• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF HEATING TIME AND VARIANT OF MILK TO ORGANOLEPTIC PROPERTIES OF MILK CARAMEL CANDY

By

YUNI NOVIYANTI

Milk caramel candy is one of dairy products. Different heating times and variant

of milk in the manufacture of milk caramel candy would produce different

characteristics. This research was aimed to know the optimal heating time and

variant of milk which produce the best organoleptic properties of milk caramel

candy.

The research was arranged by a multiple treatment in a structured Complete

Randomized Group Design in three replications. The first factor was heating time

and the second factor was variant of milk. Heating time treatment consisted of 5

minutes (L1), 10 minutes (L2), 15 minutes (L3), and 20 minutes (L4). Variant of

milk consisted of goat milk (K1) and cow milk (K2). The data were analyzed by

using Bartlett Test and Tuckey Test was used for their homogenity and additivity.

Then they were analyzed further using HSD each at level 1% or 5% to look for

the differences organoleptic properties of milk caramel candy. The best treatment

(2)

to know organoleptic properties description of milk caramel candy. The best

treatment were analyzed water content, ash value, and reducing sugar.

The result showed that goat milk in 10 minutes produce the best organoleptic

properties with colour score 4,23 (brown), texture score 3,73 (rather soft), taste

score 3,55 (sweet), flavour score 3,45 (rather caramel), water content 7,09%, ash

value 1,25%, and reducing sugar 4,91% that fulfilled SNI 3547.2-2008.

Description of goat milk caramel candy with based on free choice profiling had

soft, smooth and compact texture, and also sensation of sticky, dense, and chewy;

brown colour, rather dark brown, light brown, and fawn colour; sweet taste and

also milk and caramel taste; and caramel and milk flavour and also a bit fishy.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU

Oleh

YUNI NOVIYANTI

Salah satu produk olahan susu adalah permen karamel susu. Waktu pemanasan

dan jenis susu yang berbeda pada pembuatan permen karamel susu akan

menghasilkan karakteristik permen yang berbeda pula. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui waktu pemanasan yang optimal dan jenis susu yang

dapat menghasilkan permen karamel susu dengan sifat organoleptik terbaik.

Perlakuan disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu waktu

pemanasan dan jenis susu dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan

tiga ulangan. Faktor pertama adalah waktu pemanasan (L) dengan 4 taraf, yaitu 5

menit (L1), 10 menit (L2), 15 menit (L3), dan 20 menit (L4). Faktor kedua adalah

jenis susu (K) dengan 2 taraf, yaitu susu kambing (K1) dan susu sapi (K2).

Kesamaan ragam data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji

dengan Uji Tuckey. Data hasil pengamatan dilakukan sidik ragam untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Data diolah lebih lanjut

(4)

uji deskripsi untuk mengetahui deskripsi sifat sensori dengan metode free choice profiling. Selain itu, juga dianalisis kadar air, kadar abu, dan gula reduksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pemanasan dan jenis susu yang

menghasilkan permen karamel susu dengan sifat organoleptik terbaik yaitu pada

perlakuan jenis susu kambing pada waktu pemanasan 10 menit dengan skor warna

4,23 (coklat), skor tekstur 3,73 (agak lunak), skor rasa 3,55 (manis), skor aroma

3,45 (agak khas karamel), penerimaan keseluruhan 3,82 (agak suka), kadar air

7,09%, kadar abu 1,25%, dan kadar gula reduksi 4,91% yang memenuhi standar

mutu SNI 3547.2-2008. Deskripsi permen karamel susu kambing berdasarkan

metode free choice profiling adalah tekstur lunak, lembut dan kompak, ada sensasi lengket, padat, kenyal, dan lembek; warna coklat, coklat agak tua, coklat muda,

dan coklat kekuningan; rasa manis ada rasa susu dan karamel; aroma karamel dan

susu sedikit amis.

(5)

PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU

(Laporan Penelitian)

Oleh

Yuni Noviyanti 0714051074

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(6)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Dipandang

dari segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir sempurna karena hampir

semua zat-zat makanan yang diperlukan untuk tubuh terdapat dalam susu dengan

komposisi yang sempurna dan mudah dicerna. Secara umum komposisi susu

adalah lemak 3,90%, protein 3,40%, laktosa 4,80%, abu 0,72%, dan air 87,10%

(Buckle et al., 1987). Susu segar juga merupakan suatu emulsi lemak di dalam air

yang mengandung gula, garam-garam, mineral, dan protein dalam bentuk koloid

(Eckles et al., 1973). Susu hewan yang umum dikonsumsi ialah susu sapi, susu

kambing, dan susu kuda (Susilorini,2006).

Konsumsi susu segar di Indonesia masih relatif rendah yaitu sekitar 9 liter per

kapita pada tahun 2010 sedangkan Malaysia 50,3 liter, Singapura 47,3 liter, dan

India 45,4 liter (Anna, 2011). Hal ini dikarenakan susu segar mudah mengalami

kerusakan sehingga hanya dapat dikonsumsi oleh penduduk di sekitar sentra

produksi susu segar. Selain itu, terdapat aroma asing yang tidak disukai pada susu,

biasanya pada susu kambing yaitu bau prengus (Handayani, 2007). Kini seiring

dengan berkembangnya teknologi pangan, hasil produk olahan susu makin banyak

(7)

olahan susu. Salah satu produk olahan susu adalah permen karamel. Permen

karamel susu berasal dari kata caramel milk (bahasa Inggris) atau hopyes (bahasa Belanda). Di Indonesia karamel susu dikenal dengan sebutan hopyes/kopyes, namun di beberapa sentrum pembuatan produk kembang gula dari susu dikenal

dengan nama karamel (Rukmana, 2001). Menurut Arpah (1993), pengolahan susu

menjadi produk lain bertujuan untuk memperpanjang masa simpan dan

meningkatkan nilai penggunaan susu.

Jenis susu yang digunakan berbeda pada pembuatan permen karamel susu diduga

menghasilkan karakteristik permen yang berbeda pula. Perbedaan ini dikarenakan

komposisi susu yang berbeda dari setiap jenis susu. Salah satu komponen susu

yang mempengaruhi karakteristik permen adalah protein yang berfungsi sebagai

emulsifier yang menstabilkan emulsi lemak dalam cairan gula dan mengikat air

sehingga akan mempengaruhi elastisitas permen (Jackson, 1995). Selain protein,

kadar air susu juga diduga mempengaruhi karakteristik permen karamel susu.

Kadar air bahan tinggi dapat menyebabkan tekstur lembek pada permen karamel

susu tetapi apabila kadar air bahan rendah dapat menyebabkan tekstur keras

(Harahap, 2010).

Waktu pemanasan yang berbeda juga diduga menghasilkan perbedaan

karakteristik pada permen karamel susu. Waktu pemanasan yang optimal akan

menghasilkan karakteristik yang baik pada permen karamel susu. Permen

karamel yang baik memiliki warna coklat yang menarik, rasa yang gurih, tekstur

yang kenyal dan lembut serta aroma yang memikat (Usmiati, 2009). Namun

(8)

organoleptik terbaik. Oleh karena itu, dilakukan penelitian pembuatan permen

karamel dari jenis susu yang berbeda yaitu susu kambing dan susu sapi dan waktu

pemanasan yang berbeda untuk mengetahui waktu pemanasan dan jenis susu yang

dapat menghasilkan permen karamel susu dengan sifat organoleptik terbaik.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu pemanasan dan jenis

susu yang tepat sehingga dapat menghasilkan permen karamel susu dengan sifat

organoleptik terbaik.

1.3 Kerangka Pemikiran

Salah satu produk olahan susu adalah permen karamel. Permen karamel berbeda

dengan hard candy (high-boiled sweet) karena keberadaan susu dan lemak yang menyebabkan konsistensi dari permen karamel menjadi lunak. Permen karamel

mempunyai kadar air yang lebih tinggi yaitu sekitar 7% dibandingkan hard candy yang berkadar air kurang dari 5% (Jackson, 1995). Menurut Usmiati (2009),

permen karamel memiliki warna coklat yang menarik, rasa yang gurih, tekstur

yang kenyal dan lembut serta aroma yang memikat.

Permen karamel susu yang baik memiliki rasa susu dan mempunyai penampakan

serta tekstur yang baik. Karakteristik yang baik terutama dipengaruhi oleh jenis

susu yang digunakan (Wahyuningsih, 2004). Hal ini disebabkan setiap jenis susu

memiliki komposisi yang berbeda. Salah satu komponen susu yang

mempengaruhi karakteristik permen karamel adalah protein. Kandungan protein

(9)

cairan gula dan mengikat air sehingga akan mempengaruhi elastisitas permen.

Protein yang tinggi menyebabkan tingginya elastisitas permen sehingga

menyebabkan tekstur menjadi lebih lunak (Jackson, 1995). Reaksi Maillard yang

terjadi selama pembuatan permen karamel susu menyebabkan protein susu

menjadi pekat sehingga memberi sifat stand up (menahan bentuk) pada karamel yang bertekstur soft dan chewy (Pennington, 1990). Pemanasan protein dengan adanya air juga akan menghasilkan protein yang berikatan silang dan dapat

merubah tekstur produk (Zuhra, 2006). Selain protein, kadar air susu juga diduga

mempengaruhi karakteristik permen karamel susu. Kadar air bahan tinggi dapat

menyebabkan tekstur lembek pada permen karamel susu tetapi apabila kadar air

bahan rendah dapat menyebabkan tekstur keras (Harahap, 2010).

Komposisi yang berbeda pada jenis susu juga menyebabkan perbedaan warna

pada permen karamel susu. Komponen susu yang diduga menyebabkan

perbedaan warna adalah protein. Menurut Pennington (1990), protein susu

berfungsi tidak hanya sebagi pemberi aroma, tetapi juga memberi karakteristik

warna. Ketika protein susu dipanaskan bersama gula, akan terjadi suatu reaksi

kimia yaitu reaksi Maillard. Reaksi ini membentuk melanoidin (pigmen coklat) selama proses pembuatan permen karamel susu yang menyebabkan pencoklatan

pada permen (Winarno, 1995). Kandungan protein yang lebih tinggi diduga

menyebabkan warna coklat yang lebih gelap pada permen karamel susu. Oleh

sebab itu, jenis susu akan mempengaruhi sifat organoleptik permen karamel.

Akan tetapi, belum diketahui jenis susu yang menghasilkan permen karamel susu

(10)

Waktu pemanasan juga berpengaruh dalam proses pembuatan permen karamel

susu. Waktu pemanasan yang terlalu lama akan menyebabkan kegosongan dan

tekstur keras pada permen karamel. Namun apabila waktu yang digunakan terlalu

singkat, maka karamel tidak akan terbentuk dan tekstur permen lembek (Harahap,

2010). Menurut Dewi (2009), waktu pemanasan yang kurang lama dapat

menyebabkan tekstur permen belum menjadi semi padat khas karamel.

Pembuatan permen karamel dianggap selesai apabila adonan sudah terlihat lepas

atau tidak lengket pada penggorengan. Waktu yang digunakan dalam pembuatan

permen karamel susu kambing yaitu 10-15 menit untuk 150ml susu berdasarkan

penelitian Afriananda (2011). Akan tetapi, waktu pemanasan yang optimal

menghasilkan permen karamel terbaik belum diketahui saat ini.

Jenis susu dan waktu pemanasan pada pembuatan permen karamel susu diduga

memiliki keterkaitan satu sama lain atau saling berinteraksi. Jenis susu yang

berbeda memiliki komposisi susu yang berbeda sehingga dapat menyebabkan

perbedaan karakteristik permen yang dihasilkan. Waktu pemanasan yang berbeda

juga dapat menyebabkan perbedaan karakteristik permen yang dihasilkan karena

waktu pemanasan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan perubahan

komposisi susu yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk

mengetahui jenis susu dan waktu pemanasan yang optimal yang dapat

(11)

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat jenis susu yang menghasilkan permen karamel susu dengan sifat

organoleptik terbaik.

2. Terdapat waktu pemanasan yang menghasilkan permen karamel susu dengan

sifat organoleptik terbaik.

3. Terdapat interaksi antara jenis susu dan waktu pemanasan yang dapat

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu Sapi

Susu sapi merupakan suatu emulsi lemak di dalam air yang mengandung gula,

garam-garam, mineral dan protein dalam bentuk koloid (Buckle et al, 1987). Air

dalam susu berfungsi sebagai pelarut dan membentuk emulsi, suspensi koloidal.

Flavour pada susu sangat ditentukan oleh lemak susu. Lemak susu dalam bentuk butir-butir disebut globula, yang berada dalam fase dispersi. Masing-masing butir

lemak dikelilingi oleh selaput protein yang sangat tipis atau serum susu yang

terkumpul pada permukaan akibat adsorpsi (Muchtadi, 1992).

Susu memiliki warna putih kebiru-biruan sampai dengan kecoklatan. Selain itu,

jenis sapi dan jenis makannya dapat mempengaruhi warna susu (Buckle, 1987).

Warna putih pada susu akibat penyebaran butiran-butiran lemak, kalsium kaseinat,

dan kalsium fosfat pada susu (Adnan, 1984). Warna kuning pada susu disebabkan

terlarutnya vitamin A, kolesterol, dan pigmen karoten dalam globula lemak

(Winarno, 2007). Air susu memiliki sedikit rasa manis yang disebabkan oleh

laktosa. Selain rasa manis, rasa asin juga terkadang pada susu karena kandungan

klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya (Buckle et al., 1987). Rasa gurih

pada susu disebabkan oleh komponen lemak dan protein dalam susu (Mudjajanto,

(13)

Komposisi susu sapi terdiri atas air, lemak, dan bahan kering tanpa lemak. Bahan

kering tanda lemak terdiri atas protein, laktosa, mineral, asam, enzim, dan

vitamin. Faktor lain yang mempengaruhi komposisi susu adalah geografis,

musim, dan status nutrisi lemak (Susilorini, 2006). Komposisi susu sapi, antara

lain 3,6% lemak, 3,2% protein, 4,7%, laktosa, 0,8% bahan mineral (Winarno,

2007).

2.2 Susu Kambing

Susu kambing dapat menghasilkan susu kolostrum dalam jangka waktu 0-3 hari

yang mengandung sangat banyak zat gizi dibandingkan dengan susu sapi. Susu

kambing rata-rata banyak dikonsumsi di Timur Tengah sejak 700 SM. Susu

kambing memiliki protein terbaik setelah telur dan hampir setara dengan ASI.

Produksi susu kambing lebih cepat diperoleh dibandingkan dengan sapi karena

kambing telah dapat berproduksi pada usia 1,5 tahun (Anonim1, 2010). Susu

kambing mengandung 12,1% bahan kering (3,8% lemak, 3,4% protein, 4,1%,

laktosa, 0,8% bahan mineral) (Winarno, 2007).

Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing mempunyai karakteristik sebagai

berikut :

1. Warna susu lebih putih.

2. Globula lemak susu lebih kecil dan beremulsi dengan susu. Lemak harus

dipisahkan dengan mesin pemisah (separator) karena lemak tersebut tidak

dengan sendirinya muncul ke permukaan.

(14)

4. Card proteinnya lebih lunak sehingga memungkinkan untuk dibuat keju yang

spesial.

5. Susu kambing mengandung kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan B kompleks

yang tinggi (Saleh, 2004).

Menurut Munir (2009), ciri fisik susu kambing murni yang dalam keadaan baik

adalah sebagi berikut :

1. Bila kondisi beku (-18oC), susu harus terlihat berwarna kekuning-kuningan

yang menandakan kandungan kalsiumnya tinggi.

2. Mudah cair dalam suhu ruang (kandungan air rendah).

3. Mudah diremas setelah dikeluarkan 30 menit dari freezer. 4. Aroma susu tercium dengan rasa sedikit manis dan gurih.

5. Krim susu dengan air menyatu dan tidak pecah atau menggumpal.

6. Bau khas kambing tidak tercium menyengat.

Penggunaan susu sapi sering menimbulkan terjadinya intolerance contohnya lactose-intolerance maupun protein-intolerance. Lactose-intolerance atau ketidakmampuan mencerna laktosa itu terjadi karena seseorang tidak dapat

memproduksi enzim beta-galaktosidase oleh sel epitel usus halus akibat kelainan

genetik. Sedangkan protein-intolerance disebabkan laktoglobulin yang merupakan protein penyebab utama yang dapat menjadi antigen yang kuat

(Winarno, 2007). Oleh sebab itu, susu kambing dapat menjadi pilihan bagi

penderita intolerance karena kandungan laktosanya yang lebih rendah dan lebih mudah dicerna dibandingkan susu sapi sehingga tidak menimbulkan diare bagi

(15)

beta-laktoglobulin sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita protein-intolerance. Senyawa alergen itu merupakan pemicu reaksi alergi seperti asma, bendungan

saluran pernapasan, infeksi radang telinga, eksim, kemerahan pada kulit, dan

gangguan pencernaan makanan. Susu kambing juga mengandung flourine.

Kandungan flourine yang terdapat pada susu kambing berkisar antara 10 sampai

100 kali lebih besar dibandingkan susu sapi. Kandungan flourine bermanfaat

sebagai antiseptik alami dan dapat membantu menekan pembiakan bakteri di

dalam tubuh (Yudi, 2009).

2.3 Kandungan Susu

Secara alamiah yang dimaksud dengan susu adalah hasil pemerahan sapi atau

hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai

bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponennya atau

ditambah bahan lain. Komponen-komponen susu yang terpenting adalah protein

dan lemak. Terdapat perbedaan komposisi susu dari susu sapi dan susu kambing

yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi susu sapi dan susu kambing (%)

Jenis Bahan Kering Protein Lemak Laktosa Mineral

Sapi 12,83 3,50 3,80 4,90 0,73

Kambing 13,00 3,70 4,00 4,45 0,85

Sumber : Saleh (2004).

Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan komposisi susu pada susu sapi

adalah jenis sapi. Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara

(16)

Droughtmaster (Winarno, 2007). Perbedaan komposisi susu yang dihasilkan

terutama pada kadar lemaknya, misalnya kandungan lemak sapi jenis Guernsey

adalah 4,70% sedangkan sapi jenis Jersey kadar lemaknya 5,05%. Akan tetapi,

komposisi rata-rata susu sapi adalah kadar air 87,10%, lemak 3,90%, protein

3,40%, laktosa 4,80%, dan abu 0,72%. Kompisisi rata-rata susu sapi ini tidak jauh

berbeda dengan kompisisi rata-rata susu kambing. Susu kambing mengandung

kadar air 87,81%, lemak 4,09%, protein 3,71%, laktosa 4,20%, dan abu 0,79%

(Astuti, 1995).

Menurut Dwiari (2008), lemak susu merupakan komponen yang penting dalam

susu. Lemak susu mengandung beberapa macam asam lemak. Sebagian besar

asam-asam lemak tersebut yaitu sekitar 82,7% terdiri dari asam-asam lemak tidak

menguap (non-volatile) dan asam-asam lemak mudah menguap (volatile) sebanyak kira-kira 17%. Asam-asam lemak ini termasuk asam lemak dengan

ikatan tunggal.

Lima puluh macam asam lemak yang berbeda juga telah ditemukan dalam lemak

susu. Asam lemak tersebut 60-75% bersifat jenuh, 25-30% tak jenuh, dan sekitar

4% merupakan asam lemak polyunsaturated. Asam lemak jenuh yang terdapat

paling banyak adalah miristat (C14), palmitat (C16), dan stearat (C18). Asam

lemak tidak jenuh yang utama adalah oleat (C18:1), linoleat (C18:2), dan linolenat

(C18-polyunsaturated) (Astuti, 1995). Asam lemak susu yang cukup penting

untuk tubuh, antara lain asam butirat, asam linoleat terkonjugasi (ALT), dan

fosfolipid. Asam butirat berfungsi meningkatkan daya cerna tubuh. Asam butirat

(17)

bakteri baik pada tubuh. Sedangkan ALT dan fosofolipid mampu menurunkan

resiko kanker, hipertensi, diabetes, dan mampu merangsang otak. Dua asam

lemak tersebut juga mampu mengontrol lemak dan perkembangan berat badan

karena jumlah lemak yang masuk ke dalam tubuh akan tersaring oleh ALT

(Winarno, 2007).

Protein yang ada dalam susu sebagian besar adalah kasein (76%) dan protein whey (18%) (Susilorini, 2006). Kasein terdiri dari campuran tiga komponen protein,

yaitu protein alpha (40-60%), kasein beta (20-30%), dan kasein gamma (3-7%).

Sesudah kasein dipisahkan dari air susu, sisanya yang merupakan larutan

dinamakan whey. Kira-kira 0,5-0,7% dari bahan protein yang dapat larut dan tertinggal dalam whey yaitu protein laktoglobulin dan laktalbumin (Astuti, 1995).

Laktosa adalah karbohidrat atau gula susu yang hanya ditemukan di dalam susu

dan hanya dibentuk oleh mamalia. Kandungan laktosa dalam susu bervariasi

tergantung spesiesnya. Kandungan laktosa pada susu sapi sekitar 5%. Laktosa

mudah larut dengan tingkat kemanisan 1/6-1/2 kali glukosa, dimana jika susu

dipanaskan maka laktosa akan membentuk laktulosa yang mudah larut dan

mempunyai rasa agak manis (Susilorini, 2006).

2.4 Permen Karamel

Permen karamel susu adalah suatu produk berwarna coklat yang bahan asalnya

adalah susu (Wahyuningsih, 2004) dengan bahan tambahan makanan yang

diizinkan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan lain dan berbentuk

(18)

adalah pati termodifikasi dan gelatin. Fungsi dari bahan tambahan ini adalah

untuk pembentukan tekstur sehingga teksturnya menjadi elastis atau sebagai

bahan pengental atau sebagai bahan pengisi permen karamel susu (Faridah, 2008).

Pemasakan permen karamel susu tidak memerlukan suhu pemasakan sampai

170oC, karena pada suhu yang lebih rendah warna coklat pada permen karamel

susu telah terbentuk. Warna coklat produk ini disebabkan oleh terbentuknya

karamel, serta reaksi antara susu dan gula selama pemanasan. Permen karamel

susu adalah sejenis permen yang mempunyai sifat-sifat khas, terutama tekstur,

rasa dan aromanya, disebabkan kandungan susu dan lemaknya yang tinggi. Rasa

dan aroma yang khas tadi timbul, karena terjadinya reaksi antara protein susu dan

gula pada proses pemanasan yang umum dikenal sebagai reaksi Maillard atau karamelisasi. Disamping itu, aroma yang khas dan enak dari karamel susu

tersebut juga timbul sebagai hasil dekomposisi lemak pada saat pemanasan dalam

lingkungan gula (Wahyuningsih, 2004). Susu yang digunakan untuk pembuatan

permen susu tidak memerlukan persyaratan mutu tinggi. Pembuatan permen

karamel merupakan suatu alternatif pengolahan untuk memanfaatkan susu yang

berkualitas rendah (Buckle et al., 1987). Adapun syarat mutu dari permen

(19)

Tabel 2. Syarat kembang gula lunak (SNI 3547.2-2008)

Kriteria Uji Satuan Persyaratan Mutu Keadaan :

Gula reduksi (dihitung sebagai gula inversi) Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2008)

2.5 Reaksi Pencoklatan

Reaksi pencoklatan pada bahan pangan dapat terjadi baik secara oksidatif maupun

non oksidatif. Reaksi pencoklatan secara oksidatif atau secara enzimatis adalah

reaksi antara oksigen (O2) dan suatu substansi fenolik yang dikatalisasi oleh

polifenol oksidase, contohnya reaksi pencoklatan pada pemotongan buah apel.

Reaksi pencoklatan non oksidatif umumnya terjadi pada bahan pangan olahan

yaitu gabungan reaksi karamelisasi dan atau reaksi antara protein dengan

(20)

Karamelisasi adalah reaksi pada karbohidrat akibat pemanasan pada suhu tinggi

yang menghasilkan senyawa kompleks yang difasilitasi oleh sejumlah kecil asam

yang dapat menyebabkan perubahan flavor dan warna. Sukrosa adalah bahan

yang paling umum digunakan untuk pembuatan produk karamel (Murhadi, 2005).

Titik lebur sukrosa adalah 160oC. Apabila sukrosa dipanaskan melebihi titik

leburnya misalnya 170oC, akan terjadi reaksi karamelisasi yang membentuk

melanoidin yang menyebabkan bahan menjadi berwarna coklat (Winarno, 1995).

Selain pembentukan warna, senyawa volatile yang terkandung dalam bahan juga

akan terlepas sehingga menyebabkan aroma khas karamel (Diani, 2011).

Reaksi pencoklatan non oksidatif lainnya adalah reaksi Maillard. Syarat

terjadinya reaksi Maillard adalah terdapat substansi amino (protein), gula reduksi,

dan air. Reaksi Maillard terjadi antara gugus aldehid dari gula pereduksi dengan gugus amina dari asam amino. Warna yang dihasilkan dari kekuningan sampai

dengan kecoklatan. Pada umumnya reaksi Maillard terjadi dalam dua tahapan, yaitu tahap reaksi awal dan reaksi lanjutan. Pada tahap awal terjadi kondensasi

antara gugus karbonil dari gula pereduksi dengan gugus amino bebas dari asam

amino dalam rangkaian protein. Produk hasil kondensasi selanjutnya akan

berubah menjadi basa Schiff karena kehilangan molekul air

(H2O) dan akhirnya tersiklisasi oleh Amadori rearangement membentuk senyawa

1-amino-1-deoksi-2-ketosa (Gambar 1). Pada tahap ini secara visual

bahan pangan masih berwarna seperti aslinya, belum berubah menjadi berwarna

(21)

Gambar 1. Reaksi Maillard awal

Reaksi Maillard lanjutan terjadi melalui tiga jalur (pathways). Dua

diantaranya dimulai dari produk Amadori (senyawa deoksi-ketosil) dan yang

(22)

Gambar 2. Reaksi Maillard lanjutan (Harris, 1988)

2.6 Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang

digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan

salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami

(D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Glukosa

merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi (Anonim2,

2010).

Penambahan sirup glukosa dapat mempengaruhi tekstur dan kemanisan dari

(23)

menjadi lunak. Akan tetapi, jika penambahannya terlalu banyak akan

menyebabkan permen lembek dan viskositasnya tinggi (Jackson, 1995). Menurut

Wahyuningsih (2004), glukosa digunakan dalam pembuatan permen karamel susu

untuk menghasilkan produk dengan tekstur yang lebih lembut. Hal ini disebabkan

karena glukosa memiliki sifat yang sulit untuk mengkristal.

Glukosa termasuk gula pereduksi karena masih memiliki OH bebas pada atom C

paling kanannya. Pada pembuatan permen karamel susu, glukosa yang

merupakan gula pereduksi bereaksi dengan protein pada susu menyebabkan reaksi

Maillard. Reaksi ini dapat menghasilkan pigmen coklat (melanoidin) yang dapat menyebabkan pencoklatan pada permen karamel susu (Winarno, 1995). Reaksi

ini juga menghasilkan aroma yang khas salah satunya adalah aroma khas karamel

(siklik enolon) (Rizzi, 1992).

2.7 Sukrosa

Sifat-sifat sukrosa, antara lain :

1. Tingkat kemanisan relatif sukrosa (100) lebih tinggi dibandingkan dengan

glukosa (69) (Buckle, 1987).

2. Sukrosa berwarna putih, membentuk kristal yang larut dalam air.

3. Hidrolisis sukrosa juga dikenal sebagai inversi sukrosa dan hasilnya berupa

campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert. Inversi dapat dilakukan baik

dengan memanaskan sukrosa bersama asam atau dengan menambahkan enzim

invertase.

4. Jika dipanaskan sukrosa akan mengalami karamelisasi

(24)

Penambahan sukrosa pada pembuatan permen karamel susu berfungsi sebagai

pemanis. Penambahan sukrosa juga mempengaruhi tekstur permen karamel susu.

Penambahan gula yang terlalu sedikit menyebabkan permen karamel menjadi

lembek. Akan tetapi, jika penambahan gula terlalu banyak akan menyebabkan

kristalisasi dan tekstur keras pada permen. Pada saat sukrosa dipanaskan pada

suhu 109,6oC dan kemudian didinginkan hingga suhu 20oC, 66,7% sukrosa akan

terlarut dan 13,3% terdispersi. Bagian sukrosa yang terdispersi ini akan

menyebabkan kristalisasi pada produk akhir. Oleh karena itu perlu digunakan bahan

lain untuk meningkatkan kelarutan dan menghambat kristalisasi misalnya sirup

glukosa (Margono, 2000). Pemanasan sukrosa juga dapat menghasilkan

pencoklatan pada permen karamel karena terbentuknya melanoidin (pigmen

coklat) dari reaksi karamelisasi (Winarno, 1995).

Perbandingan jumlah sukrosa dan glukosa yang digunakan dalam pembuatan

permen karamel sangat menentukan tekstur yang terbentuk. Perlu perbandingan

yang tepat untuk menghasilkan permen karamel yang memiliki tekstur yang baik.

Jika gula yang digunakan terlalu banyak tetapi glukosa yang digunakan terlalu

sedikit, permen karamel akan menjadi kurang elastis dan mudah putus sehingga

menyulitkan pada saat proses pemotongan. Akan tetapi, jika glukosa yang

digunakan terlalu banyak akan menyebabkan tekstur permen karamel menjadi

sangat lunak. Penggunaan gula yang ditambahkan pada pembuatan permen

karamel susu adalah sebesar 50% – 70% (Faridah, 2008). Perbandingan penggunaan sukrosa dan glukosa yang digunakakan harus tepat. Perbandingan

sukrosa dan glukosa yang dapat digunakan adalah 1,1 : 1 (Jackson, 1995). Untuk

(25)

dilakukan di daerah Pengalengan, digunakan glukosa sebanyak 1/5 bagian dari

jumlah sukrosa yang digunakan. Sebagian pengusaha permen karamel susu

mengatakan bahwa perbandingan glukosaa dan sukrosa pada pembuatan permen

karamel berkisar antara 2:3 sampai dengan 1:1 (Wahyuningsih, 2004).

Perbandingan sukrosa dan glukosa berkisar 70 : 30 sampai 45 : 55. Khusus

daerah tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi, perbandingan 60 : 40

dianggap tidak baik (Nurzane, 2010). Hal ini disebabkan penyimpanan pada suhu

dan kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan kelengketan dan pengkristalan

karena permen memiliki sifat menyerap air (Faridah, 2008).

2.8 Waktu Pemanasanan

Pada pengolahan permen karamel, bahan-bahan seperti susu dan sukrosa

dipanaskan dengan suhu tinggi, yaitu 118-121oC, selama 30-45 menit. Proses

pemanasan dapat dianggap selesai apabila adonan terlihat lepas atau lengket pada

penggorengan, atau dapat dilakukan pengujian kematangan adonan yaitu dengan

cara mengambil sedikit adonan yang sedang dimasak dengan sendok (spoon test). Setelah itu, adonan dimasukkan ke dalam gelas berisi air dingin. Apabila adonan

dapat mengeras, maka proses pemanasan telah selesai (Setyawati, 2001).

Tujuan dari pemanasan adalah untuk mengurangi kandungan air yang terdapat

pada bahan serta untuk meningkatkan kelarutan dari sukrosa. Pemanasan yang

terlalu cepat akan mengakibatkan kadar air bahan tinggi, sehingga tekstur sangat

lembek. Pemanasan yang terlalu cepat juga menyebabkan kelarutan sukrosa

menjadi rendah yang menyebabkan terjadinya kristalisasi sukrosa selama

(26)

CH2O

OH HO

OH

kadar air bahan rendah sehingga menyebabkan tekstur keras pada permen

(Harahap, 2010).

Pemanasan yang terlalu lama juga dapat menyebabkan rasa pahit pada permen

karamel susu. Hal ini disebabkan, pembentukan senyawa baru akibat perubahan

monosiklik (piran pada D-glukosa) menjadi bisiklik yaitu jembatan O antara C1

dan C6 pada struktur D-glukosa yang disebut molekul levoglukosan (Gambar 3).

panas

H2O

D-glukosa 1,6-anhydro-β-D-glucopyranose

(levoglukosan)

Gambar 3. Reaksi perubahan D-glukosa menjadi levoglukosan (Fennema, 1985)

Pemanasan pada susu dapat menyebabkan laktosa akan membentuk laktulosa

yang mudah larut dan memiliki rasa agak manis. Perubahan laktosa tersebut dapat

dilihat pada Gambar 4.

panas

Laktosa Laktulosa

Gambar 4. Perubahan laktosa menjadi laktulosa (Fennema, 1985)

OH

CH2OH

CH2OH

(27)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Biomassa dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan

pada Oktober – Desember 2011.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah susu sapi murni yang

diperoleh dari Kota Metro, susu kambing murni yang diperoleh dari Desa Sungai

Langka Kabupaten Pesawaran, sukrosa dari Chandra Departement Store dan

glukosa (bentuk serbuk) yang diperoleh dari Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.

Peralatan yang digunakan antara lain timbangan, wajan, gelas ukur, termometer,

stopwatch, pengaduk, kompor, loyang, oven, furnace, desikator, dan alat-alat lain

untuk uji organoleptik serta alat-alat untuk analisis kadar air, kadar abu, dan gula

(28)

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu waktu

pemanasan dan jenis susu dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan

tiga ulangan. Faktor pertama adalah waktu pemanasan (L) dengan 4 taraf, yaitu 5

menit (L1), 10 menit (L2), 15 menit (L3), dan 20 menit (L4). Faktor kedua adalah

jenis susu (K) dengan 2 taraf, yaitu susu kambing (K1) dan susu sapi (K2).

Kesamaan ragam data diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji

dengan Uji Tuckey. Data hasil pengamatan dilakukan sidik ragam untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan. Data diolah lebih lanjut

dengan uji BNJ 1% atau 5%. Sampel terbaik yang diperoleh kemudian dilakukan

uji deskripsi untuk mengetahui deskripsi sifat sensori dengan metode free choice profiling. Selain itu, juga dianalisis kadar air, kadar abu, dan gula reduksi.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan permen karamel susu melalui proses karamelisasi. Pada pembuatan

permen karamel susu ini tidak ditambahkan bahan pengisi atau filler seperti gelatin atau gum. Pembuatan karamel susu diawali dengan memasukkan 250 ml

susu kambing atau susu sapi ke dalam wajan dengan penambahan sukrosa dan

glukosa dengan perbandingan 2:1. Susu, sukrosa, dan glukosa diaduk hingga

sebagian sukrosa dan glukosa larut dan tercampur. Lalu wajan yang berisi larutan

diletakkan di atas kompor dengan api besar sambil terus diaduk sampai suhu ±

(29)

perlakuan, yaitu 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit. Api dimatikan

apabila waktu perlakuan telah tercapai.

Permen karamel yang telah jadi dituang kedalam loyang yang telah diolesi dengan

minyak goreng agar karamel tidak lengket pada saat diangkat. Permen karamel

yang telah dituang kedalam loyang diratakan. Kemudian didinginkan selama 5-10

menit sebelum pemotongan. Ukuran permen karamel yang dipotong yaitu

2,5x2x0,5 cm atau 25x20x5 mm. Permen karamel tersebut kemudian diuji sifat

organoleptik. Uji organoleptik dilakukan dengan uji skoring untuk parameter

warna, rasa, aroma, dan tekstur dan uji hedonik untuk parameter penerimaan

keseluruhan. Sampel terbaik akan diuji lanjut dengan menggunakan uji deskripsi

(30)

Gambar 5. Proses pembuatan permen karamel susu kambing dan susu sapi (Wahyuningsih, 2004) dimodifikasi

3.5 Pengamatan

3.5.1 Kadar air

Kadar air permen karamel diuji dengan metode gravimetri AOAC (1995).

Sejumlah sampel 2-5 gram dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui

berat keringnya. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam oven bersuhu 100oC

hingga diperoleh berat konstan (toleransi ± 0,02 g). Perhitungan kadar air

dilakukan dengan menggunakan rumus: Sukrosa dan

glukosa 2:1

Susu kambing/susu sapi 250 mL

Pencampuran dan pengadukan

Pemanasan dan pengadukan (T ±120oC) dengan waktu perlakuan 5 menit (L1), 10 menit (L2), 15 menit (L3), dan

20 menit (L4)

Api dimatikan apabila waktu perlakuan tercapai

Pencetakan

Pendinginan selama 5-10 menit

(31)

keterangan : a = berat cawan dan sampel akhir (g)

b = berat cawan (g)

c = berat sampel awal (g)

3.5.2 Kadar abu

Pengujian kadar abu permen karamel dilakukan dengan menggunakan metode

gravimetri AOAC (1995). Cawan porselen dikeringkan dalam tanur bersuhu

400-600o C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 3 - 5

gram sampel dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya sampel

dipijarkan di atas nyala pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian

dilakukan pengabuan di dalam tanur listrik pada suhu 600o C selama 4-6 jam atau

sampai terbentuk abu berwarna putih. Kemudian sampel didinginkan dalam

desikator, selanjutnya ditimbang.

keterangan : a = berat cawan + abu (g)

b = berat sampel (g)

c = berat cawan dan sampel (g)

3.5.3 Analisis Gula Reduksi

Gula reduksi dianalisi dengan menggunakan metode Luff Schrool AOAC (1990). Sampel ditimbang sebanyak 5-25 gram dan dimasukkan ke dalam gelas piala 250

Kadar air = (c + b) – a x 100% c

(32)

ml. Kemudian dilarutkan dengan 100 ml aquades tambahkan Pb Asetat untuk

penjernihan. Lalu ditambahkan Na2CO3 untuk menghilangkan kelebihan Pb,

ditambah aquades hingga tepat 250 ml. 25 ml larutan diambil dan dimasukkan ke

dalam erlenmeyer, ditambahkan 25 ml larutan luff schrool. Perlakuan blanko dibuat yaitu 25 ml larutan luff schrool ditambah 25 ml aquades. Setelah ditambah beberapa butir batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik dan

didihkan selama 10 menit. Kemudian cepat-cepat didinginkan, ditambahkan 15

ml KI 20% dan dengan hati-hati ditambahkan 25 ml H2SO4 26,5%. Yodium yang

dibebaskan dititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indikator pati

1% sebanyak 2-3%. Titrasi diakhiri setelah timbul warna krem susu. Hasil titrasi

sampel yang diperoleh dimasukkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan glukosa, fruktosa, dan gula invert dalam suatu bahan

Ml 0,1 N

Na-Gula Reduksi = (Titrasi blanko – Titrasi sampel) x Faktor pengenceran x 0,1

(33)

3.5.4 Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji skoring (tekstur, warna,

aroma, dan rasa) dan uji hedonik (penerimaan keseluruhan) pada tahap pertama

dan tahap kedua adalah uji deskripsi sifat sensori (tekstur, aroma, warna, dan rasa)

dengan metode free choice profiling. Pada tahap pertama, pengamatan dilakukan terhadap permen karamel yang meliputi warna, tekstur, rasa, aroma, dan

penerimaan keseluruhan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan 20 orang

panelis semi terlatih. Adapun uji yang dipergunakan adalah uji skoring untuk

warna, tekstur, rasa, dan aroma dan uji hedonik untuk penerimaan keseluruhan.

Pada tahap kedua dilakukan uji deskripsi sensori yang meliputi warna, tekstur,

rasa, dan aroma menggunakan perlakuan terbaik yang diperoleh dari tahap

pertama. Metode yang digunakan untuk uji deskripsi adalah metode free choice profiling. Metode ini biasa digunakan untuk produk yang belum ada kriteria sensorinya sehingga tujuannya mengumpulkan data (informasi) dari deskripsi

panelis terlatih kemudian disusun kriteria sensorinya ( Nurkori, 1997). Pemilihan

kriteria metode free choice profiling ini meliputi analisis warna, tekstur, aroma, dan rasa. Hal ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi dari panelis terhadap

kesan warna, aroma, tekstur, dan rasa produk menurut kata-kata panelis sendiri.

Perbendaharaan kata-kata panelis sangat penting dalam menggambarkan berbagai

kesan warna, tekstur, aroma, dan rasa yang terdapat pada produk

(34)

profiling dengan melibatkan panelis tidak terlatih ternyata memberikan kualitas yang sama dengan uji sensori dengan panelis terlatih.

Panelis yang digunakan pada metode ini sebanyak 30 orang panelis tidak terlatih.

Panelis diminta menuliskan kesan warna, kesan tekstur, kesan aroma, dan kesan

rasa dari produk permen karamel susu kambing dan susu sapi

sebanyak-banyaknya dengan kata sendiri dan memberi tanda X pada garis sebagai besaran

dari masing-masing kesan. Terhadap masing-masing atribut ditentukan

intensitasnya pada skalar garis dengan skala 1-10. Angka 1 menunjukkan

(35)

Tahap 1. Kuesioner uji skoring dan uji hedonik

Nama : Produk : Permen Karamel

Tanggal :

Dihadapan Anda disajikan sampel permen karamel. Anda diminta untuk mengevaluasi sampel tersebut satu-persatu, yaitu warna, tekstur, rasa, aroma, dan penerimaan keseluruhan. Berikan penilaian anda dengan cara menuliskan skor di bawah kode sampel pada tabel penilaian berikut :

Tabel. Tabel penilaian uji organoleptik permen karamel

Penilaian Kode Sampel

Warna

Tekstur

Rasa

Aroma

Penerimaan keseluruhan

Keterangan skor mutu uji skoring permen karamel :

Warna Tekstur

Keterangan skor mutu uji hedonik permen karamel :

(36)

Tahap 2. Kuesioner Uji Free Choice Profiling

Free Choice Profiling

Nama : Jenis Kelamin :

Tanggal Uji : Umur :

Tulislah kesan rasa, aroma, warna, dan tekstur permen karamel yang anda peroleh sebanyak-banyaknya dari masing-masing sampel menurut kata-kata anda sendiri dan berilah tanda “X” pada garis sebagai besaran kesan masing -masing parameter.

Kode :

Kesan rasa

... 0 10

... 0 10

Kesan aroma

... 0 10

... 0 10

Kesan warna

... 0 10

... 0 10

Kesan tekstur

... 0 10

(37)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Jenis susu kambing pada waktu pemanasan 10 menit menghasilkan permen

karamel susu dengan sifat organoleptik terbaik dengan skor warna 4,23

(coklat), skor tekstur 3,73 (agak lunak), skor rasa 3,55 (manis), skor aroma

3,45 (agak khas karamel), skor penerimaan keseluruhan 3,82 (agak suka),

kadar air 7,09%, kadar abu 1,25%, dan kadar gula reduksi 4,91% yang

memenuhi standar mutu SNI 3547.2-2008.

2. Deskripsi permen karamel susu kambing berdasarkan metode free choice profiling adalah tekstur lunak, lembut dan kompak, ada sensasi lengket, padat, kenyal, dan lembek; warna coklat, coklat agak tua, coklat muda, dan

coklat kekuningan; rasa manis ada rasa susu dan karamel; aroma karamel

dan susu sedikit amis.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan perlu dilakukan penyimpanan selama

beberapa hari sebelum dilakukan pengujian organoleptik agar tekstur permen

karamel susu terbentuk dan penambahan ketebalan permen karamel susu sehingga

(38)

PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU

TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK

PERMEN KARAMEL SUSU

(Skripsi)

Oleh

YUNI NOVIYANTI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(39)
(40)

PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU

TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK

PERMEN KARAMEL SUSU

Oleh

YUNI NOVIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(41)
(42)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Reaksi Maillard awal ... 16

2. Reaksi Maillard lanjutan ... 17

3. Reaksi perubahan D-glukosa menjadi levoglukosan ... 21

4. Reaksi perubahan laktosa menjadi laktulosa... 21

5. Proses pembuatan permen karamel susu kambing dan susu sapi ... 25

6. Skor warna permen karamel susu dari jenis susu dan waktu pemanasan berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) taraf 5%... ... 33

7. Skor tekstur permen karamel susu dari jenis susu dan waktu pemanasan berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) taraf 5%... ... 35

8. Skor rasa permen karamel susu dari jenis susu dan waktu pemanasan berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) taraf 5%... ... 37

9. Skor aroma permen karamel susu dari jenis susu dan waktu pemanasan berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) taraf 5%... ... 39

(43)

18. Proses pengemasan permen karamel susu... 69

(44)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Susu Sapi ... 7

2.2 Susu Kambing ... 8

2.3 Kandungan Susu ... 10

2.4 Permen Karamel ... 12

2.5 Reaksi Pencoklatan ... 14

2.6 Glukosa ... 17

2.7 Sukrosa ... 18

2.8 Waktu Pemanasan ... 20

III. BAHAN DAN METODE ... 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

(45)
(46)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi Offset. Yogyakarta.

Afriananda, R. 2011. Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Glukosa Pada Pembuatan Permen Karamel Susu Kambing Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi dan Organoleptik. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Anna, L. K., dan A. Chandra. 2011. Minum Susu Segar Belum Jadi Kebiasaan. http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0411/06/090728.htm. Diakses pada tanggal 08 Februari 2012.

Anonim1. 2010. Susu Kambing. http://id.wikipedia.org/wiki/Susu_kambing. Diakses pada tanggal 24 Maret 2011.

Anonim2. 2010. Glukosa. http://id.wikipedia.org/wiki/Glukosa. Diakses pada tanggal 24 Maret 2011.

AOAC. 1990. Official Methods of Analisis. Association of Official Analitycal Chemist. AOAC. Washington DC. USA

AOAC. 1995. Official Methods of Analisis. Association of Official Analitycal Chemist. AOAC. Washington DC. USA

Arpah, M. 1993. Pengawasan Mutu Pangan. Penerbit Tarsito. Bandung.

Astuti, S. 1995. Bahan Ajar Pengetahuan Bahan Ikan, Susu, dan Telur. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Buckle, K. A, R. A. Edward, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta (Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono).

Dewi, A.P. 2009. Teknologi Pengolahan Susu (Karamel Susu). Universitas Pasundan. Bandung.

Diani, A. 2011. Browning (Pencoklatan).

(47)

Dwiari, S. R., Danik, D. A., Nurhayati, Mira, S., Sandi, F. A., dan Ida, B. K. 2008. Teknologi Pangan. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Eckles, C. H., W. B. Combs, dan H, Macy. 1973. Milk and Milk Products. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd. New Delhi.

Faridah, A., Kasmita, S. P., Asmar, Y., dan Liswarti, Y. 2008. Teknologi

Pengolahan Permen dan Coklat. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Fennema, O. R. 1985. Food Chemistry (2nd Ed.). Marcel Dekker, Inc. New York.

Gaman, P.M., dan K.B. Sherrington. 1990. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Terjemahan Gardjito, M. Naruki, S., Murdiati, A., dan Sardjono. UGM Press. Yogyakarta.

Guy, C., Piggot, and Marie. 1989. Consumer Free Choice Profiling of whisky di dalam Distilled Beverage Flavour. Piggot, J.R and Peterson (eds) Ellies Horwood Ltd. Chicester. England.

Handayani, E. 2007. Pembuatan Karamel Dari Susu Sapi (Kemasan) dan Karakterisasi Fisik Serta pHnya. Skripsi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Harahap, S. B. 2010. Pengaruh Perbandingan Konsentrasi Sukrosa dengan Sirup Glukosa dan Lama Pemasakan Terhadap Mutu Kembang Gula Kelapa. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Harris, R. S., dan E. Karmas. 1988. Nutritional Evaluation of Food Processing (3rd Edition). AVI Publish. Co. Inc., Westport, Connecticut.

Jackson,E.B. 1995. Sugar Confectionery Manufacture Second Edition. Blackie Academic and Professional. London.

Koesoemawardani, D. 2007. Analisis Sensori Rusip Dari Sungai Liat – Bangka. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. Vol 12 No 2. Hal 36-39.

Muchtadi, T.R., dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Mudjajanto, E.S. 1995. Susu dan Produk Olahannya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Munir, R. 2009. Ciri-ciri Susu Kambing Dalam Keadaan Baik.

(48)

Murhadi. 2005. Kimia Air, Lipida, Krbohidrat, Vitamin, Pigmen, Pewarna, Flavor, dan Bahan Tambahan Makanan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nurkori. 1997. Karakterisasi Aroma dan Rasa Tempe. Skripsi Departemen

Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurzane. 2010. Pengetahuan Tentang Jenis-Jenis Permen.

http://nurzane.pastry.com/2010/11/pengetahuan-tentang-jenis-jenis-permen.html. Diakses pada tanggal 24 Maret 2011.

Pennington, N.L dan E.M. Cliffon. 1990. Food Analysis Theory and Practice. The AVI Publish. Co. Inc., Westport, Connecticut.

Rizzi, G. 1992. The Maillard Reaction in Food. In : T.P. Labuza, G.A. Reineccius, V. Monnier and J Baynes (ed.). Maillard Reaction in Chemistry, Food and Health. The Royal Society of Chemical. Cambridge.

Rukmana, R. 2001. Yoghurt dan Karamel Susu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Skripsi Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Setyawati, E. 2001. Pelatihan Pengolahan Hasil ternak Bagi Penyuluh Peternakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2008. Kembang Gula. SNI 3547.2. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Surya, Y.S., T. Ertanto, dan Catrien. 2008. Reaksi Maillard Pada Produk Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susilorini, T.E., dan Sawitri. 2006. Produk Olahan susu. Penebar Swakarya. Jakarta.

Usmiati, S dan Abubakar. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

Wahyuningsih, W. 2004. Analisa Strategi pemasaran Industri Kecil Permen Karamel Susu di Daerah Pengalengan, Jawa Barat. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(49)

Winarno, F. G., dan I. E. Fernandez. 2007. Susu dan Produk Fermentasinya. M-Bio Press. Bogor.

Yudi. 2009. Beberapa Manfaat Air Susu Kambing.

http://drhyudi.blogspot.com/2009/11/beberapa-manfaat-air-susu-kambing.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2011.

(50)

Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga

engkau dan engkau akan menjaga harta. Ilmu itu

penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau

harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu

akan bertambah apabila dibelanjakan

(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

“ Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu, belajarlah untuk

tenang dan sabar ”

(Khalifah Umar)

“ No matter how complicated your problem is, there’s

always a solution. If you don’t know the solution, ask God ”

(Wilz Kanadi)

“ The word can’t only comes in existence, whenever you

stop believing you can. If you think you can do, you can do

it. If you think you can’t, you never can’t do. You decide for

yourself ”

(51)

Judul Skripsi : PENGARUH WAKTU PEMANASAN DAN JENIS SUSU TERHADAP

SIFAT ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU

Nama Mahasiswa : Yuni Noviyanti

NPM : 0714051074

Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Susilawati, M.S. Ir. Otik Nawansih, M.P.

NIP. 19610806 198702 2 001 NIP. 19650503 199010 2 001

2. Ketua Jurusan

(52)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Susilawati, M.S.

Sekretaris : Ir. Otik Nawansih, M.P.

Penguji

Bukan pembimbing : Prof. Dr. Ir. Tirza Hanum, M.S.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001

(53)

AssAlAmu’AlAikum Wr. Wb.

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT,

kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

Orangtua ku tercinta, yang telah mendidikku dengan

penuh kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan serta

senantiasa mendoakan untuk keberhasilanku.

Keluarga ku yang selalu memeberikan semangat dan mendoakan

untuk keberhasilan ku, teman-temanku, para pendidikku

(54)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 16 Juni 1989, sebagai anak bungsu dari empat

bersaudara dari Bapak Kisam dan Ibu Samih.

Jenjang pendidikan penulis dimulai tahun 1995 di Sekolah Dasar Negeri 2

Harjamukti dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Negeri 147 Jakarta yang diselesaikan pada tahun 2004.

Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Jakarta yang diselesaikan pada

tahun 2007.

Tahun 2007 penulis mendaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis

pernah menjadi asisten dosen beberapa mata kuliah, seperti Bahasa Inggris Profesi

dan Rancangan Percobaan pada tahun ajaran 2009/2010 dan 2010/1011.

Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Umum di PT Frisian Flag

Indonesia Plant Pasar Rebo Jakarta Timur dengan judul “Studi Proses

Pengemasan Susu Kental Manis dan Sanitasi di PT Frisian Flag Indonesia Plant

Pasar Rebo”.

Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kampus, yaitu di Himpunan

(55)

Seminar dan Diskusi HMJ THP FP Unila pada periode kepengurusan 2009/2010

dan penulis juga pernah menjadi Ketua Pelaksana Diskusi Interaktif

Kewirausahaan Universitas Lampung pada tahun 2009. Penulis juga aktif dalam

kegiatan kemahasiswaan dan berprestasi dalam Program Kerja Mahasiswa

Kewirausahaan tingkat nasional dengan judul Komersialisasi Bolu Coklat Kopi

(56)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

Pengaruh Waktu Pemanasan dan Jenis Susu Terhadap Sifat Organoleptik

Permen Karamel Susu dengan baik. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

keterlibatan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta, terima kasih atas doa, dukungan, semangat, cinta

dan kesabaran, kasih sayang yang telah diberikan selama ini hingga ujung

waktu nanti.

2. Ibu Susilawati, M. S., selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, saran,

nasehat dan semangat yang telah diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini

hingga memperoleh gelar Sarjana.

3. Ibu Ir. Otik Nawansih, M. P., selaku Dosen Pembimbing II atas saran,

nasehat, pelajaran hidup, dan bimbingannya untuk menyelesaikan skripsi ini

hingga memperoleh gelar Sarjana.

4. Ibu Prof. Dr. Tirza Hanum, M. S., atas kesediaannya menjadi pembahas,

dan atas nasehat serta saran perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Eng. Ir. Udin Hasanudin, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

(57)

atas segala bimbingan dan masukannya selama kuliah.

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen THP FP Unila yang telah banyak

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi

mahasiswa di Jurusan THP FP Unila.

8. Teman-teman angkatan 2007 serta kakak dan adik-adik dari angkatan

2006-2010 yang selalu mendukung penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan yang dimiliki penulis. Utuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran yang konstruktif. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk

kehidupan di dunia ini. Amin ya Allah.

Bandar Lampung, Maret 2012

Gambar

Tabel 1.   Komposisi susu sapi dan susu kambing (%)
Tabel 2.  Syarat kembang gula lunak (SNI 3547.2-2008)
Gambar 1.  Reaksi Maillard awal
Gambar 2.  Reaksi Maillard lanjutan (Harris, 1988)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil karakterisasi fisik dan pH pada permen susu (karamel) selama penyimpanan menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah A2B2 yaitu permen susu dengan komposisi 500 ml susu

Kajian Penerapan Sistem Mutu Hasil Produksi Permen Karamel Susu pada Industri Keeil di Pengalengan, Jawa Barat. Elvita

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas permen karamel susu substitusi ekstrak ubi jalar ungu dan jahe dengan indikator warna, aroma, tekstur, dan

Kajian Penerapan Sistem Mutu Hasil Produksi Permen Karamel Susu pada Industri Keeil di Pengalengan, Jawa Barat. Elvita

Waktu pengukusan jagung putih berpengaruh nyata terhadap kadar gula total, kadar protein, viskositas, dan kestabilan koloid, sedangkan metode pemanasan susu kedelai

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti telah melakukan penelitian mengenai pembuatan permen karamel susu kambing yang ditambahkan ekstrak ubi jalar kuning

Judul Penelitian : Pemanfaatan Daun Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) Pada Pembuatan Permen Karamel Dari Susu. Hasnudi, MS) Ketua Program Studi Peternakan.. Tanggal

Saudara diminta menilai kualitas Permen karamel susu berdasarkan aspek rasa, aroma, tekstur, warna dan kesukaan Caranya dengan memberi tanda check ( √) sesuai pada kolom