• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tayangan Rossy Di Global TV Dan Peningkatan Pengetahuan (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengatahuan Mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tayangan Rossy Di Global TV Dan Peningkatan Pengetahuan (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengatahuan Mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di Indonesia)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

TAYANGAN ROSSY DI GLOBAL TV DAN PENINGKATAN PENGETAHUAN

(Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengatahuan Mahasiswa FISIP USU tentang

Tokoh-Tokoh di Indonesia) SKRIPSI

Oleh: NURITA SARI

(O8O922005)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

DAFTAR ISI

I.4. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian... 6

I.4.1 tujuan penelitian ... 6

I.4.2. Manfaat penelitian... 7

I.5. Kerangka teori... 7

(3)

II.2.3. Efek Media Massa... 25

II.3. Televisi... 28

II.3.1. Sejarah Televisi... 28

II.3.2. Perkembangan Televisi di Indonesia ... 29

II.3.3. Daya Tarik Televisi... 30

II.3.4. Program Televisi ... 31

II.3.5. Dampak Acara Televisi ... 32

II.4. Teori S-O-R ... 33

II.5. Talkshow ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

III.1.1. Lokasi dan waktu penelitian ... 35

III.1.2. Universitas Sumetera Utara... 35

III.2. FISIP USU ... 38

III.3. Populasi dan Sampel ... 44

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 46

III.5. Teknik Pengumpulan Data... 47

III.6. Teknik Analisa Data... 47

III.7. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 48

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 50

IV.1. Analisa Tabel Tunggal ... 51

IV.1.1. Karakteristik Responden ... 52

IV.1.2. Personal Selling Kredit ... 53

IV.2. Analisa Tabel Silang ... 71

IV.3. Uji Hipotesa ... 80

(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

V.1. Kesimpulan ... 84

(5)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Rossy di Global TV dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Tokoh-Tokoh di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana Peningkatan Pengetahuan mahasiswa FISIP USU setelah menonton Tayangan Rossy, untuk mengetahui bagaimana Tayangan Rossy di Global TV. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Sejauhmanakah hubungan Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia ?”

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, teori S-O-R, televisi sebagai media massa dan talk show.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia. Sedangkan rumus statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus koefisien Korelasi Spearman.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang tercatat masih aktif dalam perkuliahan yang berjumlah 2.199 orang. Untuk menentukan besarnya sampel (Sampling) digunakan rumus Taro Yamane dan didapat sampel sebesar 96 orang responden. Sedangka teknik penarikan sampel digunakan adalah

Stratified random sampling, purposive sampling.

(6)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Tayangan Rossy di Global TV dan Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU terhadap Tokoh-Tokoh di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU, untuk mengetahui sejauhmana Peningkatan Pengetahuan mahasiswa FISIP USU setelah menonton Tayangan Rossy, untuk mengetahui bagaimana Tayangan Rossy di Global TV. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Sejauhmanakah hubungan Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia ?”

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi, teori komunikasi massa, teori S-O-R, televisi sebagai media massa dan talk show.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana pengaruh Tayangan Rossy di Global TV terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU mengenai Tokoh-Tokoh di Indonesia. Sedangkan rumus statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus koefisien Korelasi Spearman.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FISIP USU yang tercatat masih aktif dalam perkuliahan yang berjumlah 2.199 orang. Untuk menentukan besarnya sampel (Sampling) digunakan rumus Taro Yamane dan didapat sampel sebesar 96 orang responden. Sedangka teknik penarikan sampel digunakan adalah

Stratified random sampling, purposive sampling.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak dapat dipisahkan

dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itulah, ilmu

komunikasi saat ini telah berkembang pesat. Salah satu bagian dari ilmu

komunikasi yang sedang berkembang pesat adalah komunikasi massa.

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir

bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu

melipatgandakan pesan-pesan komunikasi (Wiryanto,2000:62). Melalui

komunikasi massa, pesan-pesan komunikasi dapat disampaikan kepada orang

banyak di tempat yang berbeda-beda dan pada waktu yang bersamaan. Untuk

sampai ke khalayak, pesan-pesan komunikasi tersebut harus melalui

saluran-saluran yang disebut dengan isstilah media massa. Media massa dibagi

menjadi dua bagian yaitu media cetak dan media elektronik (Ardiyanto &

Erdiyana,2005:45). Media massa cetak terdiri dari surat kabar, tabloid dan

lain-lain. Sedangkan media massa eektronik terdiri dari radio, film, televise

dan lain-lain. Dari berbagai jenis media massa diatas, media televisi yang

menjadi media massa yang sangat bepengaruh bagi masyarakat Indonesia.

Dunia pertelevisian di Indonesia terus berkembang seiring berjalannya

waktu. Walaupun perkembangan dunia pertelevisian Indonesia hanya berpusat

(8)

perkembangan dunia pertelevisisan telah mempengaruhi system kehidupan

sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai hari ini, Negara Indonesia telah

memiliki sebelas stasiun televisi nasional yaitu Rajawali Citra Televisi

Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan

Indonesia (TPI), Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar Visual

Mandiri (Indosiar), Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), Global TV,

Trans 7, Metro TV, tvOne dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain

televisi nasional, saat ini hampir setiap daerah (terutama kota-kota besar) di

Indonesia telah memiliki stasiun televisi lokal. Stasiun televisi yang ada di

Kota Medan antara lain TVRI Medan, Deli TV, Space Toon dan DAAI TV.

Saat ini juga telah mengudara dalam masa percobaan siaran televise Bahana

TV (

Masyarakat Indonesia setiap harinya dapat melihat berbagai macam

program acara yang ditawarkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta terebut.

Tingginya animo masyarakat Indonesia untuk menonton program-program

acara televisi yang menayangkannya. Jumlah pemirsa yang banyak terhadap

program acara tertentu akan membuat rating program tersebut tinggi sehingga mendatangkan iklan-iklan produk komersial yang merupakan sumber

penghasilan utama bagi stasiun televisi swasta (Panjaitan,2006:20). Oleh

karena itulah, stasiun-stasiun televisi swasta berlomba-lomba untuk

menayangkan program-program acara yang disukai oeh pemirsanya. Berbagai

macam program acara televisi telah ditayangkan oleh para stasiun televisi

(9)

sampai reality show.

Salah satu program acara televisi yang sedang menjadi tren di antara para

pemirsa adalah tayangan talkshow. Sebut saja Main Mata (TPI), Bukan Empat

Mata (Trans 7), Online (Trans TV), Makin Malam Makin Mantap (ANTV),

Kick Andy, Oprah Winfrey, Just Alvin (Metro TV), Global TV juga turut

menayangkan takshow ang menarik, salah satunya Rossy.

Talk Show, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya. Sajian

program yang satu ini memang disuguhkan sangat spesial untuk

penggemarnya, salah satunya adalah program talkshow Rossy yang cara

penyajiannya mempunyai gaya tersendiri dengan seorang Host bernama

Rosiana Silalahi, yang sudah dikenal di dunia entertainment

Sekarang ini kebutuhan masyarakat akan informasi tentang sosok

seorang tokoh publik figur semakin meningkat terlihat dari banyaknya stasiun

televisi yang menyajikan dan secara khusus membahas seputar kehidupan

selebritis baik itu dari segi karir sampai dengan masalah kehidupan

pribadinyapun sudah menjadi rahasia umum dan konsumsi publik. Bergerak

dari kebutuhan masyarakat yang tinggi tersebut, program acara Rossy yang

penayanganya mulai pada awal februari 2010 dan di tayangkan setiap hari

Minggu pukul 21.00 WIB. Rossy berusaha membuat suatu ruang dan

menciptakan suasana yang nyaman dan semenarik mungkin agar narasumber

yang dihadirkan merasa nyaman dan bersedia menjawab semua pertanyaan

yang ditanyakan oleh pembawa acara sebagai topik atau materi dalam acara

tersebut dengan terbuka dan terus terang atas dasar konsep pendekatan human

(10)

mengangkat tema yang sedang tren di masyarakat dengan menghadirkan

tokoh-tokoh yang telibat di dalamnya.

Tayangan Rossy bukan merupakan acara gosip yang memaparkan isu –

isu yang belum jelas kebenarannya, tetapi disini menjelaskan tentang

kehidupan sosok narasumber yang belum banyak di ketahui oleh masyarakat.

Misalnya, bagaimana sang narasumber sebelum menjadi seseorang yang

berhasil dalam karirnya ketika ia masih dalam perjalanan untuk menjadi

seorang yang sukses, kesulitan – kesulitan yang dihadapinya, bagaimana ia

bergerak dari angka nol hingga ia menjadi seorang yang sukses. Narasumber

juga akan menerangkan bagaimana hubungannya dengan keluarga,

lingkungan, sahabat dan pada saat menjadi sosok publik figur. Ia juga bukan

hanya menceritakan keberhasilannya, tetapi juga menceritakan bagaimana

susahnya untuk menggapai impian. Kadang juga sang narasumber sampai

mengeluarkan air mata sehingga membuat suasana menjadi haru, namun

karena kepiawaian Rossy dalam mensiasati suasana haru menjadi cair kembali

dengan membuat sedikit lelucon tanpa harus membuat narasumber merasa

dipojokkan atau sakit hati.

Untuk narasumber, Rossy sering kali membuat kejutan – kejutan

misalnya menghadirkan seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan,

dan seseorang itu juga akan melengkapi informasi dengan menceritakan

bagaimana pandangannya, dukungannya kepada narasumber. Untuk

mendapatkan informasi yang maksimal terkadang sosok narasumber itu

diliput bagaimana kehidupannya sehari – hari dalam sosok seorang biasa dan

(11)

narasumber yang dihadirkan dalam tayangan ini adalah sosok yang fenomenal

sehingga tema yang ditentukanpun haruslah semenarik mungkin agar

pembicaraan menjadi menarik untuk disaksikan dan masyarakat lebih

terpuaskan.

Dalam penyajiaanya talkshow Rossy lebih cendrung konsisten dan

tidak basa – basi pada tema yang dibawakannya, sehingga konsep acaranya

dibuat formal sehingga mengalir apa adannya.

Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa media massa, dalam

hal ini media televisi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan

pemirsanya. Acara talkshow Rossy di Global TV merupakan suatu acara yang

bermutu yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan pemirsanya, khususnya para mahasiswa yang selalu ingin

meningkatkan pengetahuannya melalui acara-acara yang berbobot.

Mahasiswa adalah kalangan intelektual yang penuh bakat dan potensi

yang sedang belajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya mempunyai

status, tetapi juga berjuang keras untuk menyelesaikan studinya. (Bernens,

2005 :11).

Susantoro (2003) mengatakan mahasiswa adalah kalangan muda yang

berumur antara 19-28 tahun, yang memang dalam usia tersebut mengalami

suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Susantoro mengatakan

bahwa sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap

keilmuan yang dalam melihat sesuatu berdasarkan kenyataan objektif,

sistematis, dan rasional. (Bernens, 2005 : 13).

(12)

yang ada disekelilingnya. Mahasiswa akan mencari sumber informasi yang

dapat menambah wawasan dan pengetahuannya. Acara talkshow “Rossy” di

Global TV merupakan acara yang menggugah, bermanfaat dan dapat dijadikan

alternatif untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

Didasari atas pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti

pengaruh acara talkshow Rossy di Global TV terhadap peningkatan

pengetahuan mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dikemukan perumusan masalah yaitu sebagai berikut:

“Sejauhmanakah hubungan Tayangan Rossy di Global TV terhadap

Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa FISIP USU tentang Tokoh-Tokoh di

Indonesia”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang

dibahas dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan

masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Penelitian ini bersifat korelasional yang mencari hubungan atau

menjelaskan hubungan antara Pengaruh Tayangan Rossy di Global TV

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa.

(13)

dalam perkuliahan dan pernah menonton tayangan Rossy di Global TV.

c. Acara Talkshow yang diteliti adalah “Rossy” di Global TV yang

ditayangkan pada hari minggu pukul 21.00 WIB.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh Tayangan Rossy di Global

TV terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU.

b. Untuk mengetahui bagaimana Tayangan Rossy di Global TV.

c. Untuk mengetahui tanggapan para mahasiswa FISIP terhadap acara

Talkshow ”Rossy” di Global TV.

1.4.2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk dapat memperluas cakrawala

pengetahuan peneliti mengenai peningkatan pengetahuan mahasiswa

setelah menyaksikan tayangan Rossy di Global TV.

b. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif

kepada mahasiswa FISIP USU khususnya terhadap Ilmu Komunikasi.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pihak – pihak yang membutuhkan pengetahun yang berkenaan dengan

masalah penelitian.

1.5 Kerangka Teori

(14)

kerangka teori. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang

menunjukan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti

(Nawawi,1997:40).

Teori menurut F..M Kerlinger merupakan himpunan konstruk

(konsep),defenisi,dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis

tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara varabel,untukmenjelaskan

dan meramalkan gejala tersebut. Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan

memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitianya.

Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah Teori

Komunikasi Massa, Teori S-O-R, Televisi Sebagai Media Massa, Talk show.

1.5. 1 Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa , baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik

(radio, televisi), yang dikelolah oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar

yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen. Pesan- pesannya bersifat

umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khusunya media

elektronik (Mulyana, 2002: 75)

Selain pengertian diatas, beberapa ahli juga mengemukakan pendapat

tentang pengertian komunikasi massa, Joseph A. Devito merumuskan

komunikasi massa menjadi dua hal, yaitu :

(15)

massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa

khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau

semua orang yang menonton televise, agaknya ini tidak berarti pula bahwa

khalayak itu besar pada umumnya agak sukar untuk didefenisikan. Kedua,

komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang bersifat audio atau visual. Komunikasi massa menjadi lebih

logis jika didefenisikan menurut bentuknya seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah, buku, tabloid, film dan pita” (Ardianto, 2004: 6).

Ciri komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsure-unsur yang

dicakupnya, yakni sifat komunikator dan sifat efek. Fungsi komunikasi massa

menurut Alexis S Tan (Nurudin, 2007: 63) adalah :

To inform (memberi informasi)

To educate (mendidik)

To persuade (mempersuasi)

To Entertain (menghibur)

Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa adalah komunikasi

melalui media massa. Jadi membahas komunikasi tidak lepas dari media

massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri.

1.5.2 Televisi

Salah satu media dalam komunikasi adalah televise, dalam semua

media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada

kehidupan manusia (Ardianto, 2004: 125)

Menurut Effendy (Effendy, 2002 : 21) yang dimaksud dengan televise

(16)

ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah,

komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya

menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen.

Televisi merupakan media massa yang sangat besar manfaatnya,

karena dalam waktu yang relative singakat dapat menjangkau wilayah dan

jumlah penonton yang tidak terbatas (Darwanto, 2005: 26). Bahkan, peristiwa

yang terjadi pada saat itu juga, dapat segera diikuti sepenuhnya oleh penonton

dibelahan bumi yang lain.

Peran komunikasi juga sangat besar dalam membentuk pola fakir,

pengembangan wawasan dan pandapat umum, termasuk pendapat umum

untuk menyukai produk-produk industri tertentu, disebabkan program acara

yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun memerlukan biaya

yang tinggi, sehingga tidak mengherankan kalau khalayak penonton betah

duduk berlama-lama didepan pesawat televisi.

1.5.3 Teori S-O-R

Model S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response.

Menurut model ini bahwa organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada

kondisi stimulus tertentu. Efek yang timbul adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan (Effendi 1995: 255).

Unsur-unsur dalam model ini adalah :

a) Pesan (stimulus)

b) Komunikan (organism)

(17)

Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa respon ataupun perubahan sikap

bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merupakan pesan

yang disampaikan kepada organisme dapat berdampak diterima atau ditolak.

Komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila organisme memberi perhatian

terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya, sampai pada proses

organisme tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan

penerimaan atau mungkin sebaliknya.

Adapun ketertarikan model S-O-R dalam penelitian ini, yaitu :

1.

Stimulus yang dimaksud adalah Tayangan Rossy Di Global TV

2.

Organism yang dimaksud adalah Mahasiswa FISIP USU.

3.

Respon yang dimaksud adalah Peningkatan Pengetahuan

Mahasiswa.

Stimulus  Organism 

- perhatian  - pengertian  - penerimaan 

(18)

1.5.4 Program Acara Talk Show

Talk Show merupakan acara yang digemari saat ini, dapat dilihat dari

hampir setiap stasiun televisi swasta memiliki program acara talk show,

mungkin karena narasumbernya yang fenomenal, topik yang yang dibahas

biasanya merupakan perasangka – perasangka yang sedang berkambang

dimasarakat, misalnya gosip tentang masalah perceraian seleberitis, dimana

semua akan diungkap mulai dari penyebab perceraian itu atau alasan –alasan

lain yang menjadi faktor penyebabnya, materi yang dibahas juga dapat

memberikan banyak peluang usaha dapat kita lihat dari kegigihan seorang

narasumber dalam mencapai karir atau usahanya yang mulai dari nol sampai

berkembang pesat.juga dapat dijadikan hiburan karena presenternya

menyampaikan materi dengan cara yang kocak dan menarik.

Talk Show, tidak bisa dipungkiri dalam perkembangannya sehingga

banyak program – program televisi yang notabenenya merupakan acara talk

show. Talk show sendiri mempunyai gaya sendiri dalam penyampaian

informasinya, sehingga acara talk show banyak digemari khalayak. Karena

acara talk show banyak digemari, banyak media televisi menyajikan talk show

– talk show yang mempunyai kekhasan sendiri sehingga tidak dapat

dipungkiri lagi bahwa talk show merupakan program yang dapat menyebarkan

dan menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pemirsa dan penggemarnya.

Didalam talk show terdapat komponen-komponen pendukungnya seperti: host

atau pembawa acara, materi acara yang akan dibawakan, bintang tamu yang

akan dihadirkan dalam acara tersebut, studio atau tempat acara itu di

(19)

(Munson:1993)

Bermacam-macam jenis talk show muncul dilayar televisi. Dengan

pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipadu berdua.

Menurut Timberg (2002), berdasarkan waktu penayanganya talk show bisa

dibedakan menjadi 3 subgenre utama, yakni:

1. The Late-Night Entertainment Talk show

Jenis ini biasanya paling lekat pada benak khalayak, jika mengingat talk

show, yakni acara yang menghadikan selebritis, juga biasa bersama orang lain,

dan mereka duduk berdekatan

2. The Daytime Audience-Participation Show

Berbeda dari host yang lain yang berdiri dipanggung sepanjang acara, host

berkeliling diantara penonton studio, sehingga menimbulkan kesan akrab.

3. The Early-Morning News Talk Megazine Show

Talk show ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari

mulai pagi atau sebelum tengah hari.

1.6 Kerangka konsep

Seorang peneliti harus menetapkan variabel – variabel penelitian

dalam penelitiannya sebelum memulai pengumpulan datanya. Kerangka

konsep merupakan pemikiran rasional yang bersifat teoritis dalam

memperkirakan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi 1991 : 56). Dalam

(20)

a. Variabel Bebas (X)

Yaitu suatu gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi

ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi 1997 : 40)

variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah Tayangan Rossy Di Global TV.

b. Variabel Terikat ( Y )

Yaitu sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada ataupun muncul

dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan adanya variabel

lain. Variabel terikat yaitu variabel yang merupakan akibat atau yang

dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rahmat, 1997 : 12 ). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah Peningkatan pengetahuan Mahasiswa FISIP

USU.

c. Karakteristik Responden.

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dikemukakan sebelumnya

maka dapat dibuat suatu model teoritis sebagai berikut :

VARIABEL BEBAS (X) 

Tayangan Rossy di Global 

TV 

VARIABEL TERIKAT (Y) 

Peningkatan Pengetahuan 

Mahasiswa 

 

Karakteristik 

(21)

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dibuat

operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam

penelitian yaitu:

Tabel 1

Variabel Teoritis Variabel Operasional

1. Variabel Bebas (X)

Tayangan Rossy di Global TV 1. Tema atau materi acara

2. Waktu penayangan

3. Kejelasan materi acara

4. Penampilan pembawa acara dan

narasumber.

Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi Operasional adalah hasil

penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu

variabel. Dalam penelitian ini, variabel – variabel dapat didefenisikan sebagai

(22)

a. Variabel Bebas (X), Tayangan Rossy Di Global TV

1.

Tema atau materi : untuk mengetahui tema atau materi acara apa

saja yang sering dibahas dalam tayangan Rossy di Global TV.

2.

Waktu Penayangan : Informasi yang memuat tentang jadwal

penayangan suatu acara. Waktu penayangan tayangan Rossy di

Global TV, yaitu hari Minggu pada pukul 21.00 WIB.

3.

Kejelasan materi acara : untuk mengetahui apakah materi acara

yang disampaikan dalam tayangan Rossy di Global TV dapat

dipahami dengan baik oleh para responden saat menontonnya.

4.

Penampilan pembawa acara dan narasumber : untuk mengetahui

bagaimana si pembawa acara dan narasumber dalam tayangan

Rossy di Global TV. Sehingga penampilan mereka membuat

acara tersebut menjadi lebih menarik.

b. Variabel Terikat (Y) : Peningkatan Pengetahuan Mahasiswa

1.

Tokoh Politik: Informasi dan pengetahuan yang membahas

tentang para tokoh politik.

2.

Tokoh Budaya: Informasi dan pengetahuan yang membahas

tentang para tokoh budaya.

3.

Tokoh sejarah: Informasi dan pengetahuan yang membahas

tentang para tokoh sejarah.

4.

Tokoh Pendidikan: Informasi dan pengetahuan yang membahas

tentang para tokoh pendidikan.

(23)

1.

Jenis Kelamin : Jenis kelamin dari responden (Pria/Wanita)

2.

Usia : Umur responden.

1.10 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih

belum sempurna. Pengertian ini diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan

yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan

kebenaran hipotesis itu melalui penelitian (Bungin 2001:75).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Rossy di Global TV terhadap

peningkatan pengetahuan mahasiswa FISIP USU.

Ha :Terdapat hubungan antara Tayangan Rossy di Global TV terhadap

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1 KOMUNIKASI

Pengertian komunikasi dapat diartikan menurut pandangan yang berbeda.

Ada yang berpendapat bahwa komunikasi adalah sebuah proses penyampaian

pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran tertentu. Ada pula

yang menyebut komunikasi sebagai suatu proses penyampaia pesan (berupa

lambang, suara, gambar dan lain-lain) dari suatu sumber kepada sasaran

(audience) dengan menggunakan saluran tertentu. Hal ini dapat digambarkan

melalui sebuah percakapan misalnya sebagai bentuk awal dari komunikasi.

Orang yang sedang berbicara adalah sumber (source) dari komunikasi atau dengan istilah lain sebagai komunikator. Orang yang mendengarkan disebut

sebagai audience, sasaran, pendengar atau komunikan. Apa yang disempaikan oleh orang yang sedang berbicara disebut sebagai pesan, sementara kata-kata

yang disampaikan melalui udara disebut sebagai saluran atau channel.

“komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide, atau sikap” (Suprapto,

2006 : 4).

Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam

bentuk perbincangan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama

(25)

makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti

makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa perbincangan kedua

orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti

bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang

diperbincangkan.

Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas bersifat sariah,

dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan

makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan

kimunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti, tetapi juga

persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima paham atau keyakinan,

melakukan kegiatan atau perbuatan, dan lain-lain (Effendy, 2002:9).

Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi

yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan

(commonness); kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience/ receiver). Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila

audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain yang sama sepertia apa yang dikehendaki oleh si pengirim pesan.

Wilbur Schram menampilakan apa yang ia sebut “the cindition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi

tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat

(26)

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman

yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama

mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyampaikan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan

tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada

saat dia bergerak untuk memeberikan tanggapan yang dikehendaki.

II.I.I Unsur – Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas behwa

komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya

komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan,

media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau

elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi

(Cangara, 2006 : 23-27).

Adapun unsur-unsur komunikasi sebagai berikut :

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat

atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri

dari satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai,

organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau

(27)

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

tatap muka atau dengan melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda. Dalam bahasa

Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau

information. 3. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa

pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa

bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi

pancaindera dianggap sebagai media komunikasi. Selain indera manusia, ada

juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan

sebagi media komunikasi antarpribadi.

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan

antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat

melihat, membaca dan mendengarkannya. Media dalam komunikasi massa

dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik.

Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin,

paster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain:

(28)

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk

kelompok, partai atau negara.

Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang

menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh

penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali

menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang difikirkan, dirasakan

dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh

itu bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur,

1982). Karena itu, pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan

keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat

penerimaan pesan.

6. Tanggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya

umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski

pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat yang

memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk

menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan.

Hal-hal seperti itu yang menjadikan tanggapan balik yang diterima oleh

sumber.

(29)

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat

macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan

psikologis, dan dimensi waktu.

Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa

terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya geografis. Komunikasi

sering sekali sulit dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana

tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kartu pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukan faktor sosial budaya, ekonomi politik yang

bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,

kepercayaan, adat istiadat dan status sosial.

Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam

berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan

orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak.

Sedangkan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk melakukan

kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena

pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi

waktu maka informasi memiliki nilai.

Jadi, setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam

membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung

(30)

II.2 KOMUNIKASI MASSA

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media

massa (media cetak dan elektronik). Antara lain media elektronik (televisi,

radio), media cetak (surat kabar, majalah, tabloit), buku dan film. Dengan

demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa

menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan pada waktu yang

serempak.

Defenisi komunikasi massa yang paling seerhana dikemukakan oleh

Bittner (Ardianto, 2004 :3), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa tersebut harus menggunakan media massa.

Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli

komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan

distribusi yang berdasarkan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang

berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri

(Ardianto, 2004:4).

Sementara itu, menerut Jay Black dan Frederick C (Nurudin, 2007:12)

disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana

pesan-pesan yang diproduksi secara massal/ tidak sedikit itu disebarkan kepada

(31)

Luas disini berarti lebih besar daripada kumpulan orang berdekatan

secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan

cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan

kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan

dengan karakteristik yang berneda satu sama lain dan bukan penerima pesan

yang homogen.

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah

dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa

modern (media cetak dan elektronik) dalam menyampaikan informasi yang

ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim

sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak.

II.2.1 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Melalui defenisi-defenisi komunikasi massa tersebut, kita dapat

mengetahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya

Pengantar Ilmu Komunikasi Massa (2007, 19-32), ciri-ciri dari komunikasi

massa adalah :

1.

Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan

orang.artinya, kumpulan antarberbagai macam unsur dan kerja sama satu sama

lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai

sebuah sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman dan media yang

(32)

simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai

suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah

pesan itu menjadi sumber informasi.

Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidaknya

memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) kumpulan individu, (2) dalam

berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam

media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan

dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) apa yang

dikemukakan komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau

mendapatkan laba secara ekonomis.

2.

Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam.

Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin,

status sosial ekonomi, jabatan yang beragan, dan memiliki agama atau

kepercayaan yang berbeda pula.

Herbert Blumer pernah memberikan ciri-ciri tentang karakteristik

audience/komunikan sebagai berikut :

a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari

asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat.

b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di

samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara

langsung.

(33)

3.

Pesannya Bersifat Umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang

atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya

ditujukan kepada khalayak plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang

dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan

memang tidak disengaja untuk golongan tertentu.

Ketika melihat televisi misalnya, karena televisi ditujukan untuk dinikmati

oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemilihan

kata-katanya, sebisa mungkin menggunakan kata populer bukan kata-kata

ilmiah. Sebab, kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu.

4.

Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa

langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang

bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda.

5.

Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan

dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa

menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6.

Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada

(34)

yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau

elektronik).

Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak terlepas

dari pemancar. Apalagi dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa

dengan perantara satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran

pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah

sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukannya siaran yang direkam (recorded).

7.

Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran

informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua

informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

Gatekeeper juga berfungsi untuk menginterprestasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya,

gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebauh pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin

banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan,

bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik burujnya dampak pesan yang

disebarkan pun tergantung pada fungsi penapisan informasi atau pemalang

(35)

II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa

Disamping memiliki ciri-ciri khusus, komunikasi massa juga mempunyai

fungsi bagi masyarakat. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick

yang dikutip Ardianto dkk dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu

Pengantar” (2004, 16-17) adalah sebagai berikut :

a. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk (1)

pengawasan peringatan ; (2) pengawasan instrumental

Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa

menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung

berapi, kondisi efek yang memperihatinkan, tayangan inflasi atau adanya

serangan militer. Peringatan ini dapat serta merta menjadi ancaman. Sebuah

stasiun televisi mengelolah program untuk menayangkan sebuah peringatan.

Sebuah surat kabar secara berkala memuat bahaya polusi udara dan

pengangguran. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan dan

ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang

yang tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.

Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau

penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat menbantu khalayak

dalam kehidupan sehari-hari. Berite tentang film apa yang sedang dimainkan

di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru,

ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh

(36)

b. Interpretation (Penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media

massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan

penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media

memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau di tayangkan.

c. Lingkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatuan anggota masyarakat yang beragam,

sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut

sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi

prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran

masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan

kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.

Dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita

amati untuk menirunya.

Televisi sangan berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran

nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16

tahun, yang banyak menghabiskan waktunya menonton televisi dibandingkan

kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan

kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjai saluran terutama untuk

sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, maraknya tayangan

(37)

yang menontonnya, yang membuat anak muda berfikir bahwa metode

kekerasan adalah wajar dalam memecahkan masalah hidup.

e. Entertainment (Hiburan)

Penyiaran drama, tarian, kesenian, sastra, musik, olah raga, permainan,

melalui syarat-isyarat, lambang-lambang, suara dan gambar, bertujuan untuk

menciptakan kesenangan yang bersifat hiburan. Melalui berbagai program

acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hiburan yang

dikehendakinya.

Fungsi menghibur dari komunikasi massa tidak lain tujuannya adalah

untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat

berita-berita ringan atau melihat tayangan-tayangan hiburan di televisi dapat

membuat pikiran khalayak segar kembali.

II.2.3 Efek Media Massa

Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat

menggerakan proses sosial kearah satu tujuan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai

kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat

dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena

itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi massa dilaksanakan

melalui berbagai media massa.

Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto dkk, 2004 :49) efek media massa

(38)

media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. pendekatan

kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak

yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku

atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif,

behavioral.

a. Pendekatan pertama yaitu efek komunikasi massa yang berkaitan dengan

pesan atau media itu sendiri

1.

Efek Ekonomi

Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat

menumbuhkan berbagai usaha prosuksi, distribusi dan konsumsi jasa media

massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun televisi swasta

dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu komunikasi, para

juru kamera, pengarah acara, juru rias, dan profesi lainnya.

2. Efek Sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial

sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya

kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.

3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi

ke kantor, masyarakat kota akan terlebih dahulu melihat siaran di televisi.

4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan

(39)

untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan

sebagainya.

5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan

tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan

tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif

terhadap media tertentu.

b. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada

diri khalayak

1.

Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang

sifatnya informatif bagi dirinya. Efek ini membahas bagaimana media massa

dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan

mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita

memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah

kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah

realitas yang diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk

ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lainnya.

 Efek Proposional Kognitif

Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan

manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita

lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi

telah menimbulkan efek proposional kognitif.

(40)

Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Tujuan dari

komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang

sesuatu, tetapi lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan

perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari

media massa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan

emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut :

 Suasana Emosional

Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan

dipengaruhi oleh situasi emosional individu.

 Skema Kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada difikiran individu yang

menjelaskan alur peristiwa.

 Suasana Terpaan

Suasana terpaan adalah perasaan individu setelah menerima terpaan

informasi dari media massa.

 Predisposisi Individual

Predisposisi individual mengacu kepada karakteristik individu.

Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih emosional

daripada orang yang periang. Orang yang periang dan memiliki sifat terbuka

cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan lucu daripada orang

(41)

 Faktor Identifikasi

Menunjukan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang

ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca,

pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh.

3.

Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak

dalam bentuk tindakan atau kegiatan.

II.3 TELEVISI

II.3.1 Sejarah Televisi

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologo.

Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seseorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov,

menemukan sistem penyaluran sinyal gambar, untuk mengirimkan gambar

melalui udara dari suatu tempat ketempat yang lain. Sistem ini dianggap

praktis, sehingga diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan sinyal

televisi tersebut. Hal ini terjadi antara tahun 1983-1984. akhirnya Nipkov

diakui sebagai ‘Bapak’ televisi.

Televisi sudah mulai dapat dinikmati oleh publik Amerika serikat pada

tahun 1938, yaitu ketika berlangsungnya World’s Fair di New York Amerika

Serikat, tetapi perang dunia II telah menyebabkan kegiatan dalam bidang

televisi itu terhenti. Baru sejak itu, tahun 1946 kegiatan dalam bidang televisi

dimulai lagi. Pada waktu itu di seluruh Amerika Serikat hanya terdapat

(42)

pesat, jumlah pemancar TV meningkat dengan hebatnya. Tahun 1948

merupakan tahun yang penting dalam dunia pertelevisian karena pada tahun

tersebut ada perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di

Amerika.

Seperti halnya dengan media massa lain, televisi pun tidak dapat

dimonopoli oleh Amerika Serikat saja. Sewaktu Amerika giat

mengembangkan media massa itu, negara-negara Eropa lain pun tidak mau

ketinggalan. Perkembangan televisi sangat cepat sehingga dari waktu ke

waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.

Menurut Skormis (Kuswandi, 1996:18) dalam bukunya “Television and Society : An Incuest and Agenda” , dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya

mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar

dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan, atau

bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Informasi yang disampaikan oleh

televisi, akan mudah dimengerti kerena jelas terdengar secara audio dan

terlihat secara visual.

II.3.2 Perkembangan Televisi di Indonesia

Media televisi di Indonesia bukan lagi sebagai barang mewah. Kini media

layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi

kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain,

informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri.

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia di mulai pada tangga 24 Agustus

(43)

se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak saat itu pula Televisi Republik

Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai

sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam

sehari dengan segala kesederhanaannya.

TVRI ang berada dibawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah

dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia. Sejak tahun 1989 TVRI

mendapat saingan dari stasiun TV lainnya, yakni (RCTI) Rajawali Citra

Televisi Indonesia yang bersifat komersial. Kemudian secara berturut-turut

berdiri stasiun televisi (SCTV) Surya Citra Televisi Indonesia, (TPI) Televisi

Pendidikan Indonesia dan (ANTeve) Andalas Televisi (Ardianto, 2004:127).

Dengan kehadiran RCTI, SCTV, dan TPI maka dunia pertelevisian

Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya

maupun waktu penayangannya. Untuk lebih meningkatkan mutu siarannya,

pada pertengahan tahun 1993, RCTI telah mengudara secara nasional dan

membangun beberapa stasiun tansmisi diberbagai kota besar di Indonesia,

seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan daerah –daerah

lainnya. Kemudian stasiun televisi swasta bertambah lagi dengan kehadiran

Indosiar, Trans TV, Trans 7, Global TV, Metro TV, dan TV One.

II.3.3 Daya Tarik Televisi

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat. Jika radio mempunyai daya

tarik yang kuat dikarenakan unsur kata-kata, musik dan sound effect, maka TV selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar.

Dan gambar itu bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu

(44)

radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah

dengan aman dan nyaman. Selain iti TV juga dapat menyajikan berbagai

program lainnya yang cukup inovatif dan menarik untuk dinikmati masyarakat

(Effendy, 2002 :177).

II.3.4 Program Televisi

Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah lepas dari

pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut

Prof.Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap,

pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan

oleh pengaruh psikilogi dari televisi itu sendiri, dimana televisi seakan-akan

menghipnotis pemirsa, sehingga mereka telah hanyut dalam keterlibatan akan

kisah dan peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002 : 122).

Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 2003 : 105), televisi memiliki sejumlah

karakteristik khusus dan program acara, yaitu :

1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan

warna.

2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama

3. Karena menghandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang

tampak haruslah dibuat semenarik mungkin.

Sedangkan program acara televisi, terdiri dari :

1. Buletin berita nasional, seperti : siaran berita atau buletin berita regional

yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun televisi swasta lokal.

2. Liputan-liputan khusus yang membahas bebagai masalah aktual secara lebih

(45)

3. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar

ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam negeri

atau luar negeri.

4. Program acara mengenai topik khusus yang bersifat informatif, seperti :

acara memasak, berkebun, dan acara kuis.

5. Acara drama, terdiri dari : sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain

sebagainya.

6. Acara Musik, seperti konser musik pop, rock, dangdut, klasik, dan lain

sebagainya.

7. Acara bagi anak-anak, seperti film kartun.

8. Acara keagamaan, seperti : siraman rohani, acara ramadhan, acara natal,

dan lain sebagainya.

9. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.

10. Acara bincang-bincang atau sering disebut talkshow.

II.3.5 Dampak Acara Televisi

Media televisi sebagaimana media massa lain berperan sebagai alat

informasi, hiburan, kontrol sosial, dan penghubung wilayah secara strategis.

Bersamaan dengan jalannya proses penyajiannya isi pesan media televisi

kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterprestasikan secara

berbeda-beda menurut visi pemirsa. Serta dampak yang ditimbulkan juga

beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap

isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi

(46)

diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi

pemirsa, belum tentu panting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang timbul

dari acara televisi terhadap pemirsa :

1.

Dampak kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap

dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan

bagi pemirsa.

2.

Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang

ditayangkan televisi.

3.

Dampak prilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah

ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa

sehari-hari (Kuswandi, 1996 : 99).

II.4 TEORI S-O-R

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori ini organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.

Maksudnya adlah kondisi internal organisme berfungsi menghasilkan respon

tertentu jika ada kondisi stumulus yang tertentu pula.

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus

terhadap stimulus khusus sehingga dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antar perasaan dan reaksi komunikan. Menurut model ini

organisme menghasilkan prilaku tertentu jika ada stimulus tertentu.

Maksudnya keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon

tertentu jika ada stimulus respon tertentu pula (Effendy, 2003 : 254). Jadi

(47)

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003 : 255), dalam bukunya “Sikap

Manusia, Perubahan, serta Pengukurnya” mengutip pendapat Hovland, Janis,

dan Kelly yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga

variabel penting, yaitu :

d. Perhatian

e. Pengertian

f. Penerimaan

Dari uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut :

Stimulus  Organisme : 

 Perhatian 

 Pengertian 

 Penerimaan 

Respon 

Peningkatan pengetahuan 

(48)

Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada

proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan pada

komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika

ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya adalah komunikan mengerti.

Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah

komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk

mengubah sikap.

Setelah terjadinya proses-proses di dalam diri komunikan, maka perubahan

yang terjadi adalah :

a. Perubahan kognitif, pada perubahan ini pesan ditujukan kepada

komunikan, bertujuan hanya untuk mengubah pikiran komunikan.

b. Perubahan afektif, dalam hal ini, adapun tujuan komunikator bukan saja

hanya untuk diketahui oleh komunikan, melainkan diharapkan adanya

timbul sesuatu bentuk perasaan tertentu seperti rasa iba, sedih, terharu,

bahagia, puas dan lain sebagainya.

c. Perubahan behavioral, yaitu dampak yang timbul pada komunikan dalam

bentuk prilaku, tindakan atau kegiatan.

Pada penelitian ini, perubahan sikap yang akan diteliti adalah perubahan

afektif, yaitu adanya peningkatan pengetahuan mengenai tokoh-tokoh di

Indonesia dalam diri komunikan setelah menyaksikan acara talkshow

(49)

II.5 TALKSHOW

Talkshow merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang

biasanya mengangkat isu-isu yang lagi hanyat dalam masyarakat. Tema yang

diangkat juga bermacam-macam. Mulai dari masalah sosial, budaya, politik,

ekonomi, pendidikan, olahraga, dan sebagainya.

Program talkshow tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan

perbincangan antara presenter dan narasumber (dapat berjumlah satu orang

atau lebih), mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibincangkan

oleh masyarakat (Wibowo, 1997 : 37).

Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung dan teknik

wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela

pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jika

suatu wawancara diselenggarakan ditengah-tengah show, maka acara tersebut

di sebut talkshow. Disini pembawa acara juga berfungsi sebagai pewawancara

(Wahyudi, 1996 : 90).

Acara talkshow disiarkan untuk pertama kali pada 27 september 1954 oleh

jaringan televisi NBC (Aylesworth, 1987), dengan nama acara Tonight Show.

Acara talkshow ini dipandu oleh pembawa acara Gene Rayburn. Pada acara

ini, Gene Rayburn mengadakan dialog dengan Steve Allen (pemain piano),

Skitch Henderson (Pemimpin orkestra), dan juga dengan hadirin.

Pada acara talkshow, sajian musik dan dialog diperagakan saling

bergantian. Dengan demikian, bentuk dan format penyajian selain berupa

show dapat juga berupa dialog yang bersifat santai. Nama talkshow sendiri

(50)

Pangborn, yang bertindak sebagai pembawa acara pada suatu mata acara yang

berjudul The Jack Paar Show (Wahyudi, 1996 : 91).

Talkshow dewasa ini merupakan program unggulan. Sebab bisa disiarkan

secara langsung atau interktif atau atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya

yang menghibur (entertainment). Entertainment sebenarnya bukan sekedar menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu

sangat menentukan sukses tidaknya acara ini. metode talkshow menurut Klaus

Kastan dikenal dengan istilah talkshow skill, berupa kemampuan memandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi :

a. Mengambil keputusan

b. Menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat

c. Memotong pembicaraan narasumber yang melenceng

d. Kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber

e. Memadukan kemasan program secara interaktif.

II.6 TOKOH

Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban

peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu

cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita. (Nurgiantoro,

2002: 165)

Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita

rekaan. Menurut Abrams (dalam Nurgiayantoro 2002 : 165) tokoh cerita

(51)

oleh pembaca kualitas moral dan kecendrungan – kecenderungan tertentu

seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dengan tindakan.

Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang

mengalami peristiwa atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa cerita.

Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang

atau benda yang diinsankan.

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode

korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel

berkaitan dengan variabel lain (Rakhmat, 2004 : 27). Dalam hal ini adalah

acara

“Rossi” dan peningkatan pengetahuan mahasiswa USU terhadap tokoh-tokoh

di Indonesia. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan

diantara variabel-variabel tersebut.

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian III.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus USU, yang berada di jalan

Dr. T. Mansur 9, Kampus USU, Medan 20155, Sumatera Utara. Adapun

penelitian ini dilakukan bulan Februari-April 2010.

III.2.2 Universitas Sumatera Utara a. Sejarah Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) adalah sebuah universitas negeri

yang terletak di Kota Medan, Indonesia. Universitas Sumatera Utara adalah

salah satu universitas terbaik di pulau Sumatera dan merupakan universitas

negeri tertua di luar Jawa. USU juga adalah universitas pertama di pulau

(53)

USU didirikan sebagai Yayasan Universitas Sumatera Utara pada

tanggal 4 Juni 1952. Fakultas pertama adalah Fakultas Kedokteran yang

didirikan pada 20 Agustus 1952, yang kini diperingati sebagai hari jadi USU.

Presiden Indonesia, Soekarno kemudian meresmikan USU sebagai universitas

negeri ketujuh di Indonesia pada tanggal 20 November 1957.

Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai langsung

oleh Guberbur Sumatera Utara, dengan sususnan sebagai berikut :

 Abdul Hakim sebagai Ketua

 Dr. T. Mansoer sebagai Wakil Ketua

 Dr. Soemarsono sebagai Sekretaris sekaligusbendahara

 Ir. R. S. Danunagoro, Dr. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar,

Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg. Barlan, dan Soetan Pane Paruhum

(Anggota).

Sebenarnya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan

telah mulai sejak sebelum Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh

pemerintah Belanda pada waktu itu. peda zaman pendudukan jepang, beberapa

orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer

membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan

Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd, Djamil di Bukit Tinggi sebagai

ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947. gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat diseluruh

Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2 Usia Responden
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat

• to promote pedagogical practices that offer the possibilities for schools to become places students and teachers can become engaged in critical thinking and ethical

In this paper, the experimental research utilized UAV imageries of two areas, assessed the accuracy of aerotriangulation on the basis of different photo- control

bangunan gedung kantor Belanja Bahan Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung Kantor. 1 Tahun 3.000.000

The radar incidence angle could be adjusted from 37degree to 45 degree and the resolution are 0.1m, 0.4m respectively (azimuth resolution and slant resolution)[1]. Fully

Kalimat iklan yang sesuai untuk gambar tersebut yaitu …C. Sepatu StarWork kuat tak bisa

[r]