SIKAP MASYARAKAT KOTA MEDAN MENGENAI
BIOSOLAR SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
SKRIPSI
OLEH :
ROMANTO SINURAT
070304044
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SIKAP MASYARAKAT KOTA MEDAN MENGENAI
BIOSOLAR SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
SKRIPSI
ROMANTO SINURAT 070304044 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan
Diketahui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si Ir. Diana Chalil, M.Si, PhD NIP. 196309281998031001 NIP. 196703031998022001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ROMANTO SINURAT (070304044/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Sikap Masyarakat Kota Medan Mengenai Biosolar Sebagai Energi Alternatif”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si dan
Ir. Diana Chalil, M.Si P.hD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif dan mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan) dengan sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif. Untuk mengetahui sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif dianalisis dengan analisis deskriptif berdasarkan nilai total skor pemberian skor pada setiap pilihan jawaban pada tiap pernyataan yang berjumlah 12 dengan jawaban ya skor 1 dan tidak skor 0.. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan) dengan sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif digunakan analisis koefisien Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif adalah positif. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap responden yaitu umur, pendidikan, lama menggunakan biosolar dan pendapatan responden terhadap sikap mereka mengenai biosolar sebagai energi alternatif.
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Lae Mbale pada tanggal 21 Agustus 1989 dari Ayah Bisner
Sinurat dan Ibu Sandora Hutasoit. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:
1. Sekolah di SD Negeri 030366 Pardamean, masuk pada tahun 1995 dan lulus
pada tahun 2001.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Siempat Nempu Hilir, masuk
pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2004.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Siempat Nempu Hilir, masuk pada
tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.
4. Tahun 2007 masuk di Departemen Agribisnis, Program studi Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan IMASEP (Ikatan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia).
Penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Sei Muka, Kecamatan
Talawi, Kabupaten Batubara dari tanggal 27 Juni sampai 27 Juli 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan segala anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Judul skripsi ini adalah " Sikap Masyarakat Kota Medan Mengenai
Biosolar Sebagai Energi Alternatif“. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah
untuk mengetahui sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi
alternatif, Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan,
lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan) dengan sikap masyarakat kota
Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah banyak membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si P.hD selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU.
4. Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis FP USU.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Program Studi Agribisnis FP USU.
6. Seluruh instansi yang terkait dalam penulisan ini atas bantuannya selama
7. Seluruh sampel pengguna biosolar yang telah membantu penulis dalam
melengkapi data-data yang dibutuhkan selama penelitian.
Segala hormat dan terimakasih kepada Ayahanda Bisner Sinurat dan Ibunda
Sandora Hutasoit atas kasih sayang dan dukungan doanya. Juga buat oppung dan
tulang/nantulang penulis ucapkan terimakasih untuk dukungan doanya. Juga buat
Santa F Girsang yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada teman-teman Alexander Sinaga, SP.,
Holong Hasugian, SP., Dendy Trifonius, SP., Anwar Manik, STP., Christian L.
Siregar, SP., dan seluruh teman-teman SEP 07 yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu serta kepada semua yang telah membantu penulis selama masa
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, April 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK. ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. ... ... 1
1.2. Identifikasi Masalah. ... ... 5
1.3. Tujuan Penelitian. ... ... 6
1.4. Kegunaan Penelitian. ... ... 6
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka. ... ... 7
2.2. Landasan Teori ... ... 9
2.3. Penelitian Terdahulu ... ... 10
2.4. Kerangka Pemikiran ... ... 11
2.5. Hipotesis Penelitian. ... ... 12
METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian. ... ... 13
3.2. Metode Penentuan Sampel ... ... 13
3.3. Metode Pengumpulan Data. ... ... 14
3.4. Metode Analisis Data. ... ... 14
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional. ... ... 16
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif ………... 28
5.2 Hubungan faktor Sosial Ekonomi Responden dengan Sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif...……….. 29
Sikapnya mengenai Biosolar sebagai energi alternatif ……. 31 5.2.3 Hubungan Lama Menggunakan Biosolar
(pengalaman) Responden dengan Sikapnya Terhadap
Biosolar Sebagai Energi………... 34
5.2.4 Hubungan Pendapatan Responden dengan Sikapnya
Terhadap Biosolar Sebagai Energi Alternatif...
.
………... 36
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………. 38 6.2 Saran……… 38
ABSTRAK
ROMANTO SINURAT (070304044/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Sikap Masyarakat Kota Medan Mengenai Biosolar Sebagai Energi Alternatif”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si dan
Ir. Diana Chalil, M.Si P.hD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif dan mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan) dengan sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif. Untuk mengetahui sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif dianalisis dengan analisis deskriptif berdasarkan nilai total skor pemberian skor pada setiap pilihan jawaban pada tiap pernyataan yang berjumlah 12 dengan jawaban ya skor 1 dan tidak skor 0.. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan) dengan sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif digunakan analisis koefisien Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif adalah positif. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap responden yaitu umur, pendidikan, lama menggunakan biosolar dan pendapatan responden terhadap sikap mereka mengenai biosolar sebagai energi alternatif.
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kebutuhan akan energi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan manusia modern, bahkan akan terus meningkat akibat semakin
banyaknya populasi penduduk dunia, munculnya industri baru, dan meningkatnya
teknologi transportasi. Salah satu sumber energi yang selama ini sangat populer
digunakan adalah minyak bumi, yang bersumber energi yang berasal dari fosil.
Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun
jumlahnya, karena cadangan tersebut tidak dapat ditambah atau diperbaharui
meskipun eksplorasi terus ditingkatkan, bahkan yang terjadi justru sebaliknya
semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).
Semakin lama penambangan minyak bumi akan mencapai puncaknya,
karena hampir semua daerah yang mengandung minyak telah ditemukan.
Sedangkan permintaan akan bahan bakar cair terus naik. Akibatnya harga minyak
akan terus naik dengan tajam menyusul menipisnya cadangan minyak dunia.
Bahan bakar akan menjadi sangat mahal bagi kebanyakan orang untuk
membelinya. Semua bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui akan habis pada
waktunya, maka dari itu diperlukan suatu bahan bakar yang dapat diperbaharui,
sehingga bahan bakar tersebut dapat diusahakan agar tidak pernah habis sepanjang
masa serta harganya dapat dijangkau oleh kebanyakan orang (Nadapdap,2009).
Dalam beberapa tahun terakhir ini masalah bahan bakar minyak ( BBM )
naik dan juga bisa turun. Harga premium yang mencapai Rp. 6.000 / liter, sejak
Desember 2008 sampai Januari 2009 telah tiga kali penurunan sampai harganya
menjadi Rp.4.500 / liter baik premium maupun solar dan hingga saat ini harga
biosolar menjadi Rp.5.500 / liter. Jika terjadi penurunan harga BBM, dampak
langsungnya adalah penurunan harga berbagai kebutuhan pokok masyarakat,
terutama apabila terjadi peningkatan harga, akan berdampak pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat (Barlina dan Egelbert, 2009).
Indonesia memiliki beragam sumberdaya energi. Sumberdaya energi
berupa minyak, gas, batubara, panas bumi, air dan sebagainya digunakan dalam
berbagai aktivitas pembangunan baik secara langsung ataupun diekspor untuk
mendapatkan devisa. Sumberdaya energi minyak dan gas adalah penyumbang
terbesar devisa hasil ekspor. Kebutuhan akan bahan bakar minyak dalam negeri
juga meningkat seiring meningkatnya pembangunan. Sejumlah laporan
menunjukkan bahwa sejak pertengahan tahun 80-an terjadi peningkatan
kebutuhan energi khususnya untuk bahan bakar mesin diesel yang diperkirakan
akibat meningkatnya jumlah industri, transportasi dan pusat pembangkit listrik
tenaga diesel (PLTD) diberbagai daerah di Indonesia. Peningkatan ini
mengakibatkan berkurangnya devisa negara disebabkan jumlah minyak sebagai
andalan komoditi ekspor semakin berkurang karena dipakai untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Disisi lain, bahwa cadangan minyak yang dimiliki
Indonesia semakin terbatas karena merupakan produk yang tidak dapat
diperbaharui. Oleh sebab itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mencari bahan
Indonesia adalah negara penghasil minyak nabati terbesar dunia, selain
menghasilkan minyak sawit (Crude Palm Oil = CPO), juga menghasikan minyak
lainnya seperti minyak kopra yang jumlahnya cukup besar. Ini merupakan potensi
bahan baku yang besar untuk tujuan pengembangan BBM alternatif tersebut.
Produksi minyak sawit dewasa ini cenderung meningkat dan diperkirakan akan
berlanjut satu atau dua dekade ke depan (Haryanto, 2002).
Minyak solar atau Automotive Diesel Oil (ADO) sebagai salah satu hasil
kilang minyak merupakan bahan bakar destilasi menengah (middle destilate) yang
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi khususnya bahan bakar minyak
(BBM) untuk bahan bakar di sektor transportasi di Indonesia. Selain itu juga
dikenal minyak diesel atau Industrial Diesel Oil (IDO) yang digunakan untuk
bahan bakar di sektor industri, termasuk untuk pembangkit listrik. Penyediaan
minyak solar selain dapat diperoleh dari produksi kilang minyak di dalam negeri,
juga diperoleh dari impor yang saat ini sudah mencapai angka yang hampir sama
dengan produksi dalam negeri. Dengan kondisi tersebut, kenaikan harga minyak
mentah dunia yang berakibat pada kenaikan harga produk kilang seperti minyak
solar akan menambah beratnya beban Pemerintah dalam penyediaan BBM
terutama untuk bahan bakar yang disubsidi. Mengingat minyak solar sangat
berperan dalam transportasi, baik transportasi orang maupun barang, maka
penyediaan minyak solar di masa mendatang sulit untuk dihilangkan dan harus
dipenuhi. Oleh karena itu perlu dicari langkah-langkah untuk mengurangi maupun
menggantikan pemakaian minyak solar tersebut dengan bahan bakar alternatif
Tabel 1. Jumlah Kendaraan Bermotor yang menggunakan Biosolar Menurut Jenis Kendaraan (unit), 2010-2012
No Jenis Kendaraan 2010 2011 2012
1 Mobil Penumpang 8 891 041 9 548 866 10 432 259
2 Bus 2 250 109 2 254 406 2 273 821
3 Truk 4 687 789 4 958 738 5 286 061
Sumber: BPS, Statistik Indonesia 2013
Indonesia sebagai negara tropis memiliki berbagai jenis tanaman yang
dapat dikembangkan sebagai bahan baku untuk produksi energi alternatif untuk
menggantikan bahan bakar minyak, baik berupa bio-ethanol sebagai pengganti
premium maupun bio-diesel sebagai pengganti minyak solar. Biosolar mempunyai
sifat pembakaran yang sangat serupa dengan minyak solar, sehingga dapat
dipergunakan langsung pada mesin berbahan bakar minyak solar tanpa mengubah
mesin biosolar dapat dibuat dari bahan hayati yang ramah lingkungan seperti:
kelapa sawit, jarak pagar, dan kacang kedelai. Biosolar di Amerika Serikat
umumnya dibuat dengan bahan baku kacang kedelai sesuai dengan kondisi
wilayahnya. Di samping Malaysia, Indonesia saat ini merupakan penghasil CPO
terbesar di dunia, sehingga dilihat dari kesiapan dalam penyediaan, CPO dari
kelapa sawit mempunyai potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku utama produksi biosolar. Sumber yang lain seperti jarak pagar
potensinya relatif terbatas, karena sampai saat ini belum banyak dibudidayakan
(Sugiyono, 2006).
Minyak kelapa sawit sangat berpotensi sebagai bahan baku biosolar dan
bagi Indonesia sebagai negara penghasil CPO terbesar dunia mempunyai peluang
dapat memanfaatkan sumber yang melimpah di Indonesia menjadi lebih
bermanfaat. Jika hal ini dilaksanakan maka selain dapat mengendalikan produksi
sawit di saat panen besar, keuntunggan lainnya adalah mengurangi impor minyak
diesel yang menyita cadangan devisa Negara (Haryanto, 2002).
Dalam kerangka tujuan besar dan mulia bagi solusi problem besar
bangsa ini dalam soal energi, Pertamina langsung bergerak. Sebagai bentuk
dukungannya terhadap program Pemerintah tentang penyediaan dan pemanfaatan
bahan bakar Nabati sebagai bahan bakar alternatif, Pertamina Pemasaran Region I
melakukan uji coba penyaluran biosolar melalui 10 (sepuluh) Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) yang ada di Kota Medan dan hingga sekarang
seluruh SPBU di kota Medan sudah menggunakan biosolar sebagai pengganti
solar (Anonimousb, 2011).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan identifikasi
masalah sebagai bahan penelitian yaitu :
1. Bagaimana sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai
energi alternatif ?
2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi ( umur, pendidikan, lamanya
menggunakan biosolar dan pendapatan) dengan sikap masyarakat kota
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar
sebagai energi alternatif
2. Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan,
lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan) dengan sikap masyarakat
kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi konsumen serta pihak terkait mengenai
biosolar sebagai energi alternatif.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka Biosolar
Sejak dilakukannya ujicoba di sepuluh Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) pada awal Juli 2010, hingga November 2010 sudah lebih dari 160
SPBU di Sumatera Utara (Sumut) menyalurkan biosolar. Hal tersebut sebagai
bentuk dukungan Pertamina terhadap program pemerintah tentang penyediaan dan
pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan bakar alternatif.
(Anonimousa
Volume penyaluran biosolar pun terus meningkat dari bulan ke bulan.
Pada bulan Oktober 2010, penyaluran biosolar mencapai 30.510 kilo liter (sekitar
1.000 kl/hari). Jauh lebih tinggi dibandingkan penyaluran pada bulan September
2010 sebesar 17.150 kl dan Agustus sebesar 12.350 kl. Peningkatan ini selain
karena penambahan outlet SPBU yang menyalurkan biosolar, juga menunjukkan
respon positif dari masyarakat selaku konsumen biosolar (Anonimous , 2011)
b
Biosolar yang dipasarkan di Sumatera Utara adalah Biosolar B-5 dengan
kandungan 95% minyak solar dan 5% Fatty Acids Methyl Ester (FAME). Untuk
selanjutnya akan dipasarkan Biosolar B-10 dengan kandungan 90% minyak solar
dan 10% Fatty Acids Methyl Ester (FAME) dengan cetane number minimal 48,
tanpa perlu modifikasi. Biosolar dilepas ke pasaran dengan harga setara dengan
harga produk solar bersubsidi (Anonimousb
Biosolar adalah bahan bakar alternatif yang digunakan untuk mengganti
bahan bakar solar. Biosolar merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran
mono--, 2011)
alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif
bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti
minyak sayur atau lemak hewan.
Biosolar mempunyai beberapa keunggulan diantaranya adalah mudah
digunakan, limbahnya bersifat ramah lingkungan (biodegradable), tidak beracun,
bebas dari logam berat sulfur dan senyawa aromatik serta mempunyai nilai flash
point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika
disimpan dan digunakan. Secara teknis biosolar yang berasal dari minyak nabati
dikenal sebagai VOME (Vegetable Oil Metil Ester) dan merupakan sumberdaya
yang dapat diperbaharui karena umumnya dapat diekstrak dari berbagai hasil
produk pertanian seperti minyak kacang kedelai, minyak kelapa, minyak bunga
matahari maupun minyak sawit ( Anonimousc
Sebenarnya belum ada istilah tepat untuk meng-Indonesia-kan istilah
biofuel ini. Di sejumlah ensiklopedi yang dibuka-buka WePe ( Tim Web
Pertamina) sulit ditemukan entri kata biofuel, biosolar. Yang paling gampang
ditemukan adalah kata biomass. Dimaklumi, karena keberadaan biofuel
merupakan fenomena lama (sejak dikembangkan Rudolf Christian Karl Diesel
awal abad 20) tapi baru dikembangkan lagi terakhir ini, ketika manusia berpikir
jenis bahan dasarnya, maka istilah biofuel lebih pas diistilahkan sebagai bahan
bakar dari unsur hayati non fosil. Lebih ringkasnya, bahan bakar hayati non fosil.
Pengertian yang bisa kita peroleh sekarang, bahwa penamaan jenis-jenis turunan
dari keluarga biofuel ini tergantung dari jenis bahan dasar yang dipakai. Maka ada
yang disebut biosolar, bioethanol, dan bio-oil, atau biomassa. Biosolar
dimanfaatkan untuk mengurangi konsumsi solar. Bahan dasarnya minyak nabati,
yaitu minyak kelapa sawit dan jarak pagar (Tim WePe Pertamina, 2006).
2.2 Landasan Teori Sikap
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut
(Azwar, 1995).
Jadi, pengertian sikap ini dapat dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
sikap dalam bentuk fisik dan sikap dalam bentuk non fisik. Sikap dalam bentuk
fisik adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik.
Sikap dalam bentuk non fisik, yang sering juga disebut mentalis, merupakan
gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan dan mengendalikan
setiap tindakannya; tidak dapat dilihat serta sulit dibaca. Jika individu bersikap
positif pada suatu objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu dan memuji,
atau mendukung objek tersebut, jika ia bersifat negatif, maka ia akan cenderung
Komponen - komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan dan
kemampuan mengambil keputusan (Ban dan Hawkins, 2002). Struktur sikap
terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif
(coginitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatife (conative).
Komponen kognitif merupakan komponen representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
emosional sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Azwar, 1995).
Keragaman sikap diantara anggota-anggota kelompok suatu kelompok
budaya sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa anggota kelompok
tersebut ternyata mempunyai keyakinan yang sama menegenai objek, orang,
peristiwa, masalah (Krech dkk, 1996).
2.3 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Harahap (2012), sikap diukur dengan 15 pernyataan
positif dan 15 pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, jawaban Sangat Tidak
Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu-ragu (R) diberi
nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5. Demikian
sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi
nilai 5, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Ragu-ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S)
diberi nilai 2,dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Dari jawaban setiap pernyataan
akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian
secara kumulatif dilihat deviansinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh
skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap
2.4 Kerangka Pemikiran
Penyaluran biosolar di kota Medan merupakan salah bentuk dukungan
Pertamina terhadap program pemerintah tentang penyediaan dan pemanfaatan
bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan bakar alternatif. Hal ini terlihat dari
banyaknya jumlah SPBU yang menyalurkan biosolar mencapai 160 SPBU di
Sumatera Utara.
Pemerintah menjadikan PT PERTAMINA (Persero) sebagai salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab dalam pemasaran
dan pendistribusian BBM di Indonesia. Dalam pemasaran nya PT. PERTAMINA
( persero ) melalui UPMS I Medan yang bekerja sama dengan IMG ( Instalasi
Medan Grup ) sebagai badan yang berada dibawah pertamina dan kemudian
disalurkan ke konsumen akhir melalui SPBU ( Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum ).
Pengetahuan masyarakat kota Medan mengenai biosolar terjadi lewat
informasi- informasi yang diperoleh dari berbagai pihak, seperti media cetak, TV,
serta SPBU itu sendiri dan lain- lain yang menyediakan informasi tentang
biosolar. Banyaknya masyarakat yang belum mengetahui tentang biosolar ini
mungkin terjadi karena kurangnya sosialisasi dari pihak terkait serta kurangnya
pengetahuan dari masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, ada berbagai faktor sosial ekonomi masyarakat seperti
pendidikan, umur, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan, yang
mempengaruhi sikap masyarakat dalam menanggapi biosolar sebagai energi
Untuk lebih mempermudah di dalam mengarahkan penelitian ini, maka
disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Ket : Hubungan
Menimbulkan
2.5Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka di ambil hipotesis penelitian
yaitu :
Ada hubungan umur, pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan
responden dengan sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi
alternatif.
KONSUMEN BIOSOLAR
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT KOTA MEDAN
1. PENDIDIKAN 2. UMUR
3. LAMANYA MENGGUNAKAN BIOSOLAR
4. PENDAPATAN
POSITIF NEGATIF
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau
secara sengaja yaitu di kota Medan yang merupakan daerah pengguna biosolar
terbesar di Sumatera Utara yang digunakan sebagai energi alternatif.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Cluster Sampling dengan pengelompokan berdasarkan perwilayah Kota
Medan terbagi atas 4 kelompok wilayah yaitu Medan bagian barat, timur, utara
dan selatan. Dari masing masing wilayah dipilih 1 SPBU dgn rata rata penjualan
terbanyak setiap hari, yaitu:
1. Medan Bagian Utara : 14.201.130 Jl Perintis Kemerdekaan
2. Medan Bagian Selatan : 14.201.133 Jl Kapt Sumarsono
3. Medan Bagian Barat : 14.201.113 Jl Yos Sudarso Km 6,5
4. Medan Bagian Timur : 14.202.101 J. SM Raja Simp Limun Medan
Selanjutnya di setiap SPBU diambil 20 sampel pengguna biosolar. Dengan
demikian total besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 sampel
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada
masyarakat kota Medan yang dijadikan sampel dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder
merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait serta
literatur yang berhubungan dengan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk membahas identifikasi masalah 1, dianalisis dengan analisis
deskriptif berdasarkan nilai total skor pemberian skor pada setiap pilihan jawaban
pada tiap pernyataan yang berjumlah 12 dengan jawaban ya skor 1 dan tidak skor
0. Sehingga skor yang diperoleh adalah antara 0-12.
Kriteria uji, apabila jumlah skor :
0-6 = Sikap negatif,
7-12 = Sikap positif.
Untuk membahas identifikasi masalah 2 yaitu mengenai hubungan umur,
pendidikan, lama menggunakan biosolar dan pendapatan dengan sikap masyarakat
kota Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif dianalisis dengan
koefisien Rank Spearman yaitu, Metode Korelasi Spearman digunakan untuk
mengukur keeratan hubungan antara 2 (dua) variabel dimana 2 (dua) variabel itu
dipergunakan jika data yang diperoleh bukan interval atau rasio melainkan ordinal
atau nominal.
rs =
th = rs
t = α : db
Keterangan :
rs = Koefisien korelasi Rank Spearman
di = Selisih antara peringkat masing- masing faktor sosial ekonomi
dengan sikap
n = Jumlah Sampel
α = Derajat Nyata
db = Derajat Bebas
Kriteria uji hipotesis adalah :
Jika t hitung ≤ t tabel berarti H 0 diterima atau H1 ditolak = (Tidak ada
hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan sikap masyarakat kota
Medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif)
Jika t hitung > t tabel berarti H1 diterima atau H0 ditolak = (Ada
hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan sikap masyarakat kota
Uji beda rata-rata dikenal juga dengan nama uji-t (t-test ). Konsep dari uji
beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata beserta selang kepercayaan
tertentu (confidenceinterval) dari dua populasi. Uji Mann-Whitney digunakan
untuk menguji hipotesis nol tentang kesamaan parameter-parameter lokasi
populasi. Dalam beberapa kasus uji ini disebut juga Uji Mann-Whitney Wilcoxon,
karena wilcoxon menggunakan kasus dengan ukuran sampel yang sama
sedangkan Mann-Whitney dapa juga menggunakan ukuran sampel yang berbeda.
Sehingga secara garis besar pada uji Mann-Whitney diperoleh dua sampel
random yang ukurannya bisa berbeda dan bisa sama, misalnya X1, X2, … , Xndari
populasi X dan Y1, Y2, … , Ym
Adapun secara lengkap format uji hipotesis dari uji ini yaitu: dari populasi Y.
H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α ( tidak ada perbedaan rata-rata diantara
kedua sampel)
H1 diterima jika nilai signifikansi < α (terdapat perbedaan rata-rata antara kedua
sampel)
3.5 Definisi Dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.
Defenisi
1. Biosolar ialah bahan bakar nabati campuran dari alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak yaitu CPO minyak kelapa sawit yang dipakai sebagai
alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel.
3. Sikap adalah pencerminan dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri
yang menghasilkan pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak
suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek.
4. Sikap positif adalah sikap yang cenderung menyukai, mendekati,
menerima bahkan mengaharapkan kejadian objek tertentu.
5. Sikap negatif adalah sikap yang cenderung menjauhi, membenci,
menghindar ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek tertentu.
6. Umur adalah usia masyarakat sampel pada saat penelitian dilaksanakan
dinyatakan dalam tahun.
7. Tingkat pendidikan masyarakat sampel adalah jumlah tahun pendidikan
formal yang pernah ditempuh sampel, yang dinyatakan dalam tahun.
8. Lamanya menggunakan biosolar adalah lamanya responden menggunakan
biosolar setelah biosolar menjadi pengganti solar
9. Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota keluarga
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan
dalam rumah tangga.
Batasan Operasional
1. Sampel penelitian adalah masyarakat kota Medan
2. Waktu penelitian adalah 2014
3. Untuk penelitian ini, dibahas tentang sikap masyarakat kota Medan
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Geografis
Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan ibukota dari Provinsi
Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang
Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 -
37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota
Medan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deliserdang di sebelah utara,
selatan, barat dan timur.
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera
Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Sampali berkisar 23,3
, yang secara administrasi dibagi atas
21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Sebagian besar wilayah Kota Medan
merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting
yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
0
C- 24,40C dan suhu maksimum berkisar antara 30,90C-
33,60C. Hari hujan di Kota Medan menurut Stasiun Sampali rata- rata perbulan 19
4.1.2 Perkembangan Biosolar di Medan
Pertama kali Biosolar diperkenalkan PT. Pertamina ke pasar pada periode
Juni 2010, dalam masa perkenalan ini pihak PT. Pertamina melakukan sosialisasi
kepada pemilik SPBU seputar kelebihan dari Biosolar dan alasan kenapa Biosolar
ditunjuk mengantikan Solar, dengan harapan agar pihak SPBU dapat memberikan
informasi kepada pihak konsumen tentang kelebihan dari Biosolar. Untuk
penyaluran Biosolar pihak pemilik SPBU tidak perlu merubah mesin yang
sebelumnya atau pihak pemilik SPBU tidak perlu membeli mesin baru karena
mesin yang lama (mesin yang digunakan untuk Solar ) masih dapat dipergunakan
untuk menyalurkan Biosolar karena sifatnya yang sama dengan Solar.
UPMS ( Unit Pemasaran Medan Sekitar regional I ) menaungi pamasaran
Biosolar untuk daerah Medan sekitarnya, UPMS terletak dijalan Yos Sudarso No.
6 yang berada dalam kecamatan Medan Perjuangan memiliki luas wilayah ± 3 Ha.
UPMS berbatasan dengan :
- Sebelah Utara Berbatasan dengan kompleks Perumahan
- Sebelah Selatan Berbatasan dengan Jalan Glugur
- Sebelah Timur Berbatasan dengan Tol Belmerah
- Sebelah Barat Berbatasan dengan Rumah Sakit Putri Hijau
Harga yang dipatokkan untuk produk Biosolar sama halnya dengan harga
Solar yang dijual di SPBU karena Biosolar memang dipersiapkan untuk menganti
peran Solar di lapangan, yang nantinya secara perlahan akan ditarik dari pasaran
Pada awal pemasarannya banyak konsumen yang bertanya-tanya tentang
produk tanggapan konsumen terhadap Biosolar saat pertama kali dipasarkan
beraneka ragam ada yang langsung memakainya ada yang masih ragu-ragu karena
produk Biosolar ini belum pernah dicoba, namun setelah dijelaskan oleh pihak
SPBU dan juga karena semakin terbatasnya persediaan Solar yang semakin
menipis maka konsumen beralih ke Biosolar.
Maka dari itu sekarang semua Solar yang ada di pasaran akan berganti
dengan Biosolar sebagai bentuk implementasi dari kebijakan pemerintah yaitu
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang perluasan pemasaran Biosolar di
SPBU yang mewajibkan semua SPBU di Kota Medan yang berjumlah 83 unit
wajib mendistribusikan Biosolar sebagai pengganti Solar di lapangan.
4.1.3 Penduduk
Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah penduduk di Kota Medan adalah 2.036.185 jiwa dengan rincian
laki-laki 1.012.040 (49,70 %) dan perempuan 1.024.045 (50,30%) menunjukkan
bahwa di Kota Medan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah penduduk laki-laki.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling tinggi adalah
kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 238.504 jiwa (11,71%) dan jumlah
penduduk yang paling rendah adalah kelompok umur 60- 64 tahun sebanyak
41.279 jiwa (2,03%).
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Komposisi penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Pegawai Negeri 18.670 4,88
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2013
Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa penduduk Kota Medan yang
memiliki pekerjaan dengan jumlah terbesar adalah sebagai tenaga pengajar yaitu
43.551 jiwa (11,38%), pegawai negeri 18.670 jiwa (4,88%), pegawai swasta
14.570 jiwa (3,81%).
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk Kota Medan berdasrka tingkat pendidikan terdiri
dart tamat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Untuk mrngetahui lebih jelas
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 412.893 21,51
2 SLTP 626.617 32,65
3 SLTA 6705.97 39,94
4 Perguruan Tinggi 209.246 10,90
Jumlah 1.919.353 100
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2013
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Kota Medan paling besar
berada pata tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar
670.597 orang (39,94%), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebesar
626.617 orang (32,65%), Sekolah Dasar berjumlah 412.893 orang (21,51%) dan
Perguruan Tinggi sebanyak 209.246 orang (10,90%).
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
pembangunan. Sarana dan prasaran di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini
dapat kita lihat dari kesehatan, trasnsportasi dan pasar yangsudah cukup memadai.
Sarana transportasi di Kota Medan sangat lengkap baik di dalam kota, ke luar kota
maupun ke luar negeri. Transportasi yang tersedia yaitu darat (Bus, Angkutan
Kota, Kereta Api), laut (Kapal) serta udara (pesawat). Untuk transportasi di dalam
kota, sebagian besar memanfaatkan jasa angkutan kota (angkot) dengan trayek
yang bermacam- macam. Untuk transportasi laut, pelabuhan yabg terkenal di Kota
Medan adalah Pelabuhan Belawan. Untuk transportasi udara, di Kota Medan
Untuk mengetahui lebih jelas sarana dan prsarana di Kota Medan dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 5. Sarana dan Prasarana Kota Medan
No Sarana dan Prasarana Satuan Jumlah
1
Sumber : BPS, Medan dalam Angka 2013
Sarana Pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari yang
terendah hingga tertinggi sehingga status skolah pun beragam mulai dari negeri,
swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok kota
Medan.
Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti
Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana Kesehatan yang ada yaitu BPU 375
unit, rumah bersalin 270 unit, rumah sakit 68 unit dan puskesmas 39 unit yang
tersebar di seluruh kecamatan Kota Medan.
Sarana tempat ibadah di Kota Medan sangat memadai. Tempat- tempat
masing- masing masyarakat. Adapun tempat ibadah yang ada di Kota Medan
adalah Mesjid rumah ibadah untuk agama Islam, Gereja sebagai rumah ibadah
agama kristen, Wihara sebagai rumah ibadah agama Budha dan Kuil sebagai
rumah ibadah agama Hindu.
Pasar- pasar atau pusat perbelanjaan di Kota Medan juga sangat banyak
dan sangat cukup memadai. Pasar- pasar yang ada di Kota Medan dapat
digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional
identik dengan bangunan- bangunan yang biasa saja, atau tidak terlalu megah.
Sedangkan pasar swalayan identik dengan bangunan- bangunan yang besar dan
megah.
4.2 Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pengguna biosolar yang membeli
biosolar di SPBU tempat penelitian. Karakteristik sampel yang dimaksud adalah
umur, tingkat pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan.
4.2.1 Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli semasa hidupnya.
Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi.
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang
mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Tingkat pembelian
konsumen sangat dipengaruhi oleh usianya. Keadaan umur sampel di daerah
Tabel 6. Komposisi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang paling tinggi adalah
sampel kelompok umur 31-41 tahun dan 42-52 tahun masing- masing sebanyak
22 orang (27,5%) dan yang paling rendah adalah sampel kelompok umur 20-30
tahun sebanyak 7 orang (8,75%).
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan
perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan
yang dijalani (pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi
pilihannya. Apabila pendidikan responden tinggi maka akan lebih memilih barang
yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir
responden. Pendidikan responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan
terhadap suatu produk baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Tingkat
pendidikan masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Komposisi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat
Pendidikan
Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 SD 0 0
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah tingkat pendidikan sampel yang
paling tinggi adalah Diploma sebanyak 27 orang (33,375%) dan yang paling
rendah adalah SMP sebanyak 4 orang (5%).
4.2.3 Lama Menggunakan Biosolar
Hubungan lama menggunakan biosolar (pengalaman) responden dengan
sikapnya terhadap biosolar sebagai energi alternatif adalah salah satu karakteristik
sosial ekonomi yang perlu diperhatikan dalam penentuan sikap responden
terhadap biosolar sebagai energi alternatif. Biosolar sudah dipasarkan di Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pada awal Juli 2010 di Kota Medan. Lama
menggunakan biosolar (pengalaman) responden dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 8. Komposisi Sampel Berdasarkan Lamanya Menggunakan Biosolar No Lama Menggunakan Biosolar
(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 1 6 7,5
2 2 17 21,25
3 3 57 71,25
Total 80 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang paling banyak adalah
sampel yang menggunakan biosolar selama 3 tahun yaitu sebanyak 57 orang
(71,25%) dan yang paling sedikit yaitu sampel yang menggunakan biosolar
4.2.4 Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan akan suatu produk. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara
total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan sehingga masyarakat akan
membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa produk dan mungkin pula
terhadap biosolar. Pendapatan masyarakat sampel dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 9. Komposisi Sampel Berdasarkan Pendapatan
No Pendapatan (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 1.300.000-3.000.000 60 75
2 3.000.001-5.000.000 17 21,25
3 > 5.000.000 3 3,75
Jumlah 30 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan yang paling tinggi adalah Rp
1.300.000- Rp 3.000.000 sebanyak 60 orang (75%) dan paling rendah adalah > Rp
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif
Sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif
diketahui dengan melihat jawaban- jawaban responden terhadap kuesioner yang
berisi pernyataan-pernyataan yang diberikan yaitu 12 pernyataan. Sikap dalam hal
ini merupakan suatu respon dalam wujud suka atau tidak suka terhadap suatu
objek tertentu. Sikap masyarakat bisa berupa positif dan negatif, jawaban Ya
diberi nilai 1, dan tidak diberi nilai 0. Dari jawaban setiap pernyataan akan
diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara
kumulatif dilihat deviansinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor
kemudian skor masing-masing responden dijumlahkan.
Sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1. Positif 59 73,75 %
2. Negatif 21 26,25 %
Jumlah Total 80 100%
Sumber :Data diolah dari lampiran 2
Berdasarkan pada Tabel 10 dapat diperoleh bahwa dari 80 responden
terdapat 59 orang (73,75%) responden yang menyatakan sikap positif terhadap
Biosolar sebagai energi alternatif dan sebanyak 21 orang (26,25%) responden
menyatakan sikap negatif. Secara keseluruhan sikap masyarakat kota Medan
Tabel 11. Jumlah Skor Pernyataan Kuisioner
Sumber: Data diolah dari lampiran 2
Dari tabel 11 diperoleh jumlah pernyataan yang umumnya positif adalah
pernyataan 2 yang menyatakan biosolar meningkatkan mutu dan kualitas mesin,
dan yang umumnya negatif adalah pernyataan 8 yang menyatakan biosolar dapat
disimpan dalam waktu yang lama.
5.2Hubungan faktor Sosial Ekonomi Responden dengan Sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai energi alternatif
Karakteristik sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap
responden adalah umur, pendidikan, lama menggunakan biosolar dan pendapatan.
Untuk mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi responden dengan sikap
masyarakat kota medan mengenai biosolar sebagai energi alternatif, maka di
analisis dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan nilai α =
5.2.1 Hubungan Umur Responden dengan Sikapnya mengenai Biosolar sebagai energi alternatif
Umur adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan
kerja dalam melaksanakan suatu kegiatan dan mengambil keputusan. Umur dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat produktivitas seseorang dalam bekerja
dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar
seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal.
Tabel 12. Hubungan Umur Responden dengan Sikapnya mengenai Biosolar sebagai energi alternatif.
No. Umur
(Tahun)
Sikap Responen Total
Positif Negatif
1. 20 – 64 Tahun 50 (74,63 %) 17 (25,37 %) 67 (83,75 %) 2. > 64 Tahun 9 (69,23 %) 4 (30,77 %) 13 (16,25 %)
Jumlah Total 59 (73,75%) 21 (26,25 %) 80 (100%) Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa pada kelompok umur produktif
20 –64 tahun, terdapat 50 orang (74,63%) yang bersikap positif dan terdapat 17
orang (25,37%) yang bersifat negatif. Pada kelompok umur non produktif >64
tahun terdapat 9 orang (69,23%) yang bersikap positif dan terdapat 4 orang
(30,77%) yang bersikap negatif.
5.2.2 Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Sikapnya mengenai Biosolar sebagai energi alternatif.
Cara berpikir seseorang akan dipengaruhi akan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan formal yang dimilikinya dalam melakukan suatu aktifitas dalam
melakukan kehidupannya sehari-hari. Demikian juga dengan responden yang
menjadi sampel di daerah penelitian ternyata 5% berpendidikan SMP, 37,5%
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan
sikap responden mengenai biosolar sebagai energi alternatif dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel 13. Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Sikapnya mengenai Biosolar sebagai energi alternatif.
No Tingkat Pendidikan Formal
Sikap Petani Responden Total Positif Negatif
Tabel 13 menunjukkan 4 orang (5%) responden yang tingkat pendidikan
formal sampai SMP (9 tahun) terdapat 2 orang (50%) bersikap positif dan 2 orang
(50%) yang bersikap negatif. Bagi responden yang pendidikan formalnya sampai
SMA (12 tahun) terdapat 26 orang (32,5%) dimana 20 orang (76,92%) yang
bersikap positif dan 6 orang (23,08%) yang bersikap negatif. Untuk responden
yang tingkat pendidikan formal sampai D3 (15 tahun) sebanyak 27 orang
(33,75%) dimana 18 orang (66,67%) yang bersikap positif dan 9 orang (33,33%)
yang bersikap negatif sementara responden yang memiliki tingkat pendidikan
formal sampai S1 (17 tahun) sebanyak 23 orang (28,75%) dimana 19 orang
(82,60%) bersikap positif dan 4 orang (17,40%) bersikap negatif terhadap biosolar
5.2.3 Hubungan Lama Menggunakan Biosolar (pengalaman) Responden dengan Sikapnya Terhadap Biosolar Sebagi Energi
Hubungan lama menggunakan biosolar (pengalaman) responden dengan
sikapnya terhadap biosolar sebagi energi adalah salah satu karakteristik sosial
ekonomi yang perlu diperhatikan dalam penentuan sikap responden terhadap
biosolar sebagai energi alternatif. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel 14. Hubungan Lama Menggunakan Biosolar (pengalaman) Responden dengan Sikapnya Terhadap Biosolar Sebagai Energi No Lama Menggunakan
Biosolar (Tahun)
Sikap Responden Total Positif Negatif
Berdasarkan pada Tabel 14 menunjukkan 6 orang (7,5%) responden yang
menggunakan biosolar selama 1 tahun terdapat 4 orang (66,67%) yang bersikap
positif dan 2 orang (33,33%) yang bersikap negatif terhadap biosolar sebagai
energi alternatif. Untuk responden yang menggunakan biosolar selama 2 tahun
terdapat 17 orang (21,25%) terdapat 13 orang (76,47%) yang bersikap positif dan
4 orang (23,53%) yang bersikap bersikap negatif terhadap biosolar sebagai energi
alternatif. Untukresponden yang menggunakan biosolar selama 3 tahun terdapat
57 orang (71,25%) terdapat 42 orang (73,68%) yang bersikap positif dan 15 orang
(26,32%) yang bersikap bersikap negatif terhadap biosolar sebagai energi
5.2.4 Hubungan Pendapatan Responden dengan Sikapnya Terhadap Biosolar Sebagai Energi Alternatif
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan akan suatu produk. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara
total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan sehingga masyarakat akan
membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa produk dan mungkin pula
terhadap biosolar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 15. Hubungan Pendapatan Responden dengan Sikapnya Terhadap Biosolar Sebagai Energi Alternatif
No Pendapatan (Rupiah)
Sikap Responden Total Positif Negatif
Berdasarkan pada Tabel 15 menunjukkan 60 orang (75%) responden yang
memiliki pendapatan di kisaran 1.300.000- 3.000.000 terdapat 44 orang (73,33%)
yang bersikap positif dan 16 orang (26,67%) yang bersikap negatif terhadap
biosolar sebagai energi alternatif. Untukresponden yang memiliki pendapatan di
kisaran 3.000.001- 5.000.000 terdapat 17 orang (76,47%) yaitu 13 orang (23,53%)
yang bersikap positif dan 4 orang (5%) yang bersikap bersikap negatif terhadap
biosolar sebagai energi alternatif. Untuk responden yang memiliki pendapatan
lebih besar dari 5.000.000 terdapat 3 orang (3,75%) yaitut 2 orang (66,67%) yang
bersikap positif dan 1 orang (33,33%) yang bersikap bersikap negatif terhadap
Untuk melihat erat atau tidaknya hubungan umur, tingkat pendidikan,
lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan responden dengan sikapnya
terhadap biosolar sebagai energi alternatif maka dianalisis dengan menggunakan
Korelasi Rank Spearman, hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 16. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan Umur, Tingkat Pendidikan, Lamanya menggunakan Biosolar dan Pendapatan Responden dengan Sikapnya mengenai Biosolar sebagai energi alternatif
rs t-tabel t-hitung
Umur -0,1925 1,9908 -1,732
Pendidikan -0,0503 1,9908 -0,4447
Lamanya menggunakan Biosolar 0,193 1,9908 1,7371
Pendapatan -0,0887 1,9908 -0,7864
Sumber: Data diolah dari lampiran 3,4,5,6
Pada Tabel 16 dinyatakan bahwa hasil analisis nilai rs umur= -0,1925 dan
thitung = -1,732 serta ttabel = 1,9908, data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Dari
uji statistika ini berarti dapat dinyatakan Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak
ada hubungan antara umur responden dengan sikapnya terhadap biosolar sebagai
energi alternatif. Maka, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan umur
responden dengan sikapnya terhadap biosolar sebagai energi alternatif adalah
ditolak.
Pada Tabel 16 dinyatakan bahwa hasil analisis nilai. rs = -0,0503 dan thitung
= -0,4447 serta ttabel = 1,9908. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Dari uji
statistika ini berarti dapat dinyatakan Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan sikapnya terhadap biosolar
sebagai energi alternatif. Maka, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
tingkat pendidikan responden dengan sikapnya terhadap biosolar sebagai energi
Pada Tabel 16 dinyatakan bahwa hasil analisis nilai. rs = 0,193 dan thitung =
1,7371 sertan ttabel = 1,9908. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Dari uji
statistika ini berarti dapat dinyatakan Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara lamanya menggunakan biosolar (pengalaman) responden dengan
sikapnya terhadap biosolar sebagai energi alternatif. Maka, hipotesis yang
menyatakan bahwa ada hubungan lamanya menggunakan biosolar (pengalaman)
responden dengan sikapnya terhadap biosolar sebagai energi alternatif adalah
ditolak.
Pada Tabel 16 dinyatakan bahwa hasil analisis nilai. rs = -0,0887 dan thitung
= -0,7864 serta ttabel = 1,9908. Data ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Dari uji
statistika ini berarti dapat dinyatakan Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara pendapatan responden dengan sikapnya terhadap biosolar
sebagai energi alternatif. Maka, hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan
pendapatan responden dengan sikapnya terhadap biosolar sebagai energi alternatif
adalah ditolak.
Dari hasil analisis diatas didapat bahwa seluruh karakteristik sosial
ekonomi yang diduga berhubungan dengan sikap responden yaitu umur,
pendidikan, lama menggunakan biosolar dan pendapatan responden tidak
menunjukkan adanya hubungan kepada sikap mereka terhadap biosolar sebagai
energi alternatif.
Untuk melihat ada atau tidak adanya perbedaan rata-rata antara kedua
kelompok umur, tingkat pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan
maka dianalisis dengan menggunakan Uji beda rata- rata Mann Whitney, hasilnya
dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 17. Uji Beda Rata Rata Kelompok Responden Rata Rata Skor
Sig. Kel 1 Kel 2
Umur 8,66 7,88 0,112
Pendidikan 8,41 7,95 0,401
Lamanya menggunakan Biosolar 8,08 8,17 0,923
Pendapatan 8,70 8,00 0,216
Sumber: Data diolah dari lampiran 2 dan 7
H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α (0,05) ; ( tidak ada perbedaan rata-rata
diantara kedua sampel)
H1 diterima jika nilai signifikansi < α (0,05) ; (terdapat perbedaan rata-rata antara
kedua sampel)
Dalam uji beda rata- rata skor responden, kelompok umur dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok umur 20- 40 tahun dan kelompok umur diatas 40
tahun. Dari tabel 17 dapat dilihat sig= 0,112 > α (0,05) sehingga H0 diterima yaitu
tidak ada perbedaan rata- rata kelompok umur 20- 40 tahun dengan kelompok
umur diatas 40 tahun.
Dalam uji beda rata- rata skor responden, kelompok tingkat pendidikan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok berpendidikan di bawah 12 tahun dan
kelompok berpendidikan diatas 12 tahun. Dari tabel 17 dapat dilihat sig= 0,401 >
α (0,05) sehingga H0 diterima yaitu tidak ada perbedaan rata- rata kelompok
berpendidikan di bawah 12 tahun dengan kelompok umur diatas 12 tahun.
Dalam uji beda rata- rata skor responden, kelompok lamanya
menggunakan biosolar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok yang lamanya
biosolar di atas 2 tahun. Dari tabel 17 dapat dilihat sig= 0,923 > α (0,05) sehingga
H0 diterima yaitu tidak ada perbedaan rata- rata kelompok yang lamanya
mengunakan biosolar 1-2 tahun dengan kelompok yang lamanya mengunakan
biosolar di atas 2 tahun.
Dalam uji beda rata- rata skor responden, kelompok pendapatan
responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok responden dengan
pendapatan ≤ UMK (Upah Minimum Kota) dan kelompok responden dengan
pendapatan > UMK. Dari tabel 17 dapat dilihat sig= 0,216> α (0,05) sehingga H0
diterima yaitu tidak ada perbedaan rata- rata kelompok responden dengan
pendapatan ≤ UMK (Upah Minimum Kota) dengan kelompok responden dengan
pendapatan > UMK.
Dari hasil analisis diatas didapat bahwa seluruh kelompok responden yang
diduga berhubungan dengan sikap responden yaitu umur, pendidikan, lama
menggunakan biosolar dan pendapatan responden tidak ada perbedaan rata-rata
antara kedua kelompok umur, tingkat pendidikan, lamanya menggunakan biosolar
dan pendapatan responden dengan sikapnya terhadap biosolar sebagai energi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Secara umum sikap masyarakat Kota Medan mengenai Biosolar sebagai
energi alternatif adalah positif dimana dari 80 responden terdapat 59
orang (73,75%) responden yang menyatakan sikap positif terhadap
Biosolar sebagai energi alternatif dan sebanyak 21 orang (26,25%)
responden menyatakan sikap negatif. Secara keseluruhan sikap
masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi adalah positif.
2. Tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi yang diduga
berhubungan dengan sikap responden yaitu umur, pendidikan, lama
menggunakan biosolar dan pendapatan responden terhadap sikap mereka
mengenai biosolar sebagai energi alternatif.
3. Tidak ada perbedaan rata-rata antara kedua kelompok umur, tingkat
pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan responden
dengan sikapnya terhadap biosolar sebagai energi alternatif
6.2 Saran
1. Kepada Masyarakat
Diharapkan kepada responden untuk memperhatikan inovasi atau
teknologi baru seperti biosolar sebagai energi alternatif agar memiliki
2. Kepada Pemerintah
- Sebaiknya pemerintah lebih berperan aktif dalam pengembangan
inovasi yang mengedepankan ekonomi dan teknologi yang berbasis
ramah lingkungan untuk seumber energi alternatif.
- Pemerintah hendaknya rutin memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang penggunaan energi alternatif dan inovasi-inovasi
baru melalui bidang terkait seperti Pertamina sebagai BUMN yang
dikelola oleh pemerintah sehingga bisa membuat pengetahuan
masyarakat semakin meningkat dan kehidupannya bisa lebih sejahtera
3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian
lanjutan mengenai sikap masyarakat terhadap biosolar sebagai energi
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous a, 2011. Penyaluran bio solar meningkat
Anonimous b, 2011. Penjualan BioSolar di Sumut Terus Meningkat
Anonimous c, 2011. Biodiesel
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Ban, A. W van den dan Hawkins. 2002 Penyuluhan Pertanian. Kanisius
Yogyakarta.
Barlina, R dan E. Manaroinsong. 2009. Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan
Bakar Nabati (BBN). Penerbit IPB Press. Bogor.
Harahap, R. 2012. Sikap Petani Terhadap Pilot Project Pertanian Terpadu.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Haryanto, B. 2002. Bahan Bakar alternatif Biodiesel ( Bagian I : Pengenalan ).
Penerbit Fakultas Teknik USU. Medan.
Krench, David dkk, 1996. Sikap Sosial. Penerjemah : Siti R, dkk, Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta
Muller, D.J. 1992. Mengukur Sikap Sosial. Bumi Aksara. Jakarta
Nadapdap, M. J. 2009. Analisis Karakteristik Biodiesel Berbahan Baku Minyak
Kelapa Sawit. Universitas Sumatera Utara. Medan
Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS ( Statistical Product and Service
Solution ). Mediakom. Yogyakarta.
Purwanto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sugiyono. A, 2006. Peluang Pemanfatan Biodiesel dari Kelapa Sawit Sebagai
Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Solar di Indonesia. Jurnal.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Penerbit CV Alfabeta.
Bandung
Tim WePe Pertamina, 2006. Biosolar. www.pertamina.co.id
Van Den Ban, A. W dan H. S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Yunizurwan, 2007. Analisis Potensi dan Peluang Ekonomi Biodiesel dari Minyak
Jarak Pagar ( Jatropha curcas L ) Sebagai Bahan Bakar Alternatif.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Yusnita, I dan A. Sudrajat. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia
Lampiran 1. Karakteristik Responden Msyarakat Kota Medan Mengenai Sikapnya Terhadap Biosolar Sebagai Energi Alternatif
Lampiran 2. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan No
Sampel
Skor Pernyataan Jumlah
Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman antara Pendidikan dengan Sikap Responden
Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman antara Lamanya Menggunakan Biosolar dengan Sikap Responden
Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman antara Pendapatan dengan Sikap Responden
Lampiran 7. Hasil Uji Beda Rata- Rata
Uji Beda Rata- Rata Kelompok Umur dengan Sikap Responden Ranks
Mann-Whitney U 562.000
Wilcoxon W 1993.000
Z -1.587
Asymp. Sig. (2-tailed) .112
a. Grouping Variable: kel umur
Uji Beda Rata- Rata Kelompok Pendidikan dengan Sikap Responden Ranks
kel pendidikan N Mean Rank Sum of Ranks
skor sikap penddiikan 12thn 34 43.00 1462.00
pnddikan >12thn 46 38.65 1778.00
Total 80
Test Statisticsa
skor sikap
Mann-Whitney U 697.000
Wilcoxon W 1778.000
Z -.841
Asymp. Sig. (2-tailed) .401
Uji Beda Rata- Rata Kelompok Lama Penggunaan Biosolar dengan Sikap Responden
Ranks
kel lama penggunaan N Mean Rank Sum of Ranks
skor sikap penggunaan 1-2thn 23 40.11 922.50
penggunaan diatas 2thn 57 40.66 2317.50
Total 80
Test Statisticsa
skor sikap
Mann-Whitney U 646.500
Wilcoxon W 922.500
Z -.097
Asymp. Sig. (2-tailed) .923
a. Grouping Variable: kel lama
penggunaan
Uji Beda Rata- Rata Kelompok Pendapatan dengan Sikap Responden Ranks
Mann-Whitney U 432.000
Wilcoxon W 2448.000
Z -1.237
Asymp. Sig. (2-tailed) .216
Lampiran 8.
Daftar Pernyataan Sikap Masyarakat Kota Medan Mengenai
Biosolar Sebagai Energi Alternatif
Karakteristik Responden
- Nama :
- Umur :
- Pendidikan :
- Pendapatan :
- Lama Menggunakan Biosolar :
Sikap Responden
Bagaimana menurut saudara tentang kegunaan biosolar sebagai sumber energi alternatif :
1. Penggunaan bahan bakar biosolar lebih irit a. Ya
b. tidak
2. Meningkatkan mutu dan kualitas mesin a. Ya
b. Tidak
3. biosolar mudah didapatkan di SPBU a. Ya
b. Tidak
4. Mengurangi asap hasil pembakaran dan ramah lingkungan. a. Ya
b. Tidak
5. Biosolar sebagai energi alternatif dapat dijadikan solusi permasalahan cadangan minyak bumi yang semakin habis a. Ya
b. Tidak
6. tidak perlu merubah atau memodifikasi mesin kendaraan untuk menggunakan bahan bakar biosolar.
a. Ya b. Tidak
7. Biosolar menghasilkan tenaga yang lebih besar dibandingkan solar murni
8. Biosolar dapat disimpan untuk waktu yang lama. a. Ya
b. Tidak
9. Penggunaan Biosolar tidak menimbulkan kelangkaan pangan akibat dialihkannya tanaman yang biasa dikonsumsi untuk dijadikan tanaman penghasil minyak nabati.
a. Ya b. Tidak
10.Biosolar sebagai energi alternatif sudah diketahui masyarakat secara luas.
a. Ya b. Tidak
11.Efisiensi penggunaan bahan bakar biosolar lebih tinggi dibandingkan dengan solar.
a. Ya b. Tidak
12. Harga biosolar lebih murah daripada solar murni. a. Ya