• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Ekonomi Daerah Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Sebelum dan Sesudah Pemekaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Ekonomi Daerah Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat Sebelum dan Sesudah Pemekaran"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAMPIRAN I

Tahun kemiskinan Angka

Melek Huruf PDRB Perkapita

(3)

Provinsi Sumatera Barat

Tahun Kemiskinan Angka Melek

Huruf

PDRB Perkapita

Pertumbuhan

Ekonomi IPM

2000 11.53% 94,01% 5402,52 3,45% 65,48%

2001 15.16% 99,81% 5536,07 3,66% 66,25%

2002 11.57% 95,10% 5695,61 4,69% 67,50%

2003 11,24% 95,54% 5908,29 5,26% 69,80%

2004 10,46% 95,73% 6080,56 5,47% 70,50%

2005 10,89% 96% 6386,04 5,73% 71,19%

2006 12,51% 96% 6715,77 6,14% 71,65%

2007 11,90% 96,10% 6629,01 6,34% 72,23%

2008 10,57% 96,66% 7414,25 6,88% 72,96%

2009 9,45% 96,81% 7645,45 4,28% 73,44%

2010 9,44% 97,09% 7986,61 5,94% 73,78%

2011 8,99% 97,16% 8730,67 6,26% 74,28%

2012 8,00% 97,23% 8784,81 6,38% 74,70%

2013 7,56% 97,38% 9205,61 6,18% 75,01%

(4)

LAMPIRAN II

2. Hasil Uji Paired Sample t-test

OUTPUT UNIVARIAT

*. This is a lower bound of the true significance.

UJI WILCOXON

Asymp. Sig. (2-tailed) ,053 a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

(5)

WILCOXON

Asymp. Sig. (2-tailed) ,910 a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

KENORMALAN PDRB

*. This is a lower bound of the true significance.

UJI T DEPENDENT

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 PDRB Sijunjung 5968,92 15 1021,936 263,863 PDRB dharmasraya 5308,34 15 984,557 254,212

(6)

PERTUMBUHAN EKONOMI

Asymp. Sig. (2-tailed) ,005 a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

*. This is a lower bound of the true significance.

(7)

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Indeks pembangunan

Manusia Sijunjung

15 67,95 4,009 62 73

Indeks pembangunan Manusia dharmasraya

15 45,31 33,226 0 71

Test Statisticsb

Indeks pembangunan

Manusia dharmasraya -

Indeks pembangunan

Manusia Sijunjung

Z -3,408a

(8)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Amalia, Lia, 2007. Ekonomi Pembangunan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2015. Sumatera Barat dalam Angka 2005-2014, BPS, Padang.

_______, 2015. Sijunjung dalam Angka 2005-2014, BPS, Sijunjung.

Badan Perencanaan Kabupaten Sijunjung, 2008. Kabupaten Sijunjung dalam

Angka 2008, BPS, Sijunjung.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Dharmasraya, 2006. Profil

Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006-2010, BAPPEDA, Dharmasraya. _______, 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah 2005-2025,

BAPPEDA, Dharmasraya.

Humaidi SP M.Si, 2013. Inovasi Kelembagaan TKPK dan Anggaran, TKPK Kabupaten Dharmasraya, Dharmasraya.

Sirojuzilam, 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Bandung

Sukirno, Sadono, 1976. Beberapa Aspek dalam Persoalan Pembangunan Daerah, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Tarigan, Robinson, 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi), Bumi Aksara, Jakarta.

_______, 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta.

Tarmizi, Hasan Basri, 2013, Pertumbuhan Ekonomi dan Implikasinya, USUpress, Medan.

ARTIKEL DAN JURNAL:

Rachim, Ratri Furry P, dan Hadi Sasana, 2013. “Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah Terhadap Kinerja Ekonomi dan Kinerja Pelayanan Publik di Kota Serang”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 2 Nomor 3, hal 1 – 13. Riani, Ida Ayu P, dan David Kaluge, 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja

(9)

Susanti, 2014. “Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten Lampung Utara”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 3 Nomor 2.

Syahputra, Ade A.F, 2011. “Dampak Pemekaran Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Terhadap Kesejahteraan Masyarakat”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tiffani, Mutia Karina, 2013. “Analisis Komparasi, Konvergensi, Aglomerasi, dan Kinerja Ekonomi Daerah Pada Daerah Pemekaran ( Studi Kasus Pemekaran Kabupaten Bengkalis – Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau )”,

Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarticara atau jalan yang ditempuh. Metode berhubungan dengan cara kerja untukdapat memahami objek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian.

Fungsi penelitian pada dasarnya adalah untuk memberikan penjelasan danjawaban atas suatu permasalahan serta mencari alternatif lain dalam pemecahanmasalah. Untuk melakukan pemecahan masalah harus menggunakan cara ilmiahyang rasional, empiris, dan sistematis (Sugiyono: 2009).

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat angka atau bilangan. Data-data yang diambil akan membantu dalam penyajian hasil penelitian nantinya. Penulis juga menggunakan metode penelitian deskriptif yang mendeskripsikan fenomena beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul yang diberikan, maka lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat. Dimana waktu penelitian untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan judul dilakukan pada bulan November-Januari 2016.

3.3 Batasan Operasional

(11)

Tingkat Kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi (PE), serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Dharmasraya dan Sijunjung sebagai variabel independen (X). Selanjutnya analisis kedua untuk melihat adakah pengaruh Tingkat Kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), PDRB Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi (PE), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Kinerja Ekonomi dan Sosial Daerah Kabupaten Dharmasraya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 2000-2014.

3.4 Defenisi Operasional

1. Kinerja Ekonomi Daerah adalah sebuah keadaan dimana kondisi perekonomian yang dibangun oleh sebuah pemerintahan dapat ditunjukkan. Kinerja ekonomi daerah dapat digunakan apakah sebuah daerah mampu melaksanakan tujuan awal diberlakukannya otonomi daerah.

2. Tingkat kemiskinan adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di masing-masing kecamatan kabupaten Dharmasraya dan Sijunjung tahun 2000-2014 (dalam satuan persen)

(12)

4. PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah. 5. Pertumbuhan Ekonomi didefenisikan sebagai proses perubahan kondisi

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk pendapatan nasional 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) didefenisikan oleh suatu kondisi

yang memperlihatkan keadaan standar kehidupan masyarakat sebagai rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, serta pengeluaran perkapita masyarakat.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat, BPS Kabupaten Dharmasraya dan BPS Kabupaten Sijunjung. Selain itu data-data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari jurnal-jurnal, buku-buku bacaan, dan situs-situs yang berkaitan dengan penelitian ini. Berdasarkan kurun waktunya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah times series (tahunan), dengan kurun waktu 2000-2014 (sampel data 15 tahun).

3.6 Metode Pengumpulan Data

(13)

kepustakaan, seperti tulisan ilmiah, jurnal dan laporan penelitian ilmiah terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian dalam skripsi ini.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan data Tingkat Kemiskinan, Angka Melek Huruf, dan Pertumbuhan PDRB Perkapita, Pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mulai tahun 2000-2014 di kabupaten Dharmasraya dan kabupaten Sijunjung.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah :

1. Uji beda dengan menggunakan metode Compare Means uji t-statistik (

peired sample t-test), untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam

satu grup. Analisis ini berguna untuk melakukan pengujian dua sampel yang berhubungan atau sampel berpasangan. Dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS.

Prosedur paired sample t-test digunakan untuk menguji ada atau tidak adanya perbedaan antar variabel. Data boleh terdiri dari dua pengukuran dengan subjek yang sama atau satu pengukuran dengan beberapa subjek.

Prosedur uji ini akan menghasilkan :

- Statistik deskriptif untuk masing-masing menguji variabel

- Pearson korelasi antara masing-masing pasangan dan arti korelasinya - Suatu interval kepercayaan untuk rata-rata perbedaan 95% atau suatu nilai

tertentu yang ditetapkan.

(14)

t-hitung = ( ��¯−� )¯ ���

Keterangan :

bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria Pengambilan Keputusan :

Ho : ß = 0 Ho diterima t* < t tabel (α = 5%), artinya tidak terdapat perbedaan nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran.

Ha : ß ≠ 0 Ho ditolak t* > t tabel (α = 5%), artinya terdapat perbedaan nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran.

(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis

Kabupaten Dharmasraya adalah salah sat Dharmasraya dikenal juga dengan sebutan Ranah Cati Nan Tigo.

Kabupaten Dharmasraya dengan Ibukota Pulau Punjung adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang berada di persimpangan Jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara Sumatera Barat antara 0º47’ 7” LS – 1 º 41’ 56” LS & 101 º 9’ 21” BT – 101 º 54’ 27” BT. Sebelah Utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Prop. Riau, sebelah Selatan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Jambi sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Menurut Perda No. 10 Tahun 2012 luas wilayah Kabupaten Dharmasraya mencapai 3 025,99 km2.

Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang cukup berpotensi di Propinsi Sumatera Barat. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya adalah untuk sektor pertanian hingga mencapai 88,26% dimana lahan perkebunan adalah yang terbesar mencapai 50,30% sedangkan lahan untuk sawah sebesar 2,70 %.

(16)

dari tabel di bawah, ada 2 (dua) kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Koto Besar dan Kecamatan Pulau Punjung. namun dilihat dari jumlah nagari dan jorong, Kecamatan Asam Jujuhan memiliki jumlah wilayah administrasi terbanyak, terdiri dari Nagari yaitu 7 (tujuh) nagari dengan 32 jorong.

Tabel 4.1

Nama, Luas Wilayah, Jumlah Nagari dan Jumlah Jorong Kabupaten Dharmasraya

Sumber : Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012

4.1.2 Keadaan Topografi

(17)

bervariasi dari datar-landai (54,29%), agak curam-curam (34,29%) sampai sangat curam (11,42%) seperti terlihat pada tabel.

Tabel 4.2

Kelerengan Lahan di Kabupaten Dharmasraya Lasifikasi Kelerengan

Lahan Lereng (%)

Luas

(Ha) (%)

Datar 0-3 23.155 7,65

Agak Landai 3-8 68.786 22,73

Landai 8-15 72.339 23,91

Agak Curam 15-25 74.730 24,70

Curam 25-40 29.023 9,59

Sangat Curam 40-60 34.567 11,42

Jumlah Luas 302.599 100,00

Sumber : Peta Digitasi Citra Spot 5 Provinsi Sumbar Tahun 200

4.1.3 Kependudukan

Jumlah penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi/ perpindahan penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan 3.99% per tahun hingga pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya sebanyak 210.691 orang yang terdiri dari 108.935 laki-laki dan 101.756 perempuan.

(18)

Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013

Gambar 4.1

Piramida Penduduk Dharmasraya Hasil Sensus Penduduk Tahun 2013

Piramida ini sama halnya dengan piramida penduduk Indonesia yang memperlihatkan ciri-ciri: alas piramida lebih lebar, dan semakin ke atas makin kecil sebagai ciri dari penduduk muda. Dengan ciri yang demikian dapat diprediksi bahwa angka fertilitas cenderung tinggi, sebagaimana disebutkan di atas bahwa LPP Dharmasraya termasuk kategori tinggi.

Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat oleh besarnya angka/nilai sexratio dimana pada tahun 2013, sexratio sebesar 10.706 menunjukkan bahwa untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 107 penduduk laki-laki.

(19)

Kabupaten Dharmasraya. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Padang Laweh yang hanya menyumbang 3.01 persen dari total penduduk Dharmasraya.

Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi. Penduduk yang paling padat berada di Kecamatan Sungai Rumbai yaitu sebesar 435 orang per Km², dan paling jarang penduduknya di Kecamatan IX Koto yakni 17 orang per Km².

Tabel 4.3

Jumlah penduduk menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Sex Ratio (2013)

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sexratio

Sungai rumbai 10.842 9.892 20.734 109,6

Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013

4.1.4 Sosial Budaya

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu bidang strategis yang perlu mendapat perhatian serius dalam pemenuhannya. Mengingat pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan.

(20)

mendapatkan pelayanan pendidikan SMA/MA adalah Asam Jujuhan, Koto Salak, Tiumang, Padang Laweh, dan IX Koto. Kecamatan-kecamatan ini perlu mendapatkan prioritas pelayanan. Sarana pendidikan dasar (SD) sampai sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) perlu direncanakan untuk dapat menjangkau seluruh penduduk Kabupaten Dharmasraya. Kendala yang dihadapi adalah tersebarnya penduduk pada area yang luas sehingga jarak menjadi kendala utama pelayanan. Untuk itu minimal pada setiap kota kecamatan telah tersedia sarana pendidikan dari SD sampai SLTA. Akses dari kawasan permukiman menuju pusat pelayanan kecamatantersebut perlu untuk ditingkatkan.

Tabel 4.4

Jumlah Sarana Pendidikan Pelayanan Skala Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013

N

Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya 2014

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada beberapa kecamatan dimana sarana pendidikannya belum mencukupi terutama di tingkat SLTA, yaitu di kecamatan Tiumang dan kecamatan Padang Laweh.

(21)

merupakan proses pendewasaan diri, maka pendidikan tidak akan pernah berakhir, sekalipun yang bersangkutan telah mapan secara material dalam hidupnya (education is long life). Dengan demikian, pendidikan bukan alat (means) melainkan tujuan (ends). Tingkat pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan semakin baik kualitas SDM di wilayah tersebut. Tamat sekolah didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang telah berhasil diselesaikan oleh seseorang dengan dibuktikan adanya ijazah atau surat tanda tamat belajar.

Tabel 4.5

Distribusi Jumlah dan Proporsi Penduduk Dharmasraya Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013

No Tingkat Pendidikan Penduduk Penduduk

Jumlah (%)

1 Tidak/belum pernah sekolah 38.325 17,92%

2 Tidak/belum tamat SD 27.236 13,39%

Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Dharmasraya 2013

Data tabel diatas memperlihatkan bahwa 59,12% penduduk Kabupaten Dharmasraya tidak pernah sekolah, tidak tamat SD sampai hanya tamat SD. proporsi terbesar penduduk Dharmasraya tahun 2013 adalah tamat SD (25,71%), kemudian tidak/belum tamat SD (13,39%), tamat SMP (16,70%), tidak/belum pernah sekolah (17,92%). Berdasarkan sebaran data terdapat kecendungan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit

(22)

Dilihat dari APM di masing-masing kecamatan, untuk kelompok umur 7-12 hampir disemua daerah kecamatan sudah termasuk baik, dengan angka partisipasi lebih dari 100 persen. Berbeda halnya untuk kelompok umur 13-15, APM di masing-masing kecamatan cukup variatif. Masih terdapat daerah-daerah dengan APM rendah mencapai angka dibawah 50 persen. Daerah dengan partisipasi yang rendah adalah Asam Jujuhan yaitu 21,11 persen, Tiumang 28,22, dan Padang Laweh dengan tingkat partisipasi 30,66 persen. Sementara APM pada kelompok usia 16-18 memperlihatkan pola yang sangat berbeda, APM Tiumang, Padang Laweh dan Asam Jujuhan adalah nol persen. Hal ini terkait distribusi sekolah SMA/MA/SMK, untuk ketiga daerah ini belum lagi terdapat sekolah SMA dan sejenisnya. Kecamatan Tiumang dan Padang Laweh dengan kepadatan penduduknya di atas 80/100 m2 barangkali perlu dipertimbangkan untuk pembangunan sekolah baru untuk level SMA.

Tabel 4.6

Perbandingan APM antar kecamatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2013

No Kecamatan Angka Partisipasi Murni

SD SLTP SLTA

Dharmasraya 123,20 73,74 52,66

(23)

Kesehatan

Harapan bangsa yaitu dapat mewujudkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang sehat jasmani dan rohani. Upaya peningkatan derajat kesehatan penduduk sangat penting dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, agar seluruh penduduk dapat menikmati hidup sehat. Peningkatan derajat kesehatan harus didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai sehingga dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Derajat kesehatan yang lebih baik merupakan investasi modal manusia dalam meningkatkan produktivitas.

Tabel 4.7

Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010

Selain itu, pembangunan di bidang kesehatan juga menekankan pentingnya peningkatan perilaku hidup sehat dan peran aktif masyarakat dalam memelihara dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Upaya kesehatan sedapat mungkin dilakukan sejak dini bahkan sejak masih dalam kandungan, karena masalah kesehatan dapat berpengaruh terhadap keturunan berikutnya.

(24)

peningkatan pelayanan kesehatan, namun hal ini belum diiringi dengan penyesuaian terhadap jumlah tenaga medis, berdasarkan data

dinas kesehatan, jumlah tenaga medis jumlahnya berkurang setiap tahun, jika pada tahun 2011 sebanyak 578 orang, maka di tahun 2014 menjadi 270 orang. Sehingga ke depan hal ini mesti mendapat perhatian khusus agar tidak terjadi ketimpangan antara pembangunan bidang kesehatan dengan jumlah tenaga medis yang tersedia.

4.2 Potensi Wilayah

Sebagian besar kegiatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Dharmasraya bergerak di sektor pertanian, baik itu pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan dan perkebunan terutama perkebunan karet dan sawit. Lingkup kegiatan ekonomi lainnya yaitu industri rumah tangga yang tersebar hampir di setiap nagari yang ada. Jenis industri ini merupakan industri kecil (makan) seperti industri tahu dan tempe.

(25)

Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura

a. Pertanian Tanaman Pangan

Sektor pertanian tanaman pangan yang dominan di Kabupaten Dharmasraya adalah tanaman padi. Luas sawah yang ada di KabupatenDharmasraya saat ini yaitu 9.265 ha, sedangkan luas sawah tahun 2006 yaitu7.869 ha. Dilihat berdasarkan produksi padi dari tahun 2006 – 2010 menunjukkan pertambahan yang sangat berarti yaitu sebesar 52,44%. Produktivitas padi diKabupaten Dharmasraya pada 5 tahun terakhir (2006 – 2010) mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 produktifitas padi sebesar 5,46 ton/ha, sedangkan pada tahun 2006 hanya 3,83 ton/ha.

Secara umum jenis pengairan sawah di Kabupaten Dharmasraya adalah irigasi teknis. Sedangkan sumber pengairan lainnya yaitu irigasi PU, irigasi ½ teknis, irigasi sederhana dan sawah tadah hujan. Meningkatnya produksi padi tidak terlepas dari adanya jaringan irigasi sebagai sumber pengairan sawah masyarakat. Untuk lebih jelasnya luas sawah, produksi dan jenis sawah dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan tabel 4.9.

Tabel 4.8

Produksi Komoditi Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006 – 2010

No Tahun Luas Sawah (HA) Produksi Padi

(26)

Tabel 4.9

Luas Sawah Berdasarkan Jenis Pengairan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006 – 2010

Jenis Pengairan Luas Sawah (Ha) % Pertambahan

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura, Tahun 2010

Peningkatan produksi padi di Kabupaten Dharmasraya, baru pada tahun 2008 – 2010 Kabupaten Dharmasraya mencapai surplus padi. Untuk lebih jelasnya hasil analisis surplus padi di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Surplus Padi di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2006 – 2010

Variabel Satuan Indikator

2006 2007 2008 2009 2010*

Jumlah penduduk Jiwa 170,440 175,573 180,915 186,354 187,752 Konsumsi beras Kg/Kapita/Tahun 144 144 144 144 144

Produksi gabah Kg 30,120,000.00 34,050,900.00 43,401,000.00 48,221,000.00 50,614,000.00 Produksi beras

Rendemen

Kg 63%

18,975,600.00 21,452,067.00 27,342,630.00 30,379,230.00 31,886,820.00

Total konsumsi Kg/Tahun 24,543,360.00 25,282,512.00 26,051,760.00 26,834,976.00 27,036,238.32

Surplus Kg (5,567,760.00) (3,830,445.00) 1,290,870.00 3,544,254.00 4,850,581.68

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Tahun 2010 dan Hasil Analisa

b. Tanaman Holtikultura

Tanaman hortikultura yang cukup dominan di Kabupaten Dharmasraya yaitu jagung, kedelai, dan buah-buahan seperti duku, durian, salak dan manggis. Dilihat dari perkembangan selama tahun 2005 – 2009 produksi maupun luas dari komoditi hortikultura yang dominan di Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan.

(27)

6663 ton, 872,10 ton. Untuk lebih jelasnya produksi pertanian di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11

Produksi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikutura, Tahun 2010

Potensi Peternakan

(28)

Tabel 4.12

Produksi Ternak Besar, Ternak Kecil dan Unggas di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009

Potensi Perikanan

Perikanan yang banyak diusahakan masyarakat Kabupaten Dharmasraya adalah perikanan budidaya melalui budidaya kolam, budidaya sawah dan budidaya keramba. Dilihat dari produksi, produksi ikan terbesar di Kabupaten Dharmasraya adalah ikan budidaya kolam. Dilihat dari produksi ikan budidaya kolam dari tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan, begitu juga produksi ikan bididaya sawah dan budidaya keramba/sungai. Saat ini telah ada beberapa kelompok petani ikan di Kabupaten Dharmasraya. Tahun 2005 jumlah kelompok tani ikan sebanyak 36 kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 687 orang, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 108 kelompok dengan jumlah anggota 1.205 orang. Untuk lebih jelasnya produksi ikan dan kelompok tani nelayan di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.13.

2005 2006 2007 2008 2009

1 Ternak Sapi Potong

- Jumlah Populasi (Ekor) 25,792 26,577 27,646 27874 32555

- Jumlah Pemotongan Pertahun (Ekor) 937 1199 1438 604 1577

- Produksi Daging Pertahun (Kg) 195196 232326 287600 120800 315400

2 Ternak Kerbau

- Jumlah Populasi (Ekor) 7874 8201 8449 8547 6257

- Jumlah Pemotongan Pertahun (Ekor) 581 645 352 283 28

- Produksi Daging Pertahun (Kg) 35774 64444 88000 69750 8400

3 Ternak Kambing

- Jumlah Populasi (Ekor) 8,422 11,428 12,094 8730 11247

- Jumlah Pemotongan Pertahun (Ekor) 284 490 950 547 172

- Produksi Daging Pertahun (Kg) 4502 5592 9500 5470 1720

4 Unggas

- Populasi Ayam Buras 195,441 147,294 119,567 93293 91719

- Populasi Ayam Pedaging/Ayam Ras 156429 140,819 94,211 96200 309500

- Populasi Itik 10,429 10,485 12,818 13293 14093

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Dharmasraya Tahun 2010

(29)

Tabel 4.13

Produksi Komoditi Perikanan

di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009

Potensi Perkebunan

Pada sektor perkebunan terdapat 3 komoditas utama yang menjadi unggulan di Kabupaten Dharmasraya, yaitu kelapa sawit, karet, dan kakao. Kelapa sawit dikelola oleh perusahaan besar (inti) dan perkebunan rakyat pola PIR, serta swadaya murni masyarakat. Perkebunan karet dikelola oleh masyarakat yang dibangun melalui P3RSB dan TCSDP, sedangkan kakao banyak diusahakan oleh masyarakat dengan pola pekarangan. Salah satu potensi yang belum tergali dari sektor perkebunan adalah pembentukan pertanian multi-kultur yang dapat menopang ekonomi masyarakat apabila komoditi utamanya mengalami penurunan harga. Pola pertanian multi-kultur yang dapat dikembangkan salah satunya adalah

2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Dharmasraya Tahun 2010

(30)

intergrasi perkebunan dengan ternak besar (sapi, kerbau, dan domba), dengan memanfaatkan pakan hijau di bawah tanaman perkebunan (kelapa sawit dan karet). Pola lainnya yang juga dapat dikembangkan adalah integrasi perkebunan dengan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan tahan naungan, yang telah dikembangkan oleh masyarakat saat ini adalah nilam.

(31)

Tabel 4.14

Potensi Komuditi Perkebunan di Kabupaten Dharmasraya

2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Dinas Perkebunan Kab. Dharmasraya Tahun 2010

Pertambahan %

(32)

Potensi Kehutanan

Dari jumlah luas Dharmasraya, 40,32% adalah lahan hutan yang terdiri dari lahan hutan suaka alam wisata seluas 8,27% dari total luas lahan hutan di KabupatenDharmasraya, hutan lindung seluas 6,08%, hutan produksi terbatas seluas 37,92%, hutan produksi tetap seluas 20,28%, hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 10,81% dan areal hutan lainnya seluas 16,64%. Dilihat berdasarkan data tahun 2005 – 2009 banyak terjadi perubahan guna lahan hutanterutama hutan produksi tetap dan areal hutan lainnya. Melihat kondisi hutan di Kabupaten Dharmasraya hal ini perlu menjadi perhatian untuk pengelolaannya terutama untuk mempertahankan keanekaragaman sumberdaya hayati dan kelestarian lingkungan. Untuk lebih jelasnya luas kawasan hutan di Kabupaten Dharmasraya dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15

(33)

Potensi Pariwisata

Informasi tentang objek wisata yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya masih sangat trbatas. Berdasarkan sejarahnya, bahwa Kabupaten Dharmasraya merupakan tempat peninggalan kerajaan melayu yang diprakasai oleh Adwayarman hingga diteruskan oleh Adytiawarman, sebagai salah penerus pemerintahan Kerajaan Melayu. Di bawah kepemimpinan Adytiawarman, kerajaan melayu berganti nama menjadi Kerajaan Swarnabhumi.

Dari beberapa peninggalan yang ada sebagai salah satu bukti pemerintahannya pada masa itu sehingga membuat situs atau candi dimasa perjalanannya. Saat ini situs atau candi tersebut masih ada di beberapa lokasi dan telah mengalami perbaikan dari Lembaga Cagar Budaya untuk dikembalikan ke bentuk aslinya, sehingga dapat dijadikan moment penting dan menarik sebagai salah satu potensi pengembangan pariwisata sejarah. Selain objek wisata sejarah di Kabupaten Dharmasraya juga terdapat objek wisata alam.

(34)

Tabel 4.16

Jenis Objek Wisata dan Rekreasi di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010

No Kecamatan Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata

Jarak dari Ibukota Kabupaten

(Km)

Keterangan

1 Sungai Rumbai Rumbai Plaza Belanja dan Rekreasi 2 Koto Besar Bendungan Batang Hari Wisata Alam

Rumah Kerajaan Koto Besar

Wisata Sejarah 45 Km

3 Koto Baru Telaga Baranang Siang Wisata Alam 40 Km 4 Koto Salak Pulau Cinta Wisata Alam 50 Km 5 Padang Laweh Rumah Kerajaan Padang

Laweh

Wisata Sejarah

6 Sitiung Bumi Perkemahan Siguntur Wisata Alam

Rumah Kerajaan Siguntur Wisata Sejarah 14 Km

Candi Pulau Sawah Wisata Sejarah 12 Km Objek Wisata Unggulan Candi Padang Roco Wisata Sejarah 15 Km Objek

Wisata Unggulan Candi Awang Maombiek Wisata Sejarah

Batik Tanah Liat Belanja dan Rekreasi

Salah Pondo Belanja dan

Rekreasi Selaju Sampan di Pulai Wisata Bahari

7 Timpeh Gua Timpeh Wisata Alam

8 Pulau Punjung Timbulun Indah Wisata Alam 01 Km Bendungan Batang Mimpi Wisata Alam 05 Km

Bendungan Batu Bakawik Wisata Alam 08 Km Objek Wisata Unggulan Air Panas Sungai Belit Wisata Alam

Gua Cigak Kampung Surau Wisata Alam Rumah Kerajaan Sungai

Dareh

Wisata Sejarah 03 Km

Candi Rambahan Wisata Sejarah Prabu Plaza Belanja dan

Rekreasi Sumber : Dinas Persenibudpora, Tahun 2010

Potensi Industri

(35)

industri logam, mesin dan kimia dan industri aneka. Investasi secara keseluruhan tahun 2008 mencapai Rp.1.502.000.000,-, sementara pada tahun 2005 hanya sebesar Rp.789.307.000,-, sehingga terjadi peningkatan sebesar Rp.753.050.000,-. Penyerapan tenaga kerja di bidang ini lebih banyak pada anggota keluarga dan masyarakat terdekatnya. Pembinaan industri kecil dan menengah serta peningkatan investasi terutama pada industri hasil pertanian dan kehutanan dan industri logam, mesin dan kimia yang menyerap tenaga kerja lebih banyak perlu menjadi perhatian yang lebih serius.

Jenis usaha industri yang ada di Kabupaten Dharmasraya yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, dengan volume usaha dan asset yang selalu meningkat tipa tahunnya. Sementara terdapat 5 (lima) industri rumah tangga yang sedang di kembangkan di Kabupaten Dharmasraya. Berikut ini dapart dilihat jumlah usaha dan industri kecil yang sedang dikembangkan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 – 2009.

Tabel 4.17

Jumlah Usaha di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2007 – 2009

No Keterangan 2007 2008 2009 Peningkatan (%)

1 USAHA MIKRO 249 261 285 14%

2 USAHA KECIL 122 145 160 31%

3 USAHA MENENGAH 430 453 481 12%

4 JUMLAH KARYAWAN 916 930 945 3%

5 VOLUME USAHA 142,569,435,000 153,300,468 161,168,914,000 13% 6 VOLUME USAHA 10,242,131,000 11,675,928,000 16,237,819,000 59% 7 ASSET 35,642,358,750 38,325,117,000 39,992,228,500 12%

(36)

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Statistik Deskriptif

Dengan menggunakan teknik Compare Means uji statistik (paired sample

t-test) untuik membandingkan apakah terdapat perbedaan kinerja ekonomi daerah

di Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran, maka hasil uji statistik (Paired Sample t-test) dalam penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Kemiskinan

Tabel 4.18

Hasil Uji Peired Sample t-test

Dengan nilai sig. 0,053 > 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap tingkat kemiskinan.

Angka Melek Huruf

Tabel 4.19

Hasil Uji Peired Sample t-test

Test Statisticsb

Miskin dharmasraya - Miskin Sijunjung

Z -1,931a

Asymp. Sig. (2-tailed) ,053

Test Statisticsb

(37)

Dengan nilai sig. 0,910 > 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Angka Melek Huruf.

PDRB Perkapita

Tabel 4.20

Hasil Uji Peired Sample t-test

Paired Samples Test

Dengan nilai sig. 0,000 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap PDRB Perkapita.

Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 4.21

Hasil Uji Paired Sample t-test

Test Statisticsb

Asymp. Sig. (2-tailed) ,005

(38)

Indeks Pembangunan Manusia

Tabel 4.22

Hasil Uji Paired Sample t-test

Test Statisticsb

Indeks pembangunan Manusia dharmasraya -

Indeks pembangunan Manusia Sijunjung

Z -3,408a

Asymp. Sig. (2-tailed) ,001

Dengan nilai sig. 0,001 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang nyata pada kinerja ekonomi daerah kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Indeks Pembangunan Manusia.

4.3.2 Grafik

(39)

Perkembangan Indikator-indikator Tingkat Kemiskinan, Angka Melek

Huruf (AMH), Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Kabupaten Dharmasraya

Gambar 4.2

Grafik Perkembangan Indikator Kemiskinan, AMH, PE, dan IPM Kabupaten Dharmasraya Tahun 2000-2014

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perkembangan indikator kemiskinan mengalami penurunan dari tahun ketahun sejak pemekaran daerah dilakukan, meskipun sempat mengalami kenaikan jumlah angka kemiskinan pada tahun 2006. Sedangkan indikator angka melek huruf(AMH), pertumbuhan ekonomi (PE), dan indeks pembangunan manusia (IPM) mengalami peningkatan yang cukup baik sesudah pemekaran daerah.

0%

Indikator Kemiskinan, AMH, PE, dan IPM Kab. Dharmasraya

kemiskinan

AMH

PE

(40)

Indikator PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya

Gambar 4.3

Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya Tahun 2000-2014

Grafik diatas menggambarkan perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan dimana PDRB Perkapita Kabupaten Dharmasraya tertinggi adalah tahun 2014 sebesar 6.911,88 (ribu rupiah).

Meningkatnya PDRB perkapita Kabupaten Dharmasraya tiap tahunnya tidak terlepas dari pendapatan perkapita masyarakat. Dimana rata-rata pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Dharmasraya perorangan untuk tiap tahunnya mencapai 12.591.541,90, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 7,96 persen. Peningkatan nilai PDRB perkapita dibandingkan tahun sebelumnya mencerminkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat kabupaten Dharmasraya. Selain itu dampak kebijakan pembangunan suatu daerah juga dapat meningkatkan PDRB perkapita daerah tersebut (Yuliandri, 2009)

(41)

Gambar 4.4

Perbedaan Kemiskinan Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2000-2014

Grafik diatas menggambarkan, bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Dharmasraya sesudah pemekaran mengalami penurunan yang cukup baik, bila dibandingkan dengan kemiskinan Provinsi Sumatera Barat, meskipun terdapat peningkatan angka kemiskinan di tahun 2006.

Jika dibandingkan dengan kabupaten induknya yaitu Kabupaten Sijunjung, tingkat kemiskinan kabupaten Dharmasraya tidak jauh berbeda dengan tingkat kemiskinan di kabupaten Sijunjung, namun masih berada diatas tingkat kemiskinan provinsi sumatera barat.

Tingkat kemiskinan dikabupaten Dharmasraya sejak tahun 2006 hingga 2009 berkurang sebanyak 2000 jiwa ditiap tahunnya, berkurangnya angka kemiskinan dikarenakan ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan yaitu dengan cara sebagai berikut (Dharmasraya dalam angka, 2009).

Perbedaan Kemiskinan Kab. Sijunjung, Kab.

Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat

(42)

a. Upaya perlindungan sosial (Social Protection), maka pola kebijakan strategis yang dipilih adalah perlindungan dengan rasa aman bagi semua penduduk sebagai pemenuhan hak asasi setiap warga negara., khususnya bagi masyarakat miskin, dengan prioritas utama kelompok masyarakat yang paling miskin (fakir miskin, orang jompo, anak terlantar dan cacat) dan kelompok masyarakat miskin yang disebabkan oleh bencana alam, dampak negatif, krisis ekonomi dan konflik sosial yang diarahkan melalui peningkatan kemampuan kelompok masyarakat dalam menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka melalui mekanisme tabungan kelompok (pooled funds). Program tersebut meliputi antara lain:

- Program bantuan sosial (bantuan sementara, permanen, dan lainnya) - Program rehabilitasi sosial

- Program pemberdayaan potensi

- Program pelestarian dan pemanfaatan kearifan lokal - Program peningkatan tabungan sosial masyarakat - Program jaminan sosial

b. Kebijakan Perluasan Kesempatan, kebijakan pengembangan koperasi dan usaha kecil menengah (UMK), menjadi 3.

Kebijakan utama :

(43)

2. Peningkatan dukungan kebijaksanaan dan layanan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi koperasi dan UKM.

3. Pengembangan kualitas dan kuantitas SDM koperasi dan UKM.

Gambar 4.5

Perbedaan AMH Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2000-2014

Melihat perkembangan meningkatnya angka melek huruf kabupaten Dharmasraya tiap tahunnya sesudah pemekaran yang hampir sama dengan angka melek huruf provinsi Sumatera Barat namun tidak terlalu jauh berbeda dengan kabupaten induknya yaitu kabupaten Sijunjung.

Menurut Dinas Pendidikan Kabupaten Dharmasraya tahun 2014, Angka Melek Huruf Kabupaten Dharmasraya sudah termasuk tinggi, hal ini tak lepas dari usaha pemerintah, dimana pemerintah melakukan pembangunan di bidang pendidikan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang berhasil

0,00%

(44)

meningkatkan taraf pendidikan di Kabupaten Dharmasraya. Hal ini tercermin dari meningkatnya capaian angka melek huruf (AMH).

Adanya peningkatan capaian AMH ini dapat diindikasikan bahwa makin tingginya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan, hal ini juga dampak dari pembangunan bidang pendidikan yang telah terlaksana baik fisik maupun non fisik seperti pembangunan unit sekolah baru maupun penambahan ruang kelas baru. Untuk tingkatan sekolah SD/MI ataupun SMP/MTs sudah terdapat disemua kecamatan, namun untuk sekolah tingkatan SMA/MA/SMK masih terdapat 1 (satu) kecamatan yang belum memilikinya yaitu kecamatan asam junjuhan.

(45)

Gambar 4.6

Perbedaan PE Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya dan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2000-2014

Dari grafik diatas terdapat perbedaan yang cukup jelas terhadap pertumbuhan ekonomi (PE) Kabupaten Dharmasraya dari sebelum dan sesudah pemekaran, dimana pertumbuhan ekonomi kabupaten Dharmasraya hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat, dimana pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi kabupaten Dharmasraya sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten Sijunjung dan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.

Pertumbuhan Ekonomi kabupaten Dharmasraya, Sijunjung dan Provinsi Sumatera barat sejak tahun 2011 hingga 2014 sedikit mengalami perlambatan, jika pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi berkisar diangka 6% namun hingga tahun 2014 cenderung menurun hingga 5,84% untuk Provinsi Sumatera Barat, namun untuk kabupaten Dharmasraya sendiri angka pertumbuhan yang terjadi

0,00%

(46)

hingga 2013 berada pada angka 6,55%bahkan di tahun 2014 masih diproyeksikan berada diangka 6,57% atau masih berada diatas rata-rata Provinsi.

Meningkat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi juga tergantung kepada pendapatan perkapita masyarakat. Dimana rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Dharmasraya mengalami peningkatan di tiap tahunnya.

Sedangkan menurunnya pertumbuhan ekonomi daerah selain tergantung kepada pendapatan perkapita masyarakat juga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal yang menyebabkan menurunnya daya serap tenaga kerja di sektor produktif, memperlambat penciptaan lapangan pekerjaan yang disebabkan oleh iklim investasi yang belum kondusif, semakin sulitnya mempercepat penurunan tingkat kemiskinan karena tingkat kemiskinan yang relatif rendah (Dharmasraya dalam angka, 2009)

(47)

Gambar 4.7

Perbedaan PDRB Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, dan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2000-2014

Meningkatnya PDRB perkapita Kabupaten Dharmasraya tiap tahunnya tidak terlepas dari pendapatan perkapita masyarakat. Dimana rata-rata pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Dharmasraya perorangan untuk tiap tahunnya mencapai 12.591.541,90, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 7,96 persen. Peningkatan nilai PDRB perkapita dibandingkan tahun sebelumnya mencerminkan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat kabupaten Dharmasraya. Selain itu dampak kebijakan pembangunan suatu daerah juga dapat meningkatkan PDRB perkapita daerah tersebut (Yuliandri, 2009)

0

Perbedaan PDRB Perkapita Kab. Sijunjung, Kab. Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat

(48)

Gambar 4.8

Perbedaan IPM Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, dan Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2000-2014

IPM Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesudah dilakukan pemekaran. IPM kabupaten Dharmasraya tidak jauh berbeda dengan IPM Kabupaten Sijunjung yang merupakan Kabupaten Induk sebelum dilakukan pemekaran dan juga tidak jauh berbeda dengan IPM Provinsi Sumatera Barat.

Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun membuat kabupaten Dharmasraya sebagai daerah baru mampu berada pada posisi ke 17 dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat. Adapun nilai IPM dihitung dari empat indikator utama yaitu Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran perkapita. Diantara 4 indikator tersebut, maka Angka melek huruf berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Barat, sedangkan 3 indikator lainnya masih berada dibawah rata-rata Provinsi.

0,00%

2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

p

Perbedaan IPM Kab. Sijunjung, Kab. Dharmasraya, dan Prov. Sumatera Barat

IPM di kab Sijunjung

IPM di Kab. Dharmasraya

(49)
(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dari hasil yang didapatkan, yaitu:

1. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Tingkat Kemiskinan. Dimana tingkat kemiskinan kabupaten Dharmasraya setelah pemekaran tidak jauh berbeda dengan tingkat kemiskinan di Kabupaten Sijunjung. Namun tingkat kemiskinan kedua Kabupaten ini masih berada diatas tingkat kemiskinan Provinsi Sumatera Barat.

2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Angka Melek Huruf (AMH). Angka melek huruf Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sesudah pemekaran, namun tidak jauh berbeda dengan kabpaten Sijunjung. Namun angka melek huruf Kabupaten Sijunjung dan Dharmasraya hampir sama dengan angka melek huruf Provinsi Sumatera Barat.

(51)

ekonomi Provinsi Sumatera Barat, dan lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten induknya yaitu kabupaten Sijunjung.

4. Terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap PDRB Perkapita. PDRB Perkapita Dharmasraya mengalami peningkatan tiap tahunnya, meskipun masih berada dibawah PDRB Perkapita kabupaten Sijunjung dan Provinsi Sumatera Barat.

5. Terdapat perbedaan yang nyata pada Kinerja ekonomi daerah Kabupaten Dharmasraya sebelum dan sesudah pemekaran terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Kabupaten Dharmasraya mengalami peningkatan di tiap tahunnya, ,eskipun masih berada dibawah IPM Kabupaten Sijunjung dan IPM Provinsi Sumatera Barat.

5.2 Saran

Melihat hasil dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait terhadap kinerja ekonomi daerah sebelum dan sesudah pemekaran.

(52)

2. Pemerintah dan pihak-pihak terkait diharapkan mampu memberikan perhatian lebih terhadap daerah hasil pemekaran, terutama dibidang pendidikan agar angka melek huruf mengalami peningkatan yang lebih baik lagi guna meningkatkan kualitas masyarakat untuk membangun daerah mereka yang baru.

3. Hendaknya pemerintah daerah mampu meningkatkan produktivitas potensi daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, guna mensejahterakan masyarakat di daerah hasil pemekaran.

(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Daerah

Pembangunan dapat dimaknai sebagai suatu proses perubahan yang dilakukan secara sadar menuju ke arah yang lebih baik. Para ahli memberikan definisi pembangunan yang berbeda. Siagian dalam Riyadi (2004:4) memberikan pengertian pembangunan sebagai: Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).

Selanjutnya Siagian (1993) juga mengemukakan pembangunan sebagai suatu perubahan mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari keadaan sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang baik secara kualitatif dan kuantitatif dan mutlak harus terjadi dalam pembangunan.

(54)

kerja banyak terdapat. Salah satu sifat penting dari negara sedang berkembang, bahwa mereka pada umumnya memiliki alat modal yang terbatas tetapi jumlah tenaga kerjanya sangat berlebihan yang menimbulkan full capacity. Dengan adanya kesesuaian diantara keadaan yang digambarkan diantara keadaan yang digambarkan dalam teori Harrid-Domar dengan keadaan di negara sedang berkembang ini maka ramalan Harrod-Domar mengenai akibat dari pertumbuhan yang lebih laju dari tingkat pertumbuhan yang dikehendaki perlu diperhatikan dalam menciptakan kebijaksanaan pembangunan.

Aspek kedua dari teori Harrod-Domar teori ini memberikan penjelasan dan menunjukkan tentang peranan modal dalam pembangunan dan sampai dimana pertumbuhan alat produksi meningkatkan pembangunan. Dengan demikian teori ini membantu negara sedang berkembang menaksir jumlah modal yang diperlukan untuk mencapai satu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Hal ini bukan saja berguna bagi Pemerintah Pusat tetapi juga untuk Pemerintah Daerah yang dapat melakukan hal yang sama dalam perencanaan pembangunan daerahnya.

Teori Neo-klasik, ditinjau dari sudut jumlah faktor yang dianalisanya lebih lengkap dari teori Harrod-Domar karena disamping membahas mengenai peranan modal, teori ini menganalisa pula mengenai peranan kemajuan teknologi dan pertambahan tenaga kerja. Analisa Neo-Klasik menekankan pada faktor-faktor yang akan memungkinkan pertambahan produksi dalam masyarakat. Apabila

(55)

adalah sama dengan produksi marginal dari modal dan Tiyaitu tingkat

perkembangan teknologi maka dengan menggunakan analisa ini dapat ditentukan besarnya pertambahan produksi dan pendapatan Nasional yang diakibatkan oleh pertambahan tenaga kerja atau modal atau kemajuan teknologi. Namun teori ini tidak membuat analisa bagaimana ketiga faktor tersebut akan menciptakan sumbangannya dalam pembangunan ekonomi, suatu aspek analisa pembangunan yang sebenarnya sangat diperlukan di negara sedang berkembang. Dengan kata lain analisa Neo-Klasik masih belum cukup mendalam pembahasannya terhadap peranan ketiga faktor di atas dalam pembangunan, sehingga belum cukup sempurna sebagai landasan dalam menyusun strategi pembangunan di negara sedang berkembang.

2.2 Teori Pemekaran Daerah

(56)

Dan menurut Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Konsep Pemekaran Daerah sendiri diungkap oleh Tiebout (1956) melalui pendekatan Public choice school, dalam sebuah artikel yang berjudul A Pure

Theory of Local Expenditure mengatakan Pemekaran Wilayah dianalogikan

sebagai model Ekonomi Persaingan Sempurna dimana Pemerintah Daerah memiliki kekuatan untuk mempertahankan tingkat pajak yang rendah, menyediakan pelayanan yang efisien, dan mengizinkan setiap individu masyarakatnya untuk mengekspresikan preferensinya untuk setiap jenis pelayanan dari berbagai tingkat Pemerintahan yang berbeda dengan Vote with Their Feet (Tiebout : 1956)

(57)

Mc Henry (1986) dalam Ferrazzi (2007) mencatat bahwa selama suatu Negara bagian dibagi menjadi dua atau tiga dan kedua atau ketiga daerah baru tersebut memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan pada saat

negara bagian itu bersatu, maka dorongan agar dibentuknya Daerah-Daerah baru di Negara tersebut tidak akan pernah ada habisnya. Fenomena ini dapat dilihat pada negara Polandia. Meskipun Kementerian Keuangan menyatakan keberatan atas 71 daerah regional yang tidak memenuhi persyaratan, akan tetapi Kementeriankalah bertarung karena menguatnya sebagian besar wilayah untuk membentuk daerah baru yang mengharapkan transfer payment lebih banyak dari pusat (O’ Dwyer, 2006). Fenomena yang sama juga terlihat di Indonesia. Euforia untuk melakukan pemekaran wilayah pada sebagian besar wilayah di Indonesia selama ini cenderung memperoleh tambahan pendapatan daerah yang lebih besar dibandingkan pada saat bergabung dengan wilayah induk (Ferrazzi,2007).

(58)

Sementara itu pendapat Nugroho (2000) bahwa Desentralisasi harus memenuhi dua persyaratan utama yaitu: (1) Persyaratan yang bersifat politis, dimana persyaratan ini menuntut tiga kondisi, yaitu political will dari Pemerintah, yang bentuknya bermula dari sebuah pengakuan akan perlunya otonomi daerah; yang kemudian dibuktikan dengan adanya peraturan peraturan dasar dan peraturan pelaksana dan pada akhirnya dukungan dari Pemerintah Pusat; adanya kekuatan otonomi daerah, dimana dalam hal ini yang akan dipermasalahkan adalah sejauh mana daerah memberi sumbangan yang memadai bagi anggaran pendapatan dan belanja; penataan organisasi birokrasi dan sumber daya manusia. (2) persyaratan yang bersifat tantangan manajemen, dimana persyaratan ini menuntut tiga langkah, yaitu; Reorientasi Paradigma Pemerintah, Restrukturisasi, Pemerintah dan Aliansi dengan organisasi-organisasi yang ada di dalam Masyarakat. Dari pendapat terlihat bahwa otonomi daerah sangat baik untuk diterapkan, karena otonomi daerah dapat mempercepat proses pembangunan, proses pelayanan kepada masyarakat serta mempercepat tujuan bernegara yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.2.1 Kinerja Ekonomi Daerah

(59)

pembangunan daerah. Keberhasilan Otonomi daerah dapat dilihat dengan kinerja ekonomi yang menggambarkan pembangunan daerah, dimana ada delapanbelas indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan daerah. Delapanbelas indikator menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ( BAPPENAS ) tahun 2012 :

1. Persentase Kabupaten / kota yang Memiliki Pelaporan Wajar Tanpa Pengecualian

2. Rata-rata Lama Sekolah

3. Angka Melek Huruf 15 Tahun ke Atas 4. Laju Pertumbuhan Penduduk

5. Angka Harapan Hidup 6. Angka Kematian Bayi 7. Angka Kematian Ibu

8. Persentasi Jumlah Penduduk Miskin 9. Indeks Gini

10.Nilai Tukar Petani 11.Nilai Tukar Nelayan

12.. Persentase Jalan Nasional dalam Kondisi Baik

13.Persentasi Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum Yang Layak 14.Rasio Elektrifikasi

15.Indeks Pembangunan Manusia 16.Tingkat Pengangguran Terbuka

(60)

18.Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan Daerah erat kaitannya dengan Kinerja Daerah. Ada 3 (tiga) Indikator kinerja daerah meliputi 3 (tiga) aspek kinerja yaitu: aspek kesejahteraan masyarakat; aspek pelayanan umum; serta aspek daya saing daerah.

1. Aspek kesejahteraan masyarakat

diukur melalui indikator makro yang merupakan indikator gabungan (indikator komposit) dari berbagai kegiatan pembangunan ekonomi maupun sosial seperti:Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP), Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Inflasi, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Angka Partisipasi Angkatan Kerja, Indeks Gini, Persentase Penduduk Miskin terhadap Total Penduduk, Indek Pembangunan Manusia (IPM) dan lain-lain.

2. Aspek pelayanan umum

Merupakan segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan atau urusan yang telah diserahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, perhubungan dan urusan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi.

3. Aspek daya saing daerah

(61)

investasi, pendapatan per kapita, laju pertumbuhan ekspor, laju pertumbuhan PMA, dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.

Kinerja Ekonomi Daerah dapat tercapai dengan adanya program Pembangunan Daerah terutama pembangunan pada daerah baru seperti daerah pemekaran, dengan kepastian bahwa daerah dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama pada segi ekonomi melalui Pembangunan Daerah. Keberhasilan Pembangunan Daerah merupakan ukuran dari keberhasilan Kinerja Ekonomi Daerah itu sendiri.

Dimana hal inilah yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel lainnya seperti Kemiskinan, Angka Melek Huruf (AMH), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita menurut harga konstan, Pertumbuhan Ekonomi (PE), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat mempengaruhi pembangunan daerah demi keberhasilan kinerja ekonomi daerah.

(62)

untuk menjamin aspek akuntabilitas pencapaian kinerja. Kriteria dalam menentukan target indikator kinerja adalah dengan menggunakan pendekatan “SMART” yaitu :

1. Specific : sifat dan tingkat kinerja dapat di identifikasi dengan jelas

2. Measurable : target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas, dan biaya

3. Achievable : target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas dan sumber daya yang ada

4. Relevant : mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam rangka mencapai target outcome yang ditetapkan, serta antara target outcome dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan

5. Time Bond : waktu atau periode kinerja dapat ditetapkan.

2.3 Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup .Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.Kemiskinan merupakan masalah global.ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.

(63)

concept yang memiliki lima dimensi yaitu : 1) kemiskinan (proper), 2)

ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of

emergency), 4) ketergantungan (depedence), dan 5) keterasingan (isolation) baik

secara geografis maupun sosiologis.

World Bank (2010) mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan dalam

kesejahteraan, dan terdiri dari banyak dimensi. Ini termasuk berpenghasilan rendah dan ketidakmampuan untuk mendapatkan barang dasar dan layanan yang diperlukan untuk bertahan hidup dengan martabat. Kemiskinan juga meliputi rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan,akses masyarakat miskin terhadap air bersih dan sanitasi, keamanan fisik yang tidak memadai, kurangnya suara, dan kapasitas memadai dan kesempatan untuk hidup yang lebih baik itu.

Castells (1998) mengemukakan kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada dibawah standard kebutuhan hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. Adapun standard kebutuhan hidup minimum dimaksud pada umumnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok pangan.

(64)

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan kesehatan.

Terdapat empat bentuk kemiskinan yang mana setiap bentuk memiliki arti tersendiri :

Keempat bentuk tersebut adalah kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif yang melihat kemiskinan dari segi pendapatan, sementara kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural yang melihat kemiskinan dari segi penyebabnya(Jamasy, 2004:31).

1. Kemiskinan absolut adalah apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimun, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas agar bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan struktural ialah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

(65)

berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.

2.4 Angka Melek Huruf

Salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran kesejahteraan sosial yang

merata adalah dengan melihat tinggi rendahnya persentase penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa.Menurut UNESCO definisi dari melek huruf adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, mengkomunikasikan, membuat, dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Kemampuan baca tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Kemampuan baca tulis ini juga berkaitan langsung dengan cara seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menggali potensi, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang luas.

Angka Melek Huruf (AMH) adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Batas maksimum untuk angka melek huruf, adalah 100 sedangkan batas minimum 0 (standar UNDP). Hal ini menggambarkan kondisi 100 persen atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan nilai nol mencerminkan sebaliknya.

(66)

menggambarkan mutu dari SDM yang ada di suatu wilayah yang diukur dalam aspek pendidikan, karena semakin tinggi angka kecakapan baca tulis maka semakin tinggi pula mutu dan kualitas SDM (BPS, 2011).

Menurut Meier dan Baldwin dalam Jhingan (1992) negara terbelakang umumnya terjerat ke dalam apa yang disebut “lingkaran setan kemiskinan”. Di dalam Gambar 2.1 dijelaskan bahwa lingkaran setan ini disebabkan karena keterbelakangan manusia dan sumber daya alam. Pengembangan sumber daya alam pada suatu negara tergantung pada kemampuan produktif manusianya. Jika penduduk negara tersebut terbelakang dan buta huruf, langka akan keterampilan teknik, pengetahuan dan aktivitas kewiraswastaan, maka sumber daya alam yang ada akan tetap terbengkalai, kurang atau bahkan salah guna. Di lain pihak, keterbelakangan sumber daya alam ini menyebabkan keterbelakangan manusia. Keterbelakangan sumber daya alam merupakan sebab sekaligus akibat keterbelakangan manusia.

Ketidaksempurnaan Pasar

Keterbelakangan Sumber Daya Alam

Keterbelakangan Manusia Sumber : Jhingan (1992)

Gambar 2.1

(67)

Menurut Simmons dikutip dari Todaro dan Smith (2006), pendidikan merupakan cara untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Selanjutnya Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Yang mana pendidikan memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan. Dalam penelitian Hermanto dan Dwi (2007) diketahui bahwa pendidikan mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap kemiskinan dibandingkan variabel pembangunan lain seperti jumlah penduduk, PDRB, dan tingkat inflasi.

2.5 PDRB Perkapita

PDRB perkapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. Data statistik ini merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah. PDRB perkapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel diatas. Atau dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

PDRB perkapita = ����� ℎ������������ �������� ℎ���� ℎ��

2.6 Pertumbuhan Ekonomi

(68)

ekonomi yang direncanakan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan disertai dengan pemerataan pembangunan, sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan, wilayah sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan karakteristik yang dimiliki setiap wilayah tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dapat meningkatkan perdapatan perkapita yang nantinya akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat sehingga masyarakat akan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Peningkatan pendapatan perkapita akan mendorong aktivitas ekonomi, karena permintaan yang meningkat sebagai akibat dari peningkatan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Menurut Boediono (1999) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses tersebut, karena

proses mengandung unsur dinamis. Para teoritis ilmu ekonomi pembangunan hingga sekarang, masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para teoritisi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas.

Todaro (2008) menyatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara adalah :

(69)

pembinaan sumber daya manusia juga dapat meningkatkan kualitasnya, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak dampak positif yang sama terhadap angka produksi. Akumulasi modal apabila sebagian dari pendapatan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output atau pendapatan pada masa yang akan datang.

2. Pertumbuhan penduduk (growth in population) maksudnya adalah dengan pertumbuhan penduduk diikuti oleh pertumbuhan tenaga kerja sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Ini berarti dengan pertambahan penduduk akan menambah jumlah produktivitas pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan menyababkan pertumbuhan pasar domestik akan lebih besar, namun positif atau negatifnya pertumbuhan penduduk dalam pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekenomian tersebut untuk menyerap setiap tambahan angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi (technological progress) merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting, karena dengan kemajuan teknologi akan ditentukan cara baru ataupun teknologi baru untuk menggantikan cara-cara lama sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat

(70)

dimana Y adalah pendapatan domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia (akumulasi pendidikan dan pelatihan), L adalah tenaga kerja, dan A merupakan produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Faktor penting yang mempengaruhi modal fisik adalah investasi. Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal (atau

persentase kenaikan GDP yang bersumber dari 1 persen penambahan modal fisik dan modal manusia).

Arsyad (2005), menyebutkan bahwa teori kutub pertumbuhan yang dipopulerkan oleh ekonom Perroux menyatakan bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti teori dari Perroux adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses perubahan akan timbul industri unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pengembangan suatu wilayah. Karena ketertarikan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri unggulan tersebut.

(71)

3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dengan industri unggulan/pusat pertumbuhan. Wilayah yang relatif maju/aktif akan mempengaruhi wilayah-wilayah yang relatif pasif.

Menurut Mankiw (2004) suatu negara memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya cateris paribus akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik daripada tidak melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksankan secra relatif merata, termasuk terhadap golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang.

2.7 IPM ( Indeks Pembangunan Manusia )

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2009, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup (Badrudin, 2012:154).

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/ HDI) adalah rata-rata sederhana dari tiga indikator yang menggambarkan kemampuan dasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, serta Pengeluaran Perkapita.

Indeks Pembangunan Manusia pertama kali dipublikasikan oleh UNDP

(72)

(Physcal Quality of Life Indeks) yang kini banyak digunakan oleh negara-negara

di dunia.

IPM digunakan untuk mengelompokkan sebuah negara/daerah sebagai daerah maju, berkembang, atau terbelakang. IPM juga digunakan untuk melihat pengaruh kebijakan dan peran pemerintah terhadap kualitas hidup masyarakat.

Komponen dalam Indeks Pembangunan Manusia adalah usia hidup

(longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).

Usia hidup diukur dengan usia harapan hidup, pengetahuan diukur dari kemampuan baca tulis dan tingkatan pendidikan (SD-SMP-SMA-Perguruan Tinggi), dan standar hidup layak diukur melalui pengeluaran perkapita rill yang disesuaikan. Dalam perhitungan IPM, indeks pendidikan dan kesehatan sangat tepat digunakan sebagai indikator kesejahteraan masyarakat karena kesehatan dan pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya.

Beberapa alasan mengapa IPM merupakan indikator yang cukup baik sebagai ukuran pembangunan manusia, adalah:

1. IPM menerjemahkan secara sederhana konsep yang cukup kompleks kedalam tiga dimensi dasar yang terukur.

Gambar

Tabel 4.1 Nama, Luas Wilayah, Jumlah Nagari dan Jumlah Jorong
Tabel 4.2 Kelerengan Lahan di Kabupaten Dharmasraya
Gambar 4.1 Piramida Penduduk Dharmasraya Hasil Sensus Penduduk
Tabel 4.3 Jumlah penduduk menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Sex
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan karakter mandiri anak melalui penerapan permainan papan titian pada anak Kelompok B TK Amanah Desa Napallicin Kabupaten

apa yang dimaksud dengan hardware dan software, menggunakan aplikasi word untuk membuat dokument/surat, menggunakan aplikasi power point untuk membuat presentasi, dan

mengganggu temanya dan mengganggu pembelajaran, b). Siswa dalam menjawab pertanyaan lebih sering menjawab bersama-sama sehingga menimbulkan kegaduhan didalam kelas,

TOEFL REVIEW EXERCISES (Skill 1-13): Choose the letter of the word or group of words that best completes the sentence.. variety of flowers in the show, from simple carnationsto

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak,

Heregistrasi/Daftar ulang dapat dilakukan di Bag Keuangan kampus STIEKEN Blitar sejak pengumuman ini dimuat sampai dengan tanggal 31 Juli 2017 (Bagian Keuangan hubungi

[r]

Dari jawaban tersebut konsumen lebih dominan memberi penilaian sangat baik terhadap keteraturan tempat penyimpanan hasil cucian tetapi masih ada konsumen yang