• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE (Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE (Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE

DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE

(Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh SEPTIYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE

DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE

(Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)

Oleh SEPTIYANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE

(Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : Septiyani Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023011 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si. Dra. Ila Rosilawati, M.Si. NIP 19710819 199903 2 001 NIP 19650717 199003 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si.

Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Tasviri Efkar, M.S.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Septiyani

NPM : 0613023011

Program Studi : Pendidikan Kimia Fakultas/Jurusan : KIP/ Pendidikan MIPA

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, 04 Mei 2012 yang menyatakan,

Septiyani

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cabang Empat pada tanggal 17 September 1987, sebagai anak keenam dari enam bersaudara, dari bapak Sapuan dan ibu Hermawati. Adapun kelima kakak penulis yang pertama Yen Sunarti, yang kedua Almaududi, yang ketiga Susi, yang keempat Eduwin Asuan, dan yang kelima Nelly Septiana.

Penulis menempuh pendidikan formal di SDN 1 Cabang Empat diselesaikan pada tahun 2000, SMPN 1 Natar diselesaikan pada tahun 2003, dan SMAN 1 Natar diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (P. MIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Kimia Sekolah Lanjut 1 dan Biokimia 1 Program Studi

(9)

MOTTO

“Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka

apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Q.S. Asy-Syarh: 5-8)

“Sesungguhnya malam dan siang adalah modal utama orang mukmin, keuntungannya adalah jannah,

kerugiannya adalah neraka.” (Thaifur al-Bathami)

“Setiap manusia itu berusaha, maka ia mempertaruhkan jiwanya, ada yang usahanya itu menyelamatkan dirinya, ada pula yang membinasakan dirinya.”

(10)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI ANTARA PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 PHASE

DENGAN LEARNING CYCLE 3 PHASE

(Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)

Oleh SEPTIYANI

Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru Kimia yang mengajar di kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung, diketahui bahwa dalam proses pembelajaran guru masih dominan menggunakan metode ceramah. Siswa lebih banyak menerima informasi dari guru, sehingga siswa kurang memiliki berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep. Salah satu upaya untuk membantu siswa memahami konsep dan mengoptimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 5 phase (LC 5 phase) dan learning cycle 3 phase (LC 3

phase). Model pembelajaran ini berpusat pada siswa, sehingga siswa terlibat

aktif dalam proses pembelajaran.

(11)

reaksi mana yang lebih tinggi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase.

Desain dalam penelitian ini adalah nonequivalent pre test – post test control group design. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 dan

XI IPA 3 yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari nilai pre test dan post test. Analisis data menggunakan rumus N-Gain. Uji hipotesis menggunakan uji two independent samples test (uji

dua sampel independen) berdasarkan uji Mann-Whitney U dan uji Kruskal Wallis menggunakan program SPSS 16.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan rata- rata penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase. (2) rata-rata penguasaan konsep laju reaksi dengan penerapan pembelajaran LC 5 phase lebih tinggi daripada pembelajaran LC 3 phase.

(12)
(13)
(14)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle ... 9

B. Penguasaan Konsep ... 13

C. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 14

D. Validitas, Reliabilitas, Daya Beda Soal, dan Tingkat Kesukaran Soal ……… 15

1. Validitas ... 15

2. Reliabilitas ... 16

3. Daya beda soal ... 16

4. Tingkat kesukaran soal ... 17

E. Kerangka Berpikir ... 17

F. Anggapan Dasar ... 19

(15)

v III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Desain Penelitian ... 20

D. Prosedur Penelitian ... 21

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 24

1. Jenis data ... 24

2. Teknik pengambilan data ... 24

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 25

1. Uji validitas dan reliabilitas... 25

2. Tingkat kesukaran ... 27

3. Daya beda ... 28

4. Uji normalitas ... 29

5. Uji homogenitas data ... 30

6. Uji hipotesis l ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 33

1. Validitas ... 33

2. Reliabilitas ... 35

3. Tingkat kesukaran butir soal ... 35

4. Daya beda butir soal ... 37

B. Hasil Penelitian ... 38

1. Uji normalitas N-Gain ... 40

2. Uji hipotesis ... 40

C. Pembahasan ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

(16)

vi

LAMPIRAN ... 55

1. Silabus ... 55

2. RPP 1 Kelas LC 5 Phase ... 59

3. RPP 2 Kelas LC 5 Phase ... 65

4. RPP 3 Kelas LC 5 Phase ... 70

5. RPP 4 Kelas LC 5 Phase ... 74

6. RPP 5 Kelas LC 5 Phase ... 78

7. RPP 6 Kelas LC 5 Phase ... 83

8. RPP 1 Kelas LC 3 Phase ... 87

9. RPP 2 Kelas LC 3 Phase ... 92

10.RPP 3 Kelas LC 3 Phase ... 97

11.RPP 4 Kelas LC 3 Phase ... 101

12.RPP 5 Kelas LC 3 Phase ... 105

13.RPP 6 Kelas LC 3 Phase ... 110

14.LKS 1 Kelas LC 5 Phase ... 114

15.LKS 2 Kelas LC 5 Phase ... 120

16.LKS 1 Kelas LC 3 Phase ... 128

17.LKS 2 Kelas LC 3 Phase ... 133

18.Lembar Observasi Siswa LC 5 Phase ... 139

19.Lembar Observasi Siswa LC 3 Phase ... 151

20.Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas LC 5 Phase ... 163

21.Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas LC 3 Phase ... 175

22.Kisi-Kisi Soal Pre Test dan Post Test... 187

(17)

vii

24.Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ... 196

25.Hasil Perhitungan N-Gain Kelas LC 5 Phase ... 198

26.Hasil Perhitungan N-Gain Kelas LC 3 Phase ... 199

27.Hasil Analisis Butir Soal Pilihan Jamak ... 200

28.Hasil Analisis Butir Soal Esai ... 202

29.Hasil Uji Reabilitas Soal Pilihan Jamak ... 204

30.Hasil Uji Reabilitas Soal Esai ... 206

31.Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Jamak ... 207

32.Hasil Uji Validitas Soal Esai... 211

33.Hasil UJi Normalitas Data ... 213

34.Hasil UJi Hipotesis 1 ... 215

(18)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.Makna validitas butir soal ... 16

2.Makna reliabilitas butir soal ... 16

3.Kategori daya beda ... 17

4.Kategori tingkat kesukaran ... 17

5.Desai penelitian ... 21

6.Kategori tingkat kesukaran dalam persen(%) ... 28

7.Kategori daya beda dalam persen (%)... 29

8.Hasil uji validitas soal pilihan jamak ... 33

9.Hasil uji validitas soal esai ... 34

10.Hasil uji reliabilitas soal pilihan jamak ... 35

11.Hasil uji reliabilitas soal esai ... 35

12.Hasil uji tingkat kesukaran butir soal pilihan jamak ... 36

13.Hasil uji tingkat kesukaran butir soal esai ... 36

14.Hasil uji daya beda butir soal pilihan jamak ... 37

15.Hasil uji daya beda butir soal esai ... 38

16.Nilai penguasaan konsep siswa ... 38

17.Uji normalitas data N-gain ... 40

18.Uji hipotesis Mann-Whitney U ... 41

(19)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka berpikir ... 18

2. Bagan alur penelitian ... 23

3. Grafik persentase penguasaan konsep siswa ... 39

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

i PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Umak dan Ebak tercinta, terimakasih atas perjuangannya yang telah banyak berkorban untuk Ananda dengan doa, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya.

2. Ayuk Yen, Kak Dudi, Kak Uwen, dan Ayuk Nelly yang selalu

mendukung, memberikan semangat, dan perhatian yang tulus kepadaku. 3. Keluarga besarku yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantu

keberhasilanku.

4. Guru-guruku, dosen-dosenku, dan murobbi-murobbiku yang kuhormati dan kusayangi yang telah mendidik dan mengajariku. Jazakumulloh khoiron katsiron atas semuanya.

(25)

ii SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul: “Perbandingan Penguasaan Konsep Laju Reaksi antara Penerapan Pembelajaran Learning Cycle 5 Phase dengan Learning Cycle 3 Phase (Kuasi Eksperimen Pada Kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung)”,

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Kimia di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. BapakDr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi.

(26)

iii 6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembahas yang selalu memberikan

bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan dan motivasi yang diberikan selama ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Kimia dan Jurusan Pendidikan MIPA.

9. Bapak Triyatmo, S.Pd., Ibu Dra. Gusnaili, serta siswa-siswi kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 atas bantuan, kerja sama, bimbingan, dan motivasi yang diberikan selama penelitian berlangsung di SMAN 13 Bandar Lampung. 10.Sahabat-sahabatku, Anita, Desti Y., Devi S., Meini, Fitri, Sulis.

Terimakasih atas semuanya.

11.Teman-teman di Pendidikan Kimia 2006. 12.Teman-teman di Asrama Granila.

13.Teman-teman di TKS dan ROHIS SMAN 1 Natar.

Semoga Alloh melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi ini bermanfaat, Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2012

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2009.

Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan

. Bumi Aksara. Jakarta.

Atiqoh, S. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep pada Materi Hidrokarbon

(PTK pada siswa kelas X7 SMAN 10 Bandar Lampung TP. 2009-2010)

.

(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dahar, R.W. 1998.

Teori-Teori Belajar

. Erlangga. Jakarta.

Dasna, I.W. 2005. Kajian Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Dalam

Pembelajaran Kimia.

Makalah seminar Nasional MIPA dan

Pembelajarannya

. FMIPA UM. Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 2002.

Belajar dan Pembelajaran

. Rineka Cipta. Jakarta.

Ernawati, N. 2009. Efektivitas Pembelajaran Course Review Horay Terhadap

Pemahaman Konsep Materi Pokok Bahasan Sudut pada Siswa Kelas VIII

Semester II di SMP AL Islam Surakarta (Penelitian Eksperimen, Tahun

Pelajaran 2008-2009). Diakses 26 Februari 2010 dari http://etd.eprints.

ums.ac.id./4697/I/A4/10050097.pdf.

Fajaroh, F. dan I. W. Dasna. 2007.

Model-Model Pembelajaran Inovatif:

Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

. UM PRESS.

Malang.

Fitri, U.N. Efektivitas Pembelajaran

Learning Cycle 3 E

untuk Meningkatkan

Keterampilan Berkomunikasi dan Penguasaan Konsep pada Materi Reaksi

Oksidasi Reduksi. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hake ,R.R. 2002. Relationship Of Individual Student Normalized Learning Gains

In Mechanics With Gender, High-School Physics, And Pretest Scores On

Mathematics And Spatial Visualization. Diakses 03 Februari 2012 dari

http://www.physics.indiana.edu/~hake.

(32)

54

Kurniawati, W.D. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Konsep pada Pokok Bahasan

Asam Basa (PTK pada siswa kelas 2K2 MA Diniyyah Putri Lampung

TP.2009-2010)

.

(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Muslich, M. 2008.

KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual

.

Bumi Aksara. Jakarta.

Pidekso, A. 2009.

SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik.

Wahana Komputer

dan Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sarinah. 2010. Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa pada materi

pokok laju reaksi

(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar

Lampung TP 2009-2010). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sarwono, J. 2006.

Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

. Graha Ilmu.

Jakarta.

Sugiyono. 2006.

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D

. Alfabeta.

Bandung.

Sukardi. 2007.

Metodologi Penelitian Pendidikan

. Bumi Aksara. Jakarta.

Yulianti, D. 2008. Pengaruh Strategi Pembelajaran Praktikum (Discovery

Terbimbing dan Konvensional) Terhadap Hasil Belajar Kimia Sswa Kelas X

SMA dengan Tingkat Perkembangan Intelektual Berbeda. (Disertasi).

(33)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kimia berkaitan dengan cara mengkaji ilmu alam melalui konsep secara sistematis, dan fakta yang diperoleh melalui proses penemuan. Mata pelajaran ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar memper-oleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar secara ilmiah.

(34)

2

yang harus tercermin dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan mata pelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan

kontekstual, dan (3) mengembangkan mental yang kuat pada siswa. Untuk men-capai kompetensi tersebut, guru dituntut untuk pandai memilih dan meng-implementasikan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sesuai dengan pokok bahasan materi pembelajaran yang akan diberikan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI di SMAN 13 Bandar Lampung, pembelajaran kimia yang biasa dilakukan adalah ceramah, diskusi, eksperimen, dan pemberian tugas. Namun, pembelajaran dengan cara diskusi kelompok dan eksperimen masih jarang diterapkan. Metode ceramah disini bukan berarti hanya guru saja yang menjelaskan materi, tetapi sudah ada respon dari siswa misalnya bertanya kepada guru. Selain itu, bukan berarti penguasaan konsep siswa dengan metode ceramah selalu lebih rendah daripada metode diskusi dan eksperimen, bisa jadi penguasaan konsep siswa dengan metode ceramah akan lebih tinggi daripada metode diskusi dan

(35)

3

Pengalaman tersebut tercermin dalam proses pembelajaran seperti; memberikan contoh peristiwa kimia, melakukan percobaaan, mendiskusikan fenomena, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajarannya kurikulum ini menuntut diadakannya kegiatan penyelidikan, baik melalui eksperimen atau mendiskusikan dan menganalisis fenomena. Pembelajaran kimia mengembang-kan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarmengembang-kan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, dan analitis sehingga siswa mampu menjelaskan hubungan antarvariabel, melaksanakan penyelidikan atau eksperimen untuk pengumpulan data, menyajikan hasil eksperimen, memproses dan menganalisis data, serta membahas, menyimpulkan, menerapkan konsep, dan mengomunikasikan secara tertulis maupun lisan.

(36)

4

dimiliki. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda.

LC pada mulanya terdiri dari 3 tahap yaitu, tahap eksplorasi (exploration), tahap

penjelasan konsep (explaination), dan tahap penerapan konsep (elaboration). Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, saat ini LC 3 phase telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi LC 5 phase , LC 6 phase, dan LC 7 phase. Pada LC 5 phase, ditambahkan tahap persiapan (engagement)

se-belum eksplorasi dan ditambahkan pula tahap evaluasi (evaluation) diakhir siklus pembelajaran.

(37)

5

Kurniawati ( 2010) pada tahun ajaran 2009-2010 melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran LC 5 phase pada materi pokok Asam Basa di MA Diniyyah Putri Lampung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penerapan model pembelajaran LC 5 phase dapat meningkatkan: (1) aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus. (2) penguasaan konsep materi pokok asam basa oleh siswa dari siklus ke siklus.

Pada tahun ajaran 2010-2011, Fitri (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran LC 3 phase untuk meningkatan penguasaan konsep siswa pada materi pokok reaksi oksidasi reduksi di SMA Budaya Bandar Lampung. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) Pembelajaran LC 3 Phase lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi SMA Budaya Bandar Lampung. (2) Rata-rata penguasaan konsep reaksi oksidasi reduksi yang diberi pembelajaran LC 3 Phase lebih tinggi daripada yang diberi pembelajaran konvensional.

(38)

6

Berdasarkan data dan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dianggap perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep kimia khususnya pada materi laju reaksi antara siswa yang diberi pembelajaran LC 5 phase dengan siswa yang diberi pembelajaran LC 3 phase.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase. 2. Rata-rata penguasaan konsep laju reaksi manakah yang lebih tinggi antara

penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan:

1. perbedaan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pem-belajaran LC 5 phase dengan pempem-belajaran LC 3 phase.

(39)

7

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan:

1. Dapat memberikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada pembelajaran laju reaksi bagi guru kimia kelas XI IPA SMAN 13 Bandar Lampung.

2. Siswa mendapat pengalaman belajar yang baru sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan konsep laju reaksi.

3. Memberikan informasi mengenai model pembelajaran LC 5 phase dan LC 3 phase.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penguasaan konsep laju reaksi berupa nilai siswa pada materi pokok laju reaksi yang diperoleh melalui pre test dan post test.

2. Model pembelajaran LC 3 phase merupakan model pembelajaran yang terdiri dari 3 tahap, yaitu: exploration phase (eksplorasi), explaination phase

(penjelasan konsep), dan elaboration phase (penerapan konsep).

3. Model pembelajaran LC 5 phase merupakan model pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: engagement phase (persiapan/pendahuluan), exploration phase (eksplorasi), explaination phase (penjelasan konsep), elaboration phase

(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Learning Cycle

Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan, 2009). LC merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (phase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Model LC termasuk ke dalam pendekatan konstruk-tivisme karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pemahamannya.

Menurut Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007), LC pada mulanya terdiri dari 3 phase (3 tahap) , yaitu eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application). Pada tahap eksplorasi

(41)

9

berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005).

Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh tahap berikutnya, tahap pengenalan konsep (concept

introduction). Pada tahap ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan

antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari.

Pada tahap terakhir, yakni aplikasi konsep (concept application), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan

percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari (Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna, 2007)

Terdapat istilah-istilah yang berbeda pada penamaan tahap-tahap pembelajaran dalam model LC 3 phase. Dahar (1998) menggunakan istilah eksplorasi, pen-jelasan konsep, dan penerapan konsep.

1. Exploration phase (Tahap eksplorasi)

(42)

10

masalah yang tidak dapat mereka pecahkan dengan pola penalaran yang biasa mereka lakukan. Tahap ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk gunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami, serta meng-komunikasikannya pada orang lain berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka ketahui. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melibatkan siswa secara aktif dalam suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Di samping itu kegiatan pada tahap ini memungkinkan siswa mengingat kembali konsep yang telah dimilikinya.

2. Explanation phase (Tahap penjelasan konsep)

Pada tahap ini siswa mengemukakan gagasan-gagasan kemudian didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama tahap eksplorasi. Guru mem-berikan penguatan terhadap jawaban atau gagasan yang diungkapkan siswa. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, memberikan penjelasan, meng-usulkan alternatif pemecahan, atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasikan datanya untuk menemukan ke-teraturan atau hubungan antar konsep.

3. Elaboration phase (Tahap penerapan konsep)

(43)

11

pengalaman siswa. Siswa memperoleh penguatan dan pengembangan struktur mental yang baru.

LC 3 phase saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi LC 5 phase ,

LC 6 phase , dan LC 7 phase . Pada LC 5 phase, ditambahkan engagement phase

(persiapan) sebelum exploration phase dan ditambahkan pula evaluation phase (evaluasi) pada bagian akhir siklus. Sekarang ini LC 5 phase dikenal dengan istilah LC 5E (Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation), Lorsbach (2002) dalam Fajaroh dan Dasna (2007).

Tahapan dalam LC 5 phase adalah sebagai berikut: 1. Engagement phase (Tahap persiapan)

Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar terkondisi dalam me-nempuh tahap berikutnya, dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya mis-konsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Pada tahap ini minat dan keingin-tahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibang-kitkan. Pada tahap ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.

(44)

12

3. Explaination phase (Tahap penjelasan) Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah baru dari konsep yang dipelajari.

4. Elaboration phase (Tahap penerapan konsep) Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.

5. Evaluation phase (Tahap evaluasi) Pada tahap akhir dilakukan evaluasi terhadap efektifitas tahap-tahap sebelum-nya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut.

Menurut Fajaroh (Fajaroh dan Dasna, 2007), LC 5 phase memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

(45)

13

B. Penguasaan Konsep

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan ber-hubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Selanjutnya Syaiful dalam Ernawati (2009) menyatakan bahwa konsep diperoleh dari fakta-fakta, peristiwa, pengalaman generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Konsep merupakan abstraksi dan ciri-ciri dari sesuatu yang dapat mempermudah komuni-kasi untuk berpikir, dengan demikian tanpa adanya konsep belajar akan sangat terhambat. Kemampuan abstrak itu disebut pemikiran konseptual. Sebagian besar materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Penguasaan konsep merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Setelah proses belajar dilakukan maka keberhasilan proses itu akan dapat dilihat dalam suatu tes penguasaan konsep. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2002).

(46)

14

Penguasaan konsep dasar yang baik akan membantu dalam pembentukan konsep--konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki penguasaan konsep, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (2007).

Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak.

Dengan adanya penguasaan konsep, siswa dapat memecahkan masalah dan memudahkan siswa untuk dapat mempelajari konsep-konsep yang lain, sehingga hasil belajar dapat optimal.

C. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa lembar kerja siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk

menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pem-belajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

(47)

15

Menurut Prianto dan Harnoko (Sarinah, 2009) manfaat dan tujuan LKS antara lain:

1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang diajarkan. LKS digunakan untuk me-ningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

D. Validitas, Reliabilitas, Daya Beda Soal, dan Tingkat Kesukaran Soal

1. Validitas

(48)
[image:48.612.151.480.105.173.2]

16

Tabel 1. Makna validitas butir soal

Angka Korelasi Makna

> 0,3 Valid (Diterima)

0,10 – 0,3 Tidak valid (Direvisi)

< 0,10 Tidak valid (Ditolak)

(Long,et al dalam Yulianti,2008)

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas atau taraf kepercayaan adalah syarat lain yang harus dimiliki oleh instrumen penelitian. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat menghasilkan hasil yang tetap, maka suatu instrumen harus diuji reliabilitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian.

Tabel 2. Makna reliabilitas butir soal

Angka korelasi Makna

0.900 – 0.999 Sempurna

0.700 – 0.899 Sangat Tinggi

0.400 – 0.699 Tinggi

0.200 – 0.399 Sedang

< 0.199 Tidak ada korelasi

(Subino dalam Yulianti, 2008)

3. Daya beda soal

[image:48.612.158.449.405.499.2]
(49)

17

Tabel 3. Kategori daya beda

Nilai D Kategori

D bernilai negatif Sangat jelek (dibuang)

0,00 ≤ D < 0,20 jelek

0,20 ≤ D < 0,40 cukup

0,40 ≤ D < 0,70 baik

D > 0,70 Baik sekali

(Arikunto,2009)

4. Tingkat kesukaran soal

[image:49.612.162.448.105.198.2]

Soal yang baik (P) adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Tabel 4. Kategori tingkat kesukaran

Nilai P Kategori

P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang

p > 0,70 Mudah

(Arikunto,2009)

E. Kerangka Berpikir

Upaya memperbaiki mutu pendidikan diprioritaskan dengan memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran tersebut salah satunya dengan me-lakukan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui per-bandingan penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan penerapan pembelajaran LC 3 phase.

(50)

18

[image:50.612.143.495.357.627.2]

pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelajaran kimia, dan diharapkan mampu meningkatkan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep kimia siswa yang dilihat dari hasil belajar siswa ranah kognitif (melalui pemberian pre test dan post test). Dilihat dari tahap-tahap pembelajaran pada LC 5 phase dan LC 3 phase, secara teoritis tahap-tahap pem-belajaran pada LC 5 phase lebih mendetail dibandingkan dengan LC 3 phase, sehingga diharapkan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi siswa yang diberi pembelajaran LC 5 phase akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan LC 3 phase. Berdasarkan keterangan tersebut maka kerangka berpikir dalam penelitian ini terangkum dalam gambar berikut:

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir

LC 5 phase (X1) LC 3 phase (X2)

1. Engagement phase (persiapan)

2. Exploration phase (Eksplorasi) 3. Explainationphase

(Penjelasan konsep) 4. Elaborationphase

(Penerapan konsep) 5. Evaluation phase

(Evaluasi)

1. Exploration phase (Eksplorasi) 2. Explainationphase

(Penjelasan konsep) 3. Elaborationphase

(Penerapan konsep)

Penguasaan konsep (Y) Penguasaan konsep (Y)

(51)

19

F. Anggapan Dasar

Adapun anggapan dasar untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Perbedaan rata-rata penguasaan konsep Laju Reaksi oleh siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penguasaan konsep Laju Reaksi oleh siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase.

(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 13 Bandarlampung , mulai 22 Oktober sampai dengan 19 November 2011.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sukardi, 2007). Penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan nilai rata-rata uji blok pertama. Dari tiga kelas XI IPA, sampel yang diambil adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran LC 5 phase, dan siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas yang diberi perlakuan menggunakan pembelajaran LC 3 phase.

C. Desain Penelitian

(53)

21

Termasuk dalam penelitian kuasi eksperimen karena dalam penentuan sampel menggunakan pertimbangan tertentu, tidak dipilih secara acak (Sugiyono, 2006). Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran LC 5 phase dan LC 3 phase, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep laju reaksi.

[image:53.612.162.459.274.335.2]

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent pre test – post test control group design, secara lengkap terdapat dalam tabel berikut ini:

Tabel 5. Desain penelitian

Sampel Penelitian Pre test Perlakuan Post test

Siswa kelas XI IPA 1 O1 X1 O2

Siswa kelas XI IPA 3 O1 X2 O2

(Modifikasi dari Sugiyono, 2006)

Keterangan:

X1 : Pembelajaran LC 5 phase X2 : Pembelajaran LC 3 phase

O1 : pre test sebelum proses pembelajaran O2 : post test setelah proses pembelajaran

D. Prosedur Penelitian

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

(54)

22

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas perlakuan LC 5 phase dan kelas perlakuan LC 3 phase.

d. Membuat instrumen pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal pre test dan post test, lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi kinerja guru.

e. Menguji validitas dan reliabilitas instrumen evaluasi (pre test dan post test)

f. Membentuk kelompok praktikum untuk kelas LC 5 phase dan kelas LC 3 phase.

2. Pelaksanaan

a. Melakukan pre test untuk kelas perlakuan LC 5 phase dan kelas perlakuan LC 3 phase.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran:

1. Kelas perlakuan LC 5 phase dengan tahapan pembelajaran setiap pertemuan sebagai berikut:

- Engagement phase (Persiapan)

- Exploration phase (Eksplorasi)

- Explaination phase (Penjelasan konsep)

- Elaboration phase (Penerapan konsep)

- Evaluation phase (Evaluasi)

(55)

23

- Exploration phase (Eksplorasi)

- Explaination phase (Penjelasan konsep)

- Elaboration phase (Penerapan konsep)

c. Melakukan post test untuk kelas perlakuan LC 5 phase dan kelas perlakuan LC 3 phase.

Secara singkat, alur penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Bagan alur penelitian Observasi

Menetapkan sampel penelitian

Membuat instrumen

Menguji validitas dan reliabilitas instrumen tes

Melakukan pre test Melakukan pre test

Pembelajaran LC 5 phase Pembelajaran LC 3 phase

Melakukan post test Melakukan post test

Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 3

Analisis Data

Pembahasan

(56)

24

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis data

a. Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu penguasan konsep laju reaksi siswa diperoleh dari nilai pre test dan post test.

b. Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan kinerja guru yang diamati selama proses pembelajaran.

2. Teknik pengambilan data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Teknik tes

Data penguasan konsep siswa berupa nilai pre test diambil sebelum pem-belajaran pertemuan pertama laju reaksi dimulai dan post test diambil setelah proses pembelajaran pertemuan terakhir laju reaksi selesai. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak (20 soal) dan esai (5 soal).

b) Teknik observasi

(57)

25

siswa diamati kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

F. Teknik Analisis Data

Penguasan konsep laju reaksi siswa baik pada kelompok perlakuan LC 5 phase maupun pada kelompok perlakuan LC 3 phase dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hake, 2002):

− = −

Kategori N-Gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: N-Gain 0,7 : Tinggi

0,3 < N-Gain < 0,7 : Sedang N-Gain 0,3 : Rendah

1. Uji validitas dan reliabilitas

Agar data yang diperoleh dapat diandalkan, maka dilakukan pengujian ter-hadap instrumen evaluasi aspek kognitif. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for windows.

Langkah-langkah uji validitas: a. Buka program SPSS 16

(58)

26

d. Klik menu Analyze, pilih menu correlate, lalu pilih bivariate.

e. Pada kotak dialog bivariate correlations klik semua soal dan skor total kemudian masukkan ke kotak variables.

f. Klik OK.

g. Pada output, dapat diketahui nilai korelasi antara skor personal dengan skot total (r hitung), kemudian bandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel pada analisi ini adalah 0,334 (signifikansi 0,05 dan jumlah data 35).

- Jika r hitung ≥ r tabel berarti valid. - Jika r hitung < r tabel berarti tidak valid.

Langkah-langkah uji reliabilitas: a. Buka program SPSS 16

b. Klik variable view, pada kolom name ketik soal1 sampai soal20 untuk soal pilihan jamak, ketik soal1 sampai soal5 untuk soal esai, dan ketik skortotal baik pada analisis soal pilihan jamak maupun soal esai. c. Masukkan skor setiap siswa pada data view.

d. Klik menu Analyze, pilih scale, kemudian pilih reliability analysis. e. Pada kotak dialog reliability analysis statistics klik semua soal (kecuali

skor total) kemudian masukkan ke kotak items.

f. Klik statistics, pada kota dialog descriptive for klik scale if item deleted, lalu klik continue dan klik OK.

g. Pada output, hasil uji reliabilitas dapat dilihat dari tabel reliability statistics. Menurut Sekaran (1992) dalam Pidekso (2009), jika nilai

(59)

27

2. Tingkat kesukaran

Analisis tingkat kesukaran soal pada penelitian ini menggunakan program Anates pilihan ganda untuk soal pilihan jamak dan anates uraian untuk soal esai.

Langka-langkah analisis tingkat kesukaran butir soal pilihan jamak: a. Buka program anates pelihan ganda.

b. Klik buat file baru, lalu pada kotak dialog informasi jawaban subjek, masukkan 35 untuk jumlah subjek, 20 untuk jumlah butir soal, dan 5 untuk jumlah pilihan jawaban, lalu klik OK.

c. Masukkan semua data ke dalam tabel yang tersedia, lalu kembali ke menu utama, dan pilih olah data tingkat kesukaran.

d. Pada output, lihat pada kolom tingkat kesukaran dan kolom tafsiran.

Langka-langkah analisis tingkat kesukaran butir soal esai: a. Buka program anates uraian.

b. Klik buat file baru, lalu pada kotak dialog informasi jawaban subjek, masukkan 35 untuk jumlah subjek dan 5 untuk jumlah butir soal, klik OK.

c. Masukkan semua data ke dalam tabel yang tersedia, lalu kembali ke menu utama, dan pilih olah data tingkat kesukaran.

d. Pada output, lihat pada kolom tingkat kesukaran dan kolom tafsiran.

(60)

28

dengan kategori tingkat kesukaran menurut Arikunto setelah nilai P (tingkat kesukaran) diubah dalam bentuk persen (%).

Tabel 6. Kategori tingkat kesukaran dalam persen (%)

Nilai P Kategori

P < 30 % Sukar

30 % ≤ p ≤ 70 % Sedang

p > 70% Mudah

(Modifikasi dari Arikunto,2009)

3. Daya beda

Analisis daya beda soal pada penelitian ini menggunakan program Anates pilihan ganda untuk soal pilihan jamak dan anates uraian untuk soal esai. Langkah-langkah analisis daya beda bitir soal pilihan jamak:

a. Buka program anates pelihan ganda.

b. Klik buat file baru, lalu pada kotak dialog informasi jawaban subjek, masukkan 35 untuk jumlah subjek, 20 untuk jumlah butir soal, dan 5 untuk jumlah pilihan jawaban, lalu klik OK.

c. Masukkan semua data ke dalam tabel yang tersedia, lalu kembali ke menu utama, dan pilih olah data daya pembeda.

(61)

29

Langka-langkah analisis tingkat kesukaran butir soal esai: a. Buka program anates uraian.

b. Klik buat file baru, lalu pada kotak dialog informasi jawaban subjek, masukkan 35 untuk jumlah subjek dan 5 untuk jumlah butir soal, klik OK.

c. Masukkan semua data ke dalam tabel yang tersedia, lalu kembali ke menu utama, dan pilih olah data daya pembeda.

[image:61.612.173.450.421.514.2]

d. Pada output, lihat pada kolom indeks daya pembeda (D) dalam persen (%). Pada anates nilai daya pembeda dalam bentuk persen (%), untuk menganalisis tafsiran pada hasil anates kita bisa menggunakan kategori daya pembeda menurut Arikunto setelah nilai D diubah dalam bentuk persen (%).

Tabel 7. Kategori daya beda dalam persen (%)

Nilai D Kategori

D bernilai negatif Sangat jelek (dibuang)

0 % ≤ D < 20 % jelek

20 % ≤ D < 40 % cukup

40 % ≤ D < 70 % baik

D > 70 % Baik sekali

(Modifikasi dari Arikunto,2009)

4. Uji normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS 16.

Langkah-langkah uji normalitas:

(62)

30

- Pada kotak dialog Explore, masukkan variabel yang akan diuji ke dalam dependent list.

- Klik plots, kemudian pada kotak dialog Explore: plots beri tanda untuk normality plots with test. Klik continue, klik OK.

- Jika pada kolom kolmogorov-smirnov nilai sig.> 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal.

5. Uji homogenitas data

Jika data berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

Langkah-langkah uji homogenitas dengan SPSS 16: - Buka lembar kerja dan masukkan data N-Gain.

- Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.

- Masukkan variabel indeks gain ke dalam dependent list dan variabel kelas ke dalam factor list.

- Pada options, pilih homogenity of variance test. - Klik continue, klik ok.

(63)

31

6. Uji hipotesis

Hipotesis 1

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase.

H1 : Ada perbedaan rata-rata penguasaan konsep laju reaksi

antara penerapan pembelajaran LC 5 phase dengan pembelajaran LC 3 phase.

Hipotesis 2

H0 : Rata-rata penguasaan konsep laju reaksi dengan penerapan pembelajaran LC 5 phase lebih rendah atau sama dengan pembelajaran LC 3 phase.

H1 : Rata-rata penguasaan konsep laju reaksi dengan penerapan pembelajaran LC 5 phase lebih tinggi daripada pembelajaran LC 3 phase.

Jika data penelitian tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan statistik non-parametrik, menggunakan uji two independent samples test (uji dua sampel independen) berdasarkan prosedur

Mann-Whitney U untuk uji hipotesis 1, dan uji Kruskal Wallis untuk uji hipotesis 2.

a. Langkah-langkah uji Mann-Whitney U menggunakan SPSS 16. - Buka lembar kerja dan masukkan data N-Gain kedua kelas.

(64)

32

- Muncul kotak dialog 2-independent samples, masukkan variabel data n-gain ke kotak test variable list, dan masukkan kelas ke grouping

variable. Pilih tipe uji Mann-Whitney U.

- Klik define groups, lalu masukkan kode 1 untuk group 1 dan kode 2 untuk group 2, lalu klik continue.

- Abaikan pilihan lain, terakhir kelik ok. Kriteria uji:

- H0 diterima jika signifikansi lebih dari 0,05.

- H0 ditolak jika signifikansi kurang dari 0,05 (Pidekso, 2009). b. Langkah-langkah uji Kruskal Wallis menggunakan SPSS 16.

- Buka lembar kerja dan masukkan data N-Gain kedua kelas. - Pilih menu analiyze nonparametric test

K-independent samples.

- Muncul kotak dialog K-independent samples, masukkan variabel data n-gain ke kotak test variable list, dan masukkan kelas ke grouping

variable. Pilih tipe uji Kruskal Wallis.

- Klik define groups, lalu masukkan angka 1 untuk minimum dan angka 2 untuk maximum, lalu klik continue.

- Abaikan pilihan lain, terakhir kelik ok. Kriteria uji:

- H0 diterima jika signifikansi lebih dari 0,05.

(65)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1.

Ada perbedaan rata- rata penguasaan konsep laju reaksi antara penerapan

pembelajaran

LC 5 phase

dengan pembelajaran

LC 3 phase.

2.

Rata-rata penguasaan konsep laju reaksi dengan penerapan pembelajaran

LC

5 phase

lebih tinggi daripada pembelajaran

LC 3 phase.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model

LC 5 phase

dan

LC 3 phase

harus memperhatikan alokasi waktu, karena dalam pelaksanaannya

pem-belajaran dengan menggunakan kedua model tersebut membutuhkan

manajemen waktu yang baik. Terutama pembelajaran dengan

LC 5 phase

,

karena model ini membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan

dengan

LC 3 phase

.

2.

Sesuaikan banyaknya muatan LKS dengan alokasi waktu yang disediakan.

3.

Sebaiknya, LKS yang harus dikerjakan oleh siswa diberikan minimal sehari

sebelum proses pembelajaran berlangsung, agar siswa mendapat gambaran

(66)

52

4.

Penelitian ini lebih menekankan pada hasil belajar ranah kognitif, sedangkan

ranah afektif dan psikomotor tidak diteliti. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian serupa dengan variabel yang lebih kompleks yaitu hasil belajar

Gambar

Tabel                                                                                                 Halaman
Tabel 1. Makna validitas butir soal
Tabel 4. Kategori tingkat kesukaran
Gambar 1. Bagan kerangka berpikir
+3

Referensi

Dokumen terkait

negara yang demokratis, pejabat eksekutif tidak boleh mempengaruhi atau menekan keputusan-keputusan yang akan diambil oleh peradilan..

Keseluruhan tahap di atas disebut dengan nilai-nilai politik atau pola- pola tingkah laku politik.. Proses

Meningkatkan Kemampuan Keseimbangan Anak Taman Kanak-Kanak Melalui Bermain Papan Titian. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

tabel maka instrumen dikatakan tidak valid. 1) Hasil uji validitas kuesioner pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat yang diujikan pada 20 perawat di ruang rawat inap Rumah

Standar Kompetensi : Memahami teks dan cerita anak yang dibacakan, Memberikan informasi dan tanggapan secara lisan, Memahami teks dengan membaca

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: analisis soft skills siswa kelas XI jurusan Pemasaran (bila dilihat dari aspek ketrampilan komunikasi, etika,

Peraturaturan Daerah Kota Binjai Nomor 10 Tahun 2007 Tentang Perusahaan. Daerah Angkutan

Pengaruh komunikasi orang tua terhadap pola perilaku remaja warga rt/rw 08/09 penancangan baru kota serang. Windi Tresnanda 6662102226 Jakarta, 14 Maret