Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
ANALISI PERSONAL HYGIENE, SARANA SANITASI DASAR,
SERTA KELUHAN KESEHATAN PADA PENYANDANG
DISABILITAS DI PANTI KARYA HEPHATA
LAGUBOTI,KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2016 Keterangan Responden
1` Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jenis Disabilita s :
7. `Blok kamar :
I. Personal Hygiene
Kebersihan kulit
1. Berapa kali anda mandi sehari?
a. 1 kali b. 2 kali
2. Bagaimana cara anda mandi?
a. Mandi dengan air lalu menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram dengan air secukupnya
b. Mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih.
3. Bagaimana kebiasaan anda dalam penggunaan sabun? a. Memakai sabun sendiri
b. Memakai sabun bergantian dengan anggota lain Kebersihan Tangan dan Kuku
1. Bagaimana cara anda mencuci tangan?
b. Membasuh kedua tangan dengan air yang mengalir dan menggosok kedua permukaan tangan dan sela-sela jari dengan sabun dan disiram dengan air mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih. 2. Apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudah makan?
a. Ya b. tidak
3. Berapa kali anda memotong kuku? a. Sekali seminggu
b. Dipotong saat sudah panjang
Kebersihan Gigi
1. Bagaimana kebiasaan anda memakai sikat gigi?
a. Memakai sikat gigi bergantian dengan anggota lain b. Memakai handuk sendiri
2. Bagaimana anda menyimpan sikat gigi setelag dipakai? a. Disimpan di dalam ember sendiri
b. Diletakkan sembarangan
3. Apakah setiap selesai mendi anda menyikat gigi anda?? a. ya
b. tidak
Kebersihan Pakaian
1. Apakah anda mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat?
a. Ya b. Tidak
Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei 1. Berapa kali anda mengganti sprei?
b. Lebih dari 2 minggu
2. Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?
a. Ya b. Tidak
3. Berapa kali anda menjemur kasur dan bantal? a. 2 minggu sekali
b. Lebih dari 2 minggu
II. Keluhan Kesehatan
1 . Sejak sebulan terakhir, apakah anda pernah mengalami keluhan kesehatan?
a. Ya b. Tidak
2 . Apakah anda sering mengalami keluhan kesehatan sebagai berikut?
No Keluhan YA TIDAK
1 Diare 2 Sakit gigi
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI PERSONAL HYGIENE DI PANTI KARYA HEPHATA LAGUBOTI TOBA SAMOSIR TAHUN 2016
Keterangan Responden
1` Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Jenis Disabilita s :
7. `Blok kamar :
2. Keadaan tangan difabel: a. Bersih
b. Kotor
3. Keadaan kuku difabel: a. Bersih
b. Kotor
4. Keadaan gigidifabel: a. Bersih
b. Kotor
5. Keadaan pakaian difabel: a. Bersih
b. Kotor
6. Keadaan tempat tidur dan sprei difabel: a. Bersih
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
SARANA SANITASI DASAR DI PANTI KARYA HEPHATA LAGUBOTI TOBA SAMOSIR TAHUN 2016
Keterangan Kamar Blok kamar :
Tabel Penilaian Sarana Sanitasi Dasar
NO Komponen yang dinilai Kriteria Nilai Bobot
Sarana Sanitasi 25
sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, dan disalurkan ke sungai atau kolam dan tidak
sesuai untuk
(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut 4 Sarana Pembuangan
Sampah
a. Tidak ada
b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup
c. Ada, kedap air dan tidak bertutup
d. Ada, kedap air dan bertutup
KETERANGAN
Nama : Nama Responden Umur : Umur Respoden
Sex : Jenis Kelamin Responden Pendidikan : Pendidikan terakhir Responden
Disabilitas : Jenis Disabilitas yang disandang Responden Kamar : Kamar yang dihuni Respionden
K1 : Pertanyaan berapa kali anda mandi sehari? K2 : Pertanyaan bagaimana cara anda mandi?
K3 : Pertanyaan bagaimana kebiasaan anda dalam menggunakan sabun?
Sk1 : Total skor kebersihan kulit
Sk2 : Total skor kebersihan kulit setelah dikategorikan T1 : Pertanyaan bagaimana cara anda mencuci tangan?
T2 : Pertanyaan apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudah makan?
T3 : Pertanyaan berapa kali anda memotong kuku? St1 : Total skor kebersihan tangan dan kuku
St2 : Total skor kebersihan tangan dan kuku setelah dikategorikan P1 : Pertanyaan apakah anda mengganti baju yang telah dipakai
seharian sebelum tidur?
P2 : Pertanyaan apakah anda menjemur pakaian yang dicuci di bawah terik matahari?
P3 : Pertanyaan apakah anda mengganti baju setelah berkeringat? Sp1 : Total skor kebersihan pakaian
Sp2 : Total skor kebersihan pakaian setelah dikategorikan
G1 : Pertanyaan bagaimana kebiasaan anda memakai sikat gigi?
G2 : Pertanyaan bagaimana anda menyimpan sikat gigi yang telah dipakai?
G3 : Pertanyaan apakah anda menyikat gigi setiap selesai mandi? Sg1 : Total skor kebersihan gigi
Sg2 : Total skor kebersihan gigi setelah dikategorikan Tts1 : Pertanyaan berapa kali anda mengganti sprei?
Tts2 : Pertanyaan apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?
Tts3 : Pertanyaan berapa kali anda menjemur kasur dan bantal? Stt1 : Total skor kebersihan tempat tidur dan sprei
Stt2 : Total skor kebersihan tempat tidur dan sprei setelah dikategorikan Ph : Skor total personal hygiene responden
PHK : Skor total personal hygiene setelah dikategorikan Dia : Keluhan kesehatan diare
Sgg : Keluhan kesehatan sakit gigi Gtl : Keluhan kesehatan gatal-gatal
Og : Observasi kebersihan gigi responden Op : Observasi kebersihan pakaian responden
LAMPIRAN
HASIL OUPUT DATA
Bagaimana cara anda mandi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 63 100.0 100.0 100.0
Bagimana kebiasaan anda dalam menggunakan sabun?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 6 9.5 9.5 9.5
salah 57 90.5 90.5 100.0
Total 63 100.0 100.0
Apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudah makan?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 32 50.8 50.8 50.8
Berapa kali anda memotong kuku?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 32 50.8 50.8 50.8
salah 31 49.2 49.2 100.0
Total 63 100.0 100.0
Apakah anda mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 39 61.9 61.9 61.9
salah 24 38.1 38.1 100.0
Total 63 100.0 100.0
Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci di bawah terik matahari?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 46 73.0 73.0 73.0
salah 17 27.0 27.0 100.0
Total 63 100.0 100.0
Apakah anda mengganti baju setelah berkeringat?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 6 9.5 9.5 9.5
salah 57 90.5 90.5 100.0
Total 63 100.0 100.0
Bagaimana kebiasaan anda memakai sikat gigi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Bagaimana anda menyimpan sikat gigi yang telah dipakai?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 55 87.3 87.3 87.3
salah 8 12.7 12.7 100.0
Total 63 100.0 100.0
apakah anda menyikat gigi setiap selesai mandi?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 25 39.7 39.7 39.7
salah 38 60.3 60.3 100.0
Total 63 100.0 100.0
Berapa kali anda menjemur kasur dan bantal?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid benar 24 38.1 38.1 38.1
salah 39 61.9 61.9 100.0
Total 63 100.0 100.0
Apakah sprei yang anda gunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
salah 32 50.8 50.8 100.0
Total 63 100.0 100.0
skor kebersihan kulit setelah dikategorikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid >= 8 (baik) 56 88.9 88.9 88.9
<8 (buruk) 7 11.1 11.1 100.0
Total 63 100.0 100.0
skor kebersihan tangan dan kuku setelah dikategorikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid >=8 (baik) 7 11.1 11.1 11.1
<8 (buruk) 56 88.9 88.9 100.0
skor kebersihan tempat tidur dan sprei setelah dikategorikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid >=8 (baik) 14 22.2 22.2 22.2
<8 (buruk) 49 77.8 77.8 100.0
Total 63 100.0 100.0
skor total personal hygiene setelah dikategorikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada 3 4.8 4.8 4.8
keluhan kesehatan sakit gigi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid bersih 18 28.6 28.6 28.6
observasi kebersihan gigi responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid bersih 33 52.4 52.4 52.4
tidak bersih 30 47.6 47.6 100.0
Total 63 100.0 100.0
observasi kebersihan tempat tidur dan sprei responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada,kotor,sulit dibersihkan 7 77.8 77.8 77.8
ada,bersih,tidak rawan
kecelakaan 2 22.2 22.2 100.0
Total 9 100.0 100.0
dinding asrama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Valid semi permanen/setengah
tembok/pasangan bata atau
batu yang tidak
diplester/papan yang tidak
kedap air
2 22.2 22.2 22.2
permanen
(tembok/pasangan batu bata
yang diplester) papan kedap
air
7 77.8 77.8 100.0
Total 9 100.0 100.0
lantai panti
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada, luas ventilasi >10% dari
luas lantai 9 100.0 100.0 100.0
pencahayaan asrama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Valid kurang terang sehingga
kurang jelas untuk membaca
dengan normal
3 33.3 33.3 33.3
terang dan tidak silau
sehingga dapat membaca
dengan normal
6 66.7 66.7 100.0
Total 9 100.0 100.0
kategori penilaian kondisi fisik asrama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada,bukan milik sendiri,tidak
berbau,tidak berwarna,tidak
berasa
9 100.0 100.0 100.0
sarana pembuangan air tinja asrama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada,leher angsa,septic tank,
tidak sesuai untuk difabel 9 100.0 100.0 100.0
sarana pembuangan air limbah asrama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada,dialirkan ke selokan
sarana pembuangan sampah asrama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 2 22.2 22.2 22.2
ada,tidak kedap air,tidak ada
tutup 7 77.8 77.8 100.0
Total 9 100.0 100.0
kategori penilaian sanitasi dasar asrama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
DAFTAR PUSTAKA
Ananto, Purnomo. 2006. UKS Usaha Kesehatan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidayah. Bandung: Yrama Widya
Azwar, A, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber, Jakarta
Davidson G.D, Neacle J.M, Kring A.M.,2004. Psikologi Abnormal. Edisi 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Durand V.M, Barlow D.H.,2007. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Goldenson R.M, Jerume M, Charles., 1978. Disability and Rehabilitation Handbook. United States: Latures Me Graw Hill Book
Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1991). Exceptional Children Introduction to Special Education. Virginia: Prentice Hall International. Inc
Handri. 2008. Scabies, Penyakit Kulit Khas Pada Warga Pesantren. http://drhandri.wordpress.com/2008/04/24/scabies-penyakit-kulit-khas-pada-warga-pesantren/. Diakses 18 September 2016.
Harry M., 1953. An Introduction to Public Health`: The Macmillan
Irianto,Koes.2007. Menguak Dunia Mikroorganisme. CV.Bandung:Yrama Widya
Isro’in, L dan Andarmayo, S. 2012. Personal hygiene: Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Jones K, Parker J, Reed R.,2002. Water Supply and Sanitation Acces and Use
by Physically Disabled People. United Kingdom: WEDC University Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar
Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta
Kusnoputranto, Haryono, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta
Mubarak, W. I. Chayatin, N., 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Adaptasi. Jakarta: Salemba Medika
Muhtaj, ME. (2007). Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Mukono, H. J. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University. Press. Surabaya
Nielsen, E Kim., 2012. A Disability History of The United States: Beacon Press Boston
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta
Pertuni (2004). Anggaran Rumah Tangga Persatuan Tunanetra Indonesia. Jakarta: Pertuni
Pradopo T.S, Suharto, L.Tobing C.H., Pendidikan Anak-Anak Tunanetra. Depdikbud
Riddel, Sheila, Watson, Nick., 2003. Disability, Culture, and Identity: Pearson Preventive Hall
Sarudji H.D., 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: CV.Karya Purba Darwati.
Sastrawinata E, Salim M, Sugiarto M.H., Pendidikan Anak-Anak Tunarungu. Depdikbud
Semiawan C.R, Mangunsong F.,2010. Keluarbiasaan Ganda. Edisi pertama, Jakarta: Kencana
Slamet J.S.,1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University Press
Slamet, J. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjahmada University Press, Yogyakarta
Soemantri T S., 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.
Sumantri A, 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.
Stevens, P.J.M, 2000. Ilmu Keperawatan Jilid 5 Edisi 2. EGC, Jakarta
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)., 2012. Keluhan Kesehatan: Badan Pusat Statistik.
Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahhun 2011 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251)
Wall W.D., 1979. Constructive Education for Spesific Groups Handicapped and Deviant Children. UNESCO.
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Wolf, LV dkk, 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan Cross Sectional untuk mengetahui personal hygiene, sarana sanitasi, serta keluhan kesehatan pada penyandang disabilitas di Panti
Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Panti Karya Hephata Laguboti, terletak di
jalan Diakonia,desa Sintong marnipi, kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Jumlah penyandang disabilitas yang ada di Panti Karya Hephata ini sebanyak 95 orang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan mulai bulan April
2016 sampai September 2016. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data, pengolahan dan analisa data serta penyusunan hasil penelitian.
3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan penyandang disabilitas
3.3.2 Sampel
Sampel adalah penyandang disabilitas yang tinggal di panti karya Hephata,
Laguboti, di mana jumlah sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi (total sampling ), yaitu sebanyak 63 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan
penyandang disabilitas dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder penelitian ini diperoleh dari Yayasan Panti Karya Hephata
Laguboti yakni berupa data:
a. Profil singkat Panti Karya Hephata Laguboti
b. Jumlah penyandang disabilitas di Panti Karya Hephata
c. Sarana dan prasarana yang terdapat di Panti Karya Hephata 3.5 Defini Operasional
3.5.1 Personal hygiene cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan pribadinya berdasarkan observasi dan wawancara.
3.5.2 Sanitasi dasar yaitu penyediaan air bersih, jamban, pengelolaan air limbah
dan pembuangan sampah berdasarkan observasi.
3.5.3 Keluhan Kesehatan yaitu masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh
3.5.4 Disabilitas adalah ketidakmampuan fisik atau mental karena adanya cedera, penyakit, atau cacat bawaan.
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Personal hygiene 1. Kebersihan Kulit
Pengukuran variabel kebersihan kulit dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:
1. Jawaban baik = 3 2. Jawaban buruk = 0
Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:
a. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) b. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9 2.Kebersihan Tangan dan Kuku
Pengukuran variabel kebersihan tangan dan kuku dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:
3. Jawaban baik = 3 4. Jawaban buruk = 0
Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan
berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut: c. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9)
3.Kebersihan Gigi
Pengukuran variabel kebersihan gigi dengan menjumlahkan skor dari
tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria: 5. Jawaban baik = 3
6. Jawaban buruk = 0
Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:
e. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) f. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9
3.Kebersihan Pakaian
Pengukuran variabel kebersihan pakaian dengan menjumlahkan skor dari
tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria: 7. Jawaban baik = 3
8. Jawaban buruk = 0
Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:
g. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) h. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9 5.Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Pengukuran variabel kebersihan kulit dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria:
Maka didapat skor tertinggi 9 dan terendah 0, kemudian dikategorikan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut:
i. Baik, jika skor yang diperoleh responden > 75% (nilai 8-9) j. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤ 75% (nilai 0-9
3.6.2 Sarana Sanitasi Dasar 1. Sarana air bersih
a. Tidak ada memiliki nilai 0.
b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 1.
c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 2.
d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan memiliki nilai 4.
2. Jamban (sarana pemuangan kotoran)
a. Tidak ada memiliki nilai 0.
b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup disalurkan ke sungai/kolam,
tidak sesuai untuk penyandang disabillitas, memiliki nilai 1.
c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup (leher angsa) disalurkan ke sungai/kolam, tidak sesuai untuk penyandang disabilitas memiliki
nilai 2.
d. Ada,leher angsa, septic tank, tidak sesuai untuk penyandang
e. Ada, leher angsa, septic tank, dan sesuai untuk penyandang disabilitas memiliki nilai 4
3. Sarana pembuangan air limbah
a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
memiliki nilai 0.
b. Ada, diresapkan mencemari sumber air (jarak dengan sumber air <10m) memiliki nilai 1.
c. Ada, dialirkan ke selokan terbuka memiliki nilai 2.
d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan
sumber air 10 m) memiliki nilai 3.
e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut memiliki nilai 4
4. Sarana pembuangan sampah a. Tidak ada memiliki nilai 0.
b. Ada, tetapi kedap air dan tidak ada tutup memiliki nilai 1.
c. Ada, kedap air dan tidak tertutup memiliki nilai 2. d. Ada, kedap air dan tertutup memiliki nilai 3
Berdasarkan KEPMENKES RI No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang penilaian sanitasi perumahan dilakukan pengkategorian sebagai berikut:
Dikategorikan sehat apabila skor mencapai ≥334
3.6.3 Keluhan Kesehatan
Pengukuran variabel keluhan kesehatan didasarkan pada:
a. Mengalami keluhan, jika responden mengalami salah satu keluhan kesehatan.
b. Tidak mengalami keluhan, jika responden tidak mengalami keluhan kesehatan.
3.7 Analisis Data
Analis data yaitu analisis univariat dengan mendistribusikan variabel personal hygiene, sanitasi dasar, dan keluhan kesehatan di panti karya Hephata
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1 Demografi
Yayasan Panti Karya Hephata terletak di Jl.Hephata Desa Sintong Marnipi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Panti Karya Hephata berdiri pada tanggal 23 Desember 1923 oleh Tuan Robert
Richtig sebagai pemekaran pelayanan kusta di Hutasalem.
Panti Karya Hephata telah melayani berbagai tingkat dan jenis diffabel
yang meliputi tunanetra, tunarungu, retardasi mental (tunagrahita) dan tunadaksa. Hingga saat ini sudah ribuan yang dilayani Panti Karya Hephata baik yang sudah
meninggal dunia, yang tinggal di pusat rehabilitasi, dan yang sudah kembali berbaur dan berkarya di tengah masyarakat.
Panti Karya Hephata terdiri dari 9 asrama yang dihuni oleh para diffabel
yaitu asrama Philip BAK 1, asrama Philip BAK 2, asrama Philip BAK 3, asrama Rithtig 3, asrama Margareth 1, asrama Johannes putera,asrama Johannes puteri,
4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Karakteristik Penyandang Disabilitas N % Umur (tahun)
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penyandang disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti sebagian besar berumur 17-60 tahun sebanyak 39
orang (61,9%), dengan jenis kelamin yang lebih banyak perempuan sebanyak 33 orang (52,4%). Pendidikan responden sebagian besar tidak memiliki pendidikan
4.2.2 Personal Hygiene Responden
Tabel 4.2 Distribusi Personal Hygiene Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Benar Salah
Personal Hygiene n % n %
Kebersihan Kulit
Berapa kali mandi sehari Bagaimana cara mandi
Bagaimana kebiasaan dalam penggunaan sabun
Apakah menyikat gigi setiap selesai mandi yang telah dipakai seharian sebelum tidur
Apakah anda menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik
Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Berapa kali mengganti sprei Sprei yang digunakan sebelum tidur sudah dibersihkan terlebih dahulu
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa untuk kebersihan kulit, responden
disebabkan karena panti menetapkan jadwal mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari sebelum ibadah dan sore hari setelah gotong royong. Seluruh responden juga
mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih dan pada umumnya responden mandi dengan memakai sabun
sendiri yaitu sebanyak 60 orang (95,2%) hal ini disebabkan karena panti memberikan jatah sabun kepada masing-masing reponden dengan jumlah yang sama.
Untuk kebersihan tangan dan kuku responden pada umumnya tidak membasuh kedua tangan dengan air yang mengalir dan menggosok kedua
permukaan tangan dan sela-sela jari dengan sabun dan disiram dengan air mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih yaitu sebanyak 57 orang
(90,5%). Hal ini disebabkan karena panti tidak menyediakan wastafel atau fasilitas untuk mencuci tangan dengan air mengalir didukung juga oleh keterbatasan fisik responden yang menyebabkan responden kesulitan
melakukannya. Pada umumnya responden mencuci tangan sebelum dan sesudah makan yaitu sebanyak 59 orang (93,7%)
Untuk kebersihan kuku reponden, lebih banyak responden yang memotong kuku setiap sudah panjang yaitu sebanyak 32 orang (50,8%), untuk kebersihan gigi seluruh responden memakai sikat gigi sendiri yaitu sebanyak 63 orang
(100%) dan pada umumnya responden menyimpan sikat gigi di dalam ember masing-masing setiap selesai dipakai yaitu sebanyak 55 orang (87,3%), dan
Untuk kebersihan pakaian responden, sebagian besar responden mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur yaitu sebanyak 39 orang (61,9%)
dan menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik matahari yaitu sebanyak 46 orang (73,0%) dan pada umumnya responden tidak mengganti baju setelah
berkeringat yaitu sebanyak 57 orang (90,5%)`
Untuk kebersihan tempat tidur dan sprei responden, sebagian besar responden tidak mengganti sprei minimal dua kali seminggu yaitu sebanyak 38
orang (60,3%) dan pada umumnya responden tidak membersihkan tempat tidur dan sprei sebelum digunakan yaitu sebesar 32 orang (50,8). Responden juga
sebagian besar tidak menjemur kasur dan bantal minimal dua kali seminggu sebanyak yaitu 39 orang (61,9%).
Tabel 4.3 Kategori Personal Hygiene Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Personal Hygiene N % Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa dari 63 orang responden pada umumnya dikategorikan baik pada kebersihan kulit yaitu sebanyak 56 orang
(88,9%). Hal ini disebabkan karena responden yang pada umumnya sudah mandi 2 kali sehari, dan seluruhnya mandi dengan air dan sabun dan menggosok kulit
kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih dan pada umumnya responden telah memakai sabun sendiri. Responden dikategorikan buruk pada kebersihan tangan dan kuku yaitu sebanyak 61 orang (96,8%),hal ini disebabkan karena pada
umumnya responden tidak menyuci tangan dengan air mnegalir dan menggosok permukaan tangan serta sela-sela jari menggunakan sabun dan disiram dengan air
mengalir lalu tangan dikeringkan dengan lap yang bersih. Pada umumnya responden dikategorikan buruk pada kebersihan pakaian yaitu sebanyak sebanyak
60 orang (95,2%), hal ini disebabkan sebagian besar responden tudak mengganti pakaian yang dikenakan setiap setelah berkeringat.
Pada kebersihan gigi pada umumnya dikategorikan buruk yaitu sebanyak
56 orang (88,9%), hal ini disebabkan karena pada umumnya responden tidak menggosok gigi setiap sehabis mandi. Seperti yang sudah ditetapkan bahwa
mandi wajib 2 kali sehari, maka menyikat gigi juga seharusnya minimal 2 kali sehari.Sebagian besar responden dikategorikan buruk pada kebersihan tempat tidur dan sprei yaitu sebanyak 49 orang (77,8%), hal ini disebabkan sebagian
besar responden tidak mengganti sprei minimal dua kali seminggu. Pada umumnya responden tidak membersihkan sprei sebelum digunakan, dan sebagian
Tabel 4.4 Kategori Personal Hygiene Total Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Personal Hygiene N %
Baik Buruk
18 45
28,6 71,4
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa dari 63 orang responden sebagian besar responden dikatakan memiliki personal hygiene yang buruk yaitu sebanyak 45 orang (71,4%). Hal ini disebabkan karena pada umumnya responden
dikategorikan buruk pada kebersihan tangan dan kuku serta gigi, dan sebagian besar responden dikategorikan buruk pada kebersihan pakaian, dan tempat tidur
dan sprei. Responden pada umumnya dikategorikan baik hanya pada kebersihan kulit.
Tabel 4.5` Observasi Kebersihan Tangan, Kuku, Gigi, Pakaian, dan Tempat Tidur Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Personal Hygiene Bersih Tidak Bersih
n % n %
Tangan 33 52,4 30 47,6
Kuku 25 39,7 38 60,3
Gigi 18 28,6 45 71,4
Pakaian 33 52,4 30 47,6
Tempat Tidur/sprei 23 36,5 40 63,5
Namun sebagian besar responden memiliki kebersihan kuku yang buruk yaitu sebanyak 38 orang (60,3%), hal ini disebabkan lebih banyak responden yang
memotong kuku hanya setiap kuku sudah panjang dan kotor. Sebagian besar responden memiliki kebersihan gigi yang buruk juga yaitu sebanyak 45 orang
(71,4%), hal ini disebabkan pada umumnya responden yang tidak menyikat gigi setiap sehabis mandi. Responden terkadang tidak menyikat gigi sama sekali dalam sehari hingga menyebabkan gigi responden tampak kotor dan dipenuhi plak.
Untuk kebersihan pakaian lebih banyak responden yang kebersihan pakaiannya baik yaitu sebanyak 33 orang (52,4%) dan sebagian besar responden memiliki
kebersihan tempat tidur dan sprei yang buruk yaitu sebanyak 40 orang (63,5%), hal ini disebabkan sebagian responden tidak membersihkan sprei dan tempat tidur
4.2.3 Sanitasi Dasar Asrama Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Tabel 4.6 Observasi Sanitasi Dasar Asrama
Sanitasi Dasar N % tidak berwarna, dan tidak berasa
Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak disalurkan ke sungai atau kolam
Ada, bukan leher angsa, ada tutup, dialiskan ke sungai/kolam
Ada, bukan leher angsa, septic tank Ada, leher angsa, septic tank
0 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman
Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air<10 meter) Ada, dialirkan ke selokan terbuka
Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air>10 meter)
Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut
0
Ada, kedap air dan tidak bertutup Ada, kedap air dan bertutup
Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 9 asrama, semua asrama (100%) memiliki sarana air bersih yang bukan milik sendiri, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak berasa. Semua asrama (100%) juga memiliki jamban yang leher angsa, memiliki septic tank. Semua asrama (100%) juga memiliki sarana
pembuangan air limbah yang dialirkan ke selokan terbuka. Sebagian besar asrama memiliki sarana pembuangan sampah namun tidak kedap air dan tidak ada tutup yaitu sebanyak 7 asrama (77,8%).
Tabel 4.7 Kategori Sanitasi Dasar di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Sanitasi Dasar N %
Sehat ( >=334) Tidak Sehat (<334)
0 9
0,0 100
Pada tabel 4.9 diketahui bahwa dari 9 asrama, seluruh asrama dikategorikan tidak sehat yaitu sebanyak 9 asrama (100%). Hal ini disebabkan
karena sumber air bersih yang tidak milik sendiri, limbah yang tidak dialirkan ke selokan tertutup untuk diolah lebih lanjut, serta tempat sampah yang tidak kedap
Tabel 4.8 Observasi Kondisi Fisik Asrama Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Kondisi Fisik N %
Langit-langit Tidak ada
Ada, kotor, sulit dibersihkan
Ada, bersih, tidak rawan kecelakaan
0
Semi permanen/setengah tembok/pasangan bata atau batu yang tidak diplester/papan yang tidak kedap air
Permanen (tembok/pasangan batu bata yang diplester), papan kedap air
Papan/ anyaman bambu dekat dengan tanah/ plesteran yang retak dan berdebu
Diplester/ubin/keramik/papan
Ada, luas ventilasi <10% dari luas lantai Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai
0
Tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca
Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal sulit dibersihkan, tidak ada asrama yang memiliki dinding yang bukan tembok,
asrama (77,8%) dan seluruh asrama memiliki lantai ubin sebanyak 9 asrama (100%).
Dari 9 asrama, sebagian besar memiliki jendela kamar tidur yaitu sebanyak 7 asrama (77,8%) dan semua asrama yaitu sebanyak 9 asrama (100%)
yang memiliki ventilasi >10% luas lantai, dan sebagian besar asrama memiliki pencahayaan terang dan tidak silau yaitu sebanyak 6 asrama (66,6%).
Tabel 4.9 Kategori Kondisi Fisik Asrama Penyandang Disabilitas di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Kondisi Fisik N %
Baik ( >=9) Buruk (<9)
7 2
77,8 22,2
Pada tabel 4.7 diketahui bahwa dari 9 asrama, sebagian besar asrama
dikategorikan baik yaittu sebanyak 7 asrama (77,8%). Hal ini disebabkan seluruh asrama yang memiliki langit-langit, dinding tembok, dan lantai ubin. Sebagian besar asrama memiliki jendela kamar tidur dan semua asrama memiliki ventilasi
4.2.4 Keluhan Kesehatan Responden di Panti Karya Hephata Laguboti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016
Tabel 4.10 Distribusi Keluhan Kesehatan Responden
Keluhan Kesehatan Ada Tidak
n % n %
Diare 12 19,0 51 81,0
Sakit Gigi 3 4,8 60 95,2
Gatal-Gatal 33 52,4 30 47,6
Pada tabel 4.10 diketahui bahwa, dari 63 responden, lebih banyak mengalami keluhan kesehatan gatal-gatal yaitu sebanyak 33 orang (52,4%),
BAB V PEMBAHASAN 1.1 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, jenis kelamin responden menunjukkan bahwa jenis
kelamin responden di Panti Karya Hephata lebih banyak perempuan sebanyak 33 orang (52,4%) dengan kelompok umur yang sebagian besar berumur 17-60 sebanyak 59 orang (61,9%.). Responden lebih banyak mengalami tunagrahita
sebanyak 26 orang (41,3%) dan sebagian besar tidak memiliki pendidikan sebanyak 46 orang (73,0%).
Personal Hygiene Responden
Personal Hygiene pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti
menunjukkan bahwa dari 63 orang responden yang tinggal di sana, sebagian besar
responden dikategorikan memiliki personal hygiene yang buruk sebanyak 45 orang (71,4%).
Hal ini disebabkan karena jika dilihat dari beberapa variabel personal hygiene dapat dilihat bahwa dari kebersihan kulit responden menunjukkan bahwa
kebiasaan mandi penyandang disabilitas pada umumnya sudah baik karena sebanyak 56 responden (88,9%) sudah rutin mandi dua kali sehari setiap hari, namun ada juga responden yang tidak bisa mandi dua kali sehari karena
mengalami gangguan kulit yang parah ditunjukkan oleh bagian punggung responden yang mengalami kebusukan, ada juga responden yang sudah lansia
di pagi hari pukul 06.00 WIB sebelum melaksanakan kegiatan ibadah kemudian di sore hari pukul 18.00 WIB setelah kegiatan gotong royong.
Seluruh responden (100%) juga sudah mandi dengan menggunakan air dan sabun dan menggosok kulit kemudian seluruh tubuh disiram air sampai bersih,
untuk penyandang disabilitas tunagrahita yang tidak bisa mandi sendiri akan dibantu oleh anggota lain yang mampu atau bahkan oleh pengasuhnya. Dan pada umumnya responden sudah menggunakan sabun sendiri karena sebanyak 60
responden (95,2%) menggunakan sabun sendiri, hal ini didukung karena pihak panti memberi jatah sabun masing-masing kepada tiap responden.
Ananto (2006) mengatakan bahwa cara membersihkan kulit secara keseluruhan umumnya dilakukan dengan mandi, karena mandi berguna untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkan bau keringat, merangsang peredaran darah dan syaraf, serta mengebalikan kesegaran tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan kulit responden di Panti
Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikategorikan baik karena terdapat 56 responden (88,9%) yang dikategorikan baik.
Dilihat dari kebersihan tangan dan kuku responden menunjukkan bahwa pada umumnya (90,5%) responden masih mencuci tangan dengan tidak sesuai syarat dengan hanya membasuh kedua tangan dengan air memakai
wadah/mangkok lalu tangan dikeringkan dengan lap. Namun pada umumnya (93,7%) responden selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Untuk
dan kotor disebabkan keterbatasan fisik dan mental responden yang menyebabkan responden kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Wolf (2000), tangan harus dicuci sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah makan, sesudah
buang air besar ataupun buang air kecil ini dapat mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit dan mengurangi kesempatan infeksi.
Menurut Zein (2010), tangan adalah bagian tubuh manusia yang paling
sering berhubungan dengan mulut dan hidung secara langsung. Sehingga tangan merupakan salah satu penghantar utama masuknya kuman penyebab penyakit ke
dalam tubuh manusia. Apabila manusia menyentuh tinja akan terkontaminas lebih dari 10 juta virus dan 1 juta bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.
Adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan kuku, mengembalikan batas-batas kulit di tepi kuku dalam keadaan normal serta mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan kuku dengan cara
menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku menggunakan sabun (Stevens,2000). Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan tangan dan kuku
responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya (96,8%) responden dikategorikan buruk.
Dilihat dari kebersihan gigi menunjukkan bahwa seluruh responden
(100%) telah menggunakan sikat gigi sendiri dan pada umumnya (87,3%) responden menyimpan sikat gigi di dalam ember masing-masing setelah
Keadaan fisik sesorang mempengaruhi tingkat personal hygiene seseorang termasuk dalam kebersihan gigi dan mulut seseorang hal ini didukung oleh
penelitian Aldiaman H,Adhani R,Adenan(2016) yang menyatakan bahwa penderita stroke yang seringkali mengalami disabilitas panjang sangat sulit untuk
mempertahankan kebersihan mulutnya. Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya dalam menentukan keadaan kebersihan gigi da mulut seseorang. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan gigi responden di Panti Karya
Hephata Laguboti pada umumnya (88,9%) responden dikategorikan buruk.
Dilihat dari kebersihan pakaian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (61,9%) mengganti baju yang telah dipakai seharian sebelum tidur terutama pada penyandang tunagrahita karena keterbatasan mental yang dialami
sehingga menyebabkan mereka harus lebih sering mengganti pakaian disebabkan mereka yang seringkali buang air kecil bahkan buang air besar sembarangan. Sebagian besar responden (73,0%) menjemur pakaian yang dicuci dibawah terik
matahari. Pada umumnya (90,5%) responden tidak mengganti baju setiap setelah berkeringa. Responden menghiraukan pakaian mereka meskipun setelah
berkeringat.
Irianto (2007) mengatakan seseorang terlihat sehat dan bersih dapat melalui kebersihan pakaiannya. Pakaian yang kotor akan menghalangi seseorang
untuk terlihat bersih walaupun sebenarnya seluruh tubuh sudah bersih. Perlu mengganti pakaian secara teratur karena pakaian menyerap keringat dan kotoran
menggunakan pakaian yang digunakan sehari-hari untuk tidur. Selimut, sprei, dan sarung bantal sebaiknya dibersihkan dan diganti secara rutin. Kasur dan bantal
dijemur secara rutin pulak.
Hal ini juga didukung penelitian Ananto (2006) pakaian berguna untuk
melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar, untuk membantu mengatur suhu tubuh, untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan pakaian responden di Panti Karya Hephata
Laguboti pada umumnya (95,2%) dikategorikan buruk.
Jika dilihat dari kebersihan tempat tidur dan sprei, lebih banyak responden
(60,3%) tidak rutin mengganti sprei minimal 2 minggu sekali. Hanya 25 responden (39,7%) yang mengganti sprei minimal 2 minggu sekali khusunya
pada penyandang tunagrahita diakibatkan penyandang tunagrahita yang seringkali buang air kecil bahkan buang air besar sembarangan di tempat tidur. Sprei yang digunakan sebelum tidur lebih banyak (50,8%) sprei yang tidak dibersihkan
terlebih dahulu karena hanya 31 responden (49,2%) yang menggunakan sprei yang telah dibersihkan dulu sebelum tidur. Sebagian besar responden (61,9%)
tidak rutin menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali. Hanya terdapat 24 responden (38,1%) yang rutin menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali sesuai jadwal rutin yang ditetapkan pihak panti.
Hal ini didukung oleh penelitian Handri (2010) yaitu kasur merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur tetap bersih dan
seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah-rubah. Berdasarkan hasil penelitian, untuk kebersihan kulit responden di Panti Karya Hephata Laguboti
sebagian besar (77,8%) dikategorikan buruk.
1.2 Observasi Kebersihan Tangan, Kuku, Gigi, Pakaian, dan Tempat tidur Responden
Berdasarkan observasi langsung dengan responden diketahui bahwa pada
kebersihan tangan responden lebih banyak dikategorikan bersih karena 47,6% responden yang dikategorikan tidak bersih dan 52,4% dikategorikan bersih. Hal
ini ditunjukkan pada tangan responden yang tidak bersih karena setelah melakukan aktivitas responden tidak mencuci tangan.
Kebersihan kuku responden sebagian besar dikategorikan tidak bersih karena 39,7% responden yang dikategorikan bersih dan 60,3% dikategorikan tidak bersih. Hal ini ditunjukkan pada kuku responden yang sebagian besar panjang dan
berwarna hitam karena banyak kotoran yang lengket pada kuku responden, tidak rutinnya responden memotong kuku minimal seminggu sekali mendukung hal ini.
Pada kebersihan gigi sebagian besar responden dikategorikan tidak bersih. Karena 28,6% responden yang dikategorikan bersih dan 71,4% dikategorikan tidak bersih. Hal ini dilihat pada gigi responden yang sebagian besar dipenuhi
plak dan karang gigi. Menurut penelitian Aldiaman dkk (2016),mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya dalam menentukan keadaan
Pada kebersihan pakaian lebih banyak responden dikategorikan bersih karena 47,6% responden dikategorikan tidak bersih dan 52,4% dikategorikan
bersih. Hal ini dapat dilihat dari pakaian responden yang bersih dan tidak menimbulkan bau tidak sedap dan tidak ada noda kotoran pada pakain responden.
Pada kebersihan tempat tidur dan sprei responden sebagian besar responden dikategorikan tidak bersih karena 36,5% dikategorikan tidak bersih dan 63,5%
dikategorikan bersih.
1.3 Sarana Sanitasi Dasar Panti 1.3.1 Sarana Air Bersih
Berdasarkan observasi langsung dapat dilihat bahwa seluruh asrama (100%) memiliki sarana air bersih , namun bukan milik sendiri karena 1 sumber air dialirkan kesemua asrama. Keadaan air bersihnya sudah dalam keadaan baik
secara fisik karena tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau.
Menurut WHO (2001), air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan,
tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya (minum,masak, mandi,dll). Promosi yang meningkat dari penyakit-penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun berugikan kesehatan
ditularkan melalui air yang sudah tercemar.
1.3.2 Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)
digunakan oleh penyandang disabilitas. Khusus untuk asrama Margareth putera dan Margareth Puteri jamban yang digunakan adalah wc duduk karena kedua
asrama itu dihuni oleh penyandang tunagrahita yang pada umumnya masih di bawah umur.
1.3.3 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Panti Karya Hephata Laguboti
seluruhnya (100%) dialirkan ke selokan terbuka. Sementara menurut Kusnoputranto (2000), air buangan dapat menjadi tempat berkembakbiaknya
mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga laiinya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya
melalui air yang tercemar.
1.3.4 Sarana Pembuangan Sampah
Sarana pembuangan sampah di Panti Karya Hephata Laguboti sebagian besar (77,8%) sudah memiliki tempat sampah namun tidak kedap air dan tidak
ada tutup. 2 asrama (22,2%) tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Namun keadaan panti cukup bersih karena tidak banyak ditemukan sampah berserakan di lingkungan panti. Keadaaan tempat sampah di 7 asrama lainnya juga tidak
nampak penuh dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap karena sampah rutin dibuang tiap pagi dan sore ke TPS terdekat.
berkembangbiaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam
pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain
sebagainya.
1.4 Kategori Sanitasi Dasar Panti Karya Hephata Laguboti
Sanitasi dasar yang baik tentu akan berpengaruh baik juga untuk kesehatan responden tergantung kepada personal hygiene responden dalam memaanfaatkan
fasilitas sanitasi dasar yang ada. Berdasarkan hasil penelitian, kategori sanitasi dasar Panti Karya Hephata Laguboti seluruhnya dikategorikan tidak sehat.
Dilihat dari sarana air bersih asrama yang seluruhnya mendapat skor 2 karena fasilitas sumber air bersih yang tidak dibuat di masing-masing asrama, jamban yang seluruhnya mendapat skor 2 karena tidak sesuai dengan untuk
penyandang disabilita, SPAL yang seluruhnya mendapat skor 2 karena hanya dialirkan ke selokan terbuka serta sarana pembuangan sampah yang sebagian
besar tidak kedap air dan tidak ada tutup sehingga memungkinkan menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.
5.7 Keluhan Kesehatan Responden
Keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh responden di Panti
bahkan perut dan punggung responden. Kemudian disusul dengan keluhan kesehatan diare sebanyak 12 orang (19,0%) dan kemudian keluhan gigi sebanyak
3 orang (4,8%).
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa besarnya keluhan kesehatan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kebersihan kulit pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan baik yaitu sebanyak 56 orang (88,9%)
2. Kebersihan tangan dan kuku pada responden di Panti Karya Hephata
Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 61 orang (96,8%)
3. Kebersihan gigi pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 56 orang (88,9%)
4. Kebersihan pakaian pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 60 orang (95,2%)
5. Kebersihan tempat tidur dan sprei pada responden di Panti Karya Hephata
Laguboti pada umumnya dikatakan buruk yaitu sebanyak 49 orang (77,8%)
6. Personal Hygiene pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti sebagian besar dikatakan buruk yaitu sebanyak 45 orang (714%)
7. Sarana air besih di Panti Karya Hephata Laguboti seluruhnya
dikategorikan buruk
8. Keluhan kesehatan pada responden di Panti Karya Hephata Laguboti lebih
6.2 Saran
1. Bagi Yayasan Panti Karya Hephata Laguboti
a. Perawatan personal hygiene pada penyandang disabilitas terutama kepada penyandang tunagrahita dengan cara meningkatkan pengawasan khusus
dalam hal personal hygiene nya, memotong kuku secara rutin, mengajarkan 7 langkah mencuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir, mengawasi
jadwal menyikat gigi pada penyandang disabilitas khususnya yang masih anak-anak agar rutin minimal 2 kali sehari, menjemur pakaian di bawah sinar matahari langsung, dan rutin menjemur bantal dan sprei serta kasur
yang digunakan setiap 2 minggu sekali.
b. Panti Karya Hephata Laguboti agar lebih memperhatikan sarana sanitasi
dasar terutama fasilitas tempat sampah dan memperlancar serta menutup saluran pembuangan air limbah agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian keluhan kesehatan pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Personal Hygiene
2.1.1 Defenisi Personal Hygiene
Dalam kamus bahasa Indonesia (2014), hygiene diartikan sebagai ilmu
tentang kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan.
Menurut Mustard (1953), personal hygiene adalah sebagai praktek, kebiasaan, dan tindakan pencegahan individu yang bertujuan untuk melindunginya dari penyakit dan menuntunnya mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya yang meliputi kebersihan pribadi, kebiasaan pola makan yang sehat, pola tidur yang cukup, keseimbangan antara istirahat dan beraktivitas,
antara bekerja dan rekreasi, pikiran yang tidak terganggu, dan tindakan pencegahan untuk tidak terinfeksi penyakit dari orang lain.
Menurut Notoatmodjo (2003), personal hygiene sangat menentukan status
kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Upaya kebersihan diri ini mencakup
tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian.
Menurut Depkes RI (2006), Personal Hygiene merupakan ciri berperilaku
hidup sehat. Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat anatara lain seperti kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar (BAB) dan
2.1.2 Jenis-jenis Personal Hygiene
Menurut Isro’in dan Andarmayo (2012), ada beberapa jenis Personal
Hygiene yaitu sebagai berikut:
a. Kebersihan Kulit
Kulit merupakan salah satu aspek vital yang perlu diperhatikan dalam hygiene perorangan. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi
tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Begitu vitalnya kulit,
maka setiap ada gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan berbagai masalah yang serius dalam kesehatan.
Untuk selalu memelihara kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaan sehat yang harus selalu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
2. Mandi minimal dua kali sehari 3. Mandi memakai sabun
4. Menjaga kebersihan pakaian 5. Menjaga kebersihan lingkungan
Menurut Achdannasich (1991), penganggulangan yang paling utama jika
terdapat anggota keluarga yang terkena peyakit kulit untuk dilakukan agar tidak menimbulkan penyakit pada kulit adalah dengan menjaga kebersihan. Kasur
b. Kebersihan Rambut
Rambut atau bulu bisa mengandung bakteri. Penyakit berpengaruh buruk pada rambut, terutama jika terdapat kelainan endokrin, suhu badan yang naik,
kurang makan, rasa cemas atau ketakutan. Dengan selalu memelihara keberihan rambut dan kulit kepala yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencuci rambut sekurang-kurangnya dua kali seminggu
2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pecuci rambut lainnya 3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
c. Kebersihan Mulut
Menurut Herry Sofyandi (1991), Banyaknya plak dan karang gigi pada
mulut seseorang menunjukkan buruknya hygiene mulut dari orang tersebut. Plak memegang perana penting dalam proses karies gigi. Usaha pencegahan terbentuknya plak gigi dengan menyikat gigi minimal 2 kali sehari dan dibarengi
dengan pengurangan intake gula.
Berdasarkan pendapat Mustard (1953) dapat disimpulkan bahwa, tindakan
yang paling penting yang dapat dilakukan dalam memelihara kebersihan gigi adalah keseimbangan makan ibu selama kehamilan, mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang , terutama pada masa kanak-kanak harus rajin menyikat
gigi sekurang-kurangnya satu kali sehari dan lebih baik jika dua kali sehari, teratur memeriksa gigi ke dokter sekurang-kurangnya sekali setahun dan lebih
d. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari.
Selain idah dipandang mata, tangan,kaki dan kuku yang bersih juga mengindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1. Membersihkan tangan sebelum makan
2. Memotong kuku secara teratur 3. Membersihkan lingkungan
4. Mencuci kaki sebelum tidur
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi Personal Hygiene seperti:
1. Citra tubuh, yaitu gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri. Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2. Praktik sosial, yaitu seperti pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal
3. Status sosioekonomi, yaitu personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,pasta gigi,sikat gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk membelinya
4. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes meulitus yang harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya, yaitu seperti sebagian masyarakat menganggap jika individu menderita penyakit tertentu,maka individu tersebut tidak boleh mandi.
6. Kebiasaan seseorang, yaitu seperti beberapa orang memiliki kebiasaan seperti menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sampo, sabun, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik, yaitu pada saat kondisi fisik sedang tidak bagus atau bahkan tidak dapat berfungsi dengan baik tentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan dari orang lain.
2.1.4 Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), apabila seseorang tidak merawat diri maka dirinya akan dengan mudah terkena penyakit. Penyakit merupakan dampak dari kurangnya personal hygiene pada seseorang. Berikut dampak yang
sering timbul pada masalah personal hygiene:
1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Bagi penyandang disabilitas,menjaga personal hygiene tentu merupakan
hal yang sangat penting dilakukan, namun kesulitan tentu akan dialami jika sarana nya tidak memungkinkan untuk digunakan oleh penyandang disabilitas. Menurut
Jones, Parker, Reed (2002), berikut kegiatan penyandang disabilitas dalam menjaga personal hygiene nya dan solusi yang ditawarkan bagi kemudahan
mereka untuk melaksanakannya.
Kegiatan Solusi
Sarana untuk mandi -Untuk yang tidak bisa duduk, duduk menggunakan ban yang berbentuk
seperti tabung, atau tambahan tali di kolam (Werner, 1987)
-Kursi pendek/bangku/ataupun box
untuk mereka yang tidak mampu berdiri atau jongkok selama mandi
tunanetra untuk sampai ke tempat pemandian (Helander et al, 1989:2)
- Papan pencuci dari kayu atau bilah bambu bagi mereka yanng mencuci berbaring (Werner, 1987)
-Rekomendasi untuk desain kamar mandi, mencuci cekungan untuk
pengguna kursi roda
(UNESCAP,1995a:Lampiran II) Kursi toilet dengan lubang dipotong
membuatnya lebih muda untuk mencuci pantat dan alat kelamin saat duduk
(WHO, 1996b:65)
Kegiatan mandi pribadi - Sapuan mitt, seperti sarung tangan yang terbuat dari sepotong handuk
untuk mereka yang susah bergerak (WHO,1993, 1996b, 1989:37)
- Spons atau sikat atau handuk
bergagang panjang dengan gagang lingkaran, bagi mereka yang
terbatas (WHO,1996)
Pembersihan gigi dan pembersihan kuku
-Sikat gigi berdiri untuk penyandang disabilitas yang tidak bisa memegang
sikat gigi, kuku sikat dengan cangkir hisap(Musenyente, 2002).
Pembersihan pakaian, piring -Meja pencuci pakaian untuk
pengguna kursi roda (Heleander et al,1989)
-Fasilitas mencuci dengan tambahan
ruang untuk lutut di bawah bagi orang duduk (Werener, 1987)
2.2 Sanitasi Dasar
Berdasarkan Kamus Ringkas Oxford yang dikutip oleh Franceys (1992),
dapat disimpulkan bahwa sanitasi mengacu pada semua kondisi yang mempengaruhi kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kotoran dan infeksi dan khusus untuk saluran air, pembuangan limbah, dan sampah dari rumah
tangga.
Sanitasi dasar merupakan salah satu persyaratan dalam rumah sehat.
Sarana sanitasi dasar berkaitan langsung dengan masalah kesehatan terutama masalah kesehatan lingkungan. Menurut Depkes RI (2002), sarana sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban),
2.2.1 Penyediaan Air Bersih
Menurut Hazel dan Bob (2005), tidak ada perbedaan mendasar yang
membedakan antara pennyediaan air bersih bagi orang normal maupun bagi penyandang disabilitas. Yang penting ialah sumber air nya mudah diakses, mudah
digunakan, dan memenuhi syarat kesehatan.
Menurut Permenkes 416 Tahun 1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah direbus terlebih dahulu. Air sangat penting bagi kehidupan manusia karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari
air. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya.
Menurut Notoatmodjo (2007), di negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesiaa, setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Sarana air
bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bersih bagi penghuni rumah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga perlu
diperhatikan dalam pendirian sarana air bersih. Menurut Waluyo (2009), apabila sarana air bersih dibuat memenuhi syarat teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka kualitas air yang diperoleh menjadi
baik.
Penyediaan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu syarat Kuantitas
a. Syarat Kuantitas
Menurut Slamet (2002), syarat kuantitas adalah jumlah air yang
dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Secara
kuantitas, di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 l/orang/hari dengan perincian, yaitu 12 liter untuk mandi dan cuci kakus, 2 liter untuk minum, 10,7 liter untuk cuci pakaian, dan 31,4 liter untuk kebersihan rumah.
b. Syarat Kualitas
Menurut Slamet (2002), syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia,
mikrobiologi dan radioaktifitas yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air. Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman.
1. Syarat fisik, yaitu tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
2. Syarat kimia, yaitu kadar besi maksimum diperbolehkan maksimal 500mg/l.
3. Syarat mikrobiologis, yaitu jumlah total koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.
c. Klasifikasi Penyakit Berhubungan dengan Air
Menurut Kusnoputranto (2000) ada 4 macam klasifikasi penyakit yang
1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen dari penderita atau karier. Bila air
yang mengandung kuman patogen terminum maka dapat menyebabkan penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Thypoid,
Hepatitis, dan Dysentri Basiler.
2. Water Based Desease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara misalnya
Schistosomiasis.
3. Water Washed Desease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Penyakit ini sangat
dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya: penyakit infeksi saluran pencernaan.
4. Water Related Insect Vector, yaitu vektor – vektor insektisida yang
berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, Yellow fever, dan
Tripanosomiasis.
2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)
Dalam kehidupan biologiknya setiap makhluk selalu membuang bahan
yang tidak diperlukan atau eksreta. Manusia mmebuang bahan ini dalam bentuk semi padat dengan apa yang disebut tinja (faeces). Menurut Ehler dan Steel