TAYANGAN ROSSY DI GLOBAL TV DAN PENINGKATAN PENGETAHUAN
(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengatahuan Mahasiswa FISIP USU tentang
Tokoh-Tokoh di Indonesia) SKRIPSI
Oleh: NURITA SARI
(O8O922005)
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DAFTAR ISI
I.4. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian... 6
I.4.1 tujuan penelitian ... 6
I.4.2. Manfaat penelitian... 7
I.5. Kerangka teori... 7
II.2.3. Efek Media Massa... 25
II.3. Televisi... 28
II.3.1. Sejarah Televisi... 28
II.3.2. Perkembangan Televisi di Indonesia ... 29
II.3.3. Daya Tarik Televisi... 30
II.3.4. Program Televisi ... 31
II.3.5. Dampak Acara Televisi ... 32
II.4. Teori S-O-R ... 33
II.5. Talkshow ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35
III.1.1. Lokasi dan waktu penelitian ... 35
III.1.2. Universitas Sumetera Utara... 35
III.2. FISIP USU ... 38
III.3. Populasi dan Sampel ... 44
III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 46
III.5. Teknik Pengumpulan Data... 47
III.6. Teknik Analisa Data... 47
III.7. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 48
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 50
IV.1. Analisa Tabel Tunggal ... 51
IV.1.1. Karakteristik Responden ... 52
IV.1.2. Personal Selling Kredit ... 53
IV.2. Analisa Tabel Silang ... 71
IV.3. Uji Hipotesa ... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
V.1. Kesimpulan ... 84
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Tayangan Rossy di Global TV dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Tokoh-Tokoh di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana Peningkatan Pengetahuan mahasiswa FISIP USU setelah menonton Tayangan Rossy, untuk mengetahui bagaimana Tayangan Rossy di Global TV. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Sejauhmanakah hubungan Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia ?”
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, teori S-O-R, televisi sebagai media massa dan talk show.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia. Sedangkan rumus statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus koefisien Korelasi Spearman.
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang tercatat masih aktif dalam perkuliahan yang berjumlah 2.199 orang. Untuk menentukan besarnya sampel (Sampling) digunakan rumus Taro Yamane dan didapat sampel sebesar 96 orang responden. Sedangka teknik penarikan sampel digunakan adalah
Stratified random sampling, purposive sampling.
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Tayangan Rossy di Global TV dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Tokoh-Tokoh di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana Peningkatan Pengetahuan mahasiswa FISIP USU setelah menonton Tayangan Rossy, untuk mengetahui bagaimana Tayangan Rossy di Global TV. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Sejauhmanakah hubungan Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia ?”
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, teori S-O-R, televisi sebagai media massa dan talk show.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia. Sedangkan rumus statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus koefisien Korelasi Spearman.
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang tercatat masih aktif dalam perkuliahan yang berjumlah 2.199 orang. Untuk menentukan besarnya sampel (Sampling) digunakan rumus Taro Yamane dan didapat sampel sebesar 96 orang responden. Sedangka teknik penarikan sampel digunakan adalah
Stratified random sampling, purposive sampling.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan
dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu
komunikasi saat ini telah berkembang pesat. Salah satu bagian dari ilmu
komunikasi yang sedang berkembang pesat adalah komunikasi massa.
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir
bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu
melipatgandakan pesan-pesan komunikasi (Wiryanto,2000:62). Melalui
komunikasi massa, pesan-pesan komunikasi dapat disampaikan kepada orang
banyak di tempat yang berbeda-beda dan pada waktu yang bersamaan. Untuk
sampai ke khalayak, pesan-pesan komunikasi tersebut harus melalui
saluran-saluran yang disebut dengan isstilah media massa. Media massa dibagi
menjadi dua bagian yaitu media cetak dan media elektronik (Ardiyanto &
Erdiyana,2005:45). Media massa cetak terdiri dari surat kabar, tabloid dan
lain-lain. Sedangkan media massa eektronik terdiri dari radio, film, televise
dan lain-lain. Dari berbagai jenis media massa diatas, media televisi yang
menjadi media massa yang sangat bepengaruh bagi masyarakat Indonesia.
Dunia pertelevisian di Indonesia terus berkembang seiring berjalannya
waktu. Walaupun perkembangan dunia pertelevisian Indonesia hanya berpusat
perkembangan dunia pertelevisisan telah mempengaruhi system kehidupan
sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai hari ini, Negara Indonesia telah
memiliki sebelas stasiun televisi nasional yaitu Rajawali Citra Televisi
Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI), Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar Visual
Mandiri (Indosiar), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Global TV,
Trans 7, Metro TV, tvOne dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain
televisi nasional, saat ini hampir setiap daerah (terutama kota-kota besar) di
Indonesia telah memiliki stasiun televisi lokal. Stasiun televisi yang ada di
Kota Medan antara lain TVRI Medan, Deli TV, Space Toon dan DAAI TV.
Saat ini juga telah mengudara dalam masa percobaan siaran televise Bahana
TV (
Masyarakat Indonesia setiap harinya dapat melihat berbagai macam
program acara yang ditawarkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta terebut.
Tingginya animo masyarakat Indonesia untuk menonton program-program
acara televisi yang menayangkannya. Jumlah pemirsa yang banyak terhadap
program acara tertentu akan membuat rating program tersebut tinggi sehingga mendatangkan iklan-iklan produk komersial yang merupakan sumber
penghasilan utama bagi stasiun televisi swasta (Panjaitan,2006:20). Oleh
karena itulah, stasiun-stasiun televisi swasta berlomba-lomba untuk
menayangkan program-program acara yang disukai oeh pemirsanya. Berbagai
macam program acara televisi telah ditayangkan oleh para stasiun televisi
sampai reality show.
Salah satu program acara televisi yang sedang menjadi tren di antara para
pemirsa adalah tayangan talkshow. Sebut saja Main Mata (TPI), Bukan Empat
Mata (Trans 7), Online (Trans TV), Makin Malam Makin Mantap (ANTV),
Kick Andy, Oprah Winfrey, Just Alvin (Metro TV), Global TV juga turut
menayangkan takshow ang menarik, salah satunya Rossy.
Talk Show, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya. Sajian
program yang satu ini memang disuguhkan sangat spesial untuk
penggemarnya, salah satunya adalah program talkshow Rossy yang cara
penyajiannya mempunyai gaya tersendiri dengan seorang Host bernama
Rosiana Silalahi, yang sudah dikenal di dunia entertainment
Sekarang ini kebutuhan masyarakat akan informasi tentang sosok
seorang tokoh publik figur semakin meningkat terlihat dari banyaknya stasiun
televisi yang menyajikan dan secara khusus membahas seputar kehidupan
selebritis baik itu dari segi karir sampai dengan masalah kehidupan
pribadinyapun sudah menjadi rahasia umum dan konsumsi publik. Bergerak
dari kebutuhan masyarakat yang tinggi tersebut, program acara Rossy yang
penayanganya mulai pada awal februari 2010 dan di tayangkan setiap hari
Minggu pukul 21.00 WIB. Rossy berusaha membuat suatu ruang dan
menciptakan suasana yang nyaman dan semenarik mungkin agar narasumber
yang dihadirkan merasa nyaman dan bersedia menjawab semua pertanyaan
yang ditanyakan oleh pembawa acara sebagai topik atau materi dalam acara
tersebut dengan terbuka dan terus terang atas dasar konsep pendekatan human
mengangkat tema yang sedang tren di masyarakat dengan menghadirkan
tokoh-tokoh yang telibat di dalamnya.
Tayangan Rossy bukan merupakan acara gosip yang memaparkan isu –
isu yang belum jelas kebenarannya, tetapi disini menjelaskan tentang
kehidupan sosok narasumber yang belum banyak di ketahui oleh masyarakat.
Misalnya, bagaimana sang narasumber sebelum menjadi seseorang yang
berhasil dalam karirnya ketika ia masih dalam perjalanan untuk menjadi
seorang yang sukses, kesulitan – kesulitan yang dihadapinya, bagaimana ia
bergerak dari angka nol hingga ia menjadi seorang yang sukses. Narasumber
juga akan menerangkan bagaimana hubungannya dengan keluarga,
lingkungan, sahabat dan pada saat menjadi sosok publik figur. Ia juga bukan
hanya menceritakan keberhasilannya, tetapi juga menceritakan bagaimana
susahnya untuk menggapai impian. Kadang juga sang narasumber sampai
mengeluarkan air mata sehingga membuat suasana menjadi haru, namun
karena kepiawaian Rossy dalam mensiasati suasana haru menjadi cair kembali
dengan membuat sedikit lelucon tanpa harus membuat narasumber merasa
dipojokkan atau sakit hati.
Untuk narasumber, Rossy sering kali membuat kejutan – kejutan
misalnya menghadirkan seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan,
dan seseorang itu juga akan melengkapi informasi dengan menceritakan
bagaimana pandangannya, dukungannya kepada narasumber. Untuk
mendapatkan informasi yang maksimal terkadang sosok narasumber itu
diliput bagaimana kehidupannya sehari – hari dalam sosok seorang biasa dan
narasumber yang dihadirkan dalam tayangan ini adalah sosok yang fenomenal
sehingga tema yang ditentukanpun haruslah semenarik mungkin agar
pembicaraan menjadi menarik untuk disaksikan dan masyarakat lebih
terpuaskan.
Dalam penyajiaanya talkshow Rossy lebih cendrung konsisten dan
tidak basa – basi pada tema yang dibawakannya, sehingga konsep acaranya
dibuat formal sehingga mengalir apa adannya.
Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa media massa, dalam
hal ini media televisi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan
pemirsanya. Acara talkshow Rossy di Global TV merupakan suatu acara yang
bermutu yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan
pengetahuan pemirsanya, khususnya para mahasiswa yang selalu ingin
meningkatkan pengetahuannya melalui acara-acara yang berbobot.
Mahasiswa adalah kalangan intelektual yang penuh bakat dan potensi
yang sedang belajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya mempunyai
status, tetapi juga berjuang keras untuk menyelesaikan studinya. (Bernens,
2005 :11).
Susantoro (2003) mengatakan mahasiswa adalah kalangan muda yang
berumur antara 19-28 tahun, yang memang dalam usia tersebut mengalami
suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Susantoro mengatakan
bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap
keilmuan yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif,
sistematis, dan rasional. (Bernens, 2005 : 13).
yang ada disekelilingnya. Mahasiswa akan mencari sumber informasi yang
dapat menambah wawasan dan pengetahuannya. Acara talkshow “Rossy” di
Global TV merupakan acara yang menggugah, bermanfaat dan dapat dijadikan
alternatif untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Didasari atas pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti
pengaruh acara talkshow Rossy di Global TV terhadap peningkatan
pengetahuan mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dikemukan perumusan masalah yaitu sebagai berikut:
“Sejauhmanakah hubungan Tayangan Rossy di Global TV terhadap
Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di
Indonesia”
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang
dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan
masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau
menjelaskan hubungan antara Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa.
dalam perkuliahan dan pernah menonton tayangan Rossy di Global TV.
c. Acara Talkshow yang diteliti adalah “Rossy” di Global TV yang
ditayangkan pada hari minggu pukul 21.00 WIB.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh Tayangan Rossy di Global
TV terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU.
b. Untuk mengetahui bagaimana Tayangan Rossy di Global TV.
c. Untuk mengetahui tanggapan para mahasiswa FISIP terhadap acara
Talkshow ”Rossy” di Global TV.
1.4.2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk dapat memperluas cakrawala
pengetahuan peneliti mengenai peningkatan pengetahuan mahasiswa
setelah menyaksikan tayangan Rossy di Global TV.
b. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif
kepada mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak – pihak yang membutuhkan pengetahun yang berkenaan dengan
masalah penelitian.
1.5 Kerangka Teori
kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang
menunjukan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti
(Nawawi,1997:40).
Teori menurut F..M Kerlinger merupakan himpunan konstruk
(konsep),defenisi,dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara varabel,untukmenjelaskan
dan meramalkan gejala tersebut. Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan
memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitianya.
Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Teori
Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Televisi Sebagai Media Massa, Talk show.
1.5. 1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa , baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi), yang dikelolah oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar
yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen. Pesan- pesannya bersifat
umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khusunya media
elektronik (Mulyana, 2002: 75)
Selain pengertian diatas, beberapa ahli juga mengemukakan pendapat
tentang pengertian komunikasi massa, Joseph A. Devito merumuskan
komunikasi massa menjadi dua hal, yaitu :
massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa
khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau
semua orang yang menonton televise, agaknya ini tidak berarti pula bahwa
khalayak itu besar pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua,
komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang bersifat audio atau visual. Komunikasi massa menjadi lebih
logis jika didefenisikan menurut bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, buku, tabloid, film dan pita” (Ardianto, 2004: 6).
Ciri komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsure-unsur yang
dicakupnya, yakni sifat komunikator dan sifat efek. Fungsi komunikasi massa
menurut Alexis S Tan (Nurudin, 2007: 63) adalah :
To inform (memberi informasi)
To educate (mendidik)
To persuade (mempersuasi)
To Entertain (menghibur)
Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa adalah komunikasi
melalui media massa. Jadi membahas komunikasi tidak lepas dari media
massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri.
1.5.2 Televisi
Salah satu media dalam komunikasi adalah televise, dalam semua
media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada
kehidupan manusia (Ardianto, 2004: 125)
Menurut Effendy (Effendy, 2002 : 21) yang dimaksud dengan televise
ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah,
komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya
menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen.
Televisi merupakan media massa yang sangat besar manfaatnya,
karena dalam waktu yang relative singakat dapat menjangkau wilayah dan
jumlah penonton yang tidak terbatas (Darwanto, 2005: 26). Bahkan, peristiwa
yang terjadi pada saat itu juga, dapat segera diikuti sepenuhnya oleh penonton
dibelahan bumi yang lain.
Peran komunikasi juga sangat besar dalam membentuk pola fakir,
pengembangan wawasan dan pandapat umum, termasuk pendapat umum
untuk menyukai produk-produk industri tertentu, disebabkan program acara
yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun memerlukan biaya
yang tinggi, sehingga tidak mengherankan kalau khalayak penonton betah
duduk berlama-lama didepan pesawat televisi.
1.5.3 Teori S-O-R
Model S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response.
Menurut model ini bahwa organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada
kondisi stimulus tertentu. Efek yang timbul adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendi 1995: 255).
Unsur-unsur dalam model ini adalah :
a) Pesan (stimulus)
b) Komunikan (organism)
Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa respon ataupun perubahan sikap
bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan
yang disampaikan kepada organisme dapat berdampak diterima atau ditolak.
Komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila organisme memberi perhatian
terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya, sampai pada proses
organisme tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan
penerimaan atau mungkin sebaliknya.
Adapun ketertarikan model S-O-R dalam penelitian ini, yaitu :
1.
Stimulus yang dimaksud adalah Tayangan Rossy Di Global TV2.
Organism yang dimaksud adalah Mahasiswa FISIP USU.3.
Respon yang dimaksud adalah Peningkatan PengetahuanMahasiswa.
Stimulus Organism
- perhatian - pengertian - penerimaan
1.5.4 Program Acara Talk Show
Talk Show merupakan acara yang digemari saat ini, dapat dilihat dari
hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki program acara talk show,
mungkin karena narasumbernya yang fenomenal, topik yang yang dibahas
biasanya merupakan perasangka – perasangka yang sedang berkambang
dimasarakat, misalnya gosip tentang masalah perceraian seleberitis, dimana
semua akan diungkap mulai dari penyebab perceraian itu atau alasan –alasan
lain yang menjadi faktor penyebabnya, materi yang dibahas juga dapat
memberikan banyak peluang usaha dapat kita lihat dari kegigihan seorang
narasumber dalam mencapai karir atau usahanya yang mulai dari nol sampai
berkembang pesat.juga dapat dijadikan hiburan karena presenternya
menyampaikan materi dengan cara yang kocak dan menarik.
Talk Show, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya sehingga
banyak program – program televisi yang notabenenya merupakan acara talk
show. Talk show sendiri mempunyai gaya sendiri dalam penyampaian
informasinya, sehingga acara talk show banyak digemari khalayak. Karena
acara talk show banyak digemari, banyak media televisi menyajikan talk show
– talk show yang mempunyai kekhasan sendiri sehingga tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa talk show merupakan program yang dapat menyebarkan
dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa dan penggemarnya.
Didalam talk show terdapat komponen-komponen pendukungnya seperti: host
atau pembawa acara, materi acara yang akan dibawakan, bintang tamu yang
akan dihadirkan dalam acara tersebut, studio atau tempat acara itu di
(Munson:1993)
Bermacam-macam jenis talk show muncul dilayar televisi. Dengan
pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipadu berdua.
Menurut Timberg (2002), berdasarkan waktu penayanganya talk show bisa
dibedakan menjadi 3 subgenre utama, yakni:
1. The Late-Night Entertainment Talk show
Jenis ini biasanya paling lekat pada benak khalayak, jika mengingat talk
show, yakni acara yang menghadikan selebritis, juga biasa bersama orang lain,
dan mereka duduk berdekatan
2. The Daytime Audience-Participation Show
Berbeda dari host yang lain yang berdiri dipanggung sepanjang acara, host
berkeliling diantara penonton studio, sehingga menimbulkan kesan akrab.
3. The Early-Morning News Talk Megazine Show
Talk show ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari
mulai pagi atau sebelum tengah hari.
1.6 Kerangka konsep
Seorang peneliti harus menetapkan variabel – variabel penelitian
dalam penelitiannya sebelum memulai pengumpulan datanya. Kerangka
konsep merupakan pemikiran rasional yang bersifat teoritis dalam
memperkirakan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi 1991 : 56). Dalam
a. Variabel Bebas (X)
Yaitu suatu gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi
ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi 1997 : 40)
variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah Tayangan Rossy Di Global TV.
b. Variabel Terikat ( Y )
Yaitu sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul
dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan adanya variabel
lain. Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rahmat, 1997 : 12 ). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP
USU.
c. Karakteristik Responden.
1.7 Model Teoritis
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya
maka dapat dibuat suatu model teoritis sebagai berikut :
VARIABEL BEBAS (X)
Tayangan Rossy di Global
TV
VARIABEL TERIKAT (Y)
Peningkatan Pengetahuan
Mahasiswa
Karakteristik
1.8 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat
operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam
penelitian yaitu:
Tabel 1
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel Bebas (X)
Tayangan Rossy di Global TV 1. Tema atau materi acara
2. Waktu penayangan
3. Kejelasan materi acara
4. Penampilan pembawa acara dan
narasumber.
Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi Operasional adalah hasil
penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu
variabel. Dalam penelitian ini, variabel – variabel dapat didefenisikan sebagai
a. Variabel Bebas (X), Tayangan Rossy Di Global TV
1.
Tema atau materi : untuk mengetahui tema atau materi acara apasaja yang sering dibahas dalam tayangan Rossy di Global TV.
2.
Waktu Penayangan : Informasi yang memuat tentang jadwalpenayangan suatu acara. Waktu penayangan tayangan Rossy di
Global TV, yaitu hari Minggu pada pukul 21.00 WIB.
3.
Kejelasan materi acara : untuk mengetahui apakah materi acarayang disampaikan dalam tayangan Rossy di Global TV dapat
dipahami dengan baik oleh para responden saat menontonnya.
4.
Penampilan pembawa acara dan narasumber : untuk mengetahuibagaimana si pembawa acara dan narasumber dalam tayangan
Rossy di Global TV. Sehingga penampilan mereka membuat
acara tersebut menjadi lebih menarik.
b. Variabel Terikat (Y) : Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa
1.
Tokoh Politik: Informasi dan pengetahuan yang membahastentang para tokoh politik.
2.
Tokoh Budaya: Informasi dan pengetahuan yang membahastentang para tokoh budaya.
3.
Tokoh sejarah: Informasi dan pengetahuan yang membahastentang para tokoh sejarah.
4.
Tokoh Pendidikan: Informasi dan pengetahuan yang membahastentang para tokoh pendidikan.
1.
Jenis Kelamin : Jenis kelamin dari responden (Pria/Wanita)2.
Usia : Umur responden.1.10 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih
belum sempurna. Pengertian ini diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan
yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan
kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin 2001:75).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Rossy di Global TV terhadap
peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU.
Ha :Terdapat hubungan antara Tayangan Rossy di Global TV terhadap
BAB II
URAIAN TEORITIS II.1 KOMUNIKASI
Pengertian komunikasi dapat diartikan menurut pandangan yang berbeda.
Ada yang berpendapat bahwa komunikasi adalah sebuah proses penyampaian
pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula
yang menyebut komunikasi sebagai suatu proses penyampaia pesan (berupa
lambang, suara, gambar dan lain-lain) dari suatu sumber kepada sasaran
(audience) dengan menggunakan saluran tertentu. Hal ini dapat digambarkan
melalui sebuah percakapan misalnya sebagai bentuk awal dari komunikasi.
Orang yang sedang berbicara adalah sumber (source) dari komunikasi atau dengan istilah lain sebagai komunikator. Orang yang mendengarkan disebut
sebagai audience, sasaran, pendengar atau komunikan. Apa yang disempaikan oleh orang yang sedang berbicara disebut sebagai pesan, sementara kata-kata
yang disampaikan melalui udara disebut sebagai saluran atau channel.
“komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide, atau sikap” (Suprapto,
2006 : 4).
Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam
bentuk perbincangan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama
makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti
makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa perbincangan kedua
orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti
bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
diperbincangkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas bersifat sariah,
dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan
makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan
kimunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti, tetapi juga
persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima paham atau keyakinan,
melakukan kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain (Effendy, 2002:9).
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan
(commonness); kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience/ receiver). Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila
audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain yang sama sepertia apa yang dikehendaki oleh si pengirim pesan.
Wilbur Schram menampilakan apa yang ia sebut “the cindition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyampaikan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan
tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada
saat dia bergerak untuk memeberikan tanggapan yang dikehendaki.
II.I.I Unsur – Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas behwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya
komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan,
media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau
elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi
(Cangara, 2006 : 23-27).
Adapun unsur-unsur komunikasi sebagai berikut :
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri
dari satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai,
organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka atau dengan melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda. Dalam bahasa
Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau
information. 3. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa
bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi
pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada
juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan
sebagi media komunikasi antarpribadi.
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat
melihat, membaca dan mendengarkannya. Media dalam komunikasi massa
dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik.
Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin,
paster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain:
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelompok, partai atau negara.
Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang
menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh
penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang difikirkan, dirasakan
dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh
itu bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur,
1982). Karena itu, pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan
keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.
6. Tanggapan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski
pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang
memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan.
Hal-hal seperti itu yang menjadikan tanggapan balik yang diterima oleh
sumber.
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat
macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan
psikologis, dan dimensi waktu.
Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa
terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya geografis. Komunikasi
sering sekali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana
tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kartu pos atau jalan raya.
Lingkungan sosial menunjukan faktor sosial budaya, ekonomi politik yang
bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.
Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam
berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan
orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak.
Sedangkan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk melakukan
kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena
pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi
waktu maka informasi memiliki nilai.
Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam
membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung
II.2 KOMUNIKASI MASSA
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik). Antara lain media elektronik (televisi,
radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloit), buku dan film. Dengan
demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa
menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang
serempak.
Defenisi komunikasi massa yang paling seerhana dikemukakan oleh
Bittner (Ardianto, 2004 :3), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa tersebut harus menggunakan media massa.
Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan
distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang
berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri
(Ardianto, 2004:4).
Sementara itu, menerut Jay Black dan Frederick C (Nurudin, 2007:12)
disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana
pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada
Luas disini berarti lebih besar daripada kumpulan orang berdekatan
secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan
cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan
kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan
dengan karakteristik yang berneda satu sama lain dan bukan penerima pesan
yang homogen.
Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah
dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa
modern (media cetak dan elektronik) dalam menyampaikan informasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.
II.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Melalui defenisi-defenisi komunikasi massa tersebut, kita dapat
mengetahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya
Pengantar Ilmu Komunikasi Massa (2007, 19-32), ciri-ciri dari komunikasi
massa adalah :
1.
Komunikator dalam Komunikasi Massa MelembagaKomunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang.artinya, kumpulan antarberbagai macam unsur dan kerja sama satu sama
lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai
sebuah sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang
simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai
suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah
pesan itu menjadi sumber informasi.
Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidaknya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) kumpulan individu, (2) dalam
berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam
media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan
dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) apa yang
dikemukakan komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau
mendapatkan laba secara ekonomis.
2.
Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat HeterogenKomunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam.
Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin,
status sosial ekonomi, jabatan yang beragan, dan memiliki agama atau
kepercayaan yang berbeda pula.
Herbert Blumer pernah memberikan ciri-ciri tentang karakteristik
audience/komunikan sebagai berikut :
a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari
asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di
samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara
langsung.
3.
Pesannya Bersifat UmumPesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang
atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya
ditujukan kepada khalayak plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang
dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan
memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.
Ketika melihat televisi misalnya, karena televisi ditujukan untuk dinikmati
oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemilihan
kata-katanya, sebisa mungkin menggunakan kata populer bukan kata-kata
ilmiah. Sebab, kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu.
4.
Komunikasinya Berlangsung Satu ArahPada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa
langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang
bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.
5.
Komunikasi Massa Menimbulkan KeserempakanSalah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan
dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa
menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.
6.
Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan TeknisMedia massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada
yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau
elektronik).
Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak terlepas
dari pemancar. Apalagi dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa
dengan perantara satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran
pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah
sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukannya siaran yang direkam (recorded).
7.
Komunikasi Massa Dikontrol oleh GatekeeperGatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran
informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua
informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.
Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterprestasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya,
gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebauh pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin
banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan,
bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik burujnya dampak pesan yang
disebarkan pun tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalang
II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai
fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick
yang dikutip Ardianto dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu
Pengantar” (2004, 16-17) adalah sebagai berikut :
a. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk (1)
pengawasan peringatan ; (2) pengawasan instrumental
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung
berapi, kondisi efek yang memperihatinkan, tayangan inflasi atau adanya
serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman. Sebuah
stasiun televisi mengelolah program untuk menayangkan sebuah peringatan.
Sebuah surat kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan
pengangguran. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan dan
ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang
yang tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.
Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau
penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat menbantu khalayak
dalam kehidupan sehari-hari. Berite tentang film apa yang sedang dimainkan
di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru,
ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh
b. Interpretation (Penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media
massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media
memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau di tayangkan.
c. Lingkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatuan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.
d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut
sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi
prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran
masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan
kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.
Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita
amati untuk menirunya.
Televisi sangan berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran
nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16
tahun, yang banyak menghabiskan waktunya menonton televisi dibandingkan
kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan
kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjai saluran terutama untuk
sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, maraknya tayangan
yang menontonnya, yang membuat anak muda berfikir bahwa metode
kekerasan adalah wajar dalam memecahkan masalah hidup.
e. Entertainment (Hiburan)
Penyiaran drama, tarian, kesenian, sastra, musik, olah raga, permainan,
melalui syarat-isyarat, lambang-lambang, suara dan gambar, bertujuan untuk
menciptakan kesenangan yang bersifat hiburan. Melalui berbagai program
acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang
dikehendakinya.
Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah
untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat
berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televisi dapat
membuat pikiran khalayak segar kembali.
II.2.3 Efek Media Massa
Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat
menggerakan proses sosial kearah satu tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai
kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat
dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena
itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi massa dilaksanakan
melalui berbagai media massa.
Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto dkk, 2004 :49) efek media massa
media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. pendekatan
kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak
yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku
atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif,
behavioral.
a. Pendekatan pertama yaitu efek komunikasi massa yang berkaitan dengan
pesan atau media itu sendiri
1.
Efek EkonomiKehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat
menumbuhkan berbagai usaha prosuksi, distribusi dan konsumsi jasa media
massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun televisi swasta
dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu komunikasi, para
juru kamera, pengarah acara, juru rias, dan profesi lainnya.
2. Efek Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya
kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.
3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi
ke kantor, masyarakat kota akan terlebih dahulu melihat siaran di televisi.
4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan
untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan
sebagainya.
5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan
tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan
tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif
terhadap media tertentu.
b. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada
diri khalayak
1.
Efek KognitifEfek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Efek ini membahas bagaimana media massa
dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita
memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah
kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah
realitas yang diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk
ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lainnya.
Efek Proposional Kognitif
Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan
manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita
lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi
telah menimbulkan efek proposional kognitif.
Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan
perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari
media massa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan
emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut :
Suasana Emosional
Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan
dipengaruhi oleh situasi emosional individu.
Skema Kognitif
Skema kognitif merupakan naskah yang ada difikiran individu yang
menjelaskan alur peristiwa.
Suasana Terpaan
Suasana terpaan adalah perasaan individu setelah menerima terpaan
informasi dari media massa.
Predisposisi Individual
Predisposisi individual mengacu kepada karakteristik individu.
Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih emosional
daripada orang yang periang. Orang yang periang dan memiliki sifat terbuka
cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan lucu daripada orang
Faktor Identifikasi
Menunjukan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang
ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca,
pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh.
3.
Efek BehavioralEfek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak
dalam bentuk tindakan atau kegiatan.
II.3 TELEVISI
II.3.1 Sejarah Televisi
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologo.
Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seseorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov,
menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirimkan gambar
melalui udara dari suatu tempat ketempat yang lain. Sistem ini dianggap
praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal
televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1983-1984. akhirnya Nipkov
diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.
Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika serikat pada
tahun 1938, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika
Serikat, tetapi perang dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang
televisi itu terhenti. Baru sejak itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi
dimulai lagi. Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat
pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948
merupakan tahun yang penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun
tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di
Amerika.
Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat
dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat
mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropa lain pun tidak mau
ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke
waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.
Menurut Skormis (Kuswandi, 1996:18) dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda” , dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya
mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar
dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau
bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh
televisi, akan mudah dimengerti kerena jelas terdengar secara audio dan
terlihat secara visual.
II.3.2 Perkembangan Televisi di Indonesia
Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media
layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi
kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain,
informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia di mulai pada tangga 24 Agustus
se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak saat itu pula Televisi Republik
Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai
sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam
sehari dengan segala kesederhanaannya.
TVRI ang berada dibawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah
dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI
mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra
Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut
berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi
Pendidikan Indonesia dan (ANTeve) Andalas Televisi (Ardianto, 2004:127).
Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian
Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya
maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya,
pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan
membangun beberapa stasiun tansmisi diberbagai kota besar di Indonesia,
seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah –daerah
lainnya. Kemudian stasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran
Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.
II.3.3 Daya Tarik Televisi
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya
tarik yang kuat dikarenakan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar.
Dan gambar itu bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu
radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah
dengan aman dan nyaman. Selain iti TV juga dapat menyajikan berbagai
program lainnya yang cukup inovatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat
(Effendy, 2002 :177).
II.3.4 Program Televisi
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari
pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut
Prof.Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap,
pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh psikilogi dari televisi itu sendiri, dimana televisi seakan-akan
menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan
kisah dan peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).
Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah
karakteristik khusus dan program acara, yaitu :
1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan
warna.
2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama
3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang
tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.
Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :
1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau buletin berita regional
yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.
2. Liputan-liputan khusus yang membahas bebagai masalah aktual secara lebih
3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar
ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri
atau luar negeri.
4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti :
acara memasak, berkebun, dan acara kuis.
5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain
sebagainya.
6. Acara Musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain
sebagainya.
7. Acara bagi anak-anak, seperti film kartun.
8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal,
dan lain sebagainya.
9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.
10. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.
II.3.5 Dampak Acara Televisi
Media televisi sebagaimana media massa lain berperan sebagai alat
informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis.
Bersamaan dengan jalannya proses penyajiannya isi pesan media televisi
kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterprestasikan secara
berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga
beraneka ragam.
Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap
isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi
diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi
pemirsa, belum tentu panting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang timbul
dari acara televisi terhadap pemirsa :
1.
Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerapdan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan
bagi pemirsa.
2.
Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yangditayangkan televisi.
3.
Dampak prilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telahditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari (Kuswandi, 1996 : 99).
II.4 TEORI S-O-R
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.
Maksudnya adlah kondisi internal organisme berfungsi menghasilkan respon
tertentu jika ada kondisi stumulus yang tertentu pula.
Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus
terhadap stimulus khusus sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antar perasaan dan reaksi komunikan. Menurut model ini
organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada stimulus tertentu.
Maksudnya keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon
tertentu jika ada stimulus respon tertentu pula (Effendy, 2003 : 254). Jadi
a. Pesan (Stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)
Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003 : 255), dalam bukunya “Sikap
Manusia, Perubahan, serta Pengukurnya” mengutip pendapat Hovland, Janis,
dan Kelly yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga
variabel penting, yaitu :
d. Perhatian
e. Pengertian
f. Penerimaan
Dari uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Stimulus Organisme :
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Respon
Peningkatan pengetahuan
Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan pada
komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika
ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah komunikan mengerti.
Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah
komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah sikap.
Setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan, maka perubahan
yang terjadi adalah :
a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan ditujukan kepada
komunikan, bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan.
b. Perubahan afektif, dalam hal ini, adapun tujuan komunikator bukan saja
hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya
timbul sesuatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih, terharu,
bahagia, puas dan lain sebagainya.
c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam
bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.
Pada penelitian ini, perubahan sikap yang akan diteliti adalah perubahan
afektif, yaitu adanya peningkatan pengetahuan mengenai tokoh-tokoh di
Indonesia dalam diri komunikan setelah menyaksikan acara talkshow
II.5 TALKSHOW
Talkshow merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang
biasanya mengangkat isu-isu yang lagi hanyat dalam masyarakat. Tema yang
diangkat juga bermacam-macam. Mulai dari masalah sosial, budaya, politik,
ekonomi, pendidikan, olahraga, dan sebagainya.
Program talkshow tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan
perbincangan antara presenter dan narasumber (dapat berjumlah satu orang
atau lebih), mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibincangkan
oleh masyarakat (Wibowo, 1997 : 37).
Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung dan teknik
wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela
pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jika
suatu wawancara diselenggarakan ditengah-tengah show, maka acara tersebut
di sebut talkshow. Disini pembawa acara juga berfungsi sebagai pewawancara
(Wahyudi, 1996 : 90).
Acara talkshow disiarkan untuk pertama kali pada 27 september 1954 oleh
jaringan televisi NBC (Aylesworth, 1987), dengan nama acara Tonight Show.
Acara talkshow ini dipandu oleh pembawa acara Gene Rayburn. Pada acara
ini, Gene Rayburn mengadakan dialog dengan Steve Allen (pemain piano),
Skitch Henderson (Pemimpin orkestra), dan juga dengan hadirin.
Pada acara talkshow, sajian musik dan dialog diperagakan saling
bergantian. Dengan demikian, bentuk dan format penyajian selain berupa
show dapat juga berupa dialog yang bersifat santai. Nama talkshow sendiri
Pangborn, yang bertindak sebagai pembawa acara pada suatu mata acara yang
berjudul The Jack Paar Show (Wahyudi, 1996 : 91).
Talkshow dewasa ini merupakan program unggulan. Sebab bisa disiarkan
secara langsung atau interktif atau atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya
yang menghibur (entertainment). Entertainment sebenarnya bukan sekedar menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu
sangat menentukan sukses tidaknya acara ini. metode talkshow menurut Klaus
Kastan dikenal dengan istilah talkshow skill, berupa kemampuan memandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi :
a. Mengambil keputusan
b. Menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat
c. Memotong pembicaraan narasumber yang melenceng
d. Kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber
e. Memadukan kemasan program secara interaktif.
II.6 TOKOH
Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita. (Nurgiantoro,
2002: 165)
Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita
rekaan. Menurut Abrams (dalam Nurgiayantoro 2002 : 165) tokoh cerita
oleh pembaca kualitas moral dan kecendrungan – kecenderungan tertentu
seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dengan tindakan.
Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita.
Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang
atau benda yang diinsankan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode
korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel
berkaitan dengan variabel lain (Rakhmat, 2004 : 27). Dalam hal ini adalah
acara
“Rossi” dan peningkatan pengetahuan mahasiswa USU terhadap tokoh-tokoh
di Indonesia. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan
diantara variabel-variabel tersebut.
III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus USU, yang berada di jalan
Dr. T. Mansur 9, Kampus USU, Medan 20155, Sumatera Utara. Adapun
penelitian ini dilakukan bulan Februari-April 2010.
III.2.2 Universitas Sumatera Utara a. Sejarah Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri
yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara adalah
salah satu universitas terbaik di pulau Sumatera dan merupakan universitas
negeri tertua di luar Jawa. USU juga adalah universitas pertama di pulau
USU didirikan sebagai Yayasan Universitas Sumatera Utara pada
tanggal 4 Juni 1952. Fakultas pertama adalah Fakultas Kedokteran yang
didirikan pada 20 Agustus 1952, yang kini diperingati sebagai hari jadi USU.
Presiden Indonesia, Soekarno kemudian meresmikan USU sebagai universitas
negeri ketujuh di Indonesia pada tanggal 20 November 1957.
Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung
oleh Guberbur Sumatera Utara, dengan sususnan sebagai berikut :
Abdul Hakim sebagai Ketua
Dr. T. Mansoer sebagai Wakil Ketua
Dr. Soemarsono sebagai Sekretaris sekaligusbendahara
Ir. R. S. Danunagoro, Dr. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar,
Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum
(Anggota).
Sebenarnya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan
telah mulai sejak sebelum Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh
pemerintah Belanda pada waktu itu. peda zaman pendudukan jepang, beberapa
orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer
membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan
Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd, Djamil di Bukit Tinggi sebagai
ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947. gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat diseluruh
Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di