1 A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan lahirnya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, maka setiap daerah terutama daerah-daerah yang memiliki potensi untuk berkembang dituntut agar dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan pemerintahan.
berdemokrasi, pemerataan keadilan dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah. Pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah yang mulai dilaksanakan secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001. Kebijakan ini dipandang sangat demokratis karena sistem Pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama.
produktivitas dan meningkatnya pendapatan per kapita penduduk sehingga terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan.
Menurut Mudrajad (2004) ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan dalam mengukur pembangunan suatu negara atau daerah, yaitu 1) Apa yang terjadi pada tingkat kemiskinan, 2) Apa yang terjadi terhadap pengangguran, dan 3) Apa yang terjadi terhadap ketimpangan dalam berbagai bidang. Ketiga masalah pokok tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan antara satu dan lainnya. Tingginya tingkat kemiskinan dikarenakan banyaknya pengangguran yang kemudian berdampak pada ketimpangan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, bila salah satu dari tiga hal tersebut mengalami gangguan atau goncangan, maka dua hal yang lainnya juga mengalami dampaknya.
mengatasi kemiskinan. Pendapatan daerah mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) ,sedangkan belanja daerah mencakup belanja administrasi umum, belanja operasional,belanja modal,belanja transfer dan belanja tak terduga.
Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan Undang-Undang Nomo 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan Asli Daerah,
selanjutnya disebut (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan lokal maupun kegiatan rutin dan pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi, peningkatan PAD selalu diupayakan karena merupakan penerimaan dari usaha untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah. Peningkatan PAD harus berdampak pada perekonomian daerah (Maryati dan Endrawati, 2010).
dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas (subsidi). Usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segi daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.
atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah yang merupakan selisih antar kebutuhan daerah dan potensi daerah. Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Penambahan infrastruktur dan perbaikan struktur yang ada oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
menggunakan dana tersebut untuk memberi pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang mungkin tidak penting.
Pengertian Belanja menurut PSAP No.2, Paragraf 7 (dalam Erlina dkk,2008) adalah “semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Belanja Daerah merupakan pengalokasian dana
yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah. Apalagi dengan adanya otonomi daerah pemerintah dituntut untuk mengelola keuangan daerah secara baik dan efektif. Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
kinerja perekonomian. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan domestik Bruto (PDB) yang mencerminkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian (Susanti dkk, 2000:23). Meningkatkan produksi barang dan jasa dari suatu daerah, secara makro dapat dilihat dari peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahunnya dan secara mikro dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto perkapitanya (Djoyohadikusumo, 1994:1). PDRB dalam stastistik disajikan dalam dua penilaian, yaitu atas harga berlaku (at current market) yaitu PDRB yang memasukkan faktor inflansi di dalamnya dan atas dasar harga konstan (at constant market price) yaitu PDRB yang sudah mengeliminasi faktor inflasi.
Daerah. Penelitan berbeda yang dilakukan oleh Husna (2013) menunjukan bahwa retribusi daerah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bintan, sedangkan lain-lain pendapatan yang sah, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bintan. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2014) menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal berpengaruh terhadap Pertumbuhan ekonomi. Hal berbeda ditunjukan oleh Nopiani, Cipta dan Yudiaatmaja (2016) dengan menunjukan penelitian bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, belanja modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja modal, dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja modal.. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan Belanja Daerah Sebagai Variabel Moderating. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susanto dan Marhamah (2016) tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah dengan Belanja Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007 – 2010. Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah penambahan variabel independen lain yaitu Dana Bagi Hasil (DBH) . Selain itu, obyek dan tahun penelitian pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2014.
Berdasarkan beberapa paparan dan penejelasan diatas, maka penulis memilih judul “PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU),DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
DAN DANA BAGI HASIL (DBH) TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DAERAH DENGAN BELANJA DAERAH SEBAGAI
VARIABEL MODERATING PADA KABUPATEN DAN KOTA DI
PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010-2014”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang peneltian diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti diantaranya :
2. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah?
3. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah?
4. Apakah Dana Bagi Hasil (DBH) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah?
5. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating ?
6. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating ?
7. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating ?
8. Apakah Dana Bagi Hasil (DBH) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
4. Untuk mengetahui pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
5. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating.
6. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating.
7. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating.
8. Untuk mengetahui pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan Belanja Daerah sebagai variabel moderating.
D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, khususnya bidang akuntansi sektor publik yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) ,Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) , Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Belanja Daerah.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di provinsi Jawa Tengah untuk memanfaatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Belanja Daerah secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sehingga tercipta kemandirian otonomi daerah.
3. Manfaat Kebijakan
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan dari penelitian ini dibagi kedalam lima bab yaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan mengenai latar
belakang masalah, peruusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang landasan teori yang digunakan, kerangka pemikiran, pengembangan hipotesis yang mendukung permasalahan dalam penelitian ini dan penelitian terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang desain penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukurannya serta metode analisis data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas mengenai data yang
digunakan, pengolahan data tersebut dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini menyajikan kesimpulan dari hasi
penelitian yang diambil dari bab analisis data dan pembahasan penelitian. Selain itu, juga dikemukakan keterbatasan penelitian serta saran – saran yang bermanfaat bagi pihak – pihak lain dikemudian hari.