PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM
HADRIANUS SINAGA PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
TESIS
Oleh
HERAWATI RINDA MANIK 107032079/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM
HADRIANUS SINAGA PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
HERAWATI RINDA MANIK 107032079/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM HADRIANUS SINAGA PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR Nama Mahasiswa : Herawati Rinda Manik Nomor Induk Mahasiswa : 107032079
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid D, Sp.PD) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah Diuji
Pada Tanggal : 09 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid D, Sp.PD Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S
PERNYATAAN
PENGARUH FAKTOR RISIKO YANG BISA DIMODIFIKASI TERHADAP DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM
HADRIANUS SINAGA PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2012
ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) salah satu dari penyakit degeneratif yang dewasa ini terus meningkat prevalensinya, tahun 2003 WHO mencatat prevalensi DM didunia diperkirakan 194 juta dan akan diprediksikan berjumlah 335 juta pada tahun 2025, saat ini Indonesia merupakan angka ke 4 penyakit DM tertinggi di dunia setelah China, India Amerika Serikat. Hasil Penelitian Riskesda (2007) Prevalensi DM untuk propinsi Sumatera Utara 1,98%, prevalensi untuk Medan 2,7% dan prevalensi untuk Samosir 0,3%. Jumlah kunjungan pasien DM berobat jalan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga tahun 2008-2010 terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh faktor risiko yang bisa dimodifikasi IMT ≥ 23 kg/m², kurang aktivitas fisik, hipertensi > 140/90mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat terhadap kejadian DM di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan study kasus kontrol. Sampel terdiri dari 69 kasus dan 69 kontrol. Analisa data terdiri dari analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-sguare dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil analisis bivariat faktor risiko yang bisa dimodifikasi terhadap DM menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang bermakna terhadap DM dengan hasil hubungan IMT terhadap DM (p 0,000 dan OR =5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p 0,028 dan OR 2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p 0,024 dan OR 2,37), hubungan Karbohidrat terhadap DM (p 0,007 dan OR 2,99) dan hubungan serat terhadap DM (p 0,009 dan OR 10,2) sedangkan dari hasil multivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT ≥ 23 kg/m² dengan hasil p 0,000.
Disarankan untuk mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dari sumber makanan yang mengandung banyak serat seperti kacang hijau,kacang kedelai, sayur buncis, jambu biji. Kurangi porsi makanan dari sumber karbohidrat terutama nasi, lakukan olahraga teratur dan berkesinambungan.
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) as one of the degenerative diseases, nowadays has its prevalence keeping increased. In the year of 2003 it was estimated about 194 million cases all over the world, and is predicted to be 335 million cases in 2025. Indonesia is the fourth highest DM cases in the world after China, India and United States. Study of Riskesda (2007) in North Sumatra Province showed that the prevalence in Medan City was 2.7% while in Samosir Regency was 0.3%. Data from Rumah Sakit Umum dr Hadrianus Sinaga from 2008-2009 showed that there was an increase of DM patient visits.
This study was aimed to analize the influence of modified risk factor of DM such as IMT ≥ 23 kg/m² lack of physical activity, hypertension defined as blood pressure > 140/90 mmhg, high carbohydrate diet, low fiber diet through DM patients in Rumah sakit Umum dr hadrianus Sinaga Kabupaten Samosir.
This is an observational study with case control methode. Sample were each 69 patients in both case or control group. Data was analyzed with bivariate analysis by using the chi-square test and multivariare analysis using multiple logistic reggresion test.
Results of the bivariate analysis showed that all the variabel of modified risk factor has a significant influence to the DM patients concomitantly IMT (p 0,000 and OR = 5.2), hypertension (p 0.028 and OR 2.26), physical activity (p 0,024 and OR 2,37), high carbohydrate (p 0,007 and OR 2,99), low fiber (p 0,009 dan OR 10,2) while the multivariate analysis showed that IMT ≥ 23 kg/m² is the most influence variabel against DM with p 0.000
It is suggested that people in Samosir Regency to change their life styles by consuming high fiber diet such as nuts, fruits, vegetables especialy soybeans,stringbean reducing meal with high carbohydrate source such as rice and perform a regular and continuous exercise.
KATA PENGANTAR
Segala hormat dan kemuliaan penulis ucapkan kehadirat Bapa yang Maha
Kuasa karena atas kemurahanNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis ini,
didasari oleh keluarga yaitu Ibu dan abang yang menderita Diabetes Mellitus,
penulis berminat untuk meneliti Diabetes Mellitus dengan judul “Pengaruh Faktor
Risiko yang Bisa Dimodifikasi terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit
Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir”.
Adapun penulisan tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
minat studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud
berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan baik moral maupun materil dari
banyak pihak.
Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. Dr. dr. Harun Al Rasyid Damanik, Sp.PD, Sp.GK dan Dra. Syarifah,
M.S selaku komisi pembimbing yang telah membantu dalam memberikan
waktu dan pikiran membimbing penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H dan dr. Taufik Ashar, M.K.M sebagai
komisi penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam perbaikan
tesis ini.
5. Dosen Pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU.
6. Dr. Nimpan Karo-Karo, M.M sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.
7. Sahabat - sahabat seperjuangan Administrasi Kesehatan Komunitas
(AKK)/Epidemiologi angkatan 2010 ( Sri Novita Lubis, Henny, Sutri,
Chinta, Linda, Afni, Ety, Syarifah, Dahlia, Mardiana, Santi, Arif) yang sudah
begitu banyak mendukung, memberikan waktu, pemikiran dan membantu
meskipun sama-sama sibuk dalam menyelesaikan program akhir penyusunan
tesis, sehingga tesis ini bisa selesai pada waktunya.
8. Ibunda Saulina Munthe, Bapak Alm B. Manik, Bapak Alm. Alexander Dakhi,
Kakak dan Abang yang sudah memberikan doa dan semangat hidup yang
penulis dapatkan dalam penyusunan tesis.
Terimakasih tak terhingga penulis ucapkan kepada Bernard Agus Sakti
Dakhi dan Catherine Aurora Dakhi untuk semua kesabaran, dukungan, pengertian
dan doa yang sudah diberikan selama kuliah dan masa penyusunan tesis ini, dalam
turut berperan dalam selesainya penusunan tesis yang namanya tak dapat
disebutkan satu persatu, kiranya Tuhan akan membalas semua kebaikan yang
sudah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini mempunyai kekurangan baik dari
isi, dan kapasitas pengetahuan yang dimiliki , untuk itu penulis menerima saran
maupun kritik yang bersifat untuk menyempurnakan tesis ini, akhir kata penulis
mohon maaf untuk semua pihak atas kesalahan dan kekurangan yang penulis
lakukan selama penelitian ini berlangsung, semoga Tuhan yang Maha Kuasa yang
membalas semua kebaikan yang sudah diberikan, semoga tesis ini bermanfaat bagi
semua.
Medan, Agustus 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Herawati Rinda Manik lahir di Kabanjahe pada tanggal 30 Juni 1975, anak
ke lima dari lima bersaudara dari bapak B. Manik dan ibu S. Munthe, menikah
dengan Bernard Agus Sakti Dakhi dan dikaruniai seorang putri Catherine Aurora
Dakhi.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1987 di SD Masehi
No. IV Kabanjahe, menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Katholik
Sint. Xaverius Kabanjahe pada tahun 1990, menamatkan Sekolah Perawat
Kesehatan SPK Sari Mutiara pada tahun 1993, menamatkan Program Pendidikan
Bidan di Departemen Kesehatan RI Tahun 1994, menyelesaikan S1 FKM tahun
2009 dan pada tahun 2010- 2012 mengikuti Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Kesehatan
Komunitas/Epidemiologi di Universitas Sumatera Utara.
Bekerja sejak tahun 1994-1997 sebagai bidan PTT angkatan I di Teluk
Dalam Nias, Tahun 1997-2000 melanjutkan PTT di Mardinding Kabupaten Karo,
tahun 2001- 2009 bekerja di RS Gleneagles Medan (sekarang Columbia Asia),
tahun 2010 – 2011 sebagai staff pengajar di Akademi Kebidanan Mitra Husada
DAFTAR ISI
2.1.11. Prinsip Pengendalian Diabetes Mellitus ... 20
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Klasifikasi Etiologi Diabetes Mellitus ... 14
2.2 Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus ... 16
2.3 Bahan Makanan Karbohidrat... ... 24
2.4 Klassifikasi Nilai IMT (Indeks Masa Tubuh) ... 29
2.5 Klassifikasi Tekanan Darah JNC ... 33
2.6 Daftar Kandungan Serat per 100 Gram Sayur-Sayuran, Buah Buahan Serta Produk Olahannya ... 37
2.7 Daftar Indeks Glikemik ... 38
3.1 Definisi Operasional, Cara dan Alat Ukur, Hasil Ukur, Skala Ukur dan Kategori Hasil Ukur ... 50
4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 60
4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 61
4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 61
4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir .... 62
4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat Buah di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 63
4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat Sayur di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 64
4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Serat Kacang di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir ... 65
4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Jenis Karbohidrat di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir ... 66
4.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Aktivitas yang Dilakukan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir ... 67
4.10 Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi Berdasarkan
IMT > 23kg m² Hipertensi, Aktivitas dan Serat ... 68
4.11 Hasil Analisis Hubungan IMT terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir ... 69
4.12 Hasil Analisis Hubungan Hipertensi terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga
Pangururan Kabupaten Samosir ... 70
4.13 Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir ... 70
4.14 Hasil Analisis Hubungan Karbohidrat terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir ... 71
4.15 Hasil Analisis Hubungan Serat terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan
Kabupaten Samosir ... 72
4.16 Hasil Analisa Regresi Logistik Pengaruh IMT, Aktivitas,
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1 Jumlah Penyakit Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum
Hadrianus Sinaga ... 4
2.1 Bagan The Web Caution Modifikasi Marbach ... 41
3.1 Kerangka Konsep Penelitian... ... 42
3.2 Rancangan Penelitian Kasus Kontrol ... 43
4.1 Peta Kabupaten Samosir Pangururan ... 55
4.2 Gambar RSU Hadrianus Sinaga ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Hasil Output SPSS ... 101
2. Master Tabel ... 120
ABSTRAK
Diabetes Mellitus (DM) salah satu dari penyakit degeneratif yang dewasa ini terus meningkat prevalensinya, tahun 2003 WHO mencatat prevalensi DM didunia diperkirakan 194 juta dan akan diprediksikan berjumlah 335 juta pada tahun 2025, saat ini Indonesia merupakan angka ke 4 penyakit DM tertinggi di dunia setelah China, India Amerika Serikat. Hasil Penelitian Riskesda (2007) Prevalensi DM untuk propinsi Sumatera Utara 1,98%, prevalensi untuk Medan 2,7% dan prevalensi untuk Samosir 0,3%. Jumlah kunjungan pasien DM berobat jalan di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga tahun 2008-2010 terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh faktor risiko yang bisa dimodifikasi IMT ≥ 23 kg/m², kurang aktivitas fisik, hipertensi > 140/90mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat terhadap kejadian DM di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan study kasus kontrol. Sampel terdiri dari 69 kasus dan 69 kontrol. Analisa data terdiri dari analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-sguare dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil analisis bivariat faktor risiko yang bisa dimodifikasi terhadap DM menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang bermakna terhadap DM dengan hasil hubungan IMT terhadap DM (p 0,000 dan OR =5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p 0,028 dan OR 2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p 0,024 dan OR 2,37), hubungan Karbohidrat terhadap DM (p 0,007 dan OR 2,99) dan hubungan serat terhadap DM (p 0,009 dan OR 10,2) sedangkan dari hasil multivariat regresi logistik berganda yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT ≥ 23 kg/m² dengan hasil p 0,000.
Disarankan untuk mengubah pola makan dengan mengkonsumsi makanan dari sumber makanan yang mengandung banyak serat seperti kacang hijau,kacang kedelai, sayur buncis, jambu biji. Kurangi porsi makanan dari sumber karbohidrat terutama nasi, lakukan olahraga teratur dan berkesinambungan.
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) as one of the degenerative diseases, nowadays has its prevalence keeping increased. In the year of 2003 it was estimated about 194 million cases all over the world, and is predicted to be 335 million cases in 2025. Indonesia is the fourth highest DM cases in the world after China, India and United States. Study of Riskesda (2007) in North Sumatra Province showed that the prevalence in Medan City was 2.7% while in Samosir Regency was 0.3%. Data from Rumah Sakit Umum dr Hadrianus Sinaga from 2008-2009 showed that there was an increase of DM patient visits.
This study was aimed to analize the influence of modified risk factor of DM such as IMT ≥ 23 kg/m² lack of physical activity, hypertension defined as blood pressure > 140/90 mmhg, high carbohydrate diet, low fiber diet through DM patients in Rumah sakit Umum dr hadrianus Sinaga Kabupaten Samosir.
This is an observational study with case control methode. Sample were each 69 patients in both case or control group. Data was analyzed with bivariate analysis by using the chi-square test and multivariare analysis using multiple logistic reggresion test.
Results of the bivariate analysis showed that all the variabel of modified risk factor has a significant influence to the DM patients concomitantly IMT (p 0,000 and OR = 5.2), hypertension (p 0.028 and OR 2.26), physical activity (p 0,024 and OR 2,37), high carbohydrate (p 0,007 and OR 2,99), low fiber (p 0,009 dan OR 10,2) while the multivariate analysis showed that IMT ≥ 23 kg/m² is the most influence variabel against DM with p 0.000
It is suggested that people in Samosir Regency to change their life styles by consuming high fiber diet such as nuts, fruits, vegetables especialy soybeans,stringbean reducing meal with high carbohydrate source such as rice and perform a regular and continuous exercise.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan bergesernya
pola penyakit secara epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular yang secara global meningkat, secara nasional telah menduduki sepuluh
penyakit besar penyebab kematian dan kasus terbanyak diantaranya adalah
penyakit Diabetes Melitus (Depkes, 2009).
Diabetes Mellitus (DM) sering juga disebut dengan the great imitator, yaitu
penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
keluhan, Diabetes Mellitus timbul dengan perlahan-lahan sehingga seseorang tidak
menyadari adanya berbagai perubahan didalam tubuhnya, secara medis Diabetes
Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang disebabkan
oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total) maupun sebagian
(Hadisaputro. Setiawan, 2007).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang diperkirakan akan
terus meningkat prevalensinya, pada tahun 2003 WHO (World Health
Organization) mengatakan prevalensi diabetes didunia diperkirakan 194 juta,
jumlah ini akan diperkirakan menjadi 335 juta ditahun 2025 sebagai konsekuensi
penduduk, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes ke 4
terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat, pada tahun 2000 di
Indonesia terdapat 8.4 juta penderita diabetes dan diperkirakan akan mengalami
peningkatan menjadi 21.3 juta penderita pada tahun 2030 (Soegondo dkk, 2009).
Pada tahun 2005 WHO mencatat yaitu 70% angka kematian dunia
disebabkan oleh penyakit tidak menular, beberapa hasil telaah para pakar
menyimpulkan bahwa penyakit hipertensi pada diabetes di Indonesia meningkat
menjadi 15-25 %, penyakit jantung 40-50% sedangkan komplikasi kronik lainnya
adalah stroke, kebutaan, penyakit ginjal kronik, luka kaki yang sulit sembuh,
impotensi merupakan masalah besar bagi kelangsungan dan produktivitas manusia
yang akan mengakibatkan beban biaya kesehatan yang sangat mahal (Depkes,
2008).
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar
zat lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya
arteriosclerosis (penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri, yang
mengakibatkan gangguan sirkulasi pada pembuluh darah besar dan kecil, bisa
melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf, kulit, serta memperlambat
penyebuhan luka karena berkurangnya aliran darah ke kulit (Soegondo, 2004).
Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita DM menjalani
rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien
penyakit dalam, distribusi pasien baru DM yang berobat jalan ke rumah sakit di
berjumlah 5.585 orang dengan angka Case Fatality Rate (CFR) sebesar 6.73%
(Depkes RI, 2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari data Survailans Terpadu Penyakit
(STP) tahun 2008 terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah penyakit
Diabetes Melitus dengan jumlah kasus Diabetes Melitus mencapai 918 pasien yang
ada di 123 rumah sakit 28 kota/ kabupaten seluruh propinsi Sumatera Utara,
data Riskesdas (2007) prevalensi Diabetes Melitus yang didiagnosa oleh Nakes
(tenaga kesehatan) disertai dengan gejala diperoleh data untuk Samosir 0.3 %,
Dairi 1%, Serdang bedagai 0.6%, Tapanuli Utara 0.3%, prevalensi Diabetes
Mellitus untuk kota Medan 2.7% dan prevalensi Diabetes Melitus untuk propinsi
Sumatera Utara 1.98%, sementara data terakhir yang dikeluarkan Depkes RI
menyatakan prevalensi DM secara nasional adalah 5.7% (Depkes, 2009).
Prevalensi kelebihan berat badan di negara maju maupun negara
berkembang cukup tinggi di Korea Selatan, tercatat 20,5% tergolong berat badan
berlebih, di Thailand 16% penduduknya mengalami overweight, berdasarkan
perkiraan direktorat bina gizi masyarakat departemen kesehatan RI, mencatat dari
210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight
mencapai 17,5% (Hadi, 2004).
Meskipun data dari profil kesehatan kota Medan tahun 2009, dalam sepuluh
penyakit terbesar di kota Medan, penyakit Diabetes Melitus ini tidak masuk
didalamnya, namun di Rumah Sakit Pangururan dalam 4 tahun terakhir penyakit
tahun 2007–2010 Rumah Sakit Hadrianus Sinaga Kabupaten Pangururan,
peningkatan penyakit ini terus bertambah setiap tahunnya dapat dilihat dari grafik
dibawah ini:
Grafik 1.1 Jumlah Penyakit Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Kabupaten Pangururan 2007-2010
Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat jumlah kunjungan meningkat
setiap tahunnya, pada tahun 2007 penyakit Diabetes Melitus tidak termasuk dalam
penyakit sepuluh terbesar di Samosir, kemudian tahun 2008 penyakit ini masuk
dalam 10 penyakit terbesar di rumah sakit dengan urutan ke sepuluh, sedangkan
pada tahun 2010 penyakit ini meningkat masuk dalam urutan ke 2 dari sepuluh
penyakit terbesar (Rekam Medik RSU Hadrianus Sinaga, 2010).
Menurut Depkes RI (2008) dan Perkeni (2006) terjadinya penyakit
Diabetes Mellitus disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi, faktor risiko yang dapat dimodifikasi
0 100 200 300 400 500 600 700 800
tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun 2010
39 45
151
diantaranya adalah IMT (Indeks Masa Tubuh) lebih atau sama dari 23 kg/m²,
kurang aktivitas fisik, hipertensi > 140/90 mmhg, dislipidemia (HDL < 35 mg/dl),
diet tidak sehat (diet tinggi karbohidrat dan rendah serat) sedangkan faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi adalah berat badan lahir > 4000 gram, riwayat
pernah menderita Diabetes Mellitus Gestasional (DMG), riwayat lahir dengan
berat badan kurang 2500 gram, ras/etnik, riwayat keluarga dengan diabetes.
Marbach (2011) mengembangkan penyebab faktor risiko terhadap
terjadinya Diabetes Mellitus adalah disebabkan oleh multi faktor melalui teori
sarang laba-laba ( The Web Caution), dimana lebih menjangkau lebih luas faktor
penyebab terjadinya Diabetes Mellitus, Marbach memodifikasi aktivitas fisik
disebabkan oleh faktor sosial yang tidak mendukung, kekerasan, ketidak
sanggupan dalam melakukan aktivitas, waktu duduk yang lama saat bekerja atau
sekolah dan kondisi seseorang untuk memulai kegiatan aktivitas, disamping itu
Marbach memodifikasi faktor lainnya seperti pola makan yang tidak baik seperti
rendah serat dapat memicu terjadinya Diabetes Mellitus.
Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor risiko Diabetes Mellitus
dimana kelebihan berat badan bisa diukur dengan mengukur Indeks Masa Tubuh
(IMT) dengan hasil ≥ 23 kg/m², berat badan berlebih disebabkan oleh
meningkatnya kecenderungan masyarakat mengkomsumsi makanan tinggi
karbohidrat, lemak dan rendah serat sedangkan aktivitas fisik yang dilakukan
Yogyakarta dan di Bantul menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan energi dan
lemak semakin tinggi terjadinya obesitas.
Penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) pada karyawan PT ACS Jakarta,
menunjukkan ada hubungan bermakna antara asupan energi dan status gizi.
Karyawan yang asupan gizinya melebihi angka kecukupan gizi (AKG) memiliki
risiko gizi lebih sebesar 2.9 kali dibanding dengan karyawan yang asupan
energimya tidak melebihi AKG.
Aktivitas yang kurang menjadi faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus,
pada keadaan istirahat metabolisme otot hanya sedikit menggunakan glukosa darah
sebagai sumber energi, sedangkan pada saat beraktivitas fisik (latihan fisik
/olahraga), otot menggunakan glukosa darah dan lemak menjadi sumber energi
utama, aktivitas fisik mengakibatkan sensitivitas dari reseptor dan insulin semakin
meningkat sehingga glukosa darah yang dipakai untuk metabolisme energi
semakin baik (Ditjen PL, 2008).
Penelitian yang dilakukan di USA (United States Amerika) pada 21.217
dokter USA selama 5 tahun (kohort study) menemukan bahwa kasus DM tipe 2
lebih tinggi pada kelompok yang melakukan aktivitas fisik kurang dari 1 kali
perminggu dibanding dengan kelompok yang melakukan olah raga 5 kali seminggu
(Niemann,1995).
Hasil penelitian Kaban dkk (2005) di Sibolga tentang pengaruh aktivitas
fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2 mempunyai nilai OR (Odd Rasio)
Melitus, pengaruh obesitas terhadap diabetes mempunyai nilai OR 2,6 yang artinya
orang yang obesitas 2,6 kali menderita diabetes dibanding yang tidak obesitas.
Dalam studi yang dilakukan pada tahun 2003 dengan melibatkan 4.747
siswa/siswa SLTP kota Yogyakarta dan 4.602 siswa/siswi SLTP Kabupaten Bantul
ditemukan bahwa remaja dengan asupan energi normal ≤ 2.200 kkal/hari tetapi
nonton TV ≥ 3 jam/hari mempunyai risiko berat badan berlebih 2.7 kali lebih
tinggi dibandingkan remaja yang asupan energi normal ≤ 2. 200 kkal/hari dan
waktu nonton TV ≤ 3 jam/hari. Remaja yang asupan energinya tinggi ( ≥ 2.200
kkal/hari) dan mempunyai waktu nonton TV ≥ 3 jam/hari mempunyai risiko berat
badan berlebih 12.3 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang asupan energi ≤
2.200 kkal/hari dan waktu nonton TV ≤ 3jam/hari (Hadi, 2004).
Status pekerjaan di Samosir berdasarkan data Sakernas (2008) untuk
kabupaten Samosir adalah orang yang bekerja sebagai petani, nelayan, perkebunan
sebanyak 59.123,bekerja sebagai pedagang 4607 orang, bekerja sebagai pegawai
sebanyak 4445 orang, bekerja di industri 586 orang, bekerja sebagai jasa
kemasyarakatan dan sosial sebanyak 4143, bekerja sebagai pengangkutan
transportasi sebanyak 1210 orang .
Menurut Depkes faktor risiko yang dapat dimodifikasi lainnya adalah
dislipidemia, gambaran tentang dislipidemia sering didapatkan pada pasien dengan
Diabetes Mellitus dimana hasil yang didapat dari pemeriksaan trigliserida
250mg/dl dan penurunan kolesterol HDL 35mg/dl, Studi Finnish membuktikan
nsity Lypoprotein) merupakan faktor resiko DM tipe 2 (Niemann, 1995).
Prevalensi hipertensi pada penderita diabetes mellitus secara keseluruhan
adalah 70 %, Pada laki laki 32 %, wanita 45 %, pada masyarakat India Puma
sebesar 49%, pada kulit putih sebanyak 37 % dan pada orang asia sebesar 35%, hal
ini menggambarkan bahwa hipertensi pada DM akan sering ditemukan
dibandingkan pada individu tanpa Diabetes Mellitus (Weir et al. 1999).
Faktor risiko untuk rendah serat tinggi karbohidrat, adanya serat
memperlambat absorsi glukosa sehingga dapat berperan memperlambat kenaikan
gula darah, suatu penelitian yang dilakukan di Capetown, yang menunjukkan
bahwa pada penduduk yang mengkonsumsi serat rata-rata 6,5 gram per hari
ditemukan penderita Diabetes sebanyak 3,6 % sedangkan penduduk yang makan
serat rata-rata 24,8 gram per hari hanya ditemukan 0,05% (Hutagalung, 2004)
Di negara berkembang karbohidrat dikomsumsi 70-80% dari total kalori
bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90% hal ini disebabkan
karbohidrat harganya lebih murah dari sumber kalori lainnya yang kaya akan
lemak dan protein, pengaruh pola makan terhadap Diabetes Melitus mempunyai
nilai OR 1.9 artinya orang yang pola makan tidak baik 1.9 kali menderita diabetes
dibanding yang tidak menderita diabetes (Kaban dkk, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanaban
(2007) pola makan yang mengandung tinggi karbohidrat, tinggi lemak merupakan
faktor resiko terhadap kejadian diabetes tipe 2 dengan nilai OR untuk karbohidrat
Penelitian yang dilakukan kepada ras Fiji yang mengkonsumsi tinggi
energi, lemak, protein mempunyai resiko sebesar 1,59 kali untuk menderita
Diabetes Mellitus tipe 2 dibandingkan dengan ras jepang dan Vietnam (Tomisaka
et all, 2002).
Faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya penyakit Diabetes Mellitus
dirumah sakit umum Hadrianus Sinaga dari hasil survey pendahuluan yang
didapat melalui wawancara yang ditanyakan langsung kepada pasien Diabetes
yang datang berkunjung ke rumah sakit Hadrianus Sinaga Pangururan
menyatakan bahwa penyebab mereka menderita penyakit diabetes karena jumlah
porsi nasi yang mereka makan bisa 2-3 piring saat makan sedangkan aktivitas yang
digunakan sedikit umumnya suka duduk di kedai kopi bersama teman-teman
duduk di kedai kopi/tuak sudah menjadi kebiasaan masyarakat didaerah tersebut,
hal ini merupakan faktor yang berkontribusi terhadap angka kejadian Diabetes
Melitus di Pangururan.
Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus Diabetes Melitus, faktor
risiko yang bisa dimodifikasi terhadap terjadinya penyakit ini adalah IMT
(Indeks Masa Tubuh), hipertensi, hiperlipidemia (peningkatan profil lemak dalam
darah), aktivitas fisik yang kurang dan unhealthy diet (diet yang tidak sehat)
(Perkeni, 2006).
Berdasarkan latar belakang yang didapat dari survai pendahuluan dan hasil
risiko yang dapat dimodifikasi terhadap terjadinya penyakit diabetes melitus di
Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui tingginya
pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi (IMT ≥ 23 kg m² , kurangnya
aktivitas fisik, hipertensi ≥ 140/90 mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet rendah serat)
terhadap Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga
Pangururan Kabupaten Samosir.
1.3.Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi (IMT ≥ 23kg/
m², kurangnya aktivitas fisik, hipertensi ≥ 140/90 mmhg, diet tinggi karbohidrat,
diet rendah serat) terhadap kasus Diabetes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi (IMT ≥ 23kg m² ,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi ≥ 140/90 mmhg, diet tinggi karbohidrat, diet
rendah serat) terhadap Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini dimanfaatkan sebagai
a. Sumber informasi bagi pengambil kebijakan , khususnya rumah sakit tentang
faktor risiko yang bisa dimodifikasi yang paling berpengaruh dengan
kejadian penyakit Diabetes Mellitus.
b. Sumber informasi bagi masyarakat tentang epidemiologi penyakit Diabetes
Mellitus dalam rangka pengendalian diabetes melitus.
c. Bagi Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat, sebagai
tambahan dokumentasi penelitian.
d. Bagi peneliti yang akan meneliti masalah Diabetes Melitus, penelitian ini
dapat diteruskan lebih lanjut dengan melihat pengaruh yang berbeda dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Mellitus
2.1.1. Pengertian Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin
(Soegondo dkk, 2009).
Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat
yang disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total)
maupun sebagian (Hadisaputro. Setiawan, 2007).
2.1.2. Epidemiologi Diabetes Melitus
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 orang
diseluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2.8% dari total populasi,
insidennya terus meningkat dengan cepat dan diperkirakan tahun 2030 angka ini
menjadi 366 juta jiwa atau sekitar 4.4% dari populasi dunia, DM terdapat diseluruh
dunia, 90% adalah jenis Diabetes Melitus tipe 2 terjadi di negara berkembang,
peningkatan prevalensi terbesar adalah di Asia dan di Afrika , ini akibat tren
urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat, di
Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas (2007) dari 24417 responden
140-200 mgdl setelah puasa selama 4 jam diberikan beban glucosa sebanyak 75
gram), DM lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding dengan pria, lebih
sering pada golongan tingkat pendidikan dan status sosial yang rendah, daerah
dengan angka penderita DM yang tertinggi adalah Kalimantan Barat dan Maluku
Utara, yaitu 11.1% sedangkan kelompok usia terbanyak DM adalah 55-64 tahun
yaitu 13.5%, beberapa hal yang dihubungkan dengan faktor resiko DM adalah
Obesitas, hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya komsumsi sayur dan
buah (Riskesdas, 2007).
Prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada
penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%, prevalensi kurang makan buah dan
sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10
tahun sebesar 48,2% disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada
penduduk >10 tahun sebesar 23,7% (Depkes, 2008).
Hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1993 di Jakarta
daerah urban membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1.7% pada
tahun 1982 menjadi 5.7% kemudian tahun 2001 di Depok dan didaerah Jakarta
Selatan menjadi 12.8%, demikian juga di Ujung Pandang daerah urban meningkat
dari 1.5% pada tahun 1981 menjadi 3,5% pada tahun1998, kemudian pada akhir
2005 menjadi 12.5%, di daerah rural yang dilakukan oleh Arifin di Jawa Barat
1,1% didaerah terpencil, di tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8%
dapat dijelaskan perbedaan prevalensi daerah urban dan rural (Soegondo dkk,
2.1.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus (DM)
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh Perkeni adalah yang sesuai dengan
anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA), klasifikasi
etiologi Diabetes Mellitus, menurut ADA (2007) adalah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.1. Klassifikasi Etiologis Diabetes Mellitus
Tipe Keterangan
DiabetesTipe 1 Diabetesang tergantung dengan insulin disebabkan oleh kerusakan sel-sel beta dalam pankreas sejak
masa anak anak atau remaja
Diabetes Tipe 2 Mulai dari yang dominan resistensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
Diabetes Tipe lain 1. Defek genetik fungsi insulin 2. Defek genetik kerja insulin 3. Karena obat
4. Infeksi
5. Sebab imunologi yang jarang : antibody insulin 6. Resistensi Insulin
7. Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Klinefelter, sindrom Turner)
Diabetes Gestasional (DMG)
Karena dampak kehamilan
Sumber: Perkeni 2006
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila trdapat keluhan klasik DM
seperti tersebut di bawah ini:
a. Keluhan klasik DM berupa : banyak minum, banyak makan, banyak buang
air kecil dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae (gatal didaerah kemaluan)
Diabetes karena dampak kehamilan ditegakkan hasil pemeriksaan TTGO,
dilakukan dengan memberikan beban 75 g glukosa setelah berpuasa 8 – 14 jam.
Kemudian dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa, 1 jam dan 2 jam setelah
beban. DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 95 mg/dl, 1 jam setelah beban ≥ 180 mg/dl dan 2 jam setelah beban ≥ 155 mg/dl.
Apabila hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan glukosa darah maka lakukan
pemeriksaan glukosa 2 jam setelah pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa
darah ≥ 155 mg/dL, sudah dapat didiagnosis Diabetes Gestasional (Perkeni, 2006).
2.1.4. Insulin
Insulin adalah salah satu hormon didalam tubuh manusia yang dihasilkan
atau diproduksi oleh sel beta pulau langerhans di dalam kelenjarpangkreas, Insulin
merupakan suatu polipeptida (protein) dalam keadaan normal, jika kadar glukosa
darah naik, kelenjar pangkreas akan mengeluarkan insulin dan masuk ke dalam
aliran darah, oleh darah insulin disalurkan ke reseptor hati sebesar 50 % ginjal
10-20%, sel darah, otot, jaringan lemak 30-40%, apabila kadar insulin cukup atau
fungsinya tidak terganggu, kelebihan gula dalam darah akan segera diubah dan
disimpan untuk metabolisme tubuh (Soewondo, 2006).
Gula darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi
energi dan akan merangsang sel beta pulau langerhans untuk mengeluarkaninsulin,
selama tidak ada insulin, gula darah tidak dapat masuk kedalam sel-sel jaringan
tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak, insulin merupakan kunci yang
kembali, di dalam sel, gula dibakar menjadi energi yang berguna untuk aktivitas
(Soegondo, 2004).
2.1.5. Diagnosis Diabetes Mellitus
Dapat ditegakkan melalui tiga cara dengan melihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 2.2. Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus
Gejala klasik DM + Glukosa plasma sewaktu > 200mg/dl Gejala klasik DM + Glukosa plasma puasa > 126 mg/dl atau
u Glukosa plasma 2 jam pada TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) > 200 mg dl, menggunakan beban glukosa 75 g anhidrus yang dilarutkan dalam air
Sumber, Perkeni 2006
Cara pemeriksaan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) sesuai dengan
Perkeni (2006)
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari- hari (
dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani
seperti biasa.
b. Berpuasa paling sedikit 8 jam ( mulai malam hari) sebelum pemeriksaan
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
c. Diperiksa kadar glukosa puasa
d. Diberikan glucosa, 75 gram pada orang dewasa atau 1,75 gram/kg BB
anak-anak, dilarutkan dalan 250ml dan diminum dalam waktu 5 menit.
e. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glucosa selesai.
f. Diperiksa kadar glucosa 2 jam sesudah beban glucosa.
2.1.6. Gejala Diabetes Mellitus
2.1.6.1. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan
mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
1. Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:
1) Banyak makan (poliphagia).
2) Banyak minum (polidipsia).
3) Banyak kencing (poliuria).
2. Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
1) Banyak minum.
2) Banyak kencing.
3) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5
– 10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
4) Mudah lelah.
5) Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan
jatuh koma .
2.1.6.2. Gejala Kronik Diabetes Mellitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes Mellitus adalah
sebagai berikut:
1) Kesemutan.
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
5) Kram.
6) Capai.
7) Mudah mengantuk.
8) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata.
9) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
10) Gigi goyah mudah lepas, kemampuan seksual menurun, impotensi.
11) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan berat lahir lebih dari 4 kg (Jhonson, 1998 ).
2.1.7. Keluhan Subjektif Diabetes Melitus
Keluhan subjektif adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien sendiri,
adapun keluhannya adalah:
1). Poliuria (banyak buang air kecil)
2). Polidipsia (banyak minum)
3). Polifagia (banyak makan)
4). Kesemutan
5). Gatal didaerah kemaluan
6). Keputihan
7). Infeksi susah sembuh
8). Bisul hilang timbul
9). Penglihatan kabur
2.1.8. Patogenesis Diabetes Mellitus
Patogenesis diabetes mellitus tipe 2 ditandai dengan adanya resistensi
insulin perifer, gangguan hepatic glucosa production (HGP) dan penurunan fungsi sel β, yang akhirnya akan menuju kerusakan total sel β. Mula-mula timbul
resistensi insulin kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin, untuk
mengkompensasi (mengatasi kekurangan) resistensi insulin agar kadar glukosa
darah tetap normal.
Lama-kelamaan sel beta tidak sanggup lagi mengkompesasikan resistensi insulin
hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta semakin menurun saat
itulah diagnosa diabetes ditegakkan ternyata penurunan fungsi sel beta berlangsung
secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengekresi insulin
(ADA, 2007).
2.1.9. Komplikasi Diabetes Mellitus
Komplikasi-komplikasi penderita diabetes melitus:
1) Sistem kardiovaskuler (peredaran darah jantung) seperti hipertensi,
infarck miokard ( gangguan pada otot jantung).
2) Mata: retinopathy diabetika, katarak
3) Saraf: neropathy diabetika
4) Paru-paru: TBC (tuberculosis)
5) Ginjal: pielonefritis (infeksi pada piala ginjal), Glumerulosklerosis
(Pengerasan pada glomerolus).
7) Kulit: Gangren (jaringan mati pada kulit, jaringan), ulcus (luka)
2.1.10. Pengendalian Diabetes Mellitus
Tujuan pengendalian Diabetes Mellitus dibagi menjadi tujuan jangka
panjang dan tujuan tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.
Tujuan jangka panjang yaitu:
1) Agar penyangdang diabetes dapat hidup lebih lama, karena kualitas hidup
seseorang menjadi kebutuhan, seseorang yang bertahan hidup tetapi dalam
keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan kestabilan keluarga.
2) Untuk membantu penyandang diabetes agar mereka dapat membantu dirinya
sendiri, sehingga komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi dan
jumlah hari sakit dapat ditekan.
3) Agar penyandang diabetes dapat produktif sehingga dapat berfungsi dan
berperan sebaik-baiknya didalam masyarakat.
4) Menekan biaya perawatan baik secara pribadi, asuransi maupun nasional.
2.1.11. Prinsip Pengendalian Diabetes Mellitus meliputi 4 pilar yaitu: 1). Penyuluhan
Tujuan penyuluhan menurut pengendalian yaitu meningkatkan
pengetahuan diabetisi tentang penyakit dan pengelolaannya dengan tujuan dapat
merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah
komplikasi lebih lanjut, penyuluhan meliputi penyuluhan untuk pencegahan
sekunder ditujukan pada diabetisi terutama pasien yang baru, materi yang
diberikan meliputi pengertian diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes Mellitus,
mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, penyuluhan untuk
pencegahan tersier ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan
meliputi aktivitas fisik, pola makan, pengawasan kadar gula darah (Soegondo dkk,
2009).
2). Latihan Fisik (Olah Raga).
Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah
kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen baru
dan mencegah komplikasi lebih lanjut, olah raga meliputi empat prinsip jenis olah
raga dinamis yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, time (durasi) dan tipe (jenis ):
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan teratur 3-5 kali
Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR ( Maximun Heart Rate )
Time : 30-60 menit
Tipe/Jenis : Olahraga endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.
Menurut Soegondo dkk (2009) menentukan MHR (Maksimun Heart Rate)
yaitu: 220 - umur, setelah MHR didapat ditentukan THR ( Target Heart Rate ),
misalnya intensitas latihan yang diprogramkan bagi diabetisi umur 50 tahun
sebesar 60-70%, maka THR = 60% × (220-50) = 102, sedangkan THR 70%
adalah: 70% × ( 220 – 50) = 119, dengan demikian jika diabetesi ini akan olahraga
waktu olah raga yaitu pemanasan (warm up) kegiatan ini dilakukan sebelum
memasuki latihan inti dengan tujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh
sebelum memasuki latihan, menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi
secara perlahan-lahan, mengurangi kemungkinan terjadinya cedera, lama
pemanasan 5-10 menit, kemudian latihan inti (Conditioning) pada tahap ini denyut
nadi diusahakan mencapai THR (Target Heart Rate) agar latihan benar
bermanfaat.
Pendinginan (cooling-down), setelah selesai olahraga dilakukan
pendinginan untuk menimbulkan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri
pada otot sesudah berolahraga atau pusing-pusing karena darah masih terkumpul
pada otot yang aktip, contohnya bila olah raga jogging maka pendinginan
dilakukan dengan tetap jalan selama beberapa menit, bila mengayuh sepeda tetap
mengayuh tanpa beban, lama pendinginan sebaiknya dilakukan 5-10 menit,
peregangan ( Stretching) hal ini dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan
otot-otot yang masih meregang dan tidak elastis dan ini sangat penting bagi
diabetisi usia lanjut (Soegondo dkk, 2009).
3). Diet Diabetes Mellitus
Adanya serat (sayur, buah dan kacangan) memperlambat absorbsi glukosa,
sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan
gula darah, makanan yang cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat
meningkatkan kadar gula darah, sedangkan makanan yang lambat dirombak dan
Karbohidrat atau hidrat arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya
sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori, walaupun
lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di
konsumsi sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang
berkembang, di negara sedang berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80%
dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin bisa mencapai 90%, sedangkan
pada negara maju karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%, hal ini
disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung karbohidrat lebih murah
harganya dibandingkan sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein,
karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras, gandum, jagung, kentang dan
sebagainya), serta pada biji-bijian (Ostman, 2001) .
Penukar nasi umumnya digunakan sebagai makan pokok, satu porsi nasi
setara dengan ¾ gelas atau 100 gram, mengandung 175 kalori, 4 gram protein dan
40 gram karbohidrat, untuk menentukan berapa kebutuhan karbohidrat total
perhari dapat ditentukan dengan melihat kebutuhan energi sehari, jika energi
sehari adalah sebesar 2450 kkal, maka energi yang berasal dari karbohidrat adalah
1470-1838 kkal atau sekitar 368-460 g karbohidrat , 1 gram karbohidrat setara
dengan 4 kkal, kebutuhan karbohidrat 60-70% total kkal (Almatsier, 2006).
Untuk melihat bahan makanan yang berasal dari karbohidrat dapat dilihat
Tabel 2.3 Bahan Makanan Karbohidrat
Sumber karbohidrat lain dapat diperoleh dari gula merupakan salah satu
sumber karbohidrat sederhana yang dicampur ke kopi, teh manis, susu dan
minuman lainnya yang banyak dikonsumsi masyarakat contohnya 1 sendok makan
susu kental manis = 71 kalori, g
4. Pengobatan
ula termasuk dalam sumber karbohidrat tetapi
bukan sumber energi utama, sumber energi utama adalah karbohidrat kompleks
(Nasi, kentang, bihun, jagung, bihun, mie), penggunaan gula yang terlalu banyak
tidak dianjurkan, gula jika dikonsumsi berlebihan maka bisa memicu berbagai
masalah seperti Diabetes dan kegemukan, satu sendok makan gula pasir sama
dengan 10 gram ( Almatsier, 2006).
Jika telah menerapkan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang
teratur namun pengendalian kadar gula darah belum tercapai maka
dipertimbangkan pemberian obat meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) dan
makan, pemberian insulin biasanya diberikan lewat penyuntikan di bawah kulit
(subkutan) dan pada keadaan khusus diberikan secara intravena (melalui vena)
atau intramuskuler (melalui otot) ( Soegondo, 2009).
2.2 Faktor Risiko Diabetes Mellitus
2.2.1. Faktor Risiko yang tidak Bisa Dimodifikasi a. Ras/etnik
Merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki ciri fisikbawaan yang
sama, pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu
ciri fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak, ciri fenotipe terdiri atas ciri
kualitatif dan kuantitatif, ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut,
bentuk hidung, bentuk dagu dan bentuk bibir sementara ciri kuantitatif antara
lain tinggi badan dan ukuran bentuk kepala, ciri filogenetif yaitu hubungan asal
usul antara ras-ras dan perkembangan sedangkan ciri getif yaitu ciri yang
didasarkan pada keturunan darah (Lanning, 2009).
Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang
mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa,
dan sebagainya, anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam
hal sejarah (keturunan), bahasa , sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi,
penelitian yang dilakukan oleh NHANES (National Health And Nutrition
Examinations Surveys) dari 11.090 sampel, didapati 880 yang menderita diabetes
mempunyai 2 kali menderita diabetes dibandingkan dengan wanita kulit putih
(Lipton, 1993).
b. Riwayat Keluarga dengan Diabetes (Anak Penyandang Diabetes)
DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik
yang akan mempercepat fenotipe diabetes, riwayat penyakit untuk timbulnya DM
tipe 2 terjadi interaksi antara predisposisi genetik dan lingkungan, pada penelitian
yang dilakukan oleh The Framingham offspring of tipe 2 diabetes mendapatkan
resiko DM tipe 2 yaitu 3,5 kali lebih tinggi pada keturunan salah satu orang tua
diabetes, dan 6 kali lebih tinggi pada keturunan yang keduanya orang tua tersebut
menderita diabetes (Meigs, 2000).
Pada penelitian epidemiologi prospektif nilai C reaktip protein dapat digunakan
untuk memprediksi DM tipe 2 Tan dalam penelitiannya dari pasien yang non
obesitas dengan gangguan toleransi glukosa mendapatkan nilai C reaktip positif
yang memprediksikan individu tersebut akan menjadi DM (Wu T at all, 2002).
c. Umur
Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai dengan penurunan produksi
hormon tertosteron untuk laki-laki dan oestrogen untuk perempuan biasanya
memasuki usia 45 tahun keatas, kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam
pengaturan hormon seks, tetapi juga metabolisme pengaturan proses metabolisme
tubuh, salah satu fungsi dua hormon tersebut adalah mendistribusikan lemak
keseluruh tubuh akibatnya, lemak menumpuk diperut, batasan lingkar perut
lingkaran pinggang akan diikuti dengan peningkatan gula darah dan kolesterol
yang akan diikuti dengan sindroma metabolik yakni terganggunya metabolisme
tubuh dari sinilah mulai timbulnya penyakit degeneratif (Tjokroprawiro, 1998).
d. Riwayat Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir > 4000 gram atau Riwayat Pernah Menderita Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
Diabetes Mellitus Gestational (DMG) adalah suatu bentuk diabetes yang
berkembang pada beberapa wanita selama kehamilan, Diabetes gestasional terjadi
karena kelenjar pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk
mengkontrol gula darah ( glukosa ) wanita hamil tersebut pada tingkat yang aman
bagi dirinya maupun janin yang dikandungnya (Jhonson, 1998).
e. Riwayat Lahir dengan Berat Badan Rendah Kurang dari 2500 gram
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah yang menunjukkan
wanita hamil tersebut mempunyai kadar gula yang tinggi dalam darahnya dimana
ia tidak pernah menderita diabetes sebelum kehamilannya, Diabetes Mellitus
Gestasional berbeda dengan diabetes lainnya dimana gejala penyakit ini akan
menghilang setelah bayi lahir,di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9 - 3,6% dan
sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut
pasca persalinan akan mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosa
(Soewondo, 2006).
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah tentunya memiliki organ yang
internal yang kecil. Organ internal akhirnya membuat si anak tidak mampu
kecil dan tidak sempurna, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan insulin
tubuh. Ketika anak ini bertumbuh dan dewasa anak yang lahirnya kecil untuk jadi
bertambah besar ketika sudah masuk usia anak-anak dan remaja. Ini semakin
membuat organ tidak mampu mencukupi kebutuhan tubuhnya, akhirnya akan
berisiko penyakit-penyakit berbahaya seperti diabetes (Jhonson, 1998).
2.2.2. Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi
a. Berat Badan Lebih (IMT ≥23 kg/m ²)
Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) berat badan seseorang dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu normal, overweight (kelebihan berat badan) dan
obesitas. Overweight dan obesitas merupakan sama-sama menunjukkan adanya
penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh, ditandai dengan peningkatan
nilai masa indeks tubuh diatas normal, orang yang mengalami penumpukan lemak
yang lebih banyak dalam jangka waktu yang lama akan menjadi risiko tinggi DM
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:
Contoh : BB = 50 kg, TB = 160 cm, IMT = 50/(160/100)2
Tabel 2.4 Klasifikasi Nilai IMT (Indeks Masa Tubuh) Asia Fasifik
= 50/2,56 = 19,53
IMT Kategori
< 18,5 BB Kurang
18.5-22.9 BB Normal
≥ 23,0 BB Lebih
23,0-24,9 Dengan Risiko
25,0-29,9 Obesitas 1
≥ 30 Obesitas 2
Sumber : Perkeni, 2002
Penelitian Hartati (2004) pada penderita DM tipe 2 di RSUD Tugurejo
Semarang menghasilkan tidak ada pengaruh IMT dengan kejadian DM tipe 2
dengan hasil p value > 0,005 sedangkan penelitian oleh National Health and
Nutrition Examinations Surveys (NHANES) tahun 1992-2002 didapatkan 80% dari
responden dengan IMT ≥ 18,5 kg/m² menderita DM dibanding dengan responden
dengan IMT < 18,5 kg/m² (ADA, 2007). Diabetes Mellitus tipe 2 cenderung
meningkat seiring dengan peningkatan lemak yang diukur dengan IMT, setiap
peningkatan 1 kg berat badan meningkatkan risiko sebesar 4,5% untuk menderita
DM tipe 2 (Webber, 2004).
Penelitian Kaban, dkk (2005) hubungan obesitas dengan DM diperoleh
nilai p= (0,000) dengan nilai OR sebesar 4,6 yang artinya orang yang obesitas
kemungkinan 4,6 kali menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan yang tidak.
b. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan fisik yang dilakukan dengan teren
cana, terstruktur, berulang dan tujuannya memperbaiki atau menjaga kesegaran
jasmani, kesegaran jasmani berkaitan dengan kesehatan mengacu pada beberapa
aspek fungsi fisiologi dan psikologis yang dipercaya memberikan perlindungan
kepada seseorang dalam melawan beberapa tipe penyakit degeneratif seperti
penyakitjantung koroner, obesitas dan kelainan muskuloskeletal (Ganlay. Sherman,
2000).
Penelitian yang dilakukan di USA pada 21.217 dokter US selama 5 tahun
yang melakukan aktivitas fisik kurang dari 1 kali perminggu dibanding dengan
kelompok yang melakukan olah raga 5 kali seminggu. Penelitian lain yang
dilakukan selama 8 tahun pada 87.535 perawat wanita yang melakukan olah raga
ditemukan penurunan resiko penyakit DM tipe 2 sebesar 33%, (Soegondo dkk,
2009).
Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi
darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,
sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa darah
terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik Diabetes Mellitus (Niemann,
1995).
Olahraga menyebabkan sel-sel otot dan organ hati menjadi lebih sensitif
terhadap insulin, sebagai hasilnya dapat menyimpan dan menggunakan glukosa
dengan lebih efektif, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa, keadaan ini dapat
berlanjut beberapa jam setelah melakukan olah raga.
Lamanya manfaat olah raga akan hilang bila berhenti 3 hari, hal ini
menekankan pentingnya olah raga secara teratur dan berkesinambungan , agar
benar-benar bermanfaat olahraga dilakukan 3-4 kali dalam seminggu,
berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang panjang (Suharto, 2004).
Olahraga selama 30-40 menit dapat meningkatkan pemasukan glukosa kedalam sel
sebesar 7-20 kali lipat dibandingkan tanpa olah raga, olah raga yang tepat untuk
Hasil penelitian Wardani (2009), aktivitas fisik rendah memiliki resiko DM
tipe 2 sebanyak 3,2 kali lebih besar dari yang melakukan aktivitas fisik yang baik.
c. Hipertensi (≥ 140/90 mmhg)
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding- dinding arteri ketika
darah tersebut dipompa dari jantung kejaringan, tekanan darah merupakan gaya
yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah, tekanan ini paling tinggi
ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel
berelaksasi (tekanan diastolik) (Hull, 1996).
Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding
pembuluh darah, mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan
darah yang tidak normal, penyempitan pembuluh nadi atau aterosklerosis
merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi, karena arteri-arteri
terhalang lempengan kolesterol dalam aterosklerosis, sirkulasi darah melewati
pembuluh darah menjadi sulit, ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam
aterosklerosis darah memaksa melewati jalan yang sempit, sebagai hasilnya
tekanan darah menjadi tinggi (Hull, 1996).
Menurut JNC 7 (Joint National Commite) (2003) bila tekanan darah ≥
140/90 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi, hipertensi atau darah tinggi adalah
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal
atau kronis, hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri, satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati ( 2009) dengan kasus kontrol
study, kontribusi hipertensi dengan terjadinya Diabetes Mellitus komplikasi stroke
diperoleh hasil OR 8,574.
JNC (Joint National Commite) membuat kategori tekanan darah sebagai
berikut.
Tabel 2.5 Klasifikasi Tekanan Darah pada Dewasa Menurut JNC (Joint National Commite) VII
Pre-Hipertensi (atau) 80 – 89 mmhg
140 – 159 mmhg
Stadium Satu (atau) 90 – 99 mmhg
≥ 160 mmhg
Stadium Dua (atau) ≥ 100 mmhg
Sumber: JNC 2003
Belum ada penelitian yang mengatakan penyebab langsung terjadinya
hipertensi terhadap DM namun masih merupakan faktor resiko yang berpotensi
terhadap tingginya kasus DM, hipertensi sebagai faktor resiko DM artinya semakin
tinggi angka hipertensi di suatu daerah maka semakin besar resiko untuk menjadi
penderita DM di daerah tersebut, seorang yang memiliki hipertensi maka lebih
beresiko dirinya mengalami DM dibanding orang yang tidak hipertensi, arti
lainnya juga bahwa tidak semua penderita hipertensi akan menjadi penderita DM,
belum ada teori yang benar-benar tegas menerangkan bagaimana hipertensi
membuat seseorang menjadi DM karenanya hipertensi bukan faktor penyebab
Terjadinya hipertensi pada penderita DM dikaitkan dan hampir sama proses
terjadi keduanya yaitu melalui suatu keadaan yang disebut sindroma metabolik satu
penelitian memperoleh hasil dimana dari sejumlah total 427 pasien hipertensi
yang diteliti, 46 persen diantaranya adalah pasien DM, pasien cenderung berusia
lebih tua, indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan hiperlipidemia, cenderung
Prevalensi hipertensi pada penderita Diabetes Mellitus secara keseluruhan
adalah 70 %, Pada laki laki 32 %, wanita 45 % pada masyarakat India Puma
sebesar 49%, pada kulit putih sebanyak 37 % dan pada orang asia sebesar 35%, hal
ini menggambarkan bahwa hipertensi pada DM akan sering ditemukan
dibandingkan pada individu tanpa diabetes (Weir et al. 1999).
akan mengalami komplikasi kardiovaskular dan gagal ginjal, opname lebih lama di
RS (Weber, 2009).
Penelitian Kaban dkk (2005) disain kasus kontrol dengan sebanyak 45
responden yang diteliti hasil yang didapatkan tidak ada hubungan hipertensi
dengan kejadian DM dimana diperoleh nilai chi square nilai p = 0,073 (p> 0,05).
d. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl)
Merupakan suatu keadaan dimana kadar lemak dalam darah
meningkat diatas batas normal, lemak yang mengalami peningkatan ini
meliputi kolesterol, trigliserida salah satu partikel yang mengangkut lemak dari
sekitar tubuh atau dapat keduanya , berbagai penelitian membuktikan bahwa
keadaan dislipidemia dan hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan faktor
tipe 2, studi Finnish membuktikan bahwa peningkatan kadar trigliserid dan
rendahnya kolesterol HDL (High Density Lypoprotein) merupakan faktor resiko
PJK (Penyakit Jantung Koroner) pada DM tipe 2 (Neamann, 1995).
e. Diet tidak Sehat (Unhealhty Diet) Diet dengan Tinggi Gula dan Rendah Serat Merupakan Peningkatan Risiko Diabetes
Adanya serat memperlambat absorsi glukosa sehingga dapat ikut berperan
mengatur gula darah dan memperlambat kenaikan gula darah, makanan
yang cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat meningkatkan kadar gula darah,
sedangkan makanan yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk ke aliran
darah menurunkan gula darah (Soegondo dkk, 2009).
Adapun manfaat dari serat salah satunya membuat waktu pengosongan
dilambung menjadi lebih lama, setelah konsumsi serat akan menyebabkan chyme
yang berasal dari lambung berjalan lebih lambat ke usus , hal ini menyebabkan
makanan lebih lama tertahan dilambung sehingga perasaan akan kenyang setelah
makan juga panjang, keadaan ini juga memperlambat proses pencernaan
karbohidarat dan lemak yang tertahan dilambung belum dapat dicerna sebelum
masuk ke usus (Tala, 2009)
Hasil penelitian pada hewan percobaan maupun pada manusia
mengungkapkan bahwa kenaikan kadar gula darah dapat ditekan jika karbohidrat
dikonsumsi bersama serat makanan, hal ini sangat bermanfaat bagi penderita
The American Cancer Society, The American Heart Association dan The
American Diabetic Association menyarankan 25-35 g fiber/hari dari berbagai
bahan makanan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Konsensus nasional
pengelolaan diabetes di Indonesia menyarankan 20 - 25 g/hari bagi orang yang
berisiko menderita DM ( Soegondo dkk, 2009).
Food and Drug Aministration (FDA) Amerika Serikat membatasi konsumsi
gula maksimal 10 sendok teh atau 40 gram per hari, Organisasi Kesehatan Dunia
(World Health Organization/WHO) maksimal 12 sendok teh atau 48 gram perhari
(Depkes, 2009).
Penelitian Hartati (2004) yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang
menjelaskan ada pengaruh asupan serat makanan terhadap kadar gula darah DM
tipe 2 dengan hasil nilai p value < 0,005, hasil penelitian Riskesdas (2007) faktor
risiko DM yang makan buah dan sayur pada kelompok umur 25- 64 tahun
responden terhadap terjadinya DM mempunyai nilai odd rasio 1,04 kali dari yang
tidak makan buah dan sayur.
Penelitian Christina (2008) ada hubungan bermakna antara komsumsi serat
dengan kejadian Obesitas, dimana orang yang mengkomsumsi serat < 25 gr/ hari
mempunyai hubungan bermakna dengan nilai p 0,01. Ukuran saat mengukur
sayuran adalah sudah matang tanpa kuah dalam keadaan basah, buah buahan dalam
ukuran gram, kacang – kacangan diukur dalam ukuran gram dan sudah siap saji,
untuk melihat daftar kandungan serat perseratus gram (sayur - sayuran, buah -
Tabel 2.6 Daftar Kandungan Serat per 100 Gram Sayur-sayuran, Buah - bu
Faktor lain yang mempengaruhi tingginya gula darah adalah Indeks
Glikemik yaitu ukuran kecepatan makanan diserap menjadi gula darah, semakin