• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pratikum Kimia Koloid

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Pratikum Kimia Koloid"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pratikum Kimia

Koloid

OLEH:

KELOMPOK 4

ANAK AGUNG GEDE P,/XI IPA 3/04

DINDA AYU WANODYA S,/XI IPA 3/13

IKA RIZKYAH KHOMZI,/XI IPA 3/ 22

NUR AZIZATUN NISA/XI IPA 3/27

PEMERINTAH KOTA MALANG

DINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 MALANG

Jalan Tugu Utara No.1. Telp (0341) 366454. Fax. (0341) 329487 Malang Website : http://www.sman1-mlg.sch.id

Email : mitrekasatata@sman1-mlg.sch.id

(2)

Kata Pengantar

Bismillahirrohmanirrohim,

Puji syukur kami hadiratkan kepada Allah SWT. Atas ridho dan karunia yang telah Allah SWT. berikan, maka laporan penelitian ini dapat terselesaikan sesegera mungkin dan berjalan dengan baik. Laporan penelitian ini berdasarkan praktek Kimia yang telah kami kerjakan sehingga fakta-fakta atau kebenaran yang ada di dalamnya dapat kami pertanggungjawabkan. Kami mengerti bahwa laporan penelitian ini masih memiliki kekurangan. Saran maupun kritikan akan membantu kami dalam mengembangkan laporan penelitian ini secara bertahap. Terakhir, kami harap laporan penelitian ini dapat berguna dan tidak sia-sia. Amin.

Malang, 1 April 2014

(3)

KOLOID

A. Dasar Teori

Koloid, merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan ukuran partikel-partikelnya antara 10-7 dan 10-5 cm. Dalam system koloid, terdapat dua fase,

yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Walaupun Nampak sebagai disperse homogeny, namun koloid merupakan disperse heterogen.

Larutan, merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil (10-7 cm), sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel

pendispersi dan partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop ultra.Larutan adalah campuran antara fase terdispersi berupa zat padat, gas, maupun cair dengan fase pendisperinya yaitu zat cair.Larutan merupakan campuran

homogeny.

Suspensi atau dispersi kasar, merupana sistem dispersi dengan ukuran relatif besar (10-5 cm) yang tersebar merata dalam medium pendispersinya.Suspenss yaitu

campuran heterogen antar fasa terdispersi dengan medium pendispersinya. Fasa terdispersi biasaanya berupa zat padat yang ukurannya lebih besar sehingga akan membentuk endapan jika disatukan didiamkan dalam beberapa saat.

Sifat-sifat Koloid a. Efek Tyndall

Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya . Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall (1820 – 1893), seorang ahli Fisikabangsa Inggris.

Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.

Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah. Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

- Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut

- Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu - Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut

(4)

Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus menerus dan hanya dapat diamati denganmikroskop ultra. Gerak brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid.Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati.Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.

Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).

c. Elektroforesis

Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).

Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal

d. Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya

adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada

permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.

Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air

mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam

kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.

e. Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau

(5)

lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan negative menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.

System koloid dapat dibuat dengan menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati menjadi berukuran partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat dengan cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel koloid, cara ini dinamakan dispersi.

1. Cara Kondensasi

Dengan cara kondensasi, partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa molekul atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.

Cara ini juga dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.

2. Cara Dispersi

Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).

a. Cara Mekanik

Menurut cara ini butir – butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.

Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

b. Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.

Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.

c. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.

B. Tujuan

a. Siswa dapat membedakan larutan, koloid, dan suspense

b. Siswa dapat membuat koloid dengan cara kondensasi dan cara dispersi c. Siswa dapat melakukan percobaan mengenai sifat-sifat koloid

C. Alat dan Bahan D. Cara Kerja

A. Sistem Koloid

(6)

2. Menambahkan :

a. ± seujung spatula gula tebu ke dalam tabung ke-1

b. ± seujung spatula terigu ke dalam tabung ke-2

c. ± seujung spatula susu instan ke dalam tabung ke-3

d. ± seujung spatula urea ke dalam tabung ke-4

e. ± seujung spatula serbuk detergen ke dalam tabung ke-5

f. ± seujung spatula belerang ke dalam tabung ke-6

3. Mengaduk setiap campuran dan memperhatikan serta mecatat apakah zat yang “dilarutkan” larut atau tidak larut

4. Mendiamkan campuran-campuran tersebut. Memperhatikan dan mecatat apakah campuran stabil (tidak memisah) atau tidak stabil (memisah); bening atau keruh/

5. Menyaring campuran pada setiap tabung masing-masing ke dalam tabung reaksi yang bersih. Memperhatikan dan mecatat campuran manakah yang meninggalkan residu; apakah hasil penyaringan bening atau keruh.

B. Pembuatan Koloid

I. Cara Kondensasi

Pembuatan Sol Fe(OH)3

1. Memanaskan 50 ml akuades di dalam gelas kimia sampai mendidih

2. Menambahkan 5 ml lartan FeCl jenuh dan mengaduk sambil meneruskan pemanasan sampai campuran bewarna coklat merak

II. Cara Dispersi

Pembuatan sol/gel agar-agar

1. Mengisi sebuah tabung reaksi dengan akuades hingga kira-kira sepertiga tabung

2. Menambahkan 1 spatula agar-agar dan mengaduknya

3. Memanaskan tabung beserta isinya sampai mendidih (merupakan sol agar-agar)

4. Mendinginkan campuran tersebut untuk memperoleh gel agar-agar

Pembuatan gel gelatin

1. Memasukan 1 sendok gelatin ke dalam 50 ml akuades di dalam gelas kimia 2. Memanaskan campuran tersebut

Pembuatan sol belerang

1. Mencampur seujung spatula gula dan seujung spatula belerang dalam lumpang.

2. Menggerus campuran tersebut sampai halus

3. Mengambil seujung spatula campuran itu dan menyampurkan dengan seujung spatula gula lalu menggerus sampai halus

4. Melanjutkan percobaan tersebut sampai 4 kali

(7)

E. Hasil Percobaan

A. Sistem Koloid

Sifat Campura

n

Campuran air dengan

(8)

Larut/

Bening Keruh Keruh Bening Keruh Bening

Meningga

Jenis Campuran Hasil Pengamatan

Sol Fe(OH)3 Bewarna merah kecokelatan, cair, tidak

mengandung endapan

Sol belerang Keruh, tidak ada endapan, larut

Sol gel/agar-agar Keruh, bewarna pink, tidak ada endapan

Gel gelatin Larut, bening, tidak ada endapan

Campuran air dan minyak Bening, terpisah antar minyak dan air, tidak larut

Campuran air, minyak dan larutan detergen Keruh, mengendap, terdapat busa

C. Efek Tyndall

Sifat Campuran Larutan K2CrO4 Gelatin Sol Fe(OH)3

Warna larutan bening/

(9)

Sol Fe(OH)3+Na2SO4 2M Bening ada endapan warna coklat

Gel gelatin+Na2SO4 2M Bening, tidak ada endapan

E. Koloid Pelindung

Jenis campuran Hasil pengamatan

Sol Fe(OH)3+gelatin Keruh tidak ada endapan

Sol Fe(OH)3+gelatin+Na2SO4 2M Sangat keruh, ada endapan

F. Analisis Data

Gula Terigu Susu Urea Detergen Belerang

Larut/

Bening Keruh Keruh Bening Keruh Bening

Meningga

Golongan Larutan Suspensi Koloid Larutan Suspensi Suspensi

B. Pembuatan Koloid

(10)

Sol Fe(OH)3 Bewarna merah kecokelatan,

cair, tidak mengandung endapan

Kondensasi karena Fe(OH)3 merupakan

penggabungan partikel halus menjadi partikel

Cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.

Pembuatan tersebut secara mekanik butir – butir kasar digerus dengan lum-ping atau penggiling koloid sampai dipe-roleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian di-aduk dengan medium dispersi.

Campuran air dan minyak Bening, terpisah antar minyak dan air, tidak larut

Cara dispersi, partikel

(11)

Warna larutan bening/ keruh

Keruh Bening Keruh

Menghamburkan/ meneruskan cahaya

Meneruskan cahaya

Menghamburkan cahaya

Menghamburkan cahaya

Golongan Larutan Koloid Koloid

D. Koagulasi Koloid

Jenis campuran Hasil pengamatan Keterangan

Sol Fe(OH)3+Na2SO4 2M Bening ada endapan warna

coklat

Terjadi endapan sehin-gga terjadi koagulasi atau penggumpalan karena adanya pencam-puran larutan koloid yang berlawanan muatan.

Gel gelatin+Na2SO4 2M Bening, tidak ada endapan Tidak terjadi koagulasi

karena tidak ditemukan endapan.

E. Koloid Pelindung

Jenis campuran Hasil pengamatan Keterangan

Sol Fe(OH)3+gelatin Keruh tidak ada endapan,

stabil

Tidak stabil karena tidak ada koloid pelindung

Sol Fe(OH)3+gelatin+Na2SO4 2M Sangat keruh, ada

endapan, tidak stabil

Stabil karena ada koloid pelindung yakni Na2SO4

F. Pertanyaan dan Jawaban

1. Belerang praktis tidak larut dalam air. Jelaskan bagaimana belerang yang digerus bersama gula dapat membentuk sol belerang! Apa fungsi gula dalam proses ini?

(12)

2. Agar-agar atau terigu sebenarnya tidak larut dalam air. Apa yang terjadi ketika suspense agar-agar dipanaskan?

Jawab : menjadi koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) atau disebut juga dengan gel, gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.

3. Mengapa air tidak bercampur dengan minyak? Jelaskan bagaimana detergen dapat membuat air dan minyak membentuk emulsi?(apa fungsi detergen dalam proses itu?)

Jawab :Karena massa jenis air lebih besar daripada minyak. Dan karena air bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar sehingga tidak mungkin menyatu. Detergen dapat membuat air dan sabun membentuk emulsi karena deterjen terdiri atas kepala bersifat polar dan ekor bersifat non polar sehingga air dan minyak dapat di emulsi dengan detergen. Oleh karena itu fungsi sabun sebagai pengmulsi atau emulgator.

4. Mengapa pembuatan sol belerang, gel agar-agar, gel gelatin dan emulsi minyak/air dalam percobaan ini digolongkan sebagai cara disperse?

Jawab: Karena untuk membuat zat tersebut dibutuhkan partikel yang kasar menjadi partikel koloid agar dapat terdispersi di medium cair.

5. Bagaimanakah sifat koloid terhadap cahaya? Apa yang dimaksud dengan efek Tyndall?

Jawab: Menghamburkan cahaya. Karena efek Tyndall merupakan peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid.

6. Apakah system koloid selalu keruh? Jelaskan!

Jawab : ---- karena denganpartikel-partikel koloid yang cukup besar sehingga dapat memantulkan cahaya dan menghamburkan sinar ke sekelilingnya.

7. Bagaimanakah membedakan larutan sejati dengan dari sitem koloid?

Jawab : Larutan sejati meneruskan cahaya. Sistem koloid menghamburkan cahaya.

8. Sebutkan beberapa contoh efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari!

Jawab : a. sorot lampu mobil akan jelas pada malam berdebu, berasap, atau berkabut; b. berkas sinar matahari melalui celah daun pepohonan pada pagi hari sehingga kabut tampak jelas.

9. Mengapa koagulasi koloid dapat terjadi? Jelaskan!

Jawab : Karena penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan yang berarti zat terdispersi tidak membentuk koloid.

10. Apa yang dimaksud dengan koloid pelindung? Jelaskan!

Jawab : Koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

G. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan implementasi, hambatan dan solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam implementasi toleransi kebhinnekaan

T$'as Menyelesaikan masalah tentang pem"uatan produk multimedia interakti% "er"asis halaman *ser+asi Mengamati kegiatan.akti+itas sis!a se'ara indi+idu dan dalam

1) Mual : terjadi pada sekitar 50% klien yang memakai pil kontrasepsi kombinasi, namun tidak akan berlangsung lebih dari 24 jam. Pada klien yang memakai pil hanya- progestin

In contrast, in Islamic legal and political cultures, there was no such empowerment since the state in its modern meaning never existed, and the Shari‘a was itself

Sementara uji dan kontrol kadar kortisol dan perilaku melolong menunjukkan hubungan antara fisiologi dan melolong, dalam kondisi pengujian tidak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tiga tahap yaitu: tahap analisis kebutuhan, uji coba produk, uji efektifitas, produk buku panduan

Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid.. Adapun

Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan dan susupensi, sehingga sistem partikel koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel larutan (cara ini