• Tidak ada hasil yang ditemukan

aplikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "aplikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Medan"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PBLK

APLIKASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI KEPADA KLIEN ISOLASI SOSIAL

DI RSJ PROF. MUHAMMAD ILDREM MEDAN

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Pengalaman Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh:

Teorida Laia, S.Kep 101101068

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan pengalaman belajar lapangan komprehensif (PBLK) dengan judul “aplikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Medan”.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Evi Karota, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II, Ikhsanuddin Ahmad H, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU

2. Ibu Salbiah, S. Kp., M. Kep selaku koordinator Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Sri eka wahyuni , S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing PBLK yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan PBLK ini.

4. Direktur RSJ Prof. Dr. Muhamad Ildrem medan yang telah memberikan izin penelitian.

(5)

6. Rekan-rekan mahasiswa F.Kep 2010, Generasi Muda Nias, adik-adik rohani saya (Titin, Vinces, Vita, Hening, Rini dan Dana). Teman satu pelayanan di NHC, teman satu komsel, teman berdikari 17

Semoga Tuhan Yang Maha Esa yang mencurahkan berkat dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan PBLK ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga PBLK ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berharga untuk bidang keperawatan.

Medan, Agustus 2015

(6)

DAFTAR ISI

2.1.6 tindakan keperawatan ... 15

2.2 terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) ... 15

2.2.1 tujuan TAKS ... 16

2.2.2 karakteristik TAKS ... 16

2.2.3 sesi TAKS ... 17

2.3 evidence based aplikasi TAKS pada klien isolasi sosial ... 34

Bab 3 laporan Kasus ... 39

Bab 4 analisa asuhan keperawatan ... 64

4.1 profil ruangan ... 64

4.2 analisa pengkajian keperawatan ... 66

4.3 analisa diagnosa keperawatan... 68

4.4 analisa intervensi keperawatan ... 69

4.5 analisa implementasi keperawatan ... 70

4.6 analisa pengkajian keperawatan ... 72

Bab 5 kesimpulan dan saran ... 75

5.1 kesimpulan ... 75

5.2 saran ... 76

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Evaluasi Kemampuan Verbal Klien Memperkenalkan Diri ... 53

Tabel 2 Evaluasi Kemampuan Nonverbal Klien Memperkenalkan Diri ... 53

Tabel 3 Evaluasi Kemampuan Verbal Klien Berkenalan ... 54

Tabel 4 Evaluasi Kemampuan Nonverbal Klien Berkenalan ... 54

Tabel 5 Evaluasi Kemampuan Verbal Bertanya... 55

Tabel 6 Evaluasi Kemampuan Verbal Menjawab ... 55

Tabel 7 Evaluasi Kemampuan Nonverbal Bertanya Dan Menjawab ... 56

Tabel 8 Evaluasi Kemampuan Verbal Klien Menyampaikan Topik ... 57

Tabel 9 Evaluasi Kemampuan Verbal Klien Memilih Topik ... 57

Tabel 10 Evaluasi Kemampuan Verbal Klien Memberi Pendapat ... 57

Tabel 11 Evaluasi Kemampuan Nonverbal Bercakap-Cakap Masalah Pribadi ... 58

Tabel 12 Evaluasi Kemampuan Verbal Menyampaikan Topik... 59

Tabel 13 Evaluasi Kemampuan Verbal Memilih Topik ... 59

Tabel 14 Evaluasi Kemampuan Verbal Memberi Pendapat Tentang Masalah ... 59

Tabel 15 Evaluasi Kemampuan Nonverbal Bercakap-Cakap Topik Tertentu ... 60

Tabel 16 Evaluasi Kemampuan Verbal Bertanya Dan Meminta ... 61

Tabel 17 Evaluasi Kemampuan Verbal Menjawab Dan Memberi ... 61

Tabel 18 Evaluasi Kemampuan Nonverbal Bekerjasama ... 61

Tabel 19 Evaluasi Kemampuan Verbal Menyebutkan Manfaat TAKS ... 63

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Izin PBLK ... 80

Lampiran 2 Sop TAKS ... 83

Lampiran 3 Jadwal Tentatif Penelitian ... 84

Lampiran 4 Dokumentasi ... 85

(9)

Judul : Aplikasi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Klien Isolasi Sosial di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan Nama Mahasiswa : Teorida Laia

NIM : 101101068

Program Studi : Profesi Keperawatan (Ners)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami masalah dalam kepercayaan yang mengganggu kemampuannya untuk membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi (TAKS) merupakan salah satu upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi serta memantau penerimaan stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Aplikasi TAKS di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan dilakukan selama 9 hari dengan 7 kali TAKS selama 45 menit di ruang Kamboja. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa sebelum dilakukan TAKS klien belum mampu bersosialisasi secara verbal dan nonverbal. Setelah dilakukan kegiatan TAKS klien menunjukkan peningkatan kemampuan bersosialisasi baik peningkatan kemampuan sosialisasi secara verbal maupun nonverbal. Disarankan bagi perawat yang bertugas di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem untuk lebih berperan aktif dalam melakukan kegiatan pada klien isolasi sosial terutama pelaksanaan kegiatan TAKS yang dilakukan secara rutin dalam jangka waktu yang cukup panjang untuk mengoptimalkan peningkatan kemampuan klien dalam bersosialisasi.

(10)

Title : The Application of Socialization Group Activity Therapy on Social Isolation Patients at Prof. Dr. Muhammad Ildrem Mental Hospital, Medan

Name of Student : Teorida Laia Std. ID Number : 101101068

Study Program : Nursing Profession (Nurse)

ABSTRACT

Social Isolation is a condition when a person has a problem in which he believes that he is incapable of developing his relationship with other people. TASK (Socializa tion Group Activity Therapy) is one of the attempts to facilitate the socialization capacity of a number of clients who have social relationship problems in monitoring and increasing interpersonal relationship, giving response to other people, expressing ideas, changing perceptions, and monitoring external stimulus acceptance from the environment. The application of TASK at Prof. Dr. Muhammad Ildrem Mental Hospital, Medan, was conducted within nine days with seven times TASK within 45 minutes in Kamboja Room. The result of the research showed that before TASK was conducted, clients were not able to socialize verbally and non-verbally. After TASK activity was conducted, they increased their social communication, both verbally and non-verbally. It is recommended that nurses who are on duty at Prof. Dr. Muhammad Ildrem Mental Hospital should be active in their activity on the social isolated patients, especially in the TASK activity, regularly in the long run in order to optimize clients’ capacity in socializing.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti pangan, sandang, perumahan, penghasilan, pendidikan, kebebasan beragama dan kesempatan untuk mengembangkan daya cipta. Masyarakat yang dapat hidup sehat merupakan masyarakat yang sadar, mampu mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang sedang dihadapi sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan oleh penyakit fisik maupun psikologis, termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat termasuk masalah kesehatan jiwa (Depkes RI, 2006).

(12)

Untuk mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal, pemerintah Indonesia menegaskan perlunya upaya peningkatan kesehatan jiwa, seperti yang dituangkan dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144 yang menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif terhadap stressor dari dalam dan luar lingkungan yang berhubungan dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan budaya kebiasaan/norma setempat dan mempengaruhi interaksi sosial individu, kegiatan dan fungsi tubuh. Salah satu jenis gangguan jiwa berat adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu termasuk fungsi berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku yang dapat diterima secara rasional (Sarwono, 2012).

(13)

yang dialami klien yang mengakibatkan klien mengalami isolasi sosial (Videback, 2008).

Interaksi sosial sangatlah penting untuk setiap individu, karena manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lain saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial seperti adanya rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri (Purwaningsih, 2009). Ketidakmampuan klien berinteraksi disebut dengan isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain atau sekitarnya agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang kembali (Purba, dkk. 2012).

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan kepada klien isolasi sosial salah satunya adalah terapi kelompok yang bersifat suportif atau pemberian dukungan pada klien isolasi sosial yang biasa disebut terapi psikososial (Videback, 2008). Terapi psikososial adalah terapi yang dilakukan secara berkelompok untuk meningkatkan interaksi antar individu yang ikut serta sebagai peserta dalam terapi kelompok. Terapi ini merupakan metode yang didasarkan prinsip-prinsip sosial dan menggunakan teknik perilaku bermain peran, praktek dan umpan balik guna meningkatkan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah (Keliat, 2013)

(14)

tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat, 2013). Terapi aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan masalah keperawatan klien, salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS). TAKS adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Dengan TAKS maka klien diharapkan dapat meningkatkan hubungan sosial secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan masyarakat (Keliat, 2013).

Beberapa penelitian mengenai pengaruh TAKS terhadap klien dengan masalah keperawatan isolasi sosial seperti penelitian yang dilakukan oleh Hasriana (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan klien dalam berinteraksi sosial hal ini tampak pada hasil penelitian dimana 93,3% klien mampu bersosialisasi. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nyumirah (2012) yang menyatakan bahwa ada peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku) kepada klien isolasi sosial setelah dilakukan terapi kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2009) mengenai pengaruh TAKS terhadap tingkat depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menunjukkan adanya pengaruh TAKS terhadap penurunan tingkat depresi pada klien di Rumah Sakit tersebut.

(15)

jarang dilakukan kepada klien. Menurut Keliat (2005) terapi aktivitas kelompok masih jarang dilakukan karena kemampuan perawat dalam menjalankan kegiatan terapi aktivitas kelompok belum memadai, pedoman pelaksanaan dan perawatan yang mewajibkan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok di Rumah Sakit juga belum ada.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh aplikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan klien berinteraksi sosial guna membantu klien dalam menangani masalah kesehatan yang dihadapi melalui penerapan asuhan keperawatan dalam bentuk terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS).

1.2Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian ini adalah “Adakah pengaruh aplikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial di RSJ Prof. Muhammad Ildrem Medan?”.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi terapi aktivitas kelompok sosialisasi kepada klien isolasi sosial di RSJ Prof. Muhammad Ildrem Medan.

1.3.2 Tujuan khusus

(16)

1. Mengetahui karakteristik klien isolasi sosial di Ruang Kamboja RSJ Prof. Muhammad Ildrem Medan.

2. Mengetahui kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di Ruang Kamboja RSJ Prof. Muhammad Ildrem Medan sebelum diberikan intervensi TAKS. 3. Mengetahui kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di Ruang Kamboja

RSJ Prof. Muhammad Ildrem Medan setelah diberikan intervensi TAKS. 1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini telah dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat mengenai pentingnya manfaat terapi aktivitas kelompok sosialisasi dan bagaimana memberikan terapi aktivitas kelompok yang tepat dan benar sehingga dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi pada klien isolasi sosial dan mempercepat proses penyembuhan penyakit klien.

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu keperawatan, khususnya ilmu keperawatan jiwa, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa selanjutnya.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini telah dapat dijadikan masukan ataupun panduan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai TAKS pada klien yang mengalami isolasi sosial.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Isolasi Sosial

2.1.1 Pengertian

Isolasi sosial merupakan perilaku yang teramati pada respon sosial maladaptif yang mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan merasa tidak aman. Respon yang sering yang sering terjadi meliputi manipulasi, narkisme dan impulsif (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Carpenito (2006) isolasi sosial merupakan individu atau kelompok yang mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mempu membuat kontak.

(18)

2.1.2 Rentang respon sosial

Rentang respon pada sosial menurut Videbeck (2008):

Keterangan dari rentang respon sosial (Videbeck, 2008): 1. Solitut (Menyendiri)

Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk merenung apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk menentukan langkahnya.

2. Otonomi

Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3. Kebersamaan (Mutualisme)

Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal. 4. Saling ketergantungan (Interdependent)

Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

5. Kesepian

Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian dengan orang lain atau lingkungannya.

Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi Otonomi Menarik diri Impulasif

(19)

6. Menarik diri

Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain atau lingkungannya.

7. Ketergantungan (Dependent)

Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain. 8. Manipulasi

Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain.

9. Impulsive

Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.

10.Narkisme

Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.

2.1.3 Penyebab

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, 1998). A. Faktor predisposisi

(20)

1. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.

2. Faktor Biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia. 3. Faktor Sosiokultural

(21)

4. Faktor Komunikasi dalam Keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Adanya sikap bermusuhan, sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekan anak, selalu mengkritik, meyalahkan anak dan tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, tidak adanya pujian atas keberhasilan anak,kurang kehangatan dalam keluarga, ekspresi emosi yang tinggi (marah, berteriak dan penggunaan kekerasan fisik), dan double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan).

B. Faktor Persipitasi

Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain (Stuart & Sundeen, 1998):

1. Stressor Sosiokultural

Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2. Stressor Psikologik

(22)

dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri).

3. Stressor Biokimia a. Teori Dopamin

Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat mengakibatkan terjadinya skizofrenia.

b. Menurunnya MAO (Mono Amino Oxidase)

Menurunnya MAO didalam darah dapat meningkatkan jumlah dopamin dalam otak, karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin. Maka menurunnya MAO dapat juga merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.

c. Faktor Endokrin

Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertyroidism, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laki psikotik. d. Viral Hipotesis

Beberapa jenis virus dapt menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak. 4. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial

(23)

2.1.4 Tanda dan gejala

Menurut Purba, dkk (2012), tanda dan gejala klien isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain, klien merasa tidak aman berada dekat dengan orang lain, klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, klien merasa bosan dan lambat dalam menghabiskan waktu, klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa tidak berguna dan tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

2.1.5 Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stressinterpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan (Stuart & Sundeen, 1998)

2.1.6 Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien isolasi sosial bertujuan

untuk (Purba, dkk. 2012) : 1) klien dapat membina hubungan saling percaya, 2)

klien dapat menyadari penyebab terjadinya isolasi sosial atau menarik diri, 3) klien

dapat berinteksi dengan orang lain. Setelah mendapat terapi keperawatan

diharapkan klien dapat meningkatkkan keterampilan dalam berinteraksi,

berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan sosial, mengurangi rasa kesendirian dan

(24)

diberikan kepada klien dilakukan secara komprehensif meliputi terapi individu,

kelompok, keluarga maupun komunitas.

2.2Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Terapi aktifitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial (Keliat & Akemat, 2014). Sosialisasi yang dimaksud memfasilitasi psikoterapis untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide dan tukar persepsi serta memantau penerimaan stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.

2.2.1 Tujuan TAKS A. Tujuan umum

Tujuan umum TAKS menurut Purwaningsih & Karlina (2009) adalah meningkatkan hubungan interpersonal antar kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus emosi eksternal.

B. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari TAKS menurut (Keliat & Akemat, 2014) adalah: klien mampu menyebutkan identitasnya, mampu menyebutkan identitas orang lain, berespon terhadap klien yang lain dan mengemukakan pendapat dan perasaannya.

2.2.2 Karakteristik Peserta TAKS

(25)

mengikuti kegiatan ruangan; 2) klien yang sering berada ditempat tidur; 3) klien yang menarik diri, kontak sosial kurang; 4) klien dengan harga diri rendah; 5) klien yang gelisah, curiga, takut dan cemas; 6) tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan; 7) sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.

2.2.3 Sesi TAKS

TAKS terdiri dari 7 sesi, yaitu:

1. Sesi 1 : Kemampuan Memperkenalkan Diri

a. Tujuan: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi.

b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan uangan nyaman dan tenang.

c. Alat: Tape recorder, kaset “marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.

d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran atau stimulasi.

e. Langkah-langkah

Persiapan: memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu isolasi sosial menarik diri, membuat kontrak dengan klien, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

(26)

menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Tahap Kerja: 1) jelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan dihidupkan serta bola akan diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan diri; 2) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengun arah jarum jam; 3) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nama pangilan, hobi dan asal dimulai terapis sebagai contoh; 4) tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai; 5) ulangi 2,3 dan 4 sampai semua anggota kelompok dapat giliran; 6) beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

(27)

berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok, menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang di nilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi I, Evaluasi kemempuan klien memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal; 2) Dokumentasi kemampuan klien yang dimiliki klien ketika TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti Sesi 1 TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan non verbal, dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang rawat.

2. Sesi 2: Kemampuan Berkenalan

a. Tujuan: Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi.

b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat: Tape recorder, kaset “marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.

d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran atau stimulasi.

(28)

f. Langkah-langkah

Persiapan: mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok seperti yang telah disepakati pada terminasi sesi TAKS 1, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Orientasi: Pada tahap ini terapis memberikan salam terapeutik: salam dari terapis dan peserta serta terapis memakai papan nama; evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini dan menanyakan apakah klien telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain; kontrak: menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok, menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

(29)

untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kanannya kepada kelompok, yaitu nama lengkap, nama pangilan, asal dan hobi dimulai dan tempis sebagai contoh; 5) ulangi 4 sampai semua anggota mendapat giliran; 6) beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan

Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok); 2) Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok latihan perkenalan diri, memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien); 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi, menyepakati waktu dan tempat).

(30)

3. Sesi 3 : Kemampuan Bercakap-Cakap

a. Tujuan: Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok (menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok, menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyarnan dan tenang.

c. Alat: Tape recorder, kaset “marilah kernari” (Titik puspa ), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.

d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi.

e. Langkah Kegiatan

Persiapan: mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 2 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

(31)

Tahap kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara: memberi salam, menyebutkan nama panggilan, menanyakan kehidupan pribadi: keluarga, sekolah atau pekerjaan, dimulai oleh terapis sebagai contoh; 3) ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran; 4) beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberikan tepuk tangan. Tahap Terminasi: 1) Evaluasi (menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, memberi pujian atas keberhasilan kelompok), 2) Rencana tindak lanjut (menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari, memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian klien), 3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan tertentu, menyepakati waktu dan tempat).

(32)

dimiliki klien ketika TAKS pada catatan proses keperawatan klien misalnya, nilai kemampuan verbal bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan non verbal 2, maka catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 3, klien belum mampu bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal dianjurkan latihan di ulang di ruangan (buat jadwal).

4. Sesi 4 : Kemampuan Bercakap-Cakap Topik Tertentu

a. Tujuan: Kilen mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok (menyampaikan topik yang ingin di bicarakan, memilih topik yang ingin dibicarakan, memberi pendapat tentang topik yang dipilih).

b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran dan ruangan nyaman dan tenang

c. Alat: Tape recorder, kaset “marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, flipehart/whiteboard dan spidol

d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi

e. Langkah Kegiatan

Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada sesi 3 TAKS, mempersiapkan alat dani tempat pertemuan.

(33)

Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah telah mencoba latihan bercakap-cakap dengan orang lain.

Kontrak: menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih dan memberi pendapat tentang topik percakapan., menjelaskan aturan main berikut: jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarum jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk menyampaikan satu topik yang ingin di bicarakan. Dimulai oleh terapis sebagai contoh misalnya : “cara bicara yang baik“ atau cara mencari

(34)

beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

Tahap Terminasi : 1) Evaluasi: Menanyakan perasaan kilen setelah mengikuti TAKS, memberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2) Rencana tindak lanjut: Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik tertentu dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari, memasukan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian klien; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, menyepakati waktu dan tempat.

(35)

Secara non verbal juga belum mampu. Dianjurkan melatih klien bercakap-cakap dengan topik tertentu di ruangan.

5. Sesi 5 : Kemampuan Bercakap-Cakap Masalah Pribadi

a. Tujuan: Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain: Menyampaikan masalah pribadi, memilih satu masalah untuk dibicarakan, memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.

b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat: Tape recorder, kaset ”marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, flipchart/whiteboard dan spidol.

d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi.

e. Langkah Kegiatan

Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada sesi 4 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Orientasi: Salam terapeutik (Pada tahap ini terapis melakukan: salam dari terapis, peserta dan terapis memakai papan nama).

(36)

Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok, menjelaskan aturan main berikut: Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

(37)

Tahap Terminasi: 1) Evaluasi: menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, emberi pujian atas keberhasilan kelompok; 2) Rencana tindak lanjut: menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari, memasukan kegiatan bercakap-cakap tentang masalah pribadi pada jadwal kegiatan jadwak klien; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu bekerja sama dalam kelompok, menyepakati waktu dari tempat.

(38)

6. Sesi 6: Kemampuan Bekerjasama

a. Tujuan: Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok: bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhannya pada orang lain, menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan

b. Setting: klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat: Tape recorder, kaset ”marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien, kartu kwartet.

d. Metode: Dinamika kelompok, diskusi dan tanya jawab, bermain peran/simulasi.

e. Langkah Kegiatan

Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 5 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Orientasi: Salam terapeutik (Pada tahap ini terapis memberi salam terapeutik: salam dari terapis, peserta dan terapis memakai papan nama).

Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain.

(39)

peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.

(40)

memasukkan kegiatan bekerja sama pada jadwal kegiatan harian klien; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan berikut, yaitu bekerja sama dalam kelompok, menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien scsuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 6, dievaluasi kemampuan verbal klien dalam bertanya, meminta, menjawab dan memberi serta kemampuan nonverbal; 2) Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK berlangsung, pada catatan proses keperawatan hari klien misalnya, kemampuan verbal kemampuan verbal bertanya, meminta, menjawab dan memberi 4, serta kemampuan non verbal 4. maka catatan keperawatan adalah: Klien mengikuti TAKS Sesi 6, klien mampu secara verbal dan non verbal daalam bertanya, meminta, menjawab dan memberi. Anjurkan klien melakukan di ruang rawat.

7. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

a. Tujuan: Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan.

b. Setting: Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran, ruangan nyaman dan tenang.

c. Alat: Tape recorder, kaset ”marilah kemari“ (Titik puspa), bola tenis, buku catatan dan pulpen, jadwal kegiatan klien.

(41)

e. Langkah Kerja

Persiapan: Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok pada Sesi 6 TAKS, mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Orientasi: Salam terapeutik (salam dari terapis, peserta dan terapis memakai papan nama.

Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini, menanyakan apakah telah latihan bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan orang lain.

Kontrak: Melaksanakan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan manfaat enam kali pertemuan TAKS, menjelaskan aturan main berikut: jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

Tahap Kerja: 1) hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenes berlawanan dengan arah jarun jam; 2) pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat kesernpatan untuk menyampaikan pendapat tentang manfaat dari enam kali pertemuan yang telah berlalu; 3) ulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat; 4) beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

(42)

Rencana tindak lanjut: Menganjurkan tiap anggota kelompok tetap melatih diri untuk enam kemampuan yang telah dimiliki, baik di RS maupun di rumah. melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk memberi dukungan pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari; 3) Kontrak yang akan datang: menyepakati rencana evaluasi secara periodik.

Evaluasi dan Dokumentasi: 1) Evaluasi: evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 7, dievaluasi kemampuan-kemampuan klien menyampaikan manfaat TAKS yang telah berlangsung 6 sesi secaia verbal dan disertai kemampuan nonverbal. 2) Dokumentasi: dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika akhir TAKS, pada catatan proses keperawatan tiap klien. Disimpulkan kemampuan yang telah dapat diterapkan oleh klien sehari-hari. (melalui jadwal kegiatan harian), Jika klien belum mampu, klien dapat disertakan pada kelompok TAKS yang baru.

2.3Evidence Based Aplikasi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada Klien Isolasi Sosial

(43)

medis yang diberikan yaitu pemberian terapi psikofarmaka, peran perawat dalam pemberian psikofarmaka adalah memberikan informasi kepada klien tentang pemberian terapi, dosis, obat, waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil terapi yang efektif, serta efek samping yang mungkin terjadi, dan diharapkan klien mampu melaporkan bila terjadi gejala-gejala efek samping dari obat antipsikotik (Shives, 2005). Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien isolasi sosial bertujuan untuk: 1) klien dapat membina hubungan saling percaya, 2) klien dapat menyadari penyebab terjadinya isolasi sosial atau menarik diri, 3) klien dapat berinteksi dengan orang lain (Keliat & Akemat, 2014).

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien dilakukan secara komprehensif meliputi terapi individu, kelompok, keluarga maupun komunitas, baik berupa terapi generalis maupun terapi psikososial. Terapi generalis yang dapat dilakukan pada kelompok klien adalah terapi aktivitas kelompok. Menurut Keliat & Akemat (2005) terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan yang ditujukan untuk kelompok klien dengan masalah yang sama serta memfasilitasi pengalaman seseorang, meningkatkan respon sosial dan harga diri klien.

(44)

sesuai dengan tujuan umum dilakukannya terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu meningkatkan hubungan interpersonal antar kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus emosi eksternal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Surtiningrum (2011), ada peningkatan kemampuan interaksi sosial setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien. Peningkatan kemampuan interaksi yang terjadi dinilai berdasarkan peningkatan kemampuan afektif, kognitif dan psikomotor.

Terapi aktivitas kelompok yang dilakukan bertujuan untuk memberikan dukungan kepada klien sehingga klien mampu mengekspresikan perasaannya dan mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan cara membangun hubungan yang bersifat suportif dengan anggota kelompok. Dari hasil penelitian Surtiningrum (2011), terdapat peningkatan terhadap kemampuan aspek afektif pada klien sebesar 14,27% dengan peningkatan yang bermakna. Hal ini berarti ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang dilakukan terhadap peningkatan aspek afektif klien dalam bersosialisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Vindebeck (2008) yang menyimpulkan bahwa mengekspresikan perasaan dan memiliki perasaan yang positif dan sejahtera terhadap hubungan dengan orang lain akan meningkatkan kemampuan besosialisasi dengan orang lain yang dilakukan melalui kelompok yang telah dibentuk.

(45)

(Notoatmodjo, 2010). Pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada klien isolasi sosial sangat bermanfaat pada peningkatan kemampuan kognitif klien karena klien dilatih untuk berbagi pengalaman dengan teman satu kelompok, belajar cara berkomunikasi menyampaikan pendapat melalui setiap sesi yang ada, membuat sebuah keputusan, mencari sistem pendukung yang dapat membantu mengatasi masalah klien dan pembelajaran lain yang didapatkan klien berdasarkan tujuan setiap sesi yang ada seperti yang tertulis dalam buku Keliat & Akemat (2014).

(46)

kelompok sosialisasi (TAKS) dan terapi medik saling melengkapi untuk terjadinya peningkatan kemampuan psikomotor klien isolasi sosial dalam bersosialisasi.

Menurut Yanto (2013), terapi aktivitas kelompok sosial sangat berpengaruh terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial di rumah sakit jiwa. Selain peningkatan kemampuan bersosialisasi, TAKS juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi klien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2010) yang menyatakan bahwa ada pengaruh terapi modalitas sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi pada pasien isolasi sosial di ruang cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Terapi aktivitas kelompok juga mampu meningkatkan kemampuan kerjasama klien. Hal ini sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh Masdelita, dkk (2013) menyatakan bahwa ada pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap peningkatan kemampuan klien dalam berkomunikasi.

(47)

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1Pengkajian

Pengkajian dilakukan berdasarkan jumlah peserta TAKS yaitu 5 orang klien. Pengkajian klien pertama pada Ny.Mu (47 tahun). Ny.M masuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan pada tanggal 28 Maret 2014 dengan diagnosa medis schizophrenia paranoid episode berulang. Klien mengatakan masuk RSJ diantar oleh keluarganya karena Ny.Mu sering marah-marah, memukul anaknya, keluyuran diluar rumah dan bicara-bicara sendiri. Klien tinggal di Desa Partumbuken Kec. Barus Jame Kab. Karo. Klien anak pertama dari enam bersaudara dan klien sudah menikah serta mempunyai tiga orang anak. Klien beragama Katolik. Klien mengatakan ia tinggal bersama dengan orangtua dan adik-adiknya. Klien mengatakan hubungannya dengan keluarganya kurang harmonis. Klien juga mengatakan sering dipukuli oleh orang tuanya, tidak diterima dalam keluarga karena penyakitnya dan klien tinggal terpisah dengan suami dan anaknya.

(48)

di RSJ Prof. Muhammad Ildrem Medan, klien mengatakan sering merasa sedih dan kesepian karena tidak memiliki keluarga dan sering kangen dengan anak-anaknya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada Ny.Mu selama melakukan pengkajian dan saat berbicara dengan klien, klien sering menunduk dan tidak menatap lawan bicara, duduk membungkuk, berbicara seadanya dan tidak ada inisiatif untuk bertanya. Klien sering menyendiri saat masuk ruangan, duduk ditempat tidur dan melamun tanpa melakukan aktivitas, tapi saat diajak berkomunikasi klien kooperatif. Klien bekerja hanya saat disuruh oleh peraawat ruangan.

Pengkajian klien kedua pada Ny.T (25 tahun). Ny.T masuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan pada tanggal 4 Mei 2015 dengan diagnosa medis schizophrenia paranoid. Klien mengatakan masuk RSJ diantar oleh ibu dan abangnya karena Ny.T sering tertawa sendiri, menyiram ibunya dengan air dan marah-marah. Klien beragama Islam dan tinggal bersama ibu dan abangnya di jalan Bilal. Klien mengatakan hubungannya dengan abangnya tidak baik, abang Ny.T sering memukuli klien dan tidak memperbolehkan Ny.T keluar kamar.

(49)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada Ny.T selama melakukan pengkajian dan saat berbicara dengan klien, klien sering menunduk dan kontak mata kurang, klien sering melamun, menyendiri dan jarang berbicara dengan teman sekamarnya. Klien lebih sering tidur dan duduk sendiri.

Pengkajian pada klien ketiga Ny.L (29 tahun) masuk ke RSJ pada tanggal 20 Februari 2015 dengan diagnosa medis schizophrenia paranoid periode berulang. Klien mengatakan masuk RSJ diantar oleh keluarganya karena Ny.L mengamuk dirumah dan marah-marah minta uang kepada suami. Ny.L anak ke lima dari enam bersaudara. Ny.L mengatakan telah menikah dan mempunyai satu orang anak laki-laki. Ny.L tinggal bersama suami dan ibu mertua di Siantar. Klien sehari-hari bekerja membantu suami di ladang. Klien beragama Kristen.

Klien mengatakan sudah pernah dirawat di RSJ, pengobatan sebelumnya berhasil namun klien tidak teratur minum obat, sehingga klien kambuh lagi dan dibawa keluarga untuk dirawat di RSJ. Ny.L mengatakan keluarga sengaja membawa Ny.L ke RSJ karena keluarga klien tidak suka dengan klien. Ny.L mengatakan sering dikucilkan oleh saudara suaminya dan anak klien juga sering menjauhi klien. Klien mengatakan sering dikatakan gila oleh saudara suaminya dan klien juga pernah memukuli anaknya karena anaknya mengatakan klien gila.

(50)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kepada Ny.L selama melakukan pengkajian dan saat berbicara dengan klien, klien sering menunduk dan tidak menatap lawan bicara, berbicara seadanya dan tidak ada inisiatif untuk bertanya. Sering melamun saat diajak bicara, ekspresi datar dan sering menanyakan ulang pertanyaan yang diajukan saat berbicara.

Pengkajian pada klien keempat Ny.R (38 tahun) masuk ke RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan pada tanggal 8 Juli 2014 dengan diagnosa medis schizophrenia paranoid periode berulang. Klien mengatakan masuk RSJ diantar oleh keluarganya karena Ny.R marah-marah, tertawa sendiri dan bicara-bicara sendiri. Klien sehari-hari membantu orang tuanya bekerja di ladang. Klien beragama Islam dan klien anak kedua dari lima bersaudara. Klien mengatakan belum menikah. Klien tinggal di jalan Galang, Lubuk Pakam. Klien merasa dijauhi oleh saudara-saudaranya karena klien gila. Klien tidak pernah lagi pergi ke ladang untuk membantu keluarganya karena klien hanya dikurung dirumah.

Ny.R mengatakan sudah pernah dirawat di RSJ, pengobatan sebelumnya berhasil namun klien tidak teratur minum obat, sehingga klien kambuh lagi dan dibawa keluarga untuk dirawat di RSJ. Klien mengatakan sering merasa sendiri karena sering ditinggal keluarganya dan klien mengatakan kedua orang tuanya tidak mengasihi dia. Klien mengatakan tidak memiliki banyak teman karena sering dijauhi dan dikatakan gila oleh teman-temannya.

(51)

sekamar. Klien kooperatif saat diajak bicara dan mengerjakan pekerjaan yang diminta perawat ruangan dengan baik.

Pengkajian pada klien kelima Ny.Ma (48 tahun) masuk ke RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan pada tanggal 25 Desember 2014 dengan diagnosa medis schizophrenia paranoid. Klien mengatakan masuk RSJ diantar oleh keluarganya karena Ny.Ma mengamuk di rumah, ketawa sendiri, sering keluyuran keluar rumah. Klien mengatakan ia anak kedua dari enam bersaudara. Klien belum menikah dan klien tinggal bersama dengan abangnya di Tanjung Balai Telur Nibo. Klien mengatakan hanya abang klien yang sayang kepada klien karena hanya abang klien yang mau berkunjung ke RSJ dan abang klien tidak pernah memukul klien.

Ny.Ma mengatakan sering dipukuli oleh adeknya laki-laki dan adeknya sering berkata bahwa dia gila dan tidak berguna. Klien mengatakan sering merasa sedih karena tidak memiliki orang tua lagi dan hanya abangnya yang menyayangi klien sedangkan adik-adiknya membencinya. Klien mengatakan malas berbicara dengan teman sekamar dan klien juga tidak memiliki teman dekat untuk cerita kalau lagi sedih.

(52)

3.2Masalah keperawatan

Dari pengkajian yang dilakukan, diagnosa yang muncul diantaranya adalah : 1. Harga diri rendah, hal ini bisa dilihat dari data subjektif mengatakan klien

merasa sedih dan tidak berguna karena klien hanya dikurung di dalam kamar dan hanya bisa tidur serta duduk. Sedangkan data obyektif klien tampak menyendiri di kamar dan tidak terlalu banyak berbicara. Sering menunduk saat diajak bicara. 2. Isolasi sosial, didukung dengan data subyektif klien mengatakan malas berbicara dengan teman diruangan dan klien tidak memiliki teman dekat untuk berbagi cerita. Sedangkan data obyektif klien sering menyendiri di dalam ruangan, sering menunduk saat diajak bicara, bicara seadanya dan tidak ada inisiatif untuk bertanya kepada lawan bicara.

3.3Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Gambar 3.3. Pohon masalah Isolasi Sosial.

3.4Intervensi (Perencanaan) Keperawatan

(53)

Intervensi keperawatan dimulai dengan membangun hubungan saling percaya (interaksi) dengan klien, kontrak waktu serta tempat untuk pelaksanaan kegiatan TAKS. Membangun hubungan saling percaya dilakukan saat melakukan pengkajian awal pada klien.

Intervensi pertama yang dilakukan adalah TAKS sesi 1 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memperkenalkan diri (nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi). TAKS dilakukan selama 45 menit untuk 1 kali pertemuan (1 sesi). Setiap klien memiliki giliran untuk melakukan perkenalan yang dimulai dari perkenalan perawat (terapis) sebagai contoh. Kriteria hasil yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan secara verbal (menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi) dan peningkatan kemampuan secara nonverbal (kontak mata, sikap duduk, bahasa tubuh dan keikutsertaan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir).

(54)

Intervensi ketiga, TAKS sesi 3 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien bercakap-cakap dengan anggota kelompok dengan cara mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari anggota kelompok. TAKS dilakukan selama 45 menit untuk 1 kali pertemuan (1 sesi). Setiap klien memiliki giliran untuk mengajukan pertanyaan kepada sesama anggota kelompok dan menjawab pertanyaan sesama anggota kelompok. Kriteria hasil yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan secara verbal (mengajukan pertanyaan yang jelas, relevan, ringkas dan spontan serta menjawab pertanyaan secara jelas, ringkas, relevan dan spontan) dan peningkatan kemampuan secara nonverbal (kontak mata, sikap duduk, bahasa tubuh dan keikutsertaan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir).

(55)

Intervensi kelima, TAKS sesi 5 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien bercakap-cakap tentang masalah pribadi dengan anggota kelompok, dengan cara menyampaikan topik, memilih topik dan memberi pendapat tentang masalah secara jelas, ringkas, relevan dan spontan. TAKS dilakukan selama 45 menit untuk 1 kali pertemuan (1 sesi). Setiap klien memiliki giliran untuk mengajukan topik, memilih topik dan memberi pendapat tentang masalah yang dialami oleh anggota kelompok. Kriteria hasil yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan secara verbal (mengajukan topik, memilih topik dan memberi pendapat tentang masalah teman sesama anggota kelompok secara jelas, ringkas, relevan dan spontan) dan peningkatan kemampuan secara nonverbal (kontak mata, sikap duduk, bahasa tubuh dan keikutsertaan klien mengikuti kegiatan dari awal samapi akhir).

Intervensi keenam, TAKS sesi 6 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok, dengan cara bertanya dan meminta, menjawab dan memberi kepada anggota kelompok lainnya. TAKS dilakukan selama 45 menit untuk 1 kali pertemuan (1 sesi). Setiap klien memiliki giliran untuk bertanya dan meminta, menjawab dan memberi apa yang diinginkan anggota kelompok lain. Kriteria hasil yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan secara verbal (bertanya dan meminta, menjawab dan memberi secara jelas, ringkas, relevan dan spontan) dan peningkatan kemampuan secara nonverbal (kontak mata, sikap duduk, bahasa tubuh dan keikutsertaan klien mengikuti kegiatan dari awal samapi akhir).

(56)

yang telah dilakukan. TAKS dilakukan selama 45 menit untuk 1 kali pertemuan (1 sesi). Setiap klien memiliki giliran untuk menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan. Kriteria hasil yang diharapkan adalah peningkatan kemampuan secara verbal (menyampaikan pendapat tentang manfaat 6 kali TAKS) dan peningkatan kemampuan secara nonverbal (kontak mata, sikap duduk, bahasa tubuh dan keikutsertaan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir).

3.5Implementasi (Pelaksanaan) Keperawatan

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan dilaksanakan selama 7 hari mulai tanggal 7-14 Juli 2015. Implementasi hari pertama dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang TAK Kamboja. Penulis menjelaskan tujuan pertemuan dan kontrak waktu pelaksanaan TAKS selama 7 hari. Penulis memulai TAKS dengan membangun hubungan saling percaya, menanyakan perasaan klien, menjelaskan tujuan kegiatan, menjelaskan aturan main TAKS, memulai permainan dengan cara mengedarkan bola kepada teman disisi kanan dan saat musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan diri (menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi), penulis terlebih dahulu menjelaskan dan memberikan contoh cara memperkenalkan diri, memberi pujian untuk setiap pendapat/keberhasilan anggota kelompok. Setiap anggota kelompok mampu memperkenalkan diri secara verbal.

(57)

dengan memberikan salam terapeutik, menanyakan perasaan klien, menjelaskan tujuan kegiatan, dan mengevaluasi TAKS sesi 1 yaitu cara memperkenalkan diri. Klien sudah mampu memperkenalkan diri secara verbal. Penulis kemudian menjelaskan aturan main TAKS hari kedua, memulai permainan dengan cara mengedarkan bola kepada teman disisi kiri dan saat musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola berkenalan dengan anggota kelompok (menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi serta menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi anggota kelompok), penulis terlebih dahulu menjelaskan dan memberikan contoh cara berkenalan dengan orang lain, memberi pujian untuk setiap pendapat/keberhasilan anggota kelompok. Setiap anggota kelompok mampu berkenalan dengan anggota kelompok lain.

(58)

kelompok lain, memberi pujian untuk setiap pendapat/keberhasilan anggota kelompok. Setiap anggota kelompok mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok lain.

Implementasi hari keempat dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang TAK Kamboja. Penulis menjelaskan tujuan pertemuan dan mengingatkan kontrak waktu pelaksanaan TAKS sesi 4. Penulis memulai TAKS dengan memberikan salam terapeutik, menanyakan perasaan klien, menjelaskan tujuan kegiatan, mengevaluasi kemampuan klien bercakap-cakap tentang topik tertentu dan sebagian klien telah melakukan pada kegiatan sehari-hari. Penulis kemudian menjelaskan aturan main TAKS hari keempat, memulai permainan dengan cara mengedarkan bola kepada teman disisi kiri dan saat musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola menyampaikan topik yang ingin dibicarakan, memilih topik dan memberi pendapat tentang topik yang telah disepakati anggota secara jelas, ringkas, relevan dan spontan, penulis terlebih dahulu menjelaskan dan memberikan contoh cara mengajukan topik pembicaraan yang diinginkan, memilih topik pembicaraan, dan cara memberi pendapat terhadap topik yang telah disepakati anggota kelompok, memberi pujian untuk setiap pendapat/keberhasilan anggota kelompok. Setiap anggota kelompok mampu bercakap-cakap dengan topik tertentu kepada anggota kelompok lain.

(59)

tujuan kegiatan, mengevaluasi kemampuan klien dalam bercakap-cakap topik tertentu, kemudian menjelaskan aturan main TAKS hari kelima, memulai permainan dengan cara mengedarkan bola kepada teman disisi kanan dan saat musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola menyampaikan topik masalah yang ingin dibicarakan, memilih topik dan memberi pendapat tentang masalah pribadi yang telah disepakati anggota secara jelas, ringkas, relevan dan spontan, penulis terlebih dahulu menjelaskan mengapa harus bercerita tantang masalah pribadi dan memberikan contoh cara mengajukan topik pembicaraan yang diinginkan, memilih topik pembicaraan, dan cara memberi pendapat tentang masalah anggota kelompok, memberi pujian untuk setiap pendapat/keberhasilan anggota kelompok. Setiap anggota kelompok mampu bercerita tentang masalah pribadi dengan anggota kelompok lain. Ny. Ma dan Ny. T menangis saat bercerita tentang masalah pribadi.

(60)

yang kurang atau dibutuhkan kelompok maka anggota kelompok bertanya dan meminta serta menjawab dan memeberikan alat/bahan yang diperlukan anggota kelompok lain, penulis terlebih dahulu menjelaskan dan memberi contah cara bertanya dan meminta, menjawab dan memberi kepada anggota kelompok, memberi pujian untuk setiap pendapat/keberhasilan anggota kelompok.

Implementasi hari ketujuh dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 10.00 WIB di Ruang TAK Kamboja. Penulis menjelaskan tujuan pertemuan dan mengingatkan kontrak waktu pelaksanaan TAKS sesi 7. Penulis memulai TAKS dengan memberikan salam terapeutik, menanyakan perasaan klien, menjelaskan tujuan kegiatan, mengevaluasi kemampuan klien bekerja sama dengan orang lain, kemudian penulis menjelaskan aturan main TAKS hari ketujuh, memulai permainan dengan cara mengedarkan bola kepada teman disisi kiri dan saat musik dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang manfaat 6 kali TAKS secara jelas, ringkas, relevan dan spontan. Penulis memberi pujian untuk setiap pendapat/keberhasilan anggota kelompok dan melakukan terminasi untuk kegiatan kelompok yang telah dilakukan selama 7 hari. 3.6Evaluasi Keperawatan

(61)

Ny.Ma mengatakan sudah terbiasa duduk membungkuk dan klien menyatakan susah mengekspresikan perasaan saat berkenalan dengan temannya.

Tabel 1: Evaluasi kemampuan verbal klien memperkenalkan diri No Aspek yang dinilai

Nama Klien

Tabel 2: Evaluasi kemampuan nonverbal klien memperkenalkan diri No Aspek yang dinilai

Nama Klien

3 Menggunakan bahasa tubuh

yang sesuai x x X x x

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir     

Jumlah 1 1 2 1 1

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu.

(62)

Tabel 3: Kemampuan verbal berkenalan dengan anggota kelompok No Aspek yang dinilai

Nama Klien

Keterangan: Jika mendapat nilai >6: klien mampu, jika nilai ≤5 klien dianggap belum mampu

Tabel 4: Kemampuan nonverbal berkenalan dengan anggota kelompok No Aspek yang dinilai

Nama Klien

3 Menggunakan bahasa tubuh

yang sesuai x x  x x

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir     

Jumlah 1 2 3 1 1

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

(63)

belum bisa menggunakan bahasa tubuh yang sesuai saat bercakap-cakap dan semua klien semangat untuk mengikuti kegiatan kelompok samapai akhir.

Tabel 5: Kemampuan verbal bertanya No Aspek yang dinilai

Nama Klien 1 Mengajukan pertanyaan yang

jelas  x   X

2 Mengajukan pertanyaan yang

ringkas x  x x 

3 Mengajukan pertanyaan yang

relevan x x   X

4 Mengajukan pertanyaan

secara spontan     

Jumlah 2 2 3 3 2

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

Tabel 6: Kemampuan verbal menjawab No Aspek yang dinilai

Nama Klien No Aspek yang dinilai

Nama Klien

3 Menggunakan bahasa tubuh

yang sesuai  x  x 

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir     

(64)

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

Evaluasi hari keempat yang didapatkan penulis adalah secara verbal setiap klien mampu menyampaikan topik pembicaraan yang diinginkan, klien mampu memilih topik untuk bercakap-cakap, masih ada klien (Ny.T) yang belum mampu menyampaikan pendapat tentang topik yang dibahas. Sedangkan secara nonverbal klien mampu bercakap-cakap dengan topik tertentu. Semua klien sudah mampu mempertahankan kontak mata dengan baik, mampu mempertahankan posisi duduk tegak saat berbicara dengan anggota kelompok lain, beberapa klien juga masih belum bisa menggunakan bahasa tubuh yang sesuai saat bercakap-cakap dan semua klien masih tetap semangat untuk mengikuti kegiatan kelompok samapai akhir.

Tabel 8: Kemampuan verbal menyampaikan topik No Aspek yang dinilai

Nama Klien 1 Menyampaikan topik dengan

jelas     

2 Menyampaikan topik secara

ringkas  x  x 

3 Menyampaikan topik yang

relevan x    X

4 Menyampaikan topik secara

spontan     

Jumlah 3 3 4 3 3

(65)

Tabel 9: Kemampuan verbal memilih topik No Aspek yang dinilai

Nama Klien

Tabel 10: Kemampuan verbal memberi pendapat No Aspek yang dinilai

Nama Klien 1 Memberi pendapat dengan

jelas     

2 Memberi pendapat secara

ringkas  x x  X

3 Memberi pendapat yang

relevan x   x 

4 Memberi pendapat secara

spontan  x   

Jumlah 3 2 3 3 3

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

Tabel 11: Kemampuan nonverbal No Aspek yang dinilai

Nama Klien

3 Menggunakan bahasa tubuh

yang sesuai  x   X

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir     

Jumlah 4 3 4 4 3

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

(66)

dibicarakan dengan anggota kelompok, klien mampu memilih topik untuk bercerita dengan teman kelompok, klien mampu menyampaikan pendapat tentang masalah pribadi yang sedang dialami teman kelompok. Sedangkan secara nonverbal klien mampu bercakap-cakap tentang masalah pribadi kepada teman satu kelompok. Semua klien sudah mampu mempertahankan kontak mata dengan baik, mampu mempertahankan posisi duduk tegak saat berbicara dengan anggota kelompok lain, beberapa klien juga masih belum bisa menggunakan bahasa tubuh yang sesuai saat bercakap-cakap dan semua klien masih tetap semangat untuk mengikuti kegiatan kelompok samapai akhir.

Tabel 12: Kemampuan verbal menyampaikan topik No Aspek yang dinilai

Nama Klien

Tabel 13: Kemampuan verbal memilih topik No Aspek yang dinilai

Nama Klien 1 Memberi pendapat dengan

jelas     

2 Memberi pendapat secara

ringkas     

3 Memberi pendapat yang

relevan     

4 Memberi pendapat secara

spontan     

Jumlah 4 4 4 4 4

(67)

Tabel 14: Kemampuan verbal memberi pendapat tentang masalah No Aspek yang dinilai

Nama Klien 1 Memberi pendapat dengan

jelas  x   

2 Memberi pendapat secara

ringkas     

3 Memberi pendapat yang

relevan    x 

4 Memberi pendapat secara

spontan     

Jumlah 4 3 4 3 4

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

Tabel 15: Kemampuan nonverbal No Aspek yang dinilai

Nama Klien

3 Menggunakan bahasa tubuh

yang sesuai    x 

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir     

Jumlah 4 4 4 3 4

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

(68)

sesuai saat bekerjasama dengan anggota kelopok dan semua klien masih tetap semangat untuk mengikuti kegiatan kelompok samapai akhir.

Tabel 16: Kemampuan verbal bertanya dan meminta No Aspek yang dinilai

Nama Klien

Tabel 17: Kemampuan verbal menjawab dan memberi No Aspek yang dinilai

Nama Klien 1 Menjawab dan memberi

dengan jelas     

2 Menjawab dan memberi

dengan ringkas     

3 Menjawab dan memberi

secararelevan     

4 Menjawab dan memberi

secara spontan     

Jumlah 4 4 4 4 4

(69)

Tabel 18: Kemampuan nonverbal No Aspek yang dinilai

Nama Klien

3 Menggunakan bahasa tubuh

yang sesuai     

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir     

Jumlah 4 4 4 4 4

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

(70)

kegiatan TAKS dan semua klien masih tetap semangat untuk mengikuti kegiatan kelompok sampai akhir.

Tabel 19: Kemampuan verbal menyebutkan manfaat 6 kali TAKS No Aspek yang dinilai

Nama Klien 1 Menyebutkan manfaat secara

jelas     

2 Menyebutkan manfaat secara

ringkas     

3 Menyebutkan manfaat yang

relevan     

4 Menyebutkan manfaat secara

spontan     

Jumlah 4 4 4 4 4

Keterangan: Jika mendapat nilai 3 atau 4 : klien mampu, jika nilai ≤2 klien dianggap belum mampu

Tabel 20: Kemampuan nonverbal No Aspek yang dinilai

Nama Klien

3 Menggunakan bahasa tubuh yang

sesuai     

4 Mengikuti kegiatan dari awal

sampai akhir     

Jumlah 4 4 4 4 4

Gambar

Tabel 2: Evaluasi kemampuan nonverbal klien memperkenalkan diri
Tabel 4: Kemampuan nonverbal berkenalan dengan anggota kelompok
Tabel 5: Kemampuan verbal bertanya
Tabel 8: Kemampuan verbal menyampaikan topik
+6

Referensi

Dokumen terkait

10 Secara histologi dinding uterus terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan perimetrium yang tersusun membran serosa, lapisan miometrium yang terdiri dari lapisan otot

Dalam menjalankan tugas dan fungsi, Kepala BP-PAUDNI wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal dengan

Kondisi kecepatan angin dan kekuatan radiasi serta lama penyinaran yang cukup tinggi di Kota Surabaya, menyebabkan suhu udara tinggi (suhu maksimum mencapai lebih

Jika tidak ada casing , jari-jari lubang bor ( rw ) dapat diperoleh dari hasil pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.. − Harga

Proses metafora kembang api pada objek rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia adalah memindahkan beberapa sifat kembang api, yaitu ledakan yang meyebar dan

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “penggunaan metode pem- belajaran elaboratif dengan strategi peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XII Tata Boga1

Kepala Adat memanjatkan doa kepada Allah SWT berdasarkan tujuan peminta doa menggunakan media panglay atau air putih, kemudian diakhiri dengan mendekatkan media tersebut ke

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta Hidayah yang diberikan sehingga Laporan Tugas Akhir dengan