleh instansi,

ditentukan jangka waktu penyimpanannya dalam Daftar Waktu

Penyimpanan Arsip.

(5) Bila waktu penyimpanan berakhir, dibuat Daftar Pertelaan Arsip

baik untuk keperluan pemusnahan ataupun penyerahan pada unit

kearsipan

3. Pemusnahanan arsip inaktif

a. Bahan-bahan non arsip dan duplikasi yang berlebihan dapat langsung

dimusnahkan dengan sepengetahuan Pimpinan Instansi.

b. Arsip-arsip yang tidak diperlukan dapat dimusnahkan dengan ketentuan

sebagai berikut :

1) Untuk arsip yang menyangkut keuangan, terlebih dahulu perlu

mendengar pertimbangan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan

2) Untuk arsip yang menyangkut kepegawaian terlebih dahulu perlu

mendengar pertimbangan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian

Negara

3) Untuk arsip yang menyangkut material dan pemilikan perlu

memperhatian ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk itu.

c. Pemusnahan arsip dilakukan secara total sehingga tidak dapat dikenal

baik isi maupun bentuknya, serta disaksikan oleh dua orang pejabat dari

(51)

dilakukan dengan membuat Daftar Pertelaan Arsip yang akan

dimusnahkan dan Berita Acara pemusnahan Arsip.

Manfaat penyusutan yang konsisten dan sesuai prosedur dapat

menghemat ruang penyimpanan, peralatan kearsipan, tenaga, waktu,

dan biaya operasional.

D. Sistem Penyimpanan Arsip

Sistem penyimpanan arsip adalah pedoman atau ketentuan mengenai

pelaksanaan pengurusan surat dan naskah lain yang disepakati oleh

pihak-pihak pengambil keputusan didalam organisasi untuk diterapkan pada sistem

kearsipan suatu organisasi. Sistem penyimpanan yang ditetapkan akan

bergantung kepada besar kecilnya organisasi, banyak sedikitnya naskah yang

harus diurus, sumber daya manusia, keuangan, dan peralatan yang dimiliki.35

Penyimpanan dan penataan adalah kegiatan mengatur dan menyusun arsip

dalam suatu tatanan yang sistematis dan logis menyimpan serta merawat arsip

untuk digunakan secara aman dan ekonomis.36 Penyimpanan dan penataan

mempergunakan suatu sistem tertentu yang memungkinkan penemuan kembali

dengan mudah apabila sewaktu-waktu diperlukan kembali.

35

Yohannes Suraja. Manajemen Kearsipan (Malang: Dioma, 2006)

36

Verawati, Analisis Pengelolaan Arsip Media Audiovisual Bidang Produksi Acara Pada

(52)

Tujuan penyimpanan arsip menurut Widjaja yaitu :37

1. Menyimpan bahan-bahan arsip atau dokumen yang masih mempunyai nilai

pakai yang sewaktu-waktu diperlukan bagi pemecahan suatu persoalan atau

proses pekerjaan.

2. Menyimpan bahan-bahan arsip atau dokumen dengan suatu sistem tertentu

sehingga apabila diperlukan dengan cepat ditemukan kembali.

3. Menjaga dan memelihara fisik arsip atau dokumen agar terhindar dari

kemungkinan rusak, terbakar, atau hilang.

Sistem penyimpanan arsip tersebut terdiri dari sentralisasi, desentralisasi

dan gabungan (sentralisasi dan desentralisasi). Masing-masing jenis sistem

penyimpanan tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan tersendiri, seperti

berikut :38

1. Sentralisasi

Sentralisasi berarti penyimpanan arsip yang dipusatkan di satu unit

kerja khusus yang lazim disebut unit kearsipan. Dengan sentralisasi arsip

37

A.W. Widjaja, Administrasi Kearsipan.(Jakarta: Grafindo,1993)h.104

38

(53)

maka semua surat-surat kantor yang selesai diproses akan disimpan di

unit kearsipan.Sentralisasi arsip yang murni dewasa ini agak sukar

diterapkan, sebab banyak jenis arsip yang sukar dipisahkan dari suatu

unit kerja yang menangani pengolahannya, misalnya kwitansi, laporan,

dan lain-lain.39 Sistem penyimpanan arsip secara sentral ini hanya

efisisen dan efektif bila dilaksanakan pada kantor kecil. sistem

sentralisasi dapat diterapkan pada arsip tertentu. Adapun tingkatan dalam

sistem sentralisasi yang dimaksud ialah :40

1. Semua atau sebagian besar arsip dikelola oleh staf dari Unit

Kearsipan tersebut dan diawasi oleh staf dari pusat.

2. Semua arsip untuk kepentingan umum disimpan terpusat, sedangkan

yang murni untuk kepentingan departemen disimpan oleh departemen

yang bersangkutan.

3. Semua arsip (tanpa kecuali) disimpan dalam suatu tempat.

Sistem penyimpanan sentralisasi mempunyai keuntungan dan kerugian.

Adapun keuntungan dari sistem penyimpanan sentralisasi adalah sebagai

berikut :41

1. Ruang dan peralatan arsip dapat dihemat

39

Zulkifli Amsyah. Manajemen Kearsipan (Jakarta: Gramedia, 2003) h. 50

40

Laksmi, Fuad Gani, Budiantoro. Manajemen Perkantoran Modern(Jakarta: Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya (FIB) UI, 2007) h. 49

41

(54)

2. Petugas dapat mengonsentrasikan diri khusus pada pekerjaan

kearsipan

3. Kantor hanya menyimpan satu arsip, duplikasinya dapat dimusnahkan

4. Sistem penyimpanan dari berbagai macam arsip dapat diseragamkan.

5. Struktur organisasi menjadi luwes

6. Penyebaran beban dikantor lebih baik sehingga dapat menghemat

biaya pelaksanaan pekerjaan

7. Memberikan kemungkinan bagi pelaksanaan pengkajian biaya dan

analaisis kantor

8. Memungkinkan membuat program pelatihan untuk mengebangkan

pekerjaan

9. Spesialisasi pekerjaan dapat dikembangkan (petugas arsip ahli)

10. Kemungkinan untuk lebih memperketat pengawasan arsip

11. Tugas manajemen kantor naik kedudukannya karena tanggung jawab

yang lebih besar untuk semua pekerjaan kantor.

Sedangkan kerugian dari sistem penyimpanan secara sentralisasi adalah :42

1. Sentralisasi arsip hanya efisisen dan efektif untuk organisasi yang

kecil

42

(55)

2. Tidak semua jenis arsip dapat disimpan dengan satu sistem

penyimpanan yang seragam

3. Unit kerja yang memerlukan arsip akan memakan waktu lebih lama

untuk memperoleh arsip yang diperlukan

4. Biaya pengawasan ditambahkan kepada biaya kantor keseluruhan

5. Pengelolaan formulir, arsip, dan bahan kantor oleh orang yang

mungkin tidak tahu penggunannya.

6. Departemen akan tertekan karena paksaan peraturan yang sama bagi

seluruh organisasi

7. Tugas dalam organisasi mungkin dilaksanakan bukan dalam urutan

kepentingan tetapi berdasarkan urutan penerimaan.

8. Kerahasiaan arsip dan informasi tidak terjamin jika ditempatkan pada

tempat yang terpusat.

2. Desentralisasi

Sistem penyimpanan desentralisasi setiap unit kerja mengolah

arsipnya masing-masing. Sistem penyimpanan (filling system) yang

digunakan masing-masing unit kerja tergantung kepada ketentuan kantor

yang bersangkutan. Kalau ada ketentuannya, setiap unit kerja harus

tunduk kepada ketentuan tersebut. Kalau belum ada ketentuannya, unit

kerja bebas menyelenggarakan kearsipannya sesuai dengan kemauan

(56)

terpisahkan letaknya, sistem penyimpanan arsip secara desentralisasi

sangat sesuai digunakan. Semua kegiatan kearsipan, mulai dari

pencatatan, penyimpanan, peminjaman, pengawasan, pemindahan, dan

pemusnahan dilaksanakan oleh unit masing-masing dan di tempat unit

kerja masing-masing.43

Sistem penyimpanan desentralisasi ini juga mempunyai keuntungan dan

kerugian. Keuntungan sistem penyimpanan arsip secara desentralisasi

adalah :44

1. Pengolahan arsip dapat dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja

masing-masing

2. Keperluan akan arsip mudah terpenuhi, Karena berada pada unit kerja

sendiri

3. Penanganan arsip lebih mudah dilakukan, karena arsipnya sudah

dikenal baik.

4. Tugas dilaksanakan oleh pejabat yang paling sesuai dengan prasyarat.

5. Efesiensi waktu lebih tinggi.

6. Pekerjaan diselesaikan berdasarkan urutan kepentingan satuan kantor

7. Kerahasiaan pekerjaan kantor terjaga.

8. Efektivitas perencanaan dan pengawasan dapat ditingkatkan.

43

Zulkifli Amsyah. Manajemen Kearsipan (Jakarta: Gramedia, 2003) h. 56

44

(57)

Semua kerugian dari sistem penyimpanan secara desentralisasi adalah :

1. Penyimpanan arsip tersebar di berbagai lokasi, dan dapat

menimbulkan duplikasi arsip yang disimpan

2. Kantor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan arsip disetiap

unit kerja, sehingga penghematan pemakaian peralatan dan

perlengkapan sukar dijalankan.

3. Penataran dan latihan kerasipan perlu diadakan karena

petugas-patugas umumnya bertugas rangkap dan tidak mempunyai latar

belakang pendidikan kearsipan.

4. Kegiatan pemusnahan arsip harus dilakukan unit kerja, dan ini

merupakan pemborosan.

3. Kombinasi Sentralisasi dan Desentralisasi

Kelemahan dari kedua sistem penyimpanan arsip, baik sentralisasi

maupun desentralisasi, dapat diatasi dengan mengombinasikan kedua

sistem tersebut. Sistem penyimpanan ini dapat disebut sebagai kombinasi

sentralisasi dan desentralisasi arsip.Penanganan arsip secara kombinasi

yaitu sebagai berikut : arsip yang masih aktif digunakan (active file)

dikelola di unit kerja masing-masing pengolah, dan arsip yang sudah

(58)

Dengan demikian penyimpanan arsip aktif dilakukan dengan sistem

desentralisasi sedangkan arsip inaktif disimpan dengan sistem

sentralisasi.

Pemindahan arsip dan prosedurnya harus dilakukan dengan

sebaik-baiknya sesuai dengan jadwal retensi yang telah disusun. Unit kearsipan

juga melakukan pemusnahan arsip yang sudah tidak diperlukan lagi

dengan panduan jadwal retensi. Sebelum dimusnahkan, arsip tersebut

dipilih dan diteliti, apakah memang sudah perlu dimusnahkan atau masih

mempunyai nilai-nilai tertentu bagi kepentingan nasional untuk dikirim

ke Arsip Nasional sebagai arsip statis.

E. Pusat Arsip

Menurut Barthos pada dasarnya setiap lembaga Negara atau Badan

Pemerintahan mempunyai satu bagian arsip yang tugasnya mengelola arsip

dinamis.Ruang lingkup bagian arsip disamping mengarahkan dan

mengendalikan arsip aktif juga menyimpan dan mengelola arsip-arsip inaktif

yang berasal dari unit-unit pengolah (satuan kerja) dalam lingkungan

Lembaga Negara atau Badan Pemerintahan masing-masing.45 Pusat arsip

menurut Read-Smith et all yaitu arsip inaktif atau inactive record adalah

45

(59)

arsip yang tidak harus tersedia tetapi yang harus disimpan untuk tujuan

hukum, fiskal, atau sejarah.46

Pusat arsip adalah tempat penimpanan arsip inaktif sebagai fasilitas

yang didesain untuk arsip inaktif.47

Berkaitan dengan hal ini, ANRI mengatakan bahwa dalam mengelola

arsip inaktif hal penting harus diperhatikan adalah :48

a. Mengurangi volume arsip dinamis yang disimpan di unit-unit kerja

b. Melakukan kontrol terhadap pemindahan arsip aktif yang sudah

memasuki masa aktif

c. Menghemat tempat dan biaya penyimpanan arsip aktif

d. Mewujudkan sistem yang efisien untuk penemuan kembali arsip

inaktif apabila diperlukan untuk pengambilan keputusan

e. Menentukan program pemikrofilman arsip inaktif (apabila

diperlukan)

f. Memelihara keamanan secara menyeluruh bagi arsip dinamis yang

ada dalam suatu organisasi.

46

Judith Read-Smith[et all], Records Management(USA:South Western, 2002)h. 147

47

Ricks, Swafford dan Gow.Informations and image management, a records system approach

(USA:South-Western, 1992)h.147

48

(60)

F. Organisasi Kearsipan

1. Lembaga Kearsipan

Adalah lembaga yang memiliki fungsi, tugas, dan tanggung jawab di

bidang pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan.49 Di Indonesia,

lembaga yang bertugas menjamin pemeliharaan arsip sebagai bahan

pertanggungjawaban nasional dan sebagai bahan bukti sejarah perjuangan

bangsa serta menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan seluruh

kearsipan nasional adalah Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

ANRI merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang

berkedudukan di Ibukota RI dan berada langsung serta bertanggung jawab

kepada Presiden.

2. Unit Pengolah

Satuan kerja pada pencipta arsip yang mempunyai tugas dan tanggung

jawab mengolah semua arsip yang berkaitan dengan kegiatan penciptaan

arsip di lingkungannya (arsip aktif).50 Arsip aktif juga perlu diorganisir

dengan baik, biasanya berada pada masing-masing unit kerja dan tempat

penyimpanannya disebut central file. Unit-unit kerja inilah yang disebut

unit kerja pengolah.

3. Unit Kearsipan

49

Undang-Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan

50

(61)

Pembedaan fungsi arsip mengakibatkan pula perbedaan terhadap

penyelenggaraan pengorganisasiannya. Dalam Undang-Undang tentang

Kearsipan secara tegas dinyatakan bahwa pengelolaan arsip inaktif

dilaksanakan oleh unit kearsipan sebagaimana tertuang pada Peraturan

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 tentang

Pedoman Pengelolaan Unit Kearsipan Pada Lembaga Negara yaitu unit

kearsipan adalah satuan kerja yang melekat pada pencipta arsip yang

memiliki tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan yang

meliputi kebijakan, pembinaan kearsipan, dan pengelolaan arsip dalam

suatu Sistem Kearsipan Nasional (SKN) yang didukung oleh sumber daya

manusia, prasarana, sarana, dan sumber daya lainnya. Pada pasal 6 ayat (2)

dalam peraturan tersebut, unit kearsipan mempunyai fungsi dan tugas ;

a. Pengelolaan arsip inaktif dari unit pengolah di lingkungannya

b. Koordinasi pembinaan daftar, pemberkasan dan pelaporan serta

penyerahan arsip terjaga

c. Pengolahan arsip dan penyajian arsip menjadi informasi dalam

kerangka Sistem Kearsipan Nasional (SKN) dan Sistem Informasi

Kearsipan Nasional (SIKN)

d. Pemusnahan arsip di lingkungan lembaganya

e. Penyerahan arsip statis oleh pimpinan pencipta arsip kepada ANRI

f. Pembinaan dan evaluasi dalam rangka penyelenggaraan kearsipan di

(62)

Tugas Unit Kearsipan menurut Budi Martono yaitu :51

1. Melakukan pembinaan kearsipan dinamis pada seluruh jajaran

organisasi

2. Menyimpan, memelihara, dan menyajikan arsip inaktif yang berasal

dari unit kerja

3. Melakukan penyusutan dengan memusnahkan arsip yang tidak bernilai

guna

4. Menyerahkan arsip statis ke ANRI

5. Mengelola pusat arsip

Atas dasar pertimbangan ekonomis dan efisiensi maka arsip-arsip inaktif

harus dikelola dengan baik sesuai dengan peraturan dan tata kearsipan yang

ada sehingga pada saat dibutuhkan tidak akan sulit untuk ditemukan

kembali.

G. Penelitian Terdahulu

1. Pengelolaan Arsip Inaktif di Biro Keuangan Badan Pusat Statistik

(BPS), Zulfa Fiqriani, Skripsi, Universitas Indonesia, 2012

a. Membahas tentang pengelolaan arsip inaktif di Biro Keuangan

Badan Pusat Statistik (BPS).

51

Budi Martono, Penyusutan dan Pengamanan arsip dalam manajemen kearsipan.

(63)

b. Tujuannya mengetahui pengelolaan arsip inaktif di Bagian Arsip

Biro Keuangan Badan Pusat Statistik (BPS) mulai dari tahap

pemindahan ke bagian arsip sampai tahap penyusutan.

c. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode

studi kasus.

d. Objek penelitian ini adalah Biro Keuangan Badan Pusat Statistik

(BPS)

2. Pengelolaan Arsip Dinamis Inaktif Studi Kasus IAIN Mataram, Rika

Kurniawaty, Tesis, Universitas Indonesia, 2010

a. Membahas tentang pengelolaan arsip dinamis inaktif di unit-unit

kerja di IAIN Mataram

b. Bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan arsip

dinamis inaktif di unit-unit kerja IAIN Mataram.

c. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, teknik penelitian

menggunakan wawancara dan observasi, sedangkan analisis data

menggunakan metode deskriptif.

(64)
[image:64.612.107.537.97.519.2]

49 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”

Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor

0030 tanggal 20 Juli tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Departemen Energi Sumber Daya Mineral pada bagian kelima pasal 643

PPPTMGB “LEMIGAS” mempunyai tugas menyelenggarakan penelitian dan

pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir minyak dan gas bumi. Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 643, PPPTMGB

“LEMIGAS” menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan pedoman dan prosedur kerja

b. Perumusan rencana dan program penelitian dan pengembangan teknologi

berbasis kinerja.

c. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu

dan hilir minyak dang ass bumi, serta pengelolaan sarana dan prasarana

penelitian dan pengembangan teknologi.

d. Pengelolaan kerja sama kemitraan penerapan hasil penelitian dan

pelayanan jassa teknologi surat kerja sama penggunaan sarana dan

(65)

e. Pengelolaan sistem informasi dan layanan informasi serta sosialisasi dan

dokumentasi hasil penelitian dan pengembangan teknologi.

f. Penanganan masalah hukum atas kekayaan intelektual, serta

pengembangan sistem mutu kelembagaan penelitian dan pengembangan

teknologi.

g. Pembinaan kelompok jabatan fungsional pusat.

h. Pengelolaan ketatausahaan, rumah tangga, administrasi keuangan, dan

kepegawaian pusat.

i. Evaluasi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi di

bidang minyak dan gas bumi.

B. Organisasi Kearsipan PPPTMGB “LEMIGAS”

Organisasi kearsipan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 052 tanggal 20 Oktober 2006 tentang

Pedoman Tata Persuratan Dinas dan Kearsipan Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral menyebutkan bahwa :

Organisasi kearsipan menunjukkan jenjang pengolahan, pengelolaan dan

penyelenggaraan kearsipan sehubungan dengan fungsi dan nilai guna arsip

(66)

1. Unit Kearsipan III yaitu unit pengolah, sebagai unit pencipta arsip pada

semua tingkat sub unit. Penyelenggaraan kegiatan kearsipan dan unit

pengolah meliputi :

a. Menciptakan, menyeleksi, mengelompokkan, menata, dan menyimpan

arsip aktif.

b. Menilai dan memindahkan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit

kearsipan II.

c. Membuat daftar arsip yang akan diserahkan ke unit kearsipan II.

2. Unit kearsipan II yaitu unit kearsipan pada tingkat unit penyelenggaraan

kegiatan kearsipan di unit kearsipan II meliputi :

a. Menyeleksi, mengelompokkan, menata atau menyimpan arsip inaktif.

b. Membudayakan atau menggunakan arsip aktif sebagai penunjang

pelaksanaan tugas sehari-ha

Gambar

GAMBARAN UMUM
Tabel 3.1 Rincian SDM..................................................................
Gambar 2.1  Life Cycle of Records.............................................................
Gambar 2.1  : Life Cycle of Records15
+7

Referensi

Dokumen terkait

SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI DAERAH KOTA

Masalah penelitian ini adalah Bagaimana sistem managemen kearsipan arsip dinamis inaktif pada bagian pengolahan dan akuisisi Kantor Arsip Daerah Kab.. Penelitian ini

Filing Sistem Kearsipan yang Digunakan Dalam Menyimpan Arsip Dinamis Inaktif di Bagian Pengolahan dan Akusisi Kantor Arsip Daerah

penyimpanan karena arsip dinamis inaktif yang tersedia banyak. Ruangan penyimpanan arsip perlu direnovasi karena

Peneliti melakukan pengamatan dalam hal tempat dan peralatan yang digunakan untuk menyimpan arsip dinamis aktif dan inaktif di kantor kecamatan tengaran.. Sebelumnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan arsip inaktif di Unit Kearsipan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penyusutan Arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah arsip dalam suatu sistem kearsipan nasional

Penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak memiliki