• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor Dikelurahan Gedung Johor, Medan Johor, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor Dikelurahan Gedung Johor, Medan Johor, Medan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

'

!

(

#) ( #

(

(

(2)

(+

'# #'

# ,

!

!"#

$%$&$$&%&

'

!

(

#) ( #

(

(

(3)

!" # " "$ !$% " " &'&(&&('(

) ) * ) * )

) +

&, $ - .&(. $ ) *

$ / -

(4)

!

" # !"! $ !"! $

#% &

' ()(*((*)*

+ + # # , '

- . "& " # $ "/ - 0 "1 $ -

-' - *)22(3(4 *)32(5 6 6(* ' - *)7)(7() *)))(5 6((*

# , ''

- 8" 1 ! $ $ $ "/

' - *)46()(* *)))(5 6((*

$ *6 / + 6(*6

/ %

% !%

9

!:- / - ! 1 " # $ - /;

(5)

!

"

"

#

$%&

'

(

)

"

*+

'

,

!

-

./'0

' 12'34'/+*+

+ &

'

5

!

/+

,

6

7

0

7

0

#

!

,

+ % + .8&

'

5

$

5

,

6

7

(6)

iii

!

!

!

!

!

!

!

!

!

"

#$ %

!

!

& '

(

)

$

$ !

!

$

!

!

*+

(,

!

-

#$ %!

.

/

01(2

(.34( 5(1+*+

+ '

(

!

#$ %

1+

6

7

8

! 2

8

! 2

!

9

#99 %

:

+ +0;'

(

&

$

!

6

7

8

!

<

(7)

!

" # $" " %& $" " % & '

( % "

' ) %

* +

,' ( " - . - % "/' ' #"

% ' ( #01'

2' (" % 3 4 % ( "

4

'

5' (" % ' 0 % ' ) !

"

- . - '

6' (" ' % &' '% (" '

7 0 " % & ' 0 '

'(%-'

8' * ' ( ' 1' &' 3 /% &1

1 ' 1 / % " %

% " %

" . * '

9' &' : "

'

;' & % 4 %

"

(8)

<' : '% : ( % ' ( 4 %

& % "

4 '

=' " " % 3 / % " &" %

( 3" 1

'

,>' ? %

'

,,' * "

" '

4

% /

' "

/ * '

& % ,2 ( 2>,2

%

(9)

!

" !

# " !

# " $

" % &

% &

' (' % &

) #* % &

% ) + !

% ) + , - " !

( ) , # . - " $

) / / 0 ) # - - " 1

* 2. 3

*

# #* ,

4 5, * !

$

' $

(10)

6 $

, $

*, - % , $

*, $

*- , 4 7

/ 8 + - ) , % , 7

, 4 7

" 7

7

*- 9 , 7

: * - " 4 1

" 4

/

: # , :

: % :

(11)

;* '

-/ / / - % 4 - % 4

/ 4 5, * !

/ # - , - " % *

& #* 2. 3 , - , " % *

(12)

! "# $ % # &'

! ( ) ( *(#'+' ! (#(, - (!+(, * ! . !"/ (& /!*(!#0

! /1' (!# *

! (#/&( (!' '! ! & (* . (0

! ' # #- 2 , ,( !2(

! ' # 3 ! (!(, # !

! 4 ' # (#( !5 ! (!(, # ! , )/ #/ ' (*(- # !

/6 !* ' #( #

! 7 ' # * , (!(, # ! & , )/ #/ ' (*(- # !

(13)

!

"

"

#

$%&

'

(

)

"

*+

'

,

!

-

./'0

' 12'34'/+*+

+ &

'

5

!

/+

,

6

7

0

7

0

#

!

,

+ % + .8&

'

5

$

5

,

6

7

(14)

iii

!

!

!

!

!

!

!

!

!

"

#$ %

!

!

& '

(

)

$

$ !

!

$

!

!

*+

(,

!

-

#$ %!

.

/

01(2

(.34( 5(1+*+

+ '

(

!

#$ %

1+

6

7

8

! 2

8

! 2

!

9

#99 %

:

+ +0;'

(

&

$

!

6

7

8

!

<

(15)

Tidak ada satu pun makhluk hidup yang ada di planet ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel hidup baik pada sel tumbuh tumbuhan pada hewan (termasuk di dalamnya pada manusia) akan terkandung sejumlah air (WHO,1993).

Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air.Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah.Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadaman kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain lain.Penyakit penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air.Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana mana (WHO, 1993).

Sesuai dengan arah pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, salah satu upayanya adalah meningkatkan kesehatan lingkungan, termasuk di dalamnya adalah program penyediaan air bersih dan memenuhi syarat (Ind. DepKes 1982).

Air yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari hari khususnya untuk penyediaan air minum dan air bersih harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat syarat dan pengawasan kualitas air.Maka, air yang dipergunakan harus memenuhi syarat kesehatan.Air yang bersih adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.Agar dapat mencapai persyaratan kesehatan haruslah dapat memenuhi kualitas dan kuantitas.Syarat kualitas yang harus dimiliki adalah bebas dari mikroorganisme dan bebas dari bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan (Indra, 2000).

(16)

yakit di masyarakat.Volume rata rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 200 liter atau 35 40 galon.Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keberadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Budiman, 2007).

Air yang dapat dikonsumsi sebagai air minum adalah air yang telah memenuhi standar kesehatan. Di Indonesia, standar kualitas air minum diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2011. Di dalam air sumur terkandung ion ion logam, diantaranya besi (Fe) yang kadarnya harus memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah(Slamet, 1994).

Sebagian masyarakat Indonesia masih menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Air sumur diklasifikasikan sebagai air kelas satu, yang artinya digunakan untuk air baku sebagai air minum dan atau peruntukkan lainnya yang mempersyaratkan persyaratan yang sama dengan kegunaan air tersebut (PP No. 82 tahun 2001). Karena luasnya penggunaan air sumur sebagai air minum, maka perlu diadakannya pemeriksaan terhadap air sumur tersebut.

Oleh karena itu menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, kadar (Fe) dalam air minum maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/lt.

Besi dibutuhkan oleh tubuh sebagai nutrient.Tubuh membutuhkan 35 70 mg unsur besi tiap hari. Walaupun diperlukan oleh tubuh, tetapi jika melebihi kebutuhan makan akan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Besi juga mengakibatkan kerusakan pada dinding usus halus (Slamet, 1994).

(17)

Kadar besi (Fe) yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah juga mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam, serta dapat memudarkan bahan celupan dan tekstil (Effendi, 2003).

Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan besi adalah di dalam usus halus.Bagian usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus juga sebagai ekskresi besi yang tidak diserap.Besi dalam usus halus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana bentuk ferro (Fe2+) lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri (Fe3+).Feritin masuk ke dalam darah dan berubah menjadi senyawa transferin.Dalam darah tersebut besi mempunyai status sebagai besi trivalent yang kemudian ditransfer ke hati atau limfa yang kemudian disimpan dalam organ tersebut dalam bentuk feritin dan hemosiderin.Toksisitas terjadi bila terdapat kelebihan besi (kejenuhan) dalam ikatan tersebut (Pujiastuti dan Asmaningsih, 2005).

Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia, karena hampir setiap kegiatan manusia memerlukan air. Pemerintah telah berupaya meningkatkan penyediaan air minum dengan menambah instalasi sarana air minum maupun melalui program Samijaga (Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga). Namun adanya pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, maka sebagian besar masyarakat masih sulit untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Hal ini terjadi terutama di kota besar seperti Medan dengan kapasitas sumber air bersih yang dikelola oleh PDAM (perusahaan Daerah Air Minum) yang belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara menyeluruh. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat masih menggunakan air tanah (sumur), air sungai, atau sumber lainnya sebagai sumber air bersih (Athena, Tugaswati dan Sukar 2002).

Untuk daerah belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber (mata air) dan lainnya (Dahlan, 2000).

(18)

Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melelui rembesan.Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia, kakus jamban, dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan kosnstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (DEPKES RI 1995).

Sumur gali ada yang memiliki pompa dan ada yang tidak memakai pompa.Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur serta jarak dengan sumber pencemar (Entjang, 2000).

Pada sumur dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum.Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin (DEPKES RI 1995).

Pada air permukaan jarang ditemui kadar besi (Fe) lebih besar dari 1 mg/l, tetapi dalam air tanah kadar besi dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi besi yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur.Hal itu juga dapat ditemui pada air permukaan yang mengandung besi lebih banyak.Kadar besi dalam air tersebut juga dapat disebabkan karena adanya pipa pipa saluran air yang berkarat (Alaerts, 1999).

(19)

Selain pengaruhnya terhadap kesehatan tadi, hal seperti di atas tentu tidak dikehendaki. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis bagaimana kualitas air jika ditinjau dari kadar besi (Fe) terhadap air tersebut sehingga dapat diketahui apakah air sumur tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2011.

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahanya yaitu :

1. Berapakah kadar besi (Fe) yang terkandung di dalam air tanah di kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Medan?

2. Apakah kadar tersebut masih dalam batas yang aman untuk dikonsumsi?

Untuk mengetahui berapa kadar besi yang terkandung pada air tanah / sumur di kelurahan Gedung Johor, Medan.

1. Untuk mendeteksi dan mengukur kadar besi (Fe) pada tiap air sumur di Kelurahan Gedung Johor, Medan.

2. Untuk mengetahui keadaan fisik air sumur bor di Kelurahan Gedung Johor, Medan.

! "

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yaitu :

1. Sebagai pengetahuan dan informasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan maupuninstansi terkait.

(20)

3. Dapat digunakan sebagai informasi penelitian lanjutan dan mengembangkan ilmupengetahuan lainnya.

(21)

# $ %

#

sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi, menutupi sekitar 71% dari permukaan bumi.Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar 98% terdapat di samudera dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang terdapat di sungai, danau dan bawah tanah.Diantara air tawar yang ada tersebut, 87% diantaranya berbentuk es, 12% terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar 1% terdapat di danau dan sungai. Selain berlimpah keberadaannya di muka bumi, airpun memiliki karakteristik yang khas, menurut Effendi (2007), karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) – 100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku ( ) dan suhu 100°C merupakan titik didih ( ) air.

b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.

(22)

yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air.

e. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik ( ). f. Air merupakan satu satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air.

g. Air mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi. Proses ini berawal dari permukaan tanah dan laut yang menguap ke udara kemudian mengalami kondensasi yaitu berubah menjadi titik titik air yang mengumpul dan membentuk awan. Titik titik air itu memiliki kohesi sehingga titik titik air menjadi besar dan dipengaruhi gravitasi bumi sehingga jatuh disebut hujan. Air hujan yang jatuh di permukaan bumi sebagian diserap tanah dan sebagian lagi mengalir melalui sungai menuju ke laut.

(23)

gas gas di udara dalam perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya selama mengalir di atas permukaan bumi dan dalam tanah, menjadikan air tersebut terkontaminasi. Kualitas air merupakan karakteristik mutu yang dibutuhkan dalam pemanfaatan air sesuai dengan yang diperuntukannya (Joeharno, 2000).

Pengelompokan kualitas air dibagi menjadi empat golongan menurut peruntukannya dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 1990, pembagian tersebut sebagai berikut :

a. Golongan A : air dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B : air dapat digunakan sebagai air baku air minum. c. Golongan C : air dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

d. Golongan D : air dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi.

Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik dan kimia yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaatan air lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah RI No 82 tahun 2001, kualitas air ditetapkan melalui pengujian karakteristik fisika dan karakteristik kimia :

1. Persyaratan Fisika

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut: a. Jernih atau Tidak Keruh

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran butiran koloid dari tanah liat, semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. b. Tidak Berwarna

(24)

c. Rasanya Tawar

Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam garam tertentu yang larut dalam air sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

d. Tidak Berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat.Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. e. Temperaturnya Normal

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20 26°C). Air yang sudah tercemar mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara (Kusnaedi, 2010).

2. Persyaratan Kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut :

a. pH Netral

Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam atau basa. Air murni mempunyai pH=7 apabila pH<7 berarti air bersifat asam sedangkan pH>7 berarti bersifat basa.

b. Tidak Mengandung Zat Kimia Beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida dan fenolik.

c. Tidak Mengandung Garam atau Ion Ion Logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn, Cl dan Cr.

d. Kesadahan Rendah

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam garam yang terlarut di dalam air terutama Ca dan Mg.

(25)

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat zat yang berbahaya bagi kesehatan.Bahan bahan organik itu seperti NH4, H2S, SO4²‾ dan NO3 (Kusnaedi, 2010).

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah, pergerakan air tanah sangat lambat dengan kecepatan arus berkisar antara 10M¹º 10M³ m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah. Pada dasarnya air tanah dapat berasal dari air hujan baik melalui proses infiltrasi secara langsung ataupun tidak langsung dari air sungai, danau, rawa dan genangan air lainnya. Kemampuan tanah dan batuan untuk menahan air tergantung pada sifat porositas dan permeabilitas tanah. Air tanah biasanya memiliki kandungan besi relatif tinggi, jika air tanah mengalami kontak dengan udara dan mengalami oksigenasi, ion ferri pada ferri hidroksida yang banyak terdapat dalam air tanah akan teroksidasi menjadi ion ferro dan akan mengalami presipitasi (pengendapan) serta membentuk warna kemerahan pada air. Maka, sebelum digunakan untuk berbagai peruntukkan, sebaiknya air tanah yang baru disedot didiamkan terlebih dahulu selama beberapa saat untuk mengendapkan besi. Perlakuan ini bertujuan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan menaikkan kadar oksigen terlarut (Effendi, 2003).

% &

% &

(26)

Menurut Entjang (2000), dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur harus kedap air, tempat penampungan air limbah minimal 10 meter dari air sumur gali dan terbuat dari bahan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat.

$ ' % &

Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal didaerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadidua jenis:

1. Sumur dangkal )

Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah.Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan air yang diambil adalah air tanah dangkal.Untuk pengambilan air yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar.Kedalaman sumur gali tergantung lapiasan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, dan ada tidaknya air bebas dibawah lapisan tanah.Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5 – 8 meter dibawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana air tawar berada diatas air asin.

Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman, air bebas sumur gali dapatdiperoleh sebagai berikut:

(27)

bebas.

Keadaan atau sifat air sumur gali antara lain:

• Ketinggian air bebas umumnya sekitar 1 – 3 m dari dasar sumur. • Ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang diambil

dan tergantung musim.

• Rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada, tanah sawah air nyakekuning kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasanya sejuk, tanahliat airnya terasa sedikit sepat, tanah kapur airnya terasa sedikit sepat dan warnanya kehijau hijauan, dan tanah gambut airnya berwarna kemerah merahan seperti teh dan rasanya asam.

• Mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup mulut sumur. • Mengandung algae dalam jumlah sedikit.

• Mengandung bakteri cukup banyak (Entjang, 2000). 2. Sumur dalam )

Pengambilan air tanah dilakukan dengan membuat sumur dalam ( ) atauyang lazim disebut sumur bor.

Kedalaman sumur bor berdasarkan struktur dan lapisan tanah:

• Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30 – 40 meter sudah memperoleh air.Biasanya airnya naik sampai 5 – 7meter dari permukaan tanah. • Tanah liat/padas: biasanya kedalaman 40 – 60 meter akan diperoleh air

yangbaik dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah. • Tanah berkapur: biasanya sumur dibuat dengan kedalaman di atas 60

meterkemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bisanaik ke atas dengan sendirinya.

• Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat diatas 100 meter atau 200meterkemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperolehsukar/tidak bisa naik ke atas dengan sendirinya.

Keadaan/sifar air sumur bor: • Air nya jernih dan rasa sejuk

(28)

Q > gae di dalam air sumur bor jauh lebih banyak dibandingkan denganair sumur gali. (Entjang, 2000)

[image:28.612.144.469.231.395.2]

Berikut merupakan perbedaan sumur dangkal dan sumur dalam secara umum (Budiman, 2007).

Tabel 2.1. Perbedaan Sumur Dangkal dan Sumur Dalam

( ) % ) % )

% (

( * *

)

Air permukaan

Kurang baik

Kontaminasi

Kering pada musim kemarau

Air tanah

Baik

Tidak terkontaminasi

Tetap ada sepanjang tahun

+ * % &

Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa.Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000) :

1) Syarat Lokasi atau Jarak

Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah , dan sumber sumber pengotoran lainnya.Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.

a) Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.

b) Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya.

(29)

) Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000).

b) Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).

c) Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton.

d) Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau (Entjang, 2000).

3) Bibir sumur gali

Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : a) Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk

mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan (Entjang, 2000).

(30)

c) Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70 75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur.

4) Lantai Sumur Gali

Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :

a) Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000). b) Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring

dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).

c) Lantai sumur kira kira 20 cm dari permukaan tanah. 5) Saluran Pembuangan Air Limbah

Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang kurangnya 10 meter. Beberapa persyaratan konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat, yakni:

a) Memiliki bibir sumur yang kedap air dengan tinggi minimal 0,8 meter. b) Memiliki cincin sumur yang kedap air yang dalamnya minimal 3 meter. c) Memiliki lantai sumur yang terbuat dari bahan kedap air dan memiliki

kemiringan yang mengarah keluar menuju saluran pembuangan air limbah. d) Memiliki sarana pembuangan air limbah yang kedap air.

e) Memiliki jarak terhadap sumber pencemaran minimal 10 meter.

Penentuan persyaratan konstruksi sumur gali didasarkan pada beberapa hal, yaitu:

1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan bakteri dalam air tanah mencapai 3 meter/hari.

2. Keadaan porositas tanah sangat berpengaruh pada pergerakan air di dalam tanah.

(31)

4. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sampai jarak 1 meter.

5. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan atau tidak digunakan.

6. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.

! % + ,

! % + , )

Besi (Fe) mempunyai bobot atom 55,85. Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak yang kuat, kokoh, dan liat, yang melebur pada 1.535°C.Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat :

terlarut sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri) ;

tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mikrometer) atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe (OH)3 dan sebagainya ;

tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti tanah liat) (Christian, 1992).

Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur (Effendi, 2003).

(32)

berkisar antara 1,0 10 mg/L, dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah mengandung Fe(II) jernih tetapi saat mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri (Effendi, 2003).

Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/l, kadar besi pada perairan alami berkisar 0,05 0,2 mg/l. Pada air tanah dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10 100 mg/l. Kadar besi >1,0 mg/l dianggap membahayakan kehidupan organisme akuatik. Air yang diperuntukkan untuk air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0,3 mg/l. (Effendi, 2003).

Dinyatakan pula bahwa besi dalam air adalah bersumber dari dalam tanah sendiri di samping dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir air dari besi atau endapan endapan buangan industri.

Adapun besi terlarut yang berasal dari pipa atau tangki besi adalah akibat dari beberapa kondisi, di antaranya :

1. Pengaruh pH yang terlalu rendah (asam), dapat melarutkan logam besi. 2. Akibat adanya CO2 agresif yang menyebabkan larutnya logam besi. 3. Pengaruh banyaknya O2 yang terlarut dalam air.

4. Pengaruh tingginya temperatur air akan melarutkan besi besi dalam air. 5. Kuatnya daya hantar listrik akan melarutkan besi.

6. Adanya bakteri besi dalam air akan memakan besi. (Bapelkescikarang, 2012).

! ' + - . )

1. Kedalaman Air

Hujan yang turun jatuh ke tanah dan mengalami infiltrasi masuk ke dalam tanah yang mengandung FeO akan bereaksi dengan H2O dan CO2 dalam tanah dan membentuk Fe (HCO3)2 dimana semakin dalam air yang meresap ke dalam tanah semakin tinggi juga kelarutan besi karbonat dalam air tersebut.

2. pH

(33)

besi dan logam lainnya dalam air, pH yang rendah kurang dari 7 dapat melarutkan logam. Dalam keadaan pH rendah, besi yang ada dalam air berbentuk ferro dan ferri, dimana bentuk ferri akan mengendap dan tidak larut dalam air serta tidak dapat dilihat dengan mata sehingga mengakibatkan air menjadi berwarna,berbau dan berasa.

3. Suhu

Suhu adalah temperatur udara. Temperatur yang tinggi menyebabkan menurunnya kadar O2 dalam air, kenaikan temperatur air juga dapat mengguraikan derajat kelarutan mineral sehingga kelarutan Fe pada air tinggi.

4. Bakteri besi

Bakteri besi (Crenothrix, Lepothrix, Galleanella, Sinderocapsa dan Sphoerothylus) adalah bakteri yang dapat mengambil unsur besi dari sekeliling lingkungan hidupnya sehingga mengakibatkan turunnya kandungan besi dalam air, dalam aktifitasnya bakteri besi memerlukan oksigen dan besi sehingga bahan makanan dari bakteri besi tersebut. Hasil aktifitas bakteri besi tersebut menghasilkan presipitat (oksida besi) yang akan menyebabkan warna pada pakaian dan bangunan. Bakteri besi merupakan bakteri yang hidup dalam keadaan anaerob dan banyak terdapat dalam air yang mengandung mineral. Pertumbuhan bakteri akan menjadi lebih sempurna apabila air banyak mengandung CO2 dengan kadar yang cukup tinggi.

5. CO2 agresif

(34)

2 Fe + H2CO3 FeCO3 + 2 H+ 2 FeCO3 + 5 H2O +1/2 O2 2 Fe(OH)2 + 2 H2CO3

Dalam reaksi di atas dapat dilihat bahwa asam karbonat tersebut secara terus menerus akan merusak logam, karena selain membentuk FeCO3 sebagai hasil reaksi antara Fe dan H2CO3, selanjutnya FeCO3 bereaksi dengan air dan gas oksigen (O2) menghasilkan zat 2 FeOH dan 2H2CO3 dimana H2CO3 tersebut akan menyerang logam kembali sehingga proses pengrusakan logam akan berjalan secara terus menerus mengakibatkan kerusakan yang semakin lama semakin besar pada logam tersebut. (Bapelkescikarang, 2012).

! + ( ( + ) )

1. Rendahnya pH Air

Nilai pH air normal yang tidak menyebabkan masalah adalah 7.Air yang mempunyai pH 7 dapat melarutkan logam termasuk besi.

2. Adanya Gas gas Terlarut dalam Air.

Yang dimaksud gas gas tersebut adalah CO2 dan H2S. Beberapa gas terlarut dalam air terlarut tersebut akan bersifat korosif.

3. Bakteri

Secara biologis tingginya kadar besi terlarut dipengaruhi oleh bakteri besi yaitu bakteri yang dalam hidupnya membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga larut. Jenis ini adalah bakteri Crenotrik, Leptotrik, Callitonella, Siderocapsa dan lain lain.Bakteri ini mempertahankan hidupnya membutuhkan oksigen dan besi.

Apabila kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas, akan menyebabkan berbagai masalah, diantaranya :

1. Gangguan teknis

Endapan Fe(OH) bersifat korosif dapat mengendap pada saluran pipa, sehingga mengakibatkan dan mengotori bak/wastafel/kloset.

(35)

A gguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah timbulnya warna, bau dan rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi terlarutnya > 1,0 mg/L.

3. Gangguan kesehatan

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7–35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air.Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Dikarenakan tubuh manusia tidak dapat menyekresi Fe, bagi mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam akibat akumulasi Fe.

Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi.

Kadar Fe yang besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini.

Kadar Fe > 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit.

Jika kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/L akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk.

Hemokromatesis primer besi akibat dari penyerapan Fe dalam jumlah berlebih di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati dan kerusakan pankreas sehingga menimbulkan diabetes.

Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara yakni :

1. oksidasi dengan udara atau aerasi, 2. oksidasi dengan (khlorinasi) dan 3. oksidasi dengan kalium permanganat.

(36)

galirkan ke suatu filter dengan media mangan zeolit. (Bapelkescikarang, 2012)

! ! * /. 0

Walaupun logam ini termasuk dalam kelompok logam esensial, tetapi kasus keracunan Fe sering dilaporkan terutama pada anak anak.Keracunan Fe pada anak terjadi secara tidak sengaja, saat anak memakan makanan atau benda yang mengandung Fe, sedangkan pada orang dewasa hal ini jarang terjadi.Walaupun toksisitas Fe jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menyebabkan gangguan mental serius.Kasus terjadinya toksisitas Fe pada anak kemungkinan besar terjadi karena banyak preparat yang mengandung Fe yang diberikan pada anak, baik berupa obat maupun vitamin.Di samping itu, kebiasaan anak makan sembarangan di lingkungan sekitaranya juga mempengaruhi hal tersebut (Darmono, 2001).

Besi adalah logam dalam kelompok makromineral di dalam kerak bumi, tetapi termasuk kelompok mikro dalam sistem biologi. Logam ini mungkin logam yang pertama ditemukan dan digunakan oleh manusia sebagai alat pertanian. Pada sistem biologi seperti hewan, manusia, dan tanaman, logam ini bersifat esensial, kurang stabil, dan secara perlahan berubah menjadi ferro (FeII) atau ferri (FeIII).Kandungan Fe dalam tubuh hewan sangat bervariasi tergantung pada status kesehatan, nutrisi, umur, jenis kelamin dan spesies (Darmono, 2001).

Pada umumnya setiap jaringan tubuh selalu mengandung Fe, yaitu 4 gr Fe.Hampir semua Fe dalam tubuh terikat dengan protein porfirin, dan komponen hemoglobin.Ikatan dengan protein lainnya ialah feritin, transferin, dan hemosiderin.Diet Fe per hari setiap orang sekitar 10 15 mg Fe dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi.Sedangkan dosis letal minimum (MLD) adalah sekitar 200 250 mg/kg berat badan (Darmono, 2001).

(37)

! 1 * /. 0

Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan Fe ialah di dalam usus halus.Bagian usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus juga sebagai ekskresi Fe yang tidak diserap.Besi dalam usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana bentuk ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri.Feritin masuk ke dalam darah dan berubah bentuk menjadi senyawa transferin.Dalam darah tersebut besi mempunyai status sebagai besi trivalent yang kemudian ditransfer ke hati atau limfa yang kemudian disimpan dalam organa tersebut dalam bentuk feritin dan hemosiderin.Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan Fe (kejenuhan) dalam ikatan tersebut (Darmono, 2001).

Toksisitas akut Fe terjadi pertama tama disebabkan oleh adanya iritasi dalam saluran gastrointestinal.Kematian karena keracunan Fe pada anak kebanyakan terjadi di antara anak umur 12 24 bulan, hal tersebut erat hubungannya dengan pemberian yang terlalau banyak suplemen vitamin pada prenatal dan suplemen vitamin mineral pada postnatal. Mekanisme toksisitas Fe secara pasti belum begitu jelas, diperkirakan kematian terjadi karena sekunder yang disebabkan oleh iritasi gastrointestinal. Bila dilakukan autopsi terhadap korban keracunan ditemukan perdarahan dan nekrosis pada mukosa lambung dan usus (Darmono, 2001).

Keracunan Fe ini dapat menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler meningkat sehingga plasma darah merembes keluar.Akibatnya, volume darah menurun, dan hipoksia jaringan menyebabkan asidosis. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa toksisitas akut dari Fe ini menyebabkan lamanya proses koagulasi darah (Darmono, 2001).

Pada pemeriksaan biokimiawi terlihat adanya peningkatan enzim dalam

serum seperti (SGOT) dan

(38)
(39)

& 2 % .# #%# 2 %#2

*

-sumur bor yang akan diteliti nantinya akan dipergunakan sebagai sumber air minum oleh warga pengguna air sumur tersebut. Maka dari itu, pada penelitian ini, variabel variabel yang diteliti digambarkan sebagai berikut :

Jernih

Persyaratan Fisik

Kekeruhan

Keruh

Warna

Tidak berwarna

Berwarna

Tidak berasa Rasa

Berasa

Bau Tidak berbau

Berbau

Tinggi / rendah Temperatur

Sama dengan temperatur

(40)

Keterangan : = yang akan diteliti

Netral pH

Tinggi / rendah

Persyaratan Kimia

Tidak Mengandung zat kimia beracun Kandungan zat

kimia beracun

Sianida, Sulfida, Fenolik

Tidak mengandung garam / ion logam Kandungan

garam / ion

logam Fe, Mg, Ca, K, Hg,

Zn, Mn, Cl, dan Cr.

Rendah Tingkat

kesadahan

Tinggi

Tidak mengandung bahan oraganik Kandungan

bahan organik

(41)
[image:41.612.134.502.135.549.2]

" 2- *

Tabel 3.1. Definisi Operasional

" 2- * 3 %

Besi (Fe) : Besi (Fe)

merupakan suatu elemen

kimiawi yang dapat

ditemui pada hamper

setiap tempat di bumi,

termasuk air.

Kadar besi (Fe)

ditentukan

dengan cara

melihat langsung

hasil yang telah

ditentukan oleh

alat

spektrofotometer

dan nilai ini

menyatakan

konsentrasi besi

pada larutan yang

ada dalam cuvet

yang dibaca oleh

alat tersebut.

Spektrofot

ometer.

Konsentrasi

Besi (Fe) yang

didapatkan

dalam

unitmg/l.

(42)

!

2 # #

! $

> s penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengamatan/pengukuran dilakukan satu kalidalam satu waktu yang tertentu, untukmemperoleh kadar atau konsentrasi besi (Fe) di dalam air sumur milik warga di Kelurahan Gedung Johor, Medan melalui data yang didapatkan dengan pendekatan secaraeksperimen.

! 4 )

-! 4

Penelitian ini mulai dirancang mulai bulan Maret 2012 dengan pertamasekali dilakukan penelusuran tinjauan pustaka yang meliputi sumber daribuku,jurnal serta artikel dari internet, pembuatan serta penyusunan proposalpenelitian yang diikuti dengan konsultasi dengan dosen pembimbing.

Pengumpulan proposal dan penilaian proposal dilakukan pada bulan Juni 2012. Sementara analisis sampel air dilakukan setelah meninjau lokasi dan pengambilan sampel serta pemeriksaannya di laboratorium dilakukan pada bulan November 2012.

!

-Penelitian dilakukan di Kelurahan Gedung Johor, Medan.Lokasi melakukan pemeriksaan laboratorium adalah di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Medan,dikarenakan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk melakukan eksperimen tersedia di sana.

! *- ) %

-!

(43)

!! *)

-! -! ( 5 , ) + - %

-Sampel air diambil dari air sumur sumur bor milik warga di Gedung Johor, dengan menggunakan botol plastik bersih.

! 1

-! 1

SSA (Spektrofotometri Serapan Atom)

pemanas air gelas piala 250 ml

pipet ukur

labu ukur corong gelas

pemanas listrik

kertas saring Whatman 42

tabung reaksi

! 1

sampel air sumur bor HNO3 pekat

larutan standar logam Fe 1000 mg/l

aquabidest

! 1 *)

(44)

setelah itu ukur menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dan catat konsentrasi besi (Fe).

!6 * )

(45)

1

%# # # %

1

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan denganmengambil sampel air sebanyak 1 kali dari 20 sumur bor di Kelurahan Gedung Johor. Kemudian 20 sampel tersebut dikumpulkan dan dibawake Laboratorium Kesehatan Daerah Medan, dan konsentrasi ferrum diukur denganmenggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

1

( 1 ( ) 7 ( /. 0 - ) 8 - (*

2 % %# #

% 2 / 0

Air Sumur 1 8 9 :

Air Sumur 2 0

Air Sumur 3 0.008

Air Sumur 4 8 ;6

Air Sumur 5 8 !91

Air Sumur 6 8 1 ;

Air Sumur 7 8 1:

Air Sumur 8 0

Air Sumur 9 0

Air Sumur 10 0.057

Air Sumur 11 8 6;

Air Sumur 12 0.077

Air Sumur 13 8 669

Air Sumur 14 0.031

Air Sumur 15 0.010

Air Sumur 16 0

Air Sumur 17 0

Air Sumur 18 8 1!6

Air Sumur 19 0.068

(46)

Dari data pada tabel 5.1, dari semua sampel yang dikumpulkan, ternyata hanya 11 air sumur yang kadar zat besinya memenuhi persyaratan. Kadar ferrum yang melebihi batas maksimal yangdiperbolehkan pada air minum sesuai dengan Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah 0.3 mg/l.

Sebesar 45% atau 9 dari 20 sumur bor mempunyai kadar zat besi yang melebihi ambang batas, yaitu nilai tertinggi adalah 0.963 mg/l, yang berasal dari sumur bor 4, sedangkan nilai terendah adalah 0.475 mg/l dari air sumur bor 5. Konsentrasi rata rata besi (Fe) pada sampel penelitian menunjukkan variasi yang cukup luas yaitu diantara 0 – 0.963 mg/l, dengan nilai rata ratanya yaitu 0.307 mg/l.

* ( /. 0 - ) - (* )

-- ) " 1

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 A ir S u m u r 1 A ir S u m u r 2 A ir S u m u r 3 A ir S u m u r 4 A ir S u m u r 5 A ir S u m u r 6 A ir S u m u r 7 A ir s u m u r 8 A ir S u m u r 9 A ir S u m u r 1 0 A ir S u m u r 1 1 A ir S u m u r 1 2 A ir S u m u r 1 3 A ir S u m u r 1 4 A ir S u m u r 1 5 A ir S u m u r 1 6 A ir S u m u r 1 7 A ir S u m u r 1 8 A ir S u m u r 1 9 A ir S u m u r 2 0

Konsentrasi besi (Fe) dalam mg/l

(47)

Pengamatan langsung kondisi air secara fisik didapatkan yaitu keseluruhan atau 20 sampel memiliki kekeruhan, rasa, dan temperature yang

normal.Sedangkan pengamatan pada bau dan rasa, hanya air sumur 4 yang berbau, sementara hanya sumur 1 dan 4 yang berwarna kekuningan.

( 1 ( * ) " - ) 8 - (*

Kode Sampel Kekeruhan Bau Rasa Warna Temperatur

Air Sumur 1 Jernih Tak berbau Tak berasa Normal

Air Sumur 2 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 3 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 4 Jernih ( Tak berasa Normal

Air Sumur 5 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 6 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 7 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 8 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 9 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 10 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 11 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 12 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 13 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 14 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 15 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 16 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 17 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 18 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

Air Sumur 19 Jernih Tak berbau Tak berasa Tak berwarna Normal

(48)

1 (

sumur bor yang nantinya akan dikonsumsi sebagai air minum, hendaknya memenuhi sesuai standar yang telah ditetapkan. Batas kadar besi (Fe) yangdiperbolehkan pada air minum sesuai dengan Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010 adalah sebesar 0.3 mg/l, sedangkan dari hasil penelitian terdapat 9 dari 20 sumur bor mempunyai kadar zat besi yang melebihi ambang batas, yaitu sumur bor 1, 4, 5, 6, 7, 11, 13, 18, dan 20, yang masing masing memiliki kadar besi 0.718, 0.963, 0.475, 0.529, 0.582, 0.693, 0.667, 0.546, dan 0.645 mg/l. Hasil ini dapat kita bandingkan dengan penelitian oleh Fitri Wahyuni (2010), yaitu didapati kadar besi pada air sungai Sogong dan Marcapada yang juga melebihi batas, masing masing sebesar 0,68 mg/l dan 1,86 mg/l. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yessy Andhasari (2011), yang mendapatkan hasil dari air baku di PDAM Tritanadi Deli Tua terdapat kadar besi yang juga melebihi batas yaitu dengan rata rata sebesar 0.704 mg/l. Penelitian yang dilakukan oleh Winda Rukmana (2011),mendapatkan hasil bahwa pada air baku di PDAM Tirtanadi Sungggal terdapat kadar besi yang melebihi batas yaitu berkisar antara 0,66 mg/l sampai 0,758 mg/l.

Adanya besi di dalam air pada sumur sumur bor tersebut dapat bersumber dari dalam tanah sendiri, di samping dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir air dari besi atau endapan endapan buangan industri.Terdapat variasi kadar besi (Fe) pada tiap sumur bor, selain dari sumbernya sendiri, kemungkinan juga dipengaruhi oleh kelarutan besi. Adapun besi terlarut yang berasal dari pipa atau tangki besi adalah akibat dari beberapa kondisi, di antaranya yaitu, pH yang terlalu rendah (asam) yang dapat melarutkan logam besi, adanya CO2 agresif yang menyebabkan larutnya logam besi, banyaknya O2 yang terlarut dalam air, tingginya temperatur air yang akan melarutkan besi besi dalam air, serta kuatnya daya hantar listrik yang akan melarutkan besi. (Bapelkescikarang, 2012).

(49)

35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air.Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh juga dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Dikarenakan tubuh manusia tidak dapat menyekresi Fe, bagi mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam akibat akumulasi Fe.

Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi.

Kadar Fe yang besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini.

Kadar Fe > 1 mg/lakan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit.

Jika kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/Lakan menyebabkan air berbau seperti telur busuk.

Hemokromatesis primer besi akibat dari penyerapan Fe dalam jumlah berlebih di dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi sehingga kelebihan mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks dengan mineral lain yaitu hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati dan kerusakan pankreas sehingga menimbulkan diabetes. (Bapelkescikarang, 2012).

(50)

6

%# %

6

-Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kadar air sumur bor di Kelurahan Gedung Johor, Medan Johor, Medan, ternyata mengandung kadar besi (Fe) yang cukup tinggi. Sembilan dari 20 sumur bor mempunyai kadar besi (Fe) yang melebihi kadar maksimal yang telah ditetapkan. Konsentrasi rata rata besi (Fe) pada sampel penelitian menunjukkan variasi yang cukup luas yaitu diantara 0 – 0.963 mg/l, dengan nilai rata ratanya yaitu 0.307 mg/l.

6 %

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa air sumur bor di Keluraham Gedung Johor, Medan Johor, Medan, hampir separuhnya dari keseluruhan sampel yang didapat memiliki kadar besi (Fe) yang melebihi kadar maksimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu perlu diberikan saran kepada warga pemilik sumur untuk melakukan penyaringan ataupun filtrasi terhadap air sumurnya agar terhindar dari dampak negatif kelebihan besi seperti warna kulit menjadi hitam akibat akumulasi Fe, air minum yang menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi, merusak dinding usus, iritasi pada mata dan kulit, air berbau seperti telur busuk, dan dapat terjadi hemokromatesis.

(51)

. %

s, G. dan Sri S. S. 1999. . Surabaya: Usaha Nasional.

Andhasari, Yessy. 2011. ! " #

$ # $ % % &Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara. Medan: 26 27.

Athena, A. Tri Tugaswati, Sukar. 1982. Buletin Penelitian Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kandungan Logam Berat (Hg, Cd, dan Pb)

dalam Air Tanah Pada Perumahan Tipe Kecil di Jabotabek. Jakarta: Bakti Husada.

Azwar, A, 1996. ' ( < Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang. 2011. Cikarang. Available from:

http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/images/stories/KurmodTT

G/Pengolahanairbersih/mi6a%20modul%20penjernihan%20air%20dengan

%20metode%20aerasi.pdf. [Accessed 07 November 2012]

Budiman, Chandra. 2007. ( . Yogyakarta.

Dahlan, H.M. Hatta. 2006. Jurnal Pengelolaan Lingkungan dan Sumberdaya Alam.Volume 1, Nomor 4.Pengembangan Teknologi Proses Pengolahan Air Bersih Menggunakan Membran Ultrafiltrasi.

Darmono, 2001.( ) )

$ % ( . Jakarta: UI Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1992. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.

Direktorat Jenderal PPM & PLF Departemen Kesehatan. 1993& * $ ! . Jakarta: Bakti Husada.

Effendi, Hefni. 2003. $ ! % # ( . Jakarta: Kanisius.

Entjang, Indan. 2000. ' &Bandung: Alumni.

(52)

Indra, Chahaya. Majalah Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Vol. IV No. IV. September 2000. Resiko Pencemaran Air Sumur Gali Kelurahan

Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan.

Instruksi Presiden No.6,1994. Jakarta.

Joeharno, Said. 2000. % .Denpasar:Udayana Press.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010. Jakarta.

Kusnaedi. 2010. , . Jakarta: Penebar Swadaya.

Kusnoputranto, H, 2000. ( ,Edisi Revisi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990, Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 82, 2011. Jakarta.

Pujiastuti, Peni dan Asmaningsih, Riyanti. 2008. !

-# ' #

! + % . Surakarta

Rukmana, Winda. 2011. - +./ %

! % # $

. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.Medan : 36 44.

Slamet, J.S. 1994. ( . Yogyakarta: UGM Press.

Soesanto, Sri Soewasti. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol. VI No. 01.2006. % 0 . Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Bakti Husada.

Supranto, J. 2000. % $ /1. Jakarta: Erlangga.

Tontowi dan Armaita, Sutriati. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan No. 36. 2006. # # % ! % $

. Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan P.U. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan. Bandung.

(53)

Wahyuni, Fitri. 2010. ! - # .)2

% % # %

% &Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara.Medan : 21 28.

Widowati, Wahyu. 2008. 3 $ ( . Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

World Health Organization.1993. 4 # /5 6 7 & 8

" &Switzerland.

World Health Organization.1993. 4 # /5 6 7 & 2

(54)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

No.Telp./ HP :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya

mengenai penelitian yang berjudul ”Analisis Kadar Besi (Fe) pada Air Sumur Bor

di Kelurahan Gedung Johor, Medan Johor, Medan”, dan setelah mengetahui dan

menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan

bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh

akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti,

saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi

apapun.

Yang menyatakan Peneliti

( ) (Tengku Nanda Edwina)

Saksi

(55)

Sampel A

Alat S

Dokumentasi

mpel Air Sumur Bor yang Telah Dikumpulkan

(56)

Metode Penurunan Kadar Besi (Fe)

1. Aerasi

Ion Fe selalu di jumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang rendah, seperti

pada air tanah dan pada daerah danau yang tanpa udara Keberadaan ferri larutan

dapat terbentuk dengan adanya pabrik tenun, kertas, dan proses industri. Fe dapat

dihilangkan dari dalam air dengan melakukan oksidasi menjadi Fe(OH)3 yang

tidak larut dalam air, kemudian diikuti dengan pengendapan dan penyaringan.

Proses oksidasi dilakukan dengan menggunakan udara biasa di sebut aerasi yaitu

dengan cara memasukkan udara dalam air.

2. Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi

dalam cairan karena pengaruh gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini

sering digunakan dalam pengolahan air. Dalam proses sedimentasi partikel tidak

mengalami perubahan bentuk, ukuran, ataupun kerapatan selama proses

pengendapan berlangsung. Partikel-partikel padat akan mengendap bila gaya

gravitasi lebih besar dari pada kekentalan dan gaya kelembaban (inersia) dalam

cairan. Biaya pengolahan air dengan proses sedimentasi relatif murah karena tidak

membutuhkan peralatan mekanik maupun penambahan bahan kimia. Kegunaan

sedimentasi untuk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air

dan dapat juga berfungsi untuk mereduksi kandungan organisme (patogen)

tertentu dalam air.

3. Filtrasi

Proses penyaringan merupakan bagian dari pengolahan air yang pada prinsipnya

adalah untuk mengurangi bahan-bahan organik maupun bahan-bahan anorganik

yang berada dalam air. Penghilangan zat padat tersuspensi denggan penyaringan

(57)

dalam pemurnian buatan di dalam instalasi pengolahan air.Bahan yang dipakai

sebagai media saringan adalah pasir yang mempunyai sifat penyaringan yang

baik, keras dan dapat tahan lama dipakai bebas dari kotoran dan tidak larut dalam

air.

Penanganan air sumur dengan kombinasi penanganan aerasi, filtrasi ataupun

sedimentasi mempunyai potensi penurunan yang signifikan. Menurut Djasio

Sanropie, waktu pengendapan ( ) yang optimal pada bak sedimentasi

air yang telah diaerasi, biasanya diambil 3 jam (2-6 jam), yang mana mungkin

dalam pengendapan kandungan Fe hasil aerasi ini cukup dilakukan 1-2 jam. Agar

mendapatkan basil yang tepat disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut

tentang untuk sedimentasi kadar Fe yang optimal pada air sumur

bor, sesuai dengan sumber airnya.

Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dengan metode ini

sebagai berikut :

a. Sumber air baku berasal dari sumur (air tanah) dengan keadaan jernih namun

mengandung zat Fe ataupun Mn.

b. Bahan

1. Lem pipa

2. Isoplast keras

3. Pasir kwarsa

4. Zeolith atau Karbon Aktif

5. Tablet Klor (dapat dibeli di Toko Kimia)

c. Peralatan

1. Bak/tandon besar 1 paket

2. Bak/ember besar 2 buah

3. Pompa udara (aerator)

4. Pengaduk kayu 2 buah

5. Keran

(58)

7. Gergaji/cutter

8. Alat pertukangan lain

Dengan segala keterbatasan peralatan yang ada, kita dapat saja menggunakan

potensi barang/alat yang telah ada, dengan beberapa modifikasi yang diatur di

lapangan.

d. Pembuatan

1. Siapkan bak besar berukuran 1 m3 sebagai bak aerasi.

2. Siapkan pipa PVC ¼” berlubang di bagian dasar bak aerasi sebagai tempat

keluarnya udara (aerasi). Buatkan lubang di dinding bak bagian dasar untuk

pembuangan lumpur (pengurasan).

3. Sambungkan pipa PVC ¼”berlubang tadi dengan pompa aerator dan diuji

terlebih dahulu.

4. Siapkan bak/drum kedua yang akan menjadi bak sedimentasi (tentatif boleh

ditiadakan jika tidak diperlukan). Buatkan outlet menuju Bak filtrasi.Buatkan

lubang di bagian dasar untuk pembuangan lumpur.

5. Siapkan bak ketiga yang akan menjadi bak filtrasi. Susun lapisan penyaring

(filter) berupa lapisan pasir kuarsa, lapisan zeolith dan lapisan karbon aktif

masing-masing.

e. Penggunaan

1. Pemakai mengalirkan air baku menuju bak sedimentasi dengan cara

menyalakan pompa (apabila pengaliran dilakukan secara motorik) atau mengisi

bak secara manual.

2. Pemakai memasukkan tawas yang sudah dicampur dengan air (50 gram tawas

∞ 2 Liter air bersih) ke dalam bak dan pengadukan dilakukan secara konstan

Pertama dilakukan pengadukan dengan cepat, 50 putaran per menit,

selama 10 menit.

b. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan lambat, 10-20 putaran per

(59)

konstan untuk menjamin pembentukan flok ukuran besar sehingga siap

mengendap alamiah. Pengadukan dilakukan searah, untuk menjamin

optimalnya penempelan flok mikro dan menjaga flok makro tidak berubah

bentuknya.

3. Tahap berikutnya adalah mendiamkan air tersebut agar terjadi proses

pengendapan (sedimentasi) secara alamiah. Tidak boleh ada gangguan apapun

dalam proses ini, seperti getaran akibat pengadukan lainnya, penambahan zat-zat

lain dll).

4. Proses berikutnya merupakan pemisahan air terolah ( ) melalui

outlet yang sudah disiapkan. Pemakai harus memperhatikan tidak terikutnya

endapan yang terbentuk.

5. Endapan yang terbentuk merupakan kumpulan flok yang sebenarnya masih bisa

dimanfaatkan kembali dalam proses pengolahan berikutnya. Untuk itu tidak perlu

dibuang.

6. Apabila sudah dipisahkan, maka pemakai membubuhkan

desinfektan (berupa tablet/bubuk/cair) dan kemudian diaduk. Adapun dosis

optimum desinfektan disesuaikan dengan bahan baku air yang digunakan. Intinya

sisa klor yang diperbolehkan tidak kurang dari 5 mg/L atau air masih sedikit

berbau klor.

7. Perlunya memiliki pH meter dan TDS meter untuk pengecekan minimal guna

memastikan konsentrasi TDS dan besarnya pH air terolah, karena pH yang tidak

sesuai dapat menyebabkan beberapa masalah pada manusia (pH terlalu asam

membuat kulit iritasi dan pH terlalu basa akan menyebabkan penggunaan sabun

yang boros).

8. Selama proses pengolahan ini, pemakai perlu menggunakan alat pelindung diri

seperti baju kerja dan sarung tangan.

f. Pemeliharaan

1. Tangki Sedimentasi perlu disikat untuk menghindari penebalan kotoran

(60)

2. Tangki Supernatan perlu dibersihkan untuk menjaga kejernihan air olahan.

3. Peralatan yang digunakan untuk menakar dan membubuhkan zat kimia

sebaiknya terbuat dari bahan tahan karat dan perlu dibersihkan setiap habis

digunakan.

g. Keuntungan

1. Kontruksi tangki yang sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa

memerlukan persyaratan khusus, dapat menggunakan tangki atau bak yang

sudah ada.

2. Biaya yang diperlukan cukup terjangkau oleh masyarakat.

h. Kerugian

1. Penggunaan bahan kimia masih menjadi masalah karena tidak semua

masyarakat mudah mencari dan membelinya.

2. Apabila menggunakan sistem pengadukan manual dengan tenaga manusia,

maka perlu kesabaran dari penggunanya

3. Diperlukan upaya uji coba untuk menentukan dosis zat kimia yang dibutuhkan

(61)

,

-

.

% /%

% 0

1

/

-

2

/3% / 1

4

5

.

6

% 4

7

8

&-

9

*% 47

&)'('

2

8

-*'')9

)% 4 6

- :

8*'')-*'';9

;% 4 6 /

)

8*'';-*''&9

+% 4

+

8*''&-*'' 9

+% <

!

8*'' =

9

Gambar

Tabel 2.1. Perbedaan Sumur Dangkal dan Sumur Dalam
Tabel 3.1. Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

[r]

Hasil penelitian variabel (H1) Kepribadian tidak berpengaruh terhadap intensi berwirausaha, sedangkan variabel (H2) Mata kuliah kewirausahaan berpengaruh nyata terhadap intensi

Kendala-Kendala yang ditemukan dalam Pelaksanaan Remisi di dalam Sistem Pemasyarakatan Sebagai Pemberian Hak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A

yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh Rentabilitas Terhadap return saham, untuk membuktikan pengaruh Likuiditas Terhadap return saham, untuk

The finding of the content analysis in this study reports that male and female contestants are portrayed performing all of the feminine and masculine

Skripsi program Studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Muria Kudus, Dosen Pembimbing I Drs. Dosen Pembimbing II Dra. Sutarti, SE, MM. Kata Kunci: Minat