• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk, perusahaan kerupuk cap dua gajah, Indramayu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk, perusahaan kerupuk cap dua gajah, Indramayu, Jawa Barat"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK

PERUSAHAAN KERUPUK CAP DUA GAJAH

INDRAMAYU, JAWA BARAT

SKRIPSI

RINA KUSRINA H34062604

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii RINGKASAN

RINA KUSRINA. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor (di bawah bimbingan RATNA WINANDI). Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat melimpah. Peranan

sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menyediakan bahan pangan hewani, menyediakan bahan baku untuk mendorong agroindustri, meningkatkan devisa melalui penyediaan ekspor perikanan, menyediakan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009). Jawa Barat memiliki potensi sektor perikanan yang sangat besar, baik perikanan darat maupun perikanan lepas pantai yang tidak hanya mencukupi untuk kebutuhan lokal, namun juga diekspor ke luar negeri. Salah satu daerah potensial di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu. Produksi perikanan Indramayu yang menyumbang 32,87 persen dari produksi perikanan Jawa Barat yaitu sebesar 94,6 ribu ton pada tahun 2007. Pengembangan Industri hasil perikanan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri pengolahan ikan di Indramayu yang potensial adalah industri pengolahan kerupuk ikan/udang yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah unit usaha dalam setiap tahunnya. Di kabupaten Indramayu, industri pengolahan ikan yang memiliki produksi paling tinggi adalah produksi pengolahan kerupuk ikan yaitu sebesar 3,5 ribu ton atau sebesar 45,20 persen dari seluruh total produksi olahan hasil perikanan. Salah salah satu desa yang merupakan sentra industri pengolahan kerupuk ikan/udang adalah Desa Kenanga Kecamatan Sindang. Salah satu perusahaan yang memproduksi kerupuk ikan/udang di Desa Kenanga Kecamatan Sindang adalah Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang mengolah kerupuk ikan/udang dengan jumlah produksi terbesar di Indramayu (Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, 2010). Pada tahun 2009 perusahaan ini melakukan penambahan teknologi mesin terutama pada bidang produksi untuk meningkatkan produksinya agar dapat memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan usaha untuk melihat sejauh mana manfaat bersih yang diperoleh perusahaan dengan adanya penambahan teknologi tersebut.

Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Desa Kenanga Kecamatan Sindang. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Juli hingga Agustus 2010. Penelitian ini menggunakan Analisis Kelayakan Investasi baik finansial ataupun non-finansial.

(3)

iii

ikan/udang dengan adanya penambahan teknologi ini layak untuk dijalankan. Dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp2,74 milyar, IRR sebesar 26 persen, Net B/C sebesar 2,37 dan PP selama enam tahun, dua bulan, 22 hari. Analisis sensitivitas dilakukan jika terjadi kenaikan harga ikan sebesar 17 persen dan tepung tapioka sebesar 25 persen. Pemilihan persentase kenaikan harga tersebut merupakan kenaikan harga yang pernah dialami oleh perusahaan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa bahwa usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah tidak sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku ikan/udang sebesar 17 persen dan tepung tapioka sebesar 25 persen, sehingga perusahaan masih layak menjalankan usahanya. Hal ini, dapat dilihat dari nilai kriteria investasinya yaitu, jika terjadi kenaikan harga ikan/udang sebesar 17 persen akan mengakibatkan nilai NPV sebesar Rp37 juta, IRR sebesar 12,2 persen, dan Net B/C sebesar 1,01 yang berarti bahwa ketika harga ikan naik sebesar 17 persen perusahaan masih layak menjalankan usahanya, namun jika harga ikan naik lebih dari 17 persen usahanya menjadi tidak layak. Jika terjadi kenaikan harga tepung tapioka sebesar 25 persen akan mengakibatkan nilai NPV sebesar Rp352 juta, IRR sebesar 14 persen, Net B/C sebesar 1,17 yang berarti bahwa ketika harga tepung tapioka naik sebesar 25 persen perusahaan masih layak menjalankan usahanya, namun jika harga ikan naik lebih dari 17 persen usahanya menjadi tidak layak. Nilai analisis sensitivitas tersebut juga menunjukkan bahwa kenaikan harga bahan baku ikan lebih sensitif daripada kenaikan harga bahan baku tepung tapioka.

Dari hasil analisis finansial dan non finansial, usaha pengolahan kerupuk Perusahan kerupuk Cap Dua Gajah dikatakan layak. Namun demikian, perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap pengelolaan aspek lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat yaitu dengan membuat tempat untuk pengolahan limbah pabrik beserta salurannya agar tidak mencemari sungai yang digunakan warga sekitar.

(4)

iv

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN KERUPUK

PERUSAHAAN KERUPUK CAP DUA GAJAH

INDRAMAYU, JAWA BARAT

Rina Kusrina H34062604

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

v

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat

Nama : Rina Kusrina

NIM : H34062604

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ratna Winandi, M.S

NIP. 19530718 197803 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1002

(6)

vi PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir.

Bogor, April 2011

(7)

vii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 19 Februari 1989 sebagai anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Nata dan Ibu Dayem.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Juntinyuat IV pada tahun 2000 dan pendidikan menengah di SLTP N 1 Juntinyuat-Indramayu pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 1 Sindang-Indramayu diselesaikan pada tahun 2006. Penulis juga menempuh pendidikan informal pendidikan Bahasa Inggris (English Course) di GET- House Indramayu pada tahun 2003

Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. Atas segala berkah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Indramayu, Jawa Barat”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Kerupuk ikan/udang merupakan produk unggulan Kabupaten Indramayu. Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan potensi perikanan Indramayu yang dapat menyediakan bahan baku bagi usaha pengolahan tersebut. Usaha pengolahan kerupuk ikan/udang dapat dikembangkan dengan penggunaan teknologi baru. Penggunaan teknologi baru membuat perusahaan menambah investasinya sehingga akan berpengaruh pada aspek kelayakan usaha pengolahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang baik dari segi finansial maupun non finansial serta menganalisis sensitivitas usaha tersebut akibat adanya perubahan baik input maupun output.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah baik secara finansial maupun non finansial layak untuk dijalankan, namun perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan terhadap pengelolaan aspek lingkungan agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat.

Bogor, April 2011

(9)

ix UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ratna Winandi, M.S selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Tintin Sarianti, S.P, M.M selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Eva Yolynda, S.P, M.M selaku dosen penguji komdik yang telah meluangkan

waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Bapak H.Saein dan seluruh keluarga besar Perusahaan Kerupuk Cap Dua

Gajah atas semua bantuan yang diberikan selama penelitian.

5. Pihak Pemerintah Kabupaten Indramayu, Kecamatan Sindang dan Desa Kenanga atas bantuan, izin, waktu, dan kesempatan yang diberikan.

6. Dr. Dra. Waysima, M.M yang telah menjadi konselor penulis selama kuliah di IPB.

7. Ir. Lusi Fausia, M.Ec yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

8. Orang tua dan kakak-kakak tercinta untuk setiap doa dan dukungan yang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik.

9. Teman-teman Agribisnis seperjuangan angkatan 43 atas semangat dan kenangan selama perkuliahan dan penelitian.

10. Dan untuk semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(10)

x

2.2 Definisi agribisnis dan Agroindustri……… 15

2.3 Pengertian Industri ……….. 15

2.4 Usaha Kecil dan Menengah ………. 16

2.5 Perusahaan Perseorangan ……… 18

2.6 Penelitian Terdahulu ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1 Analisis Kelayakan Bisnis ... 21

3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Bisnis ... 22

3.1.2.1 Aspek Pasar... 23

3.1.2.2 Aspek Teknis ………... 24

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ………... 27

3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ... 27

3.1.2.5 Aspek Lingkungan ... 28

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 36

4.4.1 Analisis Kelayakan Non Finansial ... 37

4.4.2 Aspek Kelayakan Finansial ……... 39

4.5 Definisi Operasional ……… 42

4.6 Asumsi Dasar ………... 43

V GAMBARAN UMUM USAHA ... …... 45

5.1 Lokasi Perusahaan ………..……... 45

5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 45

(11)

xi

5.4 Proses Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang …………. ... 50

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

6.1 Analisis Aspek Non Finansial ... 53

6.1.1 Aspek Pasar …………... 53

6.1.2 Aspek Teknis…... 62

6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum ………... 72

6.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya ……… 76

6.1.5 Aspek Lingkungan ……… 78

6.2 Analisis Kelayakan Finansial ….. ... 80

6.2.1 Proyeksi Arus Kas (Casflow) ... 80

6.2.2 Analisis Laba Rugi ………... 92

6.2.3 Analisis Kelayakan Investasi.………. 93

6.2.4 Analisis Sensitivitas ………... 96

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

7.1 Kesimpulan ... 100

7.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(12)

xii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Volume Pengolahan Ikan Produk Produk Hasil Olahan

Perikanan Kabupaten Indramayu Tahun 2009 ……... ... 3

2. Perusahaan Pengolahan Kerupuk Ikan/Udang di Kabupaten Indramayu Tahun 2009 ... 5

3. Jumlah Produksi, Nilai Penjualan, Keuntungan, Harga jual rata-rata dan Pengeluaran Bahan Baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ... 6

4. Kandungan Gizi Kerupuk Ikan ... 12

5. Data Permintaan dan Penawaran Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Tahun 2010... 54

6. Daftar Harga Kerupuk Udang/Ikan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah Periode Agustus Tahun 2010... 58

7. Rincian Pekerjaan Karyawan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah 75 8. Rekapitulasi Total Produksi dan Nilai Penjualan Kerupuk ...…….. 83

9. Investasi pada Awal Tahun Selain Mesin dan Peralatan …………. 85

10.Re-investasi Selama Umur usaha ………..……….……. 85

11.Nilai Investasi Peralatan dengan Umur Ekonomis Lima Tahun …. 86

12.Nilai Investasi Tambahan pada Tahun Keenam ….………...…….. 86

13.Nilai Sisa pada Akhir Periode Umur Usaha ……… 87

14.Rincian Biaya Karyawan per Tahun (Rupiah)... 89

15.Rekapitulasi Proyeksi Laba/Rugi………... 92

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 34 2. Bangunan Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ………... 45 3. Struktur Organisasi Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah…………. 48 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Kerupuk Udang/ikan ……… 52

5. Kerupuk Ikan/Udang ………...……….. 56

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perbedaan, Persaamaan Penelitian yang dilakukan dengan

Penelitian Sebelumnya ………... 105

2. Kuisioner Penelitian ………... 107

3. Layout Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah ... 114

4. Layout Fasilitas Bangunan Pabrik…..……… 115

5. Proyeksi Penerimaan dan Nilai Penjualan …... 116

6. Komponen Biaya Investasi, Umur Ekonomis, dan Nilai Penyusutan ... 117

7. Biaya Tetap Selain Biaya untuk karyawan... 120

8. Biaya Variabel ... 121

9. Proyeksi Laba Rugi ………... 122

10.Cashflow ……… 125

11.Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas……….. 130

(15)

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi perikanan sangat melimpah karena sebagian besar wilayahnya adalah lautan atau perairan. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan Indonesia pada tahun 2010 mencapai 10,83 juta ton dan pada tahun 2011 ditargetkan mencapai 12,26 juta ton1. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menyediakan bahan pangan hewani, menyediakan bahan baku untuk mendorong agroindustri, meningkatkan devisa melalui penyediaan ekspor perikanan, menyediakan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009).

Dilihat dari pasar luar negeri yang sangat menyenangi produk perikanan yang berasal dari Indonesia karena ikan Indonesia tumbuh di daerah yang beriklim tropis sehingga kandungan kolesterolnya yang sangat rendah membuat kualitas ikan Indonesia memiliki daya saing tinggi di pasar internasional. Sehingga sumber daya ikan yang unggul itu menjadi peluang yang sangat menjanjikan untuk mencapai agribisnis perikanan yang unggul.

Jawa Barat memiliki potensi sektor perikanan yang sangat besar, baik perikanan darat maupun perikanan lepas pantai yang tidak hanya mencukupi untuk kebutuhan lokal, namun juga diekspor ke luar negeri. Saat ini tingkat konsumsi hasil perikanan di Jawa Barat baru mencapai 25,7 kg per kapita per tahun yaitu sekitar 85 persen dari konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang mencapai 30,17 kg per kapita dan masih dibawah anjuran Pola Pangan Harapan sebesar 31,40 kg per kapita. Sedangkan jumlah produksi perikanan Provinsi Jawa Barat ini terus meningkat dalam setiap tahunnya. Sebagai contoh Tahun 2007 produksi perikanan Jawa Barat 500.000 ton, dan pada 2008 meningkat hingga mencapai 600.000 ton atau mengalami peningkatan sebesar 20 persen (Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat, 2009).

1

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2011. Potensi Perikanan Indonesia 2010.

(16)

2

Peningkatan jumlah produksi perikanan Jawa Barat yang terus meningkat ini merupakan suatu keunggulan tersendiri bagi Provinsi Jawa Barat yang berkontribusi bagi produksi nasional sehingga sejalan dengan Visi Kementrian Kelautan dan Perikanan yaitu “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015”.

Salah satu daerah potensial di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Indramayu. Indramayu sebagai daerah pantai utara dengan panjang pantai 114 kilometer memiliki potensi yang besar di bidang perikanan, baik itu perikanan budidaya ataupun perikanan tangkap yang didapatkan dari sumber daya lautnya (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2009). Produksi perikanan Indramayu yang menyumbang 32,87 persen dari produksi perikanan Jawa Barat yaitu sebesar 94.614,72 ton pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi perikanan Indramayu terhadap Jawa Barat meningkat menjadi 147.415,78 ton yaitu sebesar 32,92 persen dari total produksi perikanan provinsi Jawa Barat (Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2009). Kontribusi produksi perikanan Indramayu merupakan produksi tertinggi dari 25 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Produksi ikan laut Provinsi Jawa Barat sepertiganya berasal dari Kabupaten Indramayu yaitu mencapai 37,2 persen (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009).

Pengembangan Industri hasil perikanan merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri pengolahan hasil perikanan merupakan salah satu bagian dari agroindustri yang sangat berpeluang memilki daya saing kuat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Agroindustri hasil perikanan yang sudah berkembang baik dalam skala besar/menengah maupun skala kecil adalah industri pengolahan ikan, pembekuan ikan, pengolahan tepung ikan, penggaraman ikan, pengasapan ikan, pengolahan kerupuk ikan, serta pengolahan dan pengawetan ikan lainnya.

(17)

3

berperan sangat besar dalam masalah gizi dan kesehatan masyarakat, disamping sumbangannya bagi pendapatan devisa negara (Ilyas, 1979). Industri pengolahan ikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah ikan dan termasuk kedalam sub sektor agribisnis hilir karena mengolah ikan segar dari nelayan menjadi produk hasil olahan yang lebih tahan lama dan terdiversifikasi.

Salah satu olahan ikan adalah kerupuk ikan. Kerupuk ikan digunakan sebagai salah satu penunjang makanan, yang dikonsumsi sehari-hari karena mengandung nilai gizi yang tinggi sehingga banyak dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat. Nilai gizi yang tertinggi terdapat pada karbohidrat yaitu sebesar 65,6 persen dan nilai gizi yang terendah terdapat pada zat besi yaitu sebesar 0,1 mg/100g (Saraswati, 1986). Tabel 1 menunjukkan volume pengolahan ikan produk olahan hasil perikanan Kabupaten Indramayu pada tahun 2009.

Tabel 1. Volume Pengolahan Ikan Produk Olahan Hasil Perikanan Kabupaten Indramayu Tahun 2009

No Jenis Olahan Jumlah (Ton) Persentase (%)

1 Produk segar/ bandeng 96 1,24

2 Pengalengan 60 0,77

3 Pembekuan 85 1,10

4 Penggaraman/pengeringan 2360 30,48

5 Pemindangan 500 6,46

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2010 (data diolah)

(18)

4

tinggi adalah produksi pengolahan kerupuk ikan yaitu sebesar 3500 ton atau sebesar 45,20 persen dari seluruh total produksi olahan hasil perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan kerupuk ikan/udang merupakan usaha agribisnis perikanan yang potensial pada sub sektor pengolahan hasil perikanan.

Kerupuk ikan dan udang merupakan produk agribisnis yang dijadikan sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Indramayu dan sampai saat ini masih terus berkembang. Hal ini dapat terlihat dari jumlah unit usaha pengolahan kerupuk ikan atau udang yang mengalami peningkatan. Pada tahun 2002 jumlah perusahaan yang tercatat memiliki izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan yaitu sebanyak 45 unit usaha, kemudian pada tahun 2004 jumlah perusahaan tersebut bertambah menjadi sebanyak 53 unit usaha, dan pada tahun 2009 jumlah perusahaan kerupuk ikan/udang menjadi sebanyak 62 unit usaha (Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010). Perusahaan Kerupuk yang ada di Indramayu tidak hanya memproduksi kerupuk ikan/udang, tetapi juga memproduksi kerupuk lainnya seperti kerupuk aci dan kerupuk kulit ikan.

(19)

5 Tabel 2. Perusahaan Pengolah Kerupuk Ikan/Udang di Kabupaten Indramayu

Tahun 2009

No Nama Perusahaan Jumlah Produksi/tahun (ton)

1 Candramawa 300

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010 (data diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah merupakan perusahaan dengan skala menengah yang memilki produksi terbesar diantara perusahaan-perusahaan kerupuk ikan/udang lainnya di Indramayu yaitu dengan total produksi kerupuk ikan/udang sebesar 720 ton yakni menyumbang 20,57 persen dari total produksi kerupuk ikan/udang di Kabupaten Indramayu (Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2010). Selain itu, Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah juga merupakan perusahaan pelopor yang mengolah produk hasil perikanan berupa ikan/udang menjadi kerupuk. Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah menjadi induk bagi perusahaan kerupuk lainnya yang ada di Indramayu dan mengalami perkembangan pesat mulai tahun 1989 sampai sekarang.

1.2 Perumusan Masalah

(20)

6

teknologi mesin dalam rangka meningkatkan efisiensi proses produksi kerupuk di perusahaan tersebut. Adapun jumlah produksi, nilai penjualan, keuntungan, harga jual rata-rata dan pengeluaran kebutuhan input bahan baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dapat ditunjukkan oleh tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi, Nilai Penjualan, Keuntungan, Harga jual rata-rata dan Pengeluaran Bahan Baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah

Tahun

3.340.000 4.435.200 5.181.600 5.754.000 7.326.000

Keuntungan (Rp000)

460.000 672.200 734.400 882.000 932.400

∆ Keuntungan (%) - 31,57 8,47 16,73 5,41

Kebutuhan Input (Rp000)

2.880.000 3.762.000 4.447.200 4.872.000 6.393.000

Produktivitas

Sumber: Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah, 2010 (data diolah)

(21)

7

persen per tahun dan pada tahun 2009 produktivitas meningkat sebesar 24,11 persen, artinya dengan adanya penambahan teknologi yang dilakukan, perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya sebesar 24,11 persen. Sedangkan pada data keuntungan perusahaan, dapat dilihat terjadi peningkatan dalam setiap tahunnnya, peningkatan keuntungan berbeda-beda tiap tahunnya, namun dapat dilihat perubahan peningkatan dari tahun 2008 ke tahun 2009 justru mengalami peningkatan dengan perubahan peningkatan yang lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,41 persen (lebih rendah dari peningkatan keuntungan rata-rata pertahun yaitu sebesar 15,55 persen), padahal pada tahun 2009 tersebut perusahaan mulai menambah teknologi produksinya dengan penggunaan teknologi mesin.

Keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan selisih total penerimaan dengan total biaya pada perusahaan. Jumlah produksi mempengaruhi tingkat keuntungan yang didapatkan oleh sebuah perusahaan. Produksi berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan, artinya semakin tinggi jumlah produksi maka keuntungan yang didapatkan akan semakin besar, cateris paribus. Adapun kebutuhan biaya produksi berpengaruh negatif terhadap tingkat keuntungan. Semakin tinggi biaya produksi maka akan semakin rendah keuntungan yang didapatkan. Dengan demikian, perubahan peningkatan keuntungan yang lebih rendah dari tahun sebelumnya dapat terjadi karena perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar terutama untuk investasi penambahan teknologi yang dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilihat sejauh mana pengaruh adanya penambahan teknologi dan investasi yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat kelayakannya. Dalam hal ini, penambahan teknologi yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan menjadikan perusahaan agar semakin efektif dan efisien, sehingga perlu diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan di waktu yang akan datang sehingga dibutuhkan analisis tingkat kelayakan dengan kondisi adanya penambahan teknologi.

(22)

8

diperoleh oleh perusahaan. Sehingga perlu ditinjau tingkat kelayakan usaha pengolahan kerupuk yang telah dilakukan oleh perusahaan baik sebelum adanya penambahan teknologi maupun setelah adanya penambahan teknologi.

Keuntungan perusahaan sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan biaya produksi. Penurunan jumlah produksi dan peningkatan biaya produksi akan membuat keuntungan yang diterima perusahaan semakin berkurang, sehingga perusahaan harus melihat perubahan yang terjadi pada input dan output perusahaan tersebut. Berdasarkan riwayat perusahaan, seperti terlihat pada tabel 3, perusahaan tidak pernah mengalami penurunan produksi sehingga penurunan jumlah produksi merupakan faktor yang kurang sensitif terjadi pada perusahaan. Faktor biaya, terutama biaya bahan baku utama (ikan dan tepung tapioka) yang merupakan input bagi perusahaan tentu akan mengalami perubahan seiring dengan adanya inflasi. Umumnya, perubahan yang terjadi pada biaya input adalah perubahan harga (kenaikan harga) sehingga jika harga input mengalami kenaikan maka keuntungan perusahaan akan semakin berkurang karena perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memproduksi produknya. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga akan dikaji bagaimana pengaruh perubahan harga input terhadap keuntungan perusahaan sehingga dibutuhkan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga input terhadap tingkat kelayakan perusahaan.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha agar dapat diketahui manfaat bersih yang diperoleh perusahaan dengan adanya penambahan teknologi. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui apakah usaha pengolahan kerupuk dengan teknologi mesin Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek non finansial dan finansial. Dari aspek finansial, pengukuran kelayakan menggunakan indikator NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan kerupuk ini juga dilakukan analisis dari berbagai aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh kenaikan harga bahan baku terhadap tingkat kelayakan perusahaan.

(23)

9

yang akan ditinjau dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi non-finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan)?

2. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PP)? 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan kerupuk

ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah apabila terjadi perubahan input bahan baku?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi non-finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, dan lingkungan)

2. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah dari sisi finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan PP). 3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha pengolahan kerupuk

ikan/udang Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah apabila terjadi perubahan input bahan baku.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi mahasiswa, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi Perusahaan kerupuk ikan/udang berguna sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan dalam hal pengambilan keputusan dalam terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya.

(24)

10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(25)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Kerupuk

2.1.1. Pengertian Kerupuk

Menurut Standar Industri Indonesia (SII) No. 0272-90 kerupuk didefinisikan sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung tapioka dengan atau tanpa penambahan bahan makanan atau bahan tambahan makanan lainnya yang diijinkan, harus disiapkan dengan cara menggoreng atau memanggang sebelum. Kerupuk dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu kerupuk tidak berprotein dan kerupuk yang memiliki kandungan protein. Kerupuk tidak berprotein adalah kerupuk yang dalam pembuatannya tidak menggunakan bahan yang merupakan sumber protein, baik itu protein hewani atau protein nabati, sedangkan kerupuk yang memiliki kandungan protein adalah kerupuk yang dalam pembuatannya menggunakan bahan sumber protein hewani maupun nabati seperti udang dan ikan.

Menurut Wijandi et al., 1975, jenis kerupuk dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu kerupuk kasar yang dibuat dari bahan baku utama pati ditambahkan bumbu-bumbu dan kerupuk halus yang dibuat selain dari bahan baku utama pati dan bumbu, juga ditambahkan dengan ikan, susu dan telur ke dalam adonan. Pemanfaatan ikan yang digunakan sebagai bahan baku dapat berasal dari hasil sampingan proses pengolahan lain atau bahan segar, tergantung kualitas kerupuk yang diharapkan (Afrianto dan Liviawaty, 1989).

2.1.2. Mutu Kerupuk dan Nilai Gizi Kerupuk

Menurut Sofiah dan Sutrisniati (1991), mutu kerupuk dapat dinilai dengan menggunakan parameter-parameter baik terhadap sifat yang dapat dilihat, misalnya keutuhan, keseragaman pencetakan, dan daya mengembang; maupun sifat-sifat yang tersembunyi seperti nilai gizi dan rasa.

(26)

12 Tabel 4. Kandungan Gizi Kerupuk Ikan

Komposisi Kerupuk Ikan

Protein (%) 16,0

Lemak (%) 0,4

Karbohidrat (%) 65,6

Air (%) 16,6

Kalsium (mg/100mg) 2,0

Fosfor (mg/100mg) 20,0

Besi (mg/100mg) 0,1

Vit B1 (mg/100mg) 0,04

Sumber: Saraswati, 1986

2.1.3. Bahan Baku Kerupuk Udang/Ikan

Kerupuk udang/ikan dibuat dengan bahan dasar tepung tapioka dan atau tepung sagu, bahkan gaplek pun dapat digunakan untuk pembuatan kerupuk udang/ikan. Dari bahan dasar tersebut ditambahakan sejumlah udang/ikan segar atau udang/ikan kering dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, garam, gula, air dan bleng (Winarno, 1983). Perbandingan antara daging udang/ikan: tepung tapioka: garam: gula: telur ayam adalah 6 Kg: 6 Kg: 0,2 Kg: 0,25 Kg: 3 butir. Besar perbandingan bahan-bahan itu dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan dan tujuan, misalnya tingkat mutu kerupuk. Jika komposisi daging udang/ikan ditambah maka kerupuk dianggap lebih bermutu tinggi (Moeljanto, 1982).

a. Udang/ikan

Bahan baku udang/ikan yang digunakan dalam kerupuk udang/ikan adalah daging dari ikan atau udang, atau bisa juga dengan menggunakan udang kering. Bahan baku ikan umumnya selalu ada baik pada produk yang berlabel kerupuk ikan maupun kerupuk udang. Tidak seperti kerupuk ikan, kerupuk udang biasanya mengandung campuran daging udang dengan proporsi daging ikan yang lebih banyak. Hal ini dipertimbangkan karena adonan akan pecah-pecah jika menggunakan daging udang sepenuhnya.

b. Tepung tapioka

(27)

13

karbohidrat, tapi miskin akan lemak dan protein. Tepung tapioka tidak termasuk dalam amilopektin, namun tepung tapioka memiliki sifat-sifat yang mirip dengan amilopektin. Diantara sifat-sifat amilopektin yang sangat disukai oleh para ahli pengolahan pangan adalah: sangat jernih, tidak mudah menggumpal, memiliki daya perekat yang tinggi, tidak mudah pecah atau rusak, dan suhu gelatinasi lebih rendah. Walaupun demikian amilopektin lebih memiliki sifat yang kurang menyenangkan, diantaranya adalah sifat yang kohesif, viskositas tinggi, serta mudah rusak jika mendapat perlakuan panas dan asam (Tjokroadikoesoemo, 1986).

c. Telur

Telur yang ditambahkan pada pembuatan kerupuk udang/ikan dimaksudkan untuk meningkatkan gizi, rasa dan bersifat sebagai pengemulsi serta pengikat komponen-komponen adonan. Telur juga berperan sebagai pengikat udara dan menahannya sebagai gelembung. Penggunaan telur pada pembuatan kerupuk udang/ikan akan mempengaruhi kemekaran kerupuk ikan/udang pada waktu digoreng (Saraswati, 1986).

d. Gula, Garam, dan Bumbu

Pada dasarnya pemberian gula dalam pembuatan kerupuk udang/ikan penting untuk memberikan efek rasa. Pemberian garam juga sangat penting karena selain memberikan efek rasa juga mempengaruhi tingkat kekuatan adonan. Gula dalam adonan kerupuk ikan/udang berperan dalam memberikan rasa manis, memperbaiki mutu kerupuk, menambah nilai gizi, dan sebagai pengikat. Sedangkan garam selain sebagai penambah rasa juga sebagai bahan pengawet (Saraswati, 1986).

Untuk menambah cita rasa udang/ikan, kadang-kadang ditambah bumbu-bumbu berupa rempah-rempah seperti: bawang merah, bawang putih, ketumbar, bawang daun, dan terasi. Monosodium glutamat (MSG) atau penyedap rasa dapat juga digunakan sebagai pengganti rempah-rempah tetapi jumlah yang digunakan harus sesuai dengan peraturan pemakaian yang berlaku (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, 1979 dalam Apriyadi 2003).

e. Air

(28)

14

pada tepung tapioka, juga melarutkan gula, garam, serta bahan-bahan lain agar bisa bercampur (Saraswati, 1986).

2.1.4. Proses Pembuatan Kerupuk Ikan/Udang

Daging ikan/udang yang telah dipisahkan dari bagian kulit, kepala, ekor, dan tulangnya, setelah dicuci kemudian ditumbuk halus. Kemudian dicampur dengan bumbu dan telur ayam atau telur bebek sambil diaduk sampai rata. Setelah semua bahan tercampur rata, ditambahkan tepung tapioka kedalam adonan dan dilakukan pengadukan kembali. Sementara itu ditambahkan air sedikit demi sedikit, sambil terus diaduk sampai betul-betul lumat.

Adonan yang telah lumat itu kemudian dibuat berbentuk silinder dengan ukuran silinder sesuai kebutuhan. Adonan-adonan berbentuk silinder itu kemudian dimasukan kedalam cetakan (mal) yang terbuat dari bahan kaleng atau alumunium. Adonan yang telah terbentuk untuk selanjutnya dikukus selam lebih kurang 1,5-2 jam atau sampai masak. Kemudian didinginkan selama 12 jam. Setelah cukup keras, dipotong-potong tipis (kurang lebih 2 mm) dengan pisau tajam atau dengan alat pemotong. Untuk memudahkan pemotongan, pisau potong sering dilumuri minyak goreng. Hasil irisan tersebut kemudian dijemur sampai kering, dan didapatkanlah kerupuk ikan/udang mentah yang siap dikemas.

2.1.5. Pengemasan

Pengemasan merupakan bagian akhir dari proses produksi bahan pangan atau produk lain. Syarat-syarat yang digunakan untuk kemasan pangan antara lain transparan, tidak mengandung bahan berbahaya (toksik), kontrol yang baik terhadap pemindahan uap air dan gas-gas, cocok pada kisaran suhu yang luas baik dalam penyimpangan maupun penggunaan, dan murah (Syarif dan Soenarjo, 1985).

(29)

15

ukuran angka dan huruf cukup besar dan warna yang cukup kontras dengan latar belakangnya. Label ini harus memuat nama makanan dan merek dagang, komposisi, isi netto, nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau mengedarkan, nomor pendaftaran, dan kode produksi (Syarif dan Soenarjo, 1985).

2.2. Definisi Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis adalah paradigma baru memandang pertanian yang merupakan suatu konsep yang utuh, mulai dari kegiatan yang menyediakan input untuk produksi, proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian dalam arti luas termasuk didalamnya lembaga penunjang. Menurut Drillon dalam Saragih 2000, peran agribisnis tidak terlepas dari industri sebab agribisnis diartikan sebagai “ ....the sum sub total of all operation activities in the manufacture and distribution off farm supplies,

production activities on the farm and storage, processing and distribution off farm

commodities and item made form them....”.

Ekonomi industri modern dicirikan oleh perkembangan dan pertumbuhan industri pengolahan dimana konsumen menghendaki komoditi yang telah mengalami perubahan bentuk sehingga dapat dikonsumsi secara langsung. Dalam kenyataannya macam dan jumlah jasa yang ditumbuhkan dalam industri ini merupakan indikator pembangunan dan pertumbuhan suatu negara. Konsumen akan bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk produk-produk pertanian yang diolah, diawetkan, didinginkan dan diperkaya oleh zat-zat tertentu (Halcrow, 1981).

Agroindustri merupakan salah satu contoh dari industri pengolahan yang menurut Badan Pusat Statistik definisi industri pengolahan adalah suatu unit (kesatuan) produksi yang terletak di suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah barang baik secara mekanik maupun kimia atau mengubah barang yang nilainya rendah menjadi barang yang tinggi nilainya sehingga menjadi barang/produk yang sifatnya menjadi lebih dekat kepada pemakai akhir.

2.3. Pengertian Industri

(30)

16

ekonomi, misalnya koperasi, industri dan lain-lain. Pemerintah kegiatannya untuk kepentingan masyarakat umum seperti pembuatan jalan, sekolah, rumah sakit sedangkan industri mempunyai kegiatan disamping untuk memperoleh keuntungan juga merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan pemerintah dan membantu masyarakat disekitar.

Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.5 tahun 1984 tentang perindustrian:

1. Industri adalah kegiatan ekonomi mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya. Termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

2. Kelompok industri adalah bagian-bagian utama kegiatan industri yakni kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri dasar, kelompok industri hilir dan kelompok industri kecil.

Definisi industri menurut Swastha B, 1980 adalah suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang yang sama untuk pasar yang sama pula. Sedangkan pengertian perusahaan diartikan sebagai suatu organisasi produksi yang mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara menguntungkan. Untuk organisasi Swastha B, 1980 mendefinisikan sebagai suatu bentuk dan hubungan yang mempunyai sifat dinamis, dalam arti dapat menyesuaikan diri kepada perubahan pada hakekatnya merupakan suatu bentuk yang dengan sadar diciptakan manusia untuk mencapai tujuan yang sudah diperhitungkan.

2.4. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(31)

17

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang2. Kriteria usaha menengah dalam Undang-Undang tersebut tercantum pada pasal 6 ayat 3 yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)

Dalam Keputusan Menperindag No.257/MPP/Kep/1997 dalam Tresnaprihandini 2006 mendefinisikan industri skala kecil menengah sebagai suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp 5 milyar termasuk tanah dan bangunan. Adapun World Bank membagi UKM ke dalam tiga jenis, yaitu:

1) Medium enterprise, dengan kriteria: a) Jumlah karyawan maksimal 300 orang

b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 15 juta, dan c) Jumlah aset tidak melebihi $ 15 juta

2) Small enterprise, dengan kriteria:

a) Jumlah Karyawan kurang dari 30 orang

b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, dan c) Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

3) Micro commision, dengan kriteria:

a) Jumlah Karyawan kurang dari 10 orang

b) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu, dan c) Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

Menurut Marbun 2003, keunggulan usaha kecil menengah di Indonesia adalah pengalaman bisnis sederhana, tidak birokratis, mandiri, cepat tanggap dan fleksibel, cukup dinamis, ulet atau mau kerja keras serta tidak boros. Namun kelemahannya juga dapat diidentifikasi sebagai berikut:

2

(32)

18

1) tidak/jarang mempunyai perencanaan tertulis,

2) tidak berorientasi pada masa depan melainkan pada hari kemarin atau hari ini, 3) manajer tidak memiliki pendidikan yang tepat atau relevan,

4) tanpa pembukuan yang teratur dan neraca rugi-laba,

5) tidak mengadakan analisis pasar yang tepat waktu dan mutakhir, 6) kurang spesialisasi atau diversifikasi berencana,

7) jarang mengadakan inovasi,

8) tidak ada/jarang melakukan kaderisasi tenaga kerja, 9) keluarga sentries,

10) cepat puas diri,

11) Kurang tanggap pada teknologi modern,

12) kurang pengetahuan mengenai hukum dan peraturan.

2.5. Perusahaan Perseorangan

Menurut Swastha B. 1980, bentuk kepemilikan usaha perseorangan merupakan usaha yang dimiliki oleh seseorang yang menjalankan pekerjaannya untuk mendapatkan keuntungan sendiri dan tanggung jawab terhadap risiko dan kegiatan perusahaan adalah sepenuhnya tanggung jawab pemilik. Bentuk perusahaan seperti ini merupakan bentuk perusahaan yang paling banyak dijumpai di Indonesia, maupun negara lain di dunia.

Adapun kebaikan bentuk perusahaan perseorangan adalah seluruh laba menjadi miliknya, kepuasan pribadi dan fleksibilitas, lebih mudah memperoleh kredit dan sifat kerahasiaan. Sedangkan keburukannya yaitu tanggung jawab pemilik terbatas, sumber keuangan terbatas, kesulitan dalam manajemen, kelangsungan usaha kurang terjamin, kurang kesempatan pada karyawan. Sifat-sifat perusahaan perseorangan dijelaskan juga menurut Prodjosoehardjo dalam Tresnaprihandini, 2006, adalah sebagai berikut:

1) Modal perusahaan berasal dari pengusaha perusahaan itu sendiri. Sering pula menggunakan modal pinjaman.

2) Dalam perusahaan tidak terdapat pemisahan secara tegas antara kekayaan perusahaan dengan kekayaan milik pengusaha.

(33)

19

dan berapa bunga untuk modal yang digunakan.

4) Bentuk perusahaan perseorangan pada umumnya tidak tetap, tetapi sangat tergantung pada subyektifitas dari pemiliknya.

Bentuk perusahaan perseorangan ini pada umumnya merupakan bentuk perusahaan kecil yang memiliki banyak hambatan seperti: 1) produktivitas kerja umumnya belum dikenal dan belum menerapkan sistem manajemen usaha yang teratur, 2) Tingkat pendapatan pengusaha kecil sehingga pendapatan pekerjanya relatif rendah, 3) Status karyawan yang belum jelas menggunakan tenaga keluarga dan tenaga luar keluarga, 4) Jumlah pekerja yang relatif sedikit, 5) Margin keuntungan yang minim dengan risiko yang maksimum (Ravianto, 1986).

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan analisis pada perusahaan pengolahan kerupuk ikan/udang. Beberapa penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha yaitu penelitian yang dilakukan oleh Widyastono (2006) dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha penggorengan Kerupuk (Studi kasus usaha Kecil Sumber Makmur Sentosa Darmaga, Kabupaten Bogor) yaitu menganalisis usaha penggorengan kerupuk SMS yang didirikan oleh mahasiswa IPB merupakan salah satu usaha yang dibinan oleh PT FITS Mandiri. Metode pengolahan data yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif yaitu dengan menganalisis kelayakan usaha penggorengan kerupuk dilihat dari aspek pasar, teknik, manajemen dan ekonomi sosial sedangkan metode kuantitatifnya dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha ini dari aspek finansialnya meliputi NPV, IRR, Net B/C, BEP, Payback Period, analisis sensitivitas dan analisis switching value.

(34)

20

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar, teknik, manajemen, ekonomi, sosial dan lingkungan dalam usaha pembuatan kerupuk rambak. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial menggunakan kriteria NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, analisis sensitivitas dan analisis switching value.

2.6.2 Hubungan dengan Penelitian Terdahulu

(35)

24

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Suatu bisnis erat kaitannya dengan kegiatan investasi. Pihak yang menginvestasikan modalnya tentu harus mengkaji secara mendalam bisnis tersebut. Oleh karena itu, di setiap bisnis perlu dilakukan analisis berupa studi kelayakan bisnis beserta aspek-aspeknya untuk melihat secara menyeluruh berbagai aspek mengenai kemampuan suatu bisnis dalam memberikan manfaat terhadap modal. Adapun aspek-aspek kelayakan bisnis yang dianalisis antara lain : aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.

3.1. 1. Analisis Kelayakan Bisnis

Nurmalina et al. (2009) mengungkapkan bahwa bisnis secara umum merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Menurut Gray et al. (1992) dalam Nurmalina et al. (2009), kegiatan investasi diartikan sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit.

(36)

22

adanya manfaat bagi masyarakat luas yang bisa terwujud dari penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah ataupun manfaat untuk pemerintah berupa penghematan atau penambahan devisa.

Hasil dari analisis studi kelayakan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada bisnis itu sendiri. Adapun pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain (Nurmalina et al. 2009) :

1) Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis, maka investor dapat menilai apakah dana yang ditanamkan akan memberikan keuntungan sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara lebih objektif, 2) Kreditor/Bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah

dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan, selain itu payback period dari bisnis tersebut juga sangat diperhatikan oleh kreditor/bank,

3) Analis, hasil yang diperoleh dari analisis studi kelayakan digunakan oleh analis untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru, pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada, 4) Masyarakat, hasil dari analisis ini diharapkan dapat meningkatkan

perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis tersebut,

5) Pemerintah, dilihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, peningkatkan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi, sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita

Selain dilihat dari aspek finansial, analisis studi kelayakan ini juga didasarkan pada berbagai aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan.

3.1.2 Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Bisnis

(37)

23

dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu dari aspek non finansial yang meliputi: aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan dan dari aspek finansial (keuangan). Beberapa aspek non finansial yang merupakan aspek dalam studi kelayakan bisnis dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Aspek non finansial yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan .

3.1.2.1 Aspek Pasar

Pasar meliputi keseluruhan pembeli potensial yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia dan mampu membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran (Kotler, 1988) diacu dalam Sudiyono (2002). Menurut Husnan dan Muhammad (2005) aspek pasar mengkaji tentang:

1) Permintaan (Demand)

Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), jumlah yang diminta untuk jumlah komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut permintaan. Dari konsep permintaan tersebut dapat diketahui bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan adalah harga komoditi tersebut, harga komoditi barang lain, pendapatan rata-rata rumah tangga, selera, distribusi pendapatan diantara rumah tangga, dan jumlah penduduk. Kajian permintaan perlu dianalisis baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi permintaan tersebut di masa yang akan datang

2) Penawaran (Supply)

(38)

24

berasal dari dalam negeri maupun dari impor, baik perkembangannya di masa lalu maupun proyeksi di masa yang akan datang.

3) Program pemasaran

Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), program pemasaran sering disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix), yang terdiri dari empat komponen yaitu produk (product), harga (price), distribusi (distribution), dan promosi (promotion). Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan digunakan bauran pemasaran serta identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk akan dibuat.

Sebuah perusahaan sebelum memproduksi sebuah produk harus terlebih dahulu melihat permintaan yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, penawaran yang dilakukan oleh produsen dalam industri tersebut, market share perusahaan selama ini, serta peluang market share yang masih bisa ditingkatkan. Hal ini perlu dilakukan agar produk yang ditawarkan perusahaan tepat sasaran dan menghindari kerugian bagi perusahaan.

(39)

25 3.1.2.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa, dimana Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2005). Analisis teknis akan dapat menentukan hasil-hasil yang potensial di areal proyek, pengujian fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk mendukung dalam pelaksanaan proyek, pengujian sistem-sistem pengolahan yang dibutuhkan.

Menurut Nurmalina et al. (2009) beberapa hal yang perlu dikaji dalam aspek teknis antara lain lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment.

1) Lokasi Bisnis

Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas variabel utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah. Variabel utama antara lain (1) ketersedian bahan baku, bila suatu usaha memerlukan bahan baku dalam jumlah yang besar maka bahan baku menjadi variabel yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis sehingga pengusaha perlu mengetahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan, kelayakan harga bahan baku, kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan baku, serta biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku diproses. (2) letak pasar yang dituju, informasi yang perlu diperoleh antara lain daya beli konsumen, pesaing dan analisis pasar lainnya. (3) Tenaga listrik dan air, pada perusahaan yang menggunakan listrik dalam jumlah besar tentu perlu mengetahui ketersediaan listrik di suatu lokasi. Sama halnya dengan kebutuhan air bagi perusahaan yang menggunakan air cukup banyak. (4) Supply tenaga kerja yang sangat mempengaruhi biaya produksi yang ditanggung oleh perusahaan harus tersedia dengan baik. (5) Fasilitas transportasi, hal ini berkaitan dengan pertimbangan bahan baku dan pertimbangan pasar. Jika lokasi berdekatan dengan sumber bahan baku, maka pertimbangan utama adalah transportasi menuju pasar.

(40)

26

Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, karena dimungkinkan ada peraturan yang melarang pendirian suatu bisnis di suatu lokasi atau adanya keringanan dari pemerintah untuk mendirikan suatu lokasi. (2) Sikap dari masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pada pendirian suatu bisnis. (3) Rencana masa depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan bisnis.

2) Luas Produksi

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Pada produk baru, kapasitas produksi biasanya masih belum optimal, namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada di tingkat titik impas.

3) Proses Produksi

Proses produksi terdiri atas tiga jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi. 4) Layout

Layout ini mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitanya. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan yakni kosistensi dengan teknologi produksi, arus produk dalam proses produksi yang lancar dari satu proses ke proses lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan melakukan ekspansi, meminimisasi biaya produksi, dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Saat ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat.

(41)

27

jenis teknologi yang telah ditetapkan walaupun juga mempertimbangkan faktor non teknologi lainnya seperti keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin, keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut.

3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek Manajemen meneliti sistem manajerial suatu usaha antara lain kesanggupan dan keahlian staf dalam menangani masalah proyek. Evaluasi aspek manajemen operasional bertujuan untuk menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi yang akan digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja. Dengan demikian, analisis aspek manajemen dibagi kedalam dua kelompok yaitu manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang perlu dipelajari meliputi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis tersebut, pelaku studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi meliputi struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan menentukan anggota direksi dan tenaga inti.

Analisis aspek hukum diperlukan dengan mempertimbangkan bentuk badan hukum dari badan usaha yang telah dibangunnya. Pertimbangan ini didasarkan dari kekuatan hukum, konsekuensi, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Dengan kata lain perijinan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan suatu cara untuk menghindari kesulitan yang mungkin dihadapi yang berasal dari pemerintah. Ketika perusahaan telah melakukan perijinan, maka perusahaan telah terdaftar sebagai badan usaha dan diakui keberadaannya oleh pemerintah setempat dan pusat.

3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya

(42)

28

sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah (Gittinger, 1986). Nurmalina et al. (2009) menambahkan bahwa dalam menganalisis aspek sosial perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial yang lebih luas dari adanya investasi proyek. Sehingga pada aspek sosial yang dinilai antara lain penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Sedangkan dari aspek ekonomi akan dinilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Aspek budaya dapat dianalisis melalui dampak adanya bisnis pada budaya masyarakat sekitar. Suatu bisnis tidak akan ditolak bila secara sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat dan secara ekonomi mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3.1.2.5 Aspek Lingkungan

Pembangunan suatu usaha tentu akan memberikan dampak bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Analisis aspek lingkungan diperlukan untuk menganalisis dampak tersebut. Nurmalina et al. (2009) menyatakan bahwa dalam menganalisis aspek lingkungan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaruh keberadaan bisnis terhadap lingkungan sekitar. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan. Sehingga untuk membangun sebuah usaha perlu dilakukan analisis terhadap aspek lingkungan.

3.1.3 Analisis Finansial

(43)

29

dilakukan ini akan mencakup definisi-definisi manfaat dan biaya yang berkaitan dengan suatu bisnis. Analisis finansial terhadap suatu bisnis dilakukan untuk menganalisis berbagai aspek finansial dalam bisnis tersebut. Aspek finansial bersifat sangat kuantitatif karena analisis ini mengkaji jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Selain itu, aspek ini juga memperhitungkan penerimaan yang diperoleh selama suatu usaha berjalan. Beberapa data yang diperlukan antara lain biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh selama umur bisnis. Data-data ini akan diolah dengan menggunakan analisis kelayakan bisnis berupa kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama bisnis berjalan dapat dianalisis dengan menggunakan analisis sensitivitas.

3.1.3.1 Biaya dan Manfaat

Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis yakni manfaat. Menurut Gittinger (1986) biaya yang digunakan dalam suatu bisnis dapat digolongkan ke dalam tujuh kelompok yakni :

1) Barang-barang fisik, biaya jenis ini pada umumnya mudah diidentifikasi. Contoh barang-barang fisik antara lain saluran irigasi, pupuk, dan obat-obatan, bahan untuk bangunan rumah, dan bangunan. Namun penentuan kapan dan berapa banyak barang ini diperlukan agak sulit dipastikan.

2) Tenaga Kerja

3) Lahan, tidak terlalu sulit untuk menetukan lokasi tanah yang cocok untuk bisnis maupun jumlah yang dibutuhkan.

4) Cadangan-cadangan tak terduga, biaya tak terduga dibagi kedalam biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga. Biaya tak terduga harga juga dibagi ke dalam dua golongan yakni perubahan harga relatif dan inflasi umum. Biaya tak terduga fisik dan biaya tak terduga harga membantu kenaikan biaya relatif yang didasarkan pada harapan kita mengenai perubahan fisik dan harga yang terjadi.

5) Pajak

(44)

30

dan pelunasan kembali pinjamannya.

7) Biaya-Biaya Tidak Diperhitungkan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan pada waktu yang lampau yang didasarkan pada suatu usulan investasi yang baru biasanya biaya ini juga disebut sebagai Sunk cost.

Pada umumnya biaya seringkali lebih mudah diperkirakan dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh. Biaya juga dapat digolongkan berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan. Terdapat tiga fungsi pokok biaya yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya, biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap (Mulyadi, 2000). Adapun pengertian dari biaya-biaya tersebut antara lain:

1) Biaya bahan baku, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku.

2) Biaya tenaga kerja, sebenarnya biaya tenaga kerja terbagi menjadi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam menghasilkan output. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan imbalan yang diberikan pada tenaga kerja, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada produk yang dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan dalam biaya produksi merupakan biaya tenaga kerja langsung.

3) Biaya overhead yakni biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang tidak berubah dengan perubahan jumlah produksi. Sedangkan biaya overhead variabel yaitu biaya yang berubah sebanding dengan perubahan jumlah produksi perusahaan.

(45)

31

dan pemasaran produk. Contoh biaya ini antara lain gaji karyawan bagian keuangan, personalia, biaya fotocopy, dan lain-lain.

Manfaat dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar yakni Tangible Banefit, Indirect Benefit, dan Intangible Benefit (Nurmalina et al. 2009).

1) Tangible Benefit, merupakan manfaat yang dapat diukur. Manfaat ini dapat diperoleh melalui (1) peningkatan produksi (2) perbaikan kualitas produk karena jika kualitas meningkat maka harga dapat meningkat sehingga dengan jumlah yang sama total penerimaan akan meningkat pula, (3) perubahan waktu dan lokasi penjualan baik yang berhubungan dengan peningkatan ketersediaan produk sepanjang waktu maupun penurunan biaya transportasi, (4) perubahan bentuk produk yang meliputi pengolahan lebih lanjut dan penetapan grading pada produk, (5) mekanisasi pertanian sehingga mampu mengurangi biaya misalnya karena menurunnya penggunaan tenaga kerja, (6) penggunaan biaya transportasi, (7) penurunan atau menghidari kerugian. 2) Indirect Benefit, yakni manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri

sehingga mempengaruhi keadaan eksternal bisnis.

3) Intangible Benefit, yakni manfaat yang riil namun sulit diukur contohnya manfaat keindahan, kenyamanan, dan kesegaran pada bisnis pertamanan.

3.1.3.2 Kriteria Kelayakan Bisnis

Dalam menganalisis kelayakan suatu bisnis maka perlu ditinjau dari aspek penanaman investasinya. Studi kelayakan bisnis pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan bisnis berdasarkan kriteria investasi sehingga kelayakan bisnis harus pula dilihat dari sisi kelayakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Net Present Value (NPV)

2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 3) Internal Rate of Return (IRR) 4) Payback Period (PP)

3.2 . Kerangka Pemikiran Operasional

(46)

32

ikan/udang dimana saat ini dalam usaha pengolahan tersebut mengalami perkembangan peningkatan pelaku usaha.

Sentra produksi usaha pengolahan kerupuk ikan/udang berlokasi di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Dalam industri ini terdiri dari perusahaan dengan skala kecil, menengah dan besar. Sektor industri ini telah menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar. Demikian halnya dengan adanya peningkatan jumlah usaha dalam pengolahan ini mengindikasikan usaha pengolahan ini potensial. Salah satu perusahaan yang memanfaatkan potensi perikanan kabupaten Indramayu dengan mendirikan usaha pengolahan kerupuk udang/ikan adalah Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah. Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan pionir dalam menjalankan usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Indramayu dan sampai saat ini masih menjadi perusahaan dengan produksi tertinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

(47)

33

hukum meliputi izin dalam melakukan usaha baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah setempat untuk kelancaran usaha pengolahan; 5) Aspek sosial-ekonomi-budaya meliputi dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan dari usaha; 6) Aspek lingkungan meliputi dampak terhadap lingkungan akibat usaha yang dijalankan.

Pada aspek finansial perlu dilihat kelayakan pengembangan usaha pengolahan kerupuk udang/ikan dengan kondisi kelayakan usaha jika dilakukan adanya perubahan dengan penambahan teknologi. Analisis kelayakan didasarkan pada kriteria kelayakan investasi seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback period.

Beberapa perubahan yang dapat mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha dengan adanya perubahan teknologi pada usaha pengolahan kerupuk ikan/udang di Perusahaan kerupuk cap Dua Gajah antara lain kenaikan harga input berupa kenaikan harga ikan segar dan kenaikan harga tepung tapioka. Untuk itu perlu dilakukan analisis sensitivitas terhadap perubahan tersebut. Jika hasil analisis finansial menunjukan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, maka analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sensitivitas usaha terhadap variabel yang mengalami perubahan. Jika hasil analisis finansial menunjukkan tidak layak maka perlu dilakukan evaluasi oleh perusahaan.

Hasil dari analisis kelayakan ini dapat dijadikan pedoman bagi Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah untuk menjalankan pengembangan usaha. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak maka pengembangan usaha ini dilanjutkan dan bila tidak layak maka perlu pertimbangan dari pihak Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah mengenai tindakan yang akan dijalankan oleh perusahaan selanjutnya.

Gambar

Tabel 2. Perusahaan Pengolah Kerupuk Ikan/Udang di Kabupaten Indramayu Tahun 2009
Tabel 3. Jumlah Produksi, Nilai Penjualan, Keuntungan, Harga jual rata-rata dan Pengeluaran Bahan Baku Perusahaan Kerupuk Cap Dua Gajah
Tabel 4. Kandungan Gizi Kerupuk Ikan
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Januriyanti. Analisis Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Kerupuk Ikan di Desa Kenanga Kabupaten Indramayu. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dinas

Pada tabel dan grafik dapat diketahui apabila terjadi penurunan jumlah giling mencapai 30% diikuti kenaikan upah tenaga kerja sebesar 50% dan kenaikan harga bahan bakar

Penurunan harga jual kokon sebesar 10 persen dan peningkatan biaya operasional sebesar 10 persen tetap membuat budidaya ulat sutera yang dilakukan oleh petani sutera skala usaha

Namun perlu diwaspadai saat terjadi kenaikan harga bahan bakar, bahan baku, dan bahan kemasan serta penurunan penerimaan karena sangat mempengaruhi kelayakan

Hasil perhitungan dengan kondisi penurunan harga jual sebesar 25% dan kenaikan produktivitas sebesar 25% menunjukkan bahwa usahatani kopi robusta di Desa Harjokuncaran layak

Analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria

Oleh karena itu estimasi biaya yang dilakukan adalah menggunakan tingkat inflasi sebesar 7%, sehingga didapat tingkat harga dengan kenaikan yang logis dan rata per tahunnya

memberikan keuntungan tidak langsung. Keuntungan itu diantaranya memberikan kenyamanan bagi pekerja.. Penerapan tata cara operasi yang baik diantaranya pembuatan SOP pembuatan