PEMERTAHANAN BAHASA PAKPAK DAIRI DI KABUPATEN DAIRI
TESIS
Disusun Oleh:
NURHAYATI SITORUS 127009032
LINGUISTIK
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi
Nama Mahasiswa : Nurhayati Sitorus Nomor Pokok : 127009032
Program Studi : Linguistik
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Dwi Widayati, M.Hum.) (Dr. Masdiana Lubis, M.Hum.)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Dr.Syahron Lubis, M.A.)
Telah diuji pada
Tanggal: 29 Agustus 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Dwi Widayati, M.Hum. Anggota : 1. Dr. Masdiana Lubis, M.Hum.
2. Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D. 3. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP.
SURAT PERNYATAAN
Judul Tesis : PEMERTAHANAN BAHASA PAKPAK DAIRI DI KABUPATEN DAIRI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini membahas pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Fokus penelitian ini adalah kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Responden yang dijaring dalam penelitian ini sebanyak 99 yang diambil melalui teknik acak berlapis dan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Data diperoleh melalui kuesioner, observasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sekarang pada kelompok remaja sudah tidak bertahan. Pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja sangat rendah di semua ranah, baik ranah rumah, ranah luar rumah, ranah gereja/mesjid, dan ranah sekolah. Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua hanya bertahan pada ranah tertentu, yakni ranah gereja/mesjid. Namun, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada ranah rumah, ranah luar rumah, dan ranah pekerjaan sudah tidak bertahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi berasal faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik. Adapun faktor intralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah alih kode dan campur kode. Selanjutnya, faktor ekstralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah identitas, kepercayaan diri, kesetiaan, kebanggaan budaya, migrasi, kosentrasi tempat tinggal, jumlah penutur, agama, mengikuti ibadah di luar GKPPD, umur, interlokutor, ranah, pekerjaan, perkawinan campuran, dan kebiasaan menghubungi famili di kampung halaman. Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan bahasa Pakpak Dairi adalah harus memiliki sikap positif terhadap bahasa daerah dalam diri masing-masing individu, menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam kehidupan mereka sehari-hari, mengajari dan menggunakan bahasa Pakpak Dairi kepada anak-anak di rumah, menggunakan bahasa dan budaya Pakpak dalam adat-istiadat, menjadi anggota dalam suatu lembaga, menjadikan bahasa Pakpak Dairi sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah, mengikuti ibadah di GKPPD, mengikuti ibadah di mesjid yang menggunakan bahasa Pakpak Dairi mengikuti acara kebaktian kumpulan setiap minggunya, dan kebiasaan mengunjungi famili.
ABSTRACT
This research discusses about language maintenance of Pakpak Dairi in Dairi District. It focuses on the condition of language maintenance of Pakpak Dairi, the factors influence language maintenance of Pakpak Dairi, and the efforts to maintain Pakpak Dairi language. The respondent consists of 99 persons selected through stratified random sampling technique and divided into three groups, namely adolescent, adult, and parent group. Data were obtained through questioner, observation, and interview. The data were analized by using analysis of statistic descriptive and Miles and Huberman analysis. The result of this study showed the condition of language maintenance for adolescent group is not maintained, for adolescent is very low in all domains, such as home, outside home, church/mosque, and school/education domain, and for adult and parent groups are still maintained at church/mosque domain. However, the condition of language maintenance of Pakpak Dairi at home, outside home, and job domain are no longer maintained. The factors influence language maintenance of Pakpak Dairi are intralinguistic and extralinguistic factors. Intralinguistic factors are code switching and code mixing. While the extralinguistic factors influence language maintenance of Pakpak Dairi are identity, confidence, loyalty, pride of culture, migration, concentration living, larger numbers of speakers, religion, attending the religion services out side of GKPPD, age, interlocutor, domain, occupation, inter marriage and calling the family in hometown. The efforts to maintain Pakpak Dairi language are to have positive attitude, to use Pakpak Dairi language in daily activities, to teach and use Pakpak Dairi language with children at home, to present Pakpak Dairi language and culture in adat activities, to include Pakpak Dairi language as local content subject at school, to attend religious services at GKPPD and the mosque where Pakpak Dairi language is used, to participate in the weekly mass, and to see family.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan pengasih karena berkat dan limpahan kasih karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar magister linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada pihak-pihak terkait.
Pertama-tama, penulis menyampaikan penghargaan setulus hati kepada dosen pembimbing satu. Dr. Dwi Widayati, M.Hum. yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan kesabaran kepada penulis. Ucapan yang serupa ditujukan kepada dosen pembimbing dua, Dr. Masdiana Lubis, M.Hum. yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., serta Sekretaris Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, Dr. Nurlela, M.Hum., yang selalu memberikan nasihat kepada penulis dan melengkapi kebutuhan akademik.
Selain itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada penguji tesis, Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D, Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP., dan Dr. Nurlela, M.Hum., atas berbagai saran, kritik, dan sanggahan sehingga tesis ini memiliki kualitas yang dapat digunakan sebagai rujukan penelitian selanjutnya.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada staf pengajar pada Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D, Prof. Dr. Robert Sibarani, M.s., Prof Aron Meko Mbete, Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D, Dr. Mulyadi, M.Hum., Dr. Masdiana Lubis, M.Hum., Dr. Nurlela, M.Hum, Dr. Gustianingsih, M.Hum., Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP., Dr. Ridwan Hanafiah, M.Hum., Dr. Abdurrahman Adisaputera, M.Hum yang telah memperluas wawasan penulis tentang kajian linguistik pada setiap mata kuliah.
Pada kesempatan yang sama, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada staf administrasi Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, Yuni dan Nila atas keramahan dan kesantunannya dalam melengkapi kebutuhan akademik penulis.
Dr. Ir. Jongkers Tampubolon, M.Sc. atas kesempatan untuk studi lanjut; kepada Dekan FKIP Universitas HKBP Nommensen, Dr. Tagor Pangaribuan, M.Pd beserta seluruh Wakil Dekan di kelas paralel Medan atas bimbingan yang diberikan selama ini; kepada Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Sahlan Tampubolon, M.Hum atas pengertiannya yang sungguh besar, dan semua rekan-rekan dosen di FKIP Universitas HKBP Nommensen, Ruth Simanjuntak, S.Pd., M.Si., Dame Ifa Sihombing, M.Si., Imelda Novita Siringoringo, S.E., M.Si (Ak), Erna H. Tampubolon, M,Pd., Linda Septi Yanti Sianipar, S.Pd., M.Pd., Lasma Siagian, S.Pd., M.Pd., Rani Farida Sinaga, S.Pd., M.Si., dan Christin Sitepu, S.Si., M.Pd.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Jacksen Lingga dan sekaligus pegawai BPS Kabupaten Dairi yang telah membantu penulis dalam mengghimpun data. Ucapan yang serupa kepada Bapa tua dan keluarga yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data dan memberikan saran; kepada Roslina Anakampun dan keluarga, R. Banurea dan keluarga yang telah membantu penulis menghimpun data penelitian.
Di atas semua ungkapan itu, rasa terima kasih dan penghormatan yang tinggi disampaikan kepada orang tua penulis, Ayahanda M. Sitorus, S.Pd. dan Ibunda R. Butar-butar, A.Md., yang telah mendoakan penulis dan memberikan motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adik, Adinda Surya Honesty Sitorus, S.Km, Jojor Tri Indah Sitorus, S.Kom, Judika Sitorus, Juanda Sitorus dan Apri Sitorus atas doa, kasih sayang dan perhatian serta semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Leberto Tumanggor, S.E. yang telah membantu penulis menghimpun data, dan memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk memperbaiki kesalahan dalam tesis ini. Penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan kontribusi bagi peneliti linguistik, khususnya bidang sosiolinguistik.
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Nurhayati Sitorus
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal lahir : Pematang Cengkring, 23 Juli 1988
Alamat : Jln. Baru No. 77 Pasar IV
Perumahan Gading Vista, Marindal
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
HP : 081260149118
Alamat kantor : Universitas HKBP Nommensen Jalan Sutomo Ujung No. 4A, Medan
Email : Nurhayati_sitorus_dori@yahoo.com
II. Riwayat Pendidikan
1994 – 2000 : SD Negeri 117504 Aek Pamingke 2000 – 2003 : SMP Negeri 1 Aek Natas
2003 – 2006 : SMA Negeri 3 Rantau Utara
2006 – 2010 : Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas HKBP Nommensen - Siantar 2012 -2014 : Program Studi Pascasarjana Linguistik,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara III. Riwayat Pekerjaan
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... .. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI ... . viii
DAFTAR BAGAN ... . xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... . xiv
DAFTAR SINGKATAN ... . xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... ... 5
1.3.1 Tujuan Khusus ... ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... ... 5
1.4.1 Manfaat Teoretis ... ... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ... ... 5
1.5 Definisi Istilah ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kontak Bahasa ... 7
2.2 Multilingualisme ... 8
2.3 Sikap Bahasa ... 9
2.4 Pergeseran Bahasa ... 11
2.5 Pemertahanan Bahasa ... ... 12
2.6 Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa ... 16
2.7 Teori Sosiolinguistik... 17
2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 19
2.9 Kerangka Teoritis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 33
3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian... 35
3.3 Populasi dan sampel ... . 36
3.4 Data dan Sumber Data ... 37
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.6 Analisis Data ... 39
3.7 Kerangka Kerja ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Pengantar ... . 44
4.2 Identitas Sosial Responden ... 44
4.1.1 Jenis kelamin ... . 45
4.1.3 Pendidikan ... . 46
4.1.4 Pekerjaan ... 47
4.3 Latar belakang Kebahasaan ... 48
4.3.1 Pemerolehan Bahasa Pertama Responden ... 49
4.3.2 Kemampuan Berbahasa Pakpak Dairi Responden ... . 50
4.3.3 Kemampuan Bahasa Daerah Lain Responden ... ... 51
4.4 Penggunaan Bahasa Menurut Kelompok Umur ... . 53
4.4.1 Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Rumah... . 54
4.4.1.1 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Rumah ... ... 54
4.4.1.2 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Rumah ... .. 56
4.4.1.3 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Rumah ... ... 60
4.4.2 Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi di ranah Luar Rumah... .. 64
4.4.2.1 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Luar Rumah... . 64
4.4.2.2 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di ranah Luar Rumah ... 66
4.4.2.3 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Luar Rumah ... ... 68
4.4.3 Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Gereja/Mesjid... . 70
4.4.3.1 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Gereja/Mesjid ... ... 70
4.4.3.2 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Gereja/Mesjid... ... 73
4.4.3.3 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Gereja/Mesjid... ... 76
4.4.4 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Sekolah... ... 80
4.4.5 Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Pekerjaan... ... 83
4.4.5.1 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Pekerjaan ... ... 83
4.4.5.2 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Pekerjaan... 86
4.5 Penggunaan Bahasa Menurut Hubungan Peran... 88
4.5.1 Penggunaan Bahasa Menurut Hubungan Peran pada Kelompok Remaja ... 89
4.5.2 Penggunaan Bahasa Menurut Hubungan Peran pada Kelompok Dewasa ... . 90
4.5.3 Penggunaan Bahasa Menurut Hubungan Peran pada Kelompok Orang Tua ... ... 92
4.6 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa... . 94
4.6.1 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada Kelompok Remaja ... 95
4.6.3 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada
Kelompok Orang Tua ... 97
4.7 Pemilihan Bahasa ... 99
4.7.1 Sikap Pemilihan Bahasa pada Kelompok Remaja ... 99
4.7.2 Sikap Pemilihan Bahasa pada Kelompok Dewasa ... . 101
4.7.3 Sikap Pemilihan Bahasa pada Kelompok Orang Tua ... 101
4.8 Sikap Bahasa... 104
4.8.1 Sikap Bahasa Daerah pada Kelompok Remaja ... . 104
4.8.2 Sikap Bahasa Daerah pada Kelompok Dewasa ... 105
4.8.3 Sikap Bahasa Daerah pada Kelompok Orang Tua ... . 106
4.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi ... 107
4.9.1 Faktor Intralinguistik ... .. 109
4.9.2 Faktor Ekstralinguistik ... . 110
4.10 Upaya Mempertahankan Bahasa Pakpak Dairi ... .. 116
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengantar... . 117
5.2 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi ... . 117
5.2.1 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi Berdasarkan Kelompok Umur ... . 117
5.2.1.1 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Rumah ... ... 120
5.2.1.2 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Luar Rumah ... ... 124
5.2.1.3 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Gereja/Mesjid ... 127
5.2.1.4 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Sekolah ... 129
5.2.1.5 Kondisi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Ranah Pekerjaan... ... 130
5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi ... 132
5.3.1 Faktor Intralinguistik ... .. 132
5.3.2 Faktor Ekstralinguistik ... . 134
5.4 Upaya-upaya Mempertahankan Penggunaan Bahasa Pakpak Dairi 145 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 151
6.2 Saran ... . 152 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ... 45
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Berdasarkan Agama 46 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Berdasarkan Pekerjaan ... ... 48
Tabel 4.5 Pemerolehan Bahasa Pertama Responden ... 50
Tabel 4.6 Kemampuan Berbahasa Pakpak Dairi Responden ... . 51
Tabel 4.7 Kemampuan Bahasa Daerah Lain Responden ... 52
Tabel 4.8 Penggunaan Bahasa Menurut Kelompok Umur ... 53
Tabel 4.9 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Rumah ... 54
Tabel 4.10 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Rumah ... 56
Tabel 4.11 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Rumah .... 60
Tabel 4.12 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Luar Rumah... ... 64
Tabel 4.13 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Luar Rumah ... ... 66
Tabel 4.14 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Luar Rumah ... ... 68
Tabel 4.15 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Gereja/Mesjid ... 71
Tabel 4.16 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Gereja/Mesjid ... ... 73
Tabel 4.17 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Gereja/Mesjid .... ... 76
Tabel 4.18 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Remaja di Ranah Sekolah ... 80
Tabel 4.19 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa di Ranah Pekerjaan ... 83
Tabel 4.20 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Orang tua di Ranah Pekerjaan. 86 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Penggunaan Bahasa Menurut Hubungan Peran pada Kelompok Remaja ... 89
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Penggunaan Bahasa Menurut Hubungan Peran pada Kelompok Dewasa ... 91
Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Penggunaan Bahasa Menurut Hubungan Peran pada Kelompok Orang tua ... ... 93
Tabel 4.24 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada Kelompok Remaja ... 95
Tabel 4.25Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada Kelompok Dewasa ... 96
Tabel 4.26 Penggunaan Bahasa Menurut Peristiwa Bahasa pada Kelompok Orang Tua ... 98
Tabel 4.27 Frekuensi Sikap Pemilihan Bahasa pada kelompok Remaja ... 99
Tabel 4.28 Frekuensi Sikap Pemilihan Bahasa pada kelompok Dewasa... . 101
Tabel 4.29 Frekuensi Sikap Pemilihan Bahasa pada kelompok Orang Tua ... 102
Tabel 4.30 Sikap Bahasa Daerah pada Kelompok Remaja ... . 105
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Dairi ... 33
Gambar 4.1 Diagram Pie Pemilihan Bahasa pada Kelompok Remaja ... 100
Gambar 4.2 Diagram Pie Pemilihan Bahasa pada Kelompok Dewasa ... . 102
DAFTAR SINGKATAN BBT : Bahasa Batak Toba
BDL : Bahasa Daerah lain BI : Bahasa Indonesia BPD : Bahasa Pakpak Dairi
GKPPD : Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi
UP : Umur Penutur
ABSTRAK
Penelitian ini membahas pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Fokus penelitian ini adalah kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi, dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Responden yang dijaring dalam penelitian ini sebanyak 99 yang diambil melalui teknik acak berlapis dan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Data diperoleh melalui kuesioner, observasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sekarang pada kelompok remaja sudah tidak bertahan. Pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok remaja sangat rendah di semua ranah, baik ranah rumah, ranah luar rumah, ranah gereja/mesjid, dan ranah sekolah. Selanjutnya, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada kelompok dewasa dan kelompok orang tua hanya bertahan pada ranah tertentu, yakni ranah gereja/mesjid. Namun, kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada ranah rumah, ranah luar rumah, dan ranah pekerjaan sudah tidak bertahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi berasal faktor intralinguistik dan faktor ekstralinguistik. Adapun faktor intralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah alih kode dan campur kode. Selanjutnya, faktor ekstralinguistik yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi adalah identitas, kepercayaan diri, kesetiaan, kebanggaan budaya, migrasi, kosentrasi tempat tinggal, jumlah penutur, agama, mengikuti ibadah di luar GKPPD, umur, interlokutor, ranah, pekerjaan, perkawinan campuran, dan kebiasaan menghubungi famili di kampung halaman. Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan bahasa Pakpak Dairi adalah harus memiliki sikap positif terhadap bahasa daerah dalam diri masing-masing individu, menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam kehidupan mereka sehari-hari, mengajari dan menggunakan bahasa Pakpak Dairi kepada anak-anak di rumah, menggunakan bahasa dan budaya Pakpak dalam adat-istiadat, menjadi anggota dalam suatu lembaga, menjadikan bahasa Pakpak Dairi sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah, mengikuti ibadah di GKPPD, mengikuti ibadah di mesjid yang menggunakan bahasa Pakpak Dairi mengikuti acara kebaktian kumpulan setiap minggunya, dan kebiasaan mengunjungi famili.
ABSTRACT
This research discusses about language maintenance of Pakpak Dairi in Dairi District. It focuses on the condition of language maintenance of Pakpak Dairi, the factors influence language maintenance of Pakpak Dairi, and the efforts to maintain Pakpak Dairi language. The respondent consists of 99 persons selected through stratified random sampling technique and divided into three groups, namely adolescent, adult, and parent group. Data were obtained through questioner, observation, and interview. The data were analized by using analysis of statistic descriptive and Miles and Huberman analysis. The result of this study showed the condition of language maintenance for adolescent group is not maintained, for adolescent is very low in all domains, such as home, outside home, church/mosque, and school/education domain, and for adult and parent groups are still maintained at church/mosque domain. However, the condition of language maintenance of Pakpak Dairi at home, outside home, and job domain are no longer maintained. The factors influence language maintenance of Pakpak Dairi are intralinguistic and extralinguistic factors. Intralinguistic factors are code switching and code mixing. While the extralinguistic factors influence language maintenance of Pakpak Dairi are identity, confidence, loyalty, pride of culture, migration, concentration living, larger numbers of speakers, religion, attending the religion services out side of GKPPD, age, interlocutor, domain, occupation, inter marriage and calling the family in hometown. The efforts to maintain Pakpak Dairi language are to have positive attitude, to use Pakpak Dairi language in daily activities, to teach and use Pakpak Dairi language with children at home, to present Pakpak Dairi language and culture in adat activities, to include Pakpak Dairi language as local content subject at school, to attend religious services at GKPPD and the mosque where Pakpak Dairi language is used, to participate in the weekly mass, and to see family.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia adalah suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi, etnik Simalungun, etnik Karo, dan etnik Mandailing. Setiap etnik memiliki bahasa daerah masing-masing. Etnik Batak Toba menggunakan bahasa Batak Toba, etnik Pakpak Dairi menggunakan bahasa Pakpak Dairi, etnik Simalungun menggunakan bahasa Simalungun, etnik Karo menggunakan bahasa Karo, dan etnik Mandailing menggunakan bahasa Mandailing sebagai bahasa daerah mereka.
0,47%, suku Minangkabau 0,39%, suku Jawa 1,75%, suku Cina 0,14% , suku Aceh 0,14% dan lain-lain 0,25% (Sumber : BPS Kabupaten Dairi).
Dalam hal ini jumlah penduduk dan lingkungan sangat mempengaruhi pemertahanan suatu bahasa oleh penutur bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Jendra (2010:144-146) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempertahankan bahasa adalah jumlah penutur, tempat tinggal, identitas, dan kebanggaan budaya, dan kondisi ekonomi yang baik. Walaupun masyarakat Pakpak Dairi hanya masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi, bukan berarti mereka tidak mempertahankan bahasa daerah mereka. Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada pilihan bahasa yang mereka pilih untuk dipakai dalam berkomunikasi dan juga bergantung kepada sikap bahasa yang dimiliki oleh penutur bahasa tersebut dalam mempertahankan bahasa daerah mereka.
dengan memilih bahasa daerah mereka sebagai loyalitas mereka, bahasa daerah mereka akan bertahan.
Fishman (1972a:97) mengatakan bahwa pemertahanan bahasa (language maintenance) bergantung pada ideologi nasional dalam masyarakat atau bergantung paling sedikit pada ideologi yang dimiliki masyarakat yang mempertahankan konteks sosial mereka untuk melawan perubahan yang datang. Dalam hal ini, sebagian masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi khususnya orang tua memiliki ideologi yang tinggi terhadap bahasa daerahnya, yakni dengan tetap mempergunakan bahasa daerahnya walaupun lingkungan sangat mempengaruhinya. Hal ini ditandai dengan mereka masih tetap menggunakan bahasa Pakpak Dairi dalam berkomunikasi baik di dalam rumah maupun di luar rumah bila bertemu dengan orang yang sesuku dengannya. Kadangkala mereka juga menggunakan bahasa Pakpak Dairi di rumah ataupun di luar rumah walaupun mereka mengetahui bahwa mitra tutur mereka tidak sesuku dengan mereka. Dalam hal ini mereka memiliki kesetiaan terhadap bahasa daerah mereka walaupun lingkungan sangat mempengaruhi penggunaan bahasa daerah mereka. Mereka tetap menggunakan dan mempertahankan bahasa daerah mereka meskipun mereka hanya masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi.
terjadi di lingkungan masyarakat. Hal ini merupakan suatu ancaman bagi bahasa daerah mereka. Apabila mereka tidak dapat mempertahankan bahasa daerah mereka, bahasa daerah mereka akan bergeser dan akan terancam punah.
Berlandaskan latar belakang, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai “Pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimanakah kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sekarang? 2. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak
Dairi?
3. Bagaimanakah upaya masyarakat Pakpak Dairi dalam pemertahanan bahasa Pakpak Dairi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dijabarkan dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui langkah-langkah pemertahanan bahasa khususnya bahasa Pakpak Dairi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi sekarang. 2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan
bahasa Pakpak Dairi.
3. Untuk menganalisis upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada masyarakat penuturnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi atas dua bagian yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
1. Menambah teori, khususnya yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa.
2. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain yang berkaitan dengan bahasa Pakpak Dairi.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Membangun kesadaran pada masyarakat Pakpak Dairi untuk berbahasa Pakpak Dairi untuk menunjukkan identitas mereka sebagai pemakai bahasa dan juga untuk menunjukkan loyalitas mereka terhadap bahasa daerah mereka.
1.6 Definisi Istilah
1. Multilingualisme adalah masyarakat yang anggota-anggotanya berkemampuan atau biasa menggunakan lebih dari dua bahasa bila berkomunikasi antar sesama anggota masyarakat lainnya (Holmes, 2001:19)
2. Sikap Bahasa adalah keinginan seseorang untuk melakukan tindakan untuk memilih bahasa yang digunakan sesuai yang diinginkannya (Sumarsono, 2004:363).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS
2.1 Kontak Bahasa
Masyarakat tutur terdiri atas dua, yakni masyarakat tutur tertutup dan masyarakat tutur terbuka. Masyarakat tutur tertutup adalah masyarakat yang tidak tersentuh oleh dunia luar dan mampu menjadikan bahasa mereka statis sehingga tetap monolingual. Sedangkan masyarakat tutur terbuka adalah masyarakat yang mempunyai hubungan dengan masyarakat tutur lainnya sehingga akan mengalami kontak bahasa dengan segala peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi.
Kontak bahasa terjadi pada masyarakat yang bilingual ataupun multilingual. Thomason (2001:1) mengatakan bahwa kontak bahasa adalah peristiwa penggunaan lebih dari satu bahasa dalam tempat dan waktu yang sama. Dalam hal ini masyarakat bilingual ataupun multilingual tidak dituntut untuk dapat berbicara dua bahasa dengan lancar sebagai dwibahasawan atau multibahasawan. Komunikasi yang terjadi antara penutur dua bahasa yang berbeda merupakan peristiwa kontak bahasa.
2.2 Multilingualisme
Adanya kontak bahasa menyebabkan perubahan terhadap masyarakat monolingual menjadi bilingual dan pada akhirnya menjadi multilingual. Hal ini disebabkan banyak faktor, seperti perkembangan teknologi komunikasi, adanya globalisasi, dan pesatnya dunia pendidikan. Hal itu juga menyebabkan kebutuhan masyarakat mengenai bahasa mengalami pergeseran.
Multilingualisme dihubungkan dengan masyarakat multilingual, masyarakat yang anggota-anggotanya berkemampuan atau biasa menggunakan lebih dari dua bahasa bila berkomunikasi antar sesama anggota masyarakat lainnya (Holmes, 2001:19). Masyarakat multilingual mengembangkan kemampuan mereka dalam masing-masing kode untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemampuan mereka menggunakan bahasa bergantung pada situasi dimana masing-masing bahasa digunakan. Multilingualisme terjadi karena adanya kontak bahasa (Chaer, 2007:65). Kontak bahasa adalah penggunaan lebih dari satu bahasa pada tempat dan waktu yang bersamaan (Thomason, 2001:1). Peristiwa kontak bahasa ini hanya terjadi pada masyarakat terbuka. Masyarakat terbuka adalah masyarakat yang mempunyai hubungan dengan masyarakat lain.
ini berpengaruh terhadap penggunaan bahasa, yakni pergeseran, kepunahan dan pemertahanan bahasa. Pergeseran, kepunahan dan pemertahanan bahasa terdapat pada masyarakat multilingual. Inilah yang menjadi fenomena dalam masyarakat multilingual. Dalam hal ini masyarakat penutur minoritas dituntut untuk dapat mempertahankan dan melestarikan bahasa minoritas (bahasa daerah) diantara masyarakat penutur mayoritas. Ini merupakan ancaman dan tantangan bagi masyarakat penutur minoritas.
Keanekaragaman dapat terjadi karena migrasi. Migrasi atau perpindahan penduduk menimbulkan fenomena kebahasaan. Migrasi ini juga berpengaruh terhadap penggunaan bahasa. Migrasi dapat menyebabkan suatu masyarakat meninggalkan bahasa daerahnya atau menggeser bahasa daerahnya ke bahasa lain. Migrasi juga tidak selamanya mengarah ke arah kemunduran tetapi bisa juga mengarah kemajuan, yakni pemertahanan bahasa (language maintenance). Pemertahanan bahasa bergantung pada masyarakat tutur itu sendiri sebagai pemakai bahasa.
2.3 Sikap Bahasa
Sikap adalah cara seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai yang diinginkannya. Sejalan dengan itu, Rokeach (dalam Halim, 1983: 138) mengatakan bahwa sikap adalah jaringan keyakinan (kognisi) dan nilai yang memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk berbuat atau bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu yang disenanginya.
menyangkut pengetahuan mengenai alam sekitar dan gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipakai dalam proses berpikir. Komponen afektif menyangkut perasaan atau emosi yang mewarnai atau menjiwai pengetahuan atau gagasan yang terdapat dalam komponen kognitif. Komponen konatif menyangkut
nirai rasa „baik atau tidak baik‟, „senang‟ atau „tidak senang‟ terhadap sesuatu.
Apabila seseorang memiliki sikap „positif‟ terhadap sesuatu tersebut, komponen konatif ini pada umumnya tertanam sejak lama dan merupakan salah satu aspek dari sikap yang paling bertahan lama. Sebaliknya, apabila seseorang mempunyai rasa „tidak senang‟ atau „tidak suka‟ terhadap sesuatu, maka ia mempunyai sikap „negatif‟. Komponen konatif menyangkut kecendrungan seseorang untuk berbuat
atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu keadaan.
identitas sebagai pemakai bahasa. Sedangkan kesadaran akan norma bahasa (awareness of the norm) adalah pemakaian bahasa sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, sopan, baik dan benar.
Intinya, sikap bahasa ini yang pada akhirnya akan menentukan apakah suatu guyup (komunitas) akan mempertahankan bahasa daerah mereka atau mereka akan memilih bahasa kedua untuk mereka gunakan nantinya. Sikap bahasa itu semua bergantung pada guyup (komunitas) tersebut. Apabila mereka mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap bahasa daerah mereka, mereka akan memelihara dan mempertahankan bahasa daerah mereka yang sekaligus menunjukkan identitas mereka sebagai pemakai bahasa.
2.4 Pergeseran Bahasa
Pergeseran bahasa terjadi karena adanya kontak bahasa. Pergeseran bahasa terjadi dalam masyarakat bilingual atau multilingual. Menurut Romaine (1995:49-54) mengatakan bahwa pergeseran bahasa adalah gejala perubahan bentuk dan makna suatu bahasa hingga munculnya gejala kolektif, yaitu ketika komunitas tutur meninggalkan bahasanya dan beralih ke bahasa yang lain. Gejala kolektif ini disebabkan oleh adanya dinamika masyarakat yang multilingual dengan berbagai aspek sosial di dalamnya. Pada masyarakat multilingual, kontak bahasa tidak dapat dihindari. Peran, kedudukan, dan fungsi suatu bahasa menyebabkan terjadinya pilihan bahasa.
mempengaruhi pemertahanan bahasa, apabila seseorang itu sudah tidak menggunakan budaya yang mereka miliki dalam segala aktivitas khususnya dalam adat-istiadat, budaya mereka akan bergeser dan lama kelamaan akan punah. Kedua, pergeseran bahasa itu terjadi karena mereka menganggap bahwa bahasa daerah tidak penting untuk kelanjutan identitas mereka sebagai pemakai bahasa. Apabila seseorang itu tidak menganggap bahwa bahasa daerah itu adalah identitas mereka, ini menyebabkan melemahnya pemertahanan bahasa. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki sikap terhadap bahasa daerah mereka.
Selanjutnya, dalam penelitian Gal di Oberwart tentang pilihan bahasa dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bahasa adalah ekonomi, agama, umur, perbedaan prestise dan sikap ambivalen (mendua). Sumarsono (2004:235-238) juga mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan pergeseran bahasa adalah kedwibahasaan, migrasi, ekonomi, dan sekolah. Dapat di simpulkan bahwa faktor yang memicu pergeseran bahasa adalah kedwibahasaan, agama, ekonomi, sikap bahasa, umur, sikap ambivalen, dan sekolah.
2.5 Pemertahanan Bahasa
Sebagai salah satu objek kajian sosiolinguistik, gejala pemertahanan bahasa sangat menarik untuk dikaji. Konsep pemertahanan bahasa lebih berkaitan dengan prestise suatu bahasa di mata masyarakat pendukungnya.
yang tidak dapat dipisahkan. Pemertahanan bahasa (language maintenance) sering dilakukan melalui identifikasi pada domain dan situasi. Dalam hal ini bahasa tidak lebih lama digunakan atau berangsur-angsur dipilih untuk penggunaan bahasa yang lain. Sebaliknya, pergeseran bahasa (language shift) mengimplikasikan kepada perubahan penutur, sekelompok penutur, dan masyarakat tutur.
Pemertahanan bahasa (language maintenance) digunakan untuk mendeskripsikan suatu situasi seorang penutur, sekelompok penutur, maupun komunitas penutur melanjutkan untuk menggunakan bahasa mereka dalam kehidupan mereka walaupun ada persaingan dengan bahasa yang dominan untuk menjadikan bahasa utama dalam lingkungan tersebut (Anne Pauwels dalam Davies, 2004:719).
Selanjutnya, Fishman (1972:97) mengatakan bahwa pemertahanan bahasa (language maintenance) bergantung pada ideologi nasional dalam masyarakat atau bergantung paling sedikit pada ideologi yang dimiliki masyarakat yang mempertahankan konteks sosial mereka untuk melawan perubahan yang datang.
berbagai alasan. Selanjutnya, pergeseran bahasa mempunyai pengaruh lebih sedikit. Dalam hal ini masyarakat tutur kehilangan penggunaan bahasanya dan/atau penggunaan fungsi bahasa dan bergeser pada penggunaan bahasa lain.
Pemertahanan bahasa pada suatu guyup (komunitas) masyarakat dapat bertahan lebih lama jika guyup (komunitas) masyarakat tersebut menganggap bahasa daerah mereka memiliki prestise dan juga menganggap bahwa bahasa daerah itu sebagai lambang identitas mereka sebagai pemakai bahasa. Pemertahanan bahasa terjadi pada masyarakat yang dapat mempertahankan bahasa hanya pada fungsi dan ranah tertentu (Sumarsono, 2004:200). Dalam pemertahanan bahasa, guyup (komunitas) secara kolektif memutuskan untuk terus menggunakan bahasa tersebut atau bahasa itu telah digunakan secara tradisional. Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu budaya, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya. Sikap bahasa (language attitude) adalah cara seseorang untuk bertindak sesuai dengan yang diinginkannya (Sumarsono, 2004:363). Dengan kata lain, sikap bahasa menentukan pilihan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
1. Kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi.
2. Proses psikologi, sosial dan budaya dan hubungan mereka terhadap stabilitas atau perubahan dalam kebiasaan menggunakan bahasa.
3. Perilaku terhadap bahasa, termasuk pada perilaku sikap dan perilaku kognitif.
Dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa, kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi, perubahan lingkungan memeiliki pengaruh terhadap pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa.
2.6 Faktor-faktor Pemertahanan Bahasa
Ada beberapa faktor yang akan mempertahankan bahasa agar bahasa itu tidak punah. Menurut Sumarsono (2004:200) faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa (language maintenance) adalah ekonomi, agama dan politik. Selanjutnya, Jendra (2010:144-146) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempertahankan bahasa adalah jumlah penutur, tempat tinggal, identitas dan kebanggaan budaya, dan kondisi ekonomi yang baik.
pemerintahan, pekerjaan, koran, sikap bahasa, identitas, menghubungi famili di kampung halaman, partisipan, ranah, perkawinan tidak sesuku, dan televisi.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa adalah ekonomi, agama, politik, jumlah penutur, tempat tinggal, identitas dan kebanggaan budaya, migrasi, perkawinan tidak sesuku, pekerjaan, partisipan, ranah, latar belakang pendidikan, pekerjaan, administrasi, sikap bahasa, konsentrasi tempat tinggal, sekolah, campur kode, dan alih kode.
2.7 Teori Sosiolinguistik
Selain gejala sosial seperti umur dan jenis kelamin, globalisasi juga mempengaruhi penggunaan dan pemertahanan suatu bahasa (Romaine, 2000:83-85; Holmes, 2001:59). Kemajuan teknologi dapat menjadikan masyarakat akan lupa terhadap bahasa daerahnya, sebagai contoh televisi dan internet. Siaran televisi dapat mengakibatkan fungsi dan kedudukan bahasa itu menurun. Ini disebabkan karena siaran di televisi menggunakan bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa asing. Secara tidak langsung masyarakat akan belajar untuk mengetahui bahasa Indonesia atau bahasa asing itu agar mereka dapat menerima informasi yang disampaikan melalui televisi tersebut.
Gejala sosial dan globalisasi ini akan mengakibatkan perubahan sosial. Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat (Romaine, 2000: 78 – 85). Perubahan ini mengarah kepada dua arah, yakni ke arah kemajuan dan bisa mengarah ke arah kemunduran. Perubahan ini bergantung kepada masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial ini mempengaruhi suatu bahasa. Apabila bahasa itu bertahan berarti perubahan itu mengarah ke arah kemajuan, tetapi apabila bahasa itu bergeser ataupun punah berarti perubahan sosial itu mengarah ke arah kemunduran.
Pemertahanan bahasa tidak terlepas kaitannya dengan budaya (Trudgil dan Holmes dalam Sumarsono, 2004:3). Budaya memiliki nilai-nilai luhur dari para nenek moyang bangsa Indonesia yang perlu dijaga keberadaannya. Budaya juga menunjuk kepada identitas suatu komunitas. Melalui budaya, masyarakat yang lain akan mengetahui identitas masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan setiap masyarakat memiliki keanekaragaman budaya dan merupakan ciri khas masyarakat itu sendiri.
Jadi, pemertahanan bahasa itu berkaitan erat dengan budaya, masyarakat dan globalisasi. Pemertahanan bahasa itu bergantung kepada masyararakat penutur itu sendiri sebagai pemakai bahasa dan usaha yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Holmes (2001:60-64) mengatakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan penggunaan bahasa adalah sikap positif, kebiasaan menggunakan bahasa daerah, mengikuti ibadah yang bahasa pengantarnya bahasa ibu (bahasa daerah) dan kebiasaan mengunjungi famili. Selanjutnya, Jendra (2010:159-160) mengatakan bahwa upaya untuk mempertahankan penggunaan bahasa daerah dapat dilakukan oleh pemerintah, agen non pemerintah (yang tidak berhubungan dengan pemerintah) seperti penyiar radio, penerbit-penerbit yang berpengaruh dan lain sebagainya dan yang terakhir dapat dilakukan oleh masing-masing individu.
2.8 Hasil Penelitian Yang Relevan
Sejalan dengan penelitian ini Sumarsono (1990) dalam disertasi
guyup Loloan, suatu guyup minoritas beragama Islam yang tinggal di tengah-tengah kota Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah metode survei. Teknik yang dipakai adalah wawancara intensif, pengumpulan dokumen, pengamatan partisipasi dan kuesioner. Data utama yang dijaring merupakan pengakuan diri (self-report) dari tiga generasi, dengan percontoh (sampel) 290 kepala keluarga (KK), 120 anak muda (13-21 tahun), dan 28 anak usia 6-12 tahun. Data dianalisis dengan menggunakan tabel skala implikasional dan deskriptif. Analisis deskriptif menggunakan tabel-tabel. Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap Bahasa Bali menghasilkan adanya faktor eksternal dan faktor internal yang saling berpaut. Pertama, adanya wilayah konsentrasi pemukiman guyup mayoritas Bali. Kedua, adanya sikap toleransi, atau tanpa rasa enggan mau menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam interaksi mereka dengan warga guyup minoritas, tanpa mengurangi kenyataan bahasa Bali pun kadang-kadang dipakai dalam interaksi semacam itu. Faktor-faktor pendukung pemertahanan bahasa yaitu pertama, sikap atau pandangan keislaman guyup Loloan yang “tidak akomodatif” terhadap guyup,
pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Indonesia itu terlihat pada penggunaan bahasa dalam tujuh ranah, yaitu ranah keluarga, ketetanggaan, kekariban, agama, pendidikan, transaksi dan pemerintahan. Kontribusi yang diberikan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan penulis dalam memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa, teknik pengumpulan data serta teori-teori yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa. Perbedaan penelitian Sumarsono dengan penelitian ini adalah dari teknik analisis data. Dalam penelitian Sumarsono, penulis menganalisis data dengan tabel skala implikasional dan deskriftip. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan menggunakan analisis statistik deskriftip dan analisis Miles and Huberman. Selain itu, dalam penelitian Sumarsono hanya membahas kondisi pemertahanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa Loloan Melayu. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya membahas kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak dairi di Kabupaten Dairi. Tetapi juga membahas upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi.
pemertahanan bahasa Batak Toba. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis tidak hanya membahas kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi.
Deliana (2002) dalam tesis Faktor-faktor Pemertahanan bahasa Minangkabau di Kotamadya Medan: Studi Kasus Pedagang-pedagang
penelitian ini adalah penelitian yang dirujuk menggunakan analisis statistik deskriftip. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan analisis data statistik deskriftip tetapi juga menggunakan analisis Miles and Huberman. Selain itu, penelitian yang dirujuk hanya membahas faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa Minangkabau. Sedangkan penelitian ini tidak hanya membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga menganalisis kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dan upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi.
Mukhamdanah (2005) dalam tesis Pemertahanan dan Sikap Bahasa di kalangan Mahasiswa WNI Keturunan Cina di Medan dalam Konteks
mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi tetapi juga upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi.
Widayati (2010) dalam disertasi Konvergensi dan Divergensi dalam Dialek-Dialek Melayu Asahan membahas (1) sistem segmental dialek-dialek di Asahan, (2) variasi dialek yang muncul di Asahan akibat adanya konvergensi dan divergensi, (3) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konvergensi dan divergensi dalam dialek-dialek Melayu di Asahan, dan (4) bentuk inovatif dan konservatif dalam dialek-dialek Melayu Asahan. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, diterapkan metode padan, yaitu metode padan artikulatoris dengan alat penentunya organ wicara, metode padan pragmatis dengan alat penentunya mitra wicara, dan metode padan translasional dengan alat penentunya bahasa atau dialek lain. Ketiga metode ini dijabarkan dalam teknik hubung banding menyamakan dan hubung banding membedakan. Selain itu, pendekatan dari atas ke bawah juga dilakukan dalam analisis diakronis. Berdasarkan kajian segmental, ditemukan bahwa dalam dialek Tanjungbalai (DTB) terdapat 5 segmen vokal, yaitu, /i, u, a, Ε, dan � /. Dalam dialek Batubara (DBB) terdapat 6 segmen vokal, yaitu /i, u, a,
Ε, , dan � /. DTB dan DBB memiliki jumlah konsonan yang sama
masing-masing 19 segmen konsonan, yaitu /p, b, t, d, c&, j&, k, g, , s, h, m, n, , Ν, l, ⊗, w, dan j/. Dalam Bahasa Batak (BBT) terdapat lima segmen vokal, yaitu, /i, u,
dan divergensi ini muncul wujud imitasi, interferensi, dan integrasi. Dari ketiga proses tersebut ditemukan adanya dialek lain di Asahan, yaitu dialek Melayu Batak Asahan (DMBA) dan dialek Melayu Jawa Asahan (DMJA). Atas dasar sistem segmental DTB, DBB, BBT, dan BJW ditemukan bahwa dalam DMBA
terdapat lima segmen vokal, yaitu /i, u, a, Ε, dan � / yang direpresentasikan ke
dalam sembilan bunyi segmental vokoid akibat artikulasi primer, yaitu [i] dan [Ι];
[u] dan [Υ]; [a] dan [Ε]; [� ]; [ε] dan [e]. Dalam DMJA terdapat enam segmen
vokal, yaitu /i, u, a, , e, dan � / yang direpresentasikan ke dalam sembilan bunyi
segmental vokoid, yaitu [i] dan [Ι]; [u] dan [Υ]; [a] dan []; [� ]; []; [ε].
Segmen konsonan dalam DMBA ada delapan belas, yaitu /b, p, m, d, t, s, n, l, j, c, ⎠, y, g, k, Ν, w, r, h/ dan dalam DMJA /bΗ, p, m, dΗ, t, s, n, l, j, c, ⎠, y, g, k, Ν,
asimilasi, proses pelesapan bunyi, proses penambahan bunyi, proses pergantian bunyi, proses perubahan segmen, dan proses pelemahan bunyi. Keenam proses tersebut diformulasikan dalam wujud lima belas kaidah fonologis yang terdiri atas kaidah perubahan ciri, kaidah pelesapan, kaidah penyisipan, kaidah transformasional, kaidah perpaduan, kaidah bervariabel, dan kaidah pergantian. Faktor ekstralinguistik adalah faktor luar bahasa yang menyebabkan terjadinya konvergensi dan divergensi dalam bahasa. Faktor ekstralinguistik meliputi faktor geografi, faktor migrasi, faktor historis, faktor sosial, dan faktor psikologis. Perbandingan keempat dialek menunjukkan adanya refleks vokal dan konsonan yang inovatif dan konservatif. Vokal umumnya direflekskan secara inovatif daripada konsonan. Konsonan yang direflekskan secara inovatif terdapat pada konsonan /*h/, /*k/, /*//, dan /*r/. Refleks yang inovatif pada vokal menyebabkan leksem-leksem yang direflekskan pun mengalami inovasi. Kontribusi yang diberikan dari penelitian ini untuk peneliti adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempertahanan bahasa Pakpak Dairi dan teori-teori yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa.
2.9 Kerangka Teoretis
Bagan 2.1 Kerangka Teoretis
Kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi
Upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi
Faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa
Pakpak Dairi
Masalah Teori
Sosiolinguistik Sumarsono
Romaine
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
[image:54.595.118.505.473.721.2]Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Dairi. Penduduk Kabupaten Dairi pada tahun 2013 berjumlah 276.238 orang. Dengan perincian jumlah penduduk pria 137.918 orang dan jumlah penduduk perempuan 138.320 orang Persentase suku Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi adalah 12,20%, sekitar 33701 orang yang bersuku Pakpak Dairi berdiam di Kabupaten Dairi (Sumber : BPS Kabupaten Dairi). Ini berarti masyarakat Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi adalah masyarakat minoritas. Walaupun masyarakat Pakpak Dairi merupakan masyarakat minoritas di Kabupaten Dairi, sebagian dari mereka masih mempergunakan bahasa daerah mereka. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti pemertahanan Bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi.
Daerah Kabupaten Dairi mempunyai luas 1.927,77 km2. Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Laut Propinsi Sumatera Utara. Rincian luas wilayah dan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Jumlah RT Menurut Kecamatan
Luas JUMLAH PENDUDUK Kepadatan Jumlah
Kode KECAMATAN Wilayah
Lk Pr Lk+Pr (Jiwa/Km2) RT
(Km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Sidikalang 86,84 25.016 24.802 49.818 573,68 11.263
2 Berampu 31,65 4.153 4.071 8.224 259,84 1.864
3 Sitinjo 39,48 6.228 6.006 12.234 309,88 2.547
4 Parbuluan 227,00 10.755 10.597 21.352 94,06 4,.849
5 Sumbul 149,00 20.127 20.225 40.352 270,82 9.608
6 Silahisabungan 119,20 2.273 2.282 4.555 38,21 1.191 7
Silima
Pungga-pungga 101,68 6.324 6.548 12.872 126,59 3.430
8 Lae Parira 42,72 6.820 6.948 13.768 322,28 3.462 9 Siempat Nempu 60,30 8.927 9.272 18.199 301,81 4.528 10
Siempat Nempu
Hulu 93,60 8.915 8.953 17.868 190,90 4.359
11
Siempat Nempu
Hilir 104,50 5.292 5.291 10.583 101,27 2.728
12 Tigalingga 201,87 10.689 11.003 21.692 107,46 5.672 13 Gunung Sitember 75,20 4.665 4.578 9.243 122,91 2.417 14 Pegagan Hilir 155,33 7.479 7.451 14.930 96,12 3.774 15 Tanah Pinem 439,40 10.255 10.293 20.548 46,76 5.742 JUMLAH 1.927,77 137.918 138.320 276.238 143,29 67.434 Sumber: BPS Kabupaten Dairi
[image:55.595.117.572.192.594.2]Dairi terdiri dari 15 Kecamatan dan 169 Desa/kelurahan. Desa/kelurahan yang dijadikan tempat penelitian adalah Kelurahan Batang Beruh (Kecamatan Sidikalang), Desa Pegagan Julu VIII (Kecamatan Sumbul), Kelurahan Panji Dabutar (Bako) dan Sitinjo II (Kecamatan Sitinjo), dan Desa Tiga Lingga (Kecamatan Tiga Lingga).
Secara administrasi batas-batas wilayah Kabupaten Dairi dapat diuraikan sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Aceh Tenggara Sebelah Selatan : Kabupaten Pakpak Bharat
Sebelah Timur : Kabupaten Samosir Sebelah Barat : Provinsi Aceh
3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian
Penulis menggunakan penggabungan kedua metode penelitian ini untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Ini disebabkan karena hasil analisis (yang cenderung statistik) akan mendapatkan informasi yang lebih mendalam jika digunakan penelitian kualitatif sebagai tambahan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat tutur yang bersuku Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi, yakni berjumlah 33701 orang. Mengingat jumlah populasi khusus Penutur bahasa Pakpak Dairi besar di Kabupaten Dairi, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi. Penentuan Sample dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus penentuan sampel Taro Yamane yang menyatakan bahwa untuk penelitian survei nilai d = 0,1 (Riduwan, 2008), yakni:
Keterangan:
n : Besarnya sampel N : Besarnya populasi
D : Tingkat kepercayaan (0,1)
dari 33 responden, yakni 33 kelompok remaja (12-25 tahun), 33 kelompok dewasa (26-45 tahun), dan 33 kelompok orang tua (46-65 tahun).
Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh responden adalah sebagai berikut. 1. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan;
2. Usia responden 12-65 tahun, yang dibagi ke dalam kelompok remaja (12-25 tahun), kelompok dewasa (26- 45 tahun) dan kelompok orang tua (46-65 tahun).
3. Merupakan warga setempat dan bersuku Pakpak Dairi (pihak ayah dan ibu bersuku Pakpak Dairi dan tidak melakukan perkawinan silang);
4. Memiliki kebanggaan terhadap bahasanya; 5. Dapat berbahasa Indonesia.
3.4 Data dan Sumber Data
Data adalah sesuatu yang dapat dianalisis. Data tidak hanya berbentuk angka-angka, tetapi juga perilaku dan sikap (Mantra, 2004:128). Selanjutnya, Alwi (2005:319) mengatakan bahwa data adalah kenyataan yang ada yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyelidikan. Jadi, data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari lapangan, baik itu melalui pengamatan, kuesioner, wawancara dan lain-lain.
dan BPS. Selanjutnya, data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil rekaman (percakapan penutur) dan hasil wawancara tak terstruktur. Sumber data kualitatif diperoleh dari responden. Data utama dalam penelitian ini adalah hasil kuesioner yang disebarkan kepada para responden. Selanjutnya, data statistik yang diperoleh dari BPS, hasil rekaman, dan hasil wawancara tak terstruktur merupakan data pendukung.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode survei, metode observasi dan metode wawancara. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, observasi partisipasi dan non partisipasi, dan wawancara tak terstruktur. Data utama yang dijaring adalah pengakuan diri ( self-report) pada tiga kelompok, yakni kelompok remaja, dewasa dan usia lanjut. Pembagian kelompok berdasarkan umur, yakni kelompok remaja (12-25 tahun), dewasa (26-45 tahun), dan kelompok orang tua (46-65 tahun) (Depkes, 2009).
ranah pekerjaan. Ranah menunjuk jenis situasi tempat penggunaan ragam bahasa, sedangkan peristiwa bahasa sebagai persilangan tindak ujaran, lingkungan dan waktu tertentu (Siregar, 1998:52). Peristiwa bahasa yang digunakan di dalam analisis ini adalah bercakap-cakap santai dan marah. Kuesioner ini hanya ditujukan kepada masyarakat Pakpak Dairi saja dan kuesioner merupakan data utama dalam penelitian ini.
3.6 Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis atau diolah untuk mendapatkan temuan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis Miles dan Huberman. Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:147). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan nomor 1 (satu) dengan menggunakan SPSS, yakni mendeskripsikan tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Untuk mendapatkan hasil mengenai kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi, digunakan skalabilitas. Skalabilitas adalah ukuran tingkat pemertahanan bahasa. Menurut Sumarsono (2004:225) mengatakan bahwa skalabilitas masih dianggap sahih jika mencapai paling sedikit 85%. Dengan kata lain, jika tingkat pemertahanan bahasa Pakpak Dairi mencapai ≥85%, penggunaan bahasa Pakpak Dairi dikatakan bertahan. Namun, apabila
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data permasalahan nomor 1 adalah sebagai berikut:
1. Setelah data terkumpul, kemudian data dimasukkan ke dalam SPSS. Untuk mempermudah diberi kode seperti yang terlihat pada lampiran (lampiran master data untuk kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua). Misalnya untuk pertanyaan 17 (lampiran I, angket untuk remaja). Dalam master data pertanyaan 17 diberi kode P.17, jika responden memilih bahasa Pakpak Dairi yang digunakan saat berbicara dengan ayah/ibu diberi kode 1, kode 2 untuk bahasa Batak Toba, kode 3 untuk bahasa Indonesia, kode 4 untuk bahasa daerah lain.
2. Setelah seluruh data dimasukkan ke dalam SPPS, geser kursor/klik analisis dan pilih analisis deskriptif. Kemudian pilih frekuensi untuk mengetahui persentase dan masukkan kategori yang dicari persentasenya dan selanjutnya, klik OK. setelah mengklik OK, temuan akan diperoleh. Misalnya, untuk mengetahui frekuensi penggunaan bahasa saat berbicara dengan ayah/ibu, klik analisis dan pilih analisis deskriptif. Kemudian di monitor akan muncul beberapa pilihan, klik frekuensi. Selanjutnya, masukkan kategori ayah/ibu ini ke dalam kolom variabel dan klik OK. Di monitor akan muncul secara otomatis frekuensi penggunaan bahasa Pakpak Dairi ketika berbicara dengan ayah/ibu setelah mengklik OK.
Selanjutnya, analisis Miles and Huberman adalah menganalisis data dengan mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan (Miles, 1994:10-13).
Bagan 3.1 Analisis Data Model Miles and Huberman
Setelah data terkumpul, data direduksi dan setelah itu data disajikan dan ditarik kesimpulan. Seluruh data percakapan yang diperoleh dari lapangan akan direduksi untuk menentukan penggunaan bahasa Pakpak Dairi pada setiap ranah. Data percakapan tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan ranah dan dikelompokkan juga data percakapan yang di dalam percakapan tersebut ada unsur-unsur bahasa lain menurut ranah berbicara dan lain sebagainya . Dan kemudian disajikan (lihat lampiran data observasi). Setelah disajikan, ditarik kesimpulan dari masing-masing percakapan untuk menentukan pola pemertahanan bahasa Pakpak Dairi pada setiap ranah dan faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi.
Selanjutnya, analisis permasalahan nomor 2 dan 3 juga dilakukan selama pengumpulan data. Ketika penulis melakukan wawancara tak berstruktur dan
Pengumpulan Data
Penyajian data
Reduksi Data
3.7 Kerangka Kerja Penelitian
Bagan 3.2 Kerangka Kerja Penelitian
Sosiolinguistik
Internal eksternal
Bahasa Pakpak Dairi
Globalisasi
Gejala sosial Unsur-unsur
Global
Budaya Lokal Sosial
Unsur-unsur Budaya
Analisis statistik deskriptif & Analisis Miles and Huberman
Temuan
Pemertahanan bahasa Pakpak Dairi dalam masyarakat
multilingual
Metode survei, metode observasi dan metode wawancara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Pengantar
Penelitian ini memaparkan pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Pemaparan pertama diawali dengan mendeskripsikan kondisi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi. Dalam hal ini, identitas sosial responden, penggunaan bahasa Pakpak Dairi menurut kelompok umur, penggunaan bahasa Pakpak Dairi berdasarkan ranah, hubungan peran, dan peristiwa bahasa, sikap bahasa, pemilihan bahasa menjadi bahasan dalam kajian ini. Pemaparan kedua dilanjutkan dengan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi. Pemaparan ketiga dilanjutkan dengan mengemukakan upaya-upaya pemertahanan bahasa Pakpak Dairi di Kabupaten Dairi.
4.2 Identitas Sosial Responden
4.2.1 Jenis Kelamin
[image:66.595.118.430.226.398.2]Berdasarkan angket yang disebarkan pada responden, diperoleh rincian identitas sosial responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki 60,6% dan perempuan 39,4% pada kelompok remaja. Selanjutnya, pada kelompok dewasa, responden yang berjenis kelamin laki-laki 60,6% dan perempuan 39,4%. Pada kelompok orang tua, responden yang berjenis kelamin laki-laki 51,5% dan perempuan 48,5%.
4.2.2 Agama
Dari angket yang disebarkan kepada para responden, diperoleh data mengenai identitas sosial responden menurut agama responden pada tabel di bawah ini.
No Jenis kelamin berdasarkan kelompok
Frekuensi (f) Persentase (%) 1
2
3
Kelompok remaja Laki-laki
Perempuan
Kelompok dewasa Laki-laki
Perempuan
Kelompok orang tua Laki-laki
Perempuan
20 13 20 13 17 16
[image:66.595.118.431.230.397.2]Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Rerdasarkan Agama
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden pada kelompok remaja yang beragama Islam 45,4%, Kristen Protestan 39,4%, dan Katholik 15,2%. Selanjutnya, responden pada kelompok dewasa yang beragama Islam 33,3%, Kristen Protestan 63,7%, Katholik 3,0%. Kemudian, responden pada kelompok orang tua yang beragama Islam 27,3%, Kristen Protestan 69,7%, dan Katholik 3,0%.
4.2.3 Pendidikan
Dari angket yang disebarkan kepada para responden, diperoleh data mengenai identitas sosial responden menurut pendidikan responden pada tabel di bawah ini.
No. Agama berdasarkan kelompok
Frekuensi (f) Persentase (%) 1 2 3 Kelompok remaja Islam Kristen Protestan Katholik Kelompok dewasa Islam Kristen Protestan Katholik
[image:67.595.122.438.126.324.2]Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 di atas menunjukkan perincian pendidikan masing-masing responden pada tiap kelompok. Pada kelompok remaja, pendidikan responden pada tingkat SD 21,2%, SMA/sederajat 63,6%, PT 15,2%. Selanjutnya, pendidikan responden pada kelompok dewasa untuk tingkat SMP/sederajat 21,2%, SMA/sederajat 45,5%, dan S1 33,3%. Pada kelompok orang tua, pendidikan responden pada tingkat pendidikan SD 15,2%, SMP/sederajat 36,4%, SMA/sederajat 42,4% dan S1 6,0%. Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden adalah pada tingkat SMA/sederajat.
4.2.4 Pekerjaan
Dari angket yang disebarkan kepada para responden, diperoleh data mengenai identitas sosial responden menurut pekerjaan responden pada tabel di bawah ini.
No Pendidikan berdasarkan kelompok
Frekuensi (f) Persentase (%) 1. 2 3 Kelompok remaja SD SMA/Sederajat PT Kelompok dewasa SMP/Sederajat SMA/Sederajat S1
[image:68.595.115.436.125.339.2] [image:68.595.122.430.127.337.2]Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Identitas Sosial Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa seluruh kelompok remaja memiliki pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa 100%. Selanjutnya, beberapa responden pada kelompok dewasa memiliki pekerjaan sebagai PNS 18,2%, Bibelvrow 3,0%, Wiraswasta 12,1%, Karyawan/Buruh 9,1%, Petani 54,6%, dan Ibu rumah tangga 3,0%. Dan untuk kelompok orang tua, beberapa responden memiliki pekerjaan sebagai PNS 15,2%, Wiraswasta 30,3%, Bidan 3,0%, dan Petani 51,5%. Berdasarkan rincian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang dominan atau mata pencaharian utama responden adalah bertani.
4.3 Latar Belakang Kebahasaan
Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Kabupaten Dairi terdiri atas berbagai macam suku, yakni suku Batak Toba 72,50%, suku Pakpak Dairi 12,20%, suku Karo 9,50 %, suku Melayu 0,46%, suku Mandailing 0,37%, suku
No Jenis pekerjaan berdasarkan kelompok
Frekuensi (f) Persentase (%) 1. 2 3 Kelompok remaja Pelajar/Mahasiswa Kelompok dewasa PNS Bibelvrow Wiraswasta Karyawan/Buruh Petani
[image:69.595.122.430.127.351.2]Simalungun 1,81%, suku Nias 0,47%, suku Minangkabau 0,39%, suku Jawa 1,75%, suku Cina 0,14% , suk