Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
GALASIBOT SEBAGAI ASET BUDAYA MARGA SINAGA
MERUPAKAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN
SAMOSIR
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O
L
E
H
APRINA HARTATI
NIM
: 062204070
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI NON GELAR D3 PARIWISATA
BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
GALASIBOT SEBAGAI ASET BUDAYA MARGA SINAGA MERUPAKAN DAYA TARIK WISATA DI KABUPATEN SAMOSIR
Kertas Karya Dikerjakan O
L E H
APRINA HARTATI NIM : 062204070
Pembimbing
Drs. Ridwan Azhar, M.Hum Nip 131124058
Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian
Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III
Dalam Program Studi Pariwisata
Universitas Sumatera Utara Fakultas Sastra
Program Pendidikan Non Gelar Bidang Keahlian Usaha Wisata Medan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009 DISETUJUI OLEH :
PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
MEDAN, MARET 2009
PROGRAM STUDI PARIWISATA FAKULTAS SASTRA USU
KETUA
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009 PENGESAHAN
Diterima oleh :
PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG PARIWISATA
Pada : Tanggal : Hari :
PROGRAM DIPLOMA SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A,, Ph.D NIP132098531
Panitia Ujian :
No Nama Jabatan Tanda Tangan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan kertas karya ini, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Pariwisata Program Diploma III
Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan kertas karya ini banyak hambatan dan rintangan yang
penulis hadapi, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik materil
maupun sprituil, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
dengan hati yang tulus kepada :
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra, Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku dosen pembimbing dan juga selaku
ketua jurusan Program Diploma III Pariwisata, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Solahuddin Nasution, SE, M.SP selaku koordinator bidang keahlian
Usaha Wisata Pariwisata Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Sugeng Pramono, SE, M.Si selaku dosen pembaca yang telah
meluangkan waktunya dalam membaca dan mengoreksi kertas karya ini.
5. Dosen-dosen pengajar yang telah memberikan buah pikirannya kepada penulis
dalam mempelajari ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada orang yang terhebat dalam
hidup penulis, Ayahanda S.Sinaga, dan Ibunda R. Panggabean yang tulus
memberikan cinta kasihnya kepada penulis dan yang selalu memberikan
dukungan dalam hidup penulis, baik moril dan materil, Mom and Dad, I Luv
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
7. Terima kasih buat abang-abangku tersayang Nico Damanik, Idol Damanik,
Enra Damanik, yang telah mendukung dan memberikan nasehat-nasehat
selama ini, teristimewa buat pahlawanku yang terhebat, kakakku tersayang
Nila Damanik, makasih kak buat semua yang sudah kakak berikan untukku,
hingga aku bisa menjadi seperti yang sekarang ini, terima kasih buat
adik-adikku “si kembar”, Dini Damanik dan Sari Damanik rajin belajar ya,
berusahalah untuk menggapai cita-cita kalian dan harus bisa mandiri…!!!I luv
you all…!!!!
8. Tulang dan nantulang Uya, kakak dan abang Jojo, Uda dan Nanguda Feni,
Uda dan Nanguda David, tante wulan, kak Barbara, terkhusus buat buat
opung boru(Alm.) dan opung doli yang memberikan nasehat-nasehat kepada
penulis, dan tak lupa buat sepupu dan keponakan-keponakanku yang
lucu-lucu, Surya, Pelangi, cahaya, jose, luis.
9. Terima kasih buat keluarga kedua-ku di rantau orang, kakak tertua-ku Evita
Tumewu Tobing (Evi Tobing), kakak kedua-ku tata Iyuz (Yusni Wati
Saragih), adik pertama-ku Chika (Siska Siagian), adik kedua-ku Yoan (Yoan
Ceria Silalahi), adik ketiga-ku Lisda kiting (Lisda Siagian), dan adik-adik
bungsu-ku, Mai (May Susanti Silalahi), eric_a (Erika Sitepu), thanks ya buat
persaudaraannya selama di Putri Design…SEMANGAT!!!!!!!!!
10.Buat sobat-sobatku yang terpisah jauh demi menggapai masa depan, malmal
(Martina), Hotdoq (Hotdiana Saragih), dev’ (Devi Marbun), makasih ya buat
persahabatan yang masih terjaga sampai saat ini. Teristimewa buat kakak
sekaligus sahabatku, Desni Maria Rumahorbo yang selalu mendukung aku dan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
11.Buat rekan-rekan seperjuanganku selama di kampus, Erda Pracepernita sinaga
(Erda Pranita Sinaga), Ipeh (Vera Debora Ferbrianti Harianja), ilenk (Lenni
Marlina Octaviani Samosir), Onoq Maronoq Otoq (Supriono Sinaga), Paijo
(Faisal Ginting), appiri awak Erawati Limbong, buat keluarga “Karo”, dan
semua anak-anak UW’06, makasih buat kebersamaannya selama di
perkuliahan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu atas terselesainya kertas karya ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu disiplin pariwisata
pada khususnya.
Medan, Maret 2009
Penulis,
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Indonesia adalah bangsa yang besar, yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan agama. Salah satu suku yang mendiami Indonesia, yaitu suku batak. Yang terdiri dari Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkola, dan Batak Pakpak/Dairi. Salah satu marga terbesar yang dimiliki oleh suku Batak, ialah marga Sinaga. Di mana keturunannya sudah mencapai 350.000 dan sudah menyebar hingga seluruh dunia. Karena terhitung dalam jumlah yang besar, maka seluruh keturunan Sinaga berinisiatif untuk membentuk suatu perkumpulan atau lembaga yang diberi nama PPTSB (Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Boru-Bere).
Mereka berkumpul dan bersatu, lalu berunding untuk membangun sebuah tugu peringatan terhadap marga Sinaga dengan tujuan agar warisan budaya Batak itu tetap berjalan dan tidak punah dan akan tetap diteruskan oleh generasi penerus. Tugu ini berdiri megah di desa Urat dan pengunjungnya tidak hanya terbuka bagi keturunan Sinaga saja, tetapi untuk semua kalangan masyarakat dan semua suku. Tugu ini mengambil logo yang berupa gambar timbangan (GALASIBOT) yang sama dengan gambar/logo yang tertera pada semua pengadilan yang ada di dunia. Inilah yang menjadi keunikan dari tugu tersebut.
Sebagai aset atau warisan dari marga Sinaga, maka tugu ini tetap dirawat dan sekarang sudah menjadi salah satu objek wisata di kabupaten Samosir. Namun, masih belum banyak yang mengetahui keberadaan tugu ini, bahkan pada keturunan Sinaga itu sendiri. Kurangnya kesadaran keturunan Sinaga terhadap warisan budaya nenek moyang menyebabkan tugu ini belum tertlalu dikenal, khususnya pada warga Sinaga sendiri.
Letak yang strategis dan pemandangan alam Danau Toba yang indah menjadikan tugu ini semakin indah dan sungguh asik bila dikunjungi. Karena dari lokasi tugu, kita dapat langsung memandang dengan jelas alam Danau Toba yang indah dan udara yang sejuk.
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK………... i
DAFTAR ISI……… ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul……… 1
1.2 Pembatasan Masalah……… 5
1.3 Tujuan Penulisan……….. 6
1.4 Metode Penelitian……….…… 7
1.5 Sistematika Penulisan………... 7
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata dan Ruang Lingkup……….. 9
2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata……… 11
2.3 Pengertian Produk Industri Pariwisata………. 13
2.4 Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.4.1 Sarana Pariwisata………. 16
2.4.2 Prasarana Pariwisata……… 17
2.5 Motivasi Perjalanan Wisata………. 19
2.6 Tujuan Penyelenggaraan Kepariwisataan……… 21
2.7 Kode Etik dan Sumber Daya Pariwisata……….. 22
BAB III GAMABARAN UMUM MARGA SINAGA 3.1 Sejarah Kedatangan Marga Sinaga……….. 24
3.1.1 Kedatangan Marga Sinaga ke Girsang Parapat…… 25
3.1.2 Kedatangan Marga Sinaga ke Simalungun Horison………. 27
3.1.3 Kedatangan Marga Sinaga ke Porsea, Tiga Dolok dan Tanah Jawa……… 29
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
3.2.1 Rencana Pembangunan Tugu………... 32
BAB 1V GALASIBOT SEBAGAI ASET BUDAYA MARGA SINAGA MERUPAKAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN SAMOSIR 4.1 Pengertian Galasibot………. 36
4.2 Makna Galasibot………... 38
4.3 Letak Kekhususan Warisan Batak Galasibot……… 41
4.4 Galasibot sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Samosir.. 43
4.5 Upaya-upaya Pengembangan Tugu Sinaga………... 45
BAB V PENUTUP……….. 50
DAFTAR PUSTAKA……….. 51
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen dengan untaian pulau-pulau
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, diisi oleh manusia-manusia yang
beradab dari berbagai suku bangsa dan diwarnai beraneka ragam nilai-nilai luhur
budaya serta nilai-nilai adat istiadat. Diatas kemajemukan bangsa inilah dibangun
suatu negara, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang bertujuan menciptakan
masyarakat adil dan makmur.
Salah satu suku bangsa yang menyertai berdirinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah Bangsa Batak. Bangsa dalam pengertian sosiologi-antropologis
(cultural unity) adalah persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri, dan
masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bangsa,
agama, dan adat-istiadat.
Pengertian bangsa tersebut berbeda dengan bangsa dalam arti politik (political
unity) yaitu suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan mereka tunduk pada
kedaulatan negaranya sebagai suatu kedaulatan tertinggi ke dalam dan ke luar. Jadi,
bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan
(sosiologi-antropologi) disatukan oleh adanya kesamaan dalam hal ras, suku, agama, adat, dan
kebudayaaan, keturunan (darah) dan daerah asal. Unsur-unsur ini menjadi identitas
kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa lain.
Identitas yang dimiliki oleh suatu cultural unity kurang lebih bersifat skriptif (sudah
ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer dan etnik. Setiap anggota bangsa
memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya, yang dapat disebut identitas
primordial. Loyalitas pada primordialnya pada umumnya kuat dan langgeng atau
bertahan lama. Orang-orang yang bersatu dalam kesatuan primordial memiliki ikatan
emosional yang kuat serta melahirkan solidaritas dan toleransi yang sangat tinggi.
Dari berbagai literatur mengenai bangsa Batak pada umumnya
mendeskripsikan tentang generasi Batak perdana digambarkan sebagai kelompok
yang mengisolasi diri disekitar Danau Toba. Kemudian, menyebar ke daerah lain
dengan mengmbangkan cara hidup sendiri secara beradaptasi dalam situasi local
dimana mereka berada.
Bangsa Batak dikenal dengan komunitas-komunitas Batak Toba, Batak
Angkola, Batak Mandailing, Batak Dairi/Pakpak, Batak Karo, dan Batak Simalungun.
Berdasarkan kelompok-kelompok ini terdapat perbedaan bahasa, adapt-istiadat,
agama dan sebagainya. Dalam setiap komunitas ditemukan kelompok-kelompok yang
satu sama lain saling berhubungan (zoon polticon). Manusia dalam bersekutu atau
berkelompok akan membentuk organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan
tercapainya tujuan kelompok tersebut.
Dalam masyarakat Batak Toba, walaupun sudah menyebar ke seluruh penjuru
tanah air dan telah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal serta perkembangan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Batak umumnya dengan etnis lain, yang hingga saat ini nyata, meliputi empat hal,
yakni: marga, huta, dalihan natolu, dan adapt. Marga dan huta merupakan kelompok
masyarakat dalam komunitas kecil berdasarkan marga dan wilayah territorial tertentu.
Dalihan natolu merupakan relasi kekeluargaan berdasarkan perkawinan pada suku
Batak, sedangkan adapt adalah pengungkapan budaya terhadap marga, huta, dan
dalihan natolu serta yang berkaitan dengannya.
Dalam komunitas masarakat Batak Toba terdapat suatu marga, yaitu Marga Sinaga yang membentuk komunitas yang disebut Parsadaan Pomparan Toba Sinaga Boru-Bere (PPTSB). Marga Sinaga sebagai salah satu keturunan dari Raja Batak tumbuh dan berkembang sesuai dengan falsafah hidup yang dimilikinya yaitu
“Sidapot Solup Do Naro”. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia kurang lebih
mengandung arti dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung. Dengan falsafah ini
akan terjadi asimilasi kultur dalam pergaulan hidup Pomparan Toga Sinaga. Dalam
kultur Pomparan Toga Sinaga ini melekatlah suatu ungkapan yang berbunyi:
“PARHATIAN SIBOLA TIMBANG PARNINGGALA SIBOLA TALI, TU GINJANG SORA MONGGAL TU TORU SORA MELENG”.
Ungkapan tersebut dijadikan sebagai simbol atau lambang dari PPTSB
(Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Boru-Bere). Yang disingkat menjadi
GALASIBOT. Ungkapan ini digali dari mitologi dan ajaran hukum kepamongan sebagai penyandang muatan keagamaan, falsafah dan tata adat Batak.
Secara lengkap teks atau ungkapan yang memuat kata parninggala sibola tali
itu diambil dari seruan kepada Si Singa Mangaraja yang pada dasarnya berbunyi:
“Pangahitan di sangap, pangahutan dibadia; sihorus na gurgur, siambai na
longa. Paradat sijujung ni ninggor, paruhum sitingkos ni ari; sipalua na tarbeang,
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
dirimbas do na geduk, parninggala sibola tali; marsolup siopat bale, parmesan
sisampulu dua, pargantang tarajuan; parhatian na so ra muba; pangiringring na so
jadi lupa; partomu-tomu na so jadi ambaton. Parindahan ragia na so jadi mago;
parsangsing ni onan na so jadi muba…”
Selain memuat ungkapan Galasibot, Tugu Sinaga yang berdiri megah ini
mengambil logo gambar katian atau timbangan yang membawa pemahaman yakni:
timbangan melambangkan sebagai keadilan yang juga terdapat sebagai lambang pada
semua pengadilan diseluruh dunia. Yang jadi pertanyaan, mengapa justru logo ini
dijadikan sebagai lambang Marga Sinaga.
Inilah yang menjadi keunikan Marga Sinaga dibanding marga-marga lain
dalam suku Batak. Yaitu hanya marga Sinaga yang membangun sebuah tugu dengan
memiliki ciri dan makna yang mendalam dari bangunan tugu tersebut. Melalui tugu
yang dibangun itu, dapat dilihat bahwa Sinaga memiliki ciri dan disposisi khusus
dalam sub suku Batak, yaitu memiliki keterampilan hukum kepamongan, yang lewat
sorotan kepada asal-muasal secara distingtif-integral, menarik hukum dan
prinsip-prinsip perkembangan awal, lantas meneranginya dengan akurat dan arif, untuk
menyusun dan merakitnya dalam keunggulan mutu yang baru. Lambat laun tugu ini
pun menjadi salah satu objek wisata yang menarik perhatian wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara. Banyak orang yang ingin melihat rupa bangunan
tugu ini dan ingin mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Karena
banyaknya rasa ingin tahu wisatawan terhadap makna Galasibot yang sangat
mendalam ini, maka tugu ini dijadikan sebagai objek wisata yang mengandung nilai
budaya yang tinggi. Namun demkian, banyak juga masyarakat, khususnya keturunan
Marga Sinaga sendiri yang belum mengetahui keberadaan dari tugu tersebut dan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
dikembangkan agar menjadi tugu bersejarah dan objek yang semakin banyak dikenal
wisatawan.
Sebagai salah satu keturunan dari Marga Sinaga, si penulis ingin mengangkat
makna Galasibot yang tercantum dalam Tugu Sinaga sebagai judul dalam tugas akhir
perkuliahan. Karena si penulis ingin banyak masyarakat yang menjadi tahu dan
tertarik terhadap Tugu Sinaga dan makna yang terkandung didalamnya melalui tulisan
ini. Selain itu juga, penulis ingin memperkenalkan Tugu sinaga ini kepada banyak
orang, khususnya keturunan Marga Sinaga itu sendiri.
1.2 Pembatasan Masalah
Dikarenakan sedemikian banyak dan luasnya makna yang terkandung dalam
Galasibot ini, maka pada kertas karya ini akan dibahas tentang makna Galasibot
secara etimologis dan dalam makna Batak, kaitannya dalam Tugu Sinaga, hukum
yang terkandung dalam ungkapan Galasibot, sejarah Galasibot dan hal-hal yang
menjadi daya tarik wisata tersendiri dari Tugu Sinaga.
Selain itu pada kertas karya ini akan memaparkan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan kepariwisataan, seperti beberapa defenisi tentang
pariwisata, produk wisata, dan industri pariwisata, baik menurut para ahli maupun
undang-undang yang berlaku di Indonesia.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah sebagai
berikut:
1) Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
2) Untuk mengembangkan dan menambah wawasan penulis maupun pembaca
tentang pariwisata maupun gambaran umum tentang budaya Batak Toba.
3) Memberi penerangan tentang makna Galasibot yang terkandung dalam Tugu
Sinaga sekaligus memperkenalkan Tugu Sinaga kepada khalayak ramai,
khususnya kepada keturunan Marga Sinaga, supaya tugu ini dapat berkembang
4) Menjaga dan melestarikan warisan budaya batak yang nantinya juga berguna
bagi generasi penerus.
5) Memberikan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat menjadi masukan
bagi para pengurus Perkumpulan Sinaga dalam meningkatkan dan menambah
daya tarik wisata dari tugu ini.
1.4 Metode Penulisan
Dalam kertas karya ini, penulis menggunakan 2 macam metode untuk
menghimpun dan merangkum data maupun keterangan yang diperlukan. Adapun
kedua metode tersebut adalah:
Library Research (Penelitian Pustaka)
Yaitu dengan cara membaca dan mengumpulkan buku-buku dari perpustakaan
maupun buku-buku lain yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam
menyusun kertas karya ini.
Field Research (Peneletian Lapangan)
Yaitu dengan terjun secara langsung ke lapangan dimana penulis secara
langsung melihat dan meneliti objek wisata tersebut untuk sebagai data dalam
melengkapi kertas karya ini.
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam kertas karya ini secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang alasan pemilihan judul, pembatasan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang beberapa pengertian atau
defenisi kepariwisataan maupun pariwisata, objek dan daya tarik wisata,
produk industri wisata, sarana dan prasarana wisata, motif perjalanan
wisata, dasar dan kriteria pembangunan objek wisata.
BAB III : GAMBARAN UMUM MARGA SINAGA
Bab ini berisi tentang sejarah singkat dan silsilah Marga Sinaga, sejarah
singkat berdirinya Tugu Sinaga.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini merupakan inti dari kertas karya ini, dimana pada bab ini akan
dibahas tentang gambaran umum Galasibot sebagai aset atau warisan
budaya Marga Sinaga yang merupakan daya tarik wisata budaya di
Kabupaten Samosir, makna Galasibot.
BAB V : PENUTUP
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian Pariwisata dan Ruang Lingkup
Pariwisata adalah suatu istilah yang diambil dari Bahasa Sansekerta yang
terdiri dari dua suku kata, yakni pari yang artinya ‘dari’, ‘ke’ dan wisata yang artinya
‘perjalanan’. Maka timbullah beberapa pandapat tentang defenisi pariwisata.
Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dari suatu tempat atau
tempat asalnya menuju ke suatu tempat diluar dari tempat asalnya dan kembali lagi ke
tempat asalnya tadi dengan tujuan untuk bersenang-senang dan bukan untuk bekerja
dengan minimal waktu 24 jam. Sesuai dengan Undang-undang RI No.9 tahun 1990
tentang kepariwisataan, maka usaha pariwisata digolongkan kedalam:
a. Usaha jasa pariwisata yang terdiri atas:
Jasa biro perjalanan wisata
Jasa agen perjalanan wisata
Jasa pramuwisata
Jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran
Jasa impresariat
Jasa konsultan pariwisata
Jasa informasi pariwisata
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, dikelompokkan dalam:
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus c. Usaha sarana pariwisata
Penyediaan akomodasi
Penyediaan makanan
Penyediaan angkutan wisata
Penyediaan sarana wisata tirta
Penyediaan kawasan pariwisata
Undang-undang No.9 tahun 1990, tentang kepariwisataan, menyebutkan
beberapa defenisi kepariwisataan, yaitu:
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang
dilakukan secara suka rela atau tanpa paksaan serta bersifat sementara
waktu, dengan kurun waktu minimal 24 jam untuk menikmati objek
dan daya tarik wisata dengan tujuan untuk bersenang-senang.
Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
Pariwisata adalah segala sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha lainnya yang terkait dibidang tersebut, sehingga dengan
itu wisatawan datang untuk mengunjunginya.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
Usaha wisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata dengan menyediakan, mengusahakan objek dan daya tarik,
serta mengusahakan sarana dan prasarana yang terkait dengan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
sasaran wisata.
Kawasan pariwisata adalah kawasan tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Salah satu yang menentukan berkembangnya industri pariwisata ialah objek
serta atraksi wisata. Secara sepintas, objek dan atraksi wisata seolah-olah memiliki
pengertian yang sama namun sebenarnya berbeda secara prinsip. Indonesia
satu-satunya negara yang mengenal adanya istilah objek wisata, karena Indonesia memiliki
banyak sekali daerah-daerah yang memiliki objek-objek wisata yang sangat
berpotensi dan dikenal oleh masyarakat luar. Sementara di negara luar tidak mengenal
adanya istilah objek wisata, mereka hanya mengenal istilah tourist attraction (atraksi
budaya). Adapun perbedaannya adalah: objek wisata, yaitu semua hal-hal yang
menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam saja
sudah diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa tanpa ada campur tangan dari manusia,
sedangkan atraksi wisata adalah bersumber dari hasil cipta manusia atau man made
dan memerlukan persiapan-persiapan terlebih dahulu.
Objek wisata dapat dibedakan menjadi empat bagian, yaitu:
a. Alam (Nature), segala sesuatu yang berasal dari alam yang dimanfaatkan dan
diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan
kepuasan bagi wisatawan.
Contoh: pegunungan, air terjun, dan pemandangan alam.
b. Kebudayaan (Culture), yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Contoh: upacara adat dan upacara keagamaan.
c. Buatan Manusia (Man Made), yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil
karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata.
Contoh: candi, prasasti, monumendan kerajinan tangan.
d. Manusia (Human Being), yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau
kegiatan hidup manusia (way of live) yang khas dan mempunyai daya tarik
tersendiri yang dapat dijadikan sebagai objek wisata.
Keberhasilan suatu daerah untuk dapat dikembangkan menjadi daerah wisata
sangat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
a. Attraction (daya tarik wisata) yang terdiri dari dua jenis:
• Site Attraction yaitu; tempat-tempat yang memiliki pemandangan yang
indah.
• Event Attraction yaitu; peristiwa pagelaran budaya, seperti kongres,
pameran, olah raga, dan berbagai festival.
b. Accessbilities yaitu; kemudahan untuk mencapai objek wisata dengan
tersedianya sarana transportasi secara teratur ke daerah wisata dengan harga
yang terjangkau dan aman dinaiki.
c. Amenitas yaitu; kenyamanan dengan tersedianya sarana pokok dan penunjang
yang memungkinkan wisatawan dapat berkunjung ke daerah wisata tersebut.
d. Tourist Organization yaitu; sebagai pengatur usaha-usaha pariwisata dan
pengembangan pariwisata. (Yoeti, 1980)
2.3 Pengertian Produk Industri Pariwisata
Seorang pakar kepariwisataan berkebangsaan Belanda mengatakan bahwa
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
merupakan suatu industri yang terdiri dari rangkaian perusahaan yang menghasilkan
jasa dan produk yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada juga yang
menyebutkan pengertian dari industri pariwisata yaitu merupakan kumpulan dari
berbagai macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang
dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan oleh wisatawan selama dalam
perjalanannya.
Industri pariwisata baru dikenal di Indonesia setelah dikeluarkannya Inpres
(Instruksi Presiden) Republik Indonesia No.9 tanggal 6 Agustus, bab 2 pasal 3
berbunyi bahwa: “Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat pada
suatu pengembangan industri dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan
pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara.”
Produk pariwisata adalah rangakaian produk yang dihasilkan oleh industri
pariwisata, usaha wisata serta merupakan sekelompok produk nyata atau tangible
product (sarana, prasarana, serta objek dan daya tarik wisata), dan produk tidak nyata
atau intangible product (jasa pelayanan, sapta pesona, dan kemudahan-kemudahan
yang diberikan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat) kepada wisatawan dan
kepada usaha-usaha yang bergerak di sektor pariwisata.
Pada dasarnya produk industri pariwisata itu terdiri dari tiga golongan pokok,
yakni:
a. Objek-objek wisata yang terdapat di daerah-daerah tujuan wisata yang
menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Misalnya,
Danau Toba di Parapat, Pantai Pandan di Sibolga, Pusat rehabilitasi Orang
Utan di Kabupaten Langkat, Ternak Buaya di Kotamadya Medan serta
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
b. Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi (hotel,
restaurant, dan bar), tempat-tempat pembelanjaan dan lain-lain.
c. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah
tujuan wisata, dan transportasi ke objek-objek wisata.
Ketiga produk itu merupakan satu paket yang dihasilkan industri pariwisata
dan dapat dijadikan sebagai andalan devisa negara. Sesuai dengan pengertian industri
pariwisata diatas jelaslah bahwa produk tersebut tidak dihasilkan oleh satu perusahaan
saja, melainkan oleh beberapa perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan
jasa-jasa (services) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama dalam
perjalanannya. Adapun yang menjadi ciri-ciri dari produk pariwisata adalah:
Produk pariwisata tidak dapat dipisahkan atau dipindahkan secara keseluruhan
ketempat produk pariwisata, sehingga wisatawan harus mendatangi sendiri
produk yang diinginkan.
Produk dan konsumsi terjadi pada saat yang bersamaan yaitu pada saat
konsumen membutuhkan jasa pariwisata.
Produk pariwisata hanya sekali jalan dan dalam waktu yang bersamaan pula
dapat dipakai. Jadi, tidak boleh diadakan penimbunan seperti produk lainnya.
Produk pariwisata tidak mempunyai ukuran yang objektif dan memiliki
keanekaragaman bentuk sehingga sulit untuk distandarisasi dengan produk
suatu barang.
Investasi terhadap suatu produk pariwisata memerlukan modal yang besar.
Oleh karena itu, sifatnya sangat dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi dan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Pembeli atau konsumen tidak langsung mencicipi produk yang akan dibelinya
atau menguji terlebih dahulu melainkan hanya bisa mengetahuinya melalui
brosur, booklet, guide book, poster, dan lain-lain.
Produk pariwisata lebih banyak bergantung pada tenaga manusia daripada
tenaga mesin sehingga dibutuhkan manusia-manusia yang memiliki keahlian
yang profesional dibidangnya.
Perantara atau penjual produk pariwisata hanya boleh dilakukan oleh travel
agent atau operator travel saja.
2.4 Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.4.1 Sarana Pariwisata
A. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstructure)
Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya
tergantung pada kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata, yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah:
• Biro perjalanan umum
• Perusahaan pengangkutan umum
• Hotel
• Restoran, bar dan rumah makan lainnya
• Objek dan atraksi wisata
B. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Suplementary Tourism Superstructure)
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan yang menyediakan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
berfungsi untuk memperpanjang masa tinggal wisatawan ditempat atau di daerah yang
dikunjunginya. Yang termasuk kedalam kelompok ini ialah:
a) Sarana olah raga, seperti:
• Lapangan golf
• Lapangan tennis
• Kolam renang
• Daerah perburuhan
• Permainan bowling
• Selancar
• Berlayar
b) Sarana ketangkasan, seperti:
• Permainan billiard
• Jackpot
• Dan sebagainya.
C. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Suporting Tourism Superstructure)
Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang diperlukan
wisatawan, khususnya tourist business, yang tidak hanya berfungsi melengkapi sarana
pokok saja, tetapi juga membuat para wisatawan lebih lama betah tinggal di daerah
tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
• Night club
• Casino
• Olah raga ketangkasan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Baik prasarana maupun sarana penunjang kepariwisataan sesungguhnya
merupakan “tourist supply” yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila ingin
mengembangkan industri pariwisata karena dalam kepariwisataan sama seperti
prasarana dalam perekonomian pada umumnya, karena kegiatan kepariwisataan pada
hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekonomian juga.
Prasarana (infrastructure) adalah “semua fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian dapat berjalan dengan lancer sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya.” Jadi, fungsinya adalah untuk
melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan
sebagaimana mestinya.
Dalam pengertian ini, yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah:
a. Prasarana Umum (General Infrastructure), yaitu prasarana yang menyangkut
kebutuhan umum bagi perekonomian ini adalah:
• Sistem penyediaan air bersih
• Pembangkit tenaga listrik
• Jaringan jalan raya dan jembatan
• Airport, seaport, terminal dan stasiun
• Alat angkutan seperti pesawat terbang, bus, dan lain-lain
• Telekomunikasi
b. Kebutuhan masyarakat banyak (Basic Needs of Civilizied Life)
Kebutuhan masyarakat banyak adalah prasarana yang menyangkut kebutuhan
orang banyak dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
• Rumah sakit
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
• Bank
• Pompa bensin
• Administrasi office
Tanpa adanya prasarana tersebut diatas, sukarlah bagi sarana-sarana
kepariwisataan dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi
wisatawan dan travelers lainnya.
2.5 Motivasi Perjalanan Wisata
Beberapa motivasi mengapa orang melakukan perjalanan, antara lain:
a. Alasan Pendidikan dan Kebudayaan:
• Ingin melihat bagaimana rakyat Negara lain bekerja dan bagaimana cara
hidupnya (the way of life).
• Ingin melihat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Negara lain.
• Ingin menyaksikan tempat-tempat bersejarah, peninggalan-peninggalan
kuno, monumen-monumen, kesenian rakyat, industri kerajinan, festival,
events, keindahan alam, dan lain-lain.
• Untuk mendapatkan pengertian dan ide-ide baru ataupun
penemuan-penemuan baru.
• Untuk berpartisipasi dalam suatu festival kebudayaan, kesenian dan lain
sebagainya.
b. Alasan Santai, Kesenangan dan Petualangan
• Menghindarkan diri dari kesibukan-kesibukan sehari-hari dan kewajiban
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
• Untuk melihat daerah-daerah baru, masyarakat asing dan untuk
mendapatkan pengalaman.
• Untuk mendapatkan dan menggunakan kesempatan yang ada agar
memperoleh kegembiraan.
• Untuk mendapatkan suasana romantis yang berkesan terutama bagi
pasangan-pasangan yang sedang melakukan honeymoon.
c. Alasan Kesehatan, Olah raga, dan Rekreasi
• Untuk beristirahat dan mengembalikan kekuatan sesudah bekerja keras dan
ketegangan pikiran.
• Untuk melatih diri dan ikut pertandingan dalam olah raga tertentu.
• Untuk menyembuhkan diri dari suatu penyakit tertentu.
• Melakukan rekreasi dalam menghabiskan masa libur.
d. Alasan Keluarga, Negeri Asal dan Tempat Bermukim
• Untuk mengunjungi tempat dimana seseorang itu berasal atau dilahirkan.
• Untuk mengunjungi tempat dimana seseorang itu pernah tinggal atau
berdiam pada masa lalu.
• Untuk mengunjungi famili dan teman-teman.
• Untuk pertemuan keluarga dan teman-teman (reuni).
e. Alasan Business, Sosial Politik, Konferensi
• Untuk menyaksikan pameran (exhibition) kamar dagang, peninjauan suatu
proyek dan lain-lain.
• Menghadiri konferensi, seminar, symposium dan pertemuan ilmiah
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
• Mengikuti perjanjian kerja sama, pertemuan politik, dan undangan
negara-negara lain yang berhubungan dengan kenegara-negaraan,
• Ikut dalam suatu kegiatan sosial.
f. Alasan Persaingan dan Hadiah
• Untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa yang bersangkutan juga
mampu melakukan perjalanan jauh.
• Untuk memenuhi keinginan agar dapat bercerita tentang Negara lain pada
kesempatan-kesempatan tertentu.
• Agar tidak dikatakan orang ketinggalan zaman.
• Merealisir hadiah yang diperoleh dalam suatu sayembara tertentu.
• Merealisir hadiah yang diberikan seseorang.
2.6 Tujuan Penyelengaraan Kepariwisataan
Tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah melestarikan,
mendayagunakan, mewujudkan, dan memperkenalkan segenap anugerah kekayaan
destinasi sebagai keunikan dan daya tarik wisata yang memiliki keunggulan daya
saing; memupuk rasa cinta serta kebanggaan terhadap tanah air guna meningkatkan
persahabatan antar daerah dan bangsa; mendorong pengelolaan dan pengembangan
sumber daya destinasi yang berbasis komunitas secara berkelanjutan; memberikan
arah dan fokus terhadap keterpaduan pelaksanaan pembangunan destinasi; menggali
dan mengembangkan potensi ekonomi, kewirausahaan, sosial, budaya dan teknologi
komunitas melalui kegiatan kepariwisataan; memperluas dan meratakan kesempatan
berusaha dan lapangan kerja; mengoptimalkan pendayagunaan produksi lokal dan dan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
peningkatan kemampuan dan kemandirian perekonomian daerah mewujudkan
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan kepariwisataan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
2.7 Kode Etik dan Sumber Daya Pariwisata
a) Kode Etik Pariwisata
Penyelenggaraan kepariwisataan didasarkan pada Kode Etik Pariwisata
Global, sebagai berikut:
Pariwisata memberikan kontribusi untuk saling memahami dan saling menghormati antara manusia dan masyarakat.
Pariwisata sebagai penggerak bagi kepuasan bersama dan individu.
Pariwisata sebagai faktor pembangunan yang berkelanjutan.
Pariwisata sebagai pengguna warisan budaya dan kontributor terhadap peningkatnya.
Pariwisata sebagai aktivitas yang menguntungkan bagi negara, daerah, dan masyarakat lokal.
Pariwisata mendorong kewajiban seluruh sektor pembangunan dalam pengembangan pariwisata.
Pariwisata mendorong pengembangan hak-hak tenaga kerja dan
wirausahawan dalam industri pariwisata.
Implementasi prinsip-prinsip kode etik pariwisata global sebagaimana
dimaksud, dilaksanakan oleh seluruh pelaku kepariwisataan.
b) Sumber Daya Pariwisata
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Sumber daya alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, berupa letak geografi, kepulauan, laut, flora dan fauna, sungai, danau, hutan bentang alam, iklim.
Sumber daya hasil karya manusia, berupa hasil-hasil rekayasa sumber daya alam, perkotaan, kebudayaan, nilai-nilai sosial, warisan sejarah, dan
teknologi.
Sumber daya manusia, berupa kesiapan, kompetensi, komitmen dan peran serta masyarakat.
BAB III
GAMABARAN UMUM MARGA SINAGA
3.1 Sejarah Kedatangan Marga Sinaga
Marga Sinaga merupakan marga terbesar dilihat dari populasinya diantara
marga-marga yang ada di dalam Suku Batak. Saat ini Marga Sinaga sudah ada di
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Sinaga dan borunya sekitar 350.000 orang. Jumlah ini jauh lebih banyak daripada
jumlah penduduk Kabupaten Samosir. Dengan kata lain, jika Marga Sinaga dan
borunya disatukan sudah bisa “mendirikan” satu sampai dua kabupaten.
Selain di Samosir dan Toba, perkembangan pesat marga Sinaga berada di
Parapat, Simalungun secara keseluruhan, dan Tanah Karo. Penulis akan
mengemukakan sejarah kedatangan marga Sinaga ke daerah Parapat dan Simalungun.
Karena Marga Sinaga terbilang besar populasinya, maka keturunannya berkumpul
untuk memebentuk suatu organisasi yang diberi nama PPTSB (Parsadaan Pomparan
Toga Sinaga Boru-Bere). Lalu memebangun sebuah tugu megah yang diberi nama
Tugu Toga Sinaga dengan mengambil logo GALASIBOT, yang mengandung makna
mendalam yang akhirnya menjadi daya tarik wisata budaya yang layak untuk
dikunjungi. Berikut akan dibahas penyebaran Marga Sinaga dan sejarah berdirinya
Tugu Toga Sinaga.
3.1.1 Kedatangan Marga Sinaga ke Girsang Parapat
Marga Sinaga yang datang ke Girsang Parapat adalah 3 orang dari keturunan
Ompung Sinaga Bonor, yakni:
• Pomparan ni Ompunta Bonor Pande yang dinamakan juga Porti.
• Pomparan ni Ompunta Tiang ni Tonga yang dinamakan juga Sidahapitu.
• Pomparan ni Ompunta Suhut ni Huta dinamakan juga Sangkal Horbo.
Ompunta Suhut ni Huta mempunyai 4 anak, yaitu: Nasumandar,
Nahumutur, Sibaliot, dan Sorak Maunok yang bergelar sebagai si Raja Tubing.
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
dengan sumbing). Selain gelar si Raja Tubing, dia juga diberikan gelar si Raja Tubu.
Gelar terakhir ini konon diberikan karena keturunan dari Sorak Maunok itu tidak ada
yang sumbing.
Berdasarkan penuturuan dari tua-tua Sinaga dari keturunan ke keturunan atau
dari generasi ke generasi Raja sorak Maunok atau Raja Tubing pergi meninggalkan
tempat kelahirannya, yaitu Urat (Samosir) melalui perbukitan Samosir pertama-tama
ke Tomok lalu menyeberang danau menuju Sibaganding (Panahatan) dekat Parapat.
Dari Parapat kemudian pergi ke Girsang dan kemudian menyeberangi dan
membangun perkampungan di Dolok Na Godang. Dari sana, kemudian pindah ke
perkampungan dekat Gereja RK sekarang ini. Dengan alasan bahwa kampung yang
dimaksud jauh dari sumber air, maka akhirnya Raja Tubing pindah ke Sidallogan.
Di Sidallogan, dia mempunyai keturunan yang dinamai Suhut Maraja. Suhut Maraja memperistrikan Boru ni Raja I Sihotang. Dari pernikahan tersebut lahirlah
anaknya yang bernama Sidasuhut dan Sidallogan. Kemudian Suhut Maraja memiliki istri kedua, yaitu Boru Manurung. Dari Boru Manurung, Suhut Maraja memiliki anak,
yaitu Simaibang dan Simandalahi. Konon menurut cerita, setelah meniggalnya Suhut Maraja, Simaibang menikahi ibunya sendiri, yaitu Boru Manurung dan
memiliki anak, yaitu Simanjorang. Dahulu, Sidasuhut dan Sidallogan lahir kembar dalam satu “lambutan”. Untuk menentukan siapa yang menjadi kakaknya tergantung
pada siapa yang lebih duluan menangis. Setelah dibelah “lambutan”, Sidasuhut yang
pertama kali menangis. Dengan demikian, urutan keturunan Suhut Maraja adalah:
Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, dan Simandalahi. Dalam perkembangannya,
kelima keturunan Suhut Maraja itu mendirikan perkampungan masing-masing dan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Lalu, Raja Sidasuhut memiliki tiga orang anak, yaitu: Ompu Sidomdom, Ompu Hasangapon, dan Ompu Mardoli-doli. Ompu Sidomdom tinggal (marhuta) di Sipangan Bolon, Ompu Hasangapon tinggal (marhuta) di Girsang, sedangkan
Ompu Mardoli-doli pergi merantau meninggalkan kampung kelahirannya, alasannya
karena dia merasa kesal (mardandi) terhadap kakak-kakaknya. Di perantauan, Ompu
Mardoli-doli membuka perkampungan baru yang dinamai Silapit, yaitu tepatnya dekat
Simanindo. Dengan alasan rasa kesal (mardandi), maka gelar yang diberikan
kepadanya yaitu Ompu Na Mardandi sian Girsang.
3.1.2 Kedatangan Marga Sinaga ke Simalungun Horison
Adalah suatu kebiasaan pada waktu itu yang turun temurun secara regular
mengadakan pesta, begitu jugalah yang dilakukan oleh Ompunta Sinaga. Pesta Sinaga
yang dilaksanakan itu disebut pesta mamborat horbo. Dalam pesta hadir seluruh
keturunan Sinaga, dan yang menjadi tuan rumahnya (bolahan amak) yaitu Sidallogan.
Untuk melaksanakan pesta sebagaimana biasanya, semua pihak saling
berpartisipasi. Ompu Mardoli-doli dan beberapa orang (semuanya 6 orang) mendapat
tugas untuk mencari “borotan” ke hutan. Sesuai dengan tradisi, mereka
diberangkatkan dengan acara resmi dengan tujuan supaya tidak ada halangan. Ompu
Mardoli-doli dan rombongannya berangkat menuju hutan Dolok Sirki, kemudian
dianggap menjadi suatu “junjungan” Sinaga dari Girsang. Dalam pencariannya, Ompu
Mardoli-doli mengalami masalah, yaitu terlalu lama di hutan, sedangkan pesta harus
segera dimulai sesuai jadwal. Terlalu lamanya di hutan diakibatkan dua hal, yaitu
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Di kampung tersebut, dimana pesta akan dilaksanakan, keturunan Sinaga yang
lain sudah gelisah dan takut atas keselamatan Ompu Mardoli-doli dengan rombongan.
Untuk menyelamatkannya, mereka melaksanakan “margondrang.” Dalam waktu
yang sama Ompu Mardoli-doli dan rombongan sudah menuju kampung dan
mendengar bunyi gondrang yang bertalu-talu, tetapi setibanya di kampung, gondrang
berhenti. Berhentinya bunyi gondrang ditafsirkan oleh Ompu Mardoli-doli dan
rombongan sebagai tanda selesainya pesta tanpa keikutsertaan mereka, sehingga
mereka berhenti di gerbang kampung dan tidak masuk ke dalam kampung.
Keadaan yang demikian oleh Sinaga yang sudah mengharapkan kedatangan
mereka dan menyuruh mereka supaya masuk untuk bersama-sama memulai pesta,
tetapi mereka tetap tidak mau. Akhirnya diutuslah saudara perempuannya (ibotonya)
Boru Sinaga untuk membujuk mereka masuk ke kampung dan ke rumah. Tapi mereka
meminta satu syarat untuk mau masuk ke rumah, yaitu seperangkat gondrang, tongkat
panaluan, dan laklak harus ikut menjemput mereka di gerbang. Syarat itu dipenuhi,
tetapi permintaan itu hanyalah penipuan.
Setibanya di gerbang kampung, perangkat gondrang, tongkat panaluan, dan
lakalak mereka kuasai dan mereka bawa lari. Hal ini memaksa si Boru Sinaga ikut
melarikan diri karena takut kepada ibotona yang sedang menunggu-nunggu. Keenam
rombongan Ompu Mardoli-doli beserta ibotona lari dengan menaiki sampan (solu),
tetapi ternyata muatan solu hanya untuk 6 orang, sehingga salah satu dari mereka
harus tinggal. Mereka menaiki solu dan mendayung menurut arah angina.
Pertama-tama mereka mendarat di Bokung kemudian ke Silapit Simanindo. Lalu tinggallah
seorang dari mereka di Simanindo. Dari Simanindo, mereka menyebar ke Galungan,
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
Keturunan Ompu inlah Marga Sianga yang pertama kali menyebar ke
Simalungun Horison (Tambun Raya, Tigaras, Salbe, Haranggaol, dan Pantai Danau
Toba lainnya yang masuk wilayah Simalungun). Gondrang, tongkat panaluan, dan
laklak sampai saat ini tersimpan di Silapit Simanindo. Ibotona yang ikut melarikan
diri menikah dengan Marga Sidauruk.
3.1.3 Kedatangan Marga Sinaga ke Porsea, Tiga Dolok, dan Tanah Jawa
Ompu Raja Sidallogan, yaitu keturunan kedua Ompu Suhut ni Huta,
mempunyai empat orang anak, yaitu: Ompu Guru Tinatea, Ompu Batu Nanggar,
dan Ompu Manohu. Lalu, Ompu Guru Tinatea pergi membuka perkampungan di Sipangan Bolon, Ompu Batu Nanggar membuka perkampungan di Batu Nanggar
diatas kampung Panahatan (Aek Nauli), dan Ompu Maohu menetap tinggal di Girsang
(Sidallogan).
Ompu Guru Tinatea memiliki tiga orang anak, yaitu: Raja Pandulangan, Ompu Biakna (Raja Parlaungan), dan Ompu Bunga Duri (Raja Punjuangin).
Raja Pandalungan karena didasari ingin mencari pamannya (tulangnya), maka ia
membuka perkampungan di Jangga. Kemudian Ompu Biakna menyusul tinggal di
Jangga. Ompu Bunga Duri merantau ke Porsea dan membuka perkampungan yang
dinamai Lumban Sinaga.
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
tongkat. Ompu Pagar Holambu pergi merantau dan membuka perkampungan di Aek
Nauli Tiga Dolok (Pagar Hulambu).
Ompu Sorga Lawan yang juga diberi gelar Ompu Parlutop, keturunannya
digelari sebagai Sinaga Sidahoyang pergi merantau ke Tanah Jawa, dalam arti
pemerintahan, raja bukan dijadikan sebagai gelar. Raja Tanah Jawa adalah salah satu
raja maroppat di Simalungun. Uraian singkat tentang kerajaan Ompu Tuan Sorga
Lawan adalah:
Raja pertama dan yang mendirikan Tanah Jawa di Kabupaten Simalungun pada abad ke-13. Kerajaan ini diperintah oleh keturunannya turun temurun hingga 17
Juni 1945. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Tuan Jonta Bulan.
Setelah ayahnya wafat, maka ia yang menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja. Ia juga memiliki satu orang anak laki-laki sebagai pewaris, yang bernama
Tuan Sogahari.
Ia menggantikan kedudukan ayahnya menjadi raja. Ia mempunyai dua orang anak laki-laki dari pernikahannya dengan puteri Bandar (Damanik), yaitu: Tuan Usul
Majadi dan Tuan Jintar.
Setelah Tuan Sogahari wafat, maka kedudukannya sebagai raja digantikan oleh anak bungsunya, yaitu Tuan Jintar, karena semasa hidupnya, Tuan Sogahari telah
mengangkat anaknya yang tertua, Tuan Usul menjadi Raja Marubun, yang
berkedudukan di Balimbangan yang sekarang.
3.2 Sejarah Berdirinya Tugu Toga Sinaga di Urat-Samosir
Akibat perang dunia ke-2 dan perang kemerdekaan, kegiatan PPTSB
(Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Boru-Bere) Medan dan sekitarnya yang sudah
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
orang dari pomparan ini yang berdomisili di Medan mencoba mengembangkan
kegiatan PPTSB dengan menghubungi tokoh-tokoh Toga Sinaga yang ada di
Kotamadya Medan. Dan kegiatan ini mendapat sambutan dan dukungan, apalagi
dengan keberadaan Major Polisi waktu itu Bapak Drs.M.H.Sinaga pindahan dari
Jakarta ke Medan sebagai Asisten II KAPOLDASU menyambut baik peningkatan
kegiatan PPTSB ini, bersedia aktif sebagai anggota pengurus. Untuk merealisasi
gagasan ini, diadakanlah rapat-rapat pertemuan dari Pomparan Toga Sinaga yang ada
di Kotamadya Medan.
Dari hasil rapat yang dilaksanakan selama beberapa kali, selaku pemrakarsa
pendirian tugu ini, M.S.M.Sinaga memberi penjelasan atas kesepakatan yang telah
diperoleh dari rapat, yaitu: “Tugu Toga Sinaga ini sangat penting untuk didirikan
karena memiliki tujuan yang sangat besar, yaitu sebagai alat pemersatu bagi seluruh
Pomparan Toga Sinaga yang berkembang di bumi persada ini. Sudah waktunya kita
marga Sinaga membuktikan dirinya tetap satu pada dunia luar, dimana kita tetap
menggunakan sebutan Marga Sinaga dan tidak Marsiolian (nikah sedarah). Kesatuan
dalam sebutan Sinaga ini harus tetap kita pertahankan dan lestarikan dengan
mendirikan Tugu Toga Sinaga di Bonapasogit kita”.
Itulah yang menjadi alasannya mengapa Tugu Toga Sinaga ini perlu didirikan.
Karena seluruh pomparannya tidak ingin budaya dan sebutan Marga Sinaga itu hilang
begitu saja, tetapi harus tetap dilestarikan hingga ke generasi selanjutnya, bahkan
harus dapat dikenal oleh marga lain maupun suku lain.
3.2.1 Rencana Pembangunan Tugu
A. Dalam perumusan kelompok Pembangunan Tugu, telah diputuskan untuk
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
a) Tugu berbentuk segitiga, yang menggambarkan Si-Tolu Ompu, yaitu bahwa
Sinaga terdiri dari 3 ompung, yakni: BONOR, OMPU RATUS, dan URUK.
b) Tangga sebanyak 9 (sembilan) yang menggambarkan Si-Sia Ama, yaitu
bahwa Sinaga memiliki 9 bapak, yakni: Pande, Tiang Nitonga, Suhut
Nihuta, Ratus Nagodang, Tinggi, Okko, Hatahutan, Barita Raja, dan Datu
Hurung.
c) Tinggi 17 meter, yang menggambarkan garis keturunan silsilah dari Toga
Sinaga sampai generasi yang mendirikan Tugu pada saat itu baru berkisar
antara 16-18 generasi. Jadi, dipilihlah pertengahan yaitu 17 meter.
d) Di puncak sekali dibuat timbangan (Hatian) yang menggambarkan Ompu
Toga Sinaga adalah Parhatian Sibola Timbang Parninggala Sibola Tali
(GALASIBOT). Yang artinya: “Menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran ”, merupakan ungkapan yang memiliki arti yang sangat mendalam menjadi ciri
khas dari Tugu Toga Sinaga yang membuat tugu ini semakin dikenal oleh
banyak orang.
e) Sebelah kanan tugu dibuat Rumah Batak (Rumah Bolon) sebagai simbol
kediaman Ompu Toga Sinaga dan sebelah kirinya dibuat “SOPO” yaitu
simbol tempat penyimpanan padi dan harta benda.
f) Nama tugu: “TUGU TOGA SINAGA” yang dibuat dengan ukiran dan
ditempatkan di sebatang tugu yang menjulang dari atas ke bawah huruf demi
huruf.
g) Pada bangunan Rumah Batak dan Sopo dibuat bermotifkan budaya khas
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
h) Rencana anggaran biaya diperkirakan sebesar Rp.750.000.000 atau
Rp.750.000 uang baru (karena kebetulan pada waktu itu pertukaran nilai
uang Rp.1.000,- menjadi Rp.1,-).
B. Tugas Panitia Pembangunan Tugu
a) Mencari sumber dana dari seluruh warga Toga Sinaga dan Borunya yang
ditetapkan Rp.50,- ub/keluarga dan dari donatur serta usaha-usaha lain yang
tidak melanggar peraturan pemerintah.
b) Membentuk tim survey ke lokasi untuk meneliti tempat berdirinya tugu di
Bonapasogit Samosir. Karena ada 3 calon lokasi tempat yang diajukan,
yaitu:
• Mogang,
• Gorat, dan
• Sinaga Uruk.
c) Membentuk seksi pengadaan dana di daerah-daerah yang langsung ditangani
pengurus cabang.
C. Pelaksanaan Pembangunan Tugu
Dari hasil peninjauan yang dilakukan dan melalui siding-sidang rapat, maka
diambil keputusan, yakni:
a) Menetapkan tempat berdirinya Tugu Toga Sinaga, yaitu di Desa Urat,
Kecamatan Palipi, Kabupaten Samosir, dengan alasan dan pertimbangan,
anatara lain: tempatnya strategis, struktur tanah cukup kuat untuk tempat
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
b) Peletakan batu pertama dilaksanakan pada tanggal 27 September 1969, yang
pelaksanaannya hanya dihadiri oleh pengurus pusat selaku panitia
pembangunan dan utusan-utusan dari beberapa daerah/cabang.
c) Setelah pembngunan diselesaikan, maka akan diadakan peresmian Tugu
pada tanggal 6 Juni 1970, yang akan mengundang 6 marga yang memiliki
kaitan dengan Toga Sinaga, yakni: Situmorang, Pandiangan, Nainggolan,
Simatupang, Aritonang, dan Toga Siregar.
Jadi, keberadaan Tugu Toga Sinaga dan PPTSB sebagai organisasi pengikat
bagi keturunan Toga Sinaga sangat besar manfaatnya dan merupakan sebagai alat
pemersatu bagi seluruh pomparan Toga Sinaga dimanapun berada di seluruh
pelosok dunia ini. Didirikannya ini merupakan manifestasi dari rasa hormat,
bangga, dan kecintaan pomparannya terhadap Marga Sinaga dan merupakan
lambang kesatuan dari seluruh pomparan Toga Sinaga pada generasi yang akan
datang.
Inilah yang menjadi keunikan Marga Sinaga dibanding marga lainnnya pada
Suku Batak. Marga Sinaga dengan semua keturunannya bersepakat membangun
sebuah tugu yang megah dengan mengandung makna-makna filosofi yang
menjadikannya sebagai pusat perhatian orang sehingga orang tertarik untuk datang
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
GALASIBOT SEBAGAI ASET BUDAYA MARGA SINAGA
MERUPAKAN DAYA TARIK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN
SAMOSIR
4.1 Pengertian Galasibot
Galasibot adalah akronim dari ungkapan yang berbunyi: “Parninggala Siboal
Tali.” Itu adalah ungkapan yang digali dari suatu mitologi dan ajaran hukum
kepamongan habatakon asli yang dijadikan sebagai simbol atau lambang dari Toga
Sinaga, dimana ungkapan ini tertulis besar di Tugu Toga Sinaga. Pemikiran filosofi
dari ungkapan inilah yang menjadikannya unik dan sangat khas sehingga membuat
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
tertaik untuk mengetahui arti dari filosofi yang tertulis pada Tugu Toga Sinaga
(GALASIBOT). Karena hanya Marga Sinaga satu-satunya marga dalam Suku Batak
yang mengambil Galasibot sebagai lambang tugunya. Ungkapan inilah yang menjadi
ciri khas dari Tugu Toga Sinaga dan seluruh keluarga besar Marga Sinaga.
Seperti telah diberi tahu pada bab sebelumnya, bahwa pada puncak Tugu
Toga Sinaga dibuat gambar timbngan (Hatian), yang berarti kejujuran, keadilan.
Dimana kita juga bisa melihat bahwa pada semua pengadilan di seluruh dunia ini
menggunakan gambar timbangan sebagai lambangnya. Itulah yang menjadi tujuan,
visi, dan misi dari Galasibot.
Ungkapan Parniggala Sibola Tali (GALASIBOT) berasal dari Habatakon,
yang isinya sangat misterius dan ungakapan itu diambil dari Raja Patik Tampubolon
yang diarahkan kepada Raja Malim Si Singa Mangaraja, yang secara lengkap
berbunyi:
“Pangahitan di sangap, pangahutan dibadia; sihorus na gurgur, siambai na
longa. Paradat sijujung ni ninggor, paruhum sitingkos ni ari; sipalua na tarbeang,
sitanggali na tartali … Sirungrungi na dapot bubu, sitanggali na dapot doton;
dirimbas do na geduk, parninggala sibola tali; marsolup siopat bale, parmesan
sisampulu dua, pargantang tarajuan; parhatian na so ra muba; pangiringring na so
jadi lupa; partomu-tomu na so jadi ambaton. Parindahan ragia na so jadi mago;
parsangsing ni onan na so jadi muba.” Yang memiliki arti dalam Bahasa Indonesia,
yaitu:
“Pelepas ikan dari bubu, pelepas ikan dari jala, pelurus sarwa yang bengkok,
pemilik bajak pembelah tali; pemilik solup berukuran empat bale (takar), parmasan
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
pemapah anak yang tak pernah lupa, penyambut tamu tak jerah terhalang. Pemilik
tumpak-penatang sajian tak pernah habis, pemegang tata pasar tak pernah berubah.”
Makna filosofi dari ungkapan Galasibot akan dibahas pada
Bagian selanjutnya.
4.2 Makna Galasibot A. Makna Etimologis
Parninggala sibola tali, berasal dari tiga akara kata, yakni tinggala (bajak),
sibola (pembelah), dan tali (tali).
Kesan yang pertama muncul jika diperhatikan secara cermat yaitu kontras
kecermatan, Kontrasnya yaitu: koq bajak dijadikan pembelah tali. Falsafahnya yaitu:
koq begitu ajaib sehingga tinggala sanggup dan teliti membelah tali. Justru
kontras-teliti inilah yang menjadikannya adagium sangat kreatif dan mendalam.
B. Makna dalam Weltanschauung Batak
Tinggala (bajak) adalah sarana pertanian yang menjadi landasan
Weltanschauung pertanian batak. Dalam hal ini, seluruh dunia vegetatif batak
dilambangkan sebagai pars pro toto. Segala kesejahteraan, berkat, kebahagiaan
bersumber dari alam vegetatif ini. Termasuk 3H (hagabeon, hamoraon, dan
hasangapon), sebagai puncak cita-cita kebahagiaan batak, berasal dari sanggaan dunia
vegetatif batak: sinur ma na pinahan, gabe na niula; imbur magodang angka na
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
horas pardalandalan songon I na tading di huta, tumpakon ni Tuhanta Debatanta
Namartua.
Sejatinya, dalam mengolah tanah, bajak memisahkan tanah ke kanan-kiri,
sambil menggemburkan dan menyuburkan. Hikmah yang ditangkap sukma batak
adalah pemisahan, pembedaaan, dan pemberian distingsi. Hampir seluruh nalar logika
barat dibentuk dari paham ini, dalam pribahasa inteletktualnya yang berbunyi: bene
distinguit, bene intelligit, dan bene vincit. “Membedakan dengan baik, memahami
lebih baik, dan menguasai lebih baik.”
Nuansa yang terkandung didalamnya adalah judikatif-okupatif, yaitu:
mencoba memahami dengan cermat, menimbang dan menilai untuk menaklukkan.
Bahasa rangsa dekoratif batak mengasosiasikan tinggala dengan hudali
(tajak). Dalam dunia kesuburan vegetatif, hudali ini dilambangkan dengan simbol alat
kelamin laki-laki (penis), yang dipasangkan dengan vagina perempuan:
“na dai ninna itak niduda ni anak boru; beha hinadaina, ibana dingkan toru; sada
hudalina mangariar, mangarosu; pamurnang ni bagotna nunga dipasupasu;
pangonjar ni aekna manarunsar sian toru.
Dengan demikian, tinggala mengandung multi makna simbolis, yaitu: alat
pertanian, pemberi distingsi, penakluk, dan penyubur. Tujuannya itu semua ialah
untuk mencapai kesejahteraan, kebahagiaan, dan kesempurnaan, sebagaimana
dimaksud dalam penciptaan.
Tali pun mengandung makna yang konkret dan simbolis. Secara konkret, arti
tali dalam Bahasa Batak ialah identik dengan tali dalam Bahasa Indonesia. Jadi, tidak
ada perbedaan alam kata ini.
Namun, dalam arti simbolis, tali dalam Bahasa Batak mengandung arti
Aprina Hartati : Galasibot Sebagai Aset Budaya Marga Sinaga Merupakan Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Samosir, 2009.
USU Repository © 2009
dengan kisah mitologi pada penciptaan bumi, yaitu: Untuk menciptakan bumi, Si
Boru Deang Parujar, ibunda umat manusia, melemparkan tali benangnya dari
khayangan (Banua Ginjang), lantas menyusulnya untuk turun ke Lautan Khaos Purba
(Laut Lapaslapas). Disanalah ia menempa bumi ini, benua tengah (Banua Tonga). Ia,
dan juga dewa-dewi turun-naik memanjat tali ini sampai bumi penuh dengan
pepohonan, hutan, dan tanaman, binatang liar dan ternak, dan akhirnya dengan
manusia, yang dilahirkannya lah Si Raja Batak. Para Dewata pun, pencipta Mula Jadi
Na Bolon, Dewata Batara Guru, Soripada, Mangalabulan, dan Dewata Asiasi, turut
turun dan naik dari Banua Ginjang ke Banua Tonga dengan menggunakan tali ini.
Dengan demikian, tali perdana dalam dunia batak berarti “tali pusat
penciptaan, penyelengaraan, dan berkat.” Makna sangat mendalam, karena sampai
eksistensi manusia dihubungkan dengan peranan tali.
Pengembangan lanjut dari makna tali ialah selalu dihubungkan dengan tali
benang (bonang manalu/bonang manolu). Jenis tali ini sangat dikenal sakti, mujarab,
ampuh, dan sacral dalam dunia hadatuon Batak. Wujudnya adalah benang tri-warna
dan berbelit (sitiga bolit, sitiga borna), warnanya yaitu: hitam, merah, dan putih. Ini
merupakan hasil dari tiga utas benang yang berwarna. Tentang kemujarabannya,
yaitu: kalau ada orang sakit, cukup dibelitkan benang ajaib ini,maka penyakitnya akan
hilang.
Ketiga warna benang ini ialah lambang dari Dewata Trimurti Batak (Debata
Natolu), yakni: Batara Guru, Soripada, dan Mangalabulan. Ketiga Dewata ini
dititiskan oleh Allah Penjadi, Mulajadi Nabolon, untuk menyandang kuasa
mutlakNya. Benang warna hitam adalah lambang kuasa dari Batara Guru sebagai