• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera (Brachionus sp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera (Brachionus sp)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1. Alat dan Bahan

Alat

Botol Ukuran 250 ml Mikroskop Cahaya

(3)

Termometer pH Meter

(4)

Kertas Label Spidol

Bahan

(5)

(6)

2. Prosedur Penelitian

Bibit dari Alam Proses Pemasukan Bibit Yang Sudah Dikultur

(7)
(8)

3. Rotifera (Brachionus sp)

(9)
(10)

5. Tabel Hasil Pertumbuhan Populasi dan Pertumbuhan Harian Brachionus sp pada Perlakuan

Pertumbuhan Populasi Brachionus sp

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

I II III

A (Fitoplankton) 8 5 6 19 6.33

B ( Ampas Tahu) 96 52 53 201 67

C ( Ragi Roti) 47 31.6 22.3 100.9 33.63

D ( Vit. B Kompleks ) 25 37 97 159 53

Pertumbuhan Harian Populasi Brachionus sp Pada Setiap Perlakuan.

Waktu Pengamatan Media Perlakuan

Fitoplankton Ampas Tahu Ragi Roti Vitamin B Kompleks

Hari Pertama 0.001 0.001 0.001 0.001

Hari Ke-2 1.33 2.67 0.53 2.00

Hari Ke-4 1.33 12.33 0.77 16.67

Hari Ke-6 1.67 17.67 2.33 5.00

Hari Ke-8 2.00 34.33 30.00 29.33

(11)
(12)

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 10769,85 – 6215,9366 = 4553,91

KT Perlakuan = JK Perlakuan = 6215,9366 = 2071.9788

DB Perlakuan 3

KT Galat = JK Galat = 4553,91 = 569.2387

T (r - 1) 8

F Hitung Perlakuan = KT Perlakuan = 2071.9788

KT Galat

F Hitung Ulangan = KT Ulangan = 221.78083

KT Galat

Sumber Variasi DB JK KT F hit F tabel

5% 1%

PERLAKUAN 3 6215.9366 2071.9788 3.63991204 4.76 9.78

ULANGAN 2 443.56167 221.78083 0.38960954

GALAT 8 4553.91 569.2387

(13)

7. Hasil Analisis Anova Menggunakan Program SPSS 17

Correlations

Notes

Output Created 20-Nov-2013 09:50:19

Comments

Input Active Dataset DataSet0er

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 4

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are based

on all the cases with valid data for that pair.

Syntax CORRELATIONS

Resources Processor Time 0:00:00.000

(14)

REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT Fitoplankton /METHOD=ENTER AmpasTahu RagiRoti VitaminBKompleks /RESIDUALS

HIST(ZRESID) NORM(ZRESID).

Correlations

Fitoplankton Ampas Tahu Ragi Roti Vit. B Kompleks

Fitoplankton Pearson Correlation 1 .951 .755 -.339

Sig. (2-tailed) .200 .455 .780

N 3 3 3 3

Ampas Tahu Pearson Correlation .951 1 .920 -.613

Sig. (2-tailed) .200 .256 .580

N 3 3 3 3

Ragi Roti Pearson Correlation .755 .920 1 -.873

Sig. (2-tailed) .455 .256 .324

N 3 3 3 3

Vit. B Kompleks Pearson Correlation -.339 -.613 -.873 1

Sig. (2-tailed) .780 .580 .324

(15)

Regression

Notes

Output Created 20-Nov-2013 09:51:15

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 4

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no

missing values for any variable used.

Syntax REGRESSION

/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR

SIG N

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA

COLLIN TOL CHANGE ZPP

Resources Processor Time 0:00:00.063

Elapsed Time 0:00:00.077

Memory Required 1956 bytes

Additional Memory Required for

Residual Plots

(16)

Warnings

For the final model with dependent variable Fitoplankton, the variance- covariance matrix is singular.

Influence statistics cannot be computed.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Fitoplankton 6.33 1.528 3

Ampas Tahu 67.00 25.120 3

Ragi Roti 33.633 12.4749 3

Vit. B Kompleks 53.000 38.5746 3

Correlations

Fitoplankton Ampas Tahu Ragi Roti Vit. B Kompleks

Pearson Correlation Fitoplankton 1.000 .951 .755 -.339

Ampas Tahu .951 1.000 .920 -.613

Ragi Roti .755 .920 1.000 -.873

Vit. B Kompleks -.339 -.613 -.873 1.000

Sig. (1-tailed) Fitoplankton . .100 .228 .390

Ampas Tahu .100 . .128 .290

Ragi Roti .228 .128 . .162

Vit. B Kompleks .390 .290 .162 .

N Fitoplankton 3 3 3 3

Ampas Tahu 3 3 3 3

Ragi Roti 3 3 3 3

(17)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Vit. B Kompleks,

Ampas Tahua

. Enter

a. Tolerance = .000 limits reached.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 1.000a 1.000 . . 1.000 . 2 0 .

a. Predictors: (Constant), Vit. B Kompleks, Ampas Tahu

(18)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.667 2 2.333 . .a

Residual .000 0 .

Total 4.667 2

a. Predictors: (Constant), Vit. B Kompleks, Ampas Tahu

b. Dependent Variable: Fitoplankton

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1(Constant) .663 .000 . .

Ampas Tahu .072 .000 1.191 . . .951 1.000 .941 .624 1.602

Vit. B Kompleks .015 .000 .390 . . -.339 1.000 .308 .624 1.602

(19)

Excluded Variablesb

Model Beta In t Sig. Partial Correlation

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Minimum

Tolerance

1 Ragi Roti .a . . . .000 . .000

a. Predictors in the Model: (Constant), Vit. B Kompleks, Ampas Tahu

b. Dependent Variable: Fitoplankton

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensio

n Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) Ampas Tahu Vit. B Kompleks

1 1 2.701 1.000 .00 .01 .02

2 .281 3.101 .00 .07 .36

3 .018 12.114 .99 .93 .62

(20)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 5.00 8.00 6.33 1.528 3

Residual .000 .000 .000 .000 3

Std. Predicted Value -.873 1.091 .000 1.000 3

Std. Residual . . . . 0

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina., D. K. 2008. Perkembangan Koloni Lebah Madu Apis mellifera L. Yang Mendapat Polen Pengganti Dari Tiga Jenis Kacang dengan dan Tanpa Vitamin B Komplek [Skripsi]. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Aprilia., T. 2008. Aplikasi Pengkayaan Rotifera dengan Asam Amino Bebas Untuk Larva Kerapu Bebek Cromileptes altivelis. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akukultur.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian. Bogor.

Barus, T. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press. Medan.

Chilmawati, D. dan Suminto. 2009. Pengaruh Penggunaan Ragi Roti, Vitamin B12, Vitamin C Sebagai Bahan Pengkaya Pakan Terhadap Populasi Brachionus plicatilis. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5 No. 2, 2010. 42-48.

Dahril, T., 1996. Biologi Rotifer Dan Pemanfaatannya. Penerbit UNRI Press. Pekanbaru.

Dikkurahman. 2003. Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus sp.) dengan Pemberian Pakan Alami Mikroalgae Monospesies dan Multispesies. [Skripsi]. Program Sudi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Erlina, A., Amini, S., Endrawati, H., Zainuri, M. 2004. Kajian Nutritif Phytoplankton Pakan Alami pada Sistem Kultivasi Massal. lmu Kelautan. Desember 2004. Vol. 9 (4) : 206 - 210ISSN 0853 – 7291.

Erlania., wiladja.F., Adiwilaga. E. M. 2010. Penyimpanan Rotifera Instan (Branchionus rotundifomis) Pada Suhu Yang Berbeda dengan Pembenihan Pakan Mikroalga Konsentrasi. J. RIS Akukultur Vol.5 No2. Bogor.

Fernando, R. R. 2011. Pengaruh Penggunaan Campuran Dedak dan Ampas Tahu Fermentasi dengan Monascus Purpureus Dalam Ransum Terhadap Bobot Hidup, Persentase Karkas dan Kolesterol Daging Broiler. [Skripsi]. Universitas Andalas, Padang.

(23)

Karmila. S., 2011.Kandungan Mineral, Vitamin A, B12, dan Komponen Bioaktif Sotong (Sepia Recurvirostra).[Skripsi].Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Kaswinarni, F. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu, Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali [Tesis]. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Noor, T.F.D. 2012. Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu Pada Pembuatan Produk

Cookies dan Pie Lemon Cookies. [Skripsi]. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta

Ozhan., D dan Oguzkurt.,D.2008. Seasonal Succes and Distribution Of Rotifer in Karakaya Dam Lake in Eastern. Inono University Faculty of Science and art. Departement Biologi. Malatya.Turkey.

Pranata, A. 2009. Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus sp.) pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea dan Pupuk TSP, serta Penambahan beberapa Variasi Ragi Roti. [Skiripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Rahmadhani., Y. S. 2008. Efektifitas Pemberian Multivitamin dan Kajian Gambaran Darah Merah pada Domba Priangan (Ovis Aries) Yang Diberi Stres Transportasi. [Skripsi] Fakultas Kedokteran hewan. Institut Pertanian Bogor.

Redjeki, S. 1999. Budidaya Rotifera. Jurnal Penelitian Volume XXIV No. 2 1999 : 27-43. Bojonegara. Serang.

Sutomo., Komala, R.,Wahyuni, E.R.,Panggabean,M.G.L.2007. Pengaruh Jenis Pakan Mikroalga Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifer, Brachionus Rotundiformis. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 159 – 176.

Suwignyo, S., B. Widigdo., Y. Wardiatno., M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air Jilid2. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

(24)

dan Suminto, 2009).

METODE PENELITIAN

Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2013 di Labolatorium Budidaya dan Labolatorium Terpadu Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah botol plastik transparan, dengan volume air bisa menampung 250 ml sebagai media uji, aquarium sebagai tempat media, lampu 5 watt untuk menjaga suhu agar tidak dingin, aerator pemasok oksigen, pipet tetes 0,5 ml, pH meter untuk mengukur derajat keasaman media, spidol, kertas label, corong, tisu, termometer untuk mengukur suhu, kamera, haemocytometer dan mikroskop cahaya untuk melihat rotifera. Adapun bahan

yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: rotifera (Brachionus sp) sebagai hewan uji, aquadest, alkohol 70 % untuk proses pencucian, ampas tahu, ragi roti, dan fitoplankton dan vitamin B kompleks sebagai perlakuan (Lampiran 1).

Metode Penelitian

(25)

Rancangan penelitian

Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan media dan 3 ulangan. Perlakukan penelitian ini adalah berupa jenis pakan yang diberikan pada rotifera. Jenis pakan yang akan dijadikan perlakukan adalah fitoplankton, ampas tahu, ragi roti dan vitamin B kompleks. Adapun perlakuan yang diberikan adalah :

Perlakuan A = Rotifera + Fitoplankton 16 ml Perlakuan B = Rotifera + Ampas Tahu 2 gr Perlakuan C = Rotifera + Ragi Roti 0,06 gr

Perlakuan D = Rotifera + Vitamin B kompleks 2 ml

Penempatan media di perlakuan dan ulangan disusun secara acak pada tempat yang telah disediakan. Susunan media uji dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Posisi Media Uji

Persiapan

Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu rotifera dikembangkan

C2 B2 A1 B3

D1 C1 A3 D3

(26)

adalah bibit yang didapat di alam dikembangkan pada media yang telah dipersiapkan. Media yang dipakai adalah air yang telah steril. Setelah itu rotifera dimasukan kedalam media kultur. Selama pemeliharaan rotifera diberi pakan ragi roti selama 10 hari. Pemberian ragi roti ini dilakukan karena praktis dan mudah didapat. Setelah dianggap padat maka rotifera sudah dapat dimasukan kedalam media uji.

Media uji yang dipakai adalah botol plastik yang transparan dengan volume 300 ml. Sebelum rotifera uji dimasukan ke dalam media, terlebih dahulu media dan batu aerasi serta slang aerasi terlebih dahulu dicuci bersih dan dibilas dengan alkohol 70 %. Alkohol 70 % ini mempunyai kegunaan untuk bahan proses Washing, Rehidrasi dan Dehidrasi (Yuliartati, 2011).

Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan atau mematikan mikroorganisme yang mungkin masih menempel dan tidak bersih saat pencucian. Setelah dianggap steril, maka botol dimasukan air sebanyak 250 ml, kemudian media diberi aerasi lemah. setelah itu rotifera uji siap untuk ditebarkan.

Pelaksanaan

Media yang telah siap dimasukan rotifera uji sebanyak 100 ekor. Jumlah rotifera uji dihitung dengan cara sampling dari volume yang di hitung. Rotifera yang telah dimasukan kedalam media uji langsung diberi pakan sesuai dengan perlakuan.

(27)

Pengamatan kualitas air sudah dilakukan pada hari pertama dan selanjutnya dilakukan dua hari sekali, dilakukan pada pagi hari. Selama penelitian media uji diberi aerasi agar tidak kekurangan oksigen.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan dua hari sekali dalam 10 hari atau (5x pengamatan) dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Semua yang diamati akan dicatat. Data-data yang akan dikumpulkan yaitu:

1. Pertambahan populasi Brachionus sp

Pengamatan hanya melihat pertambahan jumlah dari populasi rotifera per media uji. Cara menghitung rotifera adalah :

a. Diambil air media secara acak sebanyak tiga kali ulangan dengan menggunakan pipet 0,5 ml.

b. Dikocok pipet yang berisi rotifera uji tersebut dengan gerakan seirama, tujuannya adalah agar rotifera dalam larutan bercampur secara merata. c. Diambil haemocytometer lengkap dengan cover glass. Kemudian ditetesi

satu tetes media yang ada di pipet ke dalam kamar hitung yang ada di haemocytometer untuk pemeriksaan selanjutnya.

d. Kemudian lihat di bawah mikroskop, dalam kotak besar dan kotak-kotak kecil. Dalam 1 kotak-kotak besar terdapat 16 kotak-kotak kecil. Hitunglah jumlah rotifera yang terdapat dalam 80 kotak kecil (5 kotak besar).

2. Pertumbuhan harian dan puncak populasi pertumbuhan Brachionus sp 3. Kualitas air dan hubungan kualitas air terhadap pertumbuhan populasi

(28)

akan mendukung pertumbuhan. Jika kualitas air terhitung dalam keadaan baik maka pertumbuhan dihasilkan akan baik juga.

Analisis Data

Hasil pengamatan pertumbuhan rotifera dari masing-masing perlakukan di tabulasi kedalam bentuk tabel secara menyeluruh, sehingga dapat mengetahui puncak dari pertumbuhan rotifera dari masing-masing perlakuan.

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Populasi Brachionus sp

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perbedaan pertumbuhan dari Brachionus sp terhadap jenis pakan. Data perbedaan populasi Brachionus sp disajikan pada

Gambar 3. Pertumbuhan yang paling tinggi pada Brachionus sp terdapat pada perlakuan ampas tahu dengan jumlah 201 ekor/pengamatan, sedangkan yang paling rendah terdapat pada perlakuan pakan fitoplankton dengan jumlah 19 ekor/pengamatan.

Gambar 3. Perbandingan Populasi Brachionus sp antar Perlakuan 2. Pertumbuhan Harian Brachionus sp

(30)

Pertumbuhan tiap perlakukan tidak sama, namun yang tertinggi terdapat pada ampas tahu, kemudian diikuti dengan perlakuan vitamin B komplek, ragi roti dan yang terendah pada perlakuan fitoplankton.

Gambar 4. Laju Pertumbuhan Harian Brachionus sp

3. Kualitas Air

Kualitas air sangat mendukung untuk pertumbuhan organisme air. Kualitas air yang diamati adalah suhu dan derajad keasaman. Untuk mengetahui suhu air keasaman air selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualitas Air Selama Penelitian

Hari Pengamatan

Perlakuan

A B C D

Suhu pH Suhu pH Suhu pH Suhu pH

Awal 29 7.2 29 7,3 29 7.4 29 4.9

P I 29 7.6 29 7.5 29 7.5 29 5.7

P II 30 7.8 30 7.5 30 7.7 30 7,3

P III 30 7.8 30 7.6 30 7.7 30 7.5

P IV 30 7.9 30 7.7 30 7.8 31 7,8

P V 31 7.9 31 7.8 31 7.8 31 7.8

Kisaran

(31)

Pembahasan

Populasi Brachionus sp

Hasil pengamatan terlihat ada perbedaan antar perlakuan, pertumbuhan yang terbaik adalah pada perlakuan B (ampas tahu), kemudian di ikuti oleh perlakuan D (vitamin B kompleks), perlakuan C (ragi roti) dan yang terendah adalah pada perlakuan A (fitoplankton). Terjadinya perbedaan dari masing-masing perlakuan disebabkan oleh pengaruh unsur nutrient yang ada dalam media. Pakan yang mengunakan ampas tahu merupakan jenis pakan yang terbaik bagi pertumbuhan rotifera (disajikan pada lampiran 5).

Populasi dari masing-masing perlakuan adalah perlakuan ampas tahu mencapai 201 ekor/pengamatan, perlakuan vitamin B kompleks mencapai 159 ekor/pengamatan, perlakuan ragi roti mencapai 100 ekor/pengamatan. Sedangkan populasi terendah terdapat pada perlakuan fitoplankton dengan jumlah populasi hanya sebanyak 19 ekor/pengamatan.

(32)

dengan kacang kedelai, protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak. Widjatmoko (1996) menambahkan bahwa ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm. Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5 % dari bobotnya.

Pada pakan jenis ragi roti yang diberikan kepada rotifera ini belum memberikan pertumbuhan yang sangat optimal. Sebenarnya menurut Wanusuari 1993 diacu oleh Pratana (2009) Ragi roti dapat membantu penguraian karbohidrat didalam saluran pencernaan juga merangsang kerja dari amylase dan sebagai protein. Ragi roti juga dapat berperan sebagai probiotik dan menurunkan aflatoksi pada pakan. Namun aktivitas ragi dapat bekerja baik bila dikombinasikan dengan pakan lain seperti bakteri, pupuk dan fitoplankton. Menurut Dahril (1996) bahwa ragi roti ini memiliki nilai gizi yang dihasilkannya rendah dan tidak mendukung pertumbuhan. Bahkan rotifer ini tidak ada yang mampu bertelur jika tidak dikombinasikan dengan jenis pakan lain seperti bakteri. Oleh karena itu dianjurkan agar keberadaan ragi roti sebagai pakan rotifera harus diseimbangkan dengan jenis pakan lain agar memiliki perkembangan yang baik dan ideal untuk hidup Brachionus sp ini.

(33)

dalam jumlah kecil dalam diet pakan tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Pada golongan ini adalah, vitamin B komplek (tiamin, rivoflavin, niasin, asam pantotenat, piridoksin, biotin, asam folat dan kobalamin) dan vitamin C. Namun Keberadaan vitamin B kompleks ini dapat serasi jika diseimbangkan dengan jenis pakan lain misalnya ragi roti. Karena kondisi yang diharapkan bukan sebagai pakan utama tapi sebagai asupan vitamin untuk pertumbuhan rotifera. Seperti yang diungkapkan Dahril (1996), bahwa vitamin bukan merupakan makanan bagi rotifer, namun rotifer sangat membutuhkan vitamin bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.

Pertumbuhan rotifera pada pakan fitoplankton sangat rendah, namun tergolong masih bisa tumbuh hidup. Hal ini disebabkan kurangnya kepadatan fitoplankton yang diberikan kepada rotifera. Kepadatan fitoplankton juga sangat mempengaruhi pertumbuhan rotifera ini. Seperti yang dikatakan Dahril (1996) bahwa kepadatan fitoplankton dapat mempengaruhi pertumbuhan rotifer. Akan tetapi apabila kepadatan fitoplankton telah mencapai batas optimal, maka pertumbuhan rotifera akan tetap.

(34)

satu vitamin yang dibutuhkan dalam pakan. Akibatnya Brachionus sp tidak dapat berkembang secara baik.

Secara keseluruhan hasil analisis menunjukan bahwa F tabel lebih kecil dari pada F hitung sehingga tidak terdapat perbedaan yang nyata dari perlakuan, namun setelah diuji lebih dalam dengan perbandingan antar perlakuan maka hasilnya sebagai berikut: terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan fitoplankton dan ampas tahu, fitoplankton dan vitamin B kompleks, sedangkan antara perlakuan fitoplankton dengan ragi roti, perlakuan ampas tahu dengan ragi roti, perlakuan ragi roti dengan vitamin B kompleks dan perlakuan vitamin B kompleks dengan ampas tahu tidak terdapat perbedaan yang nyata. Hasil analisis disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

Hasil analisis menunjukan bahwa penggunaan ampas tahu dan vitamin B komplek jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pengunaan fitoplankton dan ragi roti. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk membudidayakan Brachionus sp sebaiknya mengunakan pakan yang berasal dari ampas tahu. Hal ini disebabkan selain pertumbuhannya lebih cepat juga mudah didapat serta biayanya murah. 2. Pertumbuhan Harian Brachionus sp

(35)

ragi roti, sedangkan perlakuan fitoplankton masih rendah jika dibandingan dengan perlakuan lainnya ( disajikan pada Gambar 4 ).

Pertambahan populasi rotifera sudah tampak pada hari ke-2 sedangkan puncaknya terjadi pada hari ke-8. Hal ini disebabkan adanya batas masa pertumbuhan dari rotifer ini. Menurut Dahril (1996) pada penelitian yang dia lakukan bahwa Brachionus Calyciflorus yang dipelihara selama delapan hari dengan kepadatan yang tertinggi pada hari kedelapan. Sutomo dkk. (2007) menambahkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pertumbuhan rotifer Brachionus rotundiformis yang diperkaya dari jenis pakan mikroalga yang

berbeda terjadi puncak populasi pada hari ke-7 diikuti pada hari ke-8. Pertumbuhan yang baik terjadi pada pakan jenis ampas tahu. Ampas tahu yang diberikan kepada rotifera (Brachionus sp) yang berupa ampas tahu dalam keadaan basah berjumlah 2 gr. Untuk pemberian makanan dilakukan secara rutin selama 10 hari. Jumlah populasi rotifera dari hari ke-2 sampai ke-8 mengalami perkembangan yang sangat baik (disajikan pada Gambar 4). Ampas tahu merupakan produk kedelai yang kemungkinan sifat proteinnya sama dengan protein kedelai walaupun telah banyak mengalami perubahan. Ampas tahu itu memiliki kandungan protein. Menurut koeswara (1992) diacu oleh Yulisnawati (2006) Protein kedelai itu sebagian besar adalah Globulin, protein ini tidak larut dalam air di sekitar titik isoelektriknya.

(36)

berlebihan sehingga menjadi racun bagi perkembangan Brachionus sp ini. Pada hari ke empat dilakukan pemberian vitamin B komplek, diduga pemberian vitamin melebihi dosis karena mungkin di dalam media masih banyak namun karena perlakuan maka tetap diberikan. Seperti yang diungkapkan Dahril (1996) apabila vitamin diberikan dalam konsentrasi tinggi dapat menimbulkan keracunan bagi rotifera. Begitu pula dengan vitamin B kompleks yang tidak dicampur dengan jenis pakan lain akan terlalu larut dalam kondisi yang asam dan berindikasi buruk bagi rotifera.

Pemberian pakan ragi roti belum berkembang dengan baik karena peran ragi roti tidak bisa bekerja sendiri harus ditambahi dengan pakan lain seperti bakteri, pupuk dan fitoplankton. Padahal Kandungan yang ada didalam ragi roti ini sangat banyak. Menurut wanusuria (1993) Ragi roti membantu dalam penguraian karbohidrat didalam saluran pencernaan juga merangsang kerja dari amylase dan sebagai protein sehingga akan memperkaya kandungan protein. Menurut Dahril (1996) tidak ada satu pun yang mampu melepaskan telur namun jika ragi roti dikombinasikan dengan bakteri atau dengan fitoplankton di kolam peliharaan dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi rotifera.

(37)

Rendahnya pertumbuhan pada awal penelitian disebabkan karena pada awalnya jumlah populasi masih sedikit dan Brachionus sp masih melakukan adaptasi, sehingga belum melakukan perkembangbiakan, namun seiring dengan pertambahan waktu dan sudah beradaptasinya Brachionus sp dengan media maka, Brachionus sp akan melakukan pemijahan. Menurut Dahril (1996) keberadaan

rotifer di suatu perairan sangat ditentukan oleh fekunditas. Fekunditas yang dimaksud disini adalah kemampuan satu individu rotifer untuk menghasilkan telur atau keturunan. Selama masa hidupnya angka fekunditas untuk jenis Brachionus Calyciflorus adalah 29,7 butir untuk amiktik dan 12,5 butir untuk

(38)

delapan hari dengan kepadatan yang tertinggi pada hari kedelapan mencapai 976,8 individu/ml dan jumlah telur yang dihasilkan mencapai 124,2 butir/ml.

3. Kualitas Air

Kualitas air mempunyai peranan penting terhadap laju perkembangan makhluk hidup, terutama pada rotifera ini. Parameter yang diamati pada kualitas air ini yaitu suhu dan pH.

(39)

28

(40)

Kenaikan suhu antara 15-350 C akan menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu

Gambar 6. Hubungan pH dengan Pertumbuhan Brachionus sp pada Setiap Perlakuan

(41)

pada hari ke 6 dan di puncak populasi terjadi pada hari ke-8 dengan pH 7,7 – 7,8. Pada Gambar D peningkatan populasi pada hari ke-8 dengan pH 7,8. Penurunan yang terjadi pada hari ke-6 bukan faktor pH yang buruk akan tetapi karena pemberian dosis pakan yang diberikan terlalu banyak. Terjadi pertumbuhan itu didukung oleh adanya pengaruh pH air terhadap pertumbuhan populasi Brachionus. Pertumbuhan populasi akan terjadi jika pH mendekati normal. Hal

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pakan yang cocok untuk pertumbuhan rotifera (Brachionus sp) yakni ampas tahu dengan kadar protein yang tinggi dengan jumlah populasi paling tinggi mencapai 201 ekor/pengamatan.

2. Waktu puncak pertumbuhan rotifera (Brachionus sp) untuk setiap masing-masing perlakuan pakan yang diberikan yakni terjadi pada hari ke-8 (delapan).

Saran

1. Rotifera (Brachionus sp) dapat tumbuh optimal dengan pakan ampas tahu. Oleh sebab itu para pembudidaya sudah bisa untuk membudidayakan rotifera ini dengan ekonomis.

(43)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Umum Rotifera

Rotifera merupakan sejenis organisme air yang memiliki klasifikasi menurut Ruutner dan Kolisko (1974) diacu oleh Dikkurahman (2003) sebagai berikut

Phylum : Rotifera Kelas : Monogonta Ordo : Ploima Famili : Brachionidae Sub Famili : Brachioninae Genus : Brachionus

(44)

Rotifera merupakan salah satu golongan zooplankton yang banyak dimanfaatkan dalam bidang pembenihan, terutama dimanfaatkan sebagai biokapsul alami bagi larva berbagai fauna laut. Hal itu disebabkan oleh ciri biologisnya, antara lain ukurannya yang relatif kecil (100-300 µm) sehingga cocok dengan bukaan mulut larva dari kebanyakan fauna laut, bersifat planktonis dengan laju renang yang lamban sehingga mudah ditangkap oleh larva, dan memiliki laju reproduksi dan nutrisi yang tinggi (Sutomo dkk., 2007).

Penggunaan rotifera sebagai pakan alami mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya adalah :

1. Rotifera adalah hewan yang sangat toleran terhadap kondisi basa, asam, dan kondisi air terkontaminasi.

2. Dapat hidup di berbagai kedalaman air, baik itu dipermukaan, tengah maupun dasar perairan.

3. Merupakan pengganti Artemia sp. yang mahal harganya.

4. Mengurangi peranan fitoplankton terutama Chaetoceros calcitrans, yang relatif tidak tahan terhadap perubahan kondisi cuaca, terutama musim hujan.

Rotifera merupakan salah satu jenis makanan alami (live food) bagi kebanyakan larva hewan air. Rotifera memiliki berbagai keunggulan antara lain ukurannya yang kecil, berkadar gizi tinggi dan disukai ikan (Snell dkk 1987 diacu oleh Dahril 1996).

(45)

tidak, ada dua indikator yang biasanya dipakai yaitu aktivitas renang dan rasio telur yang dihasilkan (jumlah telur per satu ekor betina) (Snell dkk 1987 diacu oleh Dahril 1996). Kecepatan renang rotifer ditentukan melalui pengukuran kecepatan gerak rotifer melewati garis-garis di wadah ukur.

Daur hidup Brachionus Plicatilis unik, dimana dalam keadaan normal Brachionus Plicatilis berkembang secara parthogenesis (bertelur tanpa kawin).

Brachionus Plicatilis betina yang amiktik akan menghasilkan telur yang berkembang amiktik pula. Namun dalam keadaan yang tidak normal, misalnya terjadi perubahan salinitas, suhu air, intensitas cahaya, dan kualitas pakan maka telur B. Plicatilis amiktik tadi dapat menetas menjadi betina miktik. Betina miktik ini kemudian akan menghasilkan telur yang kemudian akan berkembang menjadi hewan jantan. Bila Brachionus Plicatilis jantan dan betina miktik kawin maka akan menghasilkan telur kista. Telur kista akan dapat menetas lagi bila perairan sudah kembali normal (Balai Penelitian dan Pengembangan Laut 2005)

(46)

Walaupun banyak literatur yang menerangkan adanya perubahan antara betina amiktik menjadi betina miktik ini, namun pembiakan secara sexual belum banyak diketahui secara jelas. Untuk beberapa genus dari famili Brachionidae diketahui bahwa kondisi yang menentukan seekor betina menjadi amiktik atau miktik terjadi beberapa saat sebelum telur mulai membelah. Hal ini menunjukkan bahwa yang mengontrol produksi betina miktik ini pada umumnya adalah kondidi lingkungan (faktor luar) dan bukan faktor dalam semata (Dahril, 1996).

Pada umumnya berbagai faktor lingkungan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain: suhu, derajat keasaman dan salinitas. Pada suhu 15°C Brachionus plicatilis masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah 10°C akan terbentuk telur istirahat. Kenaikan suhu antara 15-35°C akan menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30°C merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi. Keasaman air turut mempengaruhi kehidupan rotifera. Rotifera Brachionus plicatilis ini masih dapat bertahan hidup pada pH 5 dan pH 10, sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi berkisar antara 7,5-8,0 (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Populasi rotifera tertinggi dapat ditemukan dalam keadaan pH 6 s/d 8. Sedangkan populasi rotifera semakin menurun apabila dalam keadaan pH dibawah 4,5 dan diatas 9,5 (Schluler dan Groeneweg 1981 dalam Dahril 1996).

(47)

bersamaan dengan larva peliharaan. Banyak jenis rotifer yang dapat dijadikan sebagai makan alami larva dan anak ikan (Dahril, 1996).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi Rotifer ialah faktor

internal yang (genetik) dan faktor eksternal antara lain faktor pakan. Pengaruh

faktor seperti suhu dan salinitas terhadap pertumbuhan populasi rotifera telah

banyak diteliti. Sedangkan untuk pakan, beberapa hormon mikroalga sebagai

pakan rotifera sebagian telah diteliti (Ozhan dan Oguzukurt, 2008).

Fitoplankton

(48)

Ragi Roti

Ragi roti atau biasanya disebut dengan ‘Yeast’ merupakan semacam tumbuh-tumbuhan bersel satu yang tergolong dalam keluarga cendawan. Ragi roti dapat membentu penguraian karbohidrat didalam saluran pencernaan juga merangasang kerja dari amylase dan sebagai protein. Ragi roti juga dapat berperan sebagai probiotik dan menurunkan aflatoksi pada pakan (Wanusuari 1993 diacu oleh Pranata 2009).

Ragi roti terdiri dari 2 jenis yang ada dipasaran yaitu ragi padat dan ragi kering. Jenis ragi kering ini ada yang berbentuk butiran kecil-kecil dan ada juga yang berupa bubuk halus (Roosharo 2006 dalam Pranata 2009 ).

Ragi roti selain dapat membantu penguraian karbohidrat didalam saluran pencernaan juga merangsang kerja dari amylase dan sebagai protein sehingga akan memperkaya kandugan protein dari Brachionus plicatilis. Fungsi lain ragi roti adalah untuk membentuk zat-zat anti bakteri dan dalam pembentukan asam amino (Chilmawati dan Suminto, 2009).

Ampas Tahu

(49)

sangat memungkinkan ampas tahu diolah menjadi makanan ternak (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2005)

Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas sebagai sisa dalam pembuatan tahu. Ampas tahu dapat dijadikan sebagai sumber nitrogen pada media fermentasi dan dapat dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein karena mengandung protein kasar cukup tinggi yaitu 27,55% dan kandungan zat nutrien lain adalah lemak 4,93%, serat kasar 7,11%, BETN 44,50% (Nuraini dkk 2009 dalam Fernando 2011) .

Ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai, protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak ( Prabowo 1983 diacu oleh Noor 2012)..

Vitamin B Kompleks

Vitamin adalah senyawa organik tertentu yang dibutuhkan dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin dibagi ke dalam dua golongan, golongan pertama disebut prakoenzim, dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan tubuh, tidak beracun, diekresikan dalam urine. Yang termasuk golongan ini adalah, vitamin B komplek (tiamin, rivoflavin, niasin, asam pantotenat, piridoksin, biotin, asam folat dan kobalamin) dan vitamin C (Poedjiadi 1994 dalam Rahmadhani 2008).

(50)

hypopharing dan perkembangan anakan (Somerville, 2005).

Vitamin B1 atau tiamin merupakan komplek basa nitrogen yang mengandung cincin pirimidin. Vitamin ini merupakan koenzim dekarboksilase dan aldehidtranferase, karenanya sangat penting dalam metabolisme karbohidrat (Manalu 1999dalam Rahmadhani 2008).

Vitamin B2 (riboflavin dan niasin) merupakan koenzim flavin, berikatan dengan asam fosfat dan bekerja sebagai pembawa hidrogen dalam sistem oksidatif mitokondria yang penting, banyak terdapat pada ragi, padi-padian, hati, ginjal, keju dan susu (Poedjiadi 1994 dalam Rahmadhani 2008).

Vitamin B5 atau asam pantotenat merupakan pembentuk koenzim A, dan memegang peran yang fundamental untuk keseluruhan metabolisme. Kekurangan vitamin ini menyebabkan metabolisme karbohidrat maupun lemak menjadi tertekan. Sumber vitamin ini sangat luas penyebarannya dalam makanan terutama hati, kuning telur kacang tanah dan kapang (Mutschler 1991 dalam Rahmadhana 2008).

Vitamin B6 (piridoksin, biotin, asam folat) piridoksin berfungsi sebagai koenzim pada banyak reaksi kimia yang berhubungan dengan metabolisme asam amino dan protein. (Mutschler 1991 dalam Rahmadhana 2008). Vitamin B12 atau kobalamin bertindak sebagai koenzim aseptor hidrogen yang berperan dalam mereduksi ribonukleatida menjadi deoksiribonukleotida, satu langkah yang dibutuhkan dalam replikasi gen.

(51)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha budidaya perikanan di Indonesia sudah tumbuh dan berkembang. Untuk mendukung usaha tersebut dibutuhkan Balai Benih Ikan. Upaya pengembangan budidaya itu diawali dengan memelihara atau membesarkan bibit ikan. Ketika usaha pemeliharaan atau pembesaran berkembang dibutuhkan bibit dalam jumlah banyak. Untuk memenuhi bibit tersebut ada dua cara yang dilakukan oleh pembudidaya yaitu memperoleh bibit dari Balai Benih Ikan (hatchery) dan bibit dari alam.

Bibit yang berasal dari alam memiliki kelemahan diantaranya, ukuran dan umur yang tidak sama, tergantung pada musim, serta keunggulannya tidak jelas, berdasarkan kelemahan tersebut maka pembudidaya ikan berusaha untuk mengadakan bibit yang akan dibudidayakan berasal dari Balai Benih Ikan.

(52)

berkadar gizi tinggi, karena itu ketersediaan makanan dalam jumlah dan waktu yang tepat menjadi sangat penting.

Untuk itu kita harus menyediakan pakan yang berkualitas tinggi untuk kebutuhan larva. Pakan yang sangat cocok pada saat ini adalah pakan alami. Pakan alami yang sangat disukai oleh larva adalah pakan yang memiliki kadar protein tinggi. Pakan ini dapat berasal dari fitoplankton dan zooplankton. Pakan alami adalah makanan yang berasal dari organisme hidup yang berperan sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein, dan mineral dalam pertumbuhannya. Pakan alami bagi larva ikan budidaya pada umumnya adalah mikroalgae yaitu fitoplankton dan zooplankton dari golongan Rotifera, Copepeda, Cladocera (Suprayitno, 1986 diacu oleh Dikrurahman, 2003). Pakan alami yang juga sangat disukai oleh larva yakni berciri mudah dicerna, sesuai dengan bukaan mulut larva, dan bergerak lamban. Salah satu jenis zooplankton yang memiliki kandungan nilai gizi yang tinggi, berukuran kecil, pergerakannya lambat, dan mudah dicerna adalah rotifera. Sutomo dkk., (2007) juga mengungkapkan bahwa rotifera merupakan salah satu golongan zooplankton yang banyak dimanfaatkan dalam pembenihan, terutama dimanfaatkan sebagai biokapsul alami bagi larva berbagai fauna laut.

(53)

justru proses dari pembenihan, memelihara, dan membesarkan, sampai pemilihan induk yang sesuai, termasuk upaya meningkatkan mutu atau pemuliaannya, semua kegiatan itulah yang disebut budidaya perikanan. Keberhasilan budidaya sangat ditentukan oleh ketersediaan benih. Keberhasilan Balai Benih Ikan menghasilkan benih sangat ditentukan oleh keberadaan pakan alami, seperti Rotifera.

Sebenarnya usaha budidaya rotifera mudah untuk dikembangkan. Namun oleh keterbatasan pengetahuan, khususnya tentang kualitas air yang dibutuhkan dan pakan yang cocok bagi rotifera belum ditemukan. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera (Brachionus sp).

Kerangka Pemikiran

(54)

Teknologi Hama / Penyakit

Balai Benih ikan memerlukan pasokan pakan alami yang berkualitas. Salah satu jenis berasal golongan zooplankton yaitu rotifera. Kesulitan yang

(55)

dengan mengetahui pakan yang baik terhadap pertumbuhannya, maka dengan itu dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Jenis pakan apa yang cocok untuk rotifera dari jenis Brachionus sp ?

2. Bagaimana tingkat pertumbuhan rotifera jenis Brachionus sp terhadap masing- masing perlakuan?

Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis pakan yang cocok untuk pertumbuhan Rotifera dari jenis Brachionus sp.

2. Untuk mengetahui waktu puncak pertumbuhan Rotifera dari jenis Brachionus sp terhadap masing-masing perlakuan.

Manfaat

1. Bagi Pembudidaya rotifera ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membudidayakan rotifera.

2. Bagi ilmu pengetahuan yaitu diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran atau teori mengenai budidaya rotifera, serta dapat memberikan solusi pemecahan masalah dalam membudidayakan rotifera ini.

Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya mengetahui tingkat pertumbuhan Rotifera dari jenis Brachionus sp. dengan melihat jumlah rotifera yang dihasilkan dari

masing-masing jenis pakan yang diberikan itu. Pertumbuhan yang dimaksud adalah pertambahan jumlah spesimen rotifera per-satuan waktu pengamatan.

(56)

ABSTRAK

HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK : Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera ( Brachionus sp), dibimbing oleh DARMA BAKTI dan NURMATIAS.

Langkah awal penentu keberhasilan didalam budidaya ikan adalah pembenihan. Usaha pembenihan memerlukan upaya menjaga kualitas air dan pakan. Pakan alami yang memiliki kadar protein tinggi, mudah dicerna, bergerak lamban serta berukuran kecil dan selalu tersedia seperti Rotifera. Namun produksi Rotifera rendah dengan alasan sulit dibudidayakan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2013 di Laboratorium Budidaya Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, menggunakan metode analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, yaitu perlakuan A terdiri dari 2 ml fitoplankton, perlakuan B terdiri dari 2 gr ampas tahu, perlakuan C terdiri dari 0,06 gr ragi roti dan perlakuan D terdiri dari 2 ml Vitamin B Kompleks dengan 3 kali ulangan selama 5 kali pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan Rotifera Brachionus sp terhadap masing-masing perlakuan. Pertumbuhan yang baik terdapat pada pakan ampas tahu dengan nilai populasi mencapai 201 ekor/pengamatan. Nilai populasi terendah yakni 19 ekor/pengamatan pada pakan fitoplankton. Pertumbuhan puncak pada masing-masing pakan terjadi pada hari kedelapan. Hal ini menunjukkan bahwa Rotifera ( Brachionus sp ) yang mempunyai nilai unggul mudah diproduksi dengan pakan ampas tahu dan waktu optimal pada hari kedelapan setelah penebaran.

(57)

ABSTRACT

HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK: The Effect of Food Types to Rotifers Population (Brachionus sp), supervised by DARMA BAKTI and NURMATIAS.

The main step was determining the success of fish farming is the Hatchery. The effort requires maintaining water and foods quality. Natural foods containing high protein, digestible, slow move and small sized can be found in Rotifers. However, it has slow development because of complication of cultivation reasons.

This research was carried out between July and September 2013 in the Farming Laboratory of Aquatic Resources Management Study Program of Agriculture Faculty, North Sumatra University, this research used Non Factorial Complete Randomize Design with four treatments, they were treatment A: consists of 2 ml phytoplankton, treatment B: consisted of 2 grams of tofu waste, treatment C: consisted of 0.06 gram bread yeast and treatment D: consisted of 2 ml of Vitamin B-Complex with three repetitions in five times of observation.

The result showed that there were different population of Rotifers (Branchionus sp) to each treatment. The highest population could be found in the tofu waste foods with population value 201 Rotifers per observation. The lowest population was phytoplankton with 19 Rotifers per observation. The population peak of the food reached in the eighth day. It revealed that Rotifers (Branchionus sp) with high value could be produced with tofu waste food and the optimum time was in the eighth day after the spread.

(58)

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP

PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp)

SKRIPSI

HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK 090302063

(59)

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN TERHADAP

PERTUMBUHAN ROTIFERA (Brachionus sp)

SKRIPSI

HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK

090302063/MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Diajukan Sebagai Satu dari Beberapa Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(60)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera (Brachionus sp)

Nama Mahasiswa : Henny Fitriani Simanjuntak

NIM : 090302063

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Darma Bakti, MS Dr.Ir. Nurmatias, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

(61)

ABSTRAK

HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK : Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera ( Brachionus sp), dibimbing oleh DARMA BAKTI dan NURMATIAS.

Langkah awal penentu keberhasilan didalam budidaya ikan adalah pembenihan. Usaha pembenihan memerlukan upaya menjaga kualitas air dan pakan. Pakan alami yang memiliki kadar protein tinggi, mudah dicerna, bergerak lamban serta berukuran kecil dan selalu tersedia seperti Rotifera. Namun produksi Rotifera rendah dengan alasan sulit dibudidayakan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2013 di Laboratorium Budidaya Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, menggunakan metode analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, yaitu perlakuan A terdiri dari 2 ml fitoplankton, perlakuan B terdiri dari 2 gr ampas tahu, perlakuan C terdiri dari 0,06 gr ragi roti dan perlakuan D terdiri dari 2 ml Vitamin B Kompleks dengan 3 kali ulangan selama 5 kali pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan Rotifera Brachionus sp terhadap masing-masing perlakuan. Pertumbuhan yang baik terdapat pada pakan ampas tahu dengan nilai populasi mencapai 201 ekor/pengamatan. Nilai populasi terendah yakni 19 ekor/pengamatan pada pakan fitoplankton. Pertumbuhan puncak pada masing-masing pakan terjadi pada hari kedelapan. Hal ini menunjukkan bahwa Rotifera ( Brachionus sp ) yang mempunyai nilai unggul mudah diproduksi dengan pakan ampas tahu dan waktu optimal pada hari kedelapan setelah penebaran.

(62)

ABSTRACT

HENNY FITRIANI SIMANJUNTAK: The Effect of Food Types to Rotifers Population (Brachionus sp), supervised by DARMA BAKTI and NURMATIAS.

The main step was determining the success of fish farming is the Hatchery. The effort requires maintaining water and foods quality. Natural foods containing high protein, digestible, slow move and small sized can be found in Rotifers. However, it has slow development because of complication of cultivation reasons.

This research was carried out between July and September 2013 in the Farming Laboratory of Aquatic Resources Management Study Program of Agriculture Faculty, North Sumatra University, this research used Non Factorial Complete Randomize Design with four treatments, they were treatment A: consists of 2 ml phytoplankton, treatment B: consisted of 2 grams of tofu waste, treatment C: consisted of 0.06 gram bread yeast and treatment D: consisted of 2 ml of Vitamin B-Complex with three repetitions in five times of observation.

The result showed that there were different population of Rotifers (Branchionus sp) to each treatment. The highest population could be found in the tofu waste foods with population value 201 Rotifers per observation. The lowest population was phytoplankton with 19 Rotifers per observation. The population peak of the food reached in the eighth day. It revealed that Rotifers (Branchionus sp) with high value could be produced with tofu waste food and the optimum time was in the eighth day after the spread.

(63)

RIWAYAT HIDUP

Henny Fitriani Simanjuntak, dilahirkan di Medan pada tanggal 13 April 1991 dari pasangan H. Hasoloan Simanjuntak, ST dan Hj. Husna Safina Harahap. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Islam Terpadu Hikmatul Fadhillah Medan tahun 1997, SMP Negeri 6 Medan tahun 2003, SMA Negeri 14 Medan tahun 2006. Pada tahun 2009, penulis diterima di Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Lokal Penerimaan Mahasiswa Baru (SLPMB).

Selain mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Pencemaran Perairan dan Pengolahan Limbah padatahun 2012. Penulis juga melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2012.

Pada bulan Juli 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi dengan judul

“Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera

(64)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Rotifera

(Brachionus sp)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan Bapak Dr. Ir. Nurmatias, M.Si sebagai dosen pembimbing yang banyak memberikan ilmu, serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini, Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Ayahanda H. Hasoloan Simanjuntak, ST dan Ibunda tercinta Hj. Husna Safina Harahap yang tiada henti memberikan doa dan kasih sayang berlimpah dalam penyelesaian skripsi ini, Riswan Sidik yang tiada henti memberikan dukungan, serta doa dalam mendampingi penulis menyelesaikan skripsi ini, Duwi Sinta Wulidadari sebagai sahabat terdekat penulis dan stambuk 2009 yang terkait yang tidak bisa disebut namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

(65)
(66)

KESIMPULAN DAN SARAN

(67)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

(68)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 4

2. Posisi Media Uji ... 17

3. Perbandingan populasi antar perlakuan ... 23

4. Laju Pertumbuhan Harian Brachionus sp ... 27

5. Hubungan Suhu Terhadap Populasi Brachionus sp Pada Setiap Perlakuan ... 31

(69)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Alat dan Bahan ... 37

2. Prosedur Penelitian ... 41

3. Rotifera (Brachionus sp) ... 43

4. Tabel Pengamatan Pertumbuhan Harian Rotifera (Brachionus sp) ... 44

5. Populasi Pertumbuhan Brachionus sp pada Perlakuan ... 45

5. Tabel Analisis Anova Sidik Ragam Pertumbuhan Populasi Rotifera ( Brachionus sp) ... 47

Gambar

Tabel Pengamatan Pertumbuhan Harian
Tabel Hasil Pertumbuhan Populasi dan Pertumbuhan Harian sp pada Perlakuan
Tabel Analisis Anova Sidik Ragam Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus sp)
Gambar 3. Perbandingan Populasi Brachionus sp antar Perlakuan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adapun beberapa perlakuan yang kita lakukan didalam laboratorium adalah pertaman pemilihan bahan baku, dalam pemilihan  bahan baku di pilih tanaman yang benar-benar

ƒ Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional tidak tegas dalam hal perincian manfaat, tingkat kontribusi, opsi kebijakan strategis utama, dan pembiayaan ƒ Separuh aset

Selain itu walaupun seorang pendidik hanya bertugas sebagai penuntun potensi–potensi yang telah ada pada jiwa setiap anak namun memiliki peran besar dalam tujuan menciptakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pasien pada mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat jalan Rumah Sakit Adenin Adenan sangat memuaskan (78,88%), dimana nilai

Secara keseluruhannya, hasil analisis melalui kajian adalah berdasarkan kepada lima objektif. Hasil analisis data didapati tenaga pengajar Kolej Komuniti Kementerian Pengajian

Indikator Keikutsertaan Siswa dalam Organisasi Kerohanian Islam (Rohis)... Perilaku Keagamaan Siswa ... Pengertian Perilaku Keagamaan ... Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Jika kita dapat merasakan bagaimanakah sesungguhnya kabar baik itu, kita tidak akan melupakan bagaimana hal yang diumumkan dalam Lukas 2: 10-11: “Lalu kata malaikat itu kepada

tambahan. Latar waktu dalam cerita berlangsung selama delapan tahun, yakni mulai tahun 2008 sampai 2015 yang menjadi tahun terbitnya novel AAC 2. Latar tempat dalam novel ini,