• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 Dummy Tabel

“ Temuan Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala

Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma

Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013”

Variabel Yang Diteliti Frekuensi Persentase Skala Koma Glasgow

(1) Ringan (skor 15-13) (2) Sedang (skor 12-9) (3) Berat (skor 8-3)

44 13 3 73,3 21,7 5,0

Total 60 100

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pasien Trauma Kepala

(1) Perdarahan subdural (2) Perdarahan epidural (3) Perdarahan subaraknod (4) Perdarahan intraserebri (1) Kecederaan sekunder (edema,

hernia) 17 14 6 8 15 28,3 23,3 10,0 13,3 25,0

Total 60 100

Perdarahan Subdural 1. Derajat ringan 2. Derajat sedang 3. Derajat berat

17 0 0 100 0,0 0,0

Total 17 100

Perdarahan Epidural 1. Derajat ringan 2. Derajat sedang 3. Derajat berat

10 4 0 71,4 28,6 0,0

Total 14 100

Perdarahan Intraserebri 1. Derajat ringan 2. Derajat sedang 3. Derajat berat

5 0 3 62,5 0,0 37.5

Total 8 100

(2)

Kecederaan Sekunder 1. Derajat ringan 2. Derajat sedang 3. Derajat berat

8 7 0

53,3 47,7

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

LAMPIRAN 6 Data Induk

(8)
(9)

LAMPIRAN 7

Nama: Mohd Ariff Hasreen Bin Ahlun

Tempat/ Tanggal Lahir: Beaufort, Sabah, Malaysia/ 14 Juli 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama: Islam

Alamat Rumah: No 21, Jalan Perjuangan, Medan Sunggal, Tanjung Tanjung Rejo, Medan

Status: Belum Berkahwin Telepon: 087769179028

E-mail:

Riwayat Pendidikan:

1. S. R. K Pekan Membakut, Sabah, Malaysia. 2. Sabah Science Secondary School, Malaysia 3. Kolej Matrikulasi, Labuan, Malaysia

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Hormat saya,

(10)
(11)
(12)

29

DAFTAR PUSTAKA

Agid, R., Andersson, T., Almqvist, H., Wilinsky, R.A, Lee, S. K, Farb, R. I., et al. (2010).Negative Ct Angiography Findings In Patients With Spontaneous Subarachnoid Hemorrhage: When Is Digital Subtraction Angiography Still

Needed. [Online] p1-10. Available at:st

December 2014].

Allan, H. R. (2008). Concussion and Other Head Injuries. In Fauci. et al. Harrison’s Principles Of Internal Medicine. 17th ed. United States Of

America: Mc Graw-Hill.

Doe, J. (2014) Epidural Hematoma. [Online] Available at:

nd April

2014]

Bullock, M. R. (2006). Surgical Management Of TBI. Vol 3. P. 1–66.

Brown, J. A. C. (2006). Pears Pocket Medical Encyclopedia. 4th ed. United Kingdoms: Warner Books.

Crash. (2013) CT Scan Guidance. [Online] Available

at [Accesed: 2nd April 2014].

Centers For Disease Control and Prevention (CDC). (2008) Updated Traumatic Brain Injury Guidelines For Adults. [Online] Available at:

nd April 2014]

Center For Disease Control and Prevention (CDC). (2003) Glasgow Coma Scale.

[Online] Available ast

March 2014]

David, S. (2003). The Skull. In David. S . Textbook of Radiology And Imaging. Vol. 2. 7th ed. London: Churchill Livingstone.

(13)

30

David, W., Hartl, R., Servadei, F., Bullock, M. R., Chesnut, R., Ghajar, J. et al. (2006). Surgical Guidelines. [Online] Available a

th November 2014].

Fiona, L., Mukul, A., Barbara, G., Hutchinson, P., Clarke, R., Hogarth, K., et al. (2014) Head injury. Triage Assessment Investigation & Early Management Of Head Injury In Children, Young People &Adults. [Online] P. 1-69. Available at: guidance.nice.org.uk/cg176. [Accessed: 18th November 2014].

Gijn, V. J., and Rinkel, G. J. E. (2001).Brain.Subarachnoid Hemorrhage: Diagnosis, Causes and Mangement. Vol 124. P. 249-278.

Gomis, M., Ois, A., Roquer, J., Campello, A., Godia, C., Conde, J., et al.(2010). European Journal of Neurology.Outcome of Intracerebral Hemorrhage Patients Pre-treated With Statins. Vol 17. P. 443-448.

Gupta, P. K, Krishna, A., Dwivedi, A.N., Kumkum, G., Bala, M., Gouri, G., et al. (2011). CT Scan Finding And Outcomes Of Head Injury Patients: A Cross Sectional Study. Journal Of Pioneering Medical Sciences. [Online] Vol.1

(issue 3). P.78–82. Available at:

th March 2014].Vol 18 (12). P.

62-759.

Ikram, M. A., Wieberdink, R. G., and Koudstaal, P. J. (2012).Current Arthrosclerosis Reports.International of Epidemiology of Intracerebral Haemorhhage.Vol 1. P. 1-13.

The Brain Injury Guide and References. (2008) Indices Of Injury Severity.

[Online] Available at

nd April 2014].

(14)

31

Japardi, I.(2002). Penatalaksanaan Cedera Kepala Akut. Usu Digital Library. [Online] Available at: library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi%37%20.pdf

Kim, P., Yan, S. H., Sung, J., Lee, S. W., and Son, B. C. (2014).Early Decompressive Craniectomy In Patients With Severe Traumatic Brain Injury. [Online] Korean Neurosurgical Society.Vol 55 (1). P. 26-31.

Lee, B.And Newberg, A. (2005). Neuroimaging In Traumatic Brain Imaging. The Journal Of The American Society For Experimentak Neurotherapeutics. [Online] Division Of Nuclear Medicine , Department Of Radiology, University Of Pennsylvania Health System. P. 1–18. Available at:

[Accessed: 21st

January 2014].

Michael, E.R.,and Christian, J. (2008). CT Imaging Of The Head. In J.Christian Fox and J. Sonia (eds.) Clinical Emergency Radiology. United States Of America: Cambridge University Press, New York.

Matis,G.,and Birbilis, T. (2008). The Glasgow Coma Scale-A Brief Review Past, Present, Future. The Glassgow Coma Scale. P. 75–89.

Peter, A. (2006) Head. In The Atlas Of The Human Body. United Kingdom: Amber Books.

Rehman, L., Khattak, A., Naseer, A., and Mushtaq.(2010). J Coll Physician Surg Pak. Outcome of Acute Traumatic Extradural Hematoma.Vol 18 (12). P. 62-759.

Riset Kesehatan Dasar. (2007) Laporan Nasional 2007. [Online] Available

at

nd April 2014]

(15)

32

(16)

15 BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konseptentang Temuan Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow (SKG).

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Variabel Dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Dependen

- Skor skala koma Glasgow pasien trauma kepala.

3.2.2 Variabel Independen

- Temuan gambaran pemeriksaan tomografi komputer pada kepalapasien.

TRAUMA KEPALA

GAMBARAN KLINIS (SKALA KOMA GLASGOW)

TEMUAN GAMBARAN PEMERIKSAAN TOMOGRAFI KOMPUTER

(17)

16

3.2.3 Definisi Operasional

- Data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari rekam medis Departemen Bedah Saraf dan Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

- Skala koma Glasgow adalah skala standardalam menilai tingkat kesadaran pasien.

Cara ukur : Observasi dan dinilai langsung terhadap respon pembukaan mata, respon verbal dan respon motorik. Skor skala koma Glasgow pasien dapat ditemukan dalam rekam medik pasien.

- Alat ukur :Rekam medik.

Hasil Ukur: Skor skala koma Glasgowdalam penelitian ini dikategori menjadi:

(1) ringan (skor 15-13) (2) sedang (skor 12-9) (3) berat(skor 8-3). - Skala : Interval.

-Trauma kepala adalah trauma yang menyebabkan cedera struktur anatomi pada kepala.

Cara Ukur :Diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan skala koma Glasgow.

- Alat Ukur : Rekam medik.

- Hasil Ukur : Trauma kepala dalam penelitian ini dikategori menjadi: (1) ringan (skor 15-13)

(18)

17

- Gambaran tomografi komputer kepala adalah gambaran yang diambil dengan menggunakan Tomografi Komputer yang menjadi dasar tatalaksana dalam menangani pasien trauma kepala.

- Cara Ukur: Melihat dan menganalisa hasil gambaran Tomografi Komputer kepala pasien dari data rekam medik.

- Hasil Ukur : Gambaran Tomografi Komputer kepala pasien dikategori menjadi:

(1) perdarahan epidural : Hiperdens, bikonveks, dan herniasi juga bisa dijumpai.

(2) perdarahan subdural : Hiperdens, homogen, dan berbentuk bulan sabit.

(3) perdarahan subaraknoid: Ruangan subaraknoid dipenuhi cairan serebrospinal,

dan sulsi berwarna putih.

(4) perdarahan intraserebral : Hiperdens dan efek massa. (5) kecederaan sekunder : Edema serebri, pergeseran garis tengah, peningkatan

tekanan intrakranial.

(19)

18 BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Peneliti melakukan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dengan pendekatan retrospektif untuk mengetahui apakah temuan gambaran tomografi komputer kepala yang didapat pada pasien trauma kepala dibandingkan dengan skala koma Glasgow di RSUP Haji Adam Malik. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan dan Departemen Radiologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2013.

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit tersebut menjadi pilihan peneliti karena RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A yang merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi pusat rujukan di Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Maret 2014 sampai Desember 2014 dimulai dengan persiapan proposal, penelitian proposal, pengambilan data, pengolahan data, dan pembacaan hasil untuk pasien trauma kepala yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

(20)

19

4.3.2 Sampel Penelitian

Besar sampel yang diteliti dalam penelitian ini ditentukan secara total sampling dimana seluruh pasien trauma kapitis yang dirawat inap dan dilakukan gambaran tomografi komputer kepala di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013 menjadi sampel penelitian.

4.4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

4.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien trauma kapitis yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan, diperiksa skor skala koma Glasgow, dan dilakukan gambaran tomografi komputer pada kepala pasien.

4.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien yang sudah rusak dan tidak boleh dibaca, dan pasien yang menghidapi penyakit alzheimer, strok, danepileptikus.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh peneliti diambil dari rekam medik pasien trauma kepala yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

Data yang diambil adalah nomor rekam medis, skor skala koma Glasgow, tingkat keparahan trauma kepala yang dialami pasien, dan temuan gambaran tomografi komputer kepala pasien.

4.6 Metode Analisis Data

(21)

20

Tabel 4.1 Waktu Penelitian

No Bulan/ Rancangan

Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des

1 Persiapan Proposal

X X X

2 Penelitian Proposal

X

3 Pengambilan Data

X X

4 Pengolahan Data

X X X

5 Pembacaan Hasil

(22)

21 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No.17, Medan, Sumatera Utara.RSUP Haji Adam Malik yang merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990.RSUP Haji Adam Malik juga menjadi pusat rujukan untuk Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Selain itu, berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.502/Menkes/IX/1991, RSUP Haji Adam Malik telah dijadikan sebagai rumah sakit pendidikan yang dapat digunakan oleh Fakultas Kedokteran Sumatera Utara sebagai Pusat Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter Spesialis.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

(23)

22

5.1.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Skala Koma Glasgow

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Skala Koma GlasgowDan Tingkat Keparahannya

No Skala Koma Glasgow Frekuensi Persentase (%)

1 Ringan (skor 15-13) 44 73,3

2 Sedang (skor 12-9) 13 21,7

3 Berat (skor 8-3) 3 5,0

Total 60 100

Berdasarkan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini, pasien dengan trauma kepala derajat ringan adalah yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 44 sampel (73,3%). Diikuti dengan derajat sedang sebanyak 13 sampel (21,7%) dan derajat berat sebanyak 3 sampel (5%).

5.1.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Temuan Gambaran Tomografi

Komputer Pada Pasien Trauma Kepala

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Temuan Gambaran Tomografi

Komputer Pada Pasien Trauma Kepala

No Temuan Gambaran Tomografi Komputer Frekuensi Persentase (%)

1 Perdarahan Subdural 17 28,3

2 Perdarahan Epidural 14 23,3

3 Perdarahan Subaraknoid 6 10,0

4 Perdarahan Intraserebral 8 13,3

5 Kecederaan Sekunder 15 25,0

Total 60 100

(24)

23

5.1.5 Distribusi Sampel Gambaran Perdarahan Berdasarkan Tingkat

Keparahannya

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Gambaran Perdarahan Berdasarkan Tingkat

Keparahannya

Gambaran TKK Pasien Skor Skala Koma Glasgow Total Ringan Sedang Berat

Kecederaan Primer Perdarahan Subdural

17 0 0 17

100% 0% 0% 100% Perdarahan

Epidural

10 4 0 14

71,4% 28,6% 0% 100% Perdarahan

Subaraknoid

4 2 0 6

66,7% 33,3% 0% 100% Perdarahan

Intraserebral

5 0 3 8

62,5% 0% 37,5% 100%

Kecederaan Sekunder 8 7 0 15

53,3% 46,7% 0% 100%

Total 44 13 3 60

Berdasarkan kepada Tabel 5.3, semua sampel dengan gambaran perdarahan subdural dikategorikan kepada ringan dengan persentase sebanyak 100% (17 sampel).

Umtuk gambaran perdarahan epidural, sampel yang berada pada kategori ringan mempunyai jumlah sampel tertinggi dengan persentase sebanyak 71,4% (10 sampel).

(25)

24

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang didapat oleh peneliti, jumlah sampel yang paling banyak berada pada skor skala koma Glasgow derajat ringan (skor 15-13).Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fiona, et al. (2014) yang menemukan 95% pasien yang mengalami trauma kepala datang ke rumah sakit dengan skor skala koma Glasgow di atas 12 (derajat ringan).

Selain itu, faktor yang mempengaruhi skor skala koma Glasgow pasien adalah waktu pengambilan skor skala koma Glasgow. Dalam penatalaksanaan gawat darurat pasien trauma kepala, stabilisasi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan tatalaksana yang lain. Untuk pasien yang berada dalam kondisi parah, status kesadaran diambil menggunakan metode alert, verbal, pain, dan unresponsive (AVPU) (Fiona, et al. 2014).

Berdasarkan kepada hasil yang didapat oleh peneliti, ditemukan pasien trauma kapitis paling banyak didiagnosis mengalami perdarahan subdural dengan persentase sebanyak 28,3% (17 sampel). Hal yang sama dapat ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh David, et al. (2006) yang mengatakan, dalam 2870 pasien yang didiagnosis dengan trauma kapitis, 21% dari jumlah pasien tersebut menderita pendarahan subdural. Perbedaan dalam persentase yang didapat adalah disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel yang digunakan peneliti.

(26)

25

Pasien dengan gambaran perdarahan epidural mempunyai jumlah sampel ketiga terbanyak dengan persentase sebanyak 23,3% (14 sampel). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh David, et al. (2006) dimana mereka menemukan hanya sekitar 2,7% sampai 4% sampel dengan diagnosis perdarahan epidural. Hal ini mungkin disebabkan oleh rata-rata pasien dengan diagnosis perdarahan epidural di RSUP Haji Adam Malik datang dengan riwayat trauma pada kepala yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dan penelitian yang dilakukan oleh David, et al. (2006) mengatakan bahawa, penyebab utama perdarahan epidural adalah trauma yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. Perbedaan dalam jumlah persentase yang didapat mungkin disebabkan faktor tempat pengambilan data yang mempunyai jumlah pasien kecelakaan lalu lintas yang berbeda.

Terdapat perbedaan yang jelas dalam persentase sampel dengan gambaran perdarahan subaraknoid dan perdarahan intraserebral jika dibandingkan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Gijn and Rinkel (2001) yang mengatakan bahwa insidens terjadi perdarahan subaraknoid adalah sebanyak 10,5 per 100 000

orang dan penelitian yang dilakukan oleh Ikram, Wieberdink, and Koudstal, et al. (2012) menunjukkan bahwa insidens

terjadinya perdarahan intraserebral adalah sebanyak 24,6 per 100 000. Terdapat perbedaan yang jelas dalam jumlah insidens dimana perdarahan intraserebral lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan subaraknoid. Hal sama ditemukan peneliti bahwa perdarahan intraserebral lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan subaraknoid dimana perdarahan intraserebral mempunyai persentase sebanyak 13,3% dan perdarahan subaraknoid mempunyai persentase sebanyak 10%. Perbedaan dalam persentase adalah disebabkan oleh jumlah sampel yang digunakan.

(27)

26

bisa terjadi atas faktor pengambilan skor skala koma Glasgow dimana pasien yang diambil skornya setelah ditatalaksana gawat darurat bisa mendapatkan skor yang berbeda jika dibandingkan dengan skor yang diambil saat pasien datang ke rumah sakit.

71,4% kasus dengan gambaran perdarahan epidural berada dalam ketegori ringan dan 28,6% kasus berada dalam kategori sedang. Hal yang sama ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rehman, et al. (2008) dimana pasien dengan temuan perdarahan epidural paling banyak berada dalam kategori ringan dengan persentase sebanyak 57% (17 sampel). Perbedaan dalam persentase adalah disebabkan oleh jumlah sampel yang berbeda.

Peneliti menemukan pada gambaran perdarahan intraserebral, pasien yang berada dalam kategori ringan mempunyai jumlah sampel yang paling banyak dengan persentase sebanyak 62,5%. Diikuti dengan kategori berat sebanyak 37,5% dan tidak ada sampel ditemukan dalam kategori sedang. Dalam penelitian yang dilakukan di Sepanyol oleh Gomis, et al. (2010), hal yang sama ditemukan, dimana rata-rata sampel gambaran perdarahan intraserebral mempunyai skor skala koma Glasgow sebanyak 15 yang berada dalam kategori ringan.

Gambaran perdarahan subaraknoid mempunyai sampel terbanyak berada dalam kategori ringan dengan persentase sebanyak 66,7%. Diikuti dengan kategori sedang sebanyak 33,3% dan tidak ada sampel ditemukan oleh peneliti untuk kategori berat. Penelitian yang dilakukan oleh Agid, et al. (2010), juga menemukan hal yang sama dimana semua 82 pasien yang didiagnosis mengalami perdarahan subaraknoid berada di dalam kategori ringan.

Diakhiri dengan kecederaan sekunder dimana peneliti menemukan 53,3% sampel (8 sampel) berada dalam kategori ringan dan 46,7% sampel berada dalam kategori sedang dan tidak ada sampel ditemukan untuk kategori berat. Hasil yang

didapat sangat jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al. (2014), dimana mereka menemukan sebanyak 85% sampel yang

(28)

27

dan dapat di diagnosis dengan cepat sehingga skor skala koma Glasgow pasien masih berada dalam kategori relatif baik.

(29)

28 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini :

1. Sebagian besar sampel dalam penelitian ini mempunyai skor skala koma Glasgow dalam kategori ringan (skor 15-13) dengan frekuensi sebanyak 44 sampel (73%).

2. Pasien yang datang ke RSUP Haji Adam Malik dengan diagnosis trauma pada kepala dan telah menjalani pemeriksaan tomografi komputer sering mengalami perdarahan subdural dengan frekuensi sebanyak 17 sampel (28%).

3. Rata-rata pasien dengan diagnosis perdarahan intrakranial berada dalam kategori ringan (skor skala koma Glasgow 15-13).

6.2 SARAN

Saran yang dapat diberikan peneliti adalah:

1. Peneliti berharap data yang dicantumkan di dalam rekam medik lebih lengkap.

2. Diharapkan data di komputer dan rekam medis sama isinya dan data di komputer juga lebih lengkap.

3. Peneliti berharap ada penelitian mengenai efek dalam pengambilan skor skala koma Glasgow agar dapat diketahui signifikan masa pengambilan skor skala Glasgow pasien trauma kepala.

(30)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Struktur anatomi pada kepala terdiri dari: tengkorak, kulit kepala, otot kepala, otak, dan vaskularisasi otak (Peter, 2006).

Tengkorak berfungsi sebagai pelindung otak dan organ-organ seperti mata dan lain-lain. Selain itu, tulang tengkorak juga berfungsi sebagai tempat insersi otot-otot yang berada di leher dan kepala. Secara garis besar, tengkorak ada 2 bagian: kranium, dan mandibular. Pada bagian kranium, tengkorak terdiri dari os parietalis, os frontalis, os temporalis, dan os occipitalis. Pada bagian mandibular: os mandibularis dan os maksillaris (Peter, 2006).

Kulit kepala adalah lapisan yang menutupi seluruh bagian kepala. Bersifat tebal dan berfungsi sebagai perlindungan pada tengkorak. Terdiri dari beberapa lapisan: kulit kepala, dense connective tissue, aponeurosis (jaringan fibrous yang melekatkan otot occipitalis pada bagian belakang kepala ke otot frontalis), otot temporalis, loose connective tissue, perikranium, dan lapisan meningen (dura mater, araknoid, dan pia mater) (Peter, 2006).

Otot pada kepala berfungsi dalam proses mengunyah makanan dan menggerakkan kulit kepala pada bagian dahi. Otot pada kepala terdiri dari: otot occipitalis, otot temporalis, otot orbicularis oculi, dan otot orbicularis oris(Peter, 2006).

Otak adalah bagian dari sistem saraf tubuh yang membantu dalam mengkontrol fungsi tubuh badan seperti denyut jantung, berjalan dan berlari. Otak juga berfungsi dalam emosi dan pemikiran manusia (Peter, 2006).

(31)

5

sensasi bunyi dan percakapan). Kedua–dua hemisfer digabungkan oleh korpus collusum. Diencephalon berada pada bagian tengah (medial) dari forebrain. Diencephalon terdiri dari: thalamus (relay informasi ke otak), hipothalamus (berfungsi dalam kerja homeostatic tubuh, suhu tubuh dan lain-lain), epithalamus, dan subthalamus (Peter, 2006).

Otak tengah(mesencephalon) adalah sebagian dari sistem saraf pusat yang berfungsi dalam proses visual, pendengaran, motorik, siklus tidur, arousal dan pengaturan suhu tubuh. Formasio reticularis yang berfungsi dalam mengatur fungsi motorik juga termasuk dalam mesencephalon (Peter, 2006).

Otak belakang(rhombencephalon)terdiri dari: pons, medulla oblongata (mengatur pernafasan, denyut jantung, tekanan darah), dan cerebellum (mengatur pergerakan tubuh, keseimbangan tubuh) (Peter, 2006).

Arteri dan vena pada sangat vital dalam fungsi otak. Arteri berfungsi dalam membawa oxygenated blood ke otak dan vena membawa deoxygenated blood kembali ke jantung. Darah sangat vital dalam fungsi otak sehingga dalam hitungan 10 detik otak tidak menerima suplai darah, kerusakan pada otak bersifat irreversible (Peter, 2006).

Darah dari jantung sampai ke otak melewati arteri karotid yang akan bercabang dua menjadi arteri serebri medial dan anterior. Vena akan mengumpul kembali darah melalui sinus–sinus yang ada pada otak. Sinus–sinus yang ada pada otak terdiri dari: sinus sagitalissuperior (menerima darah dari superficial serebri), inferior sagittal sinus (menerima darah dari vena superficial), straight sinus (menerima darah dari inferior sagittal sinus dan great vein of Gale), sinus cavernosus, dan sigmoid sinus (Peter, 2006).

2.2 Trauma Kepala

(32)

6

2.2.1 Etiologi

Menurut David (2010), banyak mekanisme yang bisa menyebabkan terjadinya trauma pada kepala seperti terjatuh, dipukul dan juga cedera saat olahraga. Tetapi, penyebab yang paling sering dicatat dalam kasus trauma kepala adalah kecelakaan lalu lintas. Di Amerika Serikat, separuh dari kasus trauma kepala adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

Kasus ini juga lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1dan lebih sering terjadi pada pasien berumur dibawah dari 35 tahun (David, 2010).

2.2.2 Patofisiologi

Pada pasien yang mengalami trauma kepala, kecederaan yang dialami pasien bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: primer dan sekunder. Pada tipe primer, kecederaan yang dialami pasien adalah kerusakan pada struktur kepala. Perdarahan intrakranial dan fraktur kepala termasuk dalam tipe primer. Fraktur bisa terjadi apabila trauma atau hentakan yang diberikan lebih kuat dari toleransi elastisitas tulang kepala. Kerusakan yang terjadi pada struktur kepala ataupun fraktur yang terjadi bisa dikategorikan menjadi dua: fraktur jenis terbuka dan fraktur jenis tertutup. Tipe fraktur ini mudah dibedakan melalui gambaran tomografi komputer (Lee and Newberg, 2005). Fraktur yang terjadi juga bisa menyebabkan terjadi kebocoran cairan serebrospinal. Hal ini juga menjelaskan kenapa otorrhea dan rhinorrhea terjadi pada pasien trauma kepala. Rhinorrhea dan otorrhea yang terjadi secara berterusan adalah indikasi terjadinya kerusakan pada lapisan dura pada kepala pasien. Posisi kerusakan yang terjadi hanya bisa ditentukan menggunakan gambaran tomografi komputer (Allan, 2008).

(33)

7

rotasi pada kepala berlaku sehingga terjadi laserasi pada sistem vaskularisasi otak. Pembuluh darah yang paling sering terjadi kerusakan dalam trauma kepala adalah arteri karotid interna dan arteri meningeal (Allan, 2008).

Trauma kepala juga bisa menyebabkan kerusakan pada saraf kranial. Saraf yang sering terjadinya kerusakan adalah saraf olfaktorius, optikus, okulomotorik, troklearis, trigeminalis, fasialis, dan auditorius. Anosmia ataupun hilangnya bau pada pasien menunjukkan ada kerusakan pada saraf olfaktorius pasien. Biasanya terjadi pada pasien yang mengalami trauma pada bagian belakang kepala. Kerusakan yang terjadi pada saraf optikus akan menyebabkan penglihatan pasien kabur tergantung tingkat kerusakan saraf yang dialaminya (Allan, 2008).

Apabila pasien tidak ditangani dengan tepat dan cepat, kecederaan yang dialami pasien bisa berubah dari tipe primermenjadi tipe sekunder. Kecedaraan tipe sekunderbisa terjadi karenakomplikasi-komplikasi dari tipe primer yang tidak ditatalaksana dengan baik. Antara komplikasi yang bisa muncul adalah peningkatan tekanan intrakranial. Sekiranya terjadi peningkatan tekanan intrakranial, hernia pada otak bisa terjadi. Struktur vaskularisasi otak akan tertekan dan akan menyebabkan hipoksia terjadipada otak pasien. Iskemik yang muncul akibat hipoksia pada otak menyebabkan trauma kepala yang dialami pasien menjadi lebih parah (Tuong, 2006).

2.2.3 Diagnosis

Menurut Allan (2008), diagnosis trauma kepala bisa ditegakkan menggunakan pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan radiologis.

(34)

8

Pada pemeriksaan neurologis, dilakukan beberapa pemeriksaan seperti: pemeriksaan tingkat kesadaran, pemeriksaan batang otak, pemeriksaan motorik, pemeriksaan reflek, dan pemeriksaan sensorik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kerusakan yang mungkin terjadi pada sistem neurologis pasien (Allan, 2008).

Pemeriksaan radiologis sangat dibutuhkan dalam mendiagnosis trauma kepala. Pemeriksaan tomografi komputer pada kepala pasien telah menjadi standardisasi dalam mendiagnosis trauma kepala karena pemeriksaan tomografi komputer lebih cepat, memiliki akurasi yang tinggi dan juga lebih murah dibandingkan pemeriksaan gambaran magnetik resonansi(Allan, 2008).

2.2.4 Tingkat Keparahan Trauma Kepala

Dalam menentukan tingkat keparahan trauma kepala, bisa digunakan beberapa metode seperti durasi hilangnya kesadaran, skala koma Glasgow,post-traumatic amnesia. Metode yang menjadi standar adalah dengan menggunakan

skala koma Glasgow yang bisa dilihat pada Tabel 2.1 (The Brain Injury Guide And References, 2008).

Tabel2.1 Cara Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Pasien(The Brain Injury Guide And References, 2008)

Durasi Hilangnya Kesadaran

Skala Koma Glasgow Post-traumatic Amnesia - Ringan = < 20 menit.

- Sedang = < 6 jam. - Berat = > 6 jam.

- Ringan = skor 13-15. - Sedang = skor 9–12. - Berat = skor < 8.

- Sangat ringan= < 5 menit. - Ringan = 5–60 menit. - Sedang = 1–24 jam. - Berat = 1–7 hari. -Sangat berat =1-4minggu. -Kronik =>4 minggu.

2.2.5 Penatalaksanaan

(35)

9

Talakasana yang dilakukan pada pasien trauma kepala menurut prioritas: (1) ditentukan tingkat kesadaran menggunakan skala koma Glasgow; (2) lakukan resusitasi jantung paru (primary survey); (3) lakukan pemeriksaan fisik (secondary survey); (4) lakukan pemeriksaan radiologis; (5) pengukuran tekanan intrakranial; dan (6) lakukan terapi (Japardi, 2002).

2.2.5.1 Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow

Dalam ilmu kedokteran, skala koma Glasgow telah menjadi satu standari dalam menilai tingkat kesadaran pasien. Skala ini juga dapat digunakan dalam menentukan tingkat keparahan pasien trauma kepala(CDC, 2003).

Pemeriksaan skala koma Glasgow didasari oleh 3 variabel, yaitu: respon pembukaan mata, respon verbal, dan respon motorik. Skor dari setiap respon akan dijumlahkan dan dijadikan nilai skala koma Glasgow. Skala terendah adalah 3 dan tertinggi 15(CDC, 2003).

[image:35.595.109.523.437.591.2]

Menurut CDC (2003), skala ini dikategorikan menjadi 3: berat (skor ≤ 8); sedang (skor 9-12); dan ringan (skor 13-15).

Tabel 2.2 Skala Koma Glasgow / Glasgow Coma Scale ( CDC, 2003)

MEMBUKA MATA RESPON VERBAL RESPON MOTORIK

• Spontan- 4

• Respon terhadap bicara- 3

• Respon terhadap nyeri- 2

• Tidak ada- 1

• Terorientasi- 5

• Disorientasi- 4

•Kata-katatidak berupa kalimat- 3

•Mengerang- 2

•Tidak ada- 1

• Gerakan sesuaiperintah- 6

• Tahu lokasi nyeri- 5

• Menjauhi lokasi nyeri-

4

• Fleksi- 3

• Ekstensi- 2

• Tidak ada- 1

Jumlah Skor Skala Koma Glasgow: 3-15

2.2.5.2 Resusitasi Jantung Paru (Primary Survey)

(36)

10

Saat melakukan primary survey, jalan pernafasan pasien diperiksa untuk memastikan tidak terjadi sumbatan. Bersihkan mulut pasien dari cairan yang ada dan buang benda asing yang menutupi jalan pernafasan pasien (A = jalan pernafasan). Apabila ada gangguan dalam pernafasan, pasien bisa mengalami hipoksia dan hiperkapnia. Berikan oksigen dan ventilator apabila diperlukan(B = pernafasan). Hindari pasien dari mengalami hipotensi, karena pasien hipotensi akan menyebabkan terjadinya kecederaan sekunder. Hentikan perdarahan ada dan lakukan infus darah sekiranya diperlukan (C = sirkulasi) (Japardi, 2002).

2.2.5.3 Pemeriksaan Fisik (Secondary Survey)

Setelah dilakukan resusitasi jantung paru, lakukan pemeriksaan fisik singkat pada pasien dengan diperiksa kembali tingkat kesadaran pasien, pupil, defisit fokal serebral yang mungkin terjadi, dan kecederaan ekstrakranial(Japardi, 2002).

2.2.5.4 Pemeriksaan Radiologis

Dalam pemeriksaan radiologis, pemeriksaan yang paling akurat dalam mendiagnosis trauma kepala adalah dengan pemeriksaan gambaran tomografi komputer pada kepala pasien (Jeremy, 2003).

(37)

11

yang diperoleh sangat sukar untuk mendeteksi fraktur ataupun lesi yang berukuran kecil. Walaupun gambaran dari pencitraan magnetik resonansi mempunyai sensitivitas lebih baik, tetapi gambaran tomografi komputer tetap menjadi pilihan utama dalam tatalaksana trauma kepala karena umumnya rumah sakit di seluruh dunia mempunyai alat untuk melakukan gambaran tomografi komputer dan lebih murah dibandingkan pencitraan magnetik resonansi.

[image:37.595.114.513.382.630.2]

Gambaran yang bisa dijumpai pada tomografi komputer pada kepala pasien trauma kepala: perdarahan subdural (hiperdens, homogen, dan berbentuk bulan sabit) (Gambar 2.1); perdarahan subaraknoid(ruangan subaraknoid dipenuhi cairan serebrospinal, sisternadan sulsi berwarna putih) (Gambar 2.3); perdarahan epidural (hiperdens, bikonveks, dan herniasi pada otak juga bisa dijumpai) (Gambar 2.2); perdarahan intraserebral (hiperdens dan efek massa) (Gambar 2.4)(Lee and Newberg, 2005).

(38)
[image:38.595.113.511.83.319.2]

12

Gambar 2.2 Perdarahan Epidural (Crash, 2013)

[image:38.595.117.512.366.666.2]
(39)
[image:39.595.114.510.85.344.2]

13

Gambar 2.4 Perdarahan Intraserebral (Crash, 2013)

2.2.5.5 Pengukuran Tekanan Intrakranial

Pengukuran intrakranial biasanya dilakukan pada pasien trauma kepala berat. Tekanan intrakranial bisa diukur dengan menggunakan kateter intraventrikuler, skru subdural, dan sensor epidural. Nilai normal adalah 1-20 mmHg (Japardi, 2002).

2.2.5.6Terapi

Menurut David (2010), tatalaksana terapi pada trauma kepala ada dua, yaitu; terapi bedah dan terapi non-bedah. Pasien trauma kepala yang mengalami peningkatan tekanan intrakranial yang tinggi bisa dilakukan pembedahan kraniotomi untuk menurunkan tekanan intrakranial pasien. Selain itu, kraniotomi juga dilakukan untuk menghentikan dan membuang perdarahan yang ada.

(40)

14

(41)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma kepala ataupun trauma capitis merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama pada anak-anak maupun orang dewasa. Di Amerika Serikat, kira-kira 52000 kasus kematian per tahun diakibatkan oleh trauma capitis (David, 2006).

Dalam rentang waktu tahun 2006–2010, di Amerika Serikat,trauma pada kepala sering disebabkan oleh jatuh terutama pada anak-anak (0–4 tahun) dan orang tua (≥ 65 tahun) sebanyak 72,8% dan 81,8%. Pada remaja yang berumur 15–24 tahun, trauma kepala sering disebabkan oleh pergaduhan (23%), kecelakaan lalu lintas (21%), dan jatuh (21%). Pada dewasa muda(25–64 tahun), penyebab tersering adalah jatuh dengan 35% kasus direkodkan (CDC, 2003).

Di Indonesia, bagian tubuh badan yang sering cedera saat kecelakaan adalah kepala dengan 6036 dari 45987 (13,1%) kasus kecelakaan akibat jatuh, dan 4089 dari 20289 (19,6%) kasus kecelakaan lalu lintas (Riskesdas, 2007).

Dalam menentukan klasifikasi tingkat keparahan trauma kepala, salah satu cara yang digunakan dalam ilmu kedokteran adalah skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale). Skala koma Glasgow diciptakan oleh Teasdale dan Jennett pada tahun 1974.Skala koma Glasgow didasari oleh respon pasien terhadap respon pembukaan mata, respon verbal, dan respon motorik. Skala ini telah banyak membantu dalam mengevaluasi tahap keparahan pasien trauma. Selain itu, skala ini juga dapat membantu dalam menentukan tatalaksana pasien trauma(Matis and Birbilis, 2008).

(42)

2

Skor skala koma Glasgowpada pasien trauma kepala dapat diklasifikasikan menjadi tiga: ringan dengan skor 15-13, sedang dengan skor 12-9, dan beratdengan skor 8-3 (Stein,1996).

Pasien trauma kepala diindikasi untuk dilakukan gambaran tomografi komputer pada kepala pasien untuk melihat sekiranya ada pendarahan dan fraktur pada kepala pasien (CDC,2008).

Gambaran tomografi komputer menjadi pilihan dalam tatalaksana pasien trauma kepala karena hasil yang diperoleh cepat dan memiliki akurasi yang tinggi dalam mendeteksi fraktur dan pendarahan pada kepala pasien(Lee and Newberg, 2005).

Antara gambaranyang bisa dilihat dalam gambaran tomografi komputer adalah fraktur,perdarahan intraserebral, perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan subaraknoid, lesi-lesi dan edema (Lee and Newberg, 2005).

Penggunaan skala koma Glasgow dan gambaran tomografi komputer pada kepala pasien sangat penting dalam menentukan tatalaksana dan diagnosis yang tepat pada pasien trauma kepala.

1.1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan masalah yang didapat adalah bagaimanatemuan tomografi komputer kepala pada penderita trauma kepala dibandingkan dengan tingkat kesadaran berdasarkanskala koma Glasgow di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2013.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana temuan tomografi komputer pada kepala pasien penderita trauma kepala dibandingkan dengantingkat kesadaran pasien berdasarkan skala koma Glasgow.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

(43)

3

2. Mengetahui gambaran tomografi komputer kepala pada pasien trauma kepala derajat ringan, sedang dan berat.

3. Menambahkan ilmu peneliti dalam bidang kedokteran.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan manfaat untuk:

1. Membantu dalam menentukan diagnosis dan tatalaksana pasien trauma kepaladengan tepat.

2. Dapat menjadi sumber informasi tambahan dalam kasus trauma kepala. 3. Menjadi sumber informasi kepada peneliti yang akan melakukan penelitian

(44)

ii ABSTRAK

Trauma kepala ataupun trauma capitis merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama pada anak-anak maupun orang dewasa. Di Amerika Serikat, kira-kira 52000 kasus kematian per tahun diakibatkan oleh trauma capitis.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah penggunaan skor skala koma Glasgow dapat membantu dalam mendiagnosis perdarahan intrakranial yang terjadi pada pasien trauma kepala.

Dari 150 kasus yang ada di RSUP Haji Adam Malik, hanya 60 kasus yang dapat digunakan oleh peneliti berdasarkan kriteria faktor ekslusif dan inklusif yang telah ditetapkan. Kategori trauma kepala yang paling banyak ditemukan adalah ringan (73,3%) dan perdarahan subdural mempunyai jumlah sampel tertinggi sebanyak 17 sampel (28,3%).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dengan pendekatan retrospektif.

Dalam mendiagnosis perdarahan yang mungkin terjadi pada pasien trauma kepala, penggunaan skor skala koma Glasgow hanya dapat membantu dalam memberikan diagnosis banding dan tingkat keparahan trauma kepala yang terjadi pada pasien.

(45)

iii ABSTRACT

Traumatic brain injuries are one of the main causes of death and disabilities in both children and adults. In the United States of America, deaths due to traumatic brain injury are reported to be around 52000 cases per year.

This research is use to determine the use of Glasgow coma scale in diagnosing intracranial hemorrhage that occurred on patient diagnosed with traumatic brain injury.

Based on the criteria set by the researcher, out of 150 cases reported, only 60 of those can be use in this studies with 73,3% of it are minor head injury and 28,3% of it are having subdural hemorrhage.

This research is a retrospective descriptive study with a cross sectional design.

In conclusion, Glasgow coma scale can only be used in determining the differential diagnosis and the severity of head injury that occurred.

(46)

HASIL PENELITIAN

Gambaran Tomografi Komputer Kepalapada Penderita Trauma Kepala

Dibandingkandengan Tingkat KesadaranBerdasarkan Skala Koma Glasgow

di Rumah SakitUmum Pusat Haji Adam Malik Medanpada Tahun 2013.

OLEH :

MOHD ARIFF HASREEN BIN AHLUN 110100445

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

GAMBARAN TOMOGRAFI KOMPUTER KEPALA

PADA PENDERITA TRAUMA KEPALA DIBANDINGKAN

DENGAN TINGKAT KESADARAN BERDASARKAN SKALA KOMA

(47)

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

PADA TAHUN 2013.

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

MOHD ARIFF HASREEN BIN AHLUN 110100445

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(48)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan Judul:

Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di

Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013

Yang dipersiapkan oleh:

MOHD ARIFF HASREEN BIN AHLUN

110100445

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke seminar hasil

Medan, 10 Desember 2014 Disetujui,

Dosen pembimbing,

(49)

ii ABSTRAK

Trauma kepala ataupun trauma capitis merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama pada anak-anak maupun orang dewasa. Di Amerika Serikat, kira-kira 52000 kasus kematian per tahun diakibatkan oleh trauma capitis.

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah penggunaan skor skala koma Glasgow dapat membantu dalam mendiagnosis perdarahan intrakranial yang terjadi pada pasien trauma kepala.

Dari 150 kasus yang ada di RSUP Haji Adam Malik, hanya 60 kasus yang dapat digunakan oleh peneliti berdasarkan kriteria faktor ekslusif dan inklusif yang telah ditetapkan. Kategori trauma kepala yang paling banyak ditemukan adalah ringan (73,3%) dan perdarahan subdural mempunyai jumlah sampel tertinggi sebanyak 17 sampel (28,3%).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional dengan pendekatan retrospektif.

Dalam mendiagnosis perdarahan yang mungkin terjadi pada pasien trauma kepala, penggunaan skor skala koma Glasgow hanya dapat membantu dalam memberikan diagnosis banding dan tingkat keparahan trauma kepala yang terjadi pada pasien.

(50)

iii ABSTRACT

Traumatic brain injuries are one of the main causes of death and disabilities in both children and adults. In the United States of America, deaths due to traumatic brain injury are reported to be around 52000 cases per year.

This research is use to determine the use of Glasgow coma scale in diagnosing intracranial hemorrhage that occurred on patient diagnosed with traumatic brain injury.

Based on the criteria set by the researcher, out of 150 cases reported, only 60 of those can be use in this studies with 73,3% of it are minor head injury and 28,3% of it are having subdural hemorrhage.

This research is a retrospective descriptive study with a cross sectional design.

In conclusion, Glasgow coma scale can only be used in determining the differential diagnosis and the severity of head injury that occurred.

(51)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik karya tulis ilmiah yang bertajuk “Gambaran Tomografi Komputer Kepala Pada Penderita Trauma Kepala Dibandingkan Dengan Tingkat Kesadaran Berdasarkan Skala Koma Glasgow Di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2013”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah banyak membantu selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis Bapak Ahlun Bin Kanak dan Ibu Sarina Binti Haridas atas dukungan yang telah mereka berikan baik secara materi maupun moral.

2. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD. KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran USU.

3. dr. Elvita R. Daulay,M. Ked. (Rad),Sp.Rad(K) sebagai dosen pembimbing, dr. Betty, M. Ked. (PA), Sp. PA dan dr. Winra Pratita, M. Ked. (Ped), Sp. A sebagai dosen penguji 1 dan 2 yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang baik dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh staf dan pegawai di RSUP Haji Adam Malik dan Fakultas Kedokteran USU.

5. Teman-teman (Nor Nazurah Nadiah, Boys ’11, Phoon, Banu dan lain-lain) yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Medan, Januari 2015 Penyusun

(52)

v DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN……….

ABSTRAK……….

ABSTRACT………....

KATA PENGANTAR……….

DAFTAR ISI………...…...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR………

DAFTAR LAMPIRAN………

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN………...

BAB 1 PENDAHULUAN ………

1.1 Latar Belakang………... 1.2 Rumusan Masalah……….... 1.3 Tujuan Penelitian………... 1.3.1 Tujuan Umum……… 1.3.2 Tujuan Khusus………... 1.4 Manfaat Penelitian………

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………...

2.1 Anatomi………..……….. 2.2 Trauma Kepala………..……..……. 2.2.1 Etiologi…... 2.2.2 Patofisiologi………...……… 2.2.3 Diagnosis…………...……….………. 2.2.4 Tingkat Keparahan Trauma Kepala…... 2.2.5 Penatalaksanaan Trauma Kepala……... 2.2.5.1 Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Menggunakan Skala Koma Glasgow...….……….

2.2.5.2 Resusitasi Jantung Paru (Primary Survey)…..……… 2.2.5.3 Pemeriksaan Fisik (Secondary Survey)…….……….. 2.2.5.4 Pemeriksaan Radiologis.…………..………... 2.2.5.4 Pengukuran Tekanan Intrakranial………..………. 2.2.5.6 Terapi….…………..………...

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI

OPERASIONAL………...

3.1 Kerangka Konsep………... 3.2 Variabel Dan Definisi Operasional.…... 3.2.1 Variabel Dependen...………..……….. 3.2.2 Variabel Independen………...……….. 3.2.3 Definisi Operasional………...

(53)

vi

BAB 4 METODE PENELITIAN... 18

4.1 Jenis Penelitian……… 18

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian……… 18

4.2.1 Tempat Penelitian…………..……….……….. 18

4.2.2 Waktu Penelitian………..…...……….. 18

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian…………...….………. 18

4.3.1 Populasi Penelitian……….………... 18

4.3.2 Sampel Penelitian………..…..……….. 19

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi………….………...………... 19

4.4.1 Kriteria Inklusi……….……….. 19

4.4.2 Kriteria Eksklusi……….…... 19

4.5 Metode Pengumpulan Data……….. ….……….. 19

4.6 Metode Analisis Data………... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 22

5.1 Hasil Penelitian……….… 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….……….….. 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel……….. 5.1.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Skala Koma Glasgow……….. 5.1.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Temuan Gambaran Tomografi Komputer Pada Pasien Trauma Kepala………..…… 5.1.5Distribusi Sampel Gambaran Perdarahan Berdasarkan Tingkat Keparahannya……… 5.2 Pembahasan……….. 22 22 22 23 23 24 25 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……… 6.1 Kesimpulan………... 6.2 Saran………. 29 29 29 DAFTAR PUSTAKA………... 30

(54)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Cara Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Pasien……… Tabel 2.2 Skala Koma Glasgow/ Glasgow Coma Scale……… Tabel 4.1 Waktu Penelitian……..………. Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Skala Koma

Glasgow dan Tingkat Keparahannya……..……...… Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Temuan Gambaran

Tomografi Komputer Pada Pasien Trauma Kepala... Tabel 5.3 Distribusi Sampel Gambaran Perdarahan

Berdasarkan Tingkat Keparahannya……….

8 9 20

23

23

(55)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Perdarahan Subdural……… 11

Gambar 2.2 Perdarahan Epidural…….……… 12

Gambar 2.3 Perdarahan Subaraknoid……….. 13

Gambar 2.4 Perdarahan Intraserebral……….. 13

(56)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dummy Table

Lampiran 2 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 3 Surat Ethical Clearance Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Data Induk

(57)

x

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

CDC = Center For Disease And Prevention

RSUP = Rumah Sakit Umum

SKG TKK

= =

Skala Koma Glasgow

Gambar

GAMBARAN KLINIS GLASGOW)
Tabel 4.1 Waktu Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Skala Koma GlasgowDan Tingkat
Gambaran TKK Pasien
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

TREND COMPETITIONS MA PLUS AL-AQSHA TAHUN 2017 ANTAR SMP/MTs SE-KECAMATAN CIKALONG DAN SEKITARNYA SMP N 3 CIKALONG MTs

3.3 Mengenal teks buku harian tentang kegiatan anggota keluarga dan dokumen milik keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat

Form adalah salah satu bentuk halaman web yang digunakan untuk menerima masukan dari pengguna, untuk selanjutnya masukan dari pengguna tersebut diolah menggunakan

Jadwal dapat dilihat pada website LPSE, sedangkan penjelasan lapangan pada hari Selasa tanggal 24 Maret 2011 jam 09.00 – 10.00 WIB di Panti ”Samekto Karti” Comal -

Berdasarkan peta kedudukan bahan ajar, mata pelajaran sistem operasi ini mempunyai keterkaitan dengan mata pelajaran sistem komputer dan perakitan komputer. Sistem

Dalam menyampaikan informasi, Sekolah TARUNA TERPADU BOGOR masih menggunakan cara yang manual, hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penulisan ilmiah mengenai Pembuatan

Program dan Jenis Kegiatan Hasil yang diharapkan Waktu Pelaksana an Pelaksa na Sumbe r Dana penyelenggaraan Prakerin 2.3 Pencarian obyek. 2.4   Rapat   pembentukan