• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis semiotik terhadap iklan susu bendera edisi Ramadhani 1430 H di Televisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis semiotik terhadap iklan susu bendera edisi Ramadhani 1430 H di Televisi"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEMIOTIK TERHADAP IKLAN SUSU BENDERA

EDISI RAMADHAN 1430 H DI TELEVISI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Siti Sopianah NIM: 106051001888

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAN NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PEMBINAAN AKHLAK KARYAWAN PT. GMF AEROASIA GARUDA INDONESIA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 27 September 2010

Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si NIP: 196305151992031006

Sekretaris Merangkap Anggota

Umi Musyarrofah, MA NIP: 197108161997032002 Anggota

Penguji I

Drs. Suhaimi, M.Si NIP: 196709061994031002

Penguji II

Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA NIP: 196304051994031001

Pembimbing

(3)

ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP IKLAN SUSU BENDERA

EDISI RAMADHAN DI TELEVISI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Siti Sopianah NIM: 106051001888

Di Bawah Bimbingan

Drs. Suhaimi, M.Si. NIP. 196709061994031002

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

BENDERA EDISI RAMADHAN 1430 H DI TELEVISI” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 27 September 2010

Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si NIP: 196305151992031006

Sekretaris Merangkap Anggota

Umi Musyarrofah, MA NIP: 197108161997032002 Anggota

Penguji I

Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA NIP: 196606051994031005

Penguji II

Dr. H. A. Ilyas Ismail, MA NIP: 196304051994031001

Pembimbing

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, September 2010

(6)

Analisi Semiotik Terhadap Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan 1430 H Di Televisi

Penelitian berawal dari ketertarikan penulis terhadap dunia periklanan yang ditayangkan melalui media televisi terutama iklan Susu Bendera edisi Ramadhan. Kreativitas media iklan dalam menyajikan pesan dan produk sekaligus dalam satu paket. Hal ini yang terlihat dalam iklan Susu Bendera edisi Ramadhan di mana perusahaan ingin menawarkan produknya dengan tema yang sesuai dengan keadaan di masyarakat pada saat itu yaitu datangnya bulan suci Ramadhan. Untuk menjelaskan masalah yang akan penulis teliti, dirumuskan masalah sebagai berikut, pertama Apa makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos pada iklan Susu Bendera edisi Ramadhan di televisi dilihat dari perspektif semiotika Roland Barthes? Dan kedua, Apa pesan yang terkandung dalam iklan susu bendera edisi Ramadhan 1430 H di televisi?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat pada suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer: data yang diperoleh dari rekaman Iklan Televisi Susu Bendera versi Ramadhan saling menguatkan bersama Susu Bendera, sumber data Sekunder: data yang diperoleh dari studi kepustakaan, informasi media massa yang berhubungan dengan objek penulisan ini.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis semiotik Roland Barthes Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Iklan Televisi Susu Bendera versi Ramadhan saling menguatkan bersama Susu Bendera yang akan dibahas lambang-lambang komunikasi dan aspek sinematografis setiap scene yang mendukung terbentuknya makna iklan tersebut, sehingga akan diperoleh makna denotasi, konotasi, dan mitos dari hubungan ketiganya.

Penelitian ini mendapatkan data bahwa Perusahaan Frisian Flag Indonesia yaitu untuk produk susu bendera dalam iklan edisi Ramadhan di televisi pada tahun 2009. Ditinjau dari Denotasi, Konotasi dan Mitos pesan yang ingin disampaikan peneliti mendapatkan hasil bahwa iklan susu bendera edisi Ramadhan bertema “saling menguatkan saat Ramadhan” yang di artikan penulis bahwa dengan meminum segelas Susu bendera keluarga Indonesia dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan kuat seperti yang digambarkan oleh model dalam iklan ini. Dan juga hasil dari mitos yang menjelaskan bahwa menangis, makan angin dan buang angin dalam air sebenarnya tidak membatalkan ibadah puasa.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas karunia yang dicurahkan-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Harapan penulis semoga sktipsi ini bermanfaat untuk kawan-kawan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya dan kawan-kawan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya.

Skripai dengan judul “Analisis Semiotika Terhadap Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan Di Televisi” merupakan karya yang memiliki banyak tantangan dalam proses penyelesainnya. Namun, berkat bantuan serta motivasi dari berbagai pihak Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan.

Terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Ibunda tercinta Hj. Rukiyah dan Ayahanda tersayang H. Aceng tak cukup kata terimakasih atas segala doa dukungan baik moril dan materil untuk penulis selama ini. Untuk itu atas segala bantuannya penulis berterimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajaran civitas akademik.

(8)

3. Drs. Studi Rizal LK, MA selaku Pudek III bid. Kemahasiswaan.

4. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarafah, MA selaku ketua dan sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

5. Bapak Drs. Suhaemi, M.Si selaku dosen pembimbing. Terimakasih banyak pak, atas kesabarannya dalam membimbing penulis.

6. Bang H. Udin dan Isteri, Po Yati dan suami, Po Ncop dan Suami, Apud. Makasih banyak, atas dukungannya baik moril maupun materi. Serta Ponakan-ponakanku Raisa, Hilman, dan Khanza, lelah ku hilang saat melihat kenakalan dan senyuman kalian.

7. Sella, Ana dan T’evi yang sudah bersama melewati hari-hari dalam satu atap bersama penulis, terima kasih banyak atas semuanya canda tawa yang memberikan penulis semangat baru saat mulai jenuh, inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat ku, Kie, Mega, Sunita, Tika, Meli. Tak cukup kata terimakasih penulis kepada kalian, sebuah kisah klasik untuk masa depan….

9. Serta kawan-kawan seperjuangan KPI D kegilaan dan kebersamaan yang tidak akan bisa terlupakan Miss U All (Dudul Mania: Resty, Rida, Shel, Q-chel, Q-Badi’ah, Eny, Rizka, Wieda, Yeti, Osie, Rara, Umi, Susi. Sofwah, Seri, Sabir, Shulhan, Salim, Obhie, Seno, Ryan, Yoga, Sakay, Ubai, Ridho, Baba, Arsy, Aul, Sofwan, Umar, Sopian)

(9)

iv

10.Serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu-satu tapi tidak mengurangi rasa hormat saya pada teman-teman semua, terimakasih banyak ya….

Walaupun demikian, karya penulis ini telah menjadi tanggung jawab penulis. Kritik dan sarandiharapkan dari para pembaca. Yang terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

Ciputat, Juli 2010

(10)

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Iklan ... 16

B. Pengertian Televisi ... 22

C. Tinjauan Umum Semiotik ... 27

1. Konsep Semiotik ... 27

2. Analisis Semiotik Model Roland Barthes ... 30

D. Definisi Istilah Penelitian ... 39

BAB III GAMBARAN UMUM PT. FRISIAN FLAG A. Sejarah dan Perkembangan PT. Frisian Flag Indonesia... 42

B. Profil PT. Frisian Flag Indonesia ... 49

C. Visi dan Misi PT. Frisian Flag ... 53

(11)

vi

BAB IV TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Identifikasi Umum Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan

1430 H di Televisi ... 54

1. Narasi Iklan Susu Bendera ... 55

2. Visualisasi dan Deskripsi Iklan Susu Bendera ... 56

B. Analisis Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan di Televisi dalam Pendekatan Semiotik Roland Barthes ... 66

1. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Pada Scene 1 ... 66

2. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Pada Scene 2 ... 70

3. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Pada Scene 3 ... 72

4. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Pada Scene 4 ... 75

5. Pesan yang Terkandung dalam Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan di Televisi ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran... 89

(12)

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu media massa yang saat ini paling populer di tengah masyarakat dan memilki pengaruh yang besar dibandingkan media massa lainnya adalah televisi. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Secara perlahan namun pasti, televisi mulai menggeser pranata keluarga dan masyarakat, terutama dalam membidik anak. Televisi pun mampu memberi definisi agama dan spiritual kepada khalayak.1

Meskipun penelitian terhadap penyiaran gambar dan suara ini telah dilakukan jauh sebelumnya, tetapi yang benar-benar dapat dinikmati khalayak ialah ketika program televisi disiarkan pada Rapat Dewan Keamanan PBB di Gedung Olah Raga Perguruan Tinggi Hunter, New York, pada tahun 1946. Sejak itu televisi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika pada tahun 1946 itu di Amerika Serikat hanya terdapat beberapa stasiun saja, pada saat ini di seluruh Amerika Serikat terdapat tidak kurang dari 700 stasiun televisi.

Kemampuan televisi dalam menampilakan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar, dianggap paling berpengaruh mendalam dibandingkan dengan kekuatan media massa lainnya, seperti surat kabar dan radio. Dengan menyajikan gambar bergerak khalayak seakan

1

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik: Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa RekatamaMedia, 2007), h. 24.

(13)

2

merasa terlibat langsung di dalam situasi batin tertentu yang dapat lebih mendekatkan khalayak yang bersangkutan dengan program yang tengah disajikan.

Saat menonton televisi kita pasti akan melihat berbagai tayangan iklan baik iklan masyarakat maupun iklan komersil produk dan jasa. Dunia pertelevisian yang telah mengambil alih segala macam bentuk media informasi lainnya menjadi salah satu media yang sangat berpengaruh dan menjadi media penting serta menguntungkan bagi para produsen produk dan jasa dalam menginformasikan produk dan jasa mereka dalam bentuk iklan yang tidak hanya dalam bentuk gambar saja seperti media surat kabar ataupun media suara saja seperti radio. Namun televisi mampu menghadirkan gabungan dari audio dan visual sehingga masyarakat jauh lebih memahami dan tertarik dengan apa yang ingin disampaikan oleh sang pembuat iklan dan produsen produk.

Nampaknya iklan dipercaya sebagai cara untuk mendongkrak penjualan oleh kebanyakan pengusaha yang mempunyai anggaran besar untuk kegiatan promosi. Hal ini terlihat dari berlimpahnya iklan-klan yang dapat kita saksikan melalui media televisi.

(14)

yang palling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian baru masyarakat luas. Begitu dekatnya televisi dengan masyarakat, mengundang banyak pihak terutama para produsen barang dan jasa atau industri manufaktur untuk memanfaatkan televisi sebagai media efektif, guna menawarkan suatu produk yang ditunjukkan kepada masyarakat, yang sekaligus untuk bertujuan untuk mempersuasi orang untuk mau membeli. Dalam teori pemasaran hal ini lebih dikenal dengan istilah periklanan.

Masyarakat Indonesia yang beragam agama dan budaya membuat warna tersendiri bagi dunia pertelevisian di Indonesia. Baik industri televisi maupun periklanan membutuhkan ide-ide baru untuk menarik perhatian khalayak maupun konsumen. Tidak hanya program-program televisi saja yang menampilkan sesuatu yang berbeda sesuai dengan situasi yang ada di tengah masyarakat. Tetapi para pembuat iklan pun merasa perlu memanfaatkan peluang dalam setiap waktu dan kesempatan.

(15)

4

dalam memproduksi iklan yang menyajikan cerita-cerita beruansa islami khususnya dalam menyambut bulan suci Ramadhan.

Industri televisi telah disemarakkan oleh iklan-iklan yang memberikan nuansa islami yang hadir pada saat bulan besar umat Islam yaitu bulan suci Ramadhan. Sebagai pembeda bagi iklan-iklan sebelumnya yang biasa disebut dengan iklan komersial glamour.

Dalam iklan Susu Bendera edisi Ramadhan ini PT Frisian Flag menyuguhkan sajian pesan agama untuk anak-anak. Bagaimana anak-anak dapat bertingkah laku yang bermoral dan sesuai ajaran agama juga tidak lepas dari hal-hal yang di amati di sekitarnya. Di mana hal tersebut kemudian akan berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan-peniruan yang dapat diamatinya, termasuk salah satunya mengamati dan meniru tayangan iklan yang mereka tonton di televisi. Bagaimana Fisian Flag sebagai Produsen Susu yang telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan berbagai penghargan mengenai kandungan nutrisi dalam susu. Dalam bulan suci Ramadhan kali ini Frisian Flag menyajikan iklan yang menampilkan keakraban dua kakak beradik yang tengah menjalakan ibadah puasa Ramadhan. Bagaimana seorang kakak yang selalu menjaga dan mengingatkan adiknya dalam menjalankan ibadah puasa Ramadhannya.

(16)

terutama saat bulan puasa dengan mengkonsumsi makanan berbahan dasar susu.

Saat menjalankan ibadah puasa, tubuh membutuhkan nutrisi berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah seimbang. Keluarga Indonesia perlu memperhatikan asupan nutrisi yang tentunya mudah dicerna tubuh pada saat berbuka puasa. Salah satunya dengan mengkonsumsi makanan bernutrisi agar stamina tubuh segera pulih dan mendapatkan pengganti cairan yang terbuang setelah seharian berpuasa.

Frisian Flag Indonesia sebagai salah satu produsen susu terbesar di Indonesia ingin memberikan kontribusinya kepada masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dengan membuat iklan Ramadhan yang bertemakan saling menguatkan saat Ramadhan. Bagaimana Frisian Flag Indonesia dapat memenuhi nutrisi keluarga Indonesia saat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Dari berbagai media kontemporer di tanah air saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar pada khalayak, karena televisi memiliki tiga kekuatan media sekaligus. Dua kekuatan pertama adalah kemampuan menampilkan gambar hidup bergerak dan suara untuk mendalami kekuatan gambar. Dua kekuatan ini dianggap paling memberi pengaruh mendalam dibandingkan dengan kekuatan media massa lainnya seperti koran, radio, dan internet.2

Dari latar belakang inilah peneliti mencoba untuk meneliti makna yang terkandung dari pesan agama yang ditampilkan melalui media iklan di televisi.

2

(17)

6

Maka peneliti tertarik menelitinya dengan judul “ANALISIS SEMIOTIK TERHADAP IKLAN SUSU BENDERA EDISI RAMADHAN 1430 H DI TELEVISI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah peneliti membatasi permasalahan pada iklan yang ada di media televisi dan iklan yang di ambil yaitu iklan versi Ramadhan yang ditayangkan pada 1430 H atau tahun 2009. Iklan yang dijadikan sebagai penelitian ini yaitu iklan susu bendera.

2. Perumusan Masalah

Kemudian untuk memperjelas masalah yang akan dibahas maka peneliti merumuskan pada masalah, yaitu :

a. Apa makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos pada iklan Susu Bendera edisi Ramadhan di televisi dilihat dari perspektif semiotika Roland Barthes?

b. Apa pesan iklan yang terkandung dalam iklan Susu Bendera edisi Ramadhan di televisi?

(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan 1430 H di Televisi. Dan apa pesan yang ingin disampaikan dalam iklan ini.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Diharapkan menjadi bahan kajian yang memberi kontribusi bagi khasanah kepada ilmu komunikasi, dan juga untuk memberikan gambaran dalam membaca makna yang terkandung dalam sebuah iklan melalui kacamata semiotika.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para masyarakat yang menonton televisi tentang iklan dan pesan yang terkandung dalam iklan tersebut, juga dapat menyumbangkan pengertian-pengertian baru tentang istilah dalam periklanan.

c. Manfaat Perusahaan

(19)

8

d. Manfaat Pemerintah

Dalam hal ini pemerintah mempunyai andil yang cukup besar dalam memberikan ijin apa-apa yang akan ditayangkan di media massa seperti televisi seperti iklan. Karena iklan sarat dengan propaganda, dan bagaimana pemerintah dapat mengendalikan hal tersebut.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mengidentifikasikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di lapangan.3

Selain itu, penelitian dengan menggunakan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memenfaatkan berbgai metode alamiah.4

Pendekatan ini menggambarkan pendekatan kualitatif (qualitatif research), adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan

3

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2003 cet ke 2, h. 39.

4

(20)

yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain atau kuantifikasi (pengukuran).

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah iklan susu bendera edisi Ramadhan 1430 H. Sedangkan objek dalam penellitian ini adalah pesan yang terkandung pada iklan Susu Bendera edisi Ramadhan.

3. Sumber Data

Penelitian ini mengambil objek iklan Susu Bendera edisi Ramadhan yang ditayangkan dalam beberapa stasiun televisi pada bulan Ramadhan 1430 H.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan iklan Susu Bendera edisi Ramadhan, peneliti mengkopi file dari media internet. Iklan inilah yang kemudian dijadikan bahan untuk menganalisis penelitian ini. Untuk melengkapi data penelitian dipergunakan pula study kepustakaan untuk mencari referensi yanng sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah melalui:

a. Observasi

(21)

10

Sedangkan arti dari Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer yang didapat dari sumber data yang berupa dokumentasi dan laporan. Selain itu menurut Hasanuni Saleh metode dokumentasi merupakan metode untuk mencari data mengenai variabel-variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya.5

5. Analisis Data

Teknis analisis data adalah dengan menggunakan semiotika model Roland Barthes seperti, makna denotasi, makna konotasi dan mitos yang digunakan untuk memahami makna yang terkandung dalam setiap scene iklan Susu Bendera edisi Ramadhan di televisi. Barthes menyebutnya sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua, hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek; sedangkan konotasi adalah bagaimana

5

(22)

menggambarkannya. Sedangkan mitos menurut Roland Barthes adalah keberadaan fisik tanda (denotasi) dan konsep mental (konotasi), menjelaskan beberapa aspek dari sebuah realitas.6

6. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 2 Desember 2009, melalui media televisi dan internet.

E.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang menjadi rujukan penulis, yaitu:

1. “Analisis Semiotika Film Turtles Can fly” oleh Istianah tahun 2009, KPI, UIN Jakarta.

Hasil penelitian pada skripsi ini yaitu Film TCF memiliki makna denotasi sebagai film yang menyajikan kondisi sebagai rakyat Irak, yaitu Kurdistan. Sebagai masyarakat paling menderita akibat tekanan rezim Saddam karena hak-hak mereka sebagai warga negara tidak dipenuhi dengan baik, antara lain dibatasinya pasokan air, listrik, sekolah dan informasi. Sedangkan makna konotasinya yaitu film ini sebagai salah satu film ‘pesanan’ Amerika kepada Bahman untuk mengubah image buruk Amerika akibat invasi Irak yang dilakukannya dengan menampilkan wajah Amerika yang seolah menjadi pahlawan yang menyelamatkan Irak dari tekanan rezim Saddam. Adapun mitos dari fil ini adalah Saddam Husein

6

(23)

12

digambarkan sebagai presiden yang diktator dan kejam terhadap rakyatnya sendiri, yaitu suku kurdi.

Adapun persamaan dalam penelitian ini yaitu penulis sama-sama menggunakan analisis semiotik model Roland Barthes, di mana penulismencari makna denotasi, konotasi dan mitos dalam penelitiannya.

Walaupun sama-sama menggunakan analisis semiotik dengan model Roland Barthes tetapi penelitian ini berbeda karena dalam penelitian ini penulis meneliti iklan sebagai objeknya sedangkan pada penelitian sebelumnya yang menjadi objek penelitiannya yaitu film.

2. “Analisis Semiotik Film A Mighty Heart” oleh Rizky Akmalsyah tahun 2010, KPI, UIN Jakarta.

(24)

Adapun persamaan dengan penelitian ini yaitu disini penulis sama-sama menggunakan analisis semiotik dan memakai model Roland Barthes. Mencari makna denotasi dan konotasi dalam objek penelitian

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sekarang karena objek yang diambil berbeda yaitu mencari makna denotasi dan konotasi dari film A Mighty Heart, sedangkan untuk penelitian yang sekarang penulis memakai objek iklan yang ada di media televisi.

3. “Analisis Semiotik Tata Letak Halaman Depan Koran Tempo Edisi Juni 2009” oleh Hilma tahun 2009, Jurnalistik, UIN Jakarta.

(25)

14

Adapun persamaan dengan penelitian ini yaitu disini penulis sama-sama menggunakan analisis semiotik dan memakai model Roland Barthes. Mencari makna denotasi dan konotasi dalam objek penelitian

Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sekarang karena objek yang diambil berbeda yaitu mencari makna denotasi dan konotasi dari tata letak halaman koran Tempo dari media cetak, sedangkan untuk penelitian yang sekarang penulis memakai objek iklan yang ada di media televisi dan dalam penelitian ini tidak hanya memaknai iklan dari segi denotasi dan konotasi melainkan dari sudut mitos juga.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian dalam skripsi ini dibagi menjadi lima Bab, setiap Bab dirinci dalam beberapa sub bab sebagau berikut:

BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, yang meliputi pengertian Iklan, pengertian televisi, Konsep Semiotik dan Analisis Semiotika model Roland Barthes, Definisi istilah penelitian.

(26)

BAB IV Analisis Semiotik Terhadap Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan di Televisi, Identifikasi Umum Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan 1430 H di Televisi, Analisis Iklan Susu BenderaEdisi Ramadhan di Televisi dalam Pendekatan Semiotika Roland Barthes.

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Iklan

Istilah advertising (periklanan) berasal dari kata latin abad pertengahan advertere, “mengarahkan perhatian kepada”. Istilah ini menggambarkan tipe atau bentuk pengumuman public apa pun yang dimaksudkan untuk mempromoskan penjualan komoditas atau jasa, atau untuk menyebarkan sebuah pesan sosial atau politik.1

Menurut KBBI iklan adalah:2

“Berita atau pesan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Dari definisi diatas, terdapat beberapa komponen utama dalam sebuah iklan yakni mendorong dan membujuk. Dengan kata lain, sebuah iklan harus memiliki sifat persuasi”.

Iklan ialah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, relasi publik, penjualan, dan promosi penjualan.3

Dendi Sudiana mendefinisikan periklanan yaitu:

“Sebagai suatu sarana informasi dari produsen kepada konsumen dan digunakan sebagai salah satu kekuatan untuk mencapai tujuan pemasaran produk. Selain itu juga untuk memperkenalkan suatu produk atau membangkitkan kesadaran akan merek citra merk, citra perusahaan, membujuk khlayak untuk membeli produk yang ditawarkan, memberi informasi dan lain-lain”.

1 Marcel Danesi,

Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar engenai Semiotika dan Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), Cet.ke-1, hal. 362.

2

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, hal. 421.

3

http://id.wikipedia.org/wiki/Iklan

(28)

Dalam komunikasi periklanan, ia tidak hanya menggunakan bahasa sebagai alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna dan bunyi. Iklan disampaikan melalui dua saluran media massa, yaitu (1) media cetak (surat kabar, majalah, brosur, dan papan iklan atau billboard) dan (2) media elektronik (radio, televisi, film). Pengirim pesan adalah, misalnya, penjualan produk sedangkan penerimanya adalah khalayak ramai yang menjadi sasaran.4

Iklan Sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa. Menurut Tilman dan Kirkpatrick iklan merupakan komunikasi massa yang menawarkan janji kepada konsumen. Melalui pesan yang informatif sekaligus persuasif menjanjikan tentang adanya barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan, tempat memperolehnya dan kualitas barang dan jasa. Menurut Wright iklan merupakan media komunikasi massa. Pembedaan iklan dengan teknik komunikasi pemasaran yang lain adalah komunikasi yang non-personal, jadi iklan memakai media dengan menyewa ruang dan waktu. Disamping itu peranan iklan antara lain dirancang untuk memberikan saran pada orang supaya mereka membeli suatu produk tertentu membentuk hasrat memiliknya dengan mengkonsumsinya secara tepat.

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan

4

(29)

18

dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.5

Sedangkan menurut Paul Copley iklan yaitu:

“Advertising is by and large seen as an art – the art of persuasion – and can be defined as any paid for communication designed to inform and/ or persuade. Di mana iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan dapat didefinisikan sebagai desain komunikasi yang dibiayai untuk meninformasikan dan atau membujuk”.

Dari beberapa pengertian diatas, pada dasarnya iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan komunikator dalam hal ini perusahaan atau produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa kepada publik, khususnya pelanggannya melalui suatu media massa. Selain itu, semua iklan dibuat dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberi informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut, dapat berupa aktivitas mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan. 6

Jenis iklan di media massa digolongkan dalam dua bagian yaitu:7 1. Iklan komersial

Adalah bentuk promosi suatu barang produksi atau jasa melalui media massa dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa yang diolah melalui film maupun berita. Misalnya iklan obat, pakaian, dan makanan.

(30)

2. Iklan layanan masyarakat

Adalah bentuk tayangan gambar baik drama, film, musik maupun bahasa yang mengarahkan pemirsa atau khalayak sasaran agar berbuat atau bertindak seperti dianjurkan iklan tersebut. Seperti iklan pariwisata, sumbangan bencana, membayar iuran televisi, kesehatan dan sebagainya.

Iklan Layanan Masyarakat merupakan bagian dari kampanye sosial marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat

Biasanya pesan Iklan Layanan Masyarakat berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau merubah perilaku yang tidak baik supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keluarga berencana, dan sebagainya

Iklan layanan masyarakat juga menyajikan pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang dapat mengancam keserasian dan kehidupan mereka secara umum (Kasali, 1992).

Pesan tersebut dengan kata lain bermaksud memberikan gambaran tentang peristiwa dan kejadian yang akan berakibat pada suatu keadaan tertentu, baik yang bersifat positif maupun negatif.

(31)

20

pemilihan media yang sesuai, sampai pada penentuan target audiens maupun pemilihan tempat dan waktu yang benar-benar tepat (Liliweri, 1992).

Namun seiring berkembangnya dunia periklanan dan semakin banyaknya perusahaan yang membuat Iklan layanan masyarakat disertai dengan perubahan paradigma dalam menciptakan pesan-pesan sosial maka iklan layanan masyarakat juga harus dibuat secara profesional seperti iklan komersial (Roman, Maas & Nisenholtz,2005).

Dilihat dari tujuannya, ada beberapa jenis iklan, yakni : comercial advertising, corporate advertising, dan public service advertising.8

1. Comercial Advertising. Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk mendukung kampanye pemasaran suatu produk atau jasa. Iklan komersial ini sendiri terbagi menjadi beberapa macam.

a Iklan Strategis. Digunakan untuk membangun merek. Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Perhatian utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan bahwa merek ini ada bagi para pengguna.

b Iklan Taktis. Memiliki tujuan yang mendesak. Iklan ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran

8

(32)

khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama.

2. Corporate Advertising. Iklan yang bertujuan membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan Corporate akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Iklan Corporate merupakan bentuk lain dari iklan strategis ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada Public.

Iklan Corporate sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar.

(33)

22

B. Pengertian Televisi

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia televisi adalah:9

“Pesawat system penyiaran gambar objek yang bergerak dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi cahaya yang dapat dilihat dan bunyinya dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, petunjuk, berita dan sebagainya.”.

Dari kutipan di atas jelas bahwa televisis adalah suatu media yang dapat dilihat dan didengar (audio-visual). Televisi inilah yang menjadikan sebuah iklan menjadi efektif dalam penyampaian pesannya. “Two basic segments to developing a television commercial : (1) The vidio,the visual part

actuallyseen on television screen. (2) The Audio, hide up of spoken words,

music, other sound. Sense there are to parts, usually begin thingking about

creating acommercial with pictures and word simultancously.” ( Ada dua unsur dasar pembagian dalam pembuatan iklan televisi : yaitu (1) Visual, yang memperlihatkan gambar pada layar televisi, (2) Audio, yang membuat suara pada kata, musik, suara lain atau efek suara. Karena terdiri dari dua

9

(34)

bagian pemasangan iklan harus memiliki tentang suatu kreatif iklan dengan gambar atau kata-kata yang stimulant atau secara serentak).

Karena sifatnya yang audio-visual itu membuat televisi merupakan suatu media yang uniksebagai penyampaian pesan iklan, “Television unique and powerful advertising medium because it contains the dements of sight,

sound and motion, which can be combined to created a variety of advertising

appeal an executions.”

Televisi adalah media periklanan yang ideal, kemampuannya untuk menggabungkan gambar-gambar visual, suara, gerakan dan warna memberikan kesempatan pengiklan membangun daya cipta (kreatif) yang paling hebat dan daya tarik imajinasi aktif dibandingkan media lainnya.

Dengan adanya kombinasi warna, suara dan gambar pada televisi, membuat para pemasang iklan dan konsumen saling menguntungkan, pemasang iklan dapat menayangkan produknya dengan nyata begitu pula dengan konsumen dapat melihat produk yang sedang dipasarkan secara menarik.

Menurut Skomis (1985), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan, bahkan gabungan dari ke tiga unsur tadi.10

10

(35)

24

Dari berbagai media kontemporer saat ini, televisi merupakan media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan pengaruh besar kepada khalayak (Goonasekera, 2002: 2). Di Indonesia, televisi adalah muda yang lahir pada massa transisi (reformasi) bergulir. Industri televisi muncul tanpa desain tertentu yang dapat membingkai kemana arah dan format yang dikehendaki. Secara tiba-tiba, industri televisi muncul dan langsung memiliki posisi yang kuat, sehingga memiliki beargaining power yang cukup kuat dalam kebijakan atau regulasi.

Harold D Laswell (1946), televisi sebagai bagian dari komunikasi massa mengungkapkan bahwa media massa memiliki fungsi media massa. 1. Fungsi pengawasan sosial (social surveillance) yakni upaya penyebaran

informasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yanng tidak diinginkan.

2. Fungsi korelasi sosial (social correlation) merujuk pada upaya pemberian interpretasi dan informasi yang menghubungkan antar kelompok sosial atau antar pandangan dengan tujuan konsensus.

3. Fungsi sosialisasi merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya atau dari satu kellompok je kelompok lainnya.

(36)

media tersebuut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar.karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan ditelevisi bukan hanya didengar tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual).11

Perkembangan komunikasi massa media televisi, cukup membawa pengaruh yang besar dalam kehhidupan sistem komunikasi massa internasional, khususnya terhadap sistem komunikasi massa media cetak dan radio.

Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi, bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahann informasi. Karena sifat komunikasi massa media televisi itu transitory maka: (1) isi pesan yang akan disampaikan, harus singkat dan jelas (2) cara penyampian perkata harus benar (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik.

Kesemua itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif, agar pemirsa dapat mengerti secara tepat tanpa harus menyimpang dari pemberitaan yang sebernarnya (interpretasi berbeda). Ketika komponen pesan dan komunikator dikaji secara mendalam, komunikasi akan terkait dengan keilmuan psikologi dan semiotika. Ketika komponen komunikasi dikaji secara mendalam, komunikasi akan terkait dengan

11

(37)

26

keilmuan sosiologi, antropologi dan budaya. Demikian juga ketika komponen media menjadi sebuah studi, akan terkait dengan jurnalistik, manajemen, ekonomi, politik dan teknologi. Sementara komponen feedback menjadi sebuah studi, akan terkait dengan psikologi dan sosiologi.12

Menurut sosiolog Marshall McLuhan, kehadiran televisi membuat dunia menjadi desa global, yaitu suatu masyarakat dunia yang batas-batasnya diterobos oleh media televisi.

Kesimpulan akhir dari keberadaan komunikasi massa media televisi adalah bahwa kehadiran televisi menjadi bagian yang sangat penting sebagai sarana untuk berinteraksi satu denga lainnya dalam berbagai hal yang menyangkut perbedaan dan persamaan persepsi tentang suatu isu yang sedang terjadi dibelahan dunia.

Yang perlu diwaspadai dari komunikasi massa televisi adalah terjadinya ketimpangan arus informasi dari negara maju yang memonopoli untuk kepentingannya, tanpa melihat dunia ketiga sebagai subjek yang juga membutuhkan sarana informasi untuk mengembangkan keadaan sosial politik dan ekonominya.

Tetapi walaupun demikian, media televisi juga mempunyai banyak kelebihan disamping beberapa kelemahan. Kekuatan media televisi ialah menguasai jarak dan ruang karena teknologi.

12

(38)

C. Tinjauan Umum Semiotik 1. Konsep Semiotik

Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotika lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berati ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.13

Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika menpelajari tentang sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.14

Dalam pengertian yang hampir sama disebtkan bahwa semiotika adalah studi tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik diinterpretasikan. Kajian ilmiah mengenai pembentukan makna.15 Secara substansia, semiotika adalah kajian yang concern dengan dunia symbol. Alasannya seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa (verbal), sementara itu bahasa merupakan dunia simbolik.16

Semiotika seperti yang kita kenal dapat dikatakan baru karena berkembang sejak awal abad ke-20. Memang pada abad ke-18 dan ke-19 banyak ahli teks (khususnya Jerman) berusaha mengurai berbagai masalah

13 www.wikipedia.com,artikel diakses pada 09 Maret 2010. 14

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Roset Komunikasi, Ed. I, (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2006), cet. Ke-2, h. 261-162.

15

James Lull, Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj) A. Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet. Ke-1, h. 232.

16

(39)

28

yang berkaitan dengan tanda, namun mereka tidak menggunakan pengertian semiotis.17

Semiotika didefinisikan oleh Ferdinan de Saussure di dalam course in general linguistic, sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda” sebagai bagian dari kehidupan sosial. Sedangkan semiotika menurut Roland Barthes adalah ilmu mengenai bentuk (form). Studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari sisinya (content). Semiotika tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka, tanda yang berhubbungan secara keseluruhan.18

Semiotika modern memang mempunyai dua bapak, yaitu yang satu Charles Sanders Pierce (1857-1914), yang lain Ferdinan De Saussure (1857-1913). Mereka tidak saling mengenal (Zoest, 1996: 1). Kenyataan bahwa mereka tidak saling mengenal, menurut Zoest, menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan yang penting, terutama dalam penerapan konsep-konsep, antara hasil karya para ahli semiotik yang berkiblat pada Pierce di satu pihak dan hasil karya para pengikut Saussure di pihak lain. Ketidaksamaan itu, kata Zoest, mungkin terutama disebabkan oleh perbedan yang mendasar: Pierce ahli filsafat dan logika, sedangkan Saussure adalah cikal bakal lingustik umum. 19

Tugas utama peneliti semiotik adalah mengamati (observasi) terhadap fenomena-gejala di sekelilingnya melalui berbagai “tanda” yang dilihatnya. Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki

17

Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: UI, 2004), cet. Ke-1,h. 81. 18

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semioti, dan Analisis Framing, h. 123.

19

(40)

sejumlah criteria seperti: nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan. Tanda tersebut berada pada kehidupan manusia. Dan menjadi system tanda yang digunakannya sebagai pengatur kehidupannya. Oleh karenanya tanda-tanda itu (yang berada pada system tanda) sangatlah akrab dan bahkan melekat pada kehidupan manusia yang penuh makna (meaningful action) seperti teraktualisasi pada bahasa, religi, seni sejarah, ilmu pengetahuan (Budianto, 2001: 16).

Tanda terdapat di mana-mana: kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu merah lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, stuktur film, bangunan dan nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Karya sastra yang besar, misalnya, merupakan produk stukturisasi dari subjek kolektif (faruk, 1999: 17).

Dalam pandangan Saussure, makna sebuah tanda sangat dipengaruhi oleh tanda yang lain. Semiotik berusaha menggali hakikat system tanda yang beranjak ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denotative) kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunan dan kombinasi tanda. Pelaksanaan hal itu dilakukan dengan mengakui adanya mitos, yang telah ada dan sekumpulan gagasan yang bernilai yang berasal dari kebudayaan dan disampaikan melalui komunikasi.

(41)

30

dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana social sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana social. Berdasarkan pandangan semiotic, bila seluruh praktik social dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda-tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri.

Alah seorang pengikut Saussure, Roland Barthes, membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Focus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification).20

2. Konsep Semiotik Roland Barthes

Salah satu cara yang digunakan para pakar untuk membahas lingkup makna yang lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif dengan makna konotatif.

Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenla sebagai salah seorang pemikir stukturalis yang getol mempraktekkan model lingustik dan semiologi Saussurean.21 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukkan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes

20

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, h. 127. 21

(42)

meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of signification”.22

Two orders of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan) Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second orders of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi.23

Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara tanda dan rujukan pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung, dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi.24 Tabel 1. Peta Tanda Roland Barthes :

1. Signifier (Penanda) 2. Signified (Petanda) 3. Denotative sign (tanda denotatif)

4. connotative signifier (penanda konotatif)

5. connotative signified (petanda konotatif)

6. connotative sign (tanda konotatif)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda

22

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis riset Komunikasi, h. 268. 23

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi; Teori dan Aplikasi, h. 56. 24

(43)

32

denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.25

Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dan tatanan denotatif. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah tinngkatan representasi atau tingkatan nama. Secara ringkas, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut:26

a. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal.

b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca atau pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.

Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna konseptual, atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti

25

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69. 26

(44)

tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.27

Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti atau suatu denotasi. Makna denotasi adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan sendirinya memunculkan denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama sebagai makna yang kaku.

Gambar 1. Signifikasi Dua Tahap Bathes

Melalui gambar ini Barthes, seperti dikutip Fiske menjelaskan: signifikasi tahap pertama merupakan hubungan natara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Brthes untuk menunjukan

27

(45)

34

signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek; sedangkan konotasi adalah bagaimana mengambarkannya (Fiske, 1990: 88).

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosialyang sudah mempunyai suatu dominasi.

Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada mitos. Ini berarti mitos muncul pada tatanan konsep mental suatu tanda. Mitos ini bisa dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai third order of signification (istilah ini bukan dari Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagai myth (mitos).28

Mitos dalam pemahaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah. Mitos adalah yang berhubungan dengan kepercayaan primitif tentang kehidupan alam gaib, yang timbul dari usaha

28

(46)

manusia yang tidak ilmiah dan tidak berdasarkan pada pengalaman yang nyata untuk menjelaskan dunia atau alam disekitarnya.29

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas social yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, misalnya, mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kekerasan (Fiske, 1990: 88).30

Menurut Urban, mitos adalah cara utama yang unik untuk memahami realitas. Atau seperti kata Minowski, mitos adalah suatu pernyataan purba tentang realitas yang lebih relevan.31

Mitos dalam pandangan Lappe & Collins (Rahardjo, 1996: 192) dimengerti sebagai sesuatu yang oleh umum dianggap benar, tetapi sebenarnya bertentangan dengan fakta. Apa yang disebut Lappe & Collins

sebagai mitos itu adalah jenis mitos modern.32

Sedangkan menurut Barthes, mitos adalah sebuah kisah (a story) yang melaluinya sebuah budaya menjelaskan dan memahami beberapa aspek dari realitas (Fiske, 1990). Mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman kita dalam satu konteks budaya tertentu.

Fernand Comte membagi mitos menjadi dua macam: mitos tradisional dan mitos modern. Mitos modern itu dibentuk oleh dan mengenai gejala-gejala politik, olahraga, sinema, televisi, dan pers. Mitos (mythes) adalah suatu jenis tuturan (a type of speech), sesuatu yang hampir mirip dengan re-presen-tasi kolektif didalam sosiologi Durkheim

29

Kamus Besar Bahasa Indonesia 30

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 128. 31

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 222. 32

(47)

36

(Budiman, 1999: 76). Mitos adalah sistem komunikasi, sebab ia membawa pesan. Maka itu mitos bukanlah objek. Mitos bukan pula konsep ataupun suatu gagasan, melainkan suatu cara signifikasi, suatu bentuk.33

Disamping itu, untuk memperjelas makna visualisasi gambar dalam iklan susu bendera edisi ramadhan di televisi, adalah elemen penting yang perlu diketahui dalam pengambilan gambar yaitu pengambilan gambar yang dapat menandakan sesuatu. Pengambilan gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara:34

1) Bird Eye View

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di atas ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda lain tampak kecil dan berserakan.

2) High Angle

Sudut pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat kecil. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”.

3) Low Angle

Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat besar. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/ prominance, berwibawa, kuat, dominan.

33

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 224. 34

(48)

4) Eye Level

Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan kesan wajar.

5) Frog Eye

Sudut pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton mewakili mata katak.

Ukuran gambar biasanya dikaitkan dengan tujuan pengambilan gambar, tingkat emosi, situasi dan kodisi objek. Terdapat bermacam-macam istilah antara lain:

1) Extreme Close Up (ECU/XCU) : pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.

2) Big Close Up (BCU) : pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu.

3) Close Up (CU) : gambar diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang terlihat seperti hanya mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru

4) Medium Close Up : (MCU) hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas.

(49)

38

6) Knee Shot (KS) : pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut. 7) Full Shot (FS) : pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala

sampai kaki.

8) Long Shot (LS) : pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek. 9) Medium Long Shot (MLS) : gambar diambil dari jarak yang wajar,

sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.

10)Extreme Long Shot (XLS): gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya.

11)One Shot (1S) : Pengambilan gambar satu objek. 12)Two Shot (2S) : pengambilan gambar dua orang. 13)Three Shot (3S) : pengambilan gambar tiga orang.

14)Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang.

Gerakan kamera akan menghasilkan gambar yang berbeda. Oleh karenanya maka dibedakan dengan istilah-istilah sebagai berikut:

1) Zoom In/ Zoom Out : kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming yang ada di kamera.

2) Panning : gerakan kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas

(50)

3) Tilting : gerakan kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera mendongak dan tilt down jika kamera mengangguk.

4) Dolly : kedudukan kamera di tripod dan di atas landasan rodanya.

Dolly In jika bergerak maju dan Dolly Out jika bergerak menjauh. 5) Follow : gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak.

6) Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane.

7) Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling menggantikan secara bersamaan.

8) Framing : objek berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki bingkai dan frame out jika keluar bingkai.

Teknik pengambilan gambar tanpa menggerakkan kamera, jadi cukup objek yang bergerak, yaitu:

1) Objek bergerak sejajar dengan kamera. 2) Walk In : Objek bergerak mendekati kamera. 3) Walk Away : Objek bergerak menjauhi kamera.

D. Definisi Istilah Penelitian

Sebagai acuan dalam penelitian ini, maka dibuatlah definisi istilah penelitian agar memperjelas keterkaitan antara kajian teoritis dalam bab II dengan analisis yang ditulis dalam bab IV.

(51)

40

menggunakan analisis semiotika, dan yang kedua menjelaskan secara singkat tentang iklan susu bendera edisi ramadhan.

1. Analisis Semiotika

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign) sebagai tindak komunikasi, dan cara berfungsinya hingga pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakan.

Dalam hal ini penulis menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yaitu mencari makna denotasi konotasi dan mitos. Yang kemudian penulis terapkan pada iklansusu benera edisi amadhan 1430 H di televisi, dengan cara mengobservasi dan menganalisis iklan tersebut. Dan mencari tau makna apa makna denotasi, konotasi dan mitos yang terkandung dengan memasukan interpretasi penulis pada konotasi dan mitos.

Pada denotasi: penulis menjelaskan pemaknaan visualisasi yang terlihat pada setiap scene yang ada pada iklan dalam bentuk kata-kata. Pada konotasi: penulis menjelaskan hasil denotasi yang telah diinterpretasi pada setiap scene dalam iklan tersebut. Pada konotasi: penulis menjelaskan keterkaitan [esan yang ada pada iklan dengan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat.

2. Iklan Susu Bendera Edisi Ramadhan di Televisi

(52)
(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM PROFIL PT. FRISIAN FLAG INDONESIA

A. Sejarah dan Perkembangan PT. Frisian Flag Indonesia

Dengan perjalanan sejarah lebih dari 85 tahun di Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia adalah pemimpin pasar di industri susu Indonesia yang berkomitmen untuk memproduksi produk susu berkualitas terbaik dan bernutrisi tinggi dan memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen dan mitra usaha kami. Semua ini dimulai di tahun 1922 dengan merek susu ”Friesche Vlag” atau yang lebih dikenal sebagai Susu Bendera diimpor dari Cooperative Condensfabriek Friesland di Belanda – sekarang Royal FrieslandCampina.

Sebagai ahli nutrisi susu bertaraf internasional, Frisian Flag Indonesia memproduksi dan memasarkan berbagai jenis produk termasuk susu bubuk, susu cair siap minum dan susu kental manis. Perusahaan kami mengoperasikan dua fasilitas produksi yang canggih di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Pabrik di Pasar Rebo memproduksi susu bubuk dan pabrik di Ciracas memproduksi susu cair serta susu kental manis.

Seluruh produk Frisian Flag diformulasikan secara khusus dengan mengacu pada Kebutuhan Nutrisi Dasar Bagi Masyarakat Indonesia (Indonesia Recommended Dietary Allowance) agar memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga Indonesia dalam segala tahapan usia. Frisian Flag Indonesia memiliki beragam produk susu bernutrisi yang lezat meliputi susu bubuk, susu siap saji, dan susu kental manis dengan kandungan nutrisi yang lengkap.

(54)

Perusahaan kami percaya bahwa keluarga sehat, yang menjalankan pola makan seimbang, amat besar kontribusinya dalam membantu anggota keluarga dalam menjalani kehidupan. Frisian Flag Indonesia percaya bahwa air susu ibu adalah makanan alami terbaik untuk menjamin kesehatan dan perkembangan bayi selama awal masa kehidupannya. Namun, sebagian kaum ibu mengalami kesulitan untuk menyusui, sehingga tambahan nutrisi sangat diperlukan bagi bayi, tentunya berdasarkan rujukan tenaga medis.

Proses produksi susu di Frisian Flag Indonesia menggunakan teknologi mutakhir dan praktek sterilisasi terbaik dari awal hingga akhir untuk menghindari kontaminasi dalam proses produksinya – praktek ini yang dikenal sebagai ‘Good Manufacturing Practices’ (GMP). Frisian Flag Indonesia mengikuti standar sertifikasi produksi kelas dunia tertinggi untuk memastikan hasil produksi yang berkualitas tinggi bagi konsumen. Seluruh proses ‘supply chain’, mulai dari pembelian bahan baku sampai dengan distribusi produk akhir kepada distributor dan grosir, diawasi oleh HACCP (Hazardous Analysis Critical Control Point) dan sistem ISO 9001; 2000 dan sistem ISO 14000.

(55)

44

memproduksi produk-produk susu untuk memenuhi kebutuhan susu seluruh anggota keluarga, antara lain:

1. Susu Bubuk Formula dan Lanjutan Frisian Flag Tahap 1 dan Tahap 2 2. Susu Bubuk Pertumbuhan Frisian Flag 123 dan 456 dengan Nutribrain

Formula

3. Susu Bubuk Frisian Flag dengan Active Care + Immunoglobulin 4. Susu Cair Frisian Flag dengan Active Care + Immunoglobulin 5. Susu Cair Yes!

6. Susu Bubuk Rendah Lemak Berkalsium Tinggi Calcimex Vitalize & Vitagold

7. Susu Kental Manis Frisian Flag 8. Omela

Proses produksi susu FFI menggunakan teknologi canggih dan memakai Good Manufacturing Process (GMP) untuk menghindari adanya kontaminasi dari luar. Proses produksi dikontrol oleh sistem Hazardous Analysis Critical Control Point (HACCP) yang bersertifikasi.

Penghargaan-penghargaan yang telah diterima antara lain:1

1. Penghargaan sebagai Penanam Modal Asing Terbaik Untuk Industri Skala Besar dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Nasional (BKPM) 2. Indonesian Customer Satisfaction Awards 2007 dari Frontier Consulting

Group

3. Indonesia Employer of Choice 2007 dari SWA Magazine

(56)

4. Indonesia Platinum Brand 2007 dari SWA Magazine & MARS

5. Indonesia Golden Brand Award 2005/2006 dari SWA Magazine & MARS 6. Indonesia Best Brand Award 2005 dari SWA Magazine & MARS

7. Good Manufacturing Practice Award (GMP) 1996

Hendro H. Poedjono, Human Resources and Corporate Affair Director Frisian Flag Indonesia (FFI) mengatakan bahwa sebagai salah satu perusahaan yang ahli dibidang nutrisi FFI menyadari pentingnya nutrisi seimbang dalam menjalani kegiatan sehari-hari, terutama saat menjalankan ibadah puasa.

“Oleh karena itu kami berkomitmen untuk memberikan asupan nutrisi seimbang dengan menitikberatkan pada pentingnya mengkonsumsi makanan berbahan dasar susu, melalui acara yang kami gelar ini,” imbuh Hendro.

Senada dengan Hendro, Ida Ruslita Amir SKM, M.kes dari Persatuan Gizi Indonesia (PERSAGI) mengatakan bahwa keluarga Indonesia wajub memperhatikan asupan gizi, baik saat berbuka maupun saat sahur agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik, “Susu tentunya dapat memberikan pasokan energi bagi tubuh yang menjalani puasa,” tambah Ita.

(57)

46

membuat kreasi ta’jil cirri khas daerah masing-masing dengan menggunakan bahan dasar susu,” ungkap Glen.2

Masa anak-anak sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental. Pola makan yang baik harus memenuhi kebutuhan nutrisi untuk menjamin kesehatan anak saat ini dan ke depan nanti, namun tentu harus dengan cara yang menyenangkan.

Kebutuhan sebagian besar nutrisi selama masa anak-anak dan puber adalah tertinggi dalam periode kehidupan karena pertumbuhan dari masa anak-anak menjadi manusia dewasa membutuhkan nutrisi yang sangat tinggi. Tubuh mengalami perubahan fisik yang ekstrim pada periode ini, termasuk peningkatan tinggi badan, pertumbuhan tulang dan otot yang drastis sehingga kebutuhan akan energi dan nutrisi tertentu pun meningkat. Kebanyakan anak-anak dan remaja aktif dalam berolahraga sehingga kebutuhan nutrisi mereka semakin tinggi. Dan mereka, terutama gadis remaja, sangat terpapar makanan yang kurang sehat sehingga bisa berisiko kekurangan nutrisi. Ada perubahan psikologi penting yang terjadi di periode ini, yang bisa berdampak pada kebiasaaan makan. Ini perlu menjadi catatan dalam menentukan makanan dan nutrisi bagi kelompok usia ini. Nutrisi Apa Yang Dibutuhkan Anak Anda? - Energi

Anak yang masih kecil tidak mampu makan dalam jumah besar sehingga mereka sebaiknya makan lebih sering dalam porsi kecil. Menu untuk mereka sebaiknya tidak banyak makanan yang terlalu padat atau encer.

2

(58)

Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti roti, nasi, pasta, dan kentang adalah sumber energi yang bagus. Gula bukan sumber energi yang bagus karena tidak banyak mengandung vitamin dan mineral serta menyebabkan gigi rusak. Kalori yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan ini adalah sekitar 1900 kalori.

- Protein

Merupakan nutrisi penting bagi perkembangan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Telur, susu- termasuk produk susu (keju dan yogurt)-, ikan, unggas, daging tanpa lemak, kacangan- termasuk produk berbahan kacang-kacangan seperti tempe, tahu, dan kecap- adalah sumber protein. Protein harus dikonsumsi secara seimbang agar anak mendapat asupan kombinasi asam amino yang tepat.

- Lemak

Dibutuhkan bagi beragam fungsi tubuh termasuk penyimpanan dan penyediaan energi, proses produksi hormon, serta untuk perlindungan, pemberi kehangatan tubuh, serta melarutkan vitamin A, D, E, dan K sehingga menjamin ketersediaan vitamin-vitamin tersebut dalam tubuh. - Karbohidrat

Memberi energi bagi tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Glukosa penting bagi otak dan bagi proses pendistribusian sel-sel darah merah. - Kalsium

(59)

48

- Thiamin (vitamin B1)

Membantu proses metabolisme karbohidrat serta fungsi-fungsi saraf dan kardio. Tidak seperti vitamin yang larut dalam lemak, vitamin yang larut dalam air tidak disimpan dalam tubuh kecuali dalam jumlah kecil, sehingga harus ada asupan melalui makanan.

- Kolin

Adalah nutrisi penting bagi membran otak dalam meningkatkan kemampuan daya ingat dan konsentrasi.

- Zat Besi

Penting bagi anak-anak yang sedang tumbuh serta menyehatkan darah. Banyak jenis sayuran yang merupakan sumber zat besi yang bagus meski zat besi yang berasal dari non-hewan lebih sulit diserap tubuh. Susu dan produk susu tidak banyak mengandung zat besi.

- Seng

Adalah mineral penting dalam susu dan merupakan komponen banyak enzim pada tubuh. Seng berperan untuk memerangi infeksi, untuk pertumbuhan, perkembangan aspek seksualitas, dan indera perasa, serta pemulihan luka.

- Vitamin D

(60)

B. Profil Perusahaan Frisian Flag Indonesia

Company Name : Frisian Flag Indonesia, PT Business Type : Manufacturer

Company Address : Jl. Soekarno Hatta 725, Margasari, Margacinta. Bandung, Bandung 40286 – DKI Jakarta Indonesia

Phone Number : 022-7309358, 7335605 Fax Number : 022-730910

Company Logo :

Total Employees : 1001 to 5000 employees Company Website : www.frisianflag.co.id Company Email : sabdg@frisianflag.co.id,

admbdg@frisianflag.co.id

Company Intro : Frisian Flag Indonesia ,PT merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang minuman yang menyediakan susu frisian flag.

Year Established : 1992

Legal Respresentative Business Owner : Cess Ruygrok Registered Capital : Not Available

(61)

50

Total Annual Purchase Volume : Below US$1 Milion Factory Size : 10,000 to 30,000 square meters QA/QC : 11 to 20 people

Management Certification: ISO 9000/9001/9004/19011: 2000

Gambar

gambaran dalam membaca makna yang terkandung dalam sebuah iklan
gambar-gambar
Tabel 1. Peta Tanda Roland Barthes :
Gambar 1. Signifikasi Dua Tahap Bathes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan ketika di silang dengan minat beli jumlah responden yang pernah melihat iklan tersebut mencapai 57 orang ( 65% ) responden. Masyarakat menilai bahwa iklan susu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distorsi nilai-nilai budaya Minangkabau dalam iklan Pertamina edisi Ramadhan 2011 yang dibagi menjadi dua pertanyaan penelitian,

format, sumber pesan iklan) sepeda motor merek Yamaha Mio terhadap. efektivitas komunikasi iklan (tahap kognitif, afektif, tindakan)

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul: Representasi Balita Pintar Dalam Iklan Susu Formula Di Televisi (Analisis Semiotik Pada Iklan Procal Gold Versi

Yang kedua masih berlokasi di sebuah restoran ketika ketiga orang model wanita sedang makan siang, makna denotasi disini, yaitu walaupun model utama senang

Sistem tanda yang terdapat dalam iklan susu formula SGM Eksplor Presinutri 3 telah menunjukkan bahwa tanda-tanda yang terdapat dalam iklan tersebut penuh dengan ikon-ikon

Judul Skripsi : Penggambaran Perempuan dalam Iklan Kopi di Televisi (Analisis Isi Kualitatif pada Iklan Kopi YA Susu Bintang Iklan Cita-Citata dan Kopi DO White Coffee Bintang

Skripsi ini berjudul Iklan Produk Susu di Televisi dan Minat Beli (Studi Korelasional Tentang Iklan Produk Susu Dancow di Televisi terhadap Minat Beli pada Masyarakat di