• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fraksinasi Antioksidan Daun Sirih (Piper betle Linn.) dengan Kromatografi Lapis Tipis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fraksinasi Antioksidan Daun Sirih (Piper betle Linn.) dengan Kromatografi Lapis Tipis"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

baiIc.

8/=[1

セ@ 」ZイVセ@ c:r6t1ah, i§Tukn
(2)

FRAKSINASI ANTIOKSIDAN DAUN SIRIH (Piper betle Linn.)

DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Oleh

LAlLY FAJARIAH

F 29.0322

1997

FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

dan Anton Apriyantono.

RINGKASAN

Penambahan antioksidan pada lemak dan minyak maupun baban pangan yang mengandung lemak dan minyak merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah oksidasi lemak. Selama ini antioksidan yang digunakan secara luas dalam industri pangan adalah antioksidan sintetik yang banyak menimbulkan kekhawatiran akan efek toksiknya. Oleh karena itu, pencarian antioksidan dari

sumber alami giat dilakukan karena dianggap lebih aman untuk dikonsumsi. Salah satu bahan alami yang telah diketahui mengandung antioksidan adalah daun sirih.

Tujuan dari penelitian ini adalab mempelajari fraksinasi dan identifikasi dengan kromatografi lapis tipis terhadap ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang

telah dihilangkan baunya dengan distilasi uap yang l11empunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi dari BHA.

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, antioksidan dalam daun sirih hijau (yang sebelumnya dilakukan penghilangan bau dengan distilasi uap) diekstraksi dengan pelarut etanol dengan perbandingan daun sirih kering beku : etanol = 1 : 13.5. Setelah pelarutnya dihilangkan, diperoleh ekstrak antioksidan berwarna hijau pekat kehitaman dengan rendemen sebesar 11.38 persen.

Pada tahap kedua, ekstrak antioksidan daun sirih yang diperoleh pada tahap pertama difraksinasi dengan kromatografi lapis tipis silika dengan pengembangan satu dimensi yang dilakukan bertahap. Pertal11a, ekstrak antioksidan daun sirih dipisahkan dengan pelarut kloroform : etanol : asam asetat (98:2:2). Pemisahan ini menghasilkan 19 fraksi terpisah. Nilai Rf fraksi tersebut dibandingkan dengan nilai Rf-l dari penelitian terdahulu oleh Susanto (1995) (Rf-l adalah nilai Rf fraksi hasil pengembangan dimensi pertama ekstrak antioksidan daun sirih hijau-distilasi uap dengan pelarut kloroform:etanol:asam asetat (98:2:2) yang l11empunyai aktivitas antioksidan tinggi) sehingga dipilih fraksi C, D, E, F, N, 0, P, Q, R dan S. Terhadap sepuluh fraksi tersebut dilakukan pengembangan satu dimensi yang kedua dengan pelarut heksan:dietil eter (3:7) dan diperoleh 60 fraksi yang terpisah. Dari hasil pel11bandingan nilai Rf fraksi yang diperoleh dengan Rf-2 dari Susanto (1995)

(4)

Analisis spektral dilakukan pada fraksi-fraksi yang dipilih untuk mengetahui

panjang gelombang dimana terjadi penyerapan yang maksimum, kemudian aktivitas anlioksidan dari masing-masing fraksi (pada konscntrasi yang sama) diuji dengan metode tiosianat. Diperoleh hasil bahwa fraksi nomor 25, 20, 24 dan 31

menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan BHA

(a=0.05), sedangkan fraksi nomor 14, 28, 11, 22, 23, 16, 19, 21 dan 1

mempunyai aktivitas antioksidan sama dengan BHA (a= 0.05).

(5)

DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SAIUANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada JUTUsan Teknologi Pangan dan Gizi

Faknltas Tekl101ogi Pertallial1

Institut Pertanian Bogor

Oleh

LAlLY FAJARIAH

F 29.0322

1997

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERT ANIAN BOGOR

(6)

FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN

FRAKSINASI ANTIOKSIDAN DAUN SIRIH (Piper betle Linn.)

DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

LAlLY FAJARIAH

F 29.0322

Dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1973

diBANTEN

T anggal Lulus: 6 Mei 1997

Dosen Pembimbing II

(7)

Dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan puji synkur ke hadirat

Allah swt yang telah melimpahkan kanmiaNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Sktipsi yang disnsun berdasarkan hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Saljalla Teknologi Peltaniall pada Jurusan Teknologi Pangan dan

Gizi, Faknltas Teknologi Pertanian, Institut Pertaniall Bogor.

Bersamaan dengan ini penulis ingin mengncapkan terimakasih kepada :

1. Ir. Nuri Andarwulan, MSi dan Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS selakn Dosen

Pembimbing I dan Dosen Pernbirnbing II yang telah banyak rnemberikan

bimbingan, arahan dan duknngan kepada penulis

2. Dr. Ir. Fransiska Zakaria, MSc selaku dosen yang telah berkenan rnenguji penulis

3. Marna dan adik-adik tercinta: Ferni, Iman dan Ihsan atas bantuan moral, do'a dan

restunya

4. Mas Joko, Mbak Nana, Mbak Yani, Mbak Yenny dan Bu Effi yang telah banyak

memberi rnasnkan selarna penelitian

5. Pupung, Agnes, Alit; N'tet, Dede dan Bu Een sebagai teman-teman sepeIjuangan

dalarn sirih

6. Teman-ternan TPG 29 terutarna Julia, Vinza, Winoto, Tinah, Anton, Esti dan

Mbak Odha yang telah memberikan bantuan dan dukwlgan selama penelitian

7. Mbak Antin, Mas Taufik, Mbak Sli, Tuti, Mbak Ari, Pak Dunmlg dan Mas Yahya

atas segala bantuan yang diberikan selarna penelitian

8. Ternan-ternan di wisrna Nurul Fithri dan Az-Zahra : Nining, Santi, Ana, Tuti, Har,

Atie, lin, M'Era, Ina, Irma, Reni dan lain-lain atas duktmgarwya

(8)

sempurna ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bogar, Mei 1997

Penulis

(9)

halaman

KATAPENGANTAR... i

DAFTAR lSI ... ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTARGAMBAR... Vi DAFT AR LAMPIRAN ... ... ... ... ... ... .... ... ... viii

I. PENDAHULUAN .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... .... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MEKANISME OKSIDASI LIPID 3 B. MEKANISME ANTIOKSIDASI ... ... ... ... ... ... ... 4

C. ANTIOKSIDAN ALAMI ... ... ... ... 7

D. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ANTIOKSIDAN ... ... 9

E. SIRIH (Piper betle Linn.) ... 10

lIl. BAHAN DAN METODE A. BAHANDANALAT ... 15

B. METODE PENELITIAN ... 16

I. Penelitian Tabap Pertama ... ... ... ... ... ... ... ... .... .... .... ... 16

2. Penelitian Tahap Kedua ... ... ... ... ... ... ... 17

3. Penelitian Tahap Ketiga ... 19

C. PENGAMATAN ... 20

1. Nilai Rf ... ... ... 20

2. Sifat Spektral ... ... ... ... ... .... ... ... ... ... 21

3. Aktivitas Antioksidan ...•.

<...

21
(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A EKSTRAK ANTIOKSIDAN ... 23

B. FRAKSINASI ANTIOKSIDAN ... 25

1. Nilai RfFraksi Antioksidan dari Ekstrak Antioksidan Dallll Sirih

セ。ョNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN@ 27

2. Aktivitas Antioksidan Fraksi-fraksi Antioksidan Dallll Sirih Hijau... 28

3. Sifat Spektral Fraksi-fi'aksi yang Potensial Sebagai Antioksidan ... 33

C. fDENTIFIKASI FRAKSI ANTIOKSIDAN DENGAN

PEWARNAAN KLT ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A KESIMPULAN ... 47

B. SARAN ... 48

DAFTAR PUS TAKA

LAMPIRAN

(11)

halaman

Tabell. Nilai Rffraksi dari ekstrak antioksidan dallll sirih hijau yang diisolasi dengan KL T (pengembangan awal) ... 26

Tabel2. Nilai Rffraksi dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T (pengembangan lanjut) ... 30

Tabel3. Nilai periode indnksi dan ᆪセォエッイ@ protektiffraksi dari ekstrak

alltioksidall darnl sirih hijau yang diisolasi dengan KLT ... ... 32

Tabel4. Panjang gelombang penyerapan maksimum dari fraksi-fraksi yang

potensial sebagai antioksidan .... ... ... ... .... ... 34

Tabel5. Basil identifikasi fraksi antioksidan dengan pewamaan KLT ... 43

(12)

halaman

Gambar 1. Mekanisme reaksi autooksidasi lemak ... 3

Gambar 2. Mekanisme reaksi antioksidasi ... 5

Gambar 3. Kromatogram KL T fraksi ekstrak antioksidan daun sirih hijau

yang diperoleh dari pengembangan satu dimensi yang pertama 26 dengan pelamt k1oroform:etanol:asam asetat (98:2:2) ... .

Gambar 4. Kromatogram KLT fraksi ekstrak antioksidan daun sirih hijau

yang diperoleh dari pengembangan satu dimensi yang kedua 29 dengan pelamt heksan:dietil eter (3:7) ... .

Gambar 5. Histogram faktor protektif masing-masing fraksi antioksidan ... 31

Gambar 6. Spektrum absorbsi fraksi nomor 1 dari ekstrak antioksidan daUll

sirih hijau yang diisolasi dengan KLT ... 36

Gambar 7. Spektrum absorbsi fraksi nomor 11 dari ekstrak antioksidan daUll

sirih hijau yang diisolasi dengan KLT ... ... 36

Gambar 8. Spektmm absorbsi fraksi nomor 14 dari ekstrak antioksidan daun

sirib hijau yang diisolasi dengan KL T ... 37

Gambar 9. Spektrum absorbsi fi'aksi nomor 16 dari ekstrak antioksidan daUll

sirih hijau yang diisolasi dengan KL T ... ... ... 37

Gambar 10. Spektrum absorbsi fraksi nomor 19 dad ekstrak antioksidan daun

sirih hijau yang diisolasi dengan KLT ... 38

Gambar 11. Spektrum absorbsi fraksi nomor 20 dari ekstrak antioksidan daun

sirih hijan yang diisolasi dengan KLT ... 38

Gambar 12. Spektmm absorbsi fraksi nomor 21 dari ekstrak antioksidan daun

sirih hijau yang diisolasi dengan KL T ... 39

Gambar 13. Spektmm absorbsi fraksi nomor 22 dari ekstrak antioksidan daun

sirih hijau yang diisolasi dengan KL T ... ,... 39

(13)

Gambar 15. Spektrum ab sorb si fraksi nomor 24 dari. ekstrak antioksidan daUll

sirih hijan yang diisolasi dengan KLT ... 40

Gambar 16. Spektrnm absorbsi fraksi nomor 25 dal1 ekstrak antioksidan daUll sirih hijau yang diisolasi dengan KL T .... ... ... ... ... .... ... ... 41

Gambar 17. Spektrum absorbsi fraksi Ilomor 28 dari ekstrak antioksidan daUll sirih hijau yang diisolasi dengan KL T ... 41

Gambar 18. Spektrnm absorbsi fraksi nomor 31 dari ekstrak antioksidan daull sirih hijau yang diisolasi dengan KLT ... 42

[image:13.600.217.515.69.786.2]
(14)

halaman

Lampiran 1. Rekapitulasi data kadar air daun sirih h.ijau kering beku dan

rendemen ekstrak antioksidan ... 56

Lampiran 2. Rekapitulasi nilai Rf fraksi yang terpisah dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau (pengembangan awa! dengan pelamt kloroform : 56 etanol: asam asetat = 98: 2 : 2) ... ..

Lampiran 3. Kromatogram KLT fraksi yang terpisah dari ekstrak antioksidan daun shih hijau-destilasi uap (Susanto, 1995) ... 57

Lampiran 4. Nilai RfJ dan Rf2 fraksi yang terpisah dari ekstrak antioksidan daun shih hijau-destilasi uap yang tidak berbeda nyata dengan

BHA pada tarafnyata a = 0.05 (Susanto, 1995) ... 58

Lampiran 5. Rekapitulasi nilai periode induksi dan faktor protektif fraksi antioksidan dari ekstrak antioksidan dam) smh hijau yang diisolasi dengan KLT ... 59

Lampiran 6. Analisis ragam faktor protektifpada fraksi antioksidan dari

ekstrak antioksidan dallll smh hijan yang diisolasi dengan KL T .... 60

Lampiran 7. Uji wilayah berganda Duncan pada fraksi antioksidan dari ekstrak antioksidan daun smh hijau yang diisolasi dengan KLT ... 61

Lampiran 8. Berat residu fraksi antioksidan dari ekstrak antioksidan dallll sirih hijau yang dipisalJkan dengan KLT pada pengembangan lanjut 62 dengan pelamt heksan:dietil etef (3:7) yang diduga mempunyai

kt· 't ti' k'd t' .

a IVI as an 0 Sl an mggl ... .

Lampiran 9. Nilai periode induksi, faktof protektif, dan persamaan regresi linier dari fraksi antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T (ulangan 1) ... 63

Lampiran 10. Nilai periode induksi, faktor protektif, dan persamaan regresi linier dari fraksi al1tioksidal1 dallll smh hijau yang diisolasi del1gan KL T (ulangan 2) ... 64

Lampiran 11. Panjang gelombal1g penyerapan inaksimum klorofil dan

turunannya (Canjura et aI., 1991) ... 65

(15)

Cara yang paling banyak digunakan untuk mencegah oksidasi lemak adalah

dengan penambahan antioksidan. Berdasarkan sumbernya antioksidan digolongkan

menjadi dua kelompok yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan

sintetik sangat efektif dalam menghambat reaksi oksidasi lemak, namun banyak

menimbulkan kekhawatiran akan efek negatif dari pemakaian antioksidan tersebut.

Seiring dengan itu penggunaan antioksidan alami makin ditingkatkan dengan anggapan

lebih aman karena diperoleh dari bahan-bahan alami. Sumber -sumber alami yang telah

diketahui mengandung antioksidan diantaranya rempah-rempah seperti jinten, lada,

kunyit dan jahe serta herba seperti daun I'Osemwy.

Andarwulan (1995) telah menyelidiki karakteristik antioksidan alami dari daun

sirih, terutama pemisahan komponen oleoresin dengan kromatografi lapis tipis. Salah

satu hasilnya adalah bahwa daun sirih yang terlebih dahulu dihilangkan baunya dengan

ekstraksi soxhlet dan kemudian residunya diekstrak dengan etanol menunjukkan

aktivitas antioksidan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan pelarut

metanol langsung terhadap daunnya.

Susanto (J 995) telah melakukan isolasi antioksidan alami daun sirih dengan

kromatografi lapis tipis silika. Dari beberapa perlakuan yang berbeda yaitu bahan

(daun sirih kuning kering beku dan daun sirih hijau kering beku) dan cara penghilangan

bau (distilasi uap dan ekstraksi soxhlet), ternyata daun sirih hijau kering beku-distilasi

uap menghasilkan rendemen ekstrak antioksidan tertinggi (9.75 persen setelah

pelarutnya dihilangkan), total fenollebih tinggi dibandingkan dengan cara soxhlet, dan

mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi dengan faktor protektif 13.09 (faktor

(16)

antioksidan daun sirih dilakukan pula dengan kromatografi kolom silika menggunakan

metanol dan heksan sebagai eluen. Ternyata bau daun sirih pada fraksi polar dan

nonpolar tidak ada lagi kecuali pada fraksi polar daun sirih hijau yang didestilasi uap.

Total fenol fraksi nonpolar jauh lebih sedikit dibandingkan pada fraksi polar.

Disimpulkan oleh peneliti tersebut bahwa fraksi nonpolar dari ekstrak antioksidan daun

sirih sangat miskin akan antioksidan fenolik, sebaliknya pada fraksi polar kandungan

antioksidan fenolik relatif banyak.

Selanjutnya oleh Susanto (1995) ekstrak antioksidan yang mempunyai aktivitas

tertinggi yaitu ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang telah didistilasi uap dipisahkan

dengan kromatografi lapis tipis silika dua dimensi. Dari pemisahan tersebut diperoleh

57 fraksi yang terpisah. Pengukuran aktivitas antioksidan masing-masing fraksi

menunjukkan adanya 6 fraksi yang tidak berbeda nyata dengan BHA (a= 0.05). Dari

analisis sifat spektral diketahui bahwa hampir semua fraksi yang potensial sebagai

antioksidan menyerap pada daerah panjang gelombang sinar ultraviolet dan sinar

tampak, atau dengan kata lain fraksi-fraksi tersebut mengandung komponen berwarna.

Data-data mengenai antioksidan daun sirih diatas diperoleh secara kualitatif,

sehingga belum bisa diketahui efektivitas antioksidan dari masing-masing fraksi dan

apakah aktivitas antioksidan tersebut sebanding dengan jumlahnya. Penelitian lebih

lanjut perlu dilakukan terutama mengenai fraksinasi antioksidan daun sirih yang

mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, aplikasinya pada produk pangan serta uji

keamanannya.

Penelitian ini bertujuan mempelajari fraksinasi ekstrak etanol antioksidan daun

sirih hijau yang telah dihilangkan baunya dengan distilasi uap dan identifikasi dengan

(17)

A. MEKANISME OKSIDASI LIPID

Oksidasi pada lipid sering disebut dengan autooksidasi karena reaksi

dapat terjadi walaupun tanpa adanya zat pengoksidasi. Oksidasi berlangsung

melalui mekanisme reaksi berantai radikal bebas (Dugan, 1985).

Reaksi autooksidasi terbagi menjadi tiga tahap yaitu inisiasi, propagasi

dan terminasi (Gordon, 1990). Pada inisiasi terjadi pembentukan radikal-radikal

bebas akibat reaksi antara inisiator I (logam Cu, Fe, Co dan Mn) dengan asam

lemak (RH) dan reaksi asam lemak dengan oksigen singlet CO,). Pada tahap

propagasi reaksi berantai radikal bebas berlangsung dengan cepat menghasilkan

radikal peroksil (ROO-), hidroperoksida (ROO H), radikal asam lemak (R -) dan

radikal alkoksil (RO-) (Dugan, 1985). Selanjutnya radikal-radikal yang

terbentuk akan bereaksi kembali dengan molekul oksigen yang baru sampai tidak

ada lagi radikal yang dapat bereaksi. Tahap terminasi atau tahap akhir oksidasi

ditandai dengan terbentuknya produk-produk nonradikal seperti aldehida, keton,

alkohol dan asam-asam dengan karakteristik dan citarasa tengik (Winarno, 1984).

Mekanisme reaksi autooksidasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Inisiasi

Propagasi

Terminasi

1+ RH

ROOH ROOH

- R. + 1H

- ROO. + H.

- RO. + .OH

2 ROOH - RO. + H,O + ROO.

R.

+

0,

-

ROO.

ROO. + RH - R. + ROOH

ROO. + ROO. - ROOR + 0,.

[image:17.602.154.449.550.679.2]

R. + RO. - ROOR

(18)

B. MEKANlSME ANTlOKSIDASI

Kochhar et al. (1992) menggolongkan antioksidan berdasarkan mekanisme

kerjanya menjadi lima macam yaitu :

1) Antioksidan primer, yaitu antioksidan yang dapat memecah rantai mekanisme

oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal-radikal lemak dan mengubahnya

menjadi produk yang lebih stabil. Beberapa contoh antioksidan primer adalah

butylated hydroxyanisol (BHA), butylated hydroxy toluene (BHT) dan

tokoferol.

2) Penangkap oksigen (oxygen scavenger), yaitu senyawa yang dapat bereaksi

dengan oksigen dan melepaskannya. Termasuk kelompok ini adalah asam

askorbat (vitamin C), asam erithorbat (D-isomer asam askorbat) dan garam

sodiumnya.

3) Antioksidan sekunder, yaitu antioksidan yang bekerja dengan cara bereaksi

dengan hidroperoksida lemak dan merubahnya menjadi produk yang lebih

stabil. Contoh antioksidan sekunder adalah dilauril tiopropionat.

4) Antioksidan berupa enzim, sebagai contoh glukosa oksidase, katalase dan

glutation peroxidase yang berfungsi memindahkan oksigen yang ada didalam

ataupun dipermukaan bahan pangan. Contoh lainnya adalah superoksida

dismutase yang berfungsi mengeillarkan zat yang bersifat oksidatif tinggi dari

bahan pangan.

5) Senyawa pengkelat atau sekllestran, yaitll antioksidan yang bekerja dengan

cara mengikat ion logam (seperti tembaga dan besi) yang dapat meningkatkan

reaksi oksidasi lemak secara katalitik. Senyawa yang termasuk dalam

(19)

Dugan (1985) menerangkan bahwa suatu molekul antioksidan (AH) akan

menghambat autooksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal-radikal bebas yang

terbentuk seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

R. + AR RO. + AH ROO. + AR R. + A. RO. + A.

RH + A. ROH + A. ROOIi + A. RA

ROA

Gambar 2. Mekanisme reaksi antioksidasi (Dugan, 1985)

Lebih lanjut Dugan (1985) menyatakan bahwa sifat fungsional antioksidan

sangat beragam. Beberapa jenis antioksidan akan meningkat sifat protektifnya

sejalan dengan peningkatan konsentrasi, sebaliknya adapula yang mempunyai

tingkat konsentrasi tertentu dimana bila melebihi batas tersebut fungsinya akan

berubah menjadi prooksidan. Dengan demikian dibutuhkan suatu keseimbangan

antara jumlah antioksidan yang memberikan stabilitas lemak maksimum dengan

yang akan bereaksi untuk menghasilkan oksidasi yang intensif (Dugan, 1985).

Ranney (1979) mengklasifikasikan antioksidan menjadi 3 kelompok yaitu

antioksidan yang mempunyai gugus fenolik dan amina aromatik, antioksidan yang

mengandung atom sulfur, dan antioksidan yang dapat menginaktivasi logam.

Antioksidan yang paling umum digunakan adalah komponen fenolik tersubstitusi

seperti butylated hydroxyanisole (BRA), butylated hydroxy toluene (BRT) dan

tokoferol (vitamin E).

Menurut Wong (1989) antioksidan fenolik menghambat autooksidasi

lemak dengan cara menangkap radikal-radikal peroksi melalui dua tipe reaksi.

i

[image:19.599.139.382.175.288.2]
(20)

Antioksidan bekerja dengan mcmindahkan atom H kepada radikal peroksil seperti

lampak pada skema berikul

,

looHi vo.

',(0, I I • •

セi@ '-'::

I

ii

-.

"h

l

radikal aryloxy

Produk yang terbentuk yaitu radikal aryloxy dari anti ok sid an dapat

bereaksi lebih lanjut dengan radikal peroksil yang lain melalui penggabungan

radikal-radikal untuk menghasilkan suatu produk peroksida yaitu peroxydienone

menurut skema berikut :

lOO·

penJxJ'dien()ne

h.

-,-o

"V"·

" o·

lO·

Radikal-radikal myloxy bersifat stabil karen a beresonansi dan relatif tidak

bereaksi dengan hidroperoksida lemak maupun oksigen sehingga tidak akan

menyebabkan inisiasi dan propagasi pada rcaksi oksidasi, seperti tampak skema

berikut:

• "H

.* ..

".

(21)

C. ANTIOKSIDAN ALAMI

Penambahan antioksidan pada lemak dan minyak maupun bahan pangan

yang mengandung lemak dan minyak merupakan cara yang paling efektif untuk

mencegah oksidasi lemak. Berdasarkan sumbernya antioksidan terbagi dua yaitu

antioksidan alami dan antioksidan sintetik.

Selama ini antioksidan yang paling luas digunakan di dunia industri adalah

antioksidan sintetik seperti BHA dan BHT. Namun penggunaannya semakin

dikhawatirkan oleh konsumen karena beberapa penelitian membuktikan adanya

efek toksik dan karsinogenik terhadap tubuh manusia (Branen (1975) seperti

dikutip oleh Osawa et aI., 1992). Akhir-akhir ini perhatian terhadap antioksidan

alami semakin meningkat karena dianggap lebih baik dari antioksidan sintetik,

khususnya bila ditinjau dari segi keamanan pangan. Antioksidan alami yang mulai

digunakan di industri adalah tokoferol, akan tetapi efektivitasnya lebih rendah

daripada BHA dan BHT sehingga biaya produksi menjadi lebih mahal (Osawa dan

Namiki,1981).

Antioksidan alami dari bahan pangan dapat dibagi menjadi tiga kelompok

yaitu antioksidan yang secara endogen terdapat dalam satu atau lebih komponen

pangan, antioksidan yang terbentuk akibat reaksi selama pengolahan dan

antioksidan yang diisolasi dari sumber alami (Pratt, 1992).

Menurut Dugan (1985) dan Larson (1988) komponen antioksidan yang

terdapat di alam pada umumnya adalah asam amino, asam askorbat, karotenoid,

asam sinamat, komponen fenolik, flavonoid, melanoidin, asam organik tertentu,

(22)

penelitian mengenai antioksidan alami lebih dititikberatkan pada masalah isolasi,

identifikasi, uji aktivitas pada lemak dan minyak serta llji keamanannya.

Weng dan Gordon (1992) melaporkan hasil isolasi antioksidan yang

terdapat dalam tanaman Tanshen yang diidentifikasi sebagai rosmariquinone,

dehydrorosmariqllinone, miltirone I, tanshinone IIA, cryptotanshinone dan

dihydrotanshinone. Haraguchi et al. (1992) menemukan komponen antioksidan

dari daun Polygonum hydropiper yaitu quercetin, 7,4'-dimetylquercetin,

3'-metylquercetin dan isoquercilrin. Antioksidan alami dalam dalln rosemary

diidentifikasi oleh Nakatani dan Inatani (1981) serta Schwarz dan Ternes (1992)

sebagai karnosol, rosmanol dan rosmadifenol, ketiganya merupakan senyawa fenol

diterpen.

Senyawa antioksidan telah berhasil diisolasi dari daun Eucalyptus dan

diidentifikasi sebagai n-tritriacontan-J6-J8-dione oleh Osawa dan Namiki (1981).

Cahyana et al. (1992) menunjukkan bahwa pyropheophytin a yang terkandung

didalam alga laut Arame (Eisenia bicyclis) mempunyai aktivitas antioksidan yang

lebih tinggi daripada tokoferol.

Nakatani et al. (1986) menemukan komponen antioksidan tanaman

sirih-sirihan (Piper spp.) sebagai piperine, N-tral/.\·:feruloyl-tyramine,

diacetyl-N-trans-Jeruloyl-tyramine, trimethyl-N-trans-cafferoyl-tyramine, Jeruperine, coumaperin,

acetyl-coumaperin, N-5-2F:-pentenoyl-piperidine, piperic acid,

N-isobutyl-2E,4E,8Z-eicosatrienamide, sitosterol dan cubebin.

Eugenol merupakan komponen terbanyak dalam daun Jambosa

caryophillus yang menunjukkan aktivitas antioksidan saat ditambahkan pada

minyak kedele (Hsu, 1981). Pratt (1964) menyatakan bahwa quercetin yang

(23)

D. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ANTIOKSIDAN

Dewasa ini kromatografi merupakan metode pemisahan yang paling

banyak digunakan untuk tujuan kualitatif, kuantitatif dan preparatif Pemisahan

dengan kromatografi dilakukan dengan memodifikasi langsung beberapa sifat

umum molekul seperti kelarutan, adsorptibilitas dan volatilitas (Gritter et aI.,

1991)

Keuntungan penggunaan kromatografi antara lain waktunya singkat,

cukup efektif dan dapat melakukan pemisahan yang tidak mungkin dilakukan

dengan metode lain (Nur et aI., 1987). Disamping itu pengoperasiannya mudah

dan scdcrhana, scrta hanya mcmbutuhkan cuplikan yang sedikit.

Menurut Gritter et al. (1991) beberapa metode kromatografi yang banyak

digunakan adalah Kromatografi Lapis Tipis (KL T), Kromatografi Kolom (KK),

Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) dan Kromatografi Gas (KG).

Kromatografi Lapis Tipis (KL T) pertama kali diperkenalkan oleh Stahl

pada tahun 1956 dengan cara menambahkan 2-5% perekat Paris (CaS04) kedalam

silika gel dan kemudian merekatkan silika gel tersebut pada suatu plat gelas

(Pomeranz dan Meloan, 1980).

Pomeranz dan Meloan (1994) menyatakan beberapa keuntungan KLT

antara lain cepat digunakan, peralatan sederhana dan mudah disiapkan, tidak

memerlukan keahlian khusus dan banyak parameter percobaan yang mudah

divariasikan untuk mendapatkan efek-efek pemisahan.

Prinsip-prinsip KL T yang utama adalah adsorben, pengembangan dan

deteksi (Heftman, 1976). Sedangkan menurut Ault (1976) teknik-teknik KLT

(24)

(1982) menyatakan bahwa silika gel adalah adsorben yang paling umum

digunakan untuk berbagai tujuan dan biasanya mengandung kalsium sulfat yang

berfungsi sebagai pengikat untuk meningkatkan daya adhesi lapisan pada plat.

Pengembangan dilakukan dalam suatu bejana yang telah dijenuhkan

dengan pelarut dan kejenuhan dipertahankan selama pengembangan. Larutan

pengembang dapat berupa satu atau lebih campuran pelarut yang ditentukan lewat

percobaan (Ault, 1976).

Tahap selanjutnya setelah pengembangan adalah deteksi atau visualisasi.

Menurut Ault (1976) jika senyawa yang terdapat didalam sampel sudah berwarna

maka dapat diamati secara langsung, tetapi jika tidak berwarna maka pengamatan

dapat dilakukan menggunakan sinar ultraviolet, uap iodium atau penyemprotan

dengan pereaksi khusus yang bereaksi akan dengan komponen dalam sampel.

E. SIRIH (Piper betle, Linn.)

Sirih termasuk divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas

Dicotyledonae, ordo Diperales, famili Diperaceae, genus Piper dan spesies Piper

hetle Linn. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Penyebaran tanaman sirih sangat

luas, dapat tumbuh baik di daerah tropis dan banyak dijumpai di pantai timur

Afrika, sekitar pulau Zanzibar, tepi Sungai Indus ke timur menelusuri Sungai Yan

Tze Kiang, Kepulauan Bonim, Malaysia, Indonesia dan Asia Tenggara lainnya

(Anonim, 1980).

Lebih lanjut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) menyatakan bahwa sirih

termasuk tumbuhan perdu yang merambat. Batangnya berkayu, bulat,

(25)

tunggal, pangkal berbentuk jantung, uJllng merunclOg, tepi rata, bertangkai,

permukaan halus, pertulangan menyirip, hijau dan hijau tua. Bunga sirih

berbentuk bulir majemuk yang terdiri atas bulir jantan dan bulir betina. Buah sirih

berbentuk bulat dengan warna hijau keabu-abllan.

Masyarakat Indonesia pada umumnya menggunakan daun sirih sebagai

obat tradisional selain sebagai makanan kegemaran. Sebagai obat, seduhan daun

sirih digunakan untuk menghentikan pendarahan gusi, menghilangkan bau mulut,

mengobati sariawan, mencegah bau badan, menciutkan pembuluh darah serta

sebagai obat batuk (Hernani dan Yuliani, 1991). Dharma (1985) menyebutkan

bahwa air rendaman daun sirih dapat digunakan untuk mencuci mata sedangkan

daun sirih yang masih segar berguna untuk menghentikan pendarahan hidung atau

mlmlsan.

Sebagai makanan kegemaran, sejak jaman dahulu sirih digunakan dalam

jamuan kehormatan bagi tamu-tamu raja. Biasanya daun sirih dimakan bersama

kapur sirih (CaC03), gambir dan pinang (Koesmiati, 1966).

Sirih juga banyak dimanfaatkan di dunia industri untuk berbagai keperluan.

Minyak atsiri daun sirih yang diperoleh dengan destilasi uap digunakan sebagai

flavoring agent dalam formula pasta gigi selain sebagai antiseptika (Sundari et aI.,

1991). Penelitian Huang et al. (1981) yang dikutip oleh Houlihan dan Ho (1985)

menyebutkan bahwa oleoresin daun sirih yang diekstrak dengan metanol dan

heksan menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada BHT saat

ditambahkan kedalam lemak babi pad a konsentrasi 0.06 persen.

Di dalam 100 gram daun sirih segar terkandung komposisi sebagai berikut:

kadar air 84.5 mg, protein 3.1 mg, lemak 0.8 mg, karbohidrat 6.1 mg, serat 2.3

(26)

mg, karoten (dalam bentuk vitamin A) 9600 IU, vitamin C 5 mg, tiamin 70 llg dan

iodium 3.4 llg. Terkandung juga 0.26-0.42 mg kalium nitrat yang jumlahnya

berlainan tergantung posisi daun pada tanaman (Hidayat, 1968).

Daun sirih mengandung 0.7-2.6 persen minyak atsiri yang 60-80 persennya

terdiri dari fenilpropana (alilbrenkatekin): o-hidroksikavikol, kavikol, kavibetol,

eugenol, metil eugenol, karvacrol, sineol, p-simol, estragol, terpinen dan

seskuiterpen. Disamping itujuga terkandung 0.8 - 1.8 persen komponen lain yang

terdiri dari enzim diastase, tanin, gula dan amilum (Quenther (1949) seperti

dikutip oleh Prayogo, 1991).

Dalam bunga sirih, Hwang et a!. (1992) mengidentifikasi senyawa fenol

yang terkandung didalamnya yang berfungsi sebagai .flavouring agent sebagai

hydroxychavicol, eugenol, isoeugenol, quercetin, eugenol metyl ester dan safrole.

Andarwulan (1995) telah menyelidiki karakteristik antioksidan daun sirih,

terutama pemisahan komponen dalam oleoresin daun sirih dengan kromatografi

lapis tipis. Peneliti tersebut menemukan bahwa ekstrak oleoresin daun sirih

kuning mempunyai aktivitas antioksidan, dimana daun sirih yang diekstrak dengan

heksan kemudian dengan etanol menunjukkan aktivitas antioksidan relatif lebih

tinggi dibandingkan dengan BHA dan daun sirih yang diekstrak metanol serta

daun sirih yang diekstrak dengan heksan kemudian dengan metano!'

Pada tahun 1995 juga Andarwulan et al. melaporkan bahwa antioksidan

daun sirih yang diekstrak dengan pelarut etanol memberikan efek antioksidan

dalam sistem emulsi asam linoleat-etanol yang disimpan pada suhu 37°C. Dari

beberapa perlakuan yang berbeda yaitu jenis daun (hijau dan kuning), bentuk daun

(segar dan kering beku) serta cara penghilangan bau (distilasi uap dan soxhlet)

(27)

beku-distilasi uap mempunyai rendemen ekstrak antioksidan tertinggi (7.75 persen) dan

aktivitas antioksidan tertinggi (faktor protektif9.83 dibanding BHA dengan faktor

protektif 3.75). Kesimpulan ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

Susanto (1995) yang menunjukkan bahwa ekstrak antioksidan daun sirih hijau

kering beku-distilasi uap menghasilkan rendemen antioksidan tertinggi (9.75

persen), total fenol lebih tinggi dibandingkan apabila penghilangan bau dilakukan

dengan ekstraksi soxhlet, dan mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi dengan

faktor protektif 13.09 (faktor protektifBHA sckitar 5.32).

Selanjutnya, Andarwulan et al. (1995) melakukan uji kestabilan ekstrak

antioksidan daun sirih hijau kering beku-distilasi uap dengan konsentrasi 50, 100

dan 200 ppm pada emulsi minyak kedele kasar dan minyak kedele mumi. Dari

pengujian aktivitas antioksidan dengan metode tiosianat diketahui bahwa aktivitas

antioksidan tertinggi ditemukan pada minyak kedele mumi yang diberi 200 ppm

ekstrak antioksidan, sedangkan yang terendah adalah pada minyak kedele mumi

.yang ditambahkan ekstrak antioksidan sebanyak 50 ppm. Efek interaksi dengan

asam sitrat telah diuji oleh para peneliti tersebut, dimana ekstrak antioksidan

dengan konsentrasi 50, 100 dan 200 ppm memberikan efek interaksi negatif

dengan 0.01,0.02 dan 0.04 persen asam sitrat.

Dwiyanti (1996) melakukan uji ketahanan panas ekstrak antioksidan daun

sirih hijau dan menyimpulkan bahwa ekstrak antioksidan daun sirih hijau dalam

medium oksidasi minyak kedele murni mengalami penurunan aktivitas antioksidan

yang tajam setelah dipanaskan pada suhu tinggi (160, 180 dan 200°C) dengan

lama pemanasan 30, 60, 90 dan 120 menit. Aktivitas antioksidan daun sirih

setelah dipanaskan 160°C selama 30, 60, 90 dan 120 menit mempunyai faktor

(28)

antioksidan terjadi pada pemanasan 180 dan 200°C selama 30, 60, 90 dan 120

menit ditandai dengan faktor protektifyang kurang dari satu.

Uji keamanan antioksidan daun sirih dosis tinggi secara in vivo dan in vitro

dilakukan oleh Harahap (1996) dengan menggunakan tikus putih jenis Wistar. Ia

menyimpulkan bahwa pertumbuhan berat badan rata-rata kelompok tikus yang

diberi ekstrak antioksidan sebanyak 200 ppm (0.185 g/kg lemak) tidak berbeda

nyata dengan kelompok tikus kontrol, tetapi berbeda nyata dengan kelompok

tikus lain yang diberi perlakuan ekstrak antioksidan 500 ppm (0.478 g/kg lemak),

1000 ppm (0.970 g/kg lemak), 1500 ppm (1.435 g/kg lemak) dan 2000 ppm

(1.872 g/kg lemak). Pemberian ekstrak antioksidan daun sirih tidak berpengaruh

nyata terhadap berat organ tikus yaitu hati, ginjal dan pankreas walaupun terjadi

kerontokan rambut mulai minggu ke-7 perlakuan. Total sel limfosit dan sel

limfosit hidup pada tikus yang diberi ekstrak antioksidan berbeda sangat nyata

dengan tikus kontrol. Selanjutnya peneliti tersebut menyatakan bahwa secara in

vivo ekstrak antioksidan daun sirih pada konsentrasi yang diteliti bersifat

prooksidan, sedangkan secara in vitro penambahan ekstrak antioksidan daun sirih

kedalam kultur sel cenderung melindungi sel dari kematian dan memacu

(29)

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan baku pada penelitian ini adalah daun sirih hijau segar yang diperoleh

dari daerah Brebes, Jawa Tengah. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol

absolut pro analysis dari Merck, asam asetat kemurnian 99.5% dari Kanto Chern

Co., kloroform ACS Reagent dari J. T. Baker, heksan ACS Reagent dari 1. T.

Baker, dietil eter pro analysis dari Merck, gas N2, feroklorida tetrahidrat dari

Merck (kemurnian minimal 99.0%), feriklorida anhydrous GPR dari Merck,

amonium tiosianat pro analysis dari Merck, asam linoleat kemurnian 88.0% dari

Wako Pure Chern., asam klorida 37% dari Merck, kaliumferisianida AnalaR dari

Merck, perak nitrat AnalaR dari Merck, ammonia 25% pro analysis dari Merck,

sodium karbonat anhydrous dari Merck, iodin kristal AnalaR dari Merck, anilin

GR dari Merck (kemurnian minimal 99.5%), p-anisidin grade 111 dari Sigma

Chern. Co., metanol pro analysis dari Merck, I-butanol dari Kanto Chern. Co.

(kemurnian minimal 96% v/v) dan sodium hidrosulfit anhydrous dari Kanto

Chem. Co.

A1at-alat yang digunakan yaitu alat distilasi uap, shaker, blender, penangas

aIr, pengering beku (freeze drier), alat penyaring vakum, rotavapor, peralatan

kromatografi lapis tip is, inkubator 37°C, oven, lampu ultraviolet, mikropipet,

(30)

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama meliputi

persiapan sampel, penghilangan bau dan ekstraksi antioksidan dari daun sirih.

Tahap kedua dilakukan pemisahan fraksi antioksidan dengan kromatografi lapis

tipis, analisis spektrum dan uji aktivitas antioksidan. Pada tahap ketiga

fraksi-fraksi hasil pemisahan yang mempunyai aktivitas lebih tinggi dengan BHA

(a=0.05) diidentifikasi dengan reaksi pewamaan.

1. Penelitian Tahap Pertama

a. Persiapan sampel

Daun sirih hij au segar setelah panen disortasi, dibersihkan, dicuci

dan ditiriskan. Kemudian dikeringbekukan, digiling, dan diayak dengan

saringan 40 mesh. Selanjutnya sampel disimpan diJreezer (suhu -30°C).

b. Penghilangan bau daun sirih

Terhadap 40 gram tepung daun sirih dilakukan distilasi uap selama

3-4 jam sehingga diperoleh tepung daun sirih yang bebas bau, kemudian

dikeringbekukan.

c. Ekstraksi dengan pelarut

Ekstraksi pelarut dilakukan dengan metode Hammerschmidt dan

Pratt (1978) dengan sedikit modifikasi pada waktu ekstraksi dan pelarut.

(31)

menggunakan shaker selama 3 jam. Kemudian ditambahkan 70 ml etanol

dan dipanaskan dalam penangas air bersuhu 70'C selama satu jam.

Hasilnya disaring dengan penyaring vakum menggunakan kertas saring

whatman 42. Selanjutnya residu yang diperoleh dicuci dengan 100 ml

etanol panas, kedua filtrat dicampur, kemudian pelarutnya diuapkan

menggunakan rotavapor dengan suhu 40°C dan reduced pressure (13.5

kgf/cm') sampai diperoleh pekatan ekstrak antioksidan daun sirih hijau.

Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang.

2. Penelitian Tahap Kedua

a. Fraksinasi ekstrak antioksidan daun sirih

Pemisahan antioksidan dalam ekstrak daun sirih dilakukan dengan

plat kromatografi lapis tipis silika F254 menggunakan pelarut campuran

kloroform:heksana:asam asetat (98:2:2). Fraksi yang diperoleh dilihat

dibawah sinar lampu ultraviolet (panjang gelombang 254-366 11111). Dari

pembandingan nilai Rf fraksi tersebut dengan hasil pemisahan yang telah

dilakukan oleh Susanto (1995) dipilih beberapa fraksi yang akan

dipisabkan lebih lanjut. Fraksi-fraksi tersebut dikerok lalu dilarutkan

dalam 2 ml etanol, dikocok dengan vorteks dan disentrifusi untuk

pemurnian dari komponen penyusun plat KLT.

Fraksi -fraksi dari pengembangan pertama diatas dipisahkan lebih

lanjut dengan plat KLT yang sama dengan pelarut heksan:dietileter (3:7).

Nilai Rf fraksi-fraksi yang diperoleh dibandingkan lagi dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Susanto (1995) untuk memperoleh

(32)

dugaan tersebut kemudian dikerok dan dilarutkan dengan 2 ml etanol,

dikocok dengan vorteks dan disentrifusi untuk pemurnian dari komponen

penyusun plat KLT. Masing-masing fraksi tersebut dianalisis sifat

spektralnya pada kisaran panjang gelombang 200 - 800 nm. Pelarut etanol

yang tersisa dihilangkan dengan hembusan gas nitrogen hingga terbentuk

residu. Residu yang diperoleh kemudian ditimbang.

b. Aktivitas antioksidan fraksi ekstrak antioksidan daun sirih

Residu fraksi antioksidan yang diperoleh dari tahap fraksinasi

tersebut diatas kemudian dilarutkan dengan etanol sehingga konsentrasinya

sarna. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode

tioksianat menurut Chen et al. (1996) dengan sedikit modifikasi pada suhu

inkubasi. Sebanyak 200 ppm fraksi antioksidan ditambah 1.0 ml buffer

fosfat 0.1 MpH 7, 1.0 ml asanl linoleat 50 mM dalam etanol 99.5%, dan

0.5 ml akuades. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37"C. Pada hari

ke-I, 2, 4, 5, 6, 9, 11 dan 13 diambil contoh sebanyak 50 III untuk diuji

dengan penambahan 2.35 ml etanol 75%, 50 III amonium tiosianat 30%,

dan 50 III feroklorida 20 mM dalam HCl 3.5%. Setelah tiga menit

dilakukan pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 500 11m. Nilai absorbansi dinyatakan sebagai bilangan

peroksida.

Fraksi-fraksi yang mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi

(33)

3. Penelitian Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga dilakukan identifikasi fraksi yang mempunyaJ

aktivitas antioksidan lebih tinggi dari BHA dengan metode pewarnaan. Fraksi

diaplikasikan pada KLT dengan pelarut heksana:dietileter (3:7). Kromatogram

fraksi tersebut kemudian direaksikan dengan pereaksi pewarna menurut met ode

Duve dan White (1991).

1) Pereaksi 1

Kromatogram disemprot dengan larutan I % kalium ferisianida dalam air

dan 1% larutan feriklorida dalam air. Warna biru menunjukan adanya

komponen fenolik.

2) Pereaksi 2

Kromatogram disemprot dengan larutan 2% feriklorida dalam etano!.

Perubahan warna menjadi biru menunjukan adanya trihidroksifenolik, hijau

adalah dihidroksifenolik dan merah sampai coklat fenolik lain.

3) Pereaksi 3

Pereaksi 3 adalah larutan amoniakal perak nitrat yang dibuat dengan

menambahkan 3.4 g perak nitrat dalam 100 air kedalam larutan 30 ml

amonia dalam 70 ml air. Kromatogram disemprot dengan pereakasi diatas

kemudian dipanaskan pada suhu 105°C selama 10 menit. Komponen

pereduksi akan berubah warnanya menjadi coklat, hitam dan abu-abu.

4) Pereaksi 4

Kromatogram disemprot dengan larutan 20% sodium karbonat. Adanya

(34)

5) P ereaksi 5

Kromatogram diletakkan dalam bcjana KLT yang sudah dijenuhkan

dengan uap iodin. Warna eoklat menunjukkan adanya gula merkaptal,

alkohol, asam, gliserida, gula N-asilamino atau polisakarida.

6) Pereaksi 6

Pereaksi 6 merupakan eampuran 1.8% anilin dalam etanol dan 1.8% asam

oksalat dalam air. Setelah disemprotkan kromatogram lalu dipanaskan

pada suhu loooe selama 10 menit. Gula heksosa akan berwarna hijau

keeoklatan, gula pentosa berwarna merah dan kuning adalah asam uronat.

7) Pereaksi 7

Pereaksi dibuat dengan melarutkan 1 g p-anisidin dalam 10 ml metanol

kemudian ditambah 90 ml I-butanol dan 0.1 g sodium hidrosulfit.

Perubahan warna menjadi kuning menunjukkan komponen ketoheksosa,

hijau adalah metil pentosa, eoklat adalah aldopentosa, eoklat muda adalah

gula deoksi dan aldoheksosa, dan merah adalah asam uronat.

C. PENGAMATAN

1. Nilai Rf

Nilai Rf (Retardation factor) dihitung sebagai nilai perbandingan antara

jarak yang digerakkan oleh fraksi dengan jarak yang digerakkan oleh pelarut.

Penghitungan nilai Rf dilakukan terhadap semua fraksi ekstrak antioksidan

daun sirih yang terpisah dengan kromatografi lapis tipis.

Jarak yang digerakkan oleh fraksi (em) Rf=

(35)

2. Sifat Spektral

Masing-masing fraksi yang potensial sebagai antioksidan dilarutkan

dalam etanol dan diamati sifat spektralnya dengan spektrofotometer meliputi

panjang gelombang penyerapan maksimum dan profil penyerapan (spektrum)

pada kisaran panjang gelombang sinar ultraviolet hingga sinar tampak (200-800

nm).

3. Aktivitas Antioksidlln

Dari nilai pengukuran aktivitas antioksidan kemudian dihitung nilai

periode induksi. Periode induksi diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai bilangan absorbansi sebesar 0.300 (Chen et ai, 1995). Nilai

periode induksi ditentukan dengan meregresilinierkan nilai absorbansi yang

diperoleh terhadap lama penyimpanan.

Nilai periode induksi sampel kemudian dibandingkan dengan kontrol

untuk mendapatkan nilai faktor protektif, dengan rumus seperti berikut :

Periode induksi sampel Faktor protektif=

Periode induksi kontrol

D.

RANCANGANPERCOBAAN

Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

(36)

Y;j >t + 't; + j3j + e;j

dim ana :

Y;j = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j

セャ@ = Nilai Tengah Umum

't; = Pengaruh perlakuan ke-i

j3j Pengaruh kelompok ke-j

e;j = Galat percobaan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j

(37)

A. EKSTRAK ANTIOKSIDAN

Ekstrak antioksidan daun sirih dalam penelitian ini merupakan oleoresin

karena diperoleh dengan mengekstrak komponen antioksidan dalam daun sirih

dengan menggunakan pelarut organik tertentu (etanol). Pengertian oleoresin

berbeda dengan minyak atsiri dimana minyak atsiri diperoleh dengan

penyulingan dan hanya mengandung komponen volatil, sedangkan oleoresin

didapatkan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik sehingga selain

mengandung minyak atsiri juga mengandung resin yang bersifat nonvolatil

dengan rasa dan aroma tertentu (Stahl, 1973).

Pada persiapan sampel dilakukan pengeringan daun sirih dengan tujuan

untuk memperoleh kadar air minimum agar ekstraksi lebih mudah. Dengan

pengeringan beku diharapkan kcrusakan maupun hilangnya komponen kimiawi

yang terkandung dalam bahan akibat panas dapat dihindari. Kadar air rata-rata

daun sirih setelah pengeringan sebesar 5.65 persen dan data hasil pengukuran

lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran I.

Penggilingan daun sirih kering beku hingga berukuran 40 mesh dimaksudkan untuk memperkecil dan menyeragamkan ukuran

partikel-partikelnya karena ukuran yang kecil dan seragam dapat mempermudah kontak

antara bahan dengan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung dengan baik

(Purseglove et a!., 1981). Salah satu syarat antioksidan yang ditambahkan pada

bahan pangan yaitu senyawa tersebut tidak berbau dan tidak menimbulkan

peru bah an aroma yang tidak dikchendaki pada produk. Unluk ilu daun sirih

(38)

tajam dan tidak semua orang menyukainya. Dengan distilasi uap minyak atsiri

yang ada dalam daun sirih akan terikut dalam uap air saat tepung daun sirih

kering beku didistilasi.

Ekstraksi antioksidan dari tepung daun sirih hijau kering beku yang sudah

bebas bau dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut. Umumnya

maserasi untuk mengekstrak komponen antioksidan dilakukan dengan pelarut

metanol, etanol, heksan, aseton dan kloroform. Dalam penelitian ini ekstraksi

antioksidan dilakukan dengan etanol karena etanol merupakan pelarut organik

yang bersifat polar sehingga diharapkan komponen antioksidan fenolik terekstrak

sebanyak mungkin. Dari penelitian Susanto (\995) diketahui bahwa fraksi polar

dari ckstrak antioksidan daun sirih mempunyai aktivitas antioksidan serta total

fenolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi nonpolarnya.

Alasan lain penggunaan etanol sebagai pelarut adalah karena etanol

merupakan pelarut yang relatif aman (tidak bersifat racun bagi tubuh). Meskipun

metanol dikenal sangat efektif untuk mengekstraksi komponen antioksidan,

namun pelarut ini bersifat toksik bila terminum, terhirup maupun bila terserap

pada permukaan kulit. Kendati setelah ekstraksi dilakukan penguapan pelarut,

tetapi tidak menjamin residu yang ditinggalkan bebas metanol dan tidak bersifat

toksik. Upaya mengganti dengan pelarut yang aman (etanol) setelah ekstraksi

dilakukan dengan metanol tidak praktis dan memerlukan tambahan biaya

schingga tidak ekonomis.

Daya ekstraksi etanol terhadap komponen antioksidan cukup baik dan

pernah dibuktikan oleh Duh et al. (1992) yang mengekstrak antioksidan dari kulit

kacang tanah. Ia menemukan bahwa ekstrak antioksidan yang diekstrak dengan

(39)

Selain itu ditinjau dari segi harga, etanol lebih murah daripada heksan,

metanol dan kloroform. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri dalarn

penerapannya nanti karena lebih ekonomis. Untuk pemakaian secara komersil

perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang aman, murah, daya ekstraksi tinggi

serta mudah diperoleh.

Ekstrak antioksidan dari daun sirih hijau yang dilakukan penghilangan

bau dengan distilasi uap yang diperoleh masih agak berbau khas daun sirih.

Setelah pelarutnya dihilangkan dengan rotavapor dan hembusan gas nitrogen,

diperoleh ekstrak antioksidan daun sirih hijau berwama hijau pekat kehitarnan

dan agak berbau sirih dengan rendemen sebesar 11.38 persen. Data lengkap

penimbangan rendemen ekstrak antioksidan dapat dilihat pada Lampiran 1.

B. FRAKSINASI ANTIOKSIDAN

Pada tahap selanjutnya ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang sudah

bebas bau difraksinasi dengan kromatografi lapis tipis silika berfluoresens F254 •

Pengembangan dilakukan dengan campuran pelarut kloroform:etanol:asarn

asetat (98:2:2) yang analog dengan pengembangan dimensi pertarna dari

pengembangan dua dimensi yang telah dilakukan oleh Susanto (1995) dengan

pelarut yang sarna. Dari hasiJ pengembangan ini diperoleh 19 fraksi yang

(40)

batas pelarut

イMMMセMMMセMMMMMセN@

MMセMMOMMNセMMMMN@

MMNMMセMM

J

L

G

E

C

A

R

Q

p

o

N

F

D

B M K

[image:40.600.57.510.94.576.2]
(41)

1. Nilai Rf Fraksi Antioksidan dari Ekstrak Antioksidan Daun Sirih Hijau

Nilai Rf fraksi hasil pemisahan ekstrak antioksidan daun sirih hijau

disajikan pada Tabel I dan selengkapnya pada Lampiran 2.

Susanto (1995) tclah melakukan isolasi tcrhadap ekstrak antioksidan

dengan kromatografi lapis tipis silika. Pengembangan dilakukan secara dua

dimensi dengan pelarut pertama kloroform:etanol:asam asetat (98:2:2) dan

pelarut kedua heksan:dietil eter (3:7) dan menghasilkan 57 fraksi (Lampiran

3). Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa fraksi nomor 5, 37,

25, 50, 26 dan 32 mempunyai aktivitas yang tidak berbeda nyata dengan

Tabel I. Nilai Rf dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang difraksinasi dengan kromatografi lapis tipis silika dengan pelarut kloroform: etanol:asam asetat (98:2:2)

Nomor fraksi Nilai Rf

A 0.00

B 0.03

C 0.05

D 0.Q7

E 0.09

F 0.10

G 0.15

H 0.23

I 0.30

J 0.26

K 0.32

L 0.34

M 0.36

N 0.40

0

0.44

P 0.49

Q

0.55

R 0.67

[image:41.602.187.466.386.695.2]
(42)

BHA (a=O.05). Nilai Rf keenam fraksi yang mempunyai aktivitas tinggi

tcrscbut dinyatakan dcngan Rf-l untuk Rf pada pengembangan dimensi

pertama dan Rf-2 untuk Rf pada pengembangan dimensi kedua seperti terlihat

pada Lampiran 4.

Nilai Rf fraksi-fraksi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan

nilai Rf-l hasil penelitian Susanto (1995). Fraksi-fraksi yang mempunyai

nilai Rf mendekati nilai referensi (Lampiran 4) dipilih untuk diaplikasikan

kembali, yaitu fraksi C, D, E, F, N, 0, P, Q, R dan S.

Fraksi-fraksi yang dipiJih tersebut kemudian dipisahkan dengan KL T

silika menggunakan pelamt campuran heksan:dietil eter (3:7), analog dengan

pengembangan dimensi kedua yang dilakukan Susanto (1995). Dari

pcmisahan ini dipcrolch 60 li'aksi yang tcrpisah scperti tcrlihat pada Gambar

4. Nilai Rf masing-masing fraksi tersebut dibandingkan dengan nilai Rf-2

hasil penelitian Susanto (1995) (Lampiran 4) sehingga didapatkan 36 fraksi

tcrpilih dengan nilai Rf seperti pada Tabel 2. Tiga puluh enam fraksi tersebut

diuji aktivitas antioksidannya dengan metode tosianat.

2. Aktivitas Antioksidan Fraksi-fraksi Antioksidan Daun Sirih Hijau

Fraksi antioksidan hasil pemisahan yang telah dipiJih (36 fraksi) diuji

aktivitasnya dengan metode tiosianat. Aktivitas antioksidan dinyatakan

dengan nilai periode induksi dan faktor protektif. Periode induksi yaitu waktu

yang dibutuhkan sejak awal tidak terdeteksinya hidroperoksida (yang

mempakan hasil reaksi berantai otooksidasi lemak) hingga terjadi kenaikan

tiba-tiba jumlah hidroperoksida di dalam sampel (Wong, 1989), sedangkan

dari faktor protektif dapat diketahui seberapa jauh suatu antioksidan mampu

(43)

c::::::7

®

0

wW

1 セ@ J 1

G

88

21> -

@

2);

'0

セL@

,.

セ@ 1 Rセ@ セ@ I

8

1') 20

Q

0

8B

@

1"

15

"

0

G

ffi

0

8

8

')

G)

0

0

o

o

o

o

o

c

D E F N

o

p Q R

s

MMNMMMMMMMMセMMNN@ . --- --- - - "

[image:43.610.69.529.92.573.2]
(44)

Tabel 2. Nilai Rf fraksi dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis siJika dengan pelarut heksan : dietil eter (3 :7)

Nomor fraksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Nilai Rf 0.00 0.00 0.00 0.00 0.26 0.36 0.36 0.37 0.39 0.43 0.48 0.56 0.56 0.58 0.59 0.64 0.64 0.65 0.68 0.69 0.72 0.73 0.75 0.75 0.76 0.77 0.78 0.78 0.79 0.79 0.79 0.89 0.90 0.91 0.92 0.93

menghambat oksidasi bila dibandingkan dengan tanpa penambahan

antioksidan. Nilai periode induksi dan faktor protektif dari 36 fraksi tersebut

dapat dilihat pada Tabel 3 dan seJengkapnya pada Lampiran 6. Pada Gambar

[image:44.602.146.532.133.623.2]
(45)

3. 35 3. 33 32 31 30 29 28 27 2. 25 2. 23 22 21

-

20 <1l

セ@

19

'"

18

en

<1l 17

"d

0

I.

セ@ 15 I. 13 12 11 10 9 8 7

5

3 2 BHA

Kontrol

KMMMMMMMKMMMMMセj@

--- --- + ---

MセN@

- - - -

-.. --1

0 5 10 15 20 25

Faktor protektif

[image:45.607.90.490.90.640.2]
(46)

Tabcl 3. Nilai peri ode induksi dan faktor protektif fraksi-fraksi dari ekstrak antioksidan daun sirih hij au yang difraksinasi dengan KL T

Kode sampel*J Kontrol BRA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Periode induksi (hari) Faktor protektif

4.0

44.6 11.0

46.9 11.6

40.3 10.0

39.6 9.8

31.0 7.7

21.1 5.2

34.9 8.6

36.3 9.0

38.2 9.5

43.4 10.8

37.7 9.4

54.6 13.5

43.4 10.8

21.0 5.2

59.2 14.7

33.7 8.4

48.1 11.9

18.4 4.6

22.1 5.5

46.9 11.6

80.8 20.0

46.3 11.5

49.4 12.2

49.0 12.2

66.3 16.4

86.4 21.4

30.6 7.6

26.4 6.5

55.3 13.7

36.7 9.1

32.2 8.0

71.2 17.7

29.9 7.4

41.9 10.4

20.6 5.1

35.3 8.8

38.8 9.6

(47)

Dari data tersebut diketahui bahwa fraksi nomor 25 mempunyal

aktivitas antioksidan tertinggi dengan periode induksi sekitar 86.3 hari atau

21.0 kali bila tanpa penambahan antioksidan. Aktivitas antioksidan terendah

ditunjukkan oleh fraksi nomor 17 dengan periode induksi 18.4 hari atau 4.6

kali bila tanpa penambahan antioksidan.

Dengan konsentrasi antioksidan yang sarna dengan BHA (200 ppm)

pada saat dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode tiosianat, temyata

diperoleh 13 fraksi yang mempunyai aktivitas lebih tinggi dari BHA yaitu

fraksi nomor 1, 11, 14, 16, 19,20,21,22,23,24,25,28 dan 31. Analisis

ragam terhadap fraksi-fraksi yang diuji aktivitas antioksidannya dapat dilihat

pada Lampiran 7. Dari uji berjarak Duncan (Lampiran 8) temyata fraksi

nomor 25, 20, 24 dan 31 berbeda nyata dengan BHA (a=0.05), sedangkan

fraksi nomor 14, 28, 11,22,23, 16, 19,21 dan I tidak berbeda nyata dengan

BHA (a=0.05).

3. SiCat Spektral Fraksi yang Potensial Sebagai Antioksidan

Panjang gelombang penyerapan maksimum fraksi-fraksi dari ekstrak

antioksidan daun sirih hij au yang difraksinasi dengan KL T silika yang

potensial sebagai antioksidan (aktivitas antioksidan lebih tinggi dari BHA)

dapat dilihat pada Tabel 4. Dari spektrum absorbsi masing-masing fraksi

seperti terlihat pada Gambar 6 sampai dengan Gambar 18 dapat diketahui

bahwa semua fraksi menyerap pada panj ang gelombang sinar ultraviolet

hingga sinar tampak atau dapat dikatakan semua fraksi tersebut mengandung

(48)

Tabel 4. Panjang gelombang penyerapan maksimum fraksi-fraksi yang potensial sebagai antioksidan

Nomor fraksi Panjang gelombang dalam nm Keterangan*)

(Absorb ansi)

1 219 (1.631); ultraviolet

746 (0.008) sinar tampak

II 408 (0.043) sinar tampak

14 220 (0.786); ultraviolet

435 (0.059); 657 (0.021) sinar tampak

16 372 (0.125); ultraviolet

438 (0. 365); 526 (0.034); 602 (0.035); sinar tampak 656 (0.115); 727 (0.003)

19 220 (1.086); 276 (0.169); ultraviolet

426 (0.318); 569 (0.033); 611 (0.052); sinar tampak 659 (0.211)

20 438 (0.031) sinar tampak

21 220 (0.529); ultraviolet

412 (0.060); 660 (0.038) sinar tampak

22 210 (0.755); ultraviolet

410 (1.046); 508 (0.100); 537 (0.095); sinar tampak 562 (0.071); 610 (0.142); 662 (0.606)

23 221 (0.562); ultraviolet

411 (0.023); 691 (0.007) sinar tampak

24 220 (0.317); 277 (0.047); ultraviolet

417 (0.032); 660 (0.019) sinar tampak

25 220 (1.171); 277 (0.177); ultraviolet

417 (0.038); 660 (0.026) sinar tampak

28 210 (1.157); 277 (0.433); ultraviolet

411 (0.892); 509 (0.086); 539 (0.086); sinar tampak 562 (0.066); 612 (0.128); 662 (0.529)

31 212 (1.374); 281 (0.503); ultraviolet

431 (0.033); 658 (0.017); 764 (0.002) sinar tampak

[image:48.597.124.506.127.670.2]
(49)

Pada penelitian ini digllnakan etanol absoilit sebagai pelarut llntllk

analisis spektral yang mempllnyai nilai cut of wavelength (COWL) sekitar

204-210 nm. Cut of wavelength yaitll panjang gelombang sllatll larutan yang

menllnjllkkan absorbansi sebesar 1.00 jika dillkllr dengan kllvet selebar 1 em

dengan menggllnakan air sebagai blanko (Williams dan Flemming, 1989).

Menllrut Kemp (1994) dibawah nilai COWL pelarut akan menyerap terlalll

banyak sehingga absorb ansi sampel sendiri tidak tereatat dengan tepa!.

Fraksi nomor 1,19,20,21,23,24,25, dan 31 menyerap pada panjang

gelombang 220 nm. Penyerapan maksimum pada 220 nm dapat menunjllkkan

adanya struktllr keton terkonjllgasi C=G C=O (Kemp, 1994) atan asam tidak

jenllh =C- COOH yang terikat pada einein benzen (Silverstein et aI., 1991),

sedangkan dari penyerapan pada 277 nm seperti pada fraksi nomor 19, 24, 25,

dan 28 dapat diketahlli adanya gllgllS benzen terdisllbtitllsi (R-C6H4-R') dengan

R=R'= -OH dan orientasi posisi meta, atall R=-CHO dan R'= -OMe dan

orientasi posisi para (Williams dan Flemming, 1989). Pada fraksi nomor 31

diduga terdapat gllgllS karbonil yang menyerap pada 279 nm (Kemp, 1994).

Bila dibandingkan dengan panjang gelombang penyerapan maksimllm

klorofil dan turunannya yang llmllm terdapat pada dalln berwama hijau, dapat

diduga bahwa didalam fraksi nomor 16 terkandung pyropheophytin b atau

pheophorbide b, dan fraksi nomor 22 diduga mengandllng pyropheophytin a

(50)

+2.00

,

+1.50

ttl

+1.00

+0.50

746

+0.00 nm

200 0 300 400 500 1i00 700 800

Panjang gelombang

Gambar 6. Spektrum absorbsi fraksi nomor I dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

+2.50

l

+2.00

!

'Vl

c: +1.50

'"

.D ....

0

セ@

\

.D

セ@ +1.00

\

+0.50

408

+0.00 nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

[image:50.595.109.516.60.323.2] [image:50.595.119.518.379.660.2]
(51)

+0.80

j

+0.60

+0.40

\

435

+0.20

657

+0.00 nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

Gambar 8. Spektrum absorbsi fraksi nomor 14 dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

I!

I

+2.00

セ@

.<;;

I

I

c +1.50

\

oj

on ....

0

'"

.D

<C +1.00

I

+0.50

\

438 ,

SZセ@

/'''\

656

\.. 526 602 ,

+0.00

'-

nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

[image:51.605.88.538.70.335.2] [image:51.605.111.519.388.652.2]
(52)

+1.20

r

.i.

+1.00

II

+0.80 .;;; c oj .0 ....

+0.60 0 '" .0

-<

\

+0.40 426

+0.20

|セ@

659

,

+0.00 nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

Gambar 10. Spektrum absorbsi fraksi nomor 19 dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

+2.50

+2.00

セ@

.;;;

c

oj

.0 .... +1.50 0 '" .0

-<

+1.00 +0.50 438

+0.00 nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

Gambar 11. Spektrum absorbsi fraksi nomor 20 dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

[image:52.595.120.511.51.332.2] [image:52.595.124.509.395.655.2]
(53)

+0.50

fiji

+0.40

I

.<;;

I

c::

\

'"

+0.30

.D '-0

セ@

.D

<t: +0.20

I

+0.10 412 660

+0.00 nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

Gambar 12. Spektrum absorbsi fraksi nomor 21 dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

.<;; c::

'"

.D '-0 セ@ .D <t: +1.20 +1.00 +0.80 +0.60 +0.40 +0.20 +0.00 200 410 nm

300 400 500 600 700 800

[image:53.595.131.509.70.336.2] [image:53.595.122.506.396.650.2]

Panjang gelombang

(54)

+0.60

l/I

1

.;;; +0.40

セ|@

c

\

'"

. .D

セ@ 0 '" .D <t: +0.20 I \

\ 411

セ@

+0.00

691

nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

Gambar 14. Spektrum absorbsi fraksi nomor 23 dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

+0.30

t

j,

.f

+0.20

I

+0.10

277

C>60

417

.. セMMMMMMMGMNN@

+0. 00 L _ _

M\M⦅MMBセMMNN⦅MM]ZZ]]]]]]MZZZMBZZNNNMMNNNMG@

ZZZMMZZZ[Bセ]]T@

200 300 400 500 600 I 700 800

Panjang gelombang

nm

[image:54.597.110.511.52.337.2] [image:54.597.121.505.388.651.2]
(55)

+ 1 20 .

t '

,j

,I

+0.80

+0.40

1

\ 2:7

417

\ / . \ 660

+0.00

ャMMG⦅セBBZZ]]ZcZZZBB@

_ _ _ _ _

--=='

'--''--_---1 nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

Gambar 16. Spektrum absorbsi fraksi nomor 25 dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

+1.20 , [,,

+ 1.00 . 1 \

TセL@

1

\277

+0.40

|O|セ@

+0.20 , 612

509539 562 '

662

,

セ@

,

"

\..

+0.00 1 - - - 1 - - - - ' - - - < . _ _ '

--.-'-4-_ _

-..:.=-_--1 nm

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

[image:55.599.122.534.53.339.2] [image:55.599.109.534.386.661.2]
(56)

+1.20

tt\

I ) I 'in

t::

'"

..0

セ@

+0.80 0

'"

..0

-<

281

+0.40

Jl

431 658

764

+0.00

200 300 400 500 600 700 800

Panjang gelombang

Gambar 18. S pektrum absorbsi fraksi nomor 31 dari ekstrak antioksidan daun sirih hijau yang diisolasi dengan KL T

C. IDENTIFlKASI FRAKSI ANTIOKSIDAN DENGAN PEWARNAAN KLT

Fraksi-fraksi yang mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi dari BHA

diaplikasikan pada KLT silika dengan pelarut heksan:dietileter (3:7).

Kromatogram yang diperoleh kemudian disemprotkan dengan 7 jenis pereaksi

seperti tercantum p

Gambar

Gambar 14. Spektrum absorbsi fraksi nomor 23 dari ekstrak antioksidan dalill
Gambar l. Mekanisme reaksi autooksidasi lemak (Gordon, 1990)
Gambar 2. Mekanisme reaksi antioksidasi (Dugan, 1985)
Gambar 3. Kromatogram KL T dari fraksi ekstrak anti ok sid an daun sirih hijau yang diperoleh dari pengembangan satu dimensi yang pertama dengan pelarut kloroform:etanol:asam asetat (98:2:2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meraih pangsa pasar yang besar, maka kualitas produk, harga, dan sikap konsumen merupakan strategi yang dapat digunakan, namun hal itu juga harus diikuti

EDIN EFENDI NASUTION (2015): Pengaruh Media Pembelajaran Packet Tracer Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Perancangan Wide Area Network (WAN) Program Keahlian

Konsepsi ijmak total seluruh ulama dalam pengertian tidak ada seorang pun mujtahid yang berbeda pendapat seperti yang digambarkan dalam definisi ijmak klasik, menurut penulis

Pencapaian prestasi prima olahraga dipengaruhi oleh beberapa aspek; 1) Aspek Biologis, 2) Aspek Psikologis, 3) Aspek Lingkungan, 4) Aspek penunjang, tingkat

 Variasi akibat perubahan pada uji fungsi tiroid tersebut menekankan perhatian bahwa uji fungsi pada pasien eutiroid yang mendapat amiodarone memiliki kisaran nilai

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, kegiatan pembelajaran fisika yang dapat diterapkan melalui alat musik gambo diantaranya menggali dan merekonstruksi

ECT harus dipertimbangkan untuk digunakan pada pasien yang telah gagal dengan pengobatan, tidak  menoleransi obat, memiliki gejala yang berat atau psikoik, memiliki kecenderungan

Skripsi dengan judul: “ Hubungan antara Adversity Quotient dengan Prokrastinasi Akademik pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Lawang Tahun Ajaran 2013-2014 ” yang merupakan