Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK PADA ORANG DEWASA YANG MENGALAMI OBESITAS DARI KELUARGA MISKIN DI DESA
MARINDAL II KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2008
SKRIPSI
OLEH :
NIM. 041000347 NELVIN SILITONGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK PADA ORANG DEWASA YANG MENGALAMI OBESITAS DARI KELUARGA MISKIN DI DESA
MARINDAL II KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NELVIN SILITONGA NIM. 041000347
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judu l
POLA MAKAN DAN AKTIFITAS FISIK PADA ORANG DEWASA YANG MENGALAMI OBESITAS DARI KELUARGA MISKIN DI DESA
MARINDAL II KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2008
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
Ketua Penguji Penguji I
NELVIN SILITONGA NIM. 041000347
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Januari 2009
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima
TIM PENGUJI
Drs. Jumirah, Apt, MKes Ros Idah Berutu, SKM, MKes NIP. 131 803 342 NIP. 140 154 133
Penguji II Penguji III
Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, MSi Ir. Etti Sudaryati, MKM NIP. 132 049 788 NIP. 131 964 119
Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
NIP. 131 124 053 ABSTRAK
Obesitas dapat diderita setiap orang tanpa melihat usia. Meskipun penderita obesitas banyak ditemui pada kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, namun pada kelompok masyarakat yang tingkat ekonominya rendahpun tidak tertutup kemungkinan menderita obesitas. Begitu pula halnya di Desa Marindal II dijumpai penderita obesitas meskipun daerah ini tergolong wilayah dengan mayoritas penduduk memiliki tingkat ekonomi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan dan aktifitas fisik pada orang dewasa yang mengalami obesitas dari keluarga miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang dewasa dari keluarga miskin yang menderita obesitas berjumlah 53 orang dan sampel adalah total populasi. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir food frequency, food recall 2x24 jam, formulir aktivitas fisik, dan pengukuran BB/TB, selain itu juga menggunakan data sekunder yang berasal dari kantor kepala desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan berdasarkan frekuensi makan seperti nasi, ikan, tahu dan tempe umumnya dikonsumsi setiap hari dengan frekuensi ≤3x sehari sedangkan buah dan makanan jajanan seperti gorengan dikonsumsi ≤3x seminggu. Buah yang sering dikonsumsi adalah pisang dan pepaya. Susunan makanan yang terbanyak adalah kurang lengkap yaitu 88,68%. Jumlah energi yang dikonsumsi responden adalah pada tingkat konsumsi energi tinggi yaitu 45,28% dan mengkonsumsi energi yang cukup yaitu 33.96%. Tingkat aktivitas fisik responden yang terbanyak adalah aktivitas fisik sedang yakni 66,04%. Tingkat obesitas responden yang terbanyak adalah obesitas tingkat I (25,0<IMT<29,9) yakni 94,34%.
Menyikapi hal tersebut perlu adanya penyesuaian konsumsi energi dengan tingkat aktifitas fisik, dengan cara pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang cukup serta bagi responden yang kurang aktivitas fisiknya agar lebih meningkatkan aktivitas fisik seperti olah raga untuk membakar kalori di dalam tubuh.
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nelvin Silitonga
Tempat/Tanggal Lahir : Balige, 21 Januari 1980
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Kawin
Alamat Rumah : Perum.Pondok Nusantara Blok F-9
Marindal-Medan
Alamat Kantor : Jln. Sudirman L.Pakam Kab.Deli Serdang
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1989 – 1994 : SD N 060923 Medan
2. Tahun 1994 – 1997 : SMP N 13 Medan
3. Tahun 1997– 2000 : SMAK Depkes Medan
5. Tahun 2004 – 2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Tahun 2000 – 2001 : CPNS Dinas Kesehatan Tarutung Kab Taput
2. Tahun 2001– 2004 : PNS Puskesmas Sarula Kab Taput
3. Tahun 2004 – Sekarang : PNS Dinas Kesehatan L.Pakam Kab.Deli Serdang
4. Tahun 2004 – Sekarang : Tugas Belajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Orang Dewasa yang Mengalami Obesitas dari Keluarga Miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008”, guna memenuhi salah satu syarat unuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan baik
moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes dan Ibu Ros Idah
Berutu, SKM, MKes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing
Akademik
3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Ketua Derpartemen Gizi Kesehatan
Masyarakat beserta seluruh Staf Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi selaku Dosen Penguji II dan Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM selaku Dosen Penguji III.
5. Bapak Kepala Desa Marindal II beserta seluruh staf yang telah banyak
membantu penulis selama melakukan penelitian.
6. Kedua Orang tuaku R.Silitonga, Spd dan Almarhum Bundaku T.Sitorus, SE
dan kedua Mertuaku M.Sianturi / P.br.Siregar, dan adek-adekku, yang telah
banyak memberikan dukungan doa, terutama kepada Suamiku Ir.Eduard
Sianturi yang telah banyak membantu dalam penyusunan Skripsi ini hingga
selesai dgn baik, dan terutama kepada putriku yang kusayangi dan kucintai
Claudya Donda Nabeela Sianturi di dalam menghadapi segala hambatan
sehingga penulis lebih tegar dan termotivasi menyelesaikan penulisan dan
penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa angkatan tahun 2004
dan rekanku Erni Sagita, Delima, Isma, Ira, Zainuddin di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2009
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak………. ii
Riwayat Hidup Penulis... iii
Kata Pengantar ... iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Obesitas ... 9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 29
3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 29
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29
3.2.2 Waktu Penelitian ... 29
3.3. Populasi dan Sampel ... 29
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
3.3.2 Sampel ... 30
BAB VI HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 36
4.1.1 Letak Geografis ... 36
4.1.2 Keadaan Penduduk... 36 ...
4.2.Tingkat Obesitas ... 38
4.3. Karakteristik Responden ... 38
4.3.1. Umur ... 38
4.6 Hubungan Susunan Makanan dengan Aktivitas Fisik ... 45
4.7 Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Aktivitas Fisik ... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 55
6.2. Saran ... 56
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009 LAMPIRAN
Formulir Food Recall 24 Jam Formulir Frekuensi Makan Formulir Aktivitas Fisik 24 Jam
Master data Pola Makan dan Aktivitas Fisik Orang Dewasa dari Keluarga Miskin yang Mengalami Obesitas di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Tahun 2008 Surat Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan Sesuai dengan Berat
Ringannya Aktivitas Pada pada Orang Dewasa (20-59 tahun) ... 23 Tabel 2.2 Faktor Aktivitas Fisik ... 26 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa
Marindal II Kecamatan Patumbak Kabuten Deli Serdang
Tahun 2008 ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Marindal II
Kecamatan Patumbak Kabuten Deli Serdang Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Desa
Marindal II Kecamatan Patumbak Kabuten Deli Serdang
Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas di Desa
Marindal II Kecamatan Patumbak Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.5 Distribusi Kelompok Umur Responden Berdasarkan Tingkat
Obesitas di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.6 Distribusi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat
Obesitas di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.7 Distribusi Suku Responden Berdasarkan Tingkat
Obesitas di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.8 Distribusi Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan Tingkat
Obesitas di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.9 Distribusi Pekerjaan Responden Berdasarkan Tingkat
Obesitas di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.10 Distribusi Susunan Makanan Berdasarkan Tingkat
Obesitas di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan
Pokok di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Hewani
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Lauk Nabati
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Sayuran
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Buah-buahan
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Makanan Berdasarkan Jenis Makanan Jajanan
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.17 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan Tingkat Obesitas
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.18 Distribusi Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan Tingkat Obesitas
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 45 Tabel 4.19 Distribusi Susunan Makanan Berdasarkan Tingkat Aktivitas Fisik
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Tahun 2008 ... 45 Tabel 4.20 Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan Tingkat
Aktivitas Fisik di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 28
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan
masalah gizi kurang, berhubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju
cenderung dengan masalah gizi lebih, berhubungan dengan penyakit degeneratif,
seperti jantung. Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda
yakni perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih (Soekirman, 2000).
Salah satu masalah gizi adalah obesitas. Menurut data yang diperoleh, terjadi
peningkatan jumlah penderita obesitas di berbagai negara. Menurut laporan WHO
tahun 2003, 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, 1 dari 3
orang penduduk menderita obesitas, di Inggris 16-17,3 % penduduk menderita
obesitas. Prevalensi overweight (kegemukan) dan obesitas meningkat sangat tajam di
kawasan Asia-Pasifik, sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong
overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas (Hadi, 2005).
Di Indonesia 12,8 – 30 % penduduk menderita berat badan lebih dan 5 – 15 %
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
besar di Indonesia memperlihatkan bahwa 18,8 % penduduk menderita gizi lebih dan
3,7 % menderita obesitas (Anonim, 2004).
Data tentang obesitas di Indonesia memang belum bisa menggambarkan
prevalensi obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data obesitas pada orang dewasa
yang tinggal di ibukota propinsi seluruh Indonesia cukup untuk menjadi perhatian
kita. Survei nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di ibukota seluruh
propinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa (≥ 18 tahun)
mengalami overweight (BMI 23-25) dan 6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk
wanita dewasa mengalami overweight dan 13,5% mengalami obesitas. Pada
kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu
masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan 30,4% dan 43% pada wanita
(Depkes, 2003).
Jumlah penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Susenas tahun 1996/1997, prevalensi obesitas di Indonesia adalah
1,1 persen dan 0,7 persen, masing-masing untuk kota dan desa. Angka tersebut
meningkat hampir lima kali menjadi 5,3 persen dan 4,3 persen per-tiga tahun. Saat ini
diperkirakan 10 dari setiap 100 penduduk Indonesia menderita obesitas (Anonimous,
2005).
Faktor utama penyebab obesitas adalah kelebihan kalori yang diterima oleh
tubuh. Di dalam tubuh kelebihan kalori disimpan dalam bentuk lemak. Bila suatu
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
terjadi terus menerus menyebabkan produksi lemak menumpuk terus sehingga tubuh
menjadi obesitas (Mursito, 2003).
Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya obesitas adalah
karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan. Studi Monica (Multinational Monitoring and Determinand in
Cardiovaskular Disease) tahun 1993, menerangkan bahwa lebih dari seperempat
(26,34%) penduduk dewasa berusia 25 – 65 tahun menderita gizi lebih dan obesitas.
Penelitian Kodyat dkk tahun 1996 di 12 kota di Indonesia terhadap 10.459 orang
yang berumur antara 25-40 tahun, 82,5% diantaranya menderita obesitas (Dand,
2004).
Tingginya penderita obesitas pada usia diatas 25 tahun, disebabkan oleh
seiring bertambahnya usia, timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme
tubuh menurun dan bertambahnya lemak tubuh. Hal ini diperburuk lagi dengan
menurunnya aktivitas fisik sehari-hari (Anonimous, 2004).
Penelitian Irawani di Jakarta Selatan tahun 1998 menunjukkan bahwa 57%
penderita obesitas tidak tamat SMU. Pada penelitian yang sama juga menunjukkan
bahwa penderita obesitas tertinggi mempunyai pekerjaan sebagai PNS (22,6%) dan
terendah adalah buruh (3,4%). Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan terutama yang
aktivitasnya rendah, juga secara tidak langsung menyebabkan obesitas (Irawani,
2000).
Dilihat dari jenis kelamin, wanita lebih mudah mengalami obesitas dibanding
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
dan 3% menderita obesitas, sedangkan wanita 20% mengalami gizi lebih dan 6%
obesitas. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah aktivitas fisik yang
kurang pada wanita terutama pada masa menopause. Selain itu rata-rata wanita
memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibanding pria. Perbandingan normal antara
lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23%
pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh
lebih dari 23% dianggap mengalami obesitas (Anonimous, 2004).
Obesitas mungkin merupakan masalah yang paling banyak menarik perhatian
masyarakat. Hal ini terbukti banyak tempat-tempat yang dipromosikan sebagai pusat
pelayanan untuk menurunkan berat badan. Obesitas dapat diderita setiap orang tanpa
melihat usia. Meskipun penderita obesitas banyak ditemui pada kelompok masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah keatas, namun pada kelompok masyarakat yang
tingkat ekonominya rendahpun tidak tertutup kemungkinan menderita obesitas.
Perkiraan bahwa obesitas adalah penyakit orang kaya tidaklah sepenuhnya benar.
Suatu survei yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada kelompok
masyarakat yang berpenghasilan relatif rendah angka obesitas mencapai 30 %,
sedangkan pada masyarakat menengah hanya 17% dan pada kelompok masyarakat
yang tergolong kaya kejadian obesitas hanya 5% (Moehyi, 1997).
Jika dibandingkan gaya hidup masyarakat kaya dengan masyarakat miskin
tentulah sangat berbeda meskipun kedua kelompok ini berpotensi menderita obesitas.
Masyarakat kaya yang cenderung dengan gaya hidup mewah, menginginkan segala
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
televisi yang disertai dengan aneka ragam makanan sebagai cemilan sehingga
menimbulkan aktivitas fisik yang kurang. Pola makan yang cenderung
mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak semakin berpotensi untuk
menderita obesitas. Berbeda dengan masyarakat miskin yang cenderung mengalami
obesitas disebabkan karena ketidakmampuan untuk mendapatkan makanan bernutrisi
tinggi. Mereka berupaya untuk mendapatkan makanan dengan cara membeli makanan
yang lebih murah dan siap saji. Berdasarkan penelitian para ilmuwan Universitas
Iowa, AS, obesitas paling banyak dialami anak-anak dari keluarga ekonomi rendah
dan miskin. Banyak anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah mengalami
obesitas. Setelah ditelusuri, diketahui bahwa anak-anak miskin mengalami obesitas
karena tidak bisa mendapatkan akses makanan bernutrisi tinggi. Hal itu membuat
mereka cenderung mengonsumsi makanan cepat saji (junk food), seperti hot dog.
Selain itu, mereka memilih makanan junk food karena harganya murah dibandingkan
makanan bergizi lainnya. Pola seperti inilah yang memperlambat metabolisme tubuh
dan mengakibatkan kegemukan (Sindo, 2008).
Para peneliti dari Canadian Institute for Health Information juga melakukan
riset di 350 wilayah di Kanada, Australia, dan Amerika Serikat. Wilayah yang
dijadikan model penelitian adalah daerah masyarakat urban yang ekonomi dan
perkembangan fisiknya rendah dengan mengombinasikan pola hidup dan makan.
Kemudian, dipelajari kontribusinya terhadap pertambahan berat badan yang ideal dan
sehat. Para peneliti menemukan orang yang hidup di permukiman masyarakat yang
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
dengan masyarakat kelas menengah atas yang mudah mendapatkan akses makanan
sehat dan bergizi di berbagai pasar dan supermarket. menemukan sebuah pola bahwa
masyarakat berpendapatan rendah kesulitan mendapatkan makanan sehat yang murah.
Karena itu, mereka lebih memilih fast food. Padahal, makanan itu mengandung lemak
dan kalori tinggi. Selain itu, masyarakat pendapatan rendah yang kebanyakan kaum
urban jarang berolahraga dan memiliki kelebihan berat badan (Anonim, 2008)
Para peneliti dari Divisi Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Massachusetts menyebutkan bahwa Akibat kekurangan makanan,
frekuensi makan masyarakat miskin cenderung lebih sedikit dibanding masyarakat
kaya. Mereka membuktikan bahwa pola makan, frekuensi makan dan kebiasaan
sarapan, berkaitan erat dengan risiko menderita obesitas. Mereka juga menemukan
bahwa makin sering mengonsumsi makanan, makin kecil risiko menderita obesitas.
yang mengonsumsi makanan sampai dengan tiga kali per hari berisiko menderita
obesitas 45 persen lebih tinggi daripada orang yang mengonsumsi makanan empat
kali atau lebih. Kebiasaan sarapan secara teratur menurunkan risiko menderita
obesitas. Orang yang tidak pernah sarapan, mengonsumsi makanan pada pagi hari,
berisiko menderita obesitas 4,5 kali lebih tinggi daripada orang yang sarapan secara
teratur. Para peneliti juga menemukan bahwa asupan energi cenderung meningkat
ketika sarapan dilewatkan (Rimbawan dan Siagian, 2008).
Salah satu tempat yang dapat diberikan perhatian adalah desa Marindal II
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data dari Kecamatan
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
hasil Survei Pendahuluan yang dilakukan peneliti, di daerah ini terdapat 53 orang
dewasa yang mengalami obesitas, meskipun daerah ini tergolong wilayah dengan
mayoritas penduduk memiliki tingkat ekonomi rendah. Berdasarkan alasan tersebut
peneliti tertarik untuk melihat pola makan dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang
mengalami obesitas dari keluarga miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah
bagaimana pola makan dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang mengalami
obesitas dari keluarga miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten
Deli Serdang tahun 2008.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola makan dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang
mengalami obesitas dari keluarga miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008.
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik (Umur, jenis kelamin, suku,
pendidikan, pekerjaan) pada orang dewasa yang mengalami obesitas dari
keluarga miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2008.
2. Untuk mengetahui gambaran pola makan yang mencakup susunan
makanan, frekuensi makan dan jumlah energi pada orang dewasa yang
mengalami obesitas dari keluarga miskin di Desa Marindal II Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008.
3. Untuk mengetahui aktivitas fisik yang mencakup aktivitas ringan, sedang
dan berat pada orang dewasa yang mengalami obesitas dari keluarga miskin
di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun
2008.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah khususnya petugas kesehatan untuk
memberikan informasi dalam upaya mencegah serta menanggulangi masalah
obesitas
2. Memberikan masukan bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang berada
pada daerah miskin dalam meningkatkan status kesehatan dan gizi melalui
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Obesitas
Orang sering kali menyamakan pengertian kegemukan (overweight) dengan
obesitas. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda walaupun sama-sama
menggambarkan kelebihan berat tubuh. Kegemukan adalah kondisi berat tubuh
melebihi berat tubuh normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat
tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20
– 25 % dari berat tubuh (Rimbawan dan Siagian, 2004).
Defenisi obesitas berhubungan dengan adanya ketidakseimbangan antara porsi
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
defenisi obesitas yang baik adalah bila tercakup pengertian terjadinya penimbunan
trigliserida yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Hartasi C, dkk 1988).
2.1.1 Faktor – faktor Penyebab Obesitas
Penyebab obesitas sangat kompleks dalam arti banyak sekali faktor yang
menyebabkan obesitas terjadi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas
seperti faktor lingkungan, genetik, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan
aktivitas fisik, yang akan dijelaskan sebagai berikut
Faktor lingkungan seseorang memegang peranan yang cukup berarti,
lingkungan ini termasuk pengaruh gaya hidup dan bagaimana pola makan seseorang.
Kusumawardhani (2006) mengungkapkan bahwa pola makanan seseorang ada yang
disebut food addiction dan food abuser. Food addiction adalah pola makan yang
berlebihan. Food abuser tidak sama dengan food addiction. Food abuser adalah pola
makan yang berlebih dalam periode tertentu karena mereka menyukai makanan
tersebut, kecintaan makanan ini dapat berlanjut menjadi obesitas. Pada food abuser
ini akan menjadi ketagihan secara emosional apabila digunakan dalam
mengendalikan stress, mood dan rasa kehilangan.
Pada faktor genetik, kegemukan dapat diturunkan dari generasi ke generasi
didalam sebuah keluarga. Orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang
gemuk pula. Dalam hal ini, sepertinya faktor genetik telah ikut campur dalam
menentukan jumlah unsur sel lemak dalam lemak yang berjumlah besar dan melebihi
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
kandungan. Maka tidak heran bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak yang
relatif sama besar (Zainun, 2002).
Faktor kesehatan juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas maksudnya
adalah ada beberapa penyakit yang dapat menimbulkan obesitas seperti penderita
Hipotiroidisme, Sindroma Cushing, Sindroma Prader-Willi dan beberapa kelainan
saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan. Obesitas juga dapat
disebabkan memakai obat-obatan tertentu seperti steroid dan beberapa anti depresi
(Yanovski, 2002).
Menurut Zainun (2002) faktor psikis adalah apa yang ada didalam pikiran
seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan seseorang dalam mengatur pola
makanannya. Penambahan ukuran atau jumlah sel lemak menyebabkan bertambahnya
jumlah sel didalam jaringan tubuh pada penderita obesitas terutama kegemukan pada
anak-anak memiliki sel-sel lemak 5 kali lebih banyak dibandingkan orang normal.
Aktivitas fisik yang kurang mungkin adalah penyebab utama meningkatnya obesitas
di tengah masyarakat. Orang-orang yang mengkonsumsi makanan kaya akan lemak
dan kurang melakukan aktivitas fisik atau jarang berolahraga akan cenderung
mengalami obesitas karena tidak adanya keseimbangan antara asupan yang masuk
dan energi yang keluar.
2.1.2 Patogenesis
Kusumawardhani (2006) mengungkapkan bahwa patogenesis dari obesitas
diketahui multifaktorial, meliputi faktor genetik dan faktor lingkungan yang
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Salihin (2002) mengungkapkan bahwa menurut patogenesisnya maka obesitas
dapat dibagi dalam dua macam:
a).regulatory obesity dan
b).metabolic obesity
Pada regulatory obesity gangguan primernya terletak pada pusat yang
mengatur masukan makanan (central mechanism regulating food intake). Pada
metabolic obesity terdapat kelainan pada metabolisme lemak dan karbohidrat. Jadi
pada dasarnya patogenesis obesitas adalah gangguan pada pengaturan asupan
makanan dan kelainan pada metabolisme tubuh khususnya lemak dan karbohidrat.
2.1.3 Patofisiologi
Pada penderita obesitas makanan masuk kedalam tubuh dengan jumlah
makanan yang lebih besar daripada yang dipakai oleh tubuh untuk energi. Makanan
berlebihan baik lemak, karbohidrat atau protein, kemudian disimpan sebagai lemak
dalam jaringan adipose yang kemudian akan dipakai sebagai energi. Jumlah energi
(dalam bentuk makanan) yang memasuki tubuh lebih besar daripada jumlah energi
yang keluar, maka berat badan akan meningkat (Anwar, 2005).
2.1.4 Gejala dan Tanda-tanda
Sarwono (2003) mengungkapkan bahwa salah satu tanda-tanda dari obesitas
adalah penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding
dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasaan dan sesak
nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Biasanya
gangguan pernapasan itu terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
merasa ngantuk. Obesitas juga sering ditemukan pada berbagai masalah ortopedik,
termasuk nyeri punggung bawah dan masalah osteoritis. Sering juga ditemukan
kelainan tubuh pada penderita obesitas, seseorang yang obesitas memiliki permukaan
tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas
tubuh tidak dapat dibuang secara efesien dan mengeluarkan keringat yang banyak.
Gejala obesitas dapat ditemukan pada penderita edema (pembengkaan akibat
penimbunan jumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan tangan.
Menurut Wirakusumah (1994), ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas disebabkan oleh dua faktor
utama yaitu makan melebihi porsi yang diperlukan tubuh dan penggunaan energi
yang rendah atau kombinasi keduanya. Beberapa faktor lain yang menyebabkan
terjadinya obesitas adalah : pola makan, karakteristik individu, hereditas, psikologis,
aktivitas fisik, dan gaya hidup.
a. Pola makan
Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan
lemak akan menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang
dengan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam
bentuk jaringan lemak yang lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Di tambah
kebiasan yang tidak benar sehingga memacu seseorang dapat menjadi gemuk.
Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan kecil yang penuh kalori atau
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
b. Karakteristik Individu
Karakteristik individu secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya
obesitas, yaitu : umur, jenis kelamin, faktor sosio budaya, tingkat pendidikan dan
pengetahuan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
1. Umur dan Jenis Kelamin
Persentase lemak tubuh meningkat dengan meningkatnya umur, biasanya
mulai antara umur 20 – 30 tahun (Harjadi, 1986). Bila dibiarkan usia 45–60 tahun
sering menjadi usia kritis, karena pada usia ini penyakit-penyakit seperti jantung,
Diabetes Melitus dan lainnya mulai menggoroti tubuh terutama pada orang-orang
yang obesitas (Wirakusumah, 1994). Hasil penelitian di Austria menemukan bahwa
kejadian obesitas banyak terjadi pada umur diatas 40 tahun dibanding dengan umur
kurang dari 40 tahun (Suyono, 1994).
Apabila dilihat dari jenis kelamin, prevalensi obesitas sering terjadi pada
perempuan dari pada laki-laki (Garrow, 1993). Perempuan mempunyai lebih banyak
sel lemak dari pada laki-laki perkilogram berat badan. Hal ini disebabkan karena pada
perempuan lemak tubuh diperlukan untuk fungsi reproduksi, dimana pada perempuan
disaat kekurangan makanan perempuan dapat menjaga reproduksi dengan
menggunakan cadangan lemak yang ada.
Garrow (1993) menyatakan bahwa prevalensi obesitas meningkat terus
sampai pada umur 50 tahun untuk laki-laki, dan perempuan sampai untuk umur 65
tahun. Disamping itu juga studi di beberapa negara prevalensi gizi lebih dan obesitas,
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
umur 55 tahun. Sedangkan pada perempuan prevalensi gizi lebih dan obesitas
cenderung naik sesudah monopause. Pada umur yang sama rata-rata IMT perempuan
sebelum monopause biasanya lebih rendah dibanding rara-rata IMT laki-laki. Akan
tetapi secara umum prevalensi gizi lebih dan obesitas pada perempuan cenderung
lebih tinggi dibanding laki-laki (WHO, 1995).
2. Faktor Sosio Budaya
Kebudayaan suatu keluarga, kelompok masyarakat, negara atau bangsa
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa dan bagaimana penduduk makan atau
dengan kata lain, pola kebudayaan mempengaruhi orang dalam memilih pangan. Hal
ini terlihat dari adanya beberapa jenis makanan tertentu yang mempunyai nilai lebih
dalam masyarakat dan bila seseorang mengkonsumsi makanan tersebut maka akan
meningkatkan prestisenya dalam masyarakat. Dimana terkadang makanan tersebut
kurang mengandung nilai gizi atau mungkin mengandung nilai gizi yang cenderung
berlebihan yaitu protein dan lemak yang tinggi yang akan mempengaruhi terjadinya
obesitas.
Selain itu ada beberapa jenis makanan tradisional dari suatu suku tertentu
yang mengandung lemak tinggi, misalnya suku Minang yang makanan tradisionalnya
banyak bersantan sehingga konsumsi lemak masyarakat menjadi sangat tinggi dan
kemungkinan obesitas akan semakin meningkat dalam masyarakat (Irawati, 2000).
3. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang juga dapat
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya
konsumsi makanan yang lebih baik. Sering masalah gizi timbul disebabkan karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1997).
Pengetahuan tentang makanan sehat sering kurang dipahami oleh golongan yang
tingkat pendidikannya kurang. Mereka lebih mementingkan rasa dan harga dari pada
nilai gizi makanan. Sebaliknya sekalipun kurangnya daya beli merupakan halangan
utama tetapi sebagian masalah gizi akan dapat diatasi kalau orang tahu bagaimana
memanfaatkan semua sumber yang ada.
Huttaway yang dikutip Powers (1980) dalam Mourbas (1997) mengatakan
bahwa pada tingkat pendidikan yang lebih dari SLTA ternyata berhubungan dengan
rendahnya berat badan dan kejadian kegemukan. Selanjutnya Sutedjo (1994) juga
menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan dan IMT. Tetapi
sebaliknya Mayer yang juga di kutip oleh Powers (1980) menemukan tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan gizi lebih.
4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan salah satu faktor secara yang tidak langsung dapat
menyebabkan obesitas terutama pekerjaan yang tidak terlalu memerlukan aktivitas
fisik yang berat. Penelitian yang dilakukan oleh Putra G di Surabaya menyatakan
bahwa penderita obesitas terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai PNS (24,6%) dan
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Aktivitas fisik diperlukan utnuk membakar energi di dalam lemak tubuh.
Apabila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik akan
memudahkan seseorang menjadi gemuk (Mursito, 2003).
5. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat berpengaruh terhadap konsumsi energi. Seseorang
yang mempunyai pendapatan perbulan yang tinggi akan mempunyai daya beli yang
tinggi pula sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai
jenis makanan.
Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan
tidak lagi didasarkan pada kebutuhan dan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih
mengarah kepada pertimbangan prestise dan rasa makanan yang enak, misalnya jenis
fast food. Biasanya makanan tersebut mengandung protein dan lemak tinggi, sehingga
pada akhirnya akan berdampak pada konsumsi energi yang berasal dari lemak serta
protein yang tinggi. Tingginya konsumsi energi terutama yang berasal dari lemak
akan berpengaruh terhadap terjadinya obesitas (Padmiari, 2001).
c. Hereditas (Faktor Keturunan)
Faktor keturunan (faktor genetik) adalah faktor bawaan yang berasal dari
orang tua. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab
obesitas. Meski demikian ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa faktor
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
menyatakan bahwa orang yang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan
menjadi gemuk, dan orang yang mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan
menjadi kurus. Keadaan ini tidak akan berubah bila tidak ada upaya yang kontinu
yaitu mengubah kebiasaan makan yang menyebabkan obesitas dan meningkatkan
aktivitas fisik (Wirakusumah, 1994).
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan
pengaruh sebesar 33 % terhadap berat badan seseorang (Dand, 2004).
d. Faktor Psikologis
Sebuah pandangan populer menyatakan bahwa obesitas bermula dari masalah
emosional yang tidak teratasi.
Gangguan psikologis merupakan salah satu penyebab obesitas pada orang
dewasa yang mengalami gangguan psikologis, misalnya orang dewasa yang sedang
bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya atau mengalami masalah,
timbul rasa lapar dan nafsu makan yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap
problemanya dan hormon akan disekresi sebagi tanggapan dari keadaan psikologis,
sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi untuk dipecah dan digunakan untuk
aktivitas.
e. Gaya Hidup (Life Style) yang Kurang Tepat
Kebiasaan kurang baik atau kurang tepat selain beberapa faktor diatas, di
bawah ini juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan obesitas (Wirakusumah,
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
a. Makan terburu-buru
Kebiasaan makan secara terburu-buru (tergesa-gesa) akan menyebabkan efek
kurang menguntungkan bagi pencernaan dan dapat mengakibatkan cepat merasa lapar
kembali. Padahal jika makan dikunyah lebih lama selain kelezatan makanan dapat
dinikmati, juga dapat membuat lama waktu makan. Dengan demikian tanpa disadari
makanan yang masuk ke mulut relatif lebih sedikit, tetapi rasa kenyang dapat
terpenuhi.
b. Menghindar makan pagi
Banyak orang yang menggantikan makan pagi dengan makan siang yang
berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah
yang relatif banyak. Dengan kondisi ini jika dihitung maka jumlah kalori yang masuk
ke dalam tubuh lebih banyak jika dibandingkan kalau makan pagi.
c. Waktu makan tidak teratur
Jika jarak antara dua waktu makan terlalu panjang, ada kecenderungan untuk
mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Jika keadaan tersebut berlangung relatif
lama maka akan mengakibatkan terjadinya obesitas.
d. Salah memilih dan mengolah makanan
Ada berbagai sebab atau karena ketidaktahuan dimana seseorang salah
memilih makanan. Sementara itu banyak juga orang memilih makanan hanya karena
prestise atau gengsi semata. Makanan cepat saji seperti junk food dan fast food
(burger, hot dog,) yang banyak ditawarkan sekarang banyak mengandung lemak,
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
e. Kebiasaan mengemil makanan ringan
Mengemil merupakan kegiatan makan diluar waktu makan. Biasanya
makanan yang dikonsumsi berupa makanan kecil (makanan ringan) yang rasanya
gurih, manis dan digoreng. Bila tidak dikontrol, hal ini akan mengakibatkan
kegemukan karena jenis makanan tersebut adalah makanan tinggi kalori.
2.2 Pola Makan Orang Dewasa
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut Suhardjo
(1996), pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) memilih
makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan
sosial.
Menurut Khumaidi (1994), kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia
atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi
sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan akan dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain adalah kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi,
lingkungan alam dan sejak dahulu makanan juga dianggap sebagai lambang
kekuasaan dan persahabatan.
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia, makanan yang
dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Pada masyarakat
dikenal pola makan dan kebiasaan makan dimana seseorang/sekelompok orang
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
hanya diperlukan untuk aktivitas atau kegiatan berat tetapi juga untuk berfungsinya
organ-organ tubuh. Jumlah energi yang dicerna dari makanan diukur dalam kalori dan
kebutuhan kalori harian seseorang akan bergantung pada usia, jenis kelamin, tingkat
kegiatan, laju metabolisme dan iklim dimana seseorang tinggal (Sediaoetama, 1996).
Dimasa dewasa akan terdapat banyak situasi berbahaya yang memungkinkan
seseorang untuk makan secara berlebihan, dan pada masa dewasa kegiatan ataupun
aktivitasnya sering sekali menurun tetapi hal ini tidak diikuti oleh pengurangan
jumlah konsumsi makanan, apalagi setelah menikah orang cenderung kurang peduli
akan berat tubuh mereka (Anonimous, 2002).
Kebiasaan makan yang dimulai pada masa kanak-kanak cenderung bertahan
sepanjang kehidupan dewasa. Dengan kebebasan untuk memilih, orang dewasa dapat
cenderung memakan apa saja yang memuaskan baginya, seperti mengkonsumsi
makanan manis yang bukan sehat dari sudut gizi.
Pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas ada dua yaitu
makan dalam jumlah sangat banyak (birge) dan makan di malam hari (sindrom
makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan
kekecewaan. Apabila keadaan ini berlanjut dan tidak terkontrol serta makanan yang
dikonsumsi tinggi maka akan menimbulkan kebiasaan makan yang tidak baik dan
dapat menyebabkan kenaikan berat badan bahkan obesitas (Mutadin, 2004).
2.2.1 Pola Makan Dilihat dari Susunan Makanan dan Frekuensi Makan Orang Dewasa
Dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, manusia diharapkan memakan
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
semakin baik, karena tidak ada satu makanan yang menyediakan semua unsur yang
dibutuhkan (Wirakusumah, 2000).
Di dalam setiap jenis bahan makanan, terkandung zat gizi dimana jenis dan
jumlahnya sangat bervariasi antara jenis bahan makanan yang satu dengan yang
lainnya. Suatu jenis bahan makanan paling sedikit mengandung satu jenis zat gizi
dengan kadar yang relatif berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, atau tinggi. Dalam
kehidupan sehari-hari boleh dikatakan tidak ada orang yang mengkonsumsi hanya
satu jenis bahan makanan, tetapi terdiri dari beberapa jenis. Orang yang
mengkonsumsi hidangan makanan yang terdiri dari campuran berbagai jenis bahan
makanan akan memperoleh zat gizi beraneka ragam yang terkandung dalam makanan
yang bersangkutan. Ini berarti kebutuhan individu akan berbagai jenis zat gizi dapat
lebih dijamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beraneka
ragam (Suhardjo, 1998).
Setiap bahan makanan mempunyai susunannya yang berbeda-beda. Ada yang
kaya akan satu jenis zat gizi, sebaliknya ada yang miskin akan zat gizi. Pilihan yang
luas terhadap kelompok pangan yang berbeda-beda akan memberi jaminan
perlindungan terhadap defisiensi zat-zat esensial. Unsur-unsur zat gizi akan saling
melengkapi satu sama lain. Kekurangan zat gizi dari bahan pangan yang satu akan
ditutupi bahan pangan yang lain. Misalnya mengkombinasikan sumber karbohidrat
yang berupa jagung, umbi-umbian, atau sagu dengan ikan dan kacang-kacangan
sebagai sumber protein dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Pada masa dewasa obesitas sering terjadi, seperti contoh seorang ibu rumah
tangga yang juga seorang wanita karier, disaat usianya 30 tahun merupakan saat yang
mantap dalam karirnya, dan akan sering mengikuti pertemuan-pertemuan seperti
acara rapat yang diselingi dengan makan siang ataupun makan malam yang tak luput
dari makanan-makanan lezat seperti bistik daging, rendang, spaghetti dan gulai
daging. Frekuensi dan waktu makannya pun terkadang melebihi dari frekuensi makan
ideal yaitu sekali makan pagi, siang dan makan malam. Hal ini disebabkan juga oleh
adanya masalah-masalah yang terjadi di dalam keluarga ataupun pekerjaan yang
mendorong seseorang untuk mengkonsumsi makanan melebihi dari tiga kali dalam
sehari (Anonimous, 2002).
2.2.2 Konsumsi Energi Orang Dewasa
Kebutuhan energi wanita dewasa berbeda dengan pria dewasa, dimana untuk
mengerjakan aktivitas, seorang wanita hanya menghabiskan lebih sedikit energi dari
pria, hal ini disebabkan karena pria lebih banyak melakukan aktivitas fisik, yang
membutuhkan energi yang relatif banyak dan juga karena wanita mempunyai berat
tubuh yang lebih ringan dibandingkan pria.
Seorang wanita dewasa, rata-rata menghabiskan 1400 kalori sehari. Tambahan
600-800 kalori sudah dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan energinya dalam sehari.
Selama kehamilan, masukan kalori hendaknya sekitar 2250 dan perlu tambahan 500
kalori selama menyusui. Sedangkan pria dewasa rata-rata menggunakan sampai 1650
kalori sehari hanya untuk proses kehidupan dasar, seperti detak jantung, bernafas,
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
dan kegiatan sehari-hari lainnya menghabiskan sedikitnya 600 kalori dan sekitar 2400
kalori jika pekerjaanya mencakup kerja tangan yang berat (Soekirman, 2000).
Kebutuhan akan zat gizi pada golongan dewasa sesuai dengan kecukupan
yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan Sesuai dengan Berat Ringannya Aktivitas Pada Orang Dewasa (20 - 59 tahun)
Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi, dalam Waspadji dan Suyono S, 2003
2.3 Cara Penentuan Obesitas
Cara untuk menentukan seseorang menderita obesitas dapat dilakukan dengan
cara :
1. Berdasarkan Berat Badan Ideal (BBI)
Menurut Courtney (1997), obesitas dibagi atas tiga derajat sebagi berikut :
a. Obesitas ringan, yaitu : bila berat badan lebih besar dari 120 – 140 % BBI (berat
Badan Ideal)
b. Obesitas sedang, yaitu : bila berat badan antara 141 – 200% BBI
c. Obesitas berat : bila berat badan lebih dari 200 % BBI
Menurut Purwati (2001) untuk menghitung BBI bagi remaja di usia dewasa
muda adalah dengan menggunakan rumus :
Aktivitas
Ringan Sedang Berat
Unsur Gizi Laki Wanita Laki Wanita Laki Wanita
Kalori 2800 2050 3000 2250 3600 2600
Protein 55 g 48 g 55 g 48 g 55 g 48 g
Kalsium 500 mg 500 mg 500 mg 500 mg 500 mg 500 mg
Vitamin A 600 RE 500 RE 600 RE 500 RE 600 RE 500 RE
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Keterangan : BBI = Berat Badan Ideal
TB = Tinggi Badan
Dengan ketentuan : > 15 % BBI disebut gemuk
< 15 % BBI disebut kurus
2. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Selain cara diatas untuk menentukan obesitas dapat dilakukan dengan
mengukur IMT individu. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut
Berat Badan (Kg) IMT =
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Klasifikasi IMT menurut WHO tahun 2000 (Rimbawan dan Siagian, 2004) :
- 18,5<IMT<22,9 Normal
- 23,0<IMT<24,9 Overweight
-25,0<IMT<29,9 Obesitas I
-IMT>30 Obesiatas II
3. Berdasarkan tebal lemak bawah tubuh
Obesitas juga dapat diukur melalui pengukuran tebal lemak bawah kulit.
Menurut Davidson (1972) yang dikutip oleh Husain dan Hasibuan, bahwa jumlah
lemak dalam tubuh dapat dinilai dengan mengukur tebal lemak bawah kulit dengan
alat kaliper (Lange Caliper) dengan ketelitian 1 mm (Waspadji dan Suyono, 2003).
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009 2.4 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berarti menggunakan otot untuk menggerakkan badan.
Aktivitas fisik dikategorikan menjadi berat, sedang dan ringan. Pada umumnya
ibu-ibu rumah tangga yang tingkat ekonominya menengah ke atas tergolong beraktivitas
sedang, karena di masa sekarang segalanya sudah tersedia untuk membantu kegiatan
atau pekerjaan rumah tangga seperti rice cooker, blender, mesin cuci dan lain-lain
(Wirakusumah, 2000).
Dalam proses kehidupan selalu diperlukan aktivitas fisik yang meliputi gerak
tubuh untuk berjalan dan gerakan lainnya. Seluruh aktivitas tersebut memerlukan
energi di dalam tubuh yang terbuang, begitu juga sebaliknya dengan berkurangnya
aktivitas fisik maka banyak cadangan energi yang tersimpan. Aktivitas tersebut
diperlukan untuk membakar energi di dalam tubuh.
Aktivitas fisik yang sesuai, aman dan efektif dalam upaya menurunkan berat
badan adalah dengan berolah raga, karena akan membantu memelihara berat badan
yang optimal. Gerak yang dilakukan saat berolah raga berbeda dengan gerak saat
menjalankan aktivitas sehari-hari berdiri, duduk atau hanya menggunakan tangan, hal
ini merupakan gerak anggota tubuh yang tidak seimbang (Mursito, 2003).
Jika pasokan kalori tidak diimbangi dengan penurunan kalori maka akan
mengakibatkan keseimbangan kalori positif (kelebihan kalori) sehingga akan
meningkatkan resiko terjadinya serangan beberapa penyakit degeneratif.
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
- Ringan, jika membutuhkan energi 75% untuk duduk dan berdiri, sedangkan
untuk keadaan berdiri sambil bergerak di butuhkan 25% energi.
- Sedang, jika membutuhkan energi 40% untuk duduk dan berdiri, sedangkan
pada pekerjaan khusus seperti menyetrika pakaian di butuhkan 60% energi.
- Berat, jika membutuhkan energi 75% pekerjaan khusus seperti mencuci
pakaian dan 25% untuk duduk dan berdiri.
Sebagai contoh dari ketiga jenis aktivitas fisik tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel. 2.2 Faktor Aktivitas Fisik
Aktivitas Jenis Aktivitas Laki-laki Perempuan
Istirahat Tidur, baring, duduk 1,2 1,2
Ringan Sekali Menulis, mengetik 1,4 1,4
Menyapu, menjahit, mencuci
piring, menghias ruang 1,5 1,5
Ringan-sedang Sekolah, kuliah, kerja kantor 1,7 1,6
Sedang Mencangkul, menyabit rumput 1,8 1,7
Berat Menggergaji pohon dengan
gergaji tangan
2,1 1,8
Berat Sekali Mendaki gunung, menarik becak
2,3 2,0
Sumber : Irianto, 2007 2.5 Keluarga Miskin
Untuk mendefinisikan kemiskinan, Pemerintah Pusat membuat kriterium
berdasarkan beberapa pendekatan. Seperti yang dirilis Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (2004), pemerintah memaknai kemiskinan sebagai kondisi
seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya guna mempertahankan dan mengembangkan kehidupan secara
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
ketakmampuan memenuhi kebutuhan dasar sebagai sumber kemiskinan); income
poverty (menekankan tiadanya kepemilikian aset dan alat produksi), basics capabilitiy (menekankan keterbatasan kemampuan dasar untuk menjalankan fungsi
minimal dalam masyarakat); social welfare (tekankan syarat yang harus dipenuhi
agar keluar dari kemiskinan); serta subjective (cara pandang kemiskinan dari sudut
orang miskin) pandangan orang miskin sendiri).
Merujuk pada pasal 1 PP No. 42 Tahun 1981, Pemerintah memaknai keluarga
miskin sebagai, orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian
dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (Anonim, 2001).
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Dari kerangka konsep di atas dapat digambarkan bahwa variabel yang diteliti
adalah karakteristik responden (umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan), pola makan responden (Jenis makanan, susunan makanan, frekuensi
makan, dan jumlah energi) serta aktivitas fisik (aktivitas ringan, sedang dan berat)
responden, ingin dilihat bagaimana pola makan dan aktivitas fisik pada orang dewasa
yang mengalami obesitas dari keluarga miskin di Desa Marindal II Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Pola makan :
- Jenis Makanan - Susunan makanan - Frekuensi makan - Jumlah energi Karakteristik :
- Umur
- Jenis Kelamin - Suku
- Pendidikan - Pekerjaan
Aktivitas fisik : Ringan Sedang Berat
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu untuk melihat pola
makan dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang mengalami obesitas dari keluarga
miskin di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun
2008. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten
Deli Serdang dengan alasan bahwa di Desa Marindal II terdapat 53 penderita obesitas
meskipun daerah tersebut adalah daerah yang tergolong miskin. Penelitian dilakukan
mulai Juli – November 2008.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang dewasa dari keluarga
miskin yang mengalami obesitas di desa Marindal II Kecamatan Patumbak.
Berdasarkan data dari Kecamatan Patumbak, di desa Marindal II terdapat 373 KK
Miskin dari 517 KK. Jumlah seluruh orang dewasa dari keluarga miskin adalah 2611
orang. Dari hasil screaning survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, di daerah ini
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009 3.3.2 Sampel
Sampel adalah sama dengan populasi (total sampling) yaitu sebanyak 53
orang. Orang dewasa dari keluarga miskin yang mengalami obesitas diperoleh dengan
cara screening yang dilakukan dengan kunjungan langsung ke rumah-rumah (door to
door). Hasil pengamatan fisik dari kunjungan tersebut, terdapat orang dewasa yang
terlihat gemuk, kemudian diukur berat badan dan tinggi badannya. Dengan
menghitung IMT diambil kesimpulan bahwa di daerah ini terdapat 53 orang dewasa
(2,02%) yang mengalami obesitas. (Hasil screening terlampir di belakang).
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data
1. Data primer
- Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan,
berat badan dan tinggi badan)
- Pola makan (susunan makanan, frekuensi makan dan jumlah energi)
- Aktivitas fisik (ringan, sedang dan berat)
- Obesitas dapat dilihat dengan melihat IMT (Indeks Massa Tubuh).
2. Data sekunder mencakup gambaran umum desa Marindal II Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang yang diperoleh dari Kantor Kelurahan maupun Kantor
Kecamatan tersebut.
3.4.2 Cara Pengumpulan Data
- Karakteristik responden (umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan)
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
- Susunan makanan diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan daftar
susunan makanan berdasarkan waktu dan jenis bahan makanan menggunakan
tekhnik recall 24 jam.
- Frekuensi makan diperoleh dari hasil wawancara dengan memakai daftar
frekuensi jenis bahan makanan yang dimakan (food frequency). Frekuensi
yang dimaksud yaitu sehari dan seminggu.
- Jumlah energi diukur dengan menggunakan teknik recall 24 jam selama 2
hari, kemudian diambil rata-ratanya.
- Aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan formulir
recall aktivitas fisik 24 jam.
- Obesitas dapat dilihat dengan menggunakan data status gizi yaitu diperoleh
dari hasil perbandingan berat badan (kg) dan tinggi badan (m) dan disesuaikan
dengan rumus IMT.
3.5 Instrumen Penelitian
1. Daftar kuesioner
2. Formulir food recall
3. Formulir food frequency
4. Formulir aktivitas fisik
5. Daftar komposisi bahan makanan
6. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan (DKGA)
7. Alat ukur tinggi badan (microtoice)
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
3.6 Defenisi Operasional
1. Umur adalah lamanya hidup responden yang dihitung berdasarkan tahun sejak
dilahirkan hingga saat penelitian
2. Jenis kelamin adalah ciri-ciri biologi yang terdiri atas laki-laki dan perempuan
3. Suku adalah etnis yang dapat diketahui dengan wawancara dengan responden atau
menelusuri etnik orang tua
4. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang diselesaikan atau
ditamatkan responden
5. Pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh responden sebagai mata
pencaharian utama.
6. Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis,
frekuensi, dan susunan makanan yang dimakan oleh responden dalam jangka
waktu tertentu.
7. Jenis Makanan adalah macam makanan yang dikonsumsi oleh responden dalam
sehari.
7. Susunan makanan adalah berbagai jenis bahan makanan yang dimakan responden
mencakup makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan susu.
8. Frekuensi makan adalah berapa kali setiap jenis bahan makanan dikonsumsi
responden perhari dan perminggu.
9. Jumlah energi adalah banyaknya rata-rata kalori yang dikonsumsi responden
dalam sehari.
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
11 Obesitas adalah keadaan tidak seimbangnya ukuran tubuh, ditentukan
berdasarkan nilai IMT (Indeks Massa Tubuh) yang lebih dari 25.
12. Keluarga miskin adalah keluarga yang tercatat sebagai rumah tangga miskin
berdasarkan data sosial ekonomi penduduk BPS (Badan Pusat Statistik)
Kabupaten Deli Serdang.
13. Orang dewasa adalah setiap orang yang berumur lebih dari 20 tahun pada saat
penelitian dilaksanakan.
3.7 Aspek Pengukuran
1. Data susunan makanan berbagai jenis bahan makanan yang dimakan berdasarkan
waktu makan yang dibagi atas :
- Sangat lengkap : jika susunan makanan terdiri dari :
Makanan Pokok + Lauk pauk + Sayuran +Buah +Susu
- Lengkap : Jika susunan makanan terdiri dari :
Makanan pokok + Lauk pauk +Sayuran + Buah
- Kurang lengkap : jika susunan makanan terdiri dari :
Makanan Pokok + Lauk pauk + Sayuran
- Tidak lengkap : jika susunan makanan terdiri dari :
Makanan Pokok + Lauk Pauk atau makanan pokok +sayuran
2. Data frekuensi makan diolah menjadi 3 jenis yaitu : ≤ 3 x sehari, > 3 x sehari, ≤ 3
Nelvin Silitonga : Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Pada Orang Dewasa Yang Mengalami Obesitas Dari Keluarga Miskin Di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, 2008.
USU Repository © 2009
3. Metode Recall 24 jam selama 2 hari dikonversikan menjadi zat gizi dan dihitung
zat gizi yang dikonsumsi, hasilnya dibandingkan dengan DKGA, dengan
menggunakan rumus :
K
TK = X 100%
KC
Keterangan : TK : Tingkat Kecukupan
K : Konsumsi
KC : Kecukupan yang dianjurkan
Setelah Tingkat Kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya
persentase tersebut dikategorikan sesuai dengan DKGA (Depkes, 1996) terdiri atas :
- Bila tingkat kecukupan > 115% : sangat tinggi
- Bila tingkat kecukupan 106 - 115% : tinggi
- Bila tingkat kecukupan 95-105% : cukup/sesuai dengan standart
- Bila tingkat kecukupan 85-94% : rendah
- Bila tingkat kecukupan ≤ 85% : sangat rendah
4. Aktivitas fisik digolongkan menjadi :
- Ringan, jika membutuhkan 75% waktu untuk duduk dan berdiri, sedangkan
untuk keadaan berdiri sambil bergerak di butuhkan 25% waktu dalam sehari.
- Sedang, jika membutuhkan 40% waktu untuk duduk dan berdiri, sedangkan