• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Dampak Pembiayaan Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Kota Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisi Dampak Pembiayaan Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Kota Di Sumatera Utara"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1: Pertumbuhan Ekonomi Sektoral, Realisasi Kredit Sektoral, dan Tenaga Kerja Sektoral.

Sektor tahun y x1 x2

Pertanian 2008 6,05 63 45,7

pertambangan dan penggalian 2008 6,13 1.21 0,3

industri pengolahan 2008 2,92 30 7,8

listrik, gas dan air bersih 2008 4,46 2.37 0,3

Bangunan 2008 8,1 28 4,8

perdagangan, hotel dan restoran 2008 6,14 32 19,6

angkutan dan komunikasi 2008 8,89 24 5,2

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2008 11,3 9,13 0,2

jasa-jasa 2008 9,48 35 8,5

Pertanian 2009 4,8 73 44,9

pertambangan dan penggalian 2009 1,43 1.78 0,6

industri pengolahan 2009 2,76 30 8,3

listrik, gas dan air bersih 2009 5,57 3.05 0,3

Bangunan 2009 6,54 34 5

perdagangan, hotel dan restoran 2009 5,43 38 19,3

angkutan dan komunikasi 2009 7,56 33 5,2

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2009 6,14 10,5 7,5

jasa-jasa 2009 6,62 36 8,4

Pertanian 2010 5,7 26 44,4

pertambangan dan penggalian 2010 5,87 2.51 0,4

industri pengolahan 2010 4,16 15 7,3

listrik, gas dan air bersih 2010 6,88 3.82 0,3

Bangunan 2010 6,77 18 4,8

perdagangan, hotel dan restoran 2010 6,53 18 18,8

angkutan dan komunikasi 2010 9,44 30 5,1

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2010 10,78 15 7,4

jasa-jasa 2010 6,77 37 8,7

Pertanian 2011 4,82 28 42

pertambangan dan penggalian 2011 6,73 2.43 0,5

industri pengolahan 2011 2,05 17 7,8

listrik, gas dan air bersih 2011 8,21 4.27 0,3

Bangunan 2011 8,54 25 5,4

perdagangan, hotel dan restoran 2011 8,09 25 19,6

angkutan dan komunikasi 2011 10,02 36 5

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2011 13,61 18 3,7

jasa-jasa 2011 8,3 38 8,8

(2)

pertambangan dan penggalian 2012 2,04 2.21 0,3

industri pengolahan 2012 3,63 21 7,3

listrik, gas dan air bersih 2012 3,43 5.62 0,3

Bangunan 2012 6,78 35 4,5

perdagangan, hotel dan restoran 2012 7,23 39 18,3

angkutan dan komunikasi 2012 8,26 54 4,9

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2012 11,2 21 3,8

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.

Bank Indonesia, 2010. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Bank Indonesia, 2012. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Bank Indonesia, 2013. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara. Medan.

BPS, 2012. SUMATERA UTARA DALAM ANGKA,Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2012. Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara 2012. Pemerintah Sumatera Utara, Medan. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2008. Perhitungan Metode

Langsung. Pemerintah Sumatera Utara.

Budi, Purbayu dan Retno Puji Rahayu, 2005. Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Kediri. Universitas Diponegoro, Semarang.

Budiharsono, S. 1995. Perencanaan Pembangunan Daerah. PAU-EK.UI, Jakarta. Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.

Rangkuti, Fredy, 2001. Manajemen Persediaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Fauzi, 2012. Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Bekasi. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.

(4)

Sambodo, 2008. Peran Sektor dalam Perekonomian Daerah. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Saragih, Trie Kartika Yanti, Yuusmini, Susy Edwina, 2014. Analisis Peran Sektor Unggulan Terhadap Struktur Perekonomian Berdasarkan PendekatanShift– Sharedi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012. Universitas Riau, Riau. Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar

Kebijakan. LPFE-UI, Jakarta.

Suyatno, 2000. Teori Basis Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.

Suryana, 2000. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta.

Soepono, Prasetyo, 1993. Analisis Shift-Share Perkembangan dan Penerapan, JEBI, No.1, Tahun III.

Tarigan, Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT Bumi Aksara, Cetakan Keempat, Jakarta.

(5)

hotel, pengangkutan; dan komunikasi, jasa-jasa) dan Tenaga Kerja secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbunan sektoral sumatera

utara.

3. Pengaruh dampak pembiayaan sektoral (pertanian, pertambangan,

pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; sestoran; dan

hotel, pengangkutan; dan komunikasi, jasa-jasa) dan Tenaga Kerjasecara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektoral

diSumatera Utara.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara. Sumatera Utaradijadikan objek

(6)

menjadikan wilayah ini memiliki peranan penting dalam perekonomian di

Provinsi yaitu Sumatera Utara.

3.2Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu

data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Sumatera Utara dari

tahun2008 sampai tahun 2012 dan data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut

lapangan usaha di Provinsi Sumatera Utara periode 2008 -2012. Data ini diperoleh

dari BPS Provinsi Sumatera Utara, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA Sumatera Utara), Bank Indonesia dan berbagai literatur, situs resmi

Pemerintah Sumatera Utara, serta sumber-sumber lainnya yang relevan.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini memiliki batasan masalah karena cakupan penelitian tidak

terlalu luas. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis pengaruh dampak

pembiayaan sektoral terhadap pertumbuhan sektoral di Sumatera Utara periode

2008 – 2012.

3.4 Defenisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan

menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan

(7)

1. Pembiayaan berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang di

keluarkan untuk mendukung infestasi yang telah direncanakan, baik

dilakukan secara sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

2. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah total produksi barang

dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu

berdasarkan harga konstan

3. Sektor potensial adalah sektor yang memiliki potensi besar untuk

dikembangkan dalam suatu wilayah. Hal ini dapat diukur dengan analisis

shift share jika komponen daya saingnya positif (DS+) maka sektor tersebut termasuk potensial.

4. Sektor ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang

mencakup 9 (sembilan) sektor utama yaitu pertanian, pertambangan dan

penggalian, industri dan pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,

perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan dan

persewaan jasa perusahaan, dan jasa-jasa.

5. Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki peranan relatif besar

dibandingkan sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah.

6. Pergeseran sektor ekonomi adalah perubahan kinerja sektor-sektor

ekonomi yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi provinsi,

pertumbuhan sektor tertentu, atau disebabkan oleh daya saing lokal.

7. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu melayani pasar di daerah

(8)

8. Sektor non basis adalah sektor atau kegiatan yang hanya mampu melayani

pasar daerah itu sendiri sehinngga permintaannya sangat dipengaruhi

kondisi ekonomi dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan

ekonomi wilayah.

3.5 Metode Analisis

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan

beberapa metode analisis data, yaitu :

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Untuk menentukan sektor basis dan non basis di Sumatera Utara, digunakan

metode analisisLocation Qoutient (LQ). Metode ini membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor

tersebut di tingkat nasional atau di tingkat regional. Teknik ini digunakan untuk

mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki daerah tersebut yaitu sektor basis

dan merupakan sektor non basis (Kuncoro, 2004).

LQ =

�� �

:

��

(1)

Dimana :

LQ : Index Location Quotient

(9)

S: PDRB total Sumatera Utara

Ni : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Utara N : PDRB total Sumatera Utara

Berdasarkan formulasi yang di tunjukkan dalam persamaan di atas, maka

ada tiga kemungkinan nilai LQ yang diperoleh yaitu:

1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Sumatera Utara. 2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Sumatera Utara lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalamperekonomian

Sumatera Utara.

3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Sumatera Utara lebih kecil dibandingkan sektor yang sama dalam perekonomianProvinsi

Sumatera Utara.

Dengan kata lain apabila LQ > 1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor

tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai

penggerak perekonomian Sumatera Utara. Sebaliknya apabila nilai LQ < 1, maka

sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk

dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Sumatera Utara.

Data yang digunakan dalam analisis LQ ini adalah PDRB Provinsi Sumatera

Utaramenurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000.

2. Analisis Shift Share (S-S)

(10)

Sumatera Utara, dapat menggunakan Analisis Shift Share. Hasil analisis Shift Share akan menggambarkan kinerja sektor dalam PDRB Sumatera Utaradibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Kemudian dilakukan

analisisterhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil perbandingan tersebut.

Bilapenyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB Sumatera

Utaramemiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya

Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna

dalammenganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan

denganperekonomian nasional. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan

kinerjaatau produktivitas kerja perekonomian suatu daerah dengan

membandingkandaerah yang lebih besar (regional/nasional). Analisis ini

memberikan datatentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan

satu sama lainyaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan

pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada

sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

2. Pergeseran diferensial menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah

(lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

3. Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau

penurunan pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih

besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini dapat mengetahui apakah

perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh

(11)

Analisis ini memiliki beberapa keunggulan antara lain (Prasetyo Soepone,

1993).

1. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi

walau analisis Shift-Share tergolong sederhana.

2. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur

dengan cukup akurat.

3. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan

cepat.

Melalui analisis shift share, maka pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktur perekonomian Sumatera Utaraditentukan oleh tiga komponen,

yaitu:

1. Provincial Share (P), digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Sumatera Utaradengan melihat nilai

PDRB Sumatera Utarasebagai daerah pengamatan pada periode awal yang

dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera

Utara. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi Sumatera Utara yang mempengaruhi pertumbuhan

perekonomian.

2. Proporsional Shift (PS), digunakan untuk mengetahui pertumbuhan nilai tambah bruto sektor tertentu pada Kabupaten/Kota dibandingkan total sektor

(12)

3. Differential Shift (DS), digunakan untuk mengetahui perbedaan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota dan nilai tambah bruto sektor yang

sama di tingkat Provinsi Sumatera Utara.

Secara matematis, Provincial Share (P), Proportional Shift (PS), dan

Differential Shift (DS) dapat diformulasikan sebagai berikut :

1.Provincial Share (P)

P

ir,t

= Y

ir,t-1

×

��,�

,�−�

− ��

(2)

2.Proportional Shift (PS)

PS

ir,t

= Y

ir,t-1

×

��

���,�

��,�−�

� −

��,�

,�−�

��

(3)

3.Differential Shift (DS)

DS

ir,t =

Y

ir,t-1

×

��

���,�

��,�−�

� −

���,�

��,�−�

��

(4)

Dimana :

Y :total output

t :tahun 2012

t-1 :tahun 2008

i :sektor dalam PDRB

r :Kabupaten/Kota

(13)

Perubahan nilai tambah bruto atau Regional Change (RC) sektor tertentu (i) dalam PDRB Kabupaten/Kota merupakan penjumlahan dari Provincial (P),

Proportional Shift (PS), Differential Shift (DS) yaitu :

RC

ir,t

= P

ir,t

= PS

ir,t

= DS

ir,t

(5)

Komponen PS dan DS memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional

yang bersifat eksternal dan internal. PS merupakan akibat pengaruh

unsur-unsureksternal yang bekerja secara nasional (Provinsi), sedangkan DS adalah

akibatdari pengaruh faktor yang bekerja di dalam daerah yang

bersangkutan.Sektor di Kabupaten/Kota yang memiliki DS positif, memiliki

keunggulanterhadap sektor yang sama pada setiap Kabupaten/Kota.Selain itu,

sektor yang memiliki nilai DS positif berarti bahwa sektortersebut terkonsentrasi

di Kabupaten /Kota dan mempunyai pertumbuhan yanglebih cepat dibandingkan

dengan daerah lainnya. Apabila DS negatif, makatingkat pertumbuhan sektor

tersebut relatif lamban.

Kemudian dari hasil perhitungan PS dan DS, kita dapat menentukan

pergeseran bersih (net shift) dengan menjumlahkan komponen PS dan DS.

PB

ir,t

= PS

ir,

+ DS

ir,t

(6)

Apabila nilai PB>0, maka pertumbuhan di sektor i di wilayah r termasukke

dalam kelompok progresif (maju). Apabila PB<0, maka pertumbuhan di

sektortersebut termasuk lamban.

Dari kedua komponen tersebut (PS dan DS) dinyatakan dalam suatubidang

(14)

diperoleh empat kategori posisi relative dari seluruh daerahatau sektor ekonomi

tersebut. Keempat kategori digambarkan pada tabelsebagai berikut :

Tabel 3.1

Posisi relatif suatu sektor berdasarkan pendekatan PS dan DS

Sumber : (Fredy, 2001)

1. Kuadran I (PS positif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan

pertumbuhan sangat pesat (rapid growth region/industry or fast growing). 2. Kuadran II (PS positif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan

kecepatan pertumbuhan yang tertekan namun berkembang (developing region/industry).

3. Kuadran III (PS negatif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan

peran terhadap wilayah rendah dan juga memiliki daya saing lemah

(depressed region/industry).

4. Kuadran IV (PS negatif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan

kecepatan pertumbuhan yang tertekan namun berkembang (highly potential region/industry).

Differential Shift (DS)

Proportional Shift (PS)

Negatif (-) Positif (+)

Positif (+)

Negatif (-)

Kuadran IV cenderung berpotensi

(highly potential)

Kuadran I Pertumbuhan Pesat

(fast Growing)

Kuadran III Terbelakang

(depressed)

Kuadran II Berkembang

(15)

3. Analisis Data Panel

Data panel di gunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari

variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan regresinya dapat dirumuskan

sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto, 2004):

Uji analisis yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan fungsi

sebagai berikut:

Y

it

=

0 +

1

KS

it

+

2

TS

it+e

(7)

Keterangan :

Y = Pertumbuhan Ekonomi Sektoral (Rp)

KS = Realisasi Kredit sektoral (Rp)

TS = Tenaga Kerja Sektoral (Jiwa)

(16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak dan Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100°

Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km². Sumatera

Utara pada dasarnya dapat dibagi atas pesisir timur, pegunungan bukit barisan,

pesisir barat dan kepulauan Nias. Pesisir timur merupakan wilayah di dalam

provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur

yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga

merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan

wilayah lainnya. Pada masa kolonia

residentie Sumatra's Oostkust bersam

Di wilayah tengah provinsi berjajar

pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong

konsentrasi

merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau

ini.

Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi

penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun

secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa

Minangkabau. Batas-batas administrasi Sumatera Utara adalah:

(17)

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Negara Malaysia Selat Malaka.

Perkembangan penduduk Sumatera Utarapada tahun 2012 tertinggi di Kota

Medan yaitu dengan jumlah penduduk 2.123.210 jiwa, kemudian disusul oleh

Kabupaten Deli Serdang dengan jumlah penduduk 1.886.388 jiwa, kemudian

diikuti oleh Kabupaten Langkat dengan jumlah penduduk 978.734 jiwa, kemudian

Kabupaten simalungun dengan jumlah penduduk 833.251 jiwa, kemudian disusul

oleh kabupaten Asahan, Serdang Bedagai dengan jumlah penduduk lebih dari

600.000 jiwa, kemudian Kabupaten Mandailing Natal, Labuhan Batu dengan

jumlah penduduk 400.000 jiwa, dan dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000

jiwa di ikuti Kabupaten Labuhanbatu, Mandailing Natal.

4.1.2. Potensi Unggulan

4.1.2.1 Sektor Unggulan Berdasarkan PDRB Provinsi Sumatera Utara

Sumatera Utara memiliki tiga sektor unggulan yang terdiri dari sektor

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, sektor industri pengolahan, dan

sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor ini merupakan sektor-sektor

ekonomi yang mendukung pertumbuhan struktur perekonomian Provinsi

Sumatera Utara. Sektor-sektor tersebut dikatakan unggul dikarenakan bahwa

berdasarkan PDRB Provinsi Sumatera Utara sektor-sektor ini mampu memberikan

(18)

Sektor unggulan yang terlihat pada Tabel 4.1 menunjukkan kontribusi yang

diberikan meningkat setiap tahunnya yaitu mulai tahun 2008 hingga tahun 2012.

Kondisi yang ditunjukkan oleh ketiga sektor unggulan Provinsi Sumatera Utara,

yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor PHR tidak terlepas dari

kontribusi yang ditunjukkan oleh masing-masing subsektor. Kontribusi yang

diberikan oleh masing-masing subsektor dari ketiga sektor tersebut dapat dilihat

dari Tabel 4.1

Tabel 4.1

Produk Domestik RegionalBruto Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (sektor unggulan) LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 2012 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 25,30 26,26 28,04 29,39 30,78

a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan

c. Peternakan dan Hasil - Hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 8,40 10,24 2,62 1,41 2,64 8,75 10,81 2,73 1,46 2,77 9,20 11,48 2,85 1,44 3,07 9,39 12,34 3,01 1,45 3,21 9,60 13,19 3,12 1,50 3,37

3. Industri Pengolahan

a. Industri Migas

1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair

b. Industri Tanpa Migas

1. Ind. Makanan, Minuman, & Tembakau 2. Ind. Tekstil, Barang Dari Kulit, & Alas Kaki 3. Ind. Kayu & Barang dari kayu lainnya 4. Ind. Kertas & Barang Cetakan 5. Ind. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 6. Ind. Semen & Brg Galian Bkn Logam 7. Ind. Logam Dasar Besi & Baja

8. Ind. Alat Angkutan,Mesin,Peralatannya/Transpot equip 9. Ind. Barang Lainnya

6. Perdagangan, Hotel & Restoran

1. Perdagangan Besar & Eeceran 2. Hotel 3. Restoran 24,31 0,12 0,12 0,00 24,18 14,88 0,14 1,34 0,19 4,57 1,12 1,28 0,62 0,04 19,52 17,34 0,30 1,87 24,98 0,12 0,12 0,00 24,86 15,23 0,15 1,37 0,21 4,70 1,19 1,33 0,64 0,04 20,58 18,26 0,33 1,99 26,02 0,13 0,13 0,00 25,89 16,07 0,15 1,28 0,23 4,84 1,25 1,34 0,67 0,04 21,92 19,47 0,35 2,10 26,55 0,13 0,13 0,00 26,42 16,60 0,16 1,29 0,24 4,70 1,30 1,39 0,70 0,05 23,69 21,05 0,38 2,26 27,51 0,14 0,14 0,00 27,37 17,65 0,17 1,40 0,24 4,35 1,37 1,41 0,73 0,05 25,41 22,59 0,41 2,40 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah (2012)

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa subsektor pertanian memberikan

kontribusi yang terbesar, diberikan oleh subsektor perkebunan yang setiap

(19)

memberikan nilai PDRB sebesar 10,24 persen dan meningkat hingga pada tahun

2012 sebesar 10,81 persen. Keadaan ini disebabkan tanaman perkebunan

Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil sawit terbesar di Indonesia.Lahan

yang sangat luas dan sangat cocok bagi tanaman perkebunan, memberikan

kesempatan bagi petani berinvestasi di subsektor ini, sehingga menyebabkan

kontribusi sektor ini semakin membaik dan memberikan nilai tambah yang cukup

besar bagi struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, hasil

tanaman perkebunan Provinsi Sumatera Utara lainnya juga ikut serta dalam

pemberian kontribusi PDRB tersebut. Tanaman perkebunan tersebut terdiri dari

tanaman perkebunan karet, teh, kopi, tembakau, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan

coklat. Hasil subsektor lainnya berupa subsektor tanaman bahan makanan,

subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan juga ikut

andil dalam peningkatan kontribusi PDRB Provinsi Sumatera Utara.

Subsektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar

diberikan oleh subsektor industri tanpa migas, yaitu sebesar 24,18 persen pada

tahun 2008, hingga tahun 2012 meningkat sebesar 27,37 persen. Disini subsektor

industri tanpa migas memperlihatkan bahwa kontribusi PDRB terbesar diberikan

oleh industri makanan, minuman dan tembakau kemudian diikuti oleh industri

pupuk, kimia dan barang dari karet yang membuktikan, bahwa industri tanpa

migas di Provinsi Sumatera Utara masih didukung oleh besarnya peranan sektor

pertanian dalam pertum-buhan struktur perekonomian Sumatera Utara. Subsektor

perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang memberikan kontribusi terbesar

(20)

memberikan kontribusi yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008

subsektor perdagangan besar dan eceran memberikan kontribusi sebesar 17,34

persen kemudian meningkat hingga tahun 2012 dapat mencapai 22,59 persen.

Keadaan ini memperlihatkan, bahwa Sumatera Utara melakukan kegiatan

perdagangan yang sangat meningkat, baik perdagangan luar negeri maupun dalam

negeri sehingga dapat memberikan kontribusi yang meningkat.

4.1.2.2 Sektor Berdasarkan Sektor Basis dan Non Basis

Untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan yaitu

mengenaipenentuan sektor basis dan non basis di Sumatera Utara maka kita

gunakananalisis Location Quotient (LQ). Teknik analisis ini membandingkan

tentangbesarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnyaperanan

sektor tersebut di tingkat provinsi. Teknik ini digunakan untukmengidentifikasi

potensi internal yang dimiliki daerah tersebut yaitu sektor basis dannon basis. Jika

indeks LQ>1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis, LQ=1maka sektor

tersebut hanya mampu memenuhi permintaan di wilayahnya,sedangkan LQ<1

maka sektor tersebut merupakan sektor non basis.

Setelah mengolah data PDRB per sektor maka dihasilkan nilai indeks

(21)

Tabel 4.2

Hasil analisis Basis dan Non Basispada sektor perekonomian Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah (2012)

Besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor-sektor perekenomian

Sumatera Utara yang ditunjukkan dari besar nilai LQ lebih dari satu dan dikatakan sektor basis. Sesuai dengan teori basis ekonomi yang menyatakan, bahwa kegiatan

basis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi karena sektor tersebut mampu

mengekspor barang dan jasa keluar daerahnya. Dimana dalam hal ini Sumatera

Utara mampu meng-ekspor keluar daerahnya. Sedangkan sektor industri

pengolahan seperti diketahui sebelumnya, dilihat dari kontribusi PDRB yang

diberikan bahwa sektor ini merupakan salah satu sektor unggulan Sumatera Utara,

tetapi dari hasil nilai LQ yang diperoleh sektor ini tidak merupakan sektor basis karena memiliki nilai LQ kurang dari satu. Meskipun nilai LQ yang diberikan oleh subsektor industri tanpa migas lebih dari satu tetapi secara keseluruhan dan

rata-rata sektor ini menunjukkan nilai LQ kurang dari satu sehingga tidak dapat dikatakan sektor unggulan. Keadaan ini menunjukkan bahwa terjadi pergeser-an

sektor unggulan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Pergeseran sektor

unggulan ini bisa disebabkan tidak dimaksimalkan-nya sektor unggulan dan

Lapangan Usaha Location Quotion (LQ)

2008 2009 2010 2011 2012

1.Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2.Pertambangan dan Penggalian

3.Industri Pengolahan 4.Listrik, Gas dan Air bersih 5.Bangunan

6.Perdagangan, Hotel dan restoran 7.Pengangkutan dan komunikasi 8.Keuangan, sewa dan jasa perusahaan 9.Jasa-jasa 1,74 0,15 0,85 1,01 1,06 1,05 1,17 0,74 1,07 1,74 0,14 0,86 0,93 1,05 1,09 1,08 0,74 1,07 1,79 0,15 0,85 0,94 1,05 1,07 1,04 0,78 1,07 1,82 0,15 0,82 0,97 1,07 1,06 1,03 0,82 1,09 1,83 0,15 0,80 0,94 1,06 1,05 1,02 0,86 1,11

Rata-rata Klasifikasi

(22)

beberapa faktor lainnya. Kondisi ini bisa juga dikarenakan penerapan

kebijakan-kebijakan umum, yang terlalu mengeksploitasi dan tidak memper-dulikan kualitas

produksi dari sektor unggulan tersebut, sehingga sektor unggulan tersebut malah

semakin tidak stabil yang ditunjukkan dari nilai LQ yang menurun. Tetapi jika dilihat dari jumlah kontribusi PDRB yang diberikan oleh sektor industri

pengolahan, sektor ini dapat memberikan kontribusi yang cukup besar.

Dilihat dari sektor-sektor ekonomi, sektor industri pengolahan mungkin

tidak memiliki nilai LQ lebih dari satu tetapi apabila dilihat dari subsektornya industri pengolahan memiliki nilai LQ lebih dari satu. Keadaan ini ditunjukkan oleh subektor industri tanpa migas. Subsektor ini memberikan nilai LQ yang ber-fluktuasi yaitu pada tahun 2008 dapat memberikan nilai LQ sebesar 1,09 persen dan pada tahun 2009 hingga tahun 2011 dapat memberikan nilai LQ sebesar 1,08 persen hingga 1,07 persen. Kemudian pada tahun 2012 subsektor ini dapat

memberikan nilai LQ yang meningkat sebesar 1,08 persen. Meskipun sektor industri pengolahan tidak menjadi sektor basis karena memiliki nilai LQ kurang dari satu, tetapi salah satu subsektornya dapat memberikan nilai LQ lebih dari satu maka subsektor ini dapat dikatakan sektor basis dan secara tidak langsung

(23)

4.1.3 Pembiayaan Sektoral

Penyaluran Kredit berdasarkan sektor-sektornya di Sumatera Utara dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3

Penyaluran Kredit berdasarkan sektor-sektornya (Triliun)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 37.00 40.00 46.00 49.00 66.00 Pertambangan &Penggalian 1.21 1.78 2.51 2.43 2.12 Industri Pengolahan 68.30 67.00 77.50 88.30 100.25 Listrik, Gas dan Air 2.37 3.05 3.82 4.27 5.62 Bangunan 7.60 8.80 6.60 9.05 12.82 Perdagangan, Hotel & Restoran 57.50 86.80 87.50 89.25 123.00 Angkutan dan Komunikasi 3.70 4.67 4.75 8.60 11.50 Keuangan, Persewaan & jasa Perusahaan 258.99 275.95 327.55 394.22 483.30 Jasa-jasa 15.25 16.50 17.48 18.87 19.23

Total

Sumber : Bank Indonesia, Sumatera Utara

Dari seluruh sektor, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

mengalami pertumbuhan tertinggi dari tahun 2008-2012 yang mencapai 483.30

Triliun pada tahun 2012. Kemudian disusul oleh sektor Perdagangan, Hotel &

Restoran yang mencapai 123.00 Triliun pada tahun 2012. Kemudian sektor

selanjutnya adalah sektor industri pengolahan yaitu dengabn jumlah 100.25

Triliun pada tahun 2012. Selanjutnyasektor pertanian yang mencapai 66.00

Triliun pada tahun 2012. Sektor jasa-jasa mencapai 19.23 Triliun pada tahun

2012. Sektor bangunan dengan jumlah 12.82 Triliun pada tahun 2012. Sektor

yang kecil nilainya adalah sektor listrik, gas dan air dan pertambangan dan

penggalian adalah masing-masing 5.62 Triliun dan 2.12 triliun sampai dengan

(24)

4.1.4 Ketenaga Kerjaan

Jumlah tenaga kerja di Sumatera Utara berdasarkan sektor-sektornya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4

Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Lapangan Usaha

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 86.734.101 87.298.039 87.522.564 81.544.723 81.261.630 Pertambangan &Penggalian 2.117.551 2.366.220 2.502.594 2.795.598 3.218.269 Industri Pengolahan 24.563.657 25.100.000 26.430.165 28.417.221 30.008.137 Listrik, Gas dan Air 233.966 459.707 452.865 493.058 552.977 Bangunan 10.128.105 9.921.720 10.371.209 11.908.917 12.999.307 Perdagangan, Hotel & Restoran 42.179.670 44.086.656 44.794.039 45.780.797 47.830.133 Angkutan dan Komunikasi 12.349.161 12.211.927 11.353.452 10.656.358 10.286.938 Keuangan, Persewaan & jasa Perusahaan 1.565.078 2.928.820 3.304.868 4.677.155 5.503.946 Jasa-jasa 26.452.400 28.220.470 32.001.529 33.188.367 34.909.513

Total 104.963.722 213.164.011 218.653.285 219.462.188 226.566.850

Sumber : BPS Sumatera Utara

Dapat dilihat pada tabel diatas yang paling banyak jumlah tenaga kerjanya

sektor pertanian yang mana dari tahun 2008 – 2010 selalu mengalami peningkatan

jumlah tenaga kerja dimulai dari 86.734.101jiwa pada tahun 2008 sampai

87.522.564jiwa pada tahun 2010. Tetapi pada tahun 2011 – 2012 mengalami

penurunan dari 81.544.723jiwa sampai 81.261.630jiwa.

kemudiansektorPerdagangan, Hotel dan Restoran, dengan jumlah tenaga kerja

dari tahun 2008 2012 naik secara signifikan, dari 42.179.670jiwa pada tahun 2008

sampai 47.830.133 jiwapada tahun 2012. Kemudian sektor jasa-jasa seperti

kemasyarakatan yang memiliki nilai meningkat secara signifikan dengan nilai

26.452.400 jiwapada tahun 2008 sampai 34.909.513jiwa pada tahun 2012. Ke

empat yang memiliki jumlah tenaga kerja yang banyak adalah sektor industri

pengolahan yang mengalami peningkatan 24.563.657jiwa pada tahun 2008 sampai

(25)

disektor ini berbeda dengan sektor-sektor yang lain yang selalu meningkat untuk

sektor ini mengalami penurunan setiap tahunnya dari 12.349.161jiwa pada tahun

2008 kemudian menjadi 10.286.938jiwa pada tahun 2012. Kemudian diikuti oleh

sektor bangunan, dengan nilai yang tidak stabil. Dari tahun 2008-2009 mengalami

penurunan dari 10128.105 jiwa pada tahun 2008 menjadi 9.921.720jiwa pada

tahun 2009, kemudian pada tahun 2010-2012 mulai perlahan meningkat. Dari

10.371.209jiwa pada tahun 2010 sampai 12.999.307jiwa pada tahun 2012.

Selanjutnya Sektor pertambangan dan penggalian yang perlahan naik dari tahun

2008-2012 dari 2.117.551jiwa dari tahun 2008 sampai 3.218.269 jiwa pada tahun

2012. KemudianSektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga perlahan

meningkat dari 2008-2012 dengan jumlah tenaga kerja 1.565.078jiwa pada tahun

2008 sampai 5.503.946 jiwa pada tahun 2012. Sedangkan sektor listrik, gas dan

air adalah sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja tetapi pada tahun

2008-2012 mengalami peningkatan dari 233.966 jiwa pada tahun 2008 sampai

552.977 jiwa pada tahun 2012.

4.2. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Unggulan Provinsi Sumatera Utara

Pertumbuhan sektor unggulan Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu

dilakukannya penelitian ini mengalami kontribusi yang sangat meningkat pada

masing-masing sektor. Keadaan ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yang

mem-pengaruhinya memiliki keadaan yang meningkat pula pada setiap sektor.

Laju pertumbuhan dan PDRB merupakan faktor yang mempengaruhi

(26)

Faktor lain yang mempengaruhi adalah dilihat dari masing-masing hasil

produksi yang diberikan oleh sektor dan subsektor perekonomian Provinsi

Sumatera Utara. Subsektor pertanian yang merupakan salah satu sektor unggulan

Sumatera Utara mampu memberikan kontribusi sebesar Rp. 13.186.597,56 juta

rupiah Pertumbuhan sektor unggulan Provinsi Sumatera Utara selama kurun

waktu dilakukannya penelitian ini mengalami kontribusi yang sangat meningkat

pada masing-masing sektor. Keadaan ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor

yang mempengaruhinya memiliki keadaan yang meningkat pula pada setiap

sektor. Laju pertumbuhan dan PDRB merupakan faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan sektor unggulan.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah dilihat dari masing-masing hasil

produksi yang diberikan oleh sektor dan subsektor perekonomian Provinsi

Sumatera Utara. Subsektor pertanian yang merupakan salah satu sektor unggulan

Sumatera Utara mampu memberikan kontribusi sebesar Rp. 13.186.597,56 juta

rupiah diberikan oleh subsektor perkebunan. Subsektor industri pengolahan

mampu memberikan kontribusi sebesar Rp. 27.371.501,02 juta rupiah diberikan

oleh subsektor industri tanpa migas. Subsektor PHR mampu memberikan

kontribusi sebesar Rp. 22.594.654,84 juta rupiah diberikan oleh perdagangan

besar dan eceran.

4.2.1. Analisis Shiftshare

Analisis penentuan sektor ekonomi yang strategis dan memiliki keunggulan

untuk dikembangkan dengan tujuan memacu laju pertumbuhan Sumatera Utara

(27)

(Ns), Proportional Shift (Ps), dan Differential Shift (Ds). Hasil perhitungan analisis Shift-share PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun 2008-2012 atas dasar harga konstan terhadap sektor perekonomian disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Analisis Shift shareAtas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil perhitungan analisis shift share menunjukkan bahwa perubahan atau pertumbuhan yang terjadi pada perekonomian Provinsi

Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 2008-2012 sebesar Rp. 28.291.589,22

juta rupiah yaitu sebesar 28,29 persen. Pertumbuhan ini dihasilkan dari kontribusi

komponenRegionalsharedi Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 27.311.374,77 juta rupiah yaitu sebesar 27,31 persen ditambah komponen Propotional shift

sebesar Rp. 654.712,05 juta rupiah yaitu sebesar 0,65 persen dan ditambah

komponen Differential shift atau keunggulan kompetitif sebesar Rp. 325.502,40 juta rupiah yaitu sebesar 0,33 persen.

Sektor komponen Regional share (Ns) yang bernilai positif menunjukkan, bahwa pertumbuhan perekonomian di Provinsi Sumatera Utara maju dikarenakan

pertumbuhan perekonomian pada sektor yang sama di Indonesia, sektor tersebut

Lapangan Usaha

Ns Ps Ds

Perubahan

PDRB

Shift Share

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air bersih 5. Bangunan

(28)

juga mengalami kemajuan. Sebaliknya, apabila nilai Ns negatif berarti

pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara mengalami pertumbuhan yang

lambat, dikarenakan pertumbuhan perekonomian di Indonesia mengalami

pertumbuhan yang lambat juga di Indonesia. Berdasarakan perhitungan Ns

terhadap sektor-sektor dan subsektor di Provinsi Sumatera Utara semuanya

memiliki nilai yang positif.Hasil Ns tersebut dapat dilihat bahwa sektor-sektor

unggulan Sumatera Utara memberikan kontribusi yang sangat baik.

Ns yang positif ditunjukkan oleh sektor pertanian, artinya sektor ini mampu

memberikan pertumbuhan perekonomian yang maju yaitu sebesar Rp.

6.508.239,74 juta rupiah yaitu sebesar 6,51 persen dan merupakan sektor yang

memberikan kontribusi yang paling besar dibandingkan dengan sektor unggulan

lainnya. Kondisi ini terjadi tidak terlepas dari dukungan subsektor-subsektornya.

Sektor industri pengolahan menunjukkan bahwa sektor ini mampu memberikan

kontribusi yang besar yaitu sebesar Rp. 6.252.184,18 juta rupiah yaitu sebesar

6,25 persen. Sektor yang juga memberikan kontribusi yang besar ditunjukkan oleh

sektor PHR sebesar Rp. 5.020.098,96 juta rupiah yaitu sebesar 5,02 persen.

Kondisi ini didukung oleh besarnya kontribusi yang diberikan oleh

subsektor-subsektornya yang mengindikasikan bahwa, sektor-sektor tersebut sangat

terpengaruh oleh setiap kebijakan nasional. Artinya, apabila terjadi perubahan

kebijakan tingkat nasional, maka kontribusi sektor tersebut beserta subsektornya

akan mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan sektor lainnya.

(29)

0,20 persen, hal ini berarti jika terjadi perubahan kebijakan nasional maka tidak

akan terlalu mempengaruhi sektor listrik, gas dan air bersih. Secara keseluruhan

sektor ekonomi di Provinsi Sumatera Utara mampu bersaing ditingkat

nasional.Keadaan ini dapat dilihat dari hasil perhitungan masing-masing sektor

yang memiliki nilai positif.

Sementara pengaruh komponen Proportional shift terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara secara umum menunjukkan nilai yang positif

sebesar Rp. 654.712,05 juta rupiah yaitu sebesar 0,65 persen, yang berarti bahwa

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara memiliki pertumbuhan yang

maju bila dibandingkan dengan pertumbuhan di Indonesia. Meskipun secara

umum nilai komponen Proportional shift positif, tetapi jika dilihat dari masing-masing sektor terdapat beberapa sektor yang memiliki nilai Proportional shift

yang negatif yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan

sektor industri. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor tersebut

memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan

sektor sejenis di Indonesia.

Disini terlihat bahwa ada dua sektor yang memiliki nilai negatif yang

merupakan sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara. Sementara sektor-sektor

yang pertumbuhannya relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan sektor sejenis

di Indonesia yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor

perdagangan, hotel dan retoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

(30)

Komponen Differential shift di Provinsi Sumatera Utara, secara umum memiliki keunggulan kompetitif meskipun nilainya kecil sebesar Rp. 325.502,40

juta rupiah yaitu sebesar 0,33 persen, tetapi setidaknya Sumatera Utara memiliki

kemandirian daerah. Sektor yang memiliki keunggulan kompetitif jika

dibandingkan dengan sektor sejenis di Indonesia adalah sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan

retoran, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

Sedangkan sektor yang kurang memiliki keunggulan kompetitif di Provinsi

Sumatera Utara yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih,

dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sembilan sektor ekonomi yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara

menunjukkan bahwa secara keseluruhan sektor memberikan total nilai yang

positif. Artinya, sektor ekonomi di Provinsi Sumatera Utara dapat bersaing dan

mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dibandingkan dengan sektor ekonomi

yang ada di Indonesia.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuhairan (2009), menyatakan bahwa

pertumbuhan yang paling cepat dan cukup tinggi jika dibandingkan dengan

sektor-sektor lainnya, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor keuangan,

persewaan dan jasa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2012)

memperlihatkan bahwa sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan selama

kurun waktu penelitian pertumbuhannya masih kalah jika dibandingkan dengan

sektor pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor

(31)

4.2.2. Analisis Shiftshare Sektor Unggulan Provinsi Sumatera Utara

Dilihat dari subsektor dari masing-masing sektor unggulan yang terlihat

pada Tabel 4.6 yaitu bahwa subsektor pertanian yang memiliki kontribusi yang

terbesar dalam meningkatkan nilai PDRB Sumatera Utara dapat dilihat pada

subsektor perkebunan, yaitu sebesar Rp. 2.727.452,56 juta rupiah. Dimana

komponen Regional share memberikan sumbangan sebesar Rp. 2.632.954,92 juta rupiah, komponen Proportional shift menunjukkan nilai yang negatif sebesar Rp. 1.037.782,95 juta rupiah, dan komponen Differential shift sebesar Rp. 1.132.280,58 juta rupiah.Kondisi ini menunjukkan bahwa subsektor perkebunan

berspesialisasi di tingkat Indonesia memiliki pertumbuhan yang lebih lambat.

Meskipun spesialisasi tumbuh lebih lambat, sektor ini mengalami pertumbuhan

yang lebih cepat dibandingkat tingkat Indonesia. Keadaan ini didukung oleh hasil

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara dimana adanya peningkatan

produksi kelapa sawit yang mengalami kenaikan harga.

Sektor industri pengolahan, subsektor yang mampu memberikan kontribusi

terbesar berdasarkan analisis Shift share ditunjukkan oleh subsektor industri tanpa migas yaitu sebesar Rp. 6.476.577,17 juta rupiah. Dimana komponen Regional share memberikan sumbangan sebesar Rp. 6.221.092,64 juta rupiah, komponen

Proportional shiftmenunjukkan nilai yang negatif sebesar Rp. 791.838,33 juta rupiah, dan komponen Differential shift sebesarRp. 1.015.115,44 juta rupiah. Keadaan menunjukkan bahwa subsektor industri tanpa migas berspesialisasi pada

subsektor yang pada tingkat Indoensia memiliki pertumbuhan yang lebih lambat.

(32)

subsektor lebih cepat dibandingkan tingkat Indonesia. Kondisi ini didukung oleh

industri makanan, minuman dan tembakau yang mampu memberikan kontribusi

sebesar Rp3.964.896,28 juta rupiah.

Tabel 4.6

Hasil perhitungan analisis Shiftshare berdasarkan sektor dan subsektor Unggulan Sumatera Utara

Sumber: BPS Sumatera Utara (2012)

Subsektor PHR yang memberikan kontribusi terbesar ditunjukkan oleh

subsektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar Rp. 4.619.860,55 juta

rupiah. Dimana komponen Regional sharememberikan sumbangan sebesar Rp. 4.459.796,94 juta rupiah, komponen Proportional shift sebesar Rp. 934.703,70 juta rupiah, dan komponen Differential shiftmenunjukkan nilai yang negatif sebesar Rp. 774.640,09 juta rupiah. Keadaan ini menunjukkan, bahwa subsektor

perdagangan besar dan eceran memiliki pertumbuhan yang lambat dibandingkan

LAPANGAN USAHA

Shift share

Perubahan

Ns Ps Ds PDRB

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

a.Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan

c. Peternakan dan Hasil - Hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 6508239,74 2160271,46 2632954,92 673038,41 363975,53 677999,42 -2692011,25 -1172970,22 -1037782,95 -189530,71 -288734,88 1864,91 2925594,17 1250503,10 1132280,58 213686,29 301798,08 22468,72 6741822,66 2237804,33 2727452,56 697193,99 377038,73 702333,05

2. Industri Pengolahan

a. Industri Migas

1). Pengilangan Minyak Bumi 2). Gas Alam Cair

b. Industri Tanpa Migas

1). Ind. Makanan, Minuman, & Tembakau 2). Ind. Tekstil, Barang Dari Kulit, & Alas Kaki 3). Ind. Kayu & Barang dari kayu lainnya 4). Ind. Kertas & Barang Cetakan 5). Ind. Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 6) Ind. Semen & Brg Galian Bkn Logam 7). Ind. Logam Dasar Besi & Baja

8). Ind. Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya/Transpot Equip 9). Ind. Barang Lainnya

3. Perdagangan, Hotel & Restoran

(33)

dengan subsektor yang sama di Indonesia. Tetapi subsektor ini berspesialisasi

pada subsektor pada tingkat Indonesia tumbuh relatif lebih cepat.Kondisi ini

didukung oleh petumbuhan dan kontribusi yang diberikan oleh perdagangan besar

dan eceran.

Kondisi yang diperlihatkan oleh masing-masing subsektor unggulan di

Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa subsektor-subsektor pada sektor

unggulannya mengalami pertumbuhan relatif lebih cepat dibandingkan pada

subsektor-subsektor pada tingkat Indonesia. Dilihat dari hasil Shift-share

subsektor unggulan Sumatera Utara mampu memberikan perubahan PDRB yang

memiliki nilai positif. Kondisi ini disebabkan karena efek pertumbuhan ekonomi

nasional dan dipengaruhi oleh kinerja perekonomian nasional.

4.2.3. Analisis Kuadran Proportional Shift (Ps) dan Differential Shift (Ds)

Melihat besaran Ps dan Ds, maka suatu sektor dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok/ kuadran. Dengan menggunakan analisis Shift-share, dapat dilihat dari pendekatan Ps dan Ds sekaligus, pada tahun 2008-2012 secara agregat posisi PDRB Provinsi Sumatera Utara terletak pada kuadran II (Ps positif dan Ds negatif). Keadaan ini me-nunjukkan bahwa ekonomi Provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan relatif lambat dibandingkan pertumbuhan

(34)

Keuangan

Perdagangan

Konstruksi

[image:34.595.88.545.160.522.2]

Pengangkutan dan Komunikasi

Gambar 4.2.3.Proportional Shift(Ps) dan Differential Shift (Ds) sektor ekonomiProvinsi Sumatera Utara periode Tahun 2008-2012

Kuadran IV 20 Kuadran I

Pertambangan

Pertanian 10

Industri Pengolahan

0 Jasa-jasa

-20 -10 0 10 20 30 40

Listrik, gas dan Air Bersih

-10

-20

-30

-40

Kuadran III persentase Shiftshare Kuadran II

Kuadran I (Ps positif dan Ds positif), terlihat bahwa tidak ada sektor ekonomi yang termasuk kategori ini. Artinya, sektor-ssektor ekonomi Provinsi

Sumatera Utara belum ada yang memiliki pertumbuhan yang pesat. Kuadran II

(Ps positif dan Ds negatif) ditempati oleh sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor PHR, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

dan sektor jasa. Artinya, sektor-sektor ini berada pada posisi pertumbuhan yang

terhambat tetapi cenderung berpotensi untuk berkembang. Sektor-sektor tersebut

(35)

cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi

wilayah lainnya. Sementara itu, tidak ada sektor yang terdapat pada kuandran III

(Psnegatif dan Ds negatif). Artinya, tidak ada sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang termasuk kategori sebagai sektor yang terbelakang dan berdaya saing

lemah. Kuadran IV (Ps negatif dan Ds Positif) ditempati oleh sektor pertanian, peternakan, kehutan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, dan

sektor industri pengolahan. Artinya, sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang

terhambat namun berkembang. Sektor-sektor ini memiliki tingkat daya saing yang

tinggi tetapi laju pertumbuhannya lambat.

4.3. Dampak Pembiayaan Sektoral Terhadap Pertumbuhan sektoral di Sumatera Utara.

Dibawah ini adalah tabel pertumbuhan ekonomi sektoral, realisasi

kreditsektoral dan tenaga kerja sektoral.

Berdasarkan data panel, dampak pembiayaan sektoral terhadap

pertumbuhan sektoral di Sumatera Utara dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7

Hasil Regresi Hausman Test

Dari hasil yang dilakukan, maka dapat diperoleh persamaan Hausman Testsebagai

berikut:

Method: Pooled Least Squares Dependent Variable: Y?

Method: Pooled Least Squares Date: 08/09/15 Time: 21:00 Sample: 2008 2012

Included observations: 5 Cross-sections included: 9

(36)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.631556 0.328199 20.20592 0.0000

X1? 0.066241 0.029217 1.924937 0.0610

X2? 0.077442 0.037067 -2.089231 0.0428

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.423272 Mean dependent var 6.631556

Adjusted R-squared 0.295110 S.D. dependent var 2.622300

S.E. of regression 2.201623 Akaike info criterion 4.593123

Sum squared resid 174.4972 Schwarz criterion 4.954456

Log likelihood -94.34527 Hannan-Quinn criter. 4.727824

F-statistic 3.302640 Durbin-Watson stat 1.419339

Prob(F-statistic) 0.006264

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Dependent Variable: Y?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 08/09/15 Time: 21:43

Sample: 2008 2012 Included observations: 5 Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 45

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.293251 0.797193 7.894258 0.0000

X1? 0.042166 0.027598 1.527834 0.1341

X2? -0.065810 0.033681 -1.953925 0.0574

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 1.536271 0.3333

Idiosyncratic random 2.172857 0.6667

Weighted Statistics

R-squared 0.087859 Mean dependent var 3.544997

Adjusted R-squared 0.044424 S.D. dependent var 2.190338

S.E. of regression 2.141134 Sum squared resid 192.5471

F-statistic 2.022760 Durbin-Watson stat 1.336396

Prob(F-statistic) 0.144977

(37)

R-squared 0.101718 Mean dependent var 6.631556

Sum squared resid 271.7879 Durbin-Watson stat 0.946764

Hausman Test

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: FEM

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.782588 2 0.6762

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

X1? 0.034661 0.042166 0.000072 0.3773

X2? 0.059533 0.065810 0.000065 0.4361

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: Y?

Method: Panel Least Squares Date: 08/20/15 Time: 18:08 Sample: 2008 2012

Included observations: 5 Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 45

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.410644 0.625812 10.24373 0.0000

X1? 0.034661 0.028877 1.200283 0.2383

X2? 0.059533 0.034632 1.719020 0.0947

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.469453 Mean dependent var 6.631556

Adjusted R-squared 0.313410 S.D. dependent var 2.622300

S.E. of regression 2.172857 Akaike info criterion 4.598549

Sum squared resid 160.5244 Schwarz criterion 5.040178

Log likelihood 92.46736 Hannan-Quinn criter. 4.763184

F-statistic 3.008485 Durbin-Watson stat 1.530395

(38)

Y

it

=

0 +

1

KS

it

+

2

TS

it

Y

it

=6.410644+0.034661 KS

it

+0.059533TS

it

4.3.1. Sektor Pertanian

Dari tabel di atas didapat bahwa pembiayaan sektor pertanian berpengaruh

signifikan positif terhadap pertumbuhan sektoral di Sumatera Utara ini disebabkan

luasnya areal pertanian di setiap wilayah di Sumatera Utara. Namun berdasarkan

data pusat sistem pertanian Sumatera Utara lahan pertanian di Sumatera Utara dari

tahun ke tahun mengalami penurunan, ini di sebabkan adanya ahli fungsi lahan.

Pada tahun 2009 lahan persawahan seluas 464.256.000 Ha menjadi 423.190.320

Ha di tahun 2012. Lahan tegalan seluas 480.133.000 Ha menjadi 556.196.000 Ha,

dan lahan ladang dari 393.205.000 Ha menjadi 313.315.000 Ha.

Penelitian ini menunjukkan semangkin tinggi pembiayaan sektor pertanian

yang dikeluarkan akan semakin meningkatkan pertumbuhan sektoral di Sumatera

Utara.

Pembiayaan sektor pertanian bertujuan membantu petani mendapatkan

biaya penggarapan lahan, pembelian bibit, pembelian peralatan pertanian,

pembelian atau penyewaan lahan pertanian. Pembiayaan sektor pertanian sangat

besar, ini dalam rangka meningkatkan produksi pangan khususnya padi dan

palawija.

Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Mukhopadhay

dan Pradhan (2010) bahwa kredit sektor pertanian diperlukan oleh negara

berkembang, karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling

(39)

4.3.2. Sektor Pertambangan

Dari hasil penelitian didapat bahwa pertumbuhan kredit sektor

pertambangan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektoral di

Sumatera Utara. Hal ini disebabkan sektor pertambangan memiliki resiko yang

tinggi serta sejak akhir tahun 2012, lembaga perbankan di Indonesia mengurangi

kucuran dana kredit terhadap sektor pertambangan (kontan,2014). Hal tersebut

dilakukan karena harga batu bara mengalami penurunan, serta adanya kebijakan

pemerintah yang membatasi ekspor melalui undang-undang pertambangan

mineral dan batu bara.

Dalam penelitian sebelumnya sektor pertambangan merupakan sektor

terkecil yang menimbulkan efek penggandaan, karena sektor pertambangan

merupakan sektor yang membutuhkan modal besar dan resiko yang tinggi (Ukar

Wijaya Soelistijo, Wibowo dan Wibawa, 2012).

Selain itu daerah pertambangan di Sumatera Utara sangat kecil.

4.3.3. Sektor Industri Pengolahan

Dari hasil penelitian didapat bahwa pembiayaan sektor industri pengolahan

tidak signifikan terhadap pertumbuhan sektoral. Hal ini disebabkan oleh krisis

moneter tahun 1998. Walaupun industri pengolahan tidak berpengaruh signifikan

akan tetapi pada masa akan datang sektor ini akan terus berkembang lebih baik.

Membaiknya sektor industri pengolahan ini di sebabkan dana yang dikucurkan

(40)

4.3.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air

Dari hasil penelitian didapat bahwa pembiayaan pada sektor listrik, gas, dan

air tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektoral Kabupaten/Kota

di Sumatera Utara.

Produksi listrik sebagian besar dihasilkan oleh perusahaan listrik negara

(PLN) dan sebagian kecil non PLN. Produksi gas dihasilkan oleh perusahaan gas

negara (PGN) dan air dihasilkan oleh perusahaan air minum (PAM). Baik PLN,

PGN, dan PAM merupakan perusahaan yang dimiliki oleh negara sehingga

sebagian besar dana yang dibutuhkan dibiayain oleh negara (pembiayaan energi

terbaru: solusi atas membengkaknya subsidi energi), sehingga keputusan akan

pengajuan kredit kemungkinan besar berpusat di ibu kota. Hal ini didukung oleh

penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa peningkatan pembiayaan sektor

listrik, gas, dan air di Indonesia berpengaruh signifikan terhadap peningkatan

GDP di Indonesia (Kurnia, 2013).

4.3.5. Sektor Bangunan

Dari hasil penelitian didapat bahwa pertumbuhan pembiayaan sektor

bangunan berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional

Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semangkin tinggi

pembiayaan yang diberikan pada sektor bangunan maka pertumbuhan sektoral

Sumatera Utara mengalami peningkatan. Walaupun sektor bangunan bukanlah

sektor yang liquid-an dan sektor yang membutuhkan waktu yang paling lama,

(41)

daerah- daerah di Sumatera Utara menjadikan sektor ini merupakan salah satu

sektor yang maju pesat dan banyak menyerap tenaga kerja.

Hasil penelitian oleh Timsina (2014) menyatakan bahwa sektor bangunan

membutuhkan beberapa penyesuaian agar dapat berpengaruh positif dalam

pertumbuhan ekonomi, karena sektor bangunan memiliki trennya sendiri.

4.3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pertumbuhan pembiayaan

perdagangan, hotel, dan restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan sektoral Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan berkurangnya jumlah

hunian di hotel. Namun untuk meningkatkan sektor ini TNP2K (2014)

menyebutkan bahwa pembiayaan sektor perdagangan, hotel, & restoran

mendapatkan kontribusi pembiayaan terbesar dalam kredit usaha rakyat (KUR),

sehingga, peningkatan pembiayaan perdagangan, hotel, & restoran sehingga di

harapkan bidang ini menjadi bidang yang berpengaruh terhadap pembiayaan

sektoral, megingat wilayah sumatera utara memiliki penduduk yang banyak.

4.3.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa pertumbuhan pembiayaan sektor

angkutan dan komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi regional Sumatera Utara. Gaikindo (2012) menemukan bahwa

penggunaan pembiayaan otomotif yang ada di Sumatera Utara sebagian besar di

dominasi oleh pembiayaan konsumtif kendaraan bermotor. Sehingga, peningkatan

pembiayaan pada sektor angkutan dan komunikasi tidak berpengaruh signifikan

(42)

4.3.8. Sektor Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor keuangan, sewa, & jasa

perusahaan berpengaruh signifikan positif, hal ini disebabkan oleh kinerja

subsektor perbankan Sumatera Utara membaik ini ditunjukkan oleh berbagai

ukuran kinerja perbankan seperti pertumbuhan kredit dan DPK, rasio LDR dan

NPL.

Pertumbuhan sektor ini akan terus meningkat pada tahun-tahun akan datang

seiiring dengan semakin pesatnya kinerja perbankan dan besarnya kebutuhan

masyarakat untuk menggunakan jasa sewa dan jasa perusahaan.

4.3.9. Sektor Jasa-jasa

Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan sektoral jasa-jasa

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan sektoral di Sumatera Utara.

Namun dengan membaiknya kondisi perekonomian penyerapan tenaga kerja pada

jasa-jasa rumah tangga maupun perseorangan yang bersifat informal diperkirakan

meningkat. Penyaluran pembiayaan sektor ini paling banyak di dominasi oleh

penyaluran kredit ke subsektor hiburan.

4.3.10. Tenaga Kerja Sektoral

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja sektoral berpengaruh

signifikan negatif terhadap pertumbuhan sektoral. Ini dapat dilihat dalam sektor

pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja namun tenaga kerja yang di terima

tidaklah menetap tetapi terus berubah dari waktu ke waktu. Dampak pembiayaan

sektoral juga dapat dilihat dari kesejahteraan masyarakat yang menunjukkan

(43)

naiknya upah Minimum Provinsi Sumatera Utara sebesar 15, 83% yaitu Rp.

1.200.000 sedangkan Upah Minimum Kota (UMK) tahun 2012 yaitu Rp.

1.285.000. Selain itu Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten/Kota

Sumatera Utara jumlah pengangguran turun sebesar 8.818 orang. Selain itu

perkembangan keuangan daerah juga mengalami kenaikan berasal dari PAD

(Pendapatan Hasil Daerah). Dengan besarnya PAD yang ada berdampak pada

pembiayaan sektoral yang ada di Sumatera Utara sehingga sektor unggulan dan

sektor-sektor yang lain dapat dibiayain sehingga pertumbuhan sektoral Sumatera

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pendekatanuji Hausman test, untuk mengetahui signikikansi dari

dampak pembiayaan sektoral terhadap pertumbuhan sektoral di Sumatera Utara

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Secara parsial dampak pembiayaan sektor pertanian, bangunan, keuangan;

sewa dan jasa perusahaan dan tenaga kerja sektoral berpengaruh terhadap

pertumbuhan sektoral Sumatera Utara. Sedangkan dampak pembiayaan

sektor pertambangan, industri pengolahan, listrik; gas dan air, perdagangan,

restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan sektoral Sumatera Utara.

b. Dampak pembiayaan sektor (pertanian, pertambangan, pengolahan, listrik;

gas; dan air, konstruksi, perdagangan; sestoran; dan hotel, pengangkutan;

dan komunikasi, jasa-jasa) dan Tenaga Kerja berpengaruh sacara

bersama-sama terhadap pertumbuhan sektoral Sumatera Utara.

2. Berdasarkan pendekatan Shiftshare dilihat dari kontribusi PDRB pada tahun 2008-2012, dapat diketahui bahwa struktur perekonomian di Provinsi Sumatera

Utara mengalami peningkatan dan pertumbuhannya terjadi lebih cepat. Melalui

(45)

dan memiliki daya saing. Dengan demikian, struktur perekonomian Provinsi

Sumatera Utara memiliki pertumbuhan dan berkembang dengan cepat.

3. Dilihat dari nilai PDRB yang dianalisis dengan pendekatan Shift-share, terlihat bahwa sektor unggulan memiliki peran yang sangat besar dalam pertumbuhan

struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Utara dimana dapat dilihat bahwa

kontribusi yang diberikan oleh sektor unggulan menunjukkan perubahan PDRB

yang bernilai positif. Faktor yang mempengaruhi perubahan PDRB tersebut

dipengaruhi dampak pertumbuhan PDRB (Ns), dampak pertumbuhan industri

(Ps), dan dampak pertumbuhn pangsa wilayah (Ds).

3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa terjadi pergeseran dari

sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dilihat dari analisis Location Quotion, pada tahun 2008 sektor konstruksi termasuk sektor basis tetapi pada tahun 2009-2012 sektor ini tidak lagi menjadi sektor basis di Provinsi Sumatera

Utara.

4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sektor unggulan Provinsi Sumatera

Utara tahun 2008-2012, yaitu:

a) Laju pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara, dimana sektor-sektor

perekonomian di Provinsi Sumatera Utara memiliki daya saing dengan

wilayah lainnya.

b) Hasil produksi yang dihasilkan oleh masing-masing sektor ekonomi, dimana

apabila sektor ekonomi dapatmemberikan kontribusi yang meningkat setiap

tahunnya, dilihat dari nilai PDRB maka akan dapat mempengaruhi

(46)

c) Pembiayaan sektoral tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga oleh

pihak swasta, sehingga pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara semakin

meningkat.

5. Pembiayaan sektoral terhadap pertumbuhan sektoral di Sumatera Utara

berdampak pada penurunan masyarakat miskin, bertambahnya lapangan kerja,

berkurangnya pengangguran dan bertambahnya PDRB yang diterima daerah

yang digunakan untuk membiayai sektor-sektor yang ada.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian, yaitu:

1. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara perlu mengembangkan sarana dan

prasarana dalam pembangunan sektor pertanian dan sektor industri sehingga

laju pertumbuhannya meningkat. Sektor pertanian perlu adanya pembangunan

dan perbaikan irigasi, pengadaan bibit unggul dan pengembangan teknologi.

Sektor industri dan PHR juga perlu menyelaraskan industri kecil dan rumah

tangga dengan industri besar dan pabrikan melalui pembangunan sentra

produksi dan kawasan pertumbuhan ekonomi dalam kegiatan produksi dan

pemasaran.

2. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara juga seharusnya

memperhatikan pergeseran sektor basis yang dapat mempengaruhi pergeseran

pertumbuhan struktur perekonomian, seperti sektor industri pengolahan yang

mengalami penurunan kontribusi PDRB. Maka dari itu sektor industri

(47)

3. Keadaan sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara perlu melakukan

pengembangan sehingga memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan

struktur perekonomian Provinsi Sumatera Utara tersebut. Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara perlu melakukan kebijakan pengembangan sektor ekonomi dan

peningkatan daya tarik iklim investasi melalui pertumbuhan ekonomi daerah

(48)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi dapat di defenisikan sebagai penjelasan

mengenaib faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam

jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut

sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999).

(49)

A. Menurut Adam Smith pertumbuhan ekonomi ada 4 faktor antara lain:

1. Jumlah penduduk

2. Jumlah stok barang-barang modal

3. Luas tanah dan kekayaan alam, dan

4. Tingkat teknologi yang digunakan (Suryana, 2000).

B. Menurut Kuznets dalam jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi adalah

peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan

barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan

output nasional secara terus menerus yang disertai dengan kemajuan

teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap ideologi yang

dibutuhkannya.

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting

(Arsyad,1999) seperti akumulasi modal yang merupakan suatu investasi baru yang

berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk mengukur besar output pada masa yang akan

datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya yang baru dan

meningkatkan sumberdaya yang telah ada. Kemudian pertumbuhan penduduk dan

hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (laborforce) di

anggap sebagai faktor yang positif dalam merancang pertumbuhan ekonomi,

namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi bergantung pada

kemampuan sisitem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan

(50)

teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi.

Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh

cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan tradisional.

2.1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan

ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah

faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut.

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004) yaitu jumlah nilai tambah

yang dihasilka untuk seluruh unit usaha dalm suatu wilayah atau merupakan

seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unitekonomi di suatu

wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan denganmenggunakan metode yaitu

langsung dan tidak langsung (alokasi).

Perhitungan metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatanyaitu

pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan

pengeluaran.Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan

memberikanhasil perhitungan yang sama (BPS, 2008).

Pendekatan produksi (Production Approach) dilakukan denganmenghitung nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di

suatu region) pada suatu jangka waktu

Gambar

Tabel 3.1 Posisi relatif suatu sektor berdasarkan pendekatan PS dan DS
Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa subsektor pertanian memberikan
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Penyaluran Kredit berdasarkan sektor-sektornya (Triliun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Aplikasi Permainan CastleQuest ini menggunakan Java 2 Micro Edition (J2ME) yang merupakan bagian dari Java 2, dan telah di uji cobakan pada emulator yang disediakan oleh

Bawang merah dapat digunakan sebagai obat herbal yang berfungsi untuk menurunkan suhu tubuh (kompres), secara umum bawang merah ( Allium Cepa var. ascalonicum ) adalah

Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek

Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam penyusunan.. skripsi

Untuk kondisi ini, Admin Kemenag Kab/Kota akan mencetak SURAT TANDA BUKTI MUTASI SEKOLAH INDUK PTK (SM03) langsung. tanpa melalui prosedur Pelaporan Mutasi Masuk (SM02)

How to objectively evaluate the results of the segmentation, obtain optimal segmentation scale and avoid the influence of subjective factors are becoming

BUKU SISWA SMPLB TUNAGRAHITA KELAS VII Page 172 Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan contoh di

Uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara kebiasaan minum susu dengan jumlah susu yang dikonsumsi setiap hari (Tabel 11).Dapat dikatakan