• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningitis Meningococcus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Meningitis Meningococcus"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

M EN I N GI TI S M EN I N GOCOCCUS

D r I SKAN D AR JAPARD I

Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Ba gia n Be da h

Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

Pe n da h u lu a n

Meningit is pyogenic akut m erupakan suat u respon inflam asi t erhadap infeksi bak t eria y ang m engenai pria dan arak hnoid. Tiga organism e ut am a y ang dapat m eny ebabk an m eningit is py ogenic adalah Diplococcus pneum onia, Neisseria m eningit is dan Haem ophilus influenzae .

I nsiden dari t y pe bak t eri peny ebab bervariasi m enurut um ur penderit a. Pada Neonat al ( 0- 2 bula) bak t eri peney bab m eningit is adalah St rept ococcus Group B. E. Coli, St aph. Aureus, Ent erobact er dan pseudom onas. Pada anak - anak sering disebabkan oleh Haem ophilus influenzae, N. Meningit idis dan S. pneum oniae. Pada dew asa m uda ( 6- 20 t ahun) yait u N. m eningit idis. S. pneum onia dan H. influenzae. Sedangkan pada dew asa ( > 20 t ahun) adalah S. pneum onia, N. Meningit idis, St erpt ococcus dan St aphylococcus

Set elah dit em uk anny a ant ibiot ik, bagaim anaupun angk a m ort alit as dari m eningit is py ogenic relat if t idak m engalam i perubahan, angk a m ort alit as pada pasien y ang di obat ai adalah sek it ar 10% . Angk a m ort alit as di AS pada suat u survey epidem iologik secara prospekt if dari t ahun 1978 adalah: unt uk H. influenzae 6,0% , N. m eningit idis 10.3% dan S. pneum oniae 26.3% ( schlech dk k , 1985) . Pada suat u st udi klinik m em perlihat kan insidens dari sequelle neurologis pada lebih dari 50% k asus orang dew asa ( Alvon dk k , 1979; Bohr dk k , 1984) dan lebih dari 30% pada anak - anak ( Sell dk k , 1972) , 10% daripadany a dengan t uli sensorineural y ang perm anen ( Dodge dk k , 1984) . Angk a k em at ian pada k asus y ang t idak diobat i adalah sebesar 75- 100% , 50- 90% .

Epide m iology

I nfek si m eningococcus dapat t erj adi secara endem ik m aupun epidem ik. Secara k linis k eduany a t idak dapat dibedak an, t et api serogroup dari st rain y ang t erlibat berbeda. Kasus endem ik pada negara- negara berkem bang disebabk an oleh st rain serogroup B yang biasanya m enyerang usia dibaw ah 5 t ahun, kebanyakan kasus t erj adi pada usia ant ara 6 bulan dan 2 t ahun. Kasus epidem ik disebabkan oleh st rain serogroup A dan C, yang m em punyai kecendrungan unt uk m enyerang usia y ang lebih t ua. Lebih dari set engah k asus m eningococcus t erj adi pada um ur ant ara 1 dan 10 t ahun. Penyakit ini relat if j arang didapat kan pada bayi usia ≤ 3 bulan. Kurang dari 10% t erj adi pada pasien usia lebih dari 45 t ahun. Di AS dan Finland, ham pir 55% kasus pada usia dibaw ah 3 t ahun selam a keadaan nonepidem ik, sedangkan di Zaria, Negeria insiden t ert inggi t erj adi pada pasien usia 5 sam pai 9 t ahun.

(2)

daerah Sub- saharan Meningit is Belt ( Upper v olt a, Dahom ey , Ghana dan Mali di barat , hingga Niger, Nigeria, Chad, Sudan di t im ur) di m ulai pada m usism panas/ w int er dry season ( Novem ber- Desem ber) ,m encapai puncak ny a pada ak hir April- aw al Mei, saat angin gurun Harm at t an berkepanj angan dan t ingginya suhu udara sepanj ang hari; diakhiri secara m endadak dengan dim ulainya m usim penghuj an. Walaupun t erpaparnya populasi yang rent an t erhadap st rain baru yang virulen m ungkin m erupak an peny ebab epidem ik, beberapa fak t or lain t erm asuk lingk ungan y ang padat penduduk, adanya kum an saluran nafas pat hogen lain, hygiene yang rendah dan lingkungan yang buruk m erupakan pencet us unt uk t erj adinya infeksi epidem ik.

I nfeksi N. m eningit idis sem at a- m at a hanya m engenai m anusia. Telah t erbukt i bahw a t idak didapat k an adany a host ant ara, reservoar at au t ransm isi dari hew an k e m anusia pada infeksi M. m eningit idis. Nasofarings m erupakan reservoar alam i bagi m eningococcus, t ransm isi dari kum an t ersebut t erj adi lew at saluran pernafasan ( airbone droplet s) , sert a k ont ak sepert i dalam k eluarga at au sit uasi recruit t raining. Pada suat u st udi y ang dilak uk an oleh Art enst ein dk k , didapat k an bahw a sebagian besar part ikel dari droplet saluran nafas m engandung m eningococcus. Meningococcus bisa didapat k an pada k ult ur dari nasofaring dari m anusia sehat , k eadaan ini disebut carrier. Hal t ersebut dapat m eningeal t ergant ung k epada kem am puan dari kapsel polisakarida unt uk m engham bat akt ivit as sist im kom plem en bakt erisidal yang klasik dan m enginhibisi phagosit osis neut rophil. Akt ivasi dari sist im kom plem en m erupakan hal yang sangat pent ing dalam m ekanism e pert ahanan t erhadap infeksi N. m eningit idis. Pasien dengan defisiensi dari kom ponen t erm inal kom ponen ( C5, C6, C7, C8 dan m ungkin C9) m erupakan resiko t inggi unt uk t erinfeksi Neisseria ( t erm asuk N. Meningit idis) .

M e n in ge a l I n va sion

Mek anism e dari inv asi bak t eri k edalam ruang subaracnoid m asih belum diket ahui. Salah sat u fakt or yang berperan m ungkin adalah j um lah/ konsent rasi bakt eri dalam darah. Virulensi kum an m ungkin m erupakan fakt or yang pent ing didalam invasi bakt eri kedalam CNS. Pelepasan lipopolisakarida dari N. Meningit idis m erupakan salah sat u fakt or yang m enent ukan pat ogenit as organism e ini. Set elah t erj adi inv asi k edalam ruang subarak hnoid, bak t eriem ia sek under dapat t erj adi sebagai ak ibat dari proses supurat iv e lok al dalam CNS.

M e k a n ism e pe r t a h a n a n dida la m r u a n g su ba r a k h n oid.

Jik a bak t eri m eningael pat ogen dapat m em asuk i ruang subarak hnoid,m ak a berart i m ek anism e pert ahanan t ubuh t idak adequat . Pada um um ny a didalam CSF y ang norm al k adar dari beberapa k om plem en adalah negat if at au m inim al. I nflam asi m eningael m engakibat kan sedikit peningkat an konsent rasi kom plem en. Konsent rasi k om plem en ini m em egang peranan pent ing dalam opsonizat ion dari enk apsulat ed m eningael pat ogen, suat u proses yang pent ing unt uk t erj adinya phagosit osis. Ak t ifit as opsonik dan bak t erisidal t idak didapat k an at au ham pir t idak t erdet eksi pada pasien dengan m eningit is.

I n du k si in fla m a si r u a n g su ba r a k h n oid.

(3)

Pe r u ba h a n da r i sa w a r da r a h ot a k .

Perubahan dari perm eabilit as saw ar darah ot ak m erupakan akibat dari vasogenic cerebral udem , peningkat an volum e CSF, peningkat an t ekanan int rakranial dan k ebocoran prot ein plasm a k e dalam CSF.

Pe n in gk a t a n t e k a n a n in t r a k r a n ia l

Peningk at an t ek anan int rak ranial m erupak an ak ibat dari k om binasi k eadaan udem cerebri, peningkat an volum e CSF dan peningkat an dari volum e darah cerebral.

Pe r u ba h a n da r i ce r e br a l blood flow

Abnorm alit as dari cerebral blood flow disebabk an oleh peninggian t ek anan int ra k ranial, hilangny a aut oregulasi, v askulit is dan t rom bosis dari art eri, v ena dan sinus cerebri.

Menurut Hardm an ( 1968) , k elainan pat hologis ut am a y ang didapat k an pada infek si m eningococcus adalah m y ocardit is, m eningit is dan perdarahan ( cut aneous, m uscosal, serosal dan adrenal) . Derj at m yocardit is bervariasi dari neut rophilic inflam at ory infilt rat e hingga m ult iple infilt rat e dengan nekrosis m iokardial. Disekit ar j ant ung t erdapat ak ut v ask ulit is dengan perdarahan. Pada infilt rat m ungk in t erlihat bak t eri gran negat if int raseluler. Sering dit em uk an bendungan dan udem paru sert a effusi pleura, dan k em ungk inan berm anifest asi sebagai gagal j ant ung. My ocardit is didapat k an pada 85% pasien dew asa dan 57% pada pasien bay i dan anak ( Hardm an, 1968)

Perdarahan t erj adi pada beberapa organ, bervariasi dari pt ek hial hingga purpura. Secara m ik rosk opis, k arak t erist ik didapat k an v askulit is ak ut dan k adang- k adang t im bunan fibrin pada art eriol dank apiler.

Kelainan CNS berupa inflam asi pada lept om eningen dan periv ascular space, v askulit is ak ut dan k adang- k adang deposit fibrin int ralum inal pada v ena- v ena k ecil m eningael. Bila t erdapat encephalit is, bervariasi dari invasi perivasculer fokal hingga infilt rasi parenchy m al diffuse; t et api pem bent uk an abses j arang didapat k an.

Berdasark an eksperim en dan k elainan pat ologis y ang didapat , dapat disim pulk an bahw a paling sedik it t erdapat 2 m ek anism e y ang t erlibat didalam pat higenesis infeksi m eningococcus, yait u efek endot oksin dan kom pleks ant igen ant ibodi. Endot oksin ( lipopolyscchar ide0 adalah yang ber t anggung j aw ab t er hadap shock ( udem paru, gagal j ant ung dan perdarahan adrenal) dan DI C y ang t erlihat pada sept ik em ia ak ibat infek si. Vasculit is dan art hrit is disebabk an oleh adany a deposit ant igen ant ibodi k om plek s.

Ga m ba r a n Klin is

Meningococcus bakt er iem ia m er upakan akibat dar i invasi bakt er i kedalam blood st ream pada infeksi nasofaring. Keadaan m eningococcem ia yang lebih berat berupa sepsis, endot ak sem ia, shoack, DI C dan Wat erhouse Friderick son syndrom e dengan perdarahan adrenal. Pada shock syndrom e y ang disebabk an oleh m eningococcem ia, vascular collapse berkem bang dengan cepat m enyebabkan k em at ian dalam beberapa j am . Sit uasi let hal ini disebabk an k arena ak ibat m y ocardit id dan v asculit is.

(4)

m eningococcus dengan yang lainnya. Lesi yang paling sering berupa pet echial at au purpura, m asim g- m asing lesi beruk uran ant ara 1 sam pai 15 m m . Hal ini biasany a didahului oleh suat u m ak ular rash, adpat pula t im bul lesi m ak ulopapular. Pada infek si y ang berat dapat berkem bang m enj adi suat u lesi ekim osis dan bila lesi sangat besar dan ulserat if, m ungk in m em erluk an suat u skin graft set elah infek si t erat asi. Pasien m eningit is dengan DI C dan shock labih sering disert ai dengan skin rash berupa purpura/ ekim osis. Lesi kulit ini t im bul 5- 9 hari set elah onset infeksi berupa lingk aran berw arna gelap dengan bagian t epi y ang lepuh/ lecet sebesar 1- 2 cm ., dalam 24 j am t erbent uk bulla yang st eril yang akan m enj adi ulcerasi dan akan sem buh dengan cepat . Pada pasien didapat k an sat u at au lebij lesi y ang sering t erj adi pada daerah dorsum dari t angan, at au pada k ak i dandaerah delt oid. Secara hist ologis lesi set ril ini adalah suat u alergic vasculit is, yang m enurut w hit t le dkk ( 1973) m erupak an deposit k om plek s ant igen ant ibodi. Adany a suat u DI C harus dipert im bangk an bida t erdapat ekim osis at au hem orrhagic bullae y ang besar.

Meningococcm ia kronis m erupakan varian yang j arang berupa febris yang rek uren, rash, m igrat ory art hralgia, m y algia dan t ok sisit as y ang m inim al. Rash biasany a berupa m ak ulopapular t erut am a pada ekst rem it as, t et api dapat pula berbent uk nodular dan pet ek hial. Pada biopsi didapat k an lesi y ang am at berbeda dari m eningococcem ia akut , berupa infilt rat m ononuklear perivaskuler sert a t hrom bosis vaskuler, nekrosis dan infilt rat granulosit .

Manifest asi cardial m erupakan m anifest asi klinis yang j arang dit em ukan pada infeksi m eningococcus, m eningococcus kadang- kadang m enyebabkan endokardit is, pericardit is baik serous at au purulen dapat t im bul dengan at au t anpa gej ala sist em ik. My ocardit is didapat k an pada 78% dari k asus m eningococcus y ang fat al.

Art hrit is didapat k an ham pir 10- 20% pasien dengan infek si m eningococcus, biasany a t im bul 1- 10 hari set elah onset dari gej ala bak t eriem ia dan berlangsung sek it ar 1 m inggu.

Kom plik a si

Kom plikasi sert a sequelle yang t im bul biasanya berhubungan dengan proses inflam asi pada m eningen dan pem buluh darah cerebral ( kej ang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) sert a disebabkan oleh infeksi m eningococcus pada organ t ubuh lainny a ( infeksi okular, art hrit is, purpura, pericardit is, endocardit is, m yocardit is, orchit is, epididym it is, album inuria at au hem at uria, perdarahan adrenal) . DI C dapat t erj adi sebagai k om plikasi dari m eningit is. Kom plikasi dapat pula t erj adi k arena infek si pada saluran nafas bagian at as, t elinga t engah dan paru- paru, Sequelle biasany a disebabk an k arena k om plikasi dari nervous syst em .

D ia gn osa

(5)

D iffe r e n t ia l D ia gn osa

Meningit is m eningococcus harus dibedakan dengan penyebab ut aka lainnya pada anak - anak , y ait u hem iphit us influenza dan st rept ococcus dapat dit egak k an. Bila rash t idak didapat k an, diagnosa harus berdasark an gram - st ain dari CSF dan pem erik saan laborat orium lainny a.

Pada k eadaan nonepidem ii, beberapa infek si v iral dan rik et sial harus dipert im bangk an dalam differenst al diagnosa. Rash dan at hlargia didapat k an pada infek si rubella, pada infek si picorna v irus ( t erut am a cox sack ie dan ECHO v irus) dapat t im bul rash, dan sering m eny ebabk an m eningit is asept ik . Lept ospirosis dapat m em puny ai beberapa gam baran k linis y ang m irip dengan infek si m eningococcus.

Terdapat 2 infek si bak t erial y ang m iripdgn infek si m eningococcus. Gonococcal bact eriem ia pada um um nya lebih ringan dibandingkan dengan m eningococcus bact eriem ia,k arak t erist ik berupa erupsi m ak ulopapular dan dem am , t et api gam baran purpura dan collapse t idak dit em uk an. Morax ella uret hralis dapat m eney babk an febris, erupsi kulit dan m eningit is.

Pe m e r ik sa a n La bor a t or iu m

Gam baran laborat orium dari infek si m eningococcus adalah sepert i um uny a infek si py ogenic berupa peningk at an j um lah leuk osit sebesar 10.000 sam pai 30.000/ m m3 dan erit rosit sedim ent at ion. Pada urine dapat dit em uk an album inuria, cast s dan sel darah m erah. Pada kebanyakan kasus, m eningococcus dapat dikult ur dari nasofaring, dari darah dit em uk an lebih dari 50% dari k asus pada st adium aw al, sert a dari lesi k ulit dan CSF. CSF k ult ur m enj adi st eril pada 90- 100% k asus y ang diobat i dengan ant im ik robal t erapi y ang apropiat e, m eskipun t idak t erdapat perubahan y ang signifikan dari gam baran CSF. Pada pasien m eningit is, pem erik saan CSF dit em uk an pleosit osis dan purulen. Walaupun pada fase aw al dapat predom inan lym phocyt ic, dlam w akt u yang singkat m enj adi granulocyt ic. Jum lah sel bervariasi dari 100 sam pai 40.000 sel/ ul. Tek anan CSF m eningk at biasany a ant ara 200 dan 500 m m H2O. prot ein sedik it m eningk at dan k adar gluk osa rendah biasany a dibaw ah 20

m d/ dl. Pem eriksaan gram st ain dari CSF dan lesi pet echial, m enunj ukkan diplococcus gram negat if. Diagnosa past i didapat k an dari k ult ur CSF, cairan sendi, t enggorok an dan sput um . Kult ur dapat posit if pada 90% k asus y ang t idak diobat i. Count er I m m uno elekt rophoresis ( CI E) dapat m endet eksi sirculat ing m eningococcal ant igen at au respon ant ibodi. Pada k asus dengan gam baran CSF y ang k has t api gram st ain negat if, dapat dilak uk an pem erik saan lat ex aglut inat ion t est unt uk ant igen bak t eri. Sensit ivit as dari t est ini sek it ar 50- 100% dengan spesifisit as y ang t inggi. Bagaim anapun t est yang negat if belum m enyingkirkan diagnosa m eningit is yang disebabkan oleh m eningococcus. Polym erase chain react ion dapat digunakanunt uk pem eriksaan DNA dari pasien dengan m eningit is m eningococcus dengan sensit ivit as dan spesifisit as.

Te r a pi

(6)

Terapi suport ive sepert i m em elihara st at us hidrasi danoksigenasi harus diperhat ikan unt uk k eberhasilan t erapi. Unt uk DI C, beberapa penulis m erek om endasikan pem berian heparin 5000- 10.000 unit diberik an dengan pem berian cepat secara int rav ena dan dipert ahank an pada dosis y ang cuk up unt uk m em perpanj ang clot t ing t im e danpart ial t hrom boplast in t im e m enj adi 2 at au 3 k ali harga norm al. Unt uk m engont rol kej ang diberikan ant iconvulsan. Pada udem cerebri dapat diberik an osm ot ik diuret ik at au cort icost eroid, t et api hany a bila didapat k an t anda aw al dari im pending herniasi.

Pr ogn osa

Angk a m ort alit as pada k asus y ang t idak diobat i sangat bervariasi t eragnt ung daerah opidem ik, biasany a berkisar ant ara 50- 90% , 75- 100% . Dengan t erapi sat ini, angk a m ort alit as sek it ar 10% , dan insiden dari k om plikasi dan sequelle rendah. Fak t or y ang m em pengaruhi prognosa adalah usia pasien, bact eriem ia, k ecepat an t erapi, k om plikasi dank eadaan um um dari pasien sendiri. Fat alit y rat e y ang rendah t erlihat pada kelom pok usia ant ara 3 dan 10 t ahun. Angka m ort alit as yang t inggi didapat k an pada infant , pasien dew asa dengan k eadaan um um y ang buruk , dan pasien dengan perdarahan adneral y ang ext ensive.

Pe n ce ga h a n

1 . I m u n isa si

Vaksin m eningococcus sangat pent ing unt uk epidem is cont rolling di negara k et iga dim ana selalu t erdapat infek si m eningococcus group A, dengan epidem i set iap beberapa t ahun. I m unit as yang didapat t idak bert ahan selam anya, dan akan berkurang dalam 3- 5 t ahun set elah vaksinasi. Polisakarida grup C m enghasilkan respon im m un yang lebih rendah dibandingk an dengan polisak arida grup A, dan m em puny ai efek im m unogenik yang am at rendah pada anak dibaw ah usia 2 t ahun. I m m unoprofilaksis t erhadap infeksi m eningococcus m enggunakan vaksin polisakarida quadriv alent ( seregrup A, C, Y dan W 135) . Pada infant , hany a k om ponen vaksin m eningococcus grup A yang m enghasilkan prot ekt if ant ibodi. Vaksinasi hanya direkom endasikan unt uk individu dengan resiko t inggi, t erm asuk pengunj ung negara dengan penyakit hiperendem ik at au epidem ik, pada k eadaan ledak an y ang disebabk an oleh serogrup y ang t erdapat dalam v ak sin, orang- orang dalam barak m ilit er, dan orang- orang dengan resiko t inggi berupa defisiensi k om ponen t erm inal k om plem en sert a indiv idu y n t elah m engalam i splenect om y .

Pada negara berkem bang, peny ebab infek si m eningococcus adalah dari serogrup B. Kapsul polisak arida dari organism e ini m em puny ai im m unogenisit as y ang sangat rendah, sebab ant i- B polisak arida ant ibodi t idak bersifat bakt erisidal di dalam kom plem en m anusia. Unt uk m eningkat kan im m unogenisit as dari polisak aridal serogrup B, t elah dik em bangk an suat u polisakarida prot ein conj ugat e vaksin yang serupa dengan conj ugat e vaksin haem ophilus influenzae t ype B.

Sa a t in i t e r da pa t 3 m a ca m con j u ga t e v a k sin ya it u :

a. HbOC, dim ana prot ein carrier berasal dari non t ok sigenik m ut ant dari t ok sin dipht eria y ang berik at an dengan rant ai pendek oligosaccharida/ OC dari polyribosylribit olphospat e/ PRP kasul polisakarida haem ophilus influenzae t ipe B.

(7)

c. PRP- D, berisi t ok soid dipht eria y ang berik at an dengan rant ai sedang PRP polym er

Berdasark an rek om endasi dari I m m unizat ion Pract ice Adv isory Com m it t ee ( 1991) dan Com m it t ee on I nfect ious Disease of t he Am erican Academ y of Pediat rics ( 1991) , penggunaan v ak sin t ersebut adalah sabagai berik ut :

a. Seluruh bayi di im unisasi Hib conj ugat e vaksin ( Hb- OC at au PRP- OMP) , dim ulai pada usia 2 bulan. Pem berian dari v ak sin dim ulai sat 6 m inggu. Pem berian im unisasi dapat bersam aan dgnj adw al im unisasi lain sepert i DPT, Polio dan MMR. Vak sin diberik an secara int ram usk ular pada t em pat yang berbeda dengan m enggunakan syringe yang berbeda.

b. Bila m enggunak an Hb- OC, pada infant usia 2- 6 bulan diberik an 3 dosis dengan selang paling sedik it 2 bulan. I nfant usia 7- 11 bulan diberik an 2 dosis dengan selang paling sedik it 2 bulan sebelum m encapai usia 15 bulan. Boost er diberik an saat usia 15 bulan paling sedik it 2 bulan set elah dosis t erak hir. Bila m enggunak an PRP- OMP, pada infant usia 2- 6 bulan diberik an 2 dosis degan selang 2 bulan, dan boost er diberik an saat berusia 12 bulan. Anak usia 7- 11 bulan diberik an 2 dosis dengan selang 2 bulan, sedangk an anak usia 12- 14 bulan diberik an single dose, pada k edua k elom pok t ersebut boost er diberik an saat usia 15 bulan, paling sedik it 2 bulan set elah dosis t erak hir.

Pada kelom pok usia dew asa diberikan single dose secara subcut an. Vaksinasi ini m em berikan perlindungan t erhadap penyakit sebesar 90% , t et api t idak cuk up pot ent unt uk m engurangi k asus carrier.

2 . Ch e m opr oph y la x is

Resik o dari m eningit is paad k ont ak k eluarga sek it ar 4 dalam 1000, k urang lebih 500 sam pai 1000 k ali lipat dibandingk an dengan populasi secara um um , dan resiko akan m eningkat pada anak- anak. Resiko unt uk t erkena m eningit is m enj adi t inggi segera set elah kont ak dengan penderit a, dim ana k ebany ak an k asus t im bul pada m inggu pert am a set elah k ont ak , paling lam bat dalam 2 bulan. Pada k asus dengan penderit a, secepat ny a harus diberik an chem oprophy lax is. Kont ak didefinisik an sebagai k eluarga, peraw at y ang k ont ak dengan sek ret oral dari pasien dan pet ugas k esehat an y ang m elakukan t indakan resusit as m out h t o m out h secara langsung.

Ch e m opr ofila x is m e n in git is m e n in gococcu s:

An t ibiot ik

D osis

Rifam pin ( Oral)

Dew asa : 600 m g set iap 12 j am selam a 2 hari Anak ( > 1 t ahun) : 10 m g/ KgBB set iap 12 j am selam a 2

hari

Anak ( < 1 t ahun) : 5 m g/ KgBB set iap 12 j am selam a 2 hari

Ceft riaxone ( I M)

Dew asa: 250 m g Anak : 125 m g Ciprofloxacin

( oral)

750 m g

Sulfisoxazole ( Oral)

Dew asa: 1 g set iap 12 j am selam a 2 hari

(8)

Pe n u t u p

Telah dibicarakan m engenai m eningit is yang disebabkan oleh N. Meningit idis. Ket epat an dalam m endiagnosa dank ecepat an pem ebrian t erapi y ang adequat dapat m enek an angk a m ort alit as sert a gej ala sisa y ang t im bul k em udian. Peny ak it ini dapat dicegah dengan m em perhat ik an fak t or epidem iologi dan pem berian v ak sinasi sert a chem oprofilak sis pada indiv idu dengan resik o t inggi.

D AFTAR PUSTAKA

Gilr oy J M D . Basic neurology. 2nd ed. Singapore : McGraw Hill, 1992; 16

M a lcolm SA. Meningococcal m eningit is, I n Vinken PJ ( ed) . Handbook of clinical

neurology . Vol. 33. Am st erdam : Nort h Holland, 1978; 2: 21- 30

Ka r e n L. Ross, e t a ll. Acut e bact erial m eningit is in children and adult s, I n Scheld

WM ( ed) . I nfect ion of t he cent ral nervous syst em . New York ; Raven Press, 1991: 16; 335- 409

H odge s JR, M it ch e ll RG. Bact erial ( pyogenic) m eningit is, I n Sw ash M. ( ed) . Clinical

neurology vo. 1. London: Churchill Livingst one, 1991: 853- 57

Tu n k e l AR, Sch e ld W M . Bact erial infect ions in adult , in Asbury AK, Mc Khan GM

( Ed) . Disease of t he nervous syst em clinical neurobiology. 2nd ed, Philadelphia: WB Saunders, 1992; 100: 1340- 49

M ille r JR, Ju be lt B. I nfect ions of t he nervous syst em , I n Row land LP ( Ed) .m errit t ’s

t ext book of neurology, 9t h ed. Balt im ore : William s&Wilkins, 1995: 3: 108- 110

Roos KL. M e n in git is, v ol.4. New York : Oxford Universit y Press, 1996, 2:

6-17; 7: 109- 13; 116- 18

W a lt on J. Brain’s disease of t he cent ral nervous syst em . 9t h ed. New York ; Oxford Universit y , 1985; 6: 240- 42

Pa t t e n J. Neurological different ial diagnosis. 2nd ed. New York: Springer Verlag, 1996: 430- 31

Referensi

Dokumen terkait

4) Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam satu kalimat. Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat

Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak

Berdasarkan hasil observasi di SMAN 13 Bandar Lampung diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas X pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia pada tahun pelajaran 2010/2011

Although at this study the independent variable (Brand awareness, Consumer Attitude toward Script, Endorser, and Product Placement) have a good relation

Teringat juga kenangan manis apabila air mata ini begitu mudah mengalir apabila ada anak murid miskin yang bersusah payah mencarikan 'hadiah' sebagai ucapan terima kasih

[r]

Sedangkan langkah penting yang harus dilakukan adalah mengembangkan kegiatan ekonomi yang baru yang dapat mempercepat informasi kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional

Mengingat akan pentingnya rencana pembangunan dalam dimensi jangka menengah, serta memenuhi ketentuan Pasal 19 ayat (3) Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang