• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri Akut pada Post Operasi colostomy di RSUD.dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ; Nyeri Akut pada Post Operasi colostomy di RSUD.dr. Pirngadi Medan"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan Pada Tn. E dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Dengan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman ;

Nyeri Akut pada Kasus Post Operasi Colostomy

di RSUD. dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Vovy Permata Sari

112500071

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

Lembar Pengesahan

KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan

Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ;

Nyeri Akut pada Post Operasi Colostomy

Di RSUD. dr. Pirngadi Medan

(3)

KATA PENGANTAR

“Bismillahhirrohmannirohim”

Sembah sujud syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan hanya izinnya dan ridhonya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman ;

Nyeri Akut pada Post Operasi colostomy di RSUD.dr. Pirngadi Medan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwasany amakalah ini jauh dari

kesempurnaan.Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Adapun maksud dan tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan di

FakultasKeperarwatan USU.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,

baik isi dan makna maupun tata bahasa tata cara penulisan oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam pembuatan

Karya Tulis Ilmiah ini dimana beliau telah meluangkan waktunya dan kesempatanya

untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, M.Kep selaku Pembantu Dekan II

4. Bapak Ikhsannudin A Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Fakultas

Keperawatan USU.

(4)

Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan

penghargaan yang sebesar-besarnya beserta ucapan rasa terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada :

1. Terutama sekali sembah sujud ananda serta ucapan terima kasih yang sangat

mendalam ananda persembahkan kepada kedua orang tua yang telah mendidik

dan membesarkan ananda dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dan juga

do’a yang tak pernah henti-hentinya serta dukungan baik moril maupun materil

serta do’a tulusnya sehingga ananda sukses dalam menempuh perkuliahan ini,

ananda berjanji tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan ayahanda dan ibunda.

Semoga ALLAH SWT selalu memudahkan rezeki, dan selalu melindungi ayah

bundaku, Amiiin.

2. Kepada Adiksaya Nia Riski Termiara dan Tri Puthri Maharani serta keluargayang

terus memberikan motivasi bagiku dan memberikan bantuan baik secara materil

maupun moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Serta teman-teman: Nurhayani safitri, Herti Sigalingging, Elita Sidabutar, Marina

Safitri, Fitria Sawitri, Sarah Linda Ginting, Ade Irawati, Elisa Putri, dan

teman-teman C1 yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

4. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i DIII keperawatanFakultasKeperawatan USU.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita

semua dan semoga karya tulis ilmiah ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi kita semua. Amin

Medan, 19juni 2014

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

LembarPengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Bab I Pendahuluan 1.1LatarBelakang ... 1

1.2Tujuan ... 3

1.3Manfaat ... 3

Bab II PengelolaanKasus 2.1 KonsepDasarNyeri ... 4

2.2 KonsepDasarAsuhanKeperawatandenganMasalah KebutuhanDasarNyeri ... 11

2.2.1 Pengkajian ... 11

2.2.2 Analisa Data ... 13

2.2.3 RumusanMasalah ... 14

2.2.4 Perencanaan... 14

2.3 AsuhanKeperawatanKasus ... 15

2.3.1 Pengkajian ... 15

2.3.2 Analisa Data ... 18

2.3.3 RumusanMasalah ... 19

2.3.4 Perencanaan... 20

2.3.5 Implementasi ... 22

2.3.6 Evaluasi ... 23

Bab III Kesimpulan dan Saran 3.1 Kesimpulan ... 27

3.2 Saran ... 27

DaftarPustaka ...

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini

dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Nyeri adalah suatu fenomena yang sering

dijumpai oleh petugas kesehatan terutama perawat. International Association for the

Study of Pain, IASP (2011) mendefenisikan nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau

potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (IASP,

1979 dikutip dari Potter & Perry, 2005).

Pada peninjauan selanjutnya nyeri harus dimengerti sebagai pengertian yang

mewakili rasa majemuk, yaitu kombinasi segala komponen rasa protopatik (kepekaan

terhadap rangsangan sakit dan suhu yang daya pembedanya rendah atau kurang).

Seorang perawat yang menduga nyeri pada klien yang menyangkal nyeri harus

menggali bersama klien terhadap dugaan nyeri, seperti pernyataan bahwa gangguan atau

prosedur biasanya menimbulkan nyeri, atau bahwa klien meringis saat bergerak atau

menghindari gerakan (Muttaqin, 2011).

Salah satu penyakit yang menimbulkan nyeri adalah Karsinoma kolorectal / kanker

colon/ usus besar. Karsinoma kolorectal yaitu tumbuhnya sel kanker yang ganas di

dalam permukaan usus besar atau rectum. Kanker colon suatu pertumbuhan sel yang

bersifat ganas yang tumbuh pada colon dan menginvasi jaringan sekitarnya.Faktor

genetik kadang berperan walaupun jarang. Kekurangan serat dan sayur hijau serta

kelebihan lemak hewani dalam diet merupakan faktor resiko Karsinoma kolorectal

(Haryono, 2012).

Menurut WHO (2009), terdapat lebih dari 940.000 kasus berupa pada kondisi

kanker kolorektal dan sekitar 50.000 kematian dihubungkan dengan kondisi kanker

kolorectal. Di RSUD dr. Pirngadi Medan dari 34 kasus pendarahan per anus yang

dilakukan melaui pemeriksaan colonoscopy, 32 persen terdeteksi mengidap kanker

kolorektal. Sementara di RSCM beberapa tahun lalu ditemukan 224 kasus kanker.

Bahkan pada tahun 2001, persentasenya meninggkat menjadi 50 persen (Muttaqin,

(7)

Colostomy adalah membuat ostomi atau stoma di kolon. Dibentuk bila usus

tersumbat oleh tumor, sebagai pengeluaran feses permanen bila kolon bagian distal dan

rektum diangkat/dibuang. Colostomy diberikan nama berdasarkan: assending

colostomy, transversecolostomy, desending coloctomy, dan sigmoid colostomy.

Colostomy sigmoid sering permanen, sebagian dilakukan untuk kanker rectum.

Biasanya dilakukan selama pemotongan abdomino perineal. Prosedur ini meliputi

pengangkatan kolon sigmoid, rectum dananusmelalui insisi perinealdan abdominal.

Saluran anal ditutup dan stoma dibentuk dari kolon sigmoid proximal, stoma berlokasi

dibagian bawah kiri abdomen (Harahap, 2006).

Nyeri dapat digambarkan sebagai sesuatu pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan. Kapasitas jaringan

untuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut mendapat rangsangan yang

menganggu bergantung pada keberadaan nosiseptor. Nosiseptor adalah saraf aferen

primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf

nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu,

listrik, atau kimiawi yang menimbulkan nyeri. Berdasarkan durasinya nyeri dapat

diklasifikasikan sebagai akut dan kronik (Wilson, 2005).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan

meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual, potensial, digambarkan dalam

istilah seperti kerusakan, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan

sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi dan durasinya kurang dari 6 bulan

sedangkan nyeri kronis durasinya lebih dari 6 bulan (Potter & Perry, 2005).

Prototipe untuk nyeri akut adalah nyeri untuk pasca operasi. Kualitas, intensitas, dan

durasi nyeri berkaitan dengan sifat prosedur bedah. Setiap trauma bedah, menyebabkan

kerusakan jaringan. Zat-zat yang menimbulkan nyeri yang dibebaskan kedalam

menyebabkan nyeri paska operasi yang lebih besar karena adanya gerakan nafas atau

spasme otot. Nyeri insisi umunya terasa tajam dan terlokalisasi dengan jelas karena kulit

dan jaringan subkutis memiliki banyak noisiseptor (Wilson, 2005).

Berdasarkan hasil pengkajian saat melakukan praktek keperawatan pada tanggal 3

Juni 2014 di rumah sakit RSUD dr. Pirngadi Medan, sebagian besar pasien dengan post

insisi operasi colostomy mengakibatkan munculnya masalah nyeri, peneliti menjumpain

Tn. E dengan post operasi colostomy hari ke-III dengan keluhan nyeri didukung oleh

(8)

panas dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8 (0-10), nyeri bertambah saat merubah

posisi dan pasien tampak lemah dan meringis kesakitan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan pengelolahan kasus

keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Asuhan Keperawatan

pada Tn. E dengan prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Aman Nyaman;

Nyeri Akut pada Post Operasi Colostomy di RSUD. dr. Pirngadi Medan”.

1.2Tujuan

Untuk menyelesaikan program DIII Keperawatan.

1.3Manfaat

a. Bagi Praktik Keperawatan

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat asuhan

keperawatan yang sistematis dan sesuai dengan konsep keperawatan.

b. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil Karya Tulis Ilmiah yang diperoleh dapat dijadikan konstribusi bagi

peningkatan pendidikan keperawatan dan pengembangan ilmu keperawatan.

c. Bagi Kebutuhan Klien

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara memenuhi

(9)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1

Konsep Dasar Nyeri 2.1.1 Defenisi

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan

maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

(Tamsuri, 2007).

Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International Association for

the Study of Pain, IASP) mendefenisikan nyeri sebagai suatu “sensori subjektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang aktual atau potensi atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di

mana terjadi kerusakan” (IASP, 1979 dikutip dari Potter & Perry).

Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi

ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai

penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantasi

luka.

Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila

yang mengalaminya mengatakan bahwa rasa itu ada. Definisi ini tidak berarti

bahwa anak harus mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui

menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip

dari Betz & Sowden, 2002).

Rasa nyeri dapat disebabkan oleh terjadinya kerusakan saraf sensorik atau

juga diawali rangsangan aktivitas set T ke korteks serebri dan menimbulkan

persepsi nyeri. Jadi, nyeri sesungguhnya adalah respon tubuh yang disebabkan

adanya salah satu atau beberapa rangsang yang mengenai bagian tubuh.

Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian nyeri:

a. Menurut Mc.Coffery (1979)

Nyeri adalah suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang

keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut mengalaminya.

(10)

Nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau

perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

c. Arthur C. Curton (1983)

Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan

sedang dirusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rangsangan nyeri.

d. Scrumum

Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya

rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti

reaksi fisik, fisiologi, dan emosional.

2.1.2 Fisiologi Nyeri

Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses

penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor

atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini

mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan

ke sum-sum tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan

memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor

yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.

Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat

kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p,

dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan

menyampaikan impuls ke otak (Torrance & Serginson, 1997).

Menurut Smeltzer & Bare (2002) kornu dorsalis dari medula spinalis dapat

dianggap sebagai tempat memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan

serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara

sistem neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada

otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks

serebri.

Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus

diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak

dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis

(11)

menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini

disebut “gerbang” (Gating Mechanism). Mekanisme pintu gerbang ini dapat

memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai di korteks

serebri dan menimbulkan persepsi nyeri. Kecendrungan alamiah gerbang adalah

membiarkan semua input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan nyeri.

Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa perlawanan, akibatnya sistem

yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem asenden

menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri (Smeltzer

& Bare, 2002).

2.1.3 Klasifikasi Nyeri

Menurut Taylor (1993) nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti berbagai macam

gangguan, terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai setelah

detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini

berhubungan dengan kerusakan jaringan, ini bersifat terus-menerus atau

intermitten.

1. Berdasarkan lokasinya

a. Cutaneus/ superficial

Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai

sensasi yang tajam seperti nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan.

Contoh: terkena ujung pisau, jarum suntik atau gunting.

b. Nyeri alih/ referred

Nyeri terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat

terasa dengan berbagai karakteristik. Merupakan fenomena umum dalam

nyeri karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Jalan masuk

neuron sensori dari organ yang terkena ke dalam segmen medulla spinalis

sebagai neuron dari tempat asal nyeridirasakan.

Contoh: Infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan

kiri dan bahu kiri.

(12)

Nyeri bersifat difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Nyeri

berlangsung lebih lama dan nyeri dapat terasa tajam, tumpul, atau unik

tergantung organ yang terlibat.

Contoh: Sensasi pukul mis. Angina pektoris, dan sensasi terbakar mis.

Ulkus lambung(Potter & Perry, 2005).

2. Berdasarkan penyebab:

a. Fisik

Nyeri yang bisa terjadi karena stimulus fisik.

Contoh : fraktur femur.

b. Psycogenetic

Nyeri yang terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diindentifikasi,

bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari

Contoh: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.

Biasanya nyeri terjadi perpaduan dua sebab tersebut.

3. Berdasarkan lama/ durasinya

Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis:

a. Nyeri akut

Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cidera

spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik,

nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut

didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung beberapa detik hingga enam

bulan (Brunner & Suddarth, 1996).

Nyeri akut secara serius mengancam proses serius mengancam proses

penyembuhan klien, harus menjadi prioritas perawatan. Misalnya, nyeri

pasca operasi yang akut menghambat kemampuan klien untuk terlibat aktif

dan meningkatkan risiko komplikasi akibat imobilisasi. Kemajuan fisik atau

psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena

klien memfokuskan semua perhatiannya pada upaya untuk mengatasi nyeri

(Potter & Perry, 2005).

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang satu periode waktu. Nyeri kronis tidak mempunyai awitan yang

(13)

memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya. Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang

berlangsung selama enam bulan atau lebih (Brunner & Suddarth, 1996

dikutip dari Smeltzer 2001).

Nyeri kronik disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol atau

pengobatan kanker tersebut, atau gangguan progresif lain, yang disebut

nyeri yang membandel atau nyeri maligna. Nyeri ini dapat terus

berlangsung terus sampai kematian (Potter & Perry, 2005).

2.1.4 Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja sel saraf besar dan kesil

yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada saraf

besar akan meningkatkan aktivitas subtansi gelatinosa yang mengakibatkan

tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan

menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan seraf besar

dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan

dikembalikan ke dalam medula spinalis melalui eferen dan reaksinya

memengaruhi aktivitas substansi dan membuka pintu mekanisme, sehingga

merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan

rangsangan nyeri (Potter & Perry, 2005).

2.1.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi

pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus

mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang

mengalami nyeri. Hal ini sangat penting dalam pengkajian nyeri yang akurat

dan memilih terapi nyeri yang baik.

a. Usia

Menurut Potter &Perry (1993) usia adalah variabel penting yang

mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan

perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat

mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.

Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa

(14)

Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai

kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada

orang tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga

perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi

(Tamsuri, 2007).

Seorang perawat harus menggunakan teknik komunikasi yang sederhana

dan tepat untuk membantu anak dalam membantu anak dalam memahami

dan mendeskripsikan nyeri. Sebagai contoh, pertanyaan kepada anak, “

Beritahu saya dimana sakitnya?” atau “apa yang dapat saya lakukan untuk

menghilangkan sakit kamu?”. Hal-hal diatas dapat membantu mengkaji nyeri

dengan tepat.

Perawat dapat menunjukkan serangkaian gambar yang melukiskan

deskripsi wajah yang berbeda, seperti tersenyum, mengerutkan dahi atau

menangis. Anak-anak dapat menunjukkan gambar yang paling tepat untuk

menggambarkan perasaan mereka.

b. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai

perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih

diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam

ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh

menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama.

Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry,

1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih

banyak dibandingkan dengan pria.

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh

kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri

(Calvillo & Flaskerud, 1991).

Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya

pasien dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat

(15)

atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang budaya yang

lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang

mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku

berbeda dari satu pasien ke pasien lain.

Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami

mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya

membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan

harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan

budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien

dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku

terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer&

Bare, 2003).

d. Perhatian

Gill (1990) mengungkapkan bahwa tingkat seorang klien memfokuskan

perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya

pengalihan(distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun.

e. Ansietas

Gill (1990) mengungkapkan hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat

kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga

dapat menimbulkan suatu perasaan ansientas. Pola bangkitan otonom adalah

sama dalam nyeri dan ansietas.

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan

nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak

memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri

juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif

menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau

berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap

nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi

pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum,

cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan

(16)

f. Keletihan

Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan

koping. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri

bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah

individu mengalami suatu periode tidur yang lelap dibanding pada akhir

yang melelahkan.

g. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang

dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan

yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi

nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut

menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut

mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak

adekuat.

Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak

kejadian nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri

masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti padda nyeri

berkepanjangan atau kronis dan persisten.

Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman

sebelumnya menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap

pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan

tepat dan adekuat, individu mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri

dimasa mendatang dan mampu mentoleransi nyeri dengan baik (Smeltzer &

Bare, 2002).

h. Dukungan Keluarga dan Support Sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah

kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan

nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau

melindungi. Ketidak hadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan

membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal

khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter &

(17)

2.2Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman (Nyeri)

2.2.1 Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan data dasar untuk

menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang

cocok, dan mengevaluasi respon pasien terhadap terapi. Walaupun pengkajian

nyeri aktifitas yang paling umum dilakukan perawat, pengkajian nyeri

merupakan salah satu yang paling sulit dilakukan. Perawat harus menggali

pengalaman nyeri dari sudut pandang pasien. Penting untuk mengimprestasi

secara cermat tanda-tanda nyeri dan untuk mengingat bahwa komponen fisik

dan psikologis dari suatu nyeri mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.

Keuntungan pengkajian nyeri bagi pasien adalah bahwa nyeri diindentifikasi,

dikenal sebagai suatu yang nyata dapat di ukur, dan dapat di jelaskan, serta

digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Mc Guire, 1992).

Pengkajian nyeri yang benar memungkinkan petugas kesehatan untuk

menetapkan status nyeri pasien, lebih bertanggung jawab dan bertanggung gugat

terhadap perawatan yang diberikan, dan lebih berorientasi kepada sifat

kemitraan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri.

Dalam mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa komponen yang

harus diperhatikan :

1. Penentuan ada tidaknya nyeri

Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, harus mempercayai ketika

pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi tidak

ditemukan adanya cedera atau luka.

2. Karakteristik nyeri ( Metode P, Q, R, S, T)

a. Faktor pencetus ( P : Provocate)

Mengakaji tentang penyebab atau stimulus- stimulus nyeri pada klien,

dalam hal ini juga dapat melakukan observai bagian- bagian tubuh yang

mengalami cedera. Menanyakan pada klien perasaan-perasaan apa yang dapat

(18)

b. Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh

klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam,

tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk dimana

tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang

dirasakan.

c. Lokasi (R: Region )

Untuk mengakji lokasi nyeri maka meminta klien untuk menunjukkan

semua bagian / daerah dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi

nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah

nyeri dan titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri

yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

d. Keparahan (S: Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang

paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan

nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.

e. Durasi (T: Time)

Menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaiian

nyeri. Menanyakan “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri

dirasakan?”.

Pengkajian nyeri dengan menggunakan skala numerik merupakan alat yang

paling umum yaitu dengan menggunakan angka 0-10. Angka 0 tidak ada nyeri,

angka 1-3 adalah nyeri ringan,angka 4-5 adalah nyeri sedang, angka 6-8 adalah

nyeri hebat, angka 9 adalah nyeri sangat hebat dan angka 10 adalah nyeri paling

(19)

2.2.2 Analisis Data

Diagnosa keperawatan mengidentifikasi nyeri berdasarkan pengumpulan

data yang selama pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang

mengidentifikasikan ada atau risiko terjadi masalah.

Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA untuk Nyeri

Ansietas yang berhubungan dengan:

- Nyeri yang tidak hilang

Nyeri yang berhubungan dengan:

- Cedera fisik atau trauma

- Penurunansuplai darah ke jaringan

(20)

Nyeri kronik yang berhubungan dengan:

- Jaringan parut

- Kontrol nyeri yang tidak adekuat

Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan:

- Nyeri maligna kronik

Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :

- Nyeri punggung bagian bawah

Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan:

- Nyeri kronik ‘

Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :

- Nyeri muskuloskeletal

- Nyeri insisi

Risiko cedera yang berhubungan dengan:

- Penurunan resepsi nyeri

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan:

- Nyeri muskulokeletal

Disfungsi seksual yang berhubungan dengan:

Nyeri artritis panggul

2.2.3 Rumusan Masalah

Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah nyeri bisa pula

dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA, label

diagnosis untuk masalah nyeri meliputi Gangguan mobilisasi fisik. Sedangkan label

diagnosis dengan masalah nyeri sebagai etiologi bergantung pada erea fungsi atau

sistem yang dipengaruhi (Wahid, 2008).

2.2.4 Perencanaan

Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami

gangguan nyeri, bergantung pada diagnosis dan batasan karakteristik

masing-masing individu. Menurut sigit (2010), beberapa tujuan pada pasien yang

mengalami masalah nyeri:

1. Mampu dalam teknik relaksasi secara individual dan mengontrol nyeri setelah

(21)

2. Mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk

memodifikasi faktor penyebab nyeri.

3. Mampu memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk

mencapai kenyamanan.

4. Mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.

5. Mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.

6. Dapat menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat

dirumah.

Perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang bermasalah dalam

nyeri. Perawat merencanakan terapi sesuai dengan skala nyeri klien, dan

perencanaan bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan,

dan gaya hidup.

Rencana keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut:

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal

2. Ekspresi wajah tampak tenang dan rileks

3. Nyeri berkurang

4. Skala nyeri 3

5. Perasaan senang secara fisik dan psikologis meningkat

6. Klien bisa tidur nyenyak (NANDA, 2012).

2.3

Asuhan Keperawatan Kasus

Dalam sub bab ini akan dijelaskan asuhan keperawatan yang dilakukan

kepada Tn. E dengan post operasi colostomy atas indikasi cancer recti yang

dilaksanakan pada tanggal 29 april 2013. Asuhan keperawatan ini dimulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

2.3.1 Pengkajian

1. Biodata

Berdasarkan pengkajian tanggal 3 juni 2014 menggunakan metode pengumpulan

data. Berdasarkan catatan keperawatan sebelumnya bahwa pasien yang bernama

Tn. E, umur 36 tahun, agama islam, alamat jln. Kapral Galung, Sibolga dengan

diagnosa medis Ca. colon, pekerjaan wiraswasta, pendidikan tamat SMA. Dan

(22)

2. Keluhan utama

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 3 juni 2014 Tn. E mengeluh nyeri

dibagian perutnya terasa seperti ditusuk-tusuk, saat klien bergerak atau ingin

duduk terasa nyeri yang luar biasa sehingga klien sulit bergerak dan duduk. Dan

klien berharap bisa melakukan aktivitasnya.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Nyeri yang dirasakan oleh klien karena akibat dari penyakitnya post operasi

colostomy. Klien sering merasakan nyeri di sekitar abdomen sebelah kiri jika

terlalu banyak bergerak. Nyeri hilang jika klien istirahat atau mendapatkan

terapi farmakologi. Nyeri dirasakan menyebar di bagian abdomen. Jika klien

merasakan nyeri, wajah pasien terlihat pucat, gelisah, dan meringis kesakitan

saat dikaji nyeri pada skala 8. Keadaan ini sangat mengganggu aktivitas klien,

karena nyeri dapat timbul secara tiba-tiba. Hal ini sudah dirasakan klien sejak

seminggu yang lalu sebelum dibawah ke RSUD. dr. Pirngadi Medan.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien tidak mempunyai riwayat penyakit masa lalu, sehingga klien tidak pernah

dirawat di rumah sakit sebelumnya. Klien tidak memiliki riwayat alergi, dan

klien mengatakan tidak mengingat apakah pernah imunisasi atau tidak.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Saat dilakukan pengkajian tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit

serius dalam tahun terakhir ini, tidak ada penyakit keturunan, dan tidak ada

anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti yang diderita klien.

Ayah dari orang tua klien sudah meninggal dunia akibat proses penuaan.

6. Pemeriksaan Fisik

Secara umum klien sadar tetapi lemah, meringis ketika nyeri dan dapat diajak

komunikasi dengan baik, dengan suhu tubuh 370 C, tekanan darah 130/70

mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, skala nyeri 8. Dalam melakukan

pengkajian dilakukan juga pemeriksaan Head to toe untuk memperoleh data

pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala dan rambut didapati

bentuk kepala bulat simetris, tidak ada benjolan pada ubun-ubun, kebersihan

kepala terjaga dan rambut tumbuh merata. Pada pemeriksaan wajah warna kulit

tampak sawo matang dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap

(23)

terhadap cahaya baik, kornea bulat merata, iris simetris berbatas jelas, ketajaman

penglihatan baik, tekanan bola mata baik.

Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi

simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada

pernafasan cuping hidung. Bentuk daun telinga normal, dan simetris, ukuran

telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman

pendengaran baik.

Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir agak kering, keadaan

gusi baik, gigi sehat dan tidak berlubang, keadaan lidah sedikit kotor. Posisi

trakea normal dan medial, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal

dan jelas. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena

jugularis, denyut nadi karotis teraba.

Pada pemeriksaan integumen terlihat sedikit kotor. Akral hangat, warna kulit

normal, tidak ada cianosis, turgor kulit baik, CRT< 2 detik, kelembaban kulit

baik, tidak ada kelainan pada kulit. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal,

simetris, pernafasan (frekuensi,irama) 22kali/ menit dan tidak ada tanda

kesulitan saat bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak

normal,suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara nafas vesikuler.

Pada pemeriksaan abdomen bentuk abdomen cembung, terdapat kantong

colostomi pada bagian kiri abdomen klien, tidak ada benjolan dan massa yang

terlihat. Pemeriksaan aulkultasi, palpasi dan perkusi tidak dilakukan tindakan

pengkajian karena klien masih merasa nyeri.

7. Pola Kebiasaan sehari-hari

Pasien biasa makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), kurang selera makan, tidak

mengalami mual dan muntah. Jumlah makanan setengah piring setiap makan,

jenis makanan lembek. Biasanya klien minum setiap haus saja, Tidak ada

kesulitan menelan saat makan dan minum.

8. Perawatan Diri/Personal Hygine

(24)

9. Pola Kegiatan/Aktivitas

Klien melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan terkadang klien

membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas. Walaupun keluhan nyeri

dirasakan klien tapi klien selalu berusaha untuk bergerak.

10. Pola Eliminasi

Klien menggunakan kantong colostomi pada bagian kiri abdomen bawah.

Karakter feses encer, tidak ada pendarahan, terakhir BAB pada saat setelah

pemasangan kantong colostomi, tidak pernah menggunakan laksatif. Klien BAK

2-4 kali per hari dengan karakteristik urine kurning, adanya nyeri pada saat BAK

karena adanya luka bekas operasi, dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit

batu ginjal.

2.3.2 Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

Keperawatan

1. DS:

- Tn. E mengatakan

nyeri pada insisi post

colostomi

- Tn. E mengatakan

tubuhny masih lemas

- P: Tn. E mengatakan

nyeri bertambah jika

merubah posisinya

- Q: nyeri seperti

ditusuk-tusuk

- R: nyeri di area

abdomen kiri bawah

- S: skla nyeri 8

Post operasi colostomy,

menimbulkan

kerusakan jaringan

kulit sehingga

menimbulkan zat neuro

transmitter yang

mentransfer kemedula

spinalis dimana akan

menimbulkan

rangsangan nyeri.

Nyeri pasca

operasi

(25)

DO:

- Ekspresi wajah klien

Tampak meringis

GCS : 8

- Klien tampak

menahan nyeri dan

lemah

TD: 130/70 mmHg

HR: 80x/menit

RR: 22x/menit

T : 37 °

- Tampak kemerahan

pada daerah post

operasi

- Klien terlihat

menahan nyeri dan

menyebabkan klien

kesulitan dalam

melakukan

aktifitas/mobilisasi

2.3.3 Perumusan Masalah

Masalah Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman; nyeri

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka insisi

post operasi colostomi pada abdomen di tandai dengan pasien mengeluh

nyeri pada luka, nyeri seperti ditusuk-tusuk, tampak cemas, pucat, gelisah,

meringis kesakitan, dan nyeri bertambah saat merubah posisi skala nyeri: 8

(26)

2.3.4 Perencanaan Keperawatan

Hari/

tanggal No.

DX PerencanaanKeperawatan

Rabu

04 juni

2014 1

Tujuan dan Kriteria Hasil:

- Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang

dirasakan oleh klien hilang atau tidak dirasakan lagi.

- Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif

untuk mencapai kenyamanan.

- Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan

pergerakkan yang berarti sesuai toleransi. Pasien mengatakan

bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.

RencanaTindakan Rasional

Mandiri

a. Lakukan pengkajian

nyeri, catat lokasi,

dan karakteristik

nyeri (skala 0-10)

b. Mengukur tanda -

tanda vital setia 3 jam

sekali/ bila perlu

c. Mengobservasi

adanya rasa cemas/

takut sehubungan

dengan keadaan fisik

dan lingkungan.

d. Melakukan reposisi

sesuai jadwal dan

dengan teknik yang

a. Mengevaluasi derajat

ketidaknyamanan yang

terjadi pada pasien.

b. Mengetahui terjadinya

perubahan penyakit secara

dini

c. Rasa cemas dapat

mengakibatkan tegangan

otot meningkat.

d. Reposisi dapat mengurangi

rasa sakit dan meningkatkan

(27)

benar.

e. Mengajarkan teknik

relaksasi dengan

benar.

e. Melancarkan sirkulasi

darah.

Hari/

tanggal No.

DX PerencanaanKeperawatan

Kamis

05 juni

2014 2

Tujuan dan Kriteria Hasil:

1. Untuk mencegah terjadinya resiko infeksi yang

berkelanjutan. Meminimalkan proses penyebaran infeksi

dan metastase ke organ lain.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien

tidak akan mengalami infeksi akibat mikroorganis

melalui luka pembedahan.

3. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi

4. Memperlihatkan personal higiene yang adekuat

RencanaTindakan Rasional

Mandiri

a. Tekankan pentingnya

cuci tangan yang baik

untuk semua individu

yang dating kontak

dengan pasien.

b. Gunakan tekhnik

steril dalam perawatan

luka.

c. Observasi dan

Inspeksi luka terhadap

tanda-tanda infeksi

d. Gunakan teknik steril

pada waktu

b. Mencegah agar luka

tidak terinfeksi.

c. Mengetahui tanda –

tanda terjadinya

inflamasi secara dini.

d. Mencegah masuknya

(28)

penggantian kantong

colostomi, berikan

lokasi perawatan

seperti jalur invasif.

e. Pantau peningkatan

suhu tubuh/ hipertemi.

terhindar dari resiko

infeksi.

e. Peningkatan suhu

tubuh merupakan

indikator penyebaran

endotoksin pada

hipotalamus

2.3.5 Impementasi Keperawatan

No.Dx Hari/tanggal Pukul Implementasi Evaluasi

1 Rabu

dan karateristik nyeri (skala

0-10)

- Mengukur tanda-tanda vital

- Mengidentifikasi adanya rasa

cemas/ takut sehubungan

dengan keadaan fisik danl

ingkungan.

- Melakukan reposisi sesuai

jadwal dan dengan teknik yang

benar.

- Mengajarkan teknik relaksasi

dengan benar.

- Kolaborasi dengan dokter

dan bagian farmasi dalam

pemberianan algetik jika

diperlukan.

S:Klien

mengatakan nyeri

pada daerah luka

insisi post operasi

colostomi

O: klien tampak

meringis kesakitan

dengan skala 8

(29)

A: Masalah belum

- Melakukan tindakan cuci

tangan sebelum dan

sesudah melakukan

aktivitas/ keperawatan.

- Melakukan observasi dan

inspeksi luka terhadap

tanda-tanda infeksi

- Menggunakan teknik steril

pada waktu penggantian

balutan, berikan lokasi

perawatan seperti jalur invasif.

- Memantau peningkatan suhu

tubuh/hipertermi

akan terjadinya

infeksi

Setelah penulis membahas Asuhan Keperawatan pada pasien Post Operasi

Colostomidengan prioritas masalah gangguan rasa aman dan nyaman; Nyeri,

penulis akan membandingkan dengan konsep keperawatan Nyeri dan

masalah-masalah yang penulis temukan pada pasien saat pengkajian maupun intervensi yang

perawat berikan, serta evaluasi akhirnya.

Pada saat melakukan pengkajian keluarga pasien dapat diajak kerjasama

(30)

kesamaan dari data yang ada pada konsep dan data yang diperoleh langsung dari

pasien.

Berdasarkan rumusan masalah yang ada pada konsep dasar Nyeri, penulis

menemukan diagnosa yang sama yaitu gangguan rasa nyaman nyeri, selain itu

penulis menemukan masalah baru yang diperoleh dari pengkajian langsung kepada

pasien yaitu penulis menemukan adanya resiko terjadinya infeksi pada luka pasien

disebabkan luka insisi post operasi yang baru dialami oleh pasien.

Pada diagnosa yang pertama perawat mengkaji skala nyeri, durasi dan

intensitas nyeri pasien, ditemukan skala nyeri 8, durasi 10-15 menit dan nyeri terasa

di bagian abdomen sebelah kiri, perawat mengajarkan teknik relaksasi nyeri seperti

tarik napas dalam, hiburan dengan mengajak pasien bercerita tentang hobinya, dan

memantau tanda-tanda vital pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien,

setelah diberi intervensi selama empat hari nyeri yang dirasakan pasien berkurang

secara bertahap setiap harinya namun, pemberian analgesic (injeksi ketorolac) masih

dibutuhkan pasien untuk mengurangi rasa nyerinya tersebut. Hal ini membuktikan

bahwa pasien belum dapat mengontrol nyerinya dengan teknik relaksasi

sepenuhnya.

Pada diagnosa kedua perawat menemukan adanya resiko infeksi karena adanya

trauma pada jaringan atau kerusakan jaringan pada bagian post operasi Ca. colon,

dimana perawat harus menjaga dan memberikan personal hygien pada pasien agar

mencegah masuknya mikroorganisme kedalam luka post operasi. Dari intervensi

yang dilakukan, pasien mengatakan tidak adanya nyeri dan kebas pada bagian

abdomen. Dan pasien dapat melakukan aktifitas.

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus, maka

dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien, dan juga dilakukan

implementasi keeperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Lalu ditemukan

evaluasi yang menghasilkan analisa sebagai masalah belum teratasi. Dari tiga

masalah yang ditemukan masih belum dapat teratasi berhubungan dengan selesainya

(31)

BAB III

Kesimpulan dan Saran

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan gangguan kebutuhan

dasar aman dan nyaman dengan melakukan pembahasan kesenjangan antara teoritis

dengan kasus, maka pada kesempatan ini penulis menarik beberapa kesimpulan dan

memberikan beberapa saran sesuai dengan penerapan proses keperawatan yang penulis

lakukan pada klien sebagai berikut:

a. Kesimpulan

1. Pada tahap pengkajian data yang ditemukan pada klien Tn. E dengan

gangguan kebutuhan dasar aman dan nyaman (nyeri), klien memgatakan

nyeri di daerah bagian abdomen kiri seperti ditusuk-tusuk, klien terlihat

meringis kesakitan dengan skala nyeri 8 mengunakan skala 0-10, muka

tampak meringis, pucat, bibir kering, gelisah, TD 130/70 mmHg, HR

80x/menit, RR 20x/menit, Temp 370

2. Setiap masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. E dibuat suatu

perencanaan untuk memecahkan masalah yang disusun sesuai dengan

perencanaan dan prioritas masalah serta dengan sarana dan fasilitas yang

tersedia dirumah sakit.

C, klien mengatakan sulit melakukan

aktivitas dan apabila melakukan aktivitas nyerinya malah bertambah.

3. Implementasi yang dilakukan penulis pada Tn.E sesuia dengan rencana

tindakan yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan dengan sarana dan

fasilitas yang ada dirumah sakit.

b. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :

1. Bagi rumah sakit

Diharapkan lebih mengutamakan dan menjaga kesterilan alat serta lebih

mengutamakan kepentingan pribadi.

2. Bagi Perawat

a. Pada saat melakukan pengkajian pada klien , perawat berperan aktif,

(32)

selama menderita penyakit ini agar perawat menegakkan diagnosa

keperawatan yang aktif.

b. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan hendaknya diberitahukan kepada

klien untuk mempermudah melaksanakan intervensi keperawatan.

c. Dalam merencanakan pemecahan masalah hendaknya klien dan keluarga di

ikutsertakan, sehingga terjalin kerja sama yang baik untuk mempermudah

pemecahan masalah

d. Diharapkan kepada perawat memberikan healths education, kepada klien dan

keluarga agar rutin minum obat secara teratur, dosis tepat, waktu tepat dan

kepada keluarga mengawasi pemakaian obat selama 3 bulan untuk mencegah

kekambuhan (infeksi sekunder), mengurangi aktivitas dan menganjurkan

pada klien untuk cukup istirahat.

e. Menilai tingkat kebersihan terhadap pemecahan masalah, diharapkan kepada

perawat untuk melakukan implementasi yang jelas direncakan sesuai dengan

prioritas masalah kesehatan klien, untuk mencapai hasil yang maksimal

sehingga masalah teratasi .

3. Bagi klien dan keluarga

a. Perlu memperhatikan pola istirahat tidur klien agar klien dapat tidur dengan

tenang dan jam istirahat tidur klien terpenuhi.

b. Dan disaran untuk membatasi aktivitas yang akan mengganggu keadaan

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosis Keperawatan ; Aplikasi pada Praktek Klinis.

Edisi 9. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Prencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Erb, Kozier. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : ECG.

Haryono, Budi. (2012). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan. Yogyakarta:

Gosyen Publishing.

Muttaqin, Arif. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta :

Salemba Medika.

Nanda. (2011). Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses

(34)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. E

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 36 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidiakan : Tamat SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Kapral Galung, Sibolga

Tanggal Masuk RS : 29 April 2014

No.Register : 04.02.01.201400037209.009

Ruangan/kamar : Melati 3

Golongan darah : O

Tanggal pengkajian : 3Juni 2014

Tanggal operasi : 30 April 2014

Diagnosa Medis : Ca. Colon

II. KELUHAN UTAMA :

Tn.E mengeluh nyeri dibagian insisi post operasi colostomy, nyeri menyebar di

bagian abdomen dengan seperti ditusuk-tusuk, muka tampak meringis, wajah

pucat, dan lemah. Tn. E mengatakan nyerinya bertambah saat Tn. E merubah

(35)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya :Tn. E mengatakan nyeri yang

dialami pada saat post operasi

colostomy.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :Tn. E mengatakan nyeri yang

dirasakan berkurang dengan

minum obat dan istirahat.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan :Tn.E mengatakan nyeri yang

dirasakansakit dengan skala nyeri

8.

2. Bagaimana dilihat : Tn. E tampak meringis, wajah

pucatdan lemah.

C. Region

1. Dimana lokasinya :Tn. E mengatakan nyeri terasa

pada abdomen regio lumbal

sinistra kiri.

2. Apakah menyebar :Tn.E mengatakan nyerinya

menyebar ke bagian abdomen reg

regio lumbal sinistra kiri pasien.

D. Severity

Tn.E tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasa karena terbaring lemah di

tempat tidur.

E. Time

Tn. E mengatakan nyeri sangat menganggu dan bertambah saat Tn. E merubah

posisi.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Tn.E mengatakan tidak pernah mengalami penyakit.

(36)

Tn. E mengatakan tidak pernah melakukan melakukan pengobatan karena tidak

pernah mengalami penyakit kronik.

C. Pernah dirawat/operasi

Tn. E mengatakan tidak pernah memiliki riwayat rawat inap sebelumnya.

D. Lama dirawat

Tn. E mengatakan tidak pernah memiliki riwayat rawat inap sebelumnya.

E. Alergi

Tn.E mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi.

F. Imunisasi

Saat diwawancarai Tn.Emengatakan tidakmengingat imunisasi yang diberikan.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Tn. E mengatakan alm. Ayah,dan ibu tidak mempunyai penyakit keturunan.

B. Saudara kandung

Tn.E memiliki 5 saudara, dan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

C. Penyakit keturunan yang ada

Tn. E mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tn. E mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

E. Anggota keluarga yang meninggal

Tn. E mengatakan ayahnya sudah meninggal sejak 2 tahum yang lalu.

F. Penyebabmeninggal

Tn. E mengatakan ayah meninggal akibat proses penuaan.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Tn. E mengatakan dirinya lemah dan opotimis untuk segera sembuh.

B. Konsep Diri:

• Gambaran diri : Tn. E mengatakan tidak menyukai bagian perut yang baru dioperasi.

• Ideal diri : Tn. E mengatakan ingin cepat sembuh.

• Harga diri : Tn. E mengatakan ia menerima keadaan yang sekarang.

(37)

• Identitas : Tn. E adalah anak kedua dari lima bersaudara.

C. Keadaan emosi :

Keadaan emosi pasien stabil

D. Hubungan sosial:

• Orang yang berarti :

Tn. E mengatakan bahwa anak dan istri paling berarti baginya

• Hubungan dengan keluarga :

Hubungandengankeluargabaik. Keluarga Tn. E selalu datang dan menjaga

selama dirawat di rumah sakit.

• Hubungan dengan orang lain :

Baik, Tn. E mau berbicara dan bercerita dengan orang-orang yang ada di

sekitarnya.

• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Tn. E mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

E. Spiritual

• Nilai dan keyakinan :Tn. E beragama islam

• Kegiatan ibadah : Tn. E bedrest total sehingga sulit untuk melakukan kegiatan Ibadahnya.

VII. PEMERIKSAAN FSIK

A. KeadaanUmum

Compos mentis

B. Tanda – tanda vital

- Suhu tubuh : 37°C

- Tekanan darah :130/70 mmHg

- Nadi : 80x/menit

- Pernafasan : 20x/menit

- Skala nyeri : 8

- TB : 610 cm

- BB : 35 kg

(38)

Kepala dan rambut

- Bentuk :Bulat, tidak terdapat benjolan

- Ubun-ubun :Keras dan tertutup, tidak ada benjolan

- Kulit kepala :Kulit kepala normal dan tidak ada

hematoma

Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut :Penyebaran rambut merata dan rambut

berwarna hitam

- Bau :Tidak berbau

- Warna kulit :Sawo matang

Wajah

- Warnakulit :Sawo matang

- Strukturwajah :Oval dan simetris.

Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap dan simetris antara

kiri dan kanan.

- Palpebra : Tidak ada kelainan

- Konjungtivadan sclera : Konjungtiva anemis dan sclera tidak

ikterik

- Pupil : Pupil bereaksi terhadap cahaya

- Cornea dan iris :Tidak dijumpain penumpukan katarak

- Visus :Mata kanan dan mata kiri normal

- Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan tekanan

bola mata

Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi :

Bentuk dan posisinya normal dan simetris, tidak ada septum nasi

- Lubang hidung:

Lubang hidung bersih dan tidak terdapat kotoran

(39)

Tidak terdapat pernapasan dengan cuping hidung, pasien bernapas normal

tanpa bantuan oksigen.

Telinga

- Bentuk telinga : Normal, simetris kiri dan kanan

- Ukuran telinga : Normal, simetris kiri dan kanan

- Lubang telinga : Ada, tidak dijumpain radang pada telinga

- Ketajaman pendengaran : Pasien mampu mendengarkan dengan

baik dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : Bibir agak kering

- Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi bersih dan tidak berlubang

- Keadaan lidah : Lidah klien tampak kotor

- Orofaring : Tidak ada pembengkakan

Leher

- Posisi trachea : Medial

- Thyroid : Tidak ada pembengkakan

- Suara : Normal dan jelas

- Kelenjarlimfe : Tidak ada pembengkakan

- Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan

- Denyut nadi karotis : Teraba dan jelas

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan :Agak sedikit kotor

- Kehangatan : Hangat terdapat pada pasien dengan suhu

36°C

- Warna : Warna kulit sawo matang

- Turgor : Turgor kulit sedang

- Kelembaban : Lembab

- Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit

Pemeriksaan payudara dan ketiak

(40)

- Warna payudara dan areola : Warna payudara sawomatang

- Kondisi payudara dan putting : Tidak ada kelainan

- Produksi ASI : Tidak ada

- Aksilla dan clavicula : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest,

kifoskoliasis) : Pengembangan dada simetris

- Pernafasan (frekuensi, irama) : Respirasi rate: 22x/menit

- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas

Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : Getaran suara kiri dan kanan sama

- Perkulasi : Resonan

- Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) :

Suara nafas normal, suara ucapan bergetar dan jelas, tidak ada suara

tambahan.

Pemeriksaan jantung

- Inspeksi :warna kulit dada normal seperti warna

kulit tubuh, tidak ada kebiruan atau pucat

- Palpasi :tidak teraba massa atau benjolan

- Perkusi :kardiomegali (-)

- Auskultasi :frekuensi 80x/menit

Pemeriksaan abdomen

- Inspeksi (bentuk, benjolan) :

Bentuk agak cembung, pada bagian kiri abdomen terdapat kantong

kolostomi

- Auskultasi : peristaltik permenit, tidak ada suara tambahan

- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascies, hepar, lien) :

Tidak dilakukan tindakan karena Tn. E masih merasakan nyeri.

(41)

- Pada ibu nifas (involusio uteri; TFU, lokasi uterus, kontraksi):

Tidak dilakukan pengkajian

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot,

edema) :

Tn. E bedrest sehingga tidak dilakukan tindakan pemeriksaan

Pemeriksaan neurologi (Nervuscranialis) :

− N I : Fungsi indera penciuman baik

− N II : Fungsi indera penglihatan baik

− N III, IV, VI : Baik

− N V : Baik

− N VII : Persepsi pengecapan baik

− N VIII : Keseimbangan klien baik

− N IX, X : Klien mampu menelan dengan baik

− N XI : Baik

− N XII : Lidah simetris, indera pengecapan baik

Fungsi motorik :

Baik , klien mampu menggerakkan kaki kiri dan kaki kanan.

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,

getaran)

Klien dapat mengetahui area kulit yang diberi sentuhan, klien mampu

mengidenti-fikasi benda tajam dan tumpul, klien mampu membedakan rasa

panas dan dingin pada pasien.

Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tensonachiles, plantar)

Tidak dilakukan pemeriksaan

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari + snack 2 kali sehari

- Nafsu/selera makan :Tn. E mengatakan kurang selera makan

- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati

(42)

- Mual dan muntah :Tidak ada mual dan muntah

- Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) :

Tidak dilakukan pengkajian

- Waktu pemberia nmakan :Pagi jam 8, siang jam 1, malam

jam 6 dan diselingi dengan

cemilan.

- Jumlah dan jenis makan :Tn. E menghabiskan setengah

porsi makanan yang disediakan

dari rumahsakit

- Waktu pemberian cairan/minum :dalam sehari klien menghabiskan

3-5 gelas sedang

- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :

Tidak ada masalah dalam makan dan minum.

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh :Bersih

- Kebersihan gigi dan mulut :Bersih

- Kebersihan kuku kaki dan tangan :Bersih

III. Polakegiatan/Aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untuk mandi malam, eliminasi, ganti pakaian

dilakukan secara mandiri. Sebagian, atau total.

Selama bedrest Tn.E dibantu sama istri dalam eliminasi, ganti pakaian dan

kebutuhan akan makanan.

- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Tn.E mengatakan sulit untuk beribadah selama sakit

IV. Pola eliminasi

1. BAB

- Pola BAB :Tn.E menggunakan kantong

colostomi

- Karakter feses :Encer

(43)

- BAB terakhir :31 mei 2014, setelah dilakukan

pemasangan kantong colostomi

- Diare :Ada

- Penggunaan laksatif :Tidak ada menggunakan laksatif

2. BAK

- Pola BAK : 2-4 kali sehari

- Karakter urine : Adanya pendarahan

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada rasa nyeri saat BAK

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak mempunyai riwayat

penyakit ginjal

- Penggunaan diuretic : Tidak menggunakan diuretic

(44)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

No.Dx Hari/tanggal

Pukul

- Melakukan pengkajian nyeri,

catat lokasi dan karateristik

nyeri (skala 0-10)

- Mengukur tanda-tanda vital

- Mengobservasi adanya rasa

cemas/ takut sehubungan

dengan keadaan fisik dan

lingkungan.

- Melakukan reposisi sesuai

jadwal dan dengan teknik yang

benar.

- Mengajarkan teknik relaksasi

dengan benar.

- Melakukan tindakan cuci

tangan sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas/

keperawatan.

S:Klien mengatakan

nyeri pada daerah

luka insisi post

operasi colostomi

O: klien tampak

meringis kesakitan

dengan skala 8

(0-10)

- Mengukur Vital

sign

A: Masalah belum

teratasi sebagian

P: Intervensi

dilanjutkan

S: klien mengatakan

kebas,dan gatal pada

daerah abdomen

(45)

1 kamis

- Melakukan observasi dan

inspeksi luka terhadap

tanda-tanda infeksi

-Menggunakan teknik steril

pada waktu penggantian

balutan, berikan lokasi

perawatan seperti jalur invasif.

- memantau peningkatan suhu

tubuh/hipertermi

- Melakukan pengkajian nyeri,

catat lokasi dan karateristik

nyeri (skala 0-10)

- Mengukur tanda-tanda vital

- Mengidentifikasi adanya rasa

cemas/ takut sehubungan

dengan keadaan fisik dan

lingkungan.

- Melakukan reposisi sesuai

jadwal dan dengan teknik yang

benar.

- Mengajarkan teknik relaksasi

dengan benar.

nyeri berkurang, dan

klien mengatakan

kepalanya terasa

pusing.

O: GCS : 5 (0-10)

Kien terlihat pucat

dan berkeringat

dingin

- Mengukur vital

sign

A: masalah sebagian

(46)

dilanjutkan.

- Mengkaji nyeri, catat lokasi

dan karateristik nyeri (skala

0-10)

- Mengukur tanda-tanda vital

- Mengidentifikasi adanya rasa

cemas/ takut sehubungan

dengan keadaan fisik dan

lingkungan.

- Melakukan reposisi sesuai

jadwal dan dengan teknik yang

benar.

- Mengajarkan teknik relaksasi

dengan benar.

-Melakukan tindakan cuci

tangan sebelum dan sesudah

melakukan aktivitas/

keperawatan.

- Melakukan observasi dan

inspeksi luka terhadap

tanda-tanda infeksi

-Menggunakan teknik steril

pada waktu penggantian

balutan, berikan lokasi

perawatan seperti jalur invasif.

S: pasien

mengatakan nyeri

bagian abdomennya

mulai berkurang dan

hilang saat pasien

beristirahat

O: tampak lemas:

skala nyeri 4 (0-10)

A: Masalah belum

teratasi

O: pasien tampak

nyaman, kantong

colostomi bersih dan

terawat

A: masalah teratasi

P: intervensi

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi yang umum diberikan dalam penanganan nyeri misalnya : instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika pengurangan nyeri tidak dapat dicapai, ajarkan

Pasien dengan keadaan nyeri, kondisi ini dapat bersifat lama dan ada yang singkat, berdasarkan lama waktu terjadinya inilah sehingga nyeri dibagi dua, yaitu nyeri kronis dan

asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan masalah nyeri yang dimulai dari. pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan intervensi

Salah satu intervensi keperawatan yang dapat mengurangi nyeri yaitu tindakan relaksasi autogenik yangdilakukan sebanyak tiga kali latihan setiap kali latihan

Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC..

Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan.. Secara psikis, penyebab nyeri

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis pada kasus, maka dilakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan dasar pasien, pada diagnosa pertama penulis mengoservasi

Intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu Manajemen NyeriI.08238,mengidentifikasi lokasi, durasi nyeri, mengidentifikasi skala