commit to user
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010)
Skripsi
Oleh: REZA YOHANA
NIM K5406035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 SurakartaTahun Ajaran 2009/2010)
Oleh: REZA YOHANA
NIM K5406035
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ABSTRAK
Reza Yohana. K5406035. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA KOMPETENSI DASAR
MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN DI MUKA BUMI (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 dengan menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT) pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
Penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-4 sebanyak 39 siswa. Data diperoleh melalui dokumentasi, observasi, wawancara, angket dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Indikator kinerja yang harus dicapai adalah ketuntasan 80% motivasi dan hasil belajar.
Hasil belajar pada siklus I menunjukan bahwa penerapan metode Teams
Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran geografi belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian.
Hal ini ditunjukkan pada motivasi siswa yang baru mencapai 67% dan hasil
belajar siswa mencapai 67% dari jumlah siswa. Hasil penelitian siklus II terjadi peningkatan motivasi siswa menjadi 85% dan hasil belajar belajar siswa 82%. Hasil pada siklus II tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode TGT pada pembelajaran geografi disertai dengan pemberian motivasi, penilaian terhadap hasil kerja individu dan mengoptimalkan penggunaan media seperti makromedia flash dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
ABSTRACT
REZA YOHANA. K5406035. THE ATTEMPT OF IMPROVING THE GEOGRAPHY LEARNING MOTIVATION AND RESULT USING TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) LEARNING METHOD IN BASIC COMPETENCY OF ANALYZING HYDROSPHERE AND THE EFFECT ON LIFE ON THE EARTH SURFACE. (Clasroom Action Research on Class X-4 of SMA Muhammadiyah 1 Surakarta in Academic Year 2009/ 2010).Thesis, Surakarta: Teaching and Education Science Faculty of Sebelas Maret University Surakarta, August 2010.
The aim of the research is to know student motivation and student learning result on class X-4 of SMA Muhammadiyah 1 Surakarta in academic year 2009/2010 using Teams Games Tournament (TGT) method in basic competency of analyzing hydrosphere and the effect on life on the earth surface.
This research is Clasroom Action Research.The subject of the research is students on class X-4 in amount of 39 students. Instrument of data collecting in this research are documentation, observation, interview and test. Technique of analyzing data used is qualitative description. The indicator of work system needing to be achieved is 80% passing in learning motivation dan learning result. The learning outcome in the first cycle showed that TGT method in
motivation reached 67% and student learning result reached 67% of total student number. In second cycle result, there is an increase in student motivation into 85% and student learning result into 82%. That result showed that use of TGT method in geography learning is accompained by motivation giving
value and optimizing to use of media as makromedia flash can increase the student learning motivation and student learning result.
commit to user
MOTTO
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan
(Mario Teguh)
Jika anda dapat memimpikan dan meyakininya, anda dapat meraihnya
PERSEMBAHAN
Dalam naungan Allah SWT, kupersembahkan karya
ini untuk:
1. Ibuku tercinta yang selalu mendoakan dan
menguatkanku
2. Almarhum Bapak, segala doa kupanjatkan untuk
kedamaian dan ketenanganmu di sana
3. Kedua kakakku Rosi dan Riki yang selalu
menanyakan kabar skripsiku dan
menyemangatiku tentunya
4. Seseorang yang berarti bagiku, terima kasih
telah menemani perjalananku
5. Teman- 6
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi. Selain
karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberi izin
penelitian skripsi kepada penulis.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP-UNS yang telah memberi izin penulisan skripsi
kepada penulis.
3. Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
yang telah memberikan izin penulisan skripsi.
4. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
banyak bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan penyusunannya.
5. Bapak Dr. M. Gamal Rindarjono, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan arahan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang
dengan sabar membimbing penulis pada tahun-tahun awal studi.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
8. Drs. H. Tri Kuat, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1
Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
9. Ibu Umi Rochyani selaku guru Geografi kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1
Surakarta yang telah membantu kelancaran penelitian.
10.Siswa-siswi kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
11.Teman-teman seperjuangan 6 yang ikut memberikan sejarah bagi
hidupku.
12.Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini mungkin masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Oktober 2010
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK INDONESIA ... v
HALAMAN ABSTRAK INGGRIS ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Penelitian Tindakan Kelas... 9
2. Belajar Pembelajaran ... 11
3. Metode Pembelajaran ... 14
4. Motivasi Belajar ... 21
5. Hasil Belajar ... 24
6. Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi ... 25
B. Penelitian yang Relevan ... 36
C. Kerangka Pemikiran ... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian ... 41
B. Pendekatan Penelitian ... 42
C. Sumber Data ... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ... 46
E. Validitas Data ... 50
F. Teknik Analisis Data ... 51
G. ... 52
H. ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 55
1. Lingkungan Sekolah... 55
2. Karakteristik Guru ... 60
3. Karakteristik Siswa ... 60
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
1. Kondisi Awal ... 62
2. Siklus I ... 64
3. Siklus II ... 79
C. Pembahasan ... 90
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98
B. Implikasi ... 98
C. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas X ... 2
2. Tabel 2. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Kelas X pada tiap Kompetensi Dasar Tahun 2008. ... 4
3. Tabel 3. Perbandingan Metode TGT dengan Metode STAD... 18
4. Tabel 4. Penelitian yang Relevan ... 36
5. Tabel 5. Jadwal Penyusunan Skripsi ... 42
6. Tabel 6. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 48
7. Tabel 7. Kategori Motivasi Belajar ... 49
8. Tabel 8. Ukuran Keberhasilan Penelitian ... 52
9. Tabel 9. Jumlah Siswa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta ... 58
10. Tabel 10. Keadaan Guru dan Pegawai SMA Muhammadiyah 1 Surakarta ... 58
11. Tabel 11. Sarana Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Surakarta... 59
12. Tabel 12. Motivasi Awal Siswa terhadap Mata Pelajaran Geografi. ... 62
13. Tabel 13. Nilai Awal Siswa ... 63
14. Tabel 14. Motivasi Siswa Siklus I ... 74
15. Tabel 15. Nilai Tes Formatif Siklus I... ... 75
16. Tabel 16. Hasil Tes Formatif Siklus I terhadap masing-masing indikator... ... 76
17. Tabel 17. Motivasi Siswa Siklus II... ... 88
18. Tabel 18. Nilai Tes Formatif Siklus II ... 89
19. Tabel 19. Perbandingan Pembelajaran Awal dan Baru yang digunakan Guru ... 91
20. Tabel 20. Perbandingan Kategori Motivasi Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 94
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK ... 10
2. Kerangka Pemikiran... ... 39
3. Peta Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Surakarta ... 56
4. Peta Citra Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Surakarta... ... 57
5. Peta Persebaran Asal SMP Siswa Kelas X-4 Tahun Ajaran 2009/ 2010 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta... 61
6. Histogram Motivasi Awal Siswa ... 63
7. Histogram Nilai Awal Siswa ... 64
8. Histogram Motivasi Siswa Siklus I ... 74
9. Histogram Nilai Tes Formatif Siklus I ... 75
10 Histogram Motivasi Siswa Siklus II ... 88
11. Histogram Nilai Tes Formatif Siklus II ... 89
12. Histogram Perbandingan Kategori Motivasi Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ... 95
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Angket Motivasi Belajar
Lampiran 2. Lembar Observasi Terstruktur Untuk Siswa
Lampiran 3. Kuesioner Tanggapan Siswa terhadap Cara Pembelajaran
yang Dilaksanakan Guru
Lampiran 4. Lembar Observasi untuk Guru
Lampiran 5. Angket Karakteristik Guru Kolaborasi
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Guru
Lampiran 7. Daftar Siswa Kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
Lampiran 8. Nilai UAN dan Asal Sekolah Siswa Kelas X-4 SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta
Lampiran 9. Silabus Siklus I
Lampiran 10. Silabus Siklus II
Lampiran 11. RPP Siklus I
Lampiran 12. RPP Siklus II
Lampiran 13. Validitas Instrumen Soal Tes Formatif Siklus I
Lampiran 14. Validitas Instrumen Soal Tes Formatif Siklus II
Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal Tes Formatif Siklus I
Lampiran 16. Soal dan Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus I
Lampiran 17. Kisi-Kisi Soal Tes Formatif Siklus II
Lampiran 18. Soal dan Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus II
Lampiran 19. Soal dan Kunci Jawaban Diskusi Siklus I
Lampiran 20. Soal dan Kunci Jawaban Diskusi Siklus II
Lampiran 21. Peraturan Permainan Siklus I dan Siklus II
Lampiran 22. Soal dan Kunci Jawaban Permainan Siklus I
Lampiran 23. Soal dan Kunci Jawaban Permainan Siklus II
Lampiran 24. Skor Motivasi Siswa pada Survei Awal
Lampiran 25. Rata-Rata Nilai Ulangan Siswa pada Survei Awal
Lampiran 27. Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa terhadap Cara Pembelajaran
yang Dilaksanakan Guru Siklus I
Lampiran 28. Hasil Observasi untuk Guru Siklus I
Lampiran 29. Skor Motivasi Siswa Siklus I
Lampiran 30. Nilai Ulangan Siswa Siklus I
Lampiran 31. Analisis Soal Tes Formatif Siklus I
Lampiran 32. Hasil Observasi Terstruktur untuk Siswa Siklus II
Lampiran 33. Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa terhadap Cara Pembelajaran
yang Dilaksanakan Guru Siklus II
Lampiran 34. Hasil Observasi untuk Guru Siklus II
Lampiran 35. Skor Motivasi Siswa Siklus II
Lampiran 36. Nilai Ulangan Siswa Siklus II
Lampiran 37. Pembagian Kelompok
Lampiran 38. Materi Hidrosfer
Lampiran 39. Dokumentasi Foto Kondisi Pembelajaran
Lampiran 40. Profil SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan kunci masa depan suatu
bangsa. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
mengembangkan dan membina potensi sumberdaya manusia. Pendidikan
merupakan investasi utama bagi setiap bangsa karena dari sanalah tunas muda
harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat menghasilkan
lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat menjadi
pelopor dalam pembaharuan dan perubahan. Oleh karena itu, bidang pendidikan
perlu mendapatkan perhatian, baik oleh pemerintah, masyarakat pada umumnya
dan juga para pengelola pendidikan pada khusunya. Tantangan untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang akan mampu meningkatkan kualitas
manusia dan meningkatkan mutu kehidupan harus dihadapi. Untuk mewujudkan
keberhasilan dalam bidang pendidikan perlu adanya perhatian terhadap proses
belajar di sekolah yang tak lepas dari peran serta guru sebagai pendidik dan siswa
swa tidak
hanya tergantung pada rencana pengajaran dan buku pelajaran yang baik saja,
melainkan bergantung pula pada orang yang berdiri di muka kelas. Kalau orang
itu mampu dan cakap menjalankan tugasnya, barulah dapat kita harapkan bahwa
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses
belajar-Sejak tahun pelajaran 2006/ 2007 pemerintah telah menerapkan kurikulum
baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan Kurikulum
yang digunakan saat ini yaitu KTSP mengharuskan siswa untuk berperan aktif
dalam proses belajar mengajar. Kurikulum ini mulai diberlakukan sejak tahun
2006 yang merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada kedua kurikulum ini, guru tidak
lagi mendominasi pembelajaran (teacher centered) tapi menempatkan siswa
sebagai subyek didik sehingga pendekatannya berpusat pada siswa (student
centered). Namun pembelajaran dengan konsep teacher centered nampaknya
masih sering diterapkan karena dianggap praktis dan mudah dilaksanakan.
Pembelajaran yang digunakan guru geografi kelas X di SMA Muhammadiyah 1
Surakarta juga masih menerapkan teacher centered.
Pembelajaran geografi yang dilaksanakan di kelas X SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta terutama kelas X-4 menemui kendala yaitu
menyangkut hasil dan motivasi belajar yang masih rendah. Berdasarkan data yang
diperoleh dari guru geografi kelas X SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, diketahui
bahwa kelas X-4 memiliki rata-rata nilai ulangan paling rendah bila dibandingkan
dengan kelas X yang lain. Berikut disajikan tabel rata-rata nilai ulangan harian
geografi kelas X.
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas X
Kelas Rata-Rata Nilai Ulangan
X-1 69,05
X-2 64,6
X-3 63,4
X-4 59,6
X-5 60,5
X-6 60,4
X-7 62,3
Sumber: Data Guru Pengampu Mata Pelajaran Geografi KelasX
Pada saat ulangan, sebagian besar siswa kelas X-4 belum mencapai nilai
65 yang merupakan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata
pelajaran geografi. Dari 39 siswa hanya 16 siswa (41%) yang mencapai KKM
sehingga 23 siswa (59%) belum mencapai ketuntasan.
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi siswa. Jika siswa
kurang memiliki motivasi maka hasil belajarpun kurang optimal. Sesulit apapun
materi jika siswa memiliki motivasi yang tinggi maka siswa akan tetap belajar.
commit to user
guru dan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2010. Siswa kelas
tersebut cenderung pasif ditandai dari ketidakberanian mengungkapkan pendapat
maupun mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dimengerti. Pada
saat pembelajaran berlangsung banyak siswa tidak memperhatikan, mengantuk,
hanya ada beberapa siswa yang mencatat penjelasan dari guru dan jika diberi
tugas siswa suka mengulur waktu mengerjakannya. Sikap siswa tersebut
memperlihatkan mengenai motivasi siswa yang masih rendah terhadap
pembelajaran geografi. Motivasi siswa dapat disebabkan oleh kurangnya
kesadaran siswa akan pentingnya mata pelajaran geografi ataupun karena metode
yang sering digunakan guru kurang menimbulkan ketertarikan siswa.
Bersamaan dengan observasi motivasi siswa, peneliti juga melaksanakan
observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Berdasarkan observasi
tersebut diperoleh informasi bahwa pembelajaran geografi kelas X masih
menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru (teacher centered) serta
penggunaan media yang kurang menarik. Guru menggunakan metode ceramah
karena dirasa metode ini mudah dalam penerapannya dan sudah sering dilakukan.
Kegiatan dalam pembelajaran banyak diisi dengan penyampaian materi sedangkan
siswa mendengarkan penjelasan guru. Guru menyampaikan materi dengan
berorientasi menghabiskan materi yang sangat padat sehingga kegiatan yang
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran kurang begitu mendapat perhatian.
Dalam metode yang diterapkan guru ini, siswa hanya bersifat mendengarkan
penjelasan dari guru dan tidak ada interaksi dari siswa terhadap materi yang
diajarkan. Situasi belajar pasif yang didominasi guru menjadikan siswa cenderung
jenuh dan mengantuk sehingga tidak berkonsentrasi dalam belajar.
Berdasarkan pengalaman guru geografi mengajar kelas X, materi hidrosfer
merupakan materi yang dianggap sulit. Guru memiliki kesulitan dalam
memahamkan materi tersebut kepada siswa karena keterbatasan waktu untuk
menyampaikan materi yang begitu luas meliputi siklus hidrologi, perairan darat
dan perairan laut. Selain itu, kegiatan pembelajaran berupa penyampaian materi
hidrosfer dengan metode ceramah saja dan tanpa kegiatan aktif bagi siswa untuk
siswa sulit menyerap materi. Apalagi dengan sikap siswa yang kurang aktif dalam
pembelajaran seperti ketidakberanian dalam mengungkapkan ketidakpahaman
melalui pertanyaan sehingga semakin menyulitkan guru untuk memahamkan
mereka. Dalam setiap ulangan harian yang diberikan sebagaian besar siswa belum
mencapai batas KKM yaitu 65, sehingga guru perlu memberikan remidi.
Berdasarkan perbandingan nilai pada tiap Kompetensi Dasar geografi kelas X
semester genap tahun 2008, diperoleh data bahwa KD Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi termasuk rendah bila
dibandingkan dengan KD lain. Berikut ini disajikan tabel perbandingan rata-rata
nilai siswa kelas X semester genap pada tiap Kompetensi Dasar.
Tabel 2. Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa Kelas X pada tiap
Kompetensi Dasar Tahun 2008.
No. Kompetensi Dasar Nilai Rata-rata
1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan
litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi
65,16
2 Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi
62,36
3 Menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi
59,45
Sumber: Data Guru Pengampu Mata Pelajaran Geografi KelasX
Data tersebut menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah pada
Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan
di Muka Bumi. Oleh karena itu perlu diterapkan metode pembelajaran baru
sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada KD tersebut.
Di dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai metode pembelajaran
diantaranya yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Numbered Head
Together (NHT), dan Teams Games Tournament (TGT). Penelitian ini
menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT). Metode Teams Games
commit to user
Achievement Division) yaitu dalam pembentukan kelompok dan pembagian
materi, kecuali dalam satu hal yaitu kuis-kuis diganti dengan permainan. TGT
memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menggunakan dimensi
kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan (Slavin, 2009:14)
Metode pembelajaran Teams GamesTournament (TGT) mengelompokkan siswa
secara heterogen misal dalam hal prestasi akademik dan jenis kelamin.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam metode Teams Games Tournament (TGT) yaitu
penyampaian materi (presentasi kelas), diskusi, permainan (turnamen) dan reward
(penghargaan).
Tahap pertama dalam metode Teams Games Tournament (TGT) adalah
presentasi kelas. Guru hanya memberikan konsep-konsep pokok. Selanjutnya,
pengembangan dari konsep-konsep tersebut dilakukan oleh siswa dalam bentuk
kelompok. Dalam kelompok, siswa mendiskusikan konsep dan soal yang
diberikan, membandingkan masing-masing jawaban dan membetulkan kesalahan
dalam memahami konsep sehingga seluruh siswa terlibat secara langsung dalam
penguasaan materi geografi. Kerja tim dipimpin oleh asisten yaitu siswa yang
memiliki kemampuan lebih daripada teman-temannya. Jika ada kesulitan maka
siswa yang merasa mampu harus mau membantu kesulitan teman sekelompoknya.
Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan disusun
dalam pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan permainan dalam Teams Games
Tournament (TGT) memuat penambahan pengetahuan dengan konsep
pembelajaran yang menyenangkan. Kelompok yang mempunyai kinerja tinggi
diberikan penghargaan oleh guru. Penghargaan yang diberikan dapat berupa nilai,
hadiah atau piagam. Setiap anggota ikut bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompok tersebut sehingga diperlukan kerjasama diantara anggota kelompok
dalam memahami materi dan dalam menyelesaikan masalah. Metode
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) juga memiliki keterbatasan yaitu
membutuhkan manajemen waktu yang baik dan persiapan yang rumit yaitu
mempersiapkan segala instrumen misal untuk diskusi dan permainan. Selain itu
Metode Teams Games Tournament (TGT) disesuaikan dengan kondisi
siswa kelas X-4 yang cenderung pasif dalam pembelajaran geografi seperti tidak
memperhatikan guru, jarang ada siswa yang bertanya dan mengungkapkan
pendapat. Selain itu, metode ini juga disesuaikan dengan Kompetensi Dasar yang
menjadi materi penelitian yaitu Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Materi hidrosfer bersifat hafalan
dan memiliki cakupan yang luas meliputi siklus hidrologi, perairan darat dan
perairan laut. Pembelajaran akan membosankan dan siswa sulit menyerap materi
jika kegiatan hanya diisi penyampaian materi dengan metode ceramah. Dalam
metode Teams Games Tournament (TGT) terdapat variasi kegiatan yang
melibatkan siswa secara aktif, dan melalui permainan siswa dapat lebih mudah
memahami materi karena belajar dengan cara yang menyenangkan. Kegiatan aktif
dalam metode ini menjadikan siswa mengalami proses pembelajaran secara
alamiah sehingga hasilnya akan lebih mudah diingat. Dalam metode ini
pembelajaran kelompok dilaksanakan dengan bantuan asisten sehingga siswa
yang memiliki kemampuan lebih diantara teman lainnya dapat membantu teman
sekelompoknya yang belum paham. Kegiatan permainan dalam metode ini dapat
menyajikan materi hidrosfer yang memiliki cakupan luas dan bersifat hafalan
menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa akan lebih
mudah menyerap materi. Permainan disusun dengan variasi soal yang banyak
sehingga siswa dituntut untuk menguasai materi hidrosfer yang memiliki cakupan
luas. Aktivitas belajar dengan permainan membuat siswa dapat belajar lebih rileks
dan tanpa tekanan sehingga dapat menimbulkan ketertarikan siswa. Penghargaan
diberikan sebagai pengakuan terhadap keberhasilan kinerja kelompok.
Penghargaan dapat memacu setiap siswa untuk berkompetisi dan menjalin
kerjasama dengan siswa lain.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI METODE PEMBELAJARAN
commit to user
MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KEHIDUPAN DI MUKA BUMI Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas
X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2009/ 2010.
B. Perumusan masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan motivasi belajar geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa kelas
X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta tahun ajaran 2009/ 2010?
2. Apakah metode pembelajaran TGT Teams Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan hasil belajar geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis
Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa kelas
X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta tahun ajaran 2009/ 2010?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan pokok penelitian ini
yaitu
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar geografi pada Kompetensi
Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka
Bumi siswa kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta tahun ajaran 2009/
2010 melalui metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi pada Kompetensi Dasar
Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
siswa kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Surakarta tahun ajaran 2009/ 2010
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Sumbangan untuk dunia pendidikan dalam rangka peningkatan motivasi dan
hasil belajar geografi melalui metode pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT).
b. Masukan bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Memberi peluang siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar
mengajar.
2) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
geografi.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan bagi guru geografi tentang pentingnya keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar.
2) Mendapatkan wawasan pengetahuan tentang metode pembelajaran yang
tepat untuk digunakan dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa.
3) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu bagaimana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka,
dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu
gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh
nyata dari upaya itu. Suharsimi Arikunto (2009: 2-3) menjelaskan PTK melalui
paparan gabungan definisi tiga kata, yaitu :
1. Penelitian
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan
Tindakan adalah sesutu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian bebentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas
Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
PTK merupakan salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis,
karena penelitian ini menyangkut kegiatan yang dipraktekkan guru dalam
tugasnya sehari-hari. Permasalahan yang diangkat untuk diteliti benar-benar
merupakan permasalahan yang ada dalam pekerjaan guru. Tujuan utama PTK
adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas. Kegiatan
penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahakan masalah, tetapi sekaligus
mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dapat dipecahkan dengan
tindakan yang dilakukan. PTK juga bertujuan untuk kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki
berbagai persoalan dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan anak didik.
Arikunto (2009:16) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
Langkah-langkah tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto dkk, 2009: 16)
Kegiatan perencanaan peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh, siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Kegiatan tersebut
meliputi mengidentifikasi masalah menganalisis masalah, merumuskan masalah
dan membuat hipotesa tindakan. Tahap berikutnya setelah perencanaan adalah
pelaksanaan tindakan. Dalam PTK rincian tindakan yang dilakukan adalah
langkah-langkah yang akan dilakukan, kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh
guru dan yang diharapkan oleh siswa, serta jenis media pembelajaran dan jenis
intrumen yang akan digunakan. Tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
?
Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
commit to user
mencatat semua hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Sedangkan pada tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang terkumpul, kemudian
evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Keempat tahapan dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah
semula. Jadi satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan
refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
Salah satu ciri khas dalam PTK adalah adanya kolaborasi (kerja sama)
antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dan lain-lain) dan peneliti (dosen,
mahasiswa, dan lain-lain). PTK juga dapat dilaksanakan sendiri oleh guru tanpa
kerjasama dengan peneliti sehingga guru berperan sebagai peneliti sekaligus
praktisi pembelajaran.
2. Belajar Pembelajaran a. Belajar
Dalam seluruh proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak ditentukan oleh proses belajar yang dialami siswa sebagai
anak didik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:7), Belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Kegiatan belajar tidak dapat dipaksakan dari seseorang kepada orang lain,
belajar harus dilakukan sendiri oleh individu secara aktif. Keterlibatan siswa
secara langsung sangat penting dalam kegiatan belajar.
es usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
atu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi
pengetahuan - pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
ngan yang dipelajari siswa berupa
keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal lain
yang dapat dijadikan bahan ajar. Dengan demikian banyaknya hal yang terdapat
dalam lingkungan dapat dijadikan sebagai bahan belajar melalui proses interaksi
yang berkesinambungan. Adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi
intelek semakin berkembang.
Senada dengan penjelasan di atas, pengertian belajar menurut Uno
seseorang setelah mempelajari suatu obyek (pengetahuan, sikap atau
yang terjadi pada diri seorang anak. Perubahan yang dimaksud hendakya
perubahan yang mengarah pada hal-hal yang bersifat positif.
Menurut Gulo (2002 : 74), Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua
potensi manusia dikerahkan. Kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan
mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat
emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Rasa senang atau
tidak senang, tertarik atau tidak tertarik, simpati atau antipati, adalah
dimensi-dimensi emosional yang turut terlibat dalam proses belajar tersebut.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi akibat adanya usaha yang
dilakukan oleh orang itu sendiri. Perubahan itu berbentuk kemampuan
kemampuan baru yang dimiliki dalam waktu relatif lama, perubahan perubahan
tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan individu yang sedang belajar.
b. Pembelajaran
sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan
mengaktifkan faktor ekstern d
commit to user
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa
Sagala (2005:64) mengemu
yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Lebih lanjut
kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa
ya Dimyati
dan Mudjiono (1999:76) menyatakan bahwa pembelajaran tidak mengabaikan
karakteristik pebelajar dan prinsip-prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program
dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan perhatian,
mengelola, meganalisis dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan
(1) perhatian dan motivasi belajar siswa, (2) keaktifan siswa, (3) optimalisasi
keterlibatan siswa, (4) melakukan pengulangan-pengulangan belajar
(5) pemberian tantangan agar siswa bertanggung jawab, (6) memberikan balikan
dan penguatan terhadap siswa dan (7) mengelola proses belajar sesuai perbedaan
individual siswa.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat proses belajar atau
membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal yang datang
dari individu dan faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu.
Seseorang yang melakukan kegiatan pembelajaran harus membawa siswa ke arah
perubahan tingkah laku yang positif. Sehubungan dengan hal tersebut, guru tidak
hanya menyampaikan informasi saja, tetapi membimbing siswa ke arah perubahan
3. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua unsur pokok yaitu unsur
kegiatan guru dan unsur kegiatan murid. Dalam proses belajar mengajar, di satu
pihak guru melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan dimana murid
melakukan serangkaian kegiatan atau perbuatan yang disediakan oleh guru, yaitu
kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang hendak dicapai. Dalam proses
membimbing dan memfasilitasi, guru memungkinkan siswa dapat belajar secara
optimal serta kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode yang
dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, metode pembelajaran
merupakan salah satu penentu tercapainya tujuan belajar. Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa siswa-siswa tidak menyukai guru karena metode yang
digunakan guru tidak tepat, dampaknya hasil belajar siswa menjadi rendah. Ada
beberapa pengertian mengenai metode pembelajaran.
Metode pembelajaran menurut Slameto (2003:65) adalah suatu cara atau
jalan yang harus dilalui di dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Uno
(2007:2), metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, metode pembelajaran lebih bersifat prosedural yang berisi tahapan
tertentu.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah cara yang digunakan guru untuk mencapai suatu tujuan. Seorang guru
diharapkan dapat menguasai berbagai metode serta memilih metode pembelajaran
yang tepat sehingga proses pembelajaran di kelas dan proses belajar siswa dapat
berjalan efektif dan efisien. Pemilihan metode yang tepat disesuaikan dengan
materi yang akan disampaikan, waktu, kondisi kelas, tujuan pembelajaran yang
commit to user
b. Metode Teams Games Tournament (TGT)
1). Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang
melibatkan kerjasama dalam kelompok yang mempunyai tanggung jawab
bagi individu maupun kelompok terhadap tugas-tugas. Oickle dan Slavin
dalam Susan Bawn (2007: 4) menyatakan bahwa,
is a model of teaching to investigate for the purpose of eliminating the
achievement gap. While traditional methods focusing on individualism in
schools may attribute to the achievement gap, cooperative learning
Hal ini berarti
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan
kerjasama kelompok. Kerja kelompok merupakan bagian dan bukan
hanya sekedar cara untuk mencapai tujuan. Tujuan dari pembelajaran
kooperatif adalah pencapaian hasil belajar, penerimaan keberagaman dan
keterampilan sosial. Dalam kerjasama kelompok, masing-masing anggota
dituntut untuk melibatkan diri secara optimal sehingga dapat memajukan
kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Hal ini berarti masing-masing
anggota harus memiliki tanggung jawab sebagai anggota kelompok yang
menentukan keberhasilan diri dan kelompoknya. Seperti yang
diungkapkan Johnson dan Johnson dalam Susan Bawn (2007: 4) bahwa,
positive interdependence. Positive interdependence is when students believe they can reach their learning goals only when other students in their cooperative group also reach their goals. Positive interdependence means that individual accountability must occur. Cooperative groups work
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling mendiskusikan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
Dalam pembelajaran kooperatif, guru merancang struktur
kelompok dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa
untuk belajar dan mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam
penguasaan dan kemampuan memahami materi. Siswa dikondisikan untuk
mampu berperan bekerja sama dengan kelompoknya. Selama kerja
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi
dan saling membantu teman sekelompok mencapai ketuntasan
Unsur pembelajaran kooperatif menurut Lie (2008:31) terdiri dari
lima unsur yaitu
(1).Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompoknya. Setiap anggota diberi tugas berlainan kemudian bertukar informasi. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil.
(2).Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Setiap anggota kelompok akan meuntutnya untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lain.
(3).Tatap muka
Setiap anggota kelompok bertemu dan berdiskusi. Inti dari kegiatan ini adalah menghargai perbedaan dan memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan dari masing-masing anggota kelompoknya. (4).Komunikasi antar anggota
Keberhasilan suatu kelompok sangat bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat.
(5).Evaluasi proses kelompok
Evaluasi dilaksakan untuk mengetahuai apakah dalam setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dengan baik.
Agar siswa dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya
perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif pada peserta didik.
Keterampilan-keterampilan tersebut sebagai berikut:
(1). Berada dalam tugas
(2). Mengambil giliran dan berbagi tugas
(3). Mendorong partisipasi
commit to user
(5). Bertanya
Agar siswa dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya
perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif pada peserta didik.
Keterampilan-keterampilan tersebut sebagai berikut:
Menurut Lie (2008:55), ada beberapa metode pembelajaran
kooperatif, yaitu : (1) Make a Match ( Mencari Pasangan), (2) Bertukar
Pasangan, (3) Thing Pair Share, (4) Berkirim salam dan soal, (5)
Numbered Heads (Kepala bernomor), (6) Kepala bernomor terstruktur, (7)
Dua Tamu Dua Tinggal, (8) Keliling Kelompok, (9) Kancing
Gemerincing, (10) Keliling Kelas, (11) Lingkaran Kecil Lingkaran Besar,
(12) Tari Bambu, dan (13) Jigsaw
Metode-metode pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11)
dibedakan menjadi :
(1). Student Teams Achievement Divisions (STAD)
(2). Teams Games Tournamet (TGT)
(3). Jigsaw
(4). Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
(5). Teams Assisted Individualization (TAI)
2). Metode Teams Games Tournament (TGT)
Metode Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu
bentuk pembelajaran kooperatif. Metode ini menggunakan pelajaran yang
sama yang disampaikan guru dan tim kerja sama seperti Student Teams
Achievement Divisions (STAD). Dalam STAD, siswa dibentuk kelompok
secara heterogen, kemudian guru menyampaikan pelajaran lalu siswa
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa anggota tim telah
menguasai pelajaran, selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis. TGT
Tabel 3. Perbandingan Metode TGT dengan Metode STAD
Tahap-tahap - Presentasi Kelas
- Kerja Kelompok
dengan game/ permainan
STAD lebih bersifat
kooperatif yang murni
Kelebihan Memotivasi siswa karena
belajar dikombinasikan
dengan game /menggunakan
permainan dan siswa dilatih
Penerapan metode Teams Games Tournament (TGT) yaitu dengan
dibentuk kelompok-kelompok kecil siswa yang heterogen seperti dalam
hal kemampuan belajar, ras, jenis kelamin dan prestasi akademik. Seperti
yan Teams Games
commit to user
group. The different groups are each heterogeneous in respect of the
de group.
Kegiatan-kegiatan dalam metode ini dirancang untuk mengaktifkan
siswa. Tujuan utamanya adalah kerja sama antar sesama anggota
kelompok dalam suatu tim sebagai persiapan menghadapi turnamen yang
dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh
guru. Aktivitas belajar dengan permainan dalam turnamen yang dirancang
dalam pembelajaran memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat
dan keterlibatan belajar.
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam metode
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT):
(1). Presentasi kelas
Pada tahap ini guru menjelaskan materi sesuai dengan pokok
bahasan yang diajarkan di depan kelas. Siswa harus memperhatikan
selama penyajian kelas karena dengan demikian akan membantu
mereka mengerjakan soal dengan baik dan skor mereka menentukan
posisi kelompok.
(2).Tim
Tim dalam Teams Games Tournament (TGT) terdiri atas 4-5
siswa dengan latar belakang yang heterogen, yaitu prestasi akademik,
jenis kelamin, ras, atau etnis yang bervariasi. Pada penelitian ini
kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan prestasi akademik dan
jenis kelamin. Setelah guru menyampaikan materi, kelompok bertemu
untuk mempelajari lembar kerja atau materi lain. Seringkali dalam
pembelajaran tersebut melibatkan siswa untuk mendiskusikan soal
bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi miskonsepsi jika
teman sekelompok membuat kesalahan. Pada anggota kelompok
ditekankan untuk menjadi yang terbaik bagi timnya dan dalam
memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan akademik
(3).Turnamen atau kompetisi
Turnamen merupakan struktur game (permainan) yang
dimainkan. Game disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang isinya
relevan dan didesain untuk menguji pengetahuan siswa dari penyajian
materi dan latihan tim. Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunkan permainan Roda Impian.
Roda Impian merupakan sarana permainan berupa suatu roda
bernomor yang dimainkan dengan cara diputar. Bermain Roda Impian
seperti sedang mengikuti acara kuis berhadiah. Oleh karena itu saat
permainan berlangsung suasana diusahakan kondusif dan semenarik
mungkin. Permainan ini tidak ada bantuan huruf atau kisi-kisi
jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi pelajaran. Supaya
dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerjasama
kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan
keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran dan kreativias siswa
merupakan modal untuk bertanding. Suasana yang menarik/
menyenagkan menyebabkan siswa bersemangat dan memacu untuk
melakukan yang terbaik.
Turnamen biasanya diselenggarakan pada akhir pekan atau unit,
setelah guru melaksanakan penyajian materi dan tim telah berlatih
dengan lembar kerja.
(4).Penghargaan
Penghargaan diberikan kepada tim yang mendapat skor tertinggi
dan diberikan hadiah sebagai motivasi belajar. Dengan metode
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) diharapkan bisa
merangsang siswa untuk lebih siap belajar tanpa ada rasa takut untuk
commit to user
4. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dimiliki siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sesulit apapun materi jika siswa memiliki
motivasi yang tinggi maka siswa akan tetap belajar.
yang menjadi pendorong kegiatan
individu disebut motivasi, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu
Sejalan dengan pendapat James.O.Whittaker dalam Darsono (2000:61)
men
dalam psikologi, yang meliputi kondisi-kondisi atau keadaan internal yang
mengaktifkan atau memberi kekuatan kepada organisme, dan mengarahkan
tingkah laku organisme mencapai tuj
tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah
kan menurut Sardiman (1990:75)
-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukakan sesuatu, dan bila ia tidak suka,
maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka
tumbuh dari dalam diri seseorang.
b. Jenis Motivasi
sumber yang menimbulkannya, motif
Motivasi intrinsik berasal dari dalam individu. Motivasi intrinsik merujuk pada
motivasi yang telah diinternalisasi dan menjadi penggerak untuk melakukan
sesuatu untuk keuntungan atau kebanggaan mereka sendiri. Sedangkan motivasi
ekstrinsik merujuk pada kebutuhan untuk menyelesaikan tugas atau menjalankan
suatu aktivitas karena adanya dorongan dari luar.
Motivasi intrinsik berisi : Penyesuaian tugas dengan minat Perencanaan yang penuh variasi Umpan balik atas respon siswa
Kesempatan respon peserta didik yang aktif
Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya. Motivasi ekstrinsik berisi :
1). Penyesuaian tugas dengan minat 2). Perencanaan yang penuh variasi 3). Respon siswa
4). Kesempatan peserta didik yang aktif
5). Kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya 6). Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
(Uno, (2007:9)
menjadi
motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif primer adalah motif
bawaan, tidak dipelajari. Sedangkan motif sekunder adalah motif yang diperoleh
dari belajar melalui pengalaman. Hal ini berbeda dengan motivasi primer.
Motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.
c. Fungsi Motivasi
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangatlah diperlukan. Tanpa adanya
motivasi, siswa akan pasif dan proses belajar tidak akan mencapai tujuan.
Uno (2007:27) menjelaskan ada beberapa peranan penting dari motivasi
dalam belajar pembelajaran, antara lain dalam :
commit to user
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. 2). Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
3). Menentukan ketekunan belajar.
Seorang anak yang sudah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
Sardiman (1990 : 85) mengemukakan 3 fungsi motivasi sebagai berikut :
1). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2). Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatannya yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3). Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
d. Teknik Memotivasi Siswa
Guru perlu mengupayakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa. Upaya terebut dapat ditempuh melalui berbagai cara, diantaranya:
1). Pernyataan penghargaan secara verbal.
2). Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
3). Menimbulkan rasa ingin tahu.
4). Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.
5). Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.
6). Memberikan pengalaman sukses dan keberartian pada siswa.
7). Menjelaskan hubungan antara usaha dan strategi yang digunakan dengan hasil
yang didapatkan.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Sudjana (2005
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan
masalah (Syaodih, 2003:179).
Menurut Sudjana (2005:22), Dalam sistem pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah
Perinciannya sebagai berikut :
1). Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
2). Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan internalisasi.
3). Ranah Psikomotor
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Meliputi gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menguasai isi bahan ajar.
Hasil belajar dapat dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kompetensi pelajaran yang dapat dikuasai siswa. Hasil belajar siswa dapat diukur
dengan menggunakan tes yang diselenggarakan guru sendiri pada setiap akhir
pertemuan pelajaran ataupun dapat dilakukan Depdiknas yang berupa ujian akhir
commit to user
seseorang atas pertanyaan-pertanyaan tersebut diperoleh suatu ukuran mengenai
karakteristik orang tersebut yang berhubungan dengan penguasaan materi
pelajaran.
Sedangkan menurut Sudjana (2005:35), Tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk untuk mendapat
jawaban dari siswa dalam bentuk perbuatan (tes lisan), tulisan (tes tertulis) dan
perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan dalam untuk menilai
siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaraan.
6. Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi a. Siklus Hidrologi dan Unsur-Unsurnya
1) Pengertian hidrosfer
Hidrosfer berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu hydro yang berarti air dan sphere yang berarti bulatan. Jadi hidrosfer
adalah daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Ilmu yang
mempelajarinya disebut hidrologi.
Air di bumi tidak pernah habis dan jumlahnya relatif tetap karena
terdapat siklus hidrologi. Siklus ini merupakan proses peredaran air secara
berurutan dan terus-menerus. Air tersebut dapat berbentuk butir cairan,
hablur es dan uap air di atmosfer. (Hestiyanto, 2004:129)
2) Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air
secara yang berurutan secara terus-menerus. Siklus hidrologi dibedakan
menjadi tiga yaitu :
a) Siklus pendek
Air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan hujan,
b) Siklus Sedang
Air laut menguap, mengalami kondensasi dan angin membawa air,
mambentuk awan dibatas daratan, jatuh sebagai hujan lalu mengalir
melalui sungai-sungai, selokan dan sebagainya hingga kembali lagi ke
laut.
c) Siklus Panjang
Air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal-kristal es
di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh
sebagai salju, membentuk gletser, masuk ke sungai lalu kembali ke
laut.
(Hestiyanto, 2004:130)
Unsur-unsur utama siklus hidrologi: a) Evaporasi
Evaporasi merupakan penguapan benda-benda abiotik (benda mati)
b) Transpirasi
Transpirasi merupakan penguapan air dari tumbuh-tumbuhan melalui
bagian daun, terutama stomata atau mulut daun.
c) Evapotranspirasi
Merupakan kombinasi antara proses evaporasi dan transpirasi.
d) Kondensasi
Proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air.
e) Presipitasi
Segala curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan
air, salju, dan es.
f) Run Off (Aliran Permukaan)
Pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui saluran sungai
maupun anak sungai.
g) Infiltrasi
Perembesan air ke dalam tanah melalui pori-pori tanah.
commit to user
b. Perairan Darat 1) Air tanah
Air tanah (ground water) adalah air yang terdapat di bawah permukaan
tanah di dalam zona jenuh (saturation). (Ariwibowo, 2007:134)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman air tanah :
Permeabilitas tanah
Tanaman penutup
Jauh dekatnya laut/ danau
Kemiringan lereng
Berdasarkan kemampuan meloloskan air, lapisan batuan terdiri dari: a) Lapisan kedap air
Pada lapisan ini kadar pori lapisan kedap sangat kecil, sehingga
kemampuan meloloskan air juga sangat kecil.
b) Lapisan tak kedap air
Kadar pori tak kedap air cukup besar sehingga kemampuan dalam
meneruskan air juga besar.
Berdasarkan letaknya, air tanah dibedakan menjadi : a) Air tanah dangkal (freatik)
Air dangkal adalah air tanah yang terletak di atas lapisan batuan
kedap air.
b) Air tanah dalam
Air tanah dalam yaitu air tanah yang terletak diantara dua lapisan
kedap air. Air tanah dalam merupakan sumber air yang tidak pernah
kering.
2) Sungai dan DAS (Daerah Aliran Sungai)
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan
menuju dan bermuara di laut, danau atau sungai yang lebih besar.
Pola utama saluran sungai a) Lurus (straight channels)
c) Meander (mendering channels)
(Hestiyanto, 2004:130)
Jenis Sungai Berdasarkan Asal Airnya a) Sungai hujan
b) Sungai gletser
c) Sungai mata air
d) Sungai campuran
(Ariwibowo, 2007:142)
Jenis Sungai Berdasarkan Intensitas Aliran a) Sungai Intermitten (Periodik)
Sungai yang ada air hanya musim hujan dan kering pada musim
kemarau.
b) Sungai Episodik (Perenial)
Sungai yang aliran airnya selalu ada, tetapi saat musim kemarau
debit alirannya menurun.
(Ariwibowo, 2007:142)
Jenis Sungai Berdasarkan Pola Alirannya a) Pola Aliran Dendritik
Pola aliran ini berbentuk seperti pohon yang memiliki cabang atau
ranting. Pola aliran merupakan pertemuan antara sungai induk
dengan anak-anak sungainya yang membentuk sudut lancip/ tumpul.
Pola aliran ini biasanya terdapat di daerah dataran rendah atau
pantai.
b) Pola Aliran Radial
Pola aliran ini dibedakan menjadi dua yaitu radial sentrifugal
(menyebar) dan radial sentripetal (memusat).
c) Pola Aliran Trelis
Pola aliran sungai ini dicirikan dengan percabangan anak-anak
sungai pada sungai utama yang membentuk sudut siku-siku, akan
commit to user
pegunungan. Pola ini dijumpai pada kompleks pegunungan lipatan
dan patahan.
d) Pola Aliran Rektanguler
Pola aliran sungai ini saling membentuk sudut siku atau hampir
siku-siku. Terjadi pada daerah patahan dan rekahan.
e) Pola Aliran Annular
Pola aliran ini menunjukkan ciri aliran terpencar, tetapi sungai orde
satu berpusat pada orde dua yang melingkar. Pola aliran demikian
terdapat di daerah pegunungan yang berbentuk dome.
f) Pola Aliran Paralel
Pola aliran ini sejajar. Dapat dijumpai pada daerah perbukitan yang
memanjang dengan kemiringan lereng yang curam.
(Ariwibowo, 2007:144)
Jenis Sungai Berdasarkan Struktur Geologi (batuan) a) Sungai Anteseden
b) Sungai Epigenesa
(Hestiyanto, 2004:134)
Jenis Sungai Berdasarkan Arah Jurus Kemiringan Formasi Batuan di Bawahnya
a) Sungai Konsekuen
b) Sungai Subsekuen
c) Sungai Obsekuen
d) Sungai Resekuen
e) Sungai Insekuen
(Ariwibowo, 2007:143)
DAS merupakan bentuk dari kumpulan berbagai jenis sungai pada
suatu tempat tertentu dan pada kurun waktu tertentu pula. Daerah Aliran
Sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya (air, sedimen,
unsur hara) ke laut melalui sungai utama (satu outlet).
Penyebab kerusakan DAS antara lain pengambilan air yang
berlebihan sehingga mengurangi debit aliran sungai, pembuangan limbah
industri di dalam DAS, alih fungsi lahan bagian hulu dari kawasan hutan
penyangga menjadi areal lahan pertanian atau permukiman, pemanfaatan
yang tidak arif di bagian hulu dan erosi yang tinggi di bagian hulu karena
karena tingginya kerusakan hutan akibat penebangan liar (ilegal logging).
Upaya pelestarian DAS antara lain rehabilitasi hutan, perlindungan
terhadap lahan-lahan yang umumnya sensitif terhadap terjadinya erosi atau
tanah longsor dan peningkatan atau pengembangan sumberdaya air. (Hadi,
2004:113)
3) Danau dan Rawa
Manfaat danau antara lain untuk irigasi, perikanan, PLTA, rekreasi,
olahraga dan penampungan air untuk mencegah banjir. (Ariwibowo,
2007:137)
Jenis-jenis danau berdasarkan proses terbentuknya yaitu
a) Danau Alam, terdiri dari : Danau karst
Danau karst adalah danau yang berada di daerah berkapur.
Danau tektonik
Danau tektonik adalah danau yang terbentuk karena adanya
penurunan daratan yang disebabkan oleh tenaga tektonik.
Danau vulkanik
Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk pada bekas kawah
gunungapi. Air danau berasal dari curah hujan yang tertampung
pada lubang kepundan atau kaldera.
Danau tektonovulkanik
Danau tektonovulkanik yaitu danau yang terbentuk karena
gabungan antara proses vulkanik dengan proses tektonik. Akibat
commit to user
menutup lubang kepundan. Lubang kepundan yang tertutup
tersebut kemudian terisi oleh air hujan.
Danau gletser
Yaitu danau yang terbentuk dari es yang mencair. Pada saat gletser
mencair dan meluncur ke bawah, gletser tersebut mengikis batuan
yang dilaluinya sehingga terbentuklah cekungan.
Danau ladam (tapal kuda/ oxbow lake)
Yaitu terbentuk akibat proses pemotongan saluran sungai meander
secara alami dan ditinggalkan oleh alirannya sehingga disebut juga
kali mati.
b) Danau Buatan yang disebut dengan waduk
Danau buatan adalah danau buatan manusia yang dibentuk dengan cara
membendung aliran sungai.
Rawa adalah genangan air di daratan pada cekungan yang relatif
datar. Adapun manfaat rawa antara lain mencegah terjadinya banjir, sumber
cadangan air, mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah, dapat menyerap
dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya dan akan
mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah sekitarnya kering,
sumber energi dan sumber makanan nabati maupun hewani. (Ariwibowo,
2007:138)
Jenis rawa berdasarkan lokasi kejadiannya Rawa Pantai
Yaitu rawa yang terdapat di pinggir pantai.
Rawa Payau
Yaitu rawa yang terdapat di muara sungai dan dipengaruhi pasang surut
air laut.
Rawa Sungai
Yaitu rawa yang terjadi karena di bagian sisi kanan-kiri sungai terdapat
Rawa Cekungan
Yaitu rawa yang terdapat pada daerah cekungan-cekungan tertentu
yang selalu terisi air.
Rawa Danau
Yaitu rawa yang terjadi akibat pasang surutnya air danau.
c. Perairan Laut
1) Pesisir dan pantai
Pantai (shore) merupakan wilayah yang dibatasi oleh pasang
tertinggi dan surut terendah. Pesisir (coastal) adalah suatu wilayah yang
lebih luas dari pada pantai. Wilayah pesisir mencakup wilayah daratan
sejauh masih mendapat pengaruh laut dan wilayah laut sejauh masih
mendapat pengaruh dari darat (aliran air sungai dan sedimen dari darat).
(Hestiyanto, 2004:141)
2) Klasifikasi laut
Klasifikasi laut dibedakan menjadi beberapa pembagian yaitu
berdasarkan kedalamannya, letaknya, proses terjadinya dan Hukum Laut
Internasional. (Ariwibowo, 2007:155-156)
Berdasarkan kedalamannya laut dibedakan sebagai berikut :
Zona litoral yaitu bagian cekungan lautan yang terletak di antara
daerah pasang dan surut.
Neritik yaitu daerah laut yang kedalamannya < 200 m (laut dangkal)
Bathyal yaitu daerah laut yang kedalamannya antara 200 2.000 m
Abysal yaitu daerah laut yang kedalamannya > 2.000 m.
Berdasarkan letaknya laut dibedakan sebagai berikut : a) Laut pedalaman
b) Laut tengah