• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP

KAWASAN PADANG GOLF HALIM PERDANAKUSUMA,

JAKARTA TIMUR

WAHYU TRY HANDY

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PADANG GOLF HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA TIMUR

(Kegiatan Magang di Padang Golf Halim)

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(3)

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP

KAWASAN PADANG GOLF HALIM PERDANAKUSUMA,

JAKARTA TIMUR

WAHYU TRY HANDY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian

pada

Departeman Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(4)

©Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(5)

RINGKASAN

WAHYU TRY HANDY. Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma Jakarta Timur. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH.

Studi ini dilakukan melalui kegiatan magang di Padang Golf Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, dengan luas keseluruhan area 148 ha. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 20 Februari sampai dengan 20 April 2012. Lapangan golf Padang Golf Halim merupakan salah satu badan usaha dari Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau) yang beralamat di Jalan Squadron Halim Perdanakusuma, Kelurahan Makasar, Jakarta Timur.

Kegiatan magang ini bertujuan secara umum menambah wawasan, memperluas pengetahuan dan pengalaman keprofesian dalam menunjang profesionalisme di bidang arsitektur lanskap, serta mengetahui dan menganalisis berbagai kendala dan permasalahan pada kegiatan pemeliharaan lanskap padang golf sehingga dapat diperoleh alternatif pemecahannya. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah mempelajari sistem pengelolaan pemeliharaan lanskap kawasan Padang Golf Halim yang dikelola oleh Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau) dan sistem pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan lanskap lapangan golf serta mengetahui dan menganalisis bahan dan teknik pemeliharaan lanskap lapangan golf sebagai bahan rekomendasi kepada pihak pengelola.

Metode kerja yang dilaksanakan pada kegiatan magang ini adalah berpartisipasi aktif secara langsung di lapang pada aspek pemeliharaan lanskap. Kegiatan magang yang dilakukan meliputi pengawasan dan ikut serta dalam pemeliharaan terutama pada area permainan yang terdiri atas pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pemindahan letak tee marker dan

hole cup, pemeliharaan hazard, pemeliharaan area nonpermainan, pemeliharaan fasilitas dan utilitas, mengamati dan menganalisis kegiatan organisasi dan manajemen perusahaan, serta mengamati dan menganalisis bagian-bagian lapangan golf, efektivitas kerja karyawan, serta alat dan bahan yang digunakan.

Kegiatan pemeliharaan bertujuan mencapai dan menjaga kondisi lapangan seperti desain awalnya dan sesuai dengan standar kualitas rumput sehingga dapat meningkatkan manfaat lapangan golf bagi pengguna, pemilik lapangan, dan lingkungan sekitarnya. Secara garis besar, pemeliharaan di PGH bersifat rutin dan insidental.

(6)

Pemeliharaan rutin pada area nonpermainan dilakukan untuk menjaga kondisi seperti desain awalnya dan menambah keindahan di luar area permainan. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pendangiran, pengendalian hama dan penyakit tanaman, perbaikan elemen, dan pemeliharaan kebersihan area. Kegiatan pemeliharaan masih berlangsung kurang baik karena masih memiliki kekurangan, yaitu belum memiliki jadwal pemeliharaan yang rutin dan tenaga kerja yang ahli di bidang pertamanan. Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan dilakukan berdasarkan kondisi yang paling dibutuhkan untuk menjaga tampilan taman-taman di area permainan.

Kegiatan pemeliharaan lainnya, yaitu pemeliharaan fasilitas, dan utilitas, sudah dilakukan cukup baik jika ditinjau dari kualitas fungsional. Akan tetapi masih banyak fasilitas yang masih terlihat kurang terpelihara dengan baik. Pemeliharaan peralatan dan mesin kerja sudah belangsung baik, hal ini dapat dilihat dari kondisi mesin yang masih tetap berfungsi dengan baik walaupun sudah dapat dikatakan habis masa efektifnya.

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur

Nama : Wahyu Try Handy

NIM : A44080077

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

(8)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah paling mulia, Nabi Muhammad Saw.

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh salah satu keinginan penulis untuk mempelajari aspek pemeliharaan serta pengelolaan dalam suatu lanskap. Skripsi ini merupakan hasil magang yang dilaksanakan di Padang Golf Halim dengan judul “Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kelulusan dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Penulis secara khusus berterima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Dr. Kaswanto selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan sehingga skripsi ini lebih lengkap dalam penyajiannya.

2. Ibu dan Ayah tercinta yang tidak pernah lelah memberi dukungan, doa, dan bimbingan serta kedua kakak (Nurul dan Kharis) atas dukungan semangatnya selama ini;

3. Puput Nindya dan Muhammad Fatih yang telah banyak menginspirasi penulis; 4. Dr. Ir. Alinda Fitriani M. Zain, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan dukungan;

5. Ir. Winarto selaku Manajer Umum PGH yang telah memperbolehkan penulis melakukan kegiatan magang di PGH, Ibu Ita selaku Kepala Bagian Siap Lapang yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan penulis di lapang selama magang, Bapak Sugik selaku Kepala Bagian Umum, Bapak Widi, beserta staf yang telah banyak membantu dalam hal kebutuhan penulisan skripsi, Bapak H. Mamit dan Bapak Iskandar selaku Kepala Bagian Pemeliharaan Lapangan PGH I dan II, Bapak Suhendi dan Bapak Dinah selaku Kepala Urusan Lapangan PGH I beserta staf, Bapak Jajang selaku Kepala Urusan Lapangan PGH II beserta staf yang telah banyak memberikan pelajaran mengenai cara pemeliharaan pada lapangan golf khususnya, Bapak Kasih, Bapak Joko, kru water system lainnya, dan tim operator mesin lain beserta seluruh karyawan dan caddie Padang Golf Halim Perdanakusuma yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

(9)

7. kakak-kakak ARL 42, 43, 44 yang sudah membimbing penulis selama perkuliahan dan adik-adik ARL 46, 47 yang juga selalu memberikan semangat serta dukungannya.

8. semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak lain yang berkepentingan umumnya. Semoga apa yang telah kita lakukan bernilai ibadah dan selalu mendapat barokah Allah Swt.

Bogor, Maret 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

1.3 Manfaat 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Golf 3

2.2 Lapangan Golf 3

2.2.1 Daerah Tee Box 6

2.2.2 Daerah Fairway 7

2.2.3 Daerah Green 7

2.2.4 Rough 8

2.2.5 Hazard 9

2.3 Lanskap Lapangan Golf 10

2.4 Utilitas Lapangan Golf 11

2.5 Pemeliharaan 11

2.6 Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf 13

2.6.1 Pemeliharaan Area Permainan 13

2.6.2 Pemeliharaan Area Nonpermainan 15

2.7 Nursery 15

III. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang 17

3.2 Metode Kerja 17

3.3 Analisis dan Rekomendasi 18

3.3.1 Pengolahan Data Analisis 19

3.3.2 Analisis Deskriptif 19

3.3.3 Analisis SWOT 19

3.3.4 Sintesis 24

3.4 Batasan Studi 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 25

4.2 Konsep Dasar 26

4.3 Struktur Organisasi 27

4.4 Kondisi Biofisik Tapak 29

4.4.1 Letak Geografis dan Batas Tapak 29

4.4.2 Aksesibilitas 29

4.4.3 Tata Guna Lahan 30

4.4.4 Topografi dan Geologi 30

4.4.5 Iklim 31

(11)

4.5.1 Pengunjung 33

4.9 Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf 44

4.9.1 Pemeliharaan Area Permainan 45

4.9.1.1 Pemangkasan Rumput 45

4.9.1.2 Pemupukan 53

4.9.1.3 Penyiraman 54

4.9.1.4 Pengendalian Gulma 56

4.9.1.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 57

4.9.1.6 Kultivasi 59

4.9.2.6 Perbaikan Lanskap Taman dan Elemen Lainnya 71

4.9.2.7 Pemindahan dan Penanaman Pohon 72

(12)

4.9.3.1 Pemeliharaan Driving Range 73

4.9.3.2 Pemeliharaan Club House 73

4.9.3.3 Pemeliharaan Bangunan Peneduh 74

4.9.3.4 Pemeliharaan Practice Putting Green 74

4.9.3.5 Pemeliharaan Jalur Sirkulasi 75

4.9.3.6 Pemeliharaan Nursery 75

4.9.4 Pemeliharaan Utilitas 76

4.9.4.1 Pemeliharaan Sistem Irigasi 77

4.9.4.2 Pemeliharaan Saluran Drainase 77

4.9.4.3 Pemeliharaan Sistem Jaringan Listrik 78

4.9.5 Kebersihan Area 78

4.9.6 Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Kerja 79

4.10 Rencana Anggaran Biaya 80

4.11 Tenaga Kerja 81

4.12 Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan 82

4.13 Analisis SWOT 84

4.13.1 Identifikasi Faktor Internal 84

4.13.1.1 Kekuatan 84

4.13.1.2 Kelemahan 84

4.13.2 Identifikasi Faktor Eksternal 84

4.13.2.1 Peluang 85

4.13.2.2 Ancaman 85

4.13.3 Pembuatan Matriks IFE dan EFE 85

4.13.4 Pencocokan 86

4.13.5 Penentuan Alternatif Strategi 87

4.13.6 Pemeringkatan Alternatif Strategi 87

4.14 Strategi Pengelolaan 88

4.14.1 Strategi Merekrut Supervisor Lanskap 88

4.14.2 Strategi Meningkatkan Promosi PGH 88

4.14.3 Strategi Mempertahankan Pelayanan dan Mutu 89 4.14.4 Strategi Mempertinggi Upaya Pemeliharaan Fasilitas 89 dan Area Nonpermainan

4.14.5 Strategi Melengkapi Kekurangan Fasilitas 89

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 91

5.2 Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 93

LAMPIRAN 95

(13)

1. Standar Tinggi Pemotongan Rumput Golf 9

2. Standar Jarak Par 10

3. Unsur yang Diperlukan dalam Pemupukan 14

4. Penentuan Bobot Faktor Internal 20

5. Penentuan Peringkat Faktor Internal 20

6. Matriks IFE 20

7. Penentuan Bobot Faktor Eksternal 21

8. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal 21

9. Matriks EFE 22

10. Formulir Matriks SWOT 23

11. Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi 24 12. Data Curah Hujan Tahun 2010 – pertengahan 2012 31

13. Jarak Tee Box ke Green 35

14. Tingkat Pemeliharaan Lapangan Golf PGH 45

15. Standar Pemangkasan Rumput PGH 52

16. Identifikasi Hama dan Penyakit Rumput PGH 58

17. Referensi Green Speed dan Jarak Rata-Rata Guliran Bola 66

18. Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman 71

19. Masa Efektif Peralatan Pemeliharaan 80

20. Perbandingan Kapasitas Kerja Pemeliharaan 83

21. Matriks IFE 85

22. Matriks EFE 86

23. Matriks SWOT PGH 87

24. Pemeringkatan Alternatif Strategi SWOT 88

(14)

DAFTAR GAMBAR

1. Ilustrasi Bagian-Bagian Area Permainan Golf 3

2. Ilustrasi Gambar Filosofi Desain Golf 4

3. Tipe Lapangan Golf 18 Hole 5

4. Potongan Melintang Konstruksi Green 8

5. Peta Lokasi Magang 17

6. Formulir Matriks IE 22

7. Plakat Pendiri dan Peresmian Padang Golf Halim 25

8. Struktur Organisasi Badan Pengelola Padang Golf Halim 28

9. Peta Aksesibilitas Padang Golf Halim 29

17. Fasilitas Khusus Presiden dan Staff (Eagle One) 42

18. Saluran Drainase di PGH 43

29. Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit 57

30. Gejala Serangan Hama 58

36. Kegiatan Pembersihan Lapangan 67

37. Pemangkasan Tanaman 68

44. Kegiatan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Kerja 79

(15)

1. Jenis Data, Sumber, dan Cara Pengambilan Data 96

2. Kuisioner SWOT 98

3. Struktur Organisasi PGH 103

4. Luas Keseluruhan Lahan PGH 104

5. Data Iklim Halim Perdanakusuma 109

6. Jenis Vegetasi PGH 111

7. Jumlah Pengunjung PGH 113

8. Harga Green Fee dan Membership 114

9. Jumlah Karyawan PGH 115

10. Pedoman Penempatan Hole Cup 116

11. Daftar Investasi Alat, Kendaraan, dan Mesin 117

12. Persentase Rencana Anggaran Biaya Pendapatan 123

13. Data Rencana Kebutuhan Material PGH 124

14. Contoh Surat Izin Cuti 126

15. Contoh Surat Teguran 127

16. Contoh Surat Lembur 128

17. Hasil Perhitungan Bobot Faktor Internal dan Eksternal 131 18. Perhitungan Peringkat Faktor Internal dan Eksternal 132

19. Rencana Jadwal Pemeliharaan PGH Tahun 2012 133

20. Contoh Jadwal Pemeliharaan Area Nonpermainan 134

21. Site PGH 1 135

(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan merupakan suatu proses yang memberikan pengawasan secara terorganisir pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan lanskap dapat diartikan sebagai tindakan pengelolaan yang dikhususkan pada suatu lanskap atau bentang alam agar tercipta suatu kondisi lanskap yang berkelanjutan. Kegiatan pengelolaan lanskap secara umum dilakukan dengan tujuan menjaga dan merawat suatu lanskap beserta fasilitas yang ada agar tetap terjaga sesuai dengan tujuan desain dan fungsi semula.

Lapangan golf merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang dibuat sebagai area untuk melakukan olahraga yang bersifat rekreatif, dengan tanaman yang mendominasi berupa rumput (Lily, 1999). Selain rumput, terdapat jenis tanaman lain, yaitu pohon yang tidak hanya bermanfaat memperbaiki iklim mikro, tetapi juga berfungsi sebagai rintangan alami dalam permainan golf. Lanskap golf merupakan salah satu kawasan lanskap yang memerlukan perencanaan yang matang, perancangan yang detil, dan pengelolaan yang intensif karena kondisi lanskap lapangan golf itu sangat berpengaruh terhadap permainan golf.

Menurut Beard (1982), tujuan pemeliharaan lapangan golf adalah agar lapangan golf tersaji pada kondisi yang optimum di setiap waktu pada saat akan digunakan. Keahlian dan keterampilan serta pengalaman yang memadai sangat diperlukan dalam upaya pemeliharaan tersebut. Dengan usaha pemeliharaan yang cukup intensif, diharapkan akan dihasilkan lapangan golf yang berstandar nasional atau internasional sehingga akan menguntungkan baik bagi pihak pemakai maupun pihak pengelola.

Padang golf terdiri dari area permainan dan area nonpermainan. Area permainan merupakan area utama yang memiliki tingkat intensitas pemeliharaan yang paling tinggi sebab area permainan harus dapat tersedia dalam keadaan yang optimum di setiap waktu yang diharapkan. Keadaan yang optimum tersebut merupakan keadaan lapangan yang memenuhi standar untuk dilakukannya permainan sehingga pemain merasa nyaman dalam melakukan permainan. Hal utama yang harus dipenuhi oleh padang golf adalah tinggi pangkasan rumput yang sesuai, rumput yang tahan injakan, keseragaman rumput, dan lapangan yang tidak becek atau tergenang air. Area nonpermainan merupakan area dengan intensitas pemeliharaan sedang sebab area permainan harus mampu mendukung berlangsungnya permainan dan tidak mengganggu jalannya permainan.

(17)

Padang Golf Halim Perdanakusuma, atau yang lebih dikenal dengan nama Padang Golf Halim (PGH), merupakan salah satu lapangan golf yang berada di kota Jakarta Timur, dengan letak yang strategis di selatan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dan dekat dengan pusat kota Jakarta, yang menjadikan PGH sebagai pilihan tempat bermain golf bagi masyarakat kota Jakarta. PGH merupakan lapangan golf yang bertemakan hutan di tengah kota Jakarta, dilengkapi oleh fasilitas penunjang seperti 18 holes di PGH I, 18 holes di PGH II,

driving range, club house, practice putting green, dan fasilitas lainnya.

PGH berdiri sejak tahun 1971 dan dikelola oleh Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau). Padang golf ini tergolong lapangan golf yang sudah lama berdiri dan masih tetap menjadi pilihan dari para pemain golf. Lapangan golf ini pun merupakan salah satu lapangan golf pilihan untuk penyelenggaraan berbagai turnamen golfnasional dan internasional. Teknik pengelolaan pemeliharaan yang menjadikan lanskap Padang Golf Halim tetap eksis hingga saat ini untuk menjadi plihan diselenggarakan turnamen-turnamen golf melatarbelakangi pemilihan lapangan golf tersebut sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan magang.

1.2 Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan menambah wawasan, memperluas pengetahuan dan pengalaman keprofesian dalam menunjang profesionalisme di bidang arsitektur lanskap, serta mengetahui dan menganalisis berbagai kendala dan permasalahan pada kegiatan pemeliharaan lanskap padang golf sehingga dapat diperoleh alternatif pemecahannya.

Secara khusus, tujuan dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut: 1. mempelajari sistem pengelolaan dan pemeliharaan lanskap kawasan Padang

Golf Halim yang dikelola oleh Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau) dan sistem pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan lanskap lapangan golf;

2. mengetahui dan menganalisis bahan dan teknik seluruh pengelolaan pemeliharaan lanskap lapangan golf.

3. memberikan rekomendasi berupa evaluasi bentuk, cara, dan teknologi pemeliharaan lanskap lapangan golf yang efektif dan efisien

1.3 Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dengan kegiatan magang adalah sebagai berikut:

1. pelajaran dan pengalaman bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya;

2. bahan masukan dan usulan kepada pihak pengelola lapangan golf untuk kegiatan pengelolaan di masa yang akan datang;

(18)

3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Golf

Golf merupakan permainan yang unik jika dibandingkan dengan permainan lainnya baik dari sisi keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan, menyiapkan, dan memelihara lapangan permainan maupun dari segi-segi yang lain (Campbell dalam Beard, 1982). Menurut Klemme (1995), golf adalah olahraga yang meningkatkan interaksi antara manusia dengan alam. Alam tidak hanya sebagai unsur tambahan dalam permainan golf, tetapi juga merupakan bagian penting dalam permainan golf yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Golf merupakan permainan olahraga yang rekreatif karena pemain dapat menikmati pemandangan alam di sekitar lapangan golf saat melakukan permainan. Golf juga merupakan permainan olahraga yang berlangsung pada suatu hamparan rumput dan pemain dituntut untuk dapat memasukkan bola ke dalam lubang bola (hole) serta menanggulangi segala kesulitan yang dihadapi dalam bermain (Helphand, 1995).

2.2 Lapangan Golf

Lapangan golf merupakan salah satu bentuk lanskap ruang terbuka hijau yang dibuat sebagai sarana olahraga yang bersifat rekreatif dengan tanaman yang mendominasi berupa rumput. Menurut Emmons (2000), area permainan suatu lapangan golf terdiri dari beberapa zona (daerah), yaitu tee box, fairway, green, rough,dan hazard (rintangan). Rintangan pada lapangan golf terdiri dari bunker, rumput yang tinggi, vegetasi selain rumput, kemiringan lereng, gundukan tanah, bebatuan, kolam, dan air. Berikut ini merupakan contoh ilustrasi bagian-bagian dari area permainan lapangan golf.

(19)

Menurut Beard (1982), desain lapangan golf, atau lebih spesifik bentuk antara tee dan green, dapat dikelompokkan menjadi empat kategori (Gambar 2), yaitu desain strategik, desain penal, desain heroik, dan desain terpadu.

Gambar 2. Ilustrasi Gambar Filosofi Desain Golf Strategik, Penal, dan Heroik Sumber: Beard (1982)

Desain strategik adalah desain yang pada prinsipnya menuntut pemikiran dan kemampuan teknis pemain yang sangat tinggi. Desain ini menyediakan kesenangan dan tantangan untuk selalu memecahkan rekor permainan. Desain ini membuat pemain tidak merasa “dihukum mati” jika salah memukul. Aspek yang menantang dari desain strategik ini adalah bahwa pemain harus merencanakan dan memukul bola dengan tepat.

Desain penal adalah desain yang dianggap dapat membuat frustasi dan jengkel para pemain. Desain ini biasanya dicirikan dengan bunker-bunker yang dalam dan menjebak dengan rough yang tinggi, pohon, serta halangan-halangan air sehingga membuat pemain sulit menentukan arah pukulan dan sulit mengatur strategi.

Desain heroik adalah konsep desain yang menantang pegolf menguras kemampuannya dengan tembakan-tembakan yang monumental untuk mencapai lubang (hole). Desain ini umumnya dijumpai pada hole dengan 5 par. Pukulan-pukulan keras pada Pukulan-pukulan pertama dan kedua mungkin diperlukan untuk dapat menciptakan sesuatu yang monumental.

Desain terpadu adalah kombinasi lebih dari satu prinsip dari tiga prinsip desain di atas, yang dijumpai di hole-hole tertentu dari suatu padang golf. Kombinasi yang biasa ditemui adalah strategik-heroik.

(20)

5

Gambar 3. Tipe Lapangan Golf 18 Hole Sumber: Chiara dan Koppelman (1990)

1. Lapangan 18 lubang berjalur tunggal dengan 9 balikan

Lapangan ini mencakup 175 acre (708.194,40 m2), dengan lebar minimum antardaerah yang dibangun adalah 300 kaki (91,44 m) dan panjang bagian muka lahan kurang lebih 44.400 kaki (13.533,12 m).

2. Lapangan 18 lubang dengan jalur tunggal menerus

Lapangan ini mencakup 175 acre (708.194,40 m2), dengan lebar minimum antardaerah yang dibangun adalah 300 kaki (91,44 m) dan panjang bagian muka lahan kurang lebih 46.800 kaki (14.264,64 m).

3. Lapangan 18 lubang berjalur ganda dengan 9 balikan

Lapangan ini mencakup 150 acre (607.023,80 m2), dengan lebar minimum antardaerah terbangun adalah 500 kaki (152,40 m) dan panjang dari bagian muka kurang lebih 24.200 kaki (7.376,16 m).

4. Lapangan 18 lubang dengan jalur ganda menerus

Lapangan ini mencakup 150 acre (607.023,80 m2), dengan lebar minimum antardaerah terbangun adalah 500 kaki (152,40 m) dan panjang dari bagian muka kurang lebih 25.000 kaki (7.620 m).

5. Lapangan 18 lubang yang merupakan lapangan golf inti

Lapangan ini mencakup 140 acre (566.555,50 m2), dengan lebar antardaerah terbangun nol kaki dan panjang bagian muka kurang lebih 10.000 kaki (3.048 m).

Menurut Turgeon (2002), kualitas rumput yang baik terbagi menjadi dua, yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual merupakan kualitas dari hamparan rumput berdasarkan kondisi yang terlihat. Kualitas visual rumput meliputi hal-hal berikut:

1. kerapatan (density) yang diukur dari jumlah shoot per satuan luas areal dan kerapatan ini bergantung pada jenis rumput, lingkungan, dan faktor budi daya;

(21)

3. keseragaman (uniformity) yang tidak dapat diukur secara akurat karena hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pada kerapatan, tekstur, jenis rumput, warna, ketinggian potongan, dan faktor lainnya;

4. warna (colour) yang dapat terlihat dari warna hijau yang menyeluruh pada rumput dan tidak berwarna kekuningan karena terkena hama dan penyakit atau kekurangan unsur-unsur hara;

5. kehalusan/kerataan (smoothness) yang dapat dicapai dengan menggunakan pisau pemotong rumput yang tajam.

Kualitas fungsional merupakan kualitas hamparan rumput yang dapat dilihat dari segi fungsi rumput tersebut. Kualitas fungsional rumput meliputi hal-hal berikut:

1. kekakuan (rigidity), yaitu kemampuan dari daun rumput untuk menahan tekanan atau beban yang berat agar daun tidak patah atau robek;

2. elastisitas (elasticity), yaitu kemampuan daun untuk kembali ke bentuk atau posisi semula apabila beban atau tekanan sudah dipindahkan;

3. kekenyalan (resiliency), yaitu kemampuan rumput untuk menahan beban atau tekanan dan dapat kembali ke bentuk dan struktur semula permukaan tanah dan dipengaruhi oleh daun rumput lateral shoot, thatch, serta jenis dan struktur tanah;

4. hasil dari potongan rumput (clipping), yaitu salah satu variabel yang digunakan untuk mengevaluasi program pemupukan, penyiraman, dan budi daya lainnya, serta faktor cuaca dan lingkungannya;

5. ketegaran (verdure), yaitu jumlah shoot yang ada setelah dilakukan pemotongan pada rumput yang dipengaruhi oleh kerapatan;

6. perakaran (rooting), yaitu jumlah dan panjangnya akar yang tumbuh pada rumput;

7. kemampuan pemulihan (recuperative capacity), yaitu kemampuan rumput untuk memulihkan diri terhadap kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh hama, penyakit, dan lainnya;

8. ball roll, yaitu jarak yang ditempuh bola menggelinding sejak mulai dilepaskan di atas rumput sampai berhenti yang dapat diukur dengan alat

stimpmeter.

Kerapatan rumput lapangan golf dipengaruhi oleh jenis rumput, lingkungan, dan faktor budi dayanya. Kerapatan dan tekstur daun saling mempengaruhi. Jika kerapatan meningkat, tekstur daun menjadi lebih halus, begitu juga sebaliknya. Kerapatan dapat diukur dengan menghitung jumlah tunas per satuan luas areal, sedangkan tekstur dapat dilihat dari lebar daun rumputnya. Kualitas rumput yang baik sangat menentukan dalam permainan golf.

2.2.1 Daerah Tee Box

(22)

7

ladies (tempat memulai pemukulan yang digunakan oleh wanita). Jarak tee box ladies biasanya dibuat dengan jarak yang lebih dekat dengan putting green.

Karakteristik rumput yang digunakan pada tee box menurut Beard (1982) harus memiliki beberapa komponen sebagai berikut:

1. lembut;

2. kuat atau kokoh; 3. rapat dan padat; 4. seragam;

5. lentur serta toleran terhadap pemadatan tanah atau pemakaian yang intensif. Pada daerah yang beriklim tropis, jenis rumput yang biasanya digunakan pada tee box adalah rumput bermuda dengan ketinggian 7-10 mm.

2.2.2 Daerah Fairway

Daerah fairway merupakan daerah lapangan terbuka yang menghubungkan daerah tee box dengan green. Fungsi dari fairway adalah sebagai landing area permainan golf sebelum memasukkan bola ke dalam lubang di green. Fairway

dapat berbentuk bulat, lonjong memanjang, berpola organik, atau memblok sesuai dengan kondisi tapak.

Karakteristik rumput yang digunakan pada fairway menurut Beard (1982) adalah sebagai berikut:

1. mempunyai kerapatan yang tinggi;

2. mampu beradaptasi terhadap pemangkasan antara 13 dan 20 mm; 3. minim thatch;

4. toleran terhadap kondisi pemadatan tanah dan pemakaian yang intensif; 5. tahan terhadap hama penyakit.

2.2.3 Daerah Green

Daerah green merupakan daerah sasaran utama pukulan yang di dalamnya terdapat hole (lubang) tempat masuknya bola. Bentuk green biasanya bulat, persegi, atau berpola organik dengan kemiringan yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan tertentu. Desain suatu green harus memperhatikan variasi kontur sebagai tantangan bagi pemain golf. Daerah green yang baik ditumbuhi rumput yang merata, rapat (tidak botak), berwarna hijau segar, dan permukaan rumput tegak halus sehingga bola dapat menggelinding dengan baik.

Luasan green beragam bergantung pada jenis par. Daerah green terdiri dari tiga area, yaitu putting green, collar green, dan apron. Putting green

merupakan area inti tempat lubang bola; collar green merupakan area di sekeliling putting green; apron merupakan daerah peralihan dari fairway ke collar

atau putting green. Faktor yang membedakan ketiga area tersebut adalah jenis dan tinggi pemangkasan rumput. Jenis rumput yang digunakan untuk putting green

(23)

9--10 mm. Jenis rumput yang biasanya digunakan pada daerah green harus memenuhi kriteria bertekstur halus, berdaun kecil, cepat merapat, tahan kering, tahan terhadap kadar garam yang tinggi, serta tahan terhadap hama dan penyakit.

Potongan melintang konstruksi green menurut United States Golf Association (USGA) atau Persatuan Golf Amerika Serikat diilustrasikan pada Gambar 4. Metode konstruksi dan spesifikasi dari green ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960 dan mengalami perbaikan pada tahun 1973. Kesimpulan ditetapkannya metode konstruksi ini dipilih berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di beberapa lokasi dan mudah diterapkan pada hampir semua lokasi.

Gambar 4. Potongan Melintang Konstruksi Green Sumber: Beard (1982)

2.2.4 Rough

Daerah rough merupakan batas terluar suatu area permainan golf dengan lingkungan sekitar atau area permainan lainnya yang memisahkan area permainan

hole yang satu dengan hole yang bersebelahan atau merupakan area yang berada di luar area permainan. Daerah rough biasanya menggunakan rumput manila (Zoysia matrella) yang mempunyai daun lebih lebar, padat, dan agak tegak jika dibandingkan dengan rumput bermuda. Pada daerah ini dibangun sirkulasi pelayanan (service road) dan ditanami pohon yang berfungsi sebagai pembatas. Ketinggian rumput sekitar 30-135 mm sehingga dari jauh penampakan rough

(24)

9

2.2.5 Hazard (Rintangan)

Daerah hazard biasanya merupakan bak-bak pasir (bunker), danau buatan, dan pepohonan yang tumbuh di sepanjang daerah rough. Rintangan-rintangan ini diletakkan di fairway, rough, dan sekitar green. Selain berfungsi sebagai rintangan, daerah ini juga berfungsi sebagai tempat akhir pembuangan air

drainase dan bermanfaat sebagai air irigasi.

Bunker yang merupakan salah satu bentuk hazard adalah suatu lahan kosong yang biasanya diisi dengan pasir. Pembuatan bunker tidak memiliki batas ketentuan ukuran dan bentuk. Pemilihan pasir untuk bunker sendiri biasanya menggunakan jenis pasir yang berwarna cerah seperti putih, coklat, atau abu-abu. Menurut Beard (1982), kedalaman bunker paling sedikit mencapai 4 inch (10 cm) untuk bagian dasar dan sekitar 2 inch (5 cm) untuk bagian permukaan.

Bunker merupakan bagian yang menyatu dengan permainan golf, estetika, dan pemeliharaan lapangan golf (Beard, 1982). Fungsi bunker adalah sebagai berikut:

1. memberikan kesan atau pandangan yang lebar; 2. menghindari pukulan yang tidak benar;

3. merupakan pola lalu lintas secara langsung bagi pemain.

Lapangan golf dirancang untuk memberikan kesenangan secara estetik, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai sarana untuk berolahraga (Lily, 1999). Beard (1982) menyatakan bahwa aspek estetis adalah hal yang utama dalam permainan golf. Estetika dalam permainan ini berarti keadaan alam yang sepatutnya dipertahankan sehingga apa yang dapat dilihat oleh pemain dapat dirasakan keunikannya.

Arsitek lanskap merancang dan mempercantik bentang lanskap dengan membentuk 18 hole yang memberikan tantangan (Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990). Lapangan golf yang berdesain baik adalah lapangan yang dapat memberikan tantangan untuk semua tingkat keahlian bermain golf, tanpa pemain merasa jenuh dan bosan. Seorang arsitek lapangan golf yang baik akan mengambil keuntungan dari keindahan alam di sekitarnya untuk menciptakan lapangan golf yang menyenangkan untuk bermain. Bermain pada lapangan golf yang dirancang dengan baik akan menjadi pengalaman yang selalu diingat oleh pemain (Beard, 1982).

Tinggi pemotongan rumput ditentukan berdasarkan tujuan penggunaan rumput. Pada masing-masing area permainan dibutuhkan kondisi rumput yang tepat sehingga bola dapat menggelinding dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku (Beard, 1982). Tabel 1 menunjukkan standar tinggi pemotongan rumput golf.

Tabel 1. Standar Tinggi Pemotongan Rumput Golf

Area permainan Tinggi Pemotongan Rumput (mm)

(25)

Jarak dari suatu area permainan ditentukan oleh par, yaitu angka yang dapat diraih oleh seorang pegolf ahli untuk suatu lubang tertentu. Persatuan Golf Amerika Serikat telah menetapkan standar umum untuk par dalam kaitannya dengan jarak (yard) (Tabel 2).

Tabel 2. Standar Jarak Par

No Par Pria Wanita

1. 3 sampai 250 yards (228,6 m) sampai 210 yards (192,02 m) 2. 4 250-470 yards (228,6-429,77 m) 211-400 yards (192, 94-365,76 m) 3. 5 di atas 470 yards (429,77 m) 402-575 yards (367,59-525,78 m)

4. 6 di atas 575 yards (525,78 m)

Sumber: Golf Committee Manual and USGA Golf Handicap System, New York (1969)

2.3 Lanskap Lapangan Golf

Lanskap lapangan golf adalah lanskap yang didominasi oleh tanaman rumput pada area permainannya. Menurut Klemme (1995), lingkungan di sekitar lapangan golf sangat menentukan keseluruhan karakter dari lapangan golf tersebut. Menurut Beard (1982), lapangan golf tanpa adanya pohon akan terlihat gundul dan pemain akan merasakan pentingnya pohon dan tanaman ornamental. Keberadaan tanaman, baik pohon maupun ornamental, dapat menaikkan kualitas lapangan golf. Pemilihan jenis tanaman yang tepat dan penempatan yang baik pada lanskap lapangan golf memiliki empat fungsi utama yang saling berhubungan, yaitu fungsi secara arsitektural, teknik, estetika, dan ekonomi (Beard, 1982).

Fungsi pohon secara arsitektural adalah

1. sebagai rintangan alami bagi pegolf untuk penempatan bola di permainan golf;

2. sebagai alat penentu jarak yang alami;

3. sebagai referensi point saat bola mendarat pada garis area permainan;

4. sebagai kontrol dalam penempatan bola agar tidak keluar area permainan dan menciptakan target utama, yaitu daerah green, serta melindungi pegolf dari sinar matahari yang menyilaukan;

5. sebagai tempat istirahat dan mencegah bola hilang saat keluar area permainan.

Fungsi pohon secara teknik adalah

1. pengontrol aliran udara dan sirkulasi;

2. alat konservasi seperti pengontrol erosi dan preservasi habitat satwa; 3. pengubah lingkungan contohnya sebagai pemecah arah angin;

4. pengaman dari pukulan yang tidak terarah bagi pegolf dan properti lainnya; 5. pagar dari sesuatu yang mengganggu serta pemberi rasa nyaman bagi pegolf. Fungsi pohon secara estetika adalah

1. sebagai pemecah kemonotonan di sepanjang daerah permainan;

2. pemberi kesan tertentu seperti menghasilkan kontras, variasi, dan penarik perhatian;

3. sebagai pemberi tekanan (emphasis) terhadap suatu titik yang menjadi pusat perhatian;

(26)

11

Fungsi pohon secara ekonomi adalah menghasilkan produk yang ekonomis seperti buah, kayu, kayu bakar, kompos, daun, dan kacang-kacangan. Jenis tanaman yang tumbuh sesuai dengan iklim setempat akan mempengaruhi jenis produk yang dihasilkan.

2.4 Utilitas Lapangan Golf

Kelengkapan utilitas merupakan tolok ukur suatu area golf yang berkualitas. Suatu area permainan yang luas memerlukan utilitas yang berkuantitas dan berkualitas baik. Menurut McCarty (2001), jenis utilitas yang terpenting dalam konstruksi dan pemeliharaan lapangan golf adalah sistem drainase, sistem irigasi, dan jaringan listrik. Ketiga utilitas tersebut harus dipelihara agar kondisi lapangan tetap optimal untuk digunakan.

2.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan tujuan menjaga dan merawat areal dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankannya pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan dan desain awal. Pemeliharaan dikenal dengan istilah pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang mempertahankan tujuan dan desain semula, sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan (Arifin dan Arifin, 2005).

Manjamen pemeliharaan suatu areal atau kawasan memiliki prinsip dasar. Menurut Sternloff dan Warren (1984), prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan dan standar pemeliharaan harus ditetapkan.

2. Pemeliharaan harus dilaksanakan dengan waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang ekonomis.

3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasari pada rencana pemeliharaan. 4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan harus didasari pada kebijaksanaan dan

prioritas.

5. Pengelola pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan untuk pencegahan.

6. Pengelola pemelihara harus terorganisir dengan baik.

7. Sumber dana yang cukup harus dimiliki untuk mendukung program pemeliharaan.

8. Tenaga kerja yang cukup harus tersedia untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan.

9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami. 10. Pengelola pemeliharan harus bertanggung jawab terhadap keamanan umum

dan pegawai pemeliharaan.

11. Dalam desain dan kontruksi suatu taman rekreasi dan fasilitasnya, pemeliharaan hendaknya menjadi pertimbangan awal saat pembangunan. 12. Para pegawai pemeliharaan bertanggung jawab terhadap pencitraan khalayak

(27)

Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan ideal akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh upaya-upaya berikut ini:

1. perencanaan dan perancangan taman dengan desain sederhana; 2. penggunaan elemen taman yang mudah dicari;

3. pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan-bahan perkerasan yang sesuai;

4. pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalam taman selalu lancar;

5. perlengkapan taman yang memadai, penerangan lampu pada malam hari, dan jaringan utilitas yang ada di bawah tanah harus direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan taman.

Sternloff dan Warren (1984) menyebutkan bahwa pemeliharaan fisik memiliki dua sistem pemeliharaan, yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif menitikberatkan pada penanganan masalah yang terjadi, sedangkan pemeliharaan preventif menekankan pada identifikasi dan penyelesaian masalah yang mungkin terjadi. Pemeliharaan preventif ini merupakan kunci sukses untuk meminimalisasi perawatan kerusakan lanskap.

Pemeliharaan lanskap memerlukan manajemen yang terjadwal dengan baik agar semua kegiatan berjalan dengan lancar dan tepat. Menurut Sternloff dan Warren (1984), perencanaan pengelolaan yang baik dan logis harus mencakup hal-hal seperti berikut:

1. inventarisasi lengkap seluruh area taman rekreasi, fasilitas, dan peralatan yang akan dipelihara;

2. perencanaaan pemeliharaan rutin secara tertulis yang meliputi

a. standar pemeliharaan seluruh area, fasilitas, dan peralatan yang telah didata dalam inventarisasi,

b. pengidentifikasian dan pembuatan daftar kegiatan pemeliharaan rutin untuk mencapai standar yang telah ditetapkan,

c. prosedur yang menerangkan metode yang efisien dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin,

d. frekuensi kegiatan pemeliharaan, e. pegawai yang melaksanakan kegiatan, f. bahan-bahan, termasuk bahan sekali pakai, g. peralatan untuk melaksanakan kegiatan, dan h. pendugaan waktu yang akurat;

3. cara pelaksanaan pemeliharaan yang bersifat tidak rutin dan insidental seperti pekerjaan perbaikan atau persiapan untuk suatu acara khusus;

4. pemeliharaan yang bersifat pencegahan terhadap kondisi yang dapat mempercepat kerusakan melalui inspeksi yang sistematik dan terjadwal; 5. jadwal penugasan untuk tipe pekerjaan pemeliharaan yang meliputi

perorangan, tim, atau kontraktor sehingga dapat terpantau dengan baik; 6. sistem untuk mendesain dan merencanakan pekerjaan, jadwal pemeliharaan,

dan pengawasan beban kerja;

7. sistem analisis dan pengawasan biaya pemeliharaan.

(28)

13

et al. (1975) dibagi menjadi tiga, yaitu area pemeliharaan intensif, area pemeliharaan semi intensif, dan area pemeliharaan ekstensif.

Menurut Arifin dan Arifin (2005), efektivitas pekerjaan pegawai sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan tingkat keterampilan para pegawai, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersediaan alat dan bahan, tingkat pengawasan kerja di lapang, dan kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor serta antara mandor dan pegawai pemeliharaan.

Kinerja para pegawai menurut Sternloff dan Warren (1984) sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kecakapan dan komitmen. Kecakapan bekerja terbentuk dengan adanya pengalaman, keahlian, dan pengetahuan dasar akademiknya, sedangkan komitmen dihasilkan dari adanya motivasi. Oleh karena itu, untuk menjaga keinginan para pegawai agar tetap bekerja dan bangga dengan hasil pekerjaannya, perlu diperhatikan penghargaan dan tingkat upah atau gaji para pegawainya.

2.6 Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf 2.6.1 Pemeliharaan Area Permainan

Inti dari pemeliharaan di area permainan golf adalah pada hamparan rumputnya. Pemeliharaan pada area rumput meliputi penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan kegiatan renovasi.

Menurut Emmons (2000), jaringan hidup pada tanaman mengandung 80-95 persen air. Jika persentase tersebut berkurang hingga menjadi 60 persen, tanaman tersebut akan mati. Tanaman memperoleh air dari tanah. Sebanyak 90 persen air yang diserap oleh akar mungkin hilang melalui stomata. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 2--3 kali sehari, sedangkan pada musim hujan, penyiraman dilakukan dua kali sehari, sebelum dan sesudah lapangan golf digunakan. Pada umumnya, penyiraman di daerah tee, fairway, dan green

menggunakan sprinkler link master yang dioperasikan secara otomatis dari pusat pengendalian sehingga waktu dan lama penyiramannya dapat diatur. Selain itu dapat digunakan sprinkler impact yang diatur secara manual dengan selang. Frekuensi penyiraman yang terlalu sering dapat mengakibatkan perakaran dangkal dan mudah terjadi pemadatan tanah. Sedangkan penyiraman yang jarang dilakukan tetapi dengan jumlah air yang banyak dapat merangsang pembusukan akar.

(29)

Pada dasarnya, pemupukan pada lapangan golf adalah suatu usaha pemberian hara esensial bagi rumput golf yang sama pentingnya dengan pemangkasan dan penyiraman dalam menentukan kualitas dan ketahanan rumput golf (Tjahjono, 1994). Pemupukan yang tepat dan berimbang akan memberikan efek penting pada warna, kerapatan, keseragaman dan tingkat pertumbuhan rumput. Rumput yang dipupuk secara teratur dapat berkompetisi secara lebih baik terhadap serangan gulma dan lebih cepat pulih dari kerusakan serta lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit.

Pupuk yang digunakan harus mengandung unsur esensial. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan dalam jumlah banyak, sedang dan sedikit. Unsur-unsur yang diperlukan dalam pemupukan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Unsur yang Diperlukan dalam Pemupukan

No Unsur Esensial Elemen Simbol Kimia Unsur Tersedia 1. Makro

Pengendalian gulma, hama, dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerugian yang diakibatkannya seperti mengurangi nilai estetika dan mengganggu penyerapan hama, air tanah, masuknya sinar matahari bagi tanaman. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengendalian dapat dilakukan dengan cara manual, fisik, dan kimia. Cara manual dilakukan dengan cara mengambil langsung baik menggunakan tangan maupun alat. Cara fisik adalah memanipulasi faktor fisik (seperti suhu, kelembaban udara, dan cahaya) sehingga kondisinya tidak cocok untuk pertumbuhan gulma tersebut. Cara kimia adalah alternatif terakhir jika kedua cara tersebut sudah tidak mungkin dilakukan, dan cara yang digunakan adalah dengan menggunakan pestisida.

(30)

15

pemampatan, dan lain-lain. Perbaikan irigasi berupa perbaikan satelit pengendali untuk penyiraman dengan menggunakan sistem springkler.

2.6.2 Pemeliharaan Area Nonpermainan

Area nonpermainan menjadi faktor pendukung terhadap estetika lapangan golf. Pemeliharaan area nonpermainan meliputi pemeliharaan lanskap nonrumput, club house, dan nursery.

Menurut Beard (1982), semak, tanaman penutup tanah, dan tanaman bunga biasanya digunakan untuk menambah keindahan di luar area permainan, seperti sekitar club house, entrance, halfway house, shelter, dan sekitar green

menuju tee box. Entrance dapat dibuat dengan desain sederhana atau detil bergantung pada kesan fasilitas dari lapangan golf yang diinginkan (Beard, 1982). Penanaman di sekitar club house dimaksudkan untuk menunjang bangunan dan menciptakan pemandangan yang indah (Witteveen dan Bavier, 1998).

2.7 Nursery

Nursery merupakan tempat untuk penggandaan dan pembudidayaan

tanaman (Davidson et al., 2000). Nursery menyediakan bibit yang diperlukan untuk membangun taman baru baik mengganti maupun menyulam taman yang telah terbangun (Arifin dan Arifin, 2005). Pemilihan lokasi untuk penempatan

nursery harus dipikirkan dengan cermat. Perlu dipertimbangkan faktor utama seperti air, jenis tanah, dan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Menurut Davidson et al. (2000), areal pada nursery dapat dibagi menjadi areal penyemaian, areal transplantasi, areal yang tidak ditanami, dan areal yang diperuntukkan untuk fasilitas nursery seperti lahan untuk bangunan, parkir, jalan, pagar, fasilitas irigasi, dan penahan angin.

(31)
(32)

17

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di Padang Golf Halim Perdana Kusuma, yang berlokasi di Jalan Squadron Halim Perdana Kusuma, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Peta lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 5. Kegiatan magang berlangsung selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 20 Februari hingga 20 Mei 2012. Kegiatan magang dimulai pada pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 15.00 WIB setiap hari dari Senin sampai dengan Jumat.

Gambar 5. Peta lokasi magang, Padang Golf Halim Perdana Kusuma Sumber: Google Earth (2012)

3.2 Metode Kerja

Metode kerja yang dilakukan selama kegiatan magang adalah berpartisipasi aktif secara langsung di lapang dan kantor dalam aspek pemeliharaan lanskap. Kegiatan magang dilakukan selama 1,5 bulan pertama di PGH I, kemudian dilanjutkan 1,5 bulan berikutnya di PGH II. Tahap awal kegiatan magang meliputi kegiatan pengenalan terhadap kondisi umum di lapang dan berbagai pekerjaan pemeliharaan baik di lapang maupun di kantor.

Pada tahap berikutnya kegiatan magang yang dilakukan meliputi penelaahan desain lapangan golf di lapang dan dari dokumen Padang Golf Halim, yakni kegiatan mengamati dan menganalisis bagian-bagian lapangan golf, keterlibatan dalam kegiatan administrasi dan pelaksanaan pemeliharaan lanskap lapangan golf, dan pengelolaan tenaga kerja.

Dalam kegiatan administrasi ditelaah hal-hal berikut: 1. sejarah perusahaan dan struktur organisasi perusahaan;

(33)

2. cara-cara serta proses-proses yang dilakukan dalam penjadwalan kerja, sistem tenaga kerja, anggaran biaya pemeliharaan, pembelian bahan dan alat, peminjaman barang, dan lain-lain;

3. sistem upah tenaga kerja serta mengetahui jumlah upah yang diterima tenaga kerja tiap harinya;

4. pengaturan penyediaan jumlah alat dan bahan; 5. penyusunan pembuatan program pemeliharaan;

6. pencatatan berbagai data yang terkait pada pemeliharaan lanskap. Dalam kegiatan pelaksanaan pemeliharaan dilakukan hal-hal berikut: 1. mengamati, mencatat, dan membuat dokumentasi yang berkaitan dengan

kegiatan pemeliharaan di lokasi pekerjaan;

2. mengikuti seluruh kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh masing-masing departemen, seperti

a. pemangkasan rumput di daerah tee box, green, fairway, dan rough, b. pemeliharaan area hazard,

c. pemeliharaan elemen hardscape di lapangan golf, d. pemeliharaan tanaman di nursery,

e. pemupukan lanskap dan rumput, f. penanaman tanaman pada flowerbed, g. pemangkasan lanskap di lapangan,

h. penyiraman lanskap dan rumput di lapangan, i. penyulaman dan pendangiran di lanskap, dan

j. pengendalian gulma, hama, dan penyakit tumbuhan.

Dalam pengelolaan tenaga kerja, dipelajari efektivitas kerja karyawan serta alat dan bahan yang dipergunakan. Efektivitas kerja dihitung dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan di Padang Golf Halim kemudian membandingkannya dengan standar kapasitas kerja berdasarkan pustaka.

Data diperoleh melalui observasi, partisipasi aktif, diskusi, serta wawancara. Selain itu, juga dilakukan penelusuran studi pustaka dan dokumen perusahaan (Lampiran 1).

3.3 Analisis dan Rekomendasi

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah pada tempat magang, yaitu sebagai berikut:

1. aspek fisik, yang meliputi jenis tanah, jenis rumput, topografi, iklim, hidrologi, vegetasi, satwa liar, fasilitas, utilitas, konsep lanskap, dan rencana lanskap lapangan golf tersebut;

2. aspek sosial, yang meliputi struktur organisasi, konsep dasar, karyawan perusahaan, pengunjung, dan masyarakat sekitar;

3. aspek ekonomi, yang meliputi biaya-biaya pemeliharaan;

4. aspek teknik, yang meliputi aturan-aturan penggunaan alat pemeliharaan, keamanan, dan pembuangan limbah;

5. pemeliharaan rumput;

(34)

19

3.3.1 Pengolahan Data dan Analisis

Pengolahan seluruh data yang diperoleh dari hasil inventarisasi dan observasi dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di kawasan magang. Kegiatan analisis dilakukan untuk pemecahan permasalahan yang ada.

Setelah menganalisis berbagai masalah tersebut, tahap selanjutnya adalah membandingkan dengan kriteria ideal untuk memberi solusi dari sudut pandang arsitektur lanskap.

3.3.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan penjabaran hasil pengamatan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui survei lapang, penyebaran kuisioner, wawancara, dan studi pustaka.

3.3.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap Padang Golf Halim dengan mengalisis kekuatan dan kelemahan dari faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif juga dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dengan cara memberi bobot dan memberi peringkat.

Perumusan strategi dengan menggunakan analisis SWOT memerlukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Perumusan faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pengelola berdasarkan hasil inventarisasi data yang terdapat pada Lampiran 1. Setelah merumuskan faktor internal dan eksternal, pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh tiga responden yang ketiganya merupakan responden internal yang paham mengenai kondisi Padang Golf Halim (Lampiran 2). Para responden tersebut adalah Kepala Bagian Kesiapan Lapangan (Kabag Siaplap), Kepala Bagian Pemeliharaan Lapangan (Kabag Harlap) PGH I, dan Kepala Urusan Lapangan (Kaur Lap) II PGH I.

Pada analisis SWOT, faktor internal dirumuskan dalam matriks yang dikenal dengan sebutan matriks evaluasi faktor internal (IFE, internal factor evaluation) dan faktor eksternal dirumuskan dalam matriks evaluasi faktor eksternal (EFE, external factor evaluation). Langkah kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut.

1. Pembuatan Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Evaluasi faktor internal ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori kekuatan dan kelemahan (David, 2011). Matriks IFE membantu perusahaan untuk menganalisis dan mengatur faktor-faktor strategi internal. Menurut David (2011), dalam membuat matriks IFE terdapat lima langkah berikut yang harus dilakukan.

(35)

b. Langkah kedua memberi bobot pada setiap faktor yang telah ditentukan. Bobot yang diberikan berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Jumlah seluruh bobot sama dengan 1,0. Menurut David (2011), bobot mengindikasikan pentingnya suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Pengolahan data untuk mengetahui bobot dari setiap faktor strategis dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi mengingat responden yang digunakan berjumlah lebih dari satu orang. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Bobot Faktor Internal

Faktor Internal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Rata-Rata Bobot

1 2 3 4

S1 Sn W1 Wn

Jumlah Rata-rata 1.00

Sumber: Rosa (2003)

c. Langkah ketiga memberikan peringkat 1-4 pada setiap faktor, dengan 1 kelemahan utama, 2 kelemahan minor, 3 kekuatan minor, dan 4 kekuatan utama. Kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Pada Tabel 5, peringkat adalah nilai rata-rata dari tingkat kepentingan.

Tabel 5. Penentuan Peringkat Faktor Internal

Faktor Internal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Peringkat

1 2 3 4

S1 Sn W1 Wn

Sumber: Rosa (2003)

d. Langkah keempat menentukan skor bobot masing-masing faktor dengan cara mengalikan bobot pada tiap faktor dengan peringkatnya. Perhitungan ini dibuat dalam matriks IFE (Tabel 6).

Tabel 6. Matriks IFE

Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Bobot

S1 Sn W1 Wn

(36)

21

e. Langkah kelima menjumlahkan seluruh skor bobot untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot maksimal adalah 4,0 dan skor bobot minimal adalah 1,0, dengan skor rata-rata 2,5. Skor bobot total di bawah 2,5 menandakan bahwa perusahaan lemah secara internal, sedangkan skor di atas 2,5 menandakan bahwa perusaahaan kuat secara internal.

2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Evaluasi faktor eksternal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori peluang dan ancaman (David, 2011). Secara umum, tahapan kerja pada matriks EFE sama dengan matriks IFE, yaitu sebagai berikut.

a. Langkah pertama mengidentifikasi dan mendaftar faktor yang menjadi ancaman dan peluang yang mempengaruhi perusahaan.

b. Langkah kedua menentukan bobot pada setiap faktor eksternal mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Pengolahan data untuk mengetahui bobot dari setiap faktor strategis dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi mengingat responden yang digunakan berjumlah lebih dari satu orang. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penentuan Bobot Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Rata-rata Bobot

1 2 3 4

O1 On T1 Tn

Jumlah Rata-rata 1.00

Sumber: Rosa (2003)

c. Langkah ketiga memberikan peringkat 1--4 pada setiap faktor eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja perusahaan dalam merespon faktor-faktor eksternal yang berpengaruh. Peringkat 1 menandakan bahwa respon perusahaan di bawah rata-rata, Peringkat 2 menandakan bahwa respon perusahaan rata-rata, Peringkat 3 menandakan bahwa respon perusahaan di atas rata-rata, dan Peringkat 4 menandakan bahwa respon perusahaan sangat bagus. Baik ancaman maupun peluang dapat menerima Peringkat 1,2,3, atau 4. Perhitungan peringkat dapat dilihat pada Tabel 8. Peringkat merupakan nilai rata-rata tingkat kepentingan.

Tabel 8. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden Peringkat

1 2 3 4

O1 On T1 Tn

(37)

d. Langkah keempat mengalikan bobot dengan peringkat setiap faktor untuk mendapatkan skor bobot. Perhitungan ini dibuat dalam matriks EFE (Tabel 9).

Tabel 9. Matriks EFE

Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Bobot

O1 On T1 Tn

Total Sumber: David (2011)

e. Langkah kelima menjumlahkan seluruh skor bobot tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot total tertinggi yang mungkin didapatkan adalah 4,0 sedangkan skor bobot terendah yang mungkin didapatkan adalah 1,0. Semakin tinggi skor bobot total yang didapatkan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang dan ancaman yang ada dengan baik, perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan meminimalisir ancaman yang ada.

3. Pencocokan (Matriks Internal-Eksternal)

Tahapan pencocokan dilakukan untuk mengetahui strategi mana yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan. Dari skor pembobotan yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE dapat diketahui Matriks Internal-Eksternal (IE) yang dibagi kuadran-kuadran yang masing-masing kuadran tersebut menggambarkan implikasi strategi yang berbeda-beda. Sumbu X pada matriks IE menggambarkan skor bobot IFE dan skor bobot EFE digambarkan pada Sumbu Y (Gambar 6).

Gambar 6. Formulir Matriks IE Sumber: David (2011)

Menurut David (2011), matriks IE memiliki sembilan kuadran yang dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut.

a. Grow and build strategy (Kuadran I, II, dan IV)

Fokus strategi ini adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk yang bersifat intensif dan agresif.

b. Hold and maintain strategy (Kuadran III, V, dan VII)

(38)

23

c. Harvest and divest strategy (Kuadran VI, VIII, dan IX)

Fokus strategi ini adalah perlunya manajemen biaya yang agresif saat biaya peremajaan bisnis untuk merevitalisasi bisnis tergolong rendah.

4. Penentuan Alternatif Strategi

Pemilihan alternatif strategi berfokus terhadap kuadran yang didapatkan. Fokus strategi tersebut dikembangkan agar didapatkan suatu alternatif strategi manajemen lanskap yang dapat meningkatkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang kemudian digambarkan dengan matriks SWOT (Tabel 10). Matriks SWOT memiliki empat alternatif strategi (David, 2011). Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.

b. Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi ini bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.

d. Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Tabel 10. Formulir Matriks SWOT

(39)

Tabel 11. Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Alternatif

Strategi

Keterkaitan dengan Unsur

SWOT Skor Peringkat

SO1 SO2 SOn ST1 ST2 STn WO1 WO2 WOn WT1 WT2 WTn

Sumber: Saraswati (2010)

3.3.4 Sintesis

Sintesis merupakan hasil yang diperoleh berdasarkan analisis yang dilakukan. Sintesis bertujuan mengembangkan potensi dan menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga didapatkan suatu rekomendasi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan.

3.4 Batasan Studi

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Latar belakang pembangunan Padang Golf Halim (PGH) berawal dari adanya pemikiran untuk memanfaatkan lahan yang sebelumnya berupa hutan dan rawa-rawa yang terbengkalai menjadi sarana olahraga bermain golf bagi masyarakat luas terutama anggota TNI-AU. Selain itu, pembangunan PGH ini dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sekitar dan keluarga besar TNI-AU yang berupa

a. fasilitas bermain golf bagi keluarga TNI-AU;

b. lahan pekerjaan kepada keluarga dan pensiunan anggota TNI-AU;

c. lahan pekerjaan kepada perkumpulan pemuda yang berdomisili di daerah Halim atau yang disebut “Halim Boys” yang memiliki citra negatif di mata

masyarakat.

Pembangunan lapangan golf di Halim memberikan dampak yang sangat baik bagi lingkungan sekitar dan kondisi sosial ekonomi masyarakat karena selain dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, didirikannya PGH juga telah mengubah pandangan masyarakat tentang daerah Halim itu sendiri. Menurut data karyawan Badan Pengelola Padang Golf Halim, tercatat pada bulan April 2012, jumlah karyawan yang tinggal di Kelurahan Halim Perdanakusuma yaitu 138 orang.Keinginan para anggota TNI-AU atas adanya sarana permainan golf inilah yang membuat pembangunan PGH dilaksanakan sendiri oleh anggota TNI-AU.

Gambar 7. Plakat Pendiri dan Peresmian Padang Golf Halim

(41)

Halim I (PGH I). Kerja sama dengan Bank Indonesia terus dilanjutkan sehingga dapat dibuat 18 holes berikutnya yang menjadi PGH II. PGH I diresmikan oleh mantan Presiden RI Bapak Soeharto pada tanggal 14 Juli 1971 dan PGH II diresmikan pada tanggal 29 Juli 1982.

Keberadaan Padang Golf Halim selanjutnya adalah di bawah lingkup usaha dan menjadi milik Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau). Dalam rangka pembenahan organisasi dan tata kerja Padang Golf Halim, Yasau mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pengesahan Anggaran Dasar Padang Golf Halim Nomor: Skep/Yasau/020/X/1990 tanggal 04 Oktober 1990. Pengawakan dan pengelolaan organisasi Padang Golf Halim telah tertuang dalam Anggaran Rumah Tangga Badan Pengelola Padang Golf Halim.

Sesuai dengan AD/ART Padang Golf Halim, pelaksanaan Manajemen Padang Golf Halim di samping mencari keuntungan berupa sisa hasil usaha (SHU), juga mengemban fungsi sosial terutama bagi keluarga TNI-AU sehingga tidak menerapkan sistem Full Business Oriented. Bagi keluarga besar TNI-AU dapat bermain sepuasnya tanpa dikenakan biaya green fee, bahkan untuk anggota PIA (Persatuan Istri Anggota) dan sebagian anggota TNI-AU dibantu biaya

caddie fee. Selain itu, Padang Golf Halim juga mendukung penuh kegiatan pertandingan/latihan yang diselenggarakan oleh TNI-AU/PGAU.

Selain mengalokasikan hasil yang didapat untuk pembagian keuntungan kepada Yasau, Badan Pengelola Padang Golf Halim dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas lapangan, kualitas pelayanan kepada para pegolf, serta menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh suatu padang golf agar dapat memuaskan pemain dan peminat golf, disamping dapat memberikan pendapatan yang layak bagi para karyawannya.

Dalam organisasi APLGI (Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia) Padang Golf Halim termasuk dalam kategori/terakreditasi “B”. Meskipun demikian, PGH dinilai masih memiliki reputasi yang baik. PGH merupakan salah satu lapangan golf dengan jumlah pengunjung yang sangat banyak dan merupakan tempat favorit bermain bagi para pejabat negara. Presiden RI saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono pun memiliki jadwal khusus dalam bermain golf di sini.

PGH pernah menjadi tempat diselenggarakannya turnamen-turnamen besar berskala nasional dan internasional, di antaranya, Jakarta Golf Circuit, Indonesia Open, dan Seleksi Pekan Olahraga Nasional.

4.2 Konsep Dasar

Pembangunan lapangan golf di Halim yang pada awalnya merupakan hutan dan rawa secara tidak langsung menjadikan lingkungan di kawasan Halim lebih terawat. Lapangan golf PGH ini dibuat tidak dengan perombakan total hutan dan rawa menjadi sebuah lapangan golf, tetapi kondisi ekologi, topografi, vegetasi, dan satwa asli yang ada disana masih tetap dipertahankan. Oleh karena itu, PGH menjadi salah satu lapangan golf yang memiliki tingkat keragaman vegetasi dan satwa yang tinggi. Vegetasi di PGH juga terlihat sudah cukup tua, hal ini dapat dilihat, di antaranya, dari bentuk fisik vegetasi yang tinggi dan besar.

Gambar

Gambar 8. Struktur Organisasi Badan Pengelola Padang Golf Halim
Gambar 9.
Tabel 13. Jarak Tee Box ke Area Green di PGH (dalam satuan meter)
Gambar 10. Club House PGH I (a) dan Club House PGH II (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait