TESIS
O l e h
BAMBANG IRIYANDI
097039033 / MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
O l e h
BAMBANG IRIYANDI 097039033 / MAG
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
N I M : 097039033
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Dr. Ir.Rahmanta Ginting, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ______________
Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si ______________
2. Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS ______________
ANALISIS KARAKTERISTIK NELAYAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN,
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2013 Yang membuat pernyataan,
sehingga tesis ini dapat terselesaikan,
Nevikar Dachi, SE
dan kepada kedua anak-anakku tersayang,
Mentari Christ Riyandini
Gloria Inez Riyandini
terhadap Pendapatan Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si sebagai anggota).
Tingkat Kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Karakteristik nelayan dalam menangkap ikan di laut guna memperoleh pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosial, ekonomi, teknologi dan biologi dan faktor alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah karakteristik nelayan (curahan waktu bekerja, bahan bakar minyak/BBM yang dibutuhkan, harga kepiting, harga ikan dan harga udang serta jenis alat tangkap yang digunakan) berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secarapurposive(sengaja), yakni di kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Metode Pengambilan Sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana berstrata dan menggunakan metode regresi linear berganda untuk menganalisis data.
Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan bahwa variabel curahan waktu bekerja, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM), harga kepiting dan jenis alat tangkap perangkap (traps) berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan, sementara variabel harga ikan, harga udang, penggunaan jenis alat tangkap pukat kantong dan jaring insang tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.
Fishermen Income Bagan Deli Village, Medan Belawan District, Medan City (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Dr.Ir.Rahmanta Ginting M.Si as a member).
Welfare level is determined by the fishermen catch.The fishermen characteristics that influenced by social, economic, technological and biological and natural factors. This research aimed to find out whether there was an affection of fishermen characteristic (the outpouring of time working , fuel oil / fuel is needed, the price of crab, the price of fish, the price of shrimp and fishing gear used) against the income of fishermen. Determination of regional research conducted by purposive (deliberately), in Bagan Deli, Medan Belawan District, Medan City. Sampling method was conducted by Stratified Random Sampling and using the method of multiple linear regression to analyze the data.
The results of this study indicate partially that variable outpouring of working time fuel oil / fuel is needed, the price of crab, and the using of fishing gear Traps significantly affect on the income of fishermen, while variable the price of fish, the price of shrimp, the using of fishing gear Seine Nets and Gill Nets is not significant effect on the income of fishermen.
anak ke empat dari empat bersaudara, putra dari almarhum bapak Karto Nakiyo
dan almarhumah ibu Kasri.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar Negeri Dukutalit, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati,
Jawa Tengah, tamat tahun 1974.
2. Sekolah Teknik Negeri 2 Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tamat tahun
1977
3. Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPM) Negeri, Tegal ,
Jurusan Mesin (Engine), Tegal, Jawa Tengah, tamat tahun 1981
4. Strata 1, Universitas Dharmawangsa Medan, pada Fakultas Perikanan
Jurusan Budidaya Perairan, tamat tahun 1997
5 Melanjutkan Pendidikan Strata 2 (S2) di program Studi Magister
Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada tahun
2012, penulis melaksanakan penelitian tesis di Kelurahan Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan guna menyelesaikan Program
Studi Magister Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
6. Sejak tahun 1981 sampai saat ini penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.Ir. Tavi Supriana, MS sebagai Ketua Program
Studi dan Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si
sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Lurah Bagan Deli
dan staf serta tokoh-tokoh masyarakat nelayan Kelurahan Bagan Deli yang telah
membantu penulis dalam penelitian ini.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
seluruh teman-teman penulis di Program Studi Magister Agribisnis angkatan II
untuk kebersamaan kita selama ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, Februari 2013
1. Data Penduduk Miskin Wilayah Pesisir dibanding Penduduk
Miskin Kota Medan tahun 2004 dan 2008 ……….. 2
2. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Pesisir
Kota Medan (2009) ………. 3
3. Data Penduduk yang bekerja menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Medan Belawan menurut Kelurahan pada tahun
2009 ... 4
4. Jenis-jenis Alat Tangkap di Indonesia dan
pengelompokkan-nya tahun 1989………... 16
5. Ukuran Nelayan Sampel berdasarkan Jenis Alat Tangkap
yang digunakan ……….……... 23
6. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 24
7. Rata-Rata Pendapatan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap ..…… 36
8. Rata-rata Curahan Waktu Kerja berdasarkan jenis alat tangkap
Jenis alat tangkap yang digunakan………. 37
9. Rata-rata Kebutuhan Bahan Bakar Minyak/BBM berdasarkan
Jenis tangkap yang digunakan ……… 38
10. Rata-Rata Harga Kepiting Berdasarkan Jenis Tangkap yang
Digunakan……….… 39
11. Rata-rata harga ikan berdasarkan jenis tangkap yang digunakan… 40
12. Rata-rata harga udang berdasarkan jenis tangkap yang digunakan… 41
13. Nilai vif hasil uji multikolinearitas ……….. 42
14. Hasil analisa linear berganda karakteristik nelayan yang
No Judul Hal
1. Kerangka Konsep Penelitian ………. 20
2. Gambar Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Nets) ….………. 99
3. Gambar Alat Tangkap Pancing (Long Lines) ……… ……… 100
4. Gambar Alat Tangkap Pukat Kantong (Seine Nets) ……… 101
5. Gambar Alat Tangkap Tangkul ……,,,……… 102
6. Gambar Alat Tangkap Bubu………..……….. 103
7. Gambar Pemukiman Nelayan di Bagan Deli (2012) …………. 104
8. Gambar Aktivitas Nelayan di Tangkahan Bagan Deli (2012) … 104 9 Gambar Beberapa Kapal Nelayan di Tangkahan Bagan Deli … 105 10. Peta Kota Medan- 2010 (Map of Medan City).………. 106
1. Data Sosial Nelayan Sampel ………. ………. 55
2. Data Unit Penangkapan Ikan Nelayan Sampel……… 57
3. Data Perbekalan Melaut Nelayan Sampel / bulan…..…… ……… 61
4. Dara Upah Tenaga Kerja Nelayan Sampel / bulan…..…………. 65
5. Data Penyusutan Nelayan Sampel / bulan…. ……….………… 67
6. Data Total Biaya Melaut Nelayan Sampel / bulan….. ………… 71
7. Data Hasil Tangkapan Nelayan Sampel ………… ……… 73
8. Data Total Penerimaan Nelayan Sampel//Bulan ……… 76
9. Data Total Pendapatan Nelayan Sampel …………. ….,……… 78
10. Data Harga Kepiting, Ikan dan Udang ……… 80
11. Variabel Data Sampel ..………. ……….. 82
12. Data Sampel Nelayan Yang Menggunakan Alat Tangkap
Pukat Kantong (seine nets)..………. ……. 84
13. Data Sampel Nelayan Yang Menggunakan Alat Tangkap
Jaring Insang (gill nets)………. ……… 85
14. Data Sampel Nelayan Yang Menggunakan Alat Tangkap
Perangkap (Traps) ………. ……….. 86
15. Data Sampel Nelayan Yang Menggunakan Alat Tangkap
Pancing (long lines)………. ………. 87
ABSTRAK ……….. i
ABSTRACT ……… ii
RIWAYAT HIDUP ………. iii
KATA PENGANTAR ………. iv
DAFTAR TABEL ………... v
DAFTAR GAMBAR ……….. vi
DAFTAR LAMPIRAN ……… vii
DAFTAR ISI ……… viii
I. PENDAHULUAN ……… .. 1
1.1. Latar Belakang ……….. 1
1.2. Identifikasi Masalah ………. 6
1.3. Tujuan Penelitian ……….. 6
1.4. Kegunaan Penelitian ………. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA……… . 8
2.1. Penelitian Terdahulu ………. 8
2.2. Landasan Teori ………. 10
2.2.1. Penerimaan ……… 10
2.2.2. Pendapatan ………. 11
2.2.3. Produksi ………. 12
2.2.4. Biaya ……….. 13
2.2.5. Harga ………. 14
2.2.6. Teknologi ……….. 14
2.2.7. Alat Tangkap yang Digunakan ………. 15
2.3. Kerangka Konsep Penelitian…….……… 18
2.5. Hipotesis ………… ……… 20
III. METODE PENELITIAN……….. 21
3.1. Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ………… 21
3.2. Metode Pengambilan Sampel……… 21
3.3. Metode Pengumpulan Data..…….……… 23
3.4. Metode Analisis Data. ………. 24
3.5. Definisi dan Batasan Operasional………. 31
4.1.1.2. Curahan Waktu Bekerja ………... 37
4.1.1.3. Bahan Bakar Minyak ……… 38
4.1.1.4. Harga Kepiting ………. 39
4.1.1.5. Harga Ikan ……… 40
4.1.1.6. Harga Udang ………. 41
4.2. Hasil Analisis ……….……….. 41
4.2.1. Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linear Berganda Karakteristik Nelayan terhadap Pendapatan Nelayan ….……….. 41
4.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 42
4.2.3. Hasil Uji Heterokedastisitas ……… 42
4.2.4. Hasil Uji Normalitas ……… 43
4.2.5. Hasil Analisis Linear Berganda Karakteristik Nelayan yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan .. 43
4.2.6. Koefisien Determinasi ………... 46
4.2.7. Uji Tingkat Penting ……… 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 51
5.1. Kesimpulan.. ………..……….. 51
5.2. Saran ……… 51
DAFTAR PUSTAKA ……….. 52
LAMPIRAN ……….. 55
terhadap Pendapatan Nelayan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai ketua dan Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si sebagai anggota).
Tingkat Kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Karakteristik nelayan dalam menangkap ikan di laut guna memperoleh pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosial, ekonomi, teknologi dan biologi dan faktor alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah karakteristik nelayan (curahan waktu bekerja, bahan bakar minyak/BBM yang dibutuhkan, harga kepiting, harga ikan dan harga udang serta jenis alat tangkap yang digunakan) berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secarapurposive(sengaja), yakni di kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Metode Pengambilan Sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana berstrata dan menggunakan metode regresi linear berganda untuk menganalisis data.
Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan bahwa variabel curahan waktu bekerja, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM), harga kepiting dan jenis alat tangkap perangkap (traps) berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan, sementara variabel harga ikan, harga udang, penggunaan jenis alat tangkap pukat kantong dan jaring insang tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.
Fishermen Income Bagan Deli Village, Medan Belawan District, Medan City (Under the guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Dr.Ir.Rahmanta Ginting M.Si as a member).
Welfare level is determined by the fishermen catch.The fishermen characteristics that influenced by social, economic, technological and biological and natural factors. This research aimed to find out whether there was an affection of fishermen characteristic (the outpouring of time working , fuel oil / fuel is needed, the price of crab, the price of fish, the price of shrimp and fishing gear used) against the income of fishermen. Determination of regional research conducted by purposive (deliberately), in Bagan Deli, Medan Belawan District, Medan City. Sampling method was conducted by Stratified Random Sampling and using the method of multiple linear regression to analyze the data.
The results of this study indicate partially that variable outpouring of working time fuel oil / fuel is needed, the price of crab, and the using of fishing gear Traps significantly affect on the income of fishermen, while variable the price of fish, the price of shrimp, the using of fishing gear Seine Nets and Gill Nets is not significant effect on the income of fishermen.
Sebahagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah laut yang luas,
dimana wilayah lautnya sekitar 75 persen dari seluruh luas wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas dan
kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, sesungguhnya kelautan
merupakan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif dalam kiprah
pembangunan nasional.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang
memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam
penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan
pekerjaan. Namun ironisnya sektor perikanan selama ini belum mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila
sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan konstribusi yang lebih
besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan
kemiskinan.
Pada kenyataannya kita dapat melihat bahwa nelayan sebagai orang yang
bermatapencaharian mencari ikan di laut belum dapat meningkatkan taraf hidup
dan pendapatannya. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya wilayah pesisir
pantai yang merupakan kantong-kantong penduduk miskin. dimana penduduk
desa pantai atau nelayan yang daerahnya langsung berhadapan dengan lautan,
yang sumber penghidupan dari hasil laut, memiliki taraf hidup tergolong rendah
Medan sebagai salah satu kota besar di Sumatera Utara dalam
pengembangan kotanya yang bersifat kompleks dan multi dimensional
mempunyai beberapa masalah. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama,
yang fenomenanya dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara
lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender, kondisi
lingkungan dan sebagainya.
Tabel 1. Data Penduduk Miskin Wilayah Pesisir dibanding Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2004 dan 2008.
Tahun Penduduk Miskin
2004 143.037 53.195 37,19
2008 79.136 28.448 35,95
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2004 dan BPS Kota Medan 2008.
Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa pada Suvei Sosial Ekonomi (2004),
memperkirakan penduduk miskin di kota Medan tahun 2004 berjumlah 7,13%
atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa, dimana dari penyebarannya terlihat
bawa wilayah Medan bagian Utara (Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan
Labuhan dan Kecamatan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan
terbesar (37,19%).
Selanjutnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan yang
dihitung dari data jumlah rumah tangga sasaran Program Pendataan Layanan
Sosial (PPLS) tahun 2008, dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan terdapat
di wilayah Medan Utara. Kecamatan Medan Belawan yang merupakan bagian
dari wilayah pesisir memiliki jumlah paling banyak penduduk miskin.
Sekalipun terdapat penurunan angka kemiskinan dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008, namun dari Tabel 2 di bawah ini, angka kemiskinan tersebut
masih terkonsentrasi di wilayah Pesisir Medan Utara.
Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Pesisir Kota Medan
1 Medan Labuhan Besar Tangkahan
2 Medan Marelan Tanah Enam Ratus Rengas Pulau
3 Medan Belawan Pulau Sicanang Belawan Bahagia
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara (2009)
Kelurahan Bagan Deli merupakan salah satu dari 6(enam) kelurahan yang
ada di Kecamatan Belawan yang merupakan salah satu kantong penduduk miskin
di kota Medan yang memiliki jumlah penduduk yang lapangan usahanya sebagai
keseluruhan nelayan di kecamatan ini sebanyak 5.238 KK yang merupakan
wilayah yang mempunyai karakteristik kegiatan perikanannya adalah Perikanan
Tangkap, dimana kegiatan penangkapan ikan dilakukan di daerah laut dan pesisir
pantai, hal ini merupakan salah satu alasan penulis dalam memilih lokasi
kelurahan Bagan Deli dalam analisis ini. Data Penduduk yang bekerja menurut
lapanga usaha di kecamatan Medan Belawan berdasarkan kelurahan dapat dilihat
pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data Penduduk yang bekerja menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Medan Belawan menurut Kelurahan (2009)
No Kelurahan Pegawai Swas-ta
TNI / Nela- Peda- Pen
-
Lain-Negeri POLRI yan gang siun nya
1 Belawan I 255 1,231 296 1,377 823 228 1,505
2 Belawan II 381 1,751 45 231 1,296 110 1,451
3
Belawan
Bahari 126 965 13 965 246 21 1,175
4
Belawan
Bahagia 158 841 82 769 536 52 1,291
5
Belawan
Sicanang 85 1,326 8 207 314 17 1,152
6 Bagan Deli 112 1,062 9 1,689 325 27 875
J u m l a h 1,117 7,176 453 5,238 3,540 455 7,449 Sumber: Kecamatan Medan Belawan dalam Angka 2010/BPS Kota Medan
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (perikanan
tangkap), sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat, yang
umumnya memiliki karakteristik skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang
sederhana, jangkauan operasi penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan
Nelayan sebagai suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung
langsung dari hasil laut, melakukan aktivitas usaha dengan mendapat penghasilan
bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri. Mereka umumnya tinggal di pinggir
pantai, sebuah pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.
Tingkat kesejahteraannya sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya, dimana
banyaknya tangkapan mencerminkan banyaknya pendapatan yang diterima oleh
nelayan dan pada akhirnya pendapatan itu dipergunakan untuk pemenuhan
kebutuhan dan konsumsi nelayan dan keluarganya. Dengan demikian tingkat
pemenuhan kebutuhan nelayan dan keluarganya sangat ditentukan oleh
pendapatan yang diterimanya.
Nelayan-nelayan kecil/tradisional pada umumnya sangat bergantung dengan
sumber pendapatan langsung dari laut yang dijual untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Sehingga setiap pendapatan harian dari laut merupakan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga pada hari itu.
Untuk melakukan kegiatan usahanya dengan tujuan memperoleh
pendapatan demi kebutuhan hidup, di beberapa daerah pesisir Indonesia
mempunyai karakteristik masing-masing yang dipengaruhi oleh faktor sosial,
ekonomi, teknologi dan biologi dan faktor alam.
Dengan adanya fenomena karakteristik nelayan yang berbeda yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam memperoleh pendapatan, penulis tertarik
untuk menganalisis karakteristik nelayan dan pengaruhnya terhadap pendapatan
nelayan di kelurahan Bagan Deli kecamatan Medan Belawan Kota Medan sebagai
salah satu suatu wilayah pesisir yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka
mempunyai karakteristik kegiatan perikanannya adalah kegiatan Perikanan
Tangkap dan masih dilakukan secara sederhana
Adapun karakteristik nelayan dalam analisis ini adalah curahan waktu
kerja, bahan bakar, harga output (harga kepiting, harga ikan, harga udang) dan
jenis alat tangkap yang digunakan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah karakteristik nelayan (curahan
waktu kerja, bahan bakar, harga kepiting, harga ikan, harga udang dan jenis alat
tangkap yang digunakan) berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
1.3.Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan permasalahan dan latar belakang di atas kemudian
dirumuskan tujuan penelitian yaitu apakah karakteristik nelayan (curahan
waktu kerja, bahan bakar, harga kepiting, harga ikan, harga udang dan jenis alat
tangkap yang digunakan) berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di kelurahan
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan ?
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pemerintah untuk perencanaan
pembangunan dan mengambil kebijakan dalam merumuskan perencananan
pembangunan di wilayah pengembangan Utara Kota Medan khususnya bagi
2. Memberikan informasi bagi masyarakat nelayan tentang faktor-faktor
pendukung yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan, agar
kehidupan nelayan menjadi lebih baik.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengembangan teori maupun bahan masukan untuk melakukan kegiatan
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis
masalah Kemiskinan dan Ketimpangan pendapatan nelayan di Kelurahan Bagan
Deli dan Belawan Bahari Kecamatan Medan Belawan, yang bertujuan untuk
mengetahui batas garis kemiskinan, jumlah nelayan miskin, ketimpangan
pendapatan secara over-all sampling, ketimpangan pendapatan menurut kelurahan
dan ketimpangan pendapatan menurut status nelayan, miskin atau tidak.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa hubungan dan pengaruh
tingkat pendidikan dengan ketimpangan pendapatan adalah negatif tetapi tidak
nyata , hubungan jumlah jam melaut atau lamanya waktu bekerja adalah positif
dengan jumlah pendapatan nelayan dan pengaruhnya sangat nyata terhadap
pendapatan nelayan , hubungan jumlah tanggungan dengan jumlah pendapatan
adalah positif namun pengaruhnya tidak nyata terhadap pendapatan nelayan,
hubungan faktor umur adalah positif dengan jumlah pendapatan nelayan.
Hasil Penelitian dari Harahap Said Ali (2003), yang menganalisa masalah
kemiskinan dan tingkat pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Nelayan
Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan, berpendapat bahwa jumlah
tanggungan keluarga, ketiadaan pekerjaan tambahan dan pola konsumsi
mempengaruhi pendapatan nelayan. Jumlah jam melaut, jumlah modal melaut dan
jumlah tanggungan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan,
sementara tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.
yang positif dan kuat antara karakteristik nelayan dengan pendapatan nelayan di
daerah penelitiannya, dan yang menjadi faktor dominan adalah tingkat pendidikan
dan umur sementara jumlah tanggungan dan curahan waktu kerja tidak
memberikan pengaruh yang nyata.
Sujarno (2008) yang melakukan penelitian tentang Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, memperoleh
hasil analisis bahwa modal kerja, jumlah tenaga kerja dan jarak tempuh melaut
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan,
Samosir Syarifadilah (2009), yang mengambil judul penelitian
Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapatan Nelayan Buruh Kapal Bermotor < 5
GT (Studi kasus : Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota
Medan), menyatakan bahwa dengan menggunakan analisis Gini Ratio, terdapat
ketimpangan pendapatan dan tingkat pendapatan yang rendah (di bawah garis
kemiskinan) di daerah sampel. Dan dari hasil analisa asosiasi disimpulkan bahwa
jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan usaha sampingan
masing-masing tidak berhubungan dengan kemiskinan, sementara dari hasil analisa
korelasi bahwa pengalaman melaut tidak berhubungan dengan ketimpangan
pendapatan, namun lamanya waktu melaut dan jumlah tenaga kerja dalam kapal
masing-masing berhubungan dengan ketimpangan pendapatan nelayan.
Ginting Dameyanti (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Efisiensi
Ekonomis Usaha Penangkapan Ikan dengan Kapal Motor di Kecamatan Pantai
Labu, Kabupaten Deli Serdang, menentukan karakteristik nelayan antara lain
tanggungan nelayan merupakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
produksi tangkapan nelayan.
2.2. Landasan Teori
Usaha nelayan untuk menangkap ikan di laut dapat ditelaah
berdasarkan analisis mikro ekonomi usaha-usaha nelayan (Mulyadi,2005). Dalam
melakukan usaha penangkapan ikan di laut untuk mendapatkan produk/output
(sejumlah hasil tangkapan berupa ikan segar, kepiting, udang, dan lain-lain) maka
diperlukan input berupa curahan waktu kerja, penggunaan bahan bakar minyak,
harga ikan , satuan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan dilaut, dan
sebagainya. Dari hasil tangkapan nelayan maka hasil tersebut apabila dijual maka
nelayan akan memperoleh income/ pendapatan, sehingga menurut Joesron, Tati
Suhartati dan Fathorrozi, hal ini dapat dirumuskan dalam persamaan:
I = f(Px,Qx,Py)
dimana : Px adalah harga barang x,
Qx adalah jumlah barang x yang diminta
Py adalah harga barang lain.
2.2.1. Penerimaan (Revenue)
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan dalam usaha tani merupakan
perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi.
Sama halnya dengan Soekartawi, Joesron dan Fathorrozi, dalam Teori
Ekonomi Mikro (2003), mengatakan bahwa penerimaan merupakan perkalian
Sehingga dapat dirumuskan : TR = P x Q
dimana, TR = Total Revenue (penerimaan)
P = Harga barang
Q = Jumlah barang
Sehingga dapat dikatakan juga bahwa total penerimaan (revenue) adalah
seluruh penerimaan diperoleh dari jumlah barang yang terjual pada saat tingkat
harga tertentu.
2.2.2. Pendapatan
Menurut Samosir Syarifadilah (2009), dalam penelitiannya mengatakan
bahwa pendapatan merupakan gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya
perbulan.
Menurut Soekartawi (2002), pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya.
Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi (2003) mengatakan bahwa dari hasil
produksi, produsen akan memperoleh keuntungan maximum apabila total
penerimaan persis sama dengan total biaya. Menurutnya, keuntungan () adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya.
Sehingga dari pendapat Soekartawi dan Joesron, dapat disimpulkan bahwa
keuntungan () sama dengan pendapatan (Y), sehingga dapat dibuat persamaan :
Y = = TR – TC Keterangan: Y = Pendapatan
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Keuntungan maksimal dicapai pada saat : MR – MC = 0 atau MR = MC
Keterangan: MR = Marjinal Revenue
MC = Marginal Cost
Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC) dapat diketahui
beberapa kemungkinan diantaranya :
TR > TC = keadaan untung / laba
TR= TC = keadaan Break Even Point
TR < TC = Keadaan rugi.
2.2.3. Produksi
Menurut Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi, produksi merupakan hasil
akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan
atau input. Atau dengan kata lain bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi
berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Menurut Fauzi, Akhmad (2010) , untuk mengeksploitasi (menangkap) ikan
di suatu perairan dibutuhkan berbagai sarana. Sarana tersebut merupakan faktor
input, yang dalam literatur perikanan biasa disebut dengan upaya ataueffort.
Menurut Anderson dalam Waridin (2007), produksi perikanan jangka
pendek adalah hubungan antara tangkapan (catch) dengan upaya (effort).
Walaupun stok ikan atau sumber daya melimpah, variasi lokasi dan waktu
penangkapan, stok ikan dalam jangka pendek diasumsikan tetap sehingga fungsi
Q = f (E)
Keterangan: Q = hasil tangkapan
E = upaya penangkapan ikan (effort)
2.2.4. Biaya
Biaya atau ongkos pengertiannya secara ekonomis merupakan beban yang
harus dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan jasa sampai barang
tersebut siap untuk dikonsumsi . Biaya merupakan fungsi dari jumlah produksi,
dengan rumus:
C = f (Q)
dimana: C = biaya
Q = jumlah produksi.
Atau dapat juga dirumuskan bahwa :
AC = TC / Q
dimana AC =Average Cost(biaya rata-rata).
TC =Total Cost(total biaya)
Karena di dalam biaya ada biaya tetap (fixed cost) dan ada biaya tak tetap atau
berubah-ubah (variable cost), maka dapat juga dirumuskan:
TC = VC + FC
dimana, TC =Total Cost
VC =Variabel Cost
2.2.5. Harga
Menurut Joesron, Tati Suhartati dan Fathorrozi,M (2003), dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, bahwa pendapatan berhubungan dengan jumlah
barang yang diminta dengan harga barang itu sendiri dan berhubungan pula
dengan harga barang lain.
Dalam teori ekonomi sederhana bahwa pendapatan dipengaruhi oleh jumlah
barang yang diminta , harga barang itu sendiri dan harga barang lain. Hal ini juga
berlaku bagi nelayan, dimana pendapatan nelayan dipengaruhi oleh hasil
tangkapan nelayan dan harga beberapa hasil tangkapan tersebut, karena dalam
kegiatan menangkap ikan , dimana jenis produk yang ditangkap
macam, ada ikan, kepiting, udang dan lain-lain dengan harga yang
bermacam-macam pula tergantung ukuran (size)nya.
2.2.6. Teknologi
Dalam Ekonomi Kelautan, Mulyadi (2005) menyatakan bahwa
ketergantungan nelayan terhadap teknologi penangkapan ikan sangat tinggi. Hal
ini disebabkan selain kondisi sumber daya perikanan yang bersifat mobile, yaitu
mudah berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain, juga untuk
menangkapnya nelayan perlu sarana untuk bertahan berada di laut.
Pada umumnya nelayan kecil masih mengalami keterbatasan teknologi
penangkapan ikan. Dengan alat tangkap yang sederhana, wilayah operasi pun
2.2.7. Alat Tangkap yang digunakan (fishing gear)
Tingkat teknologi yang digunakan nelayan dapat dilihat dari jenis alat
tangkap (fishing gear) yang digunakan untuk melakukan operasi penangkapan
ikan. Penggunaan perahu dan motor penggerak memungkinkan kesempatan
menangkap ikan lebih lama disebabkan adanya penghematan waktu dalam
perjalanan menuju daerah penangkapan.
Menurut Balai Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian Jakarta
(1989), diperkirakan ada 250 jenis alat tangkap ikan di Indonesia dan 90%
diantara alat tersebut merupakan alat penangkap tradisional, sedangkan 10% nya
dapat dikategorikan sebagai alat penangkap modern atau semi modern, seperti
trawl udang, rawai tuna dan huhate. Banyaknya jenis alat penangkap tersebut
tidak terlepas karena lautan Indonesia yang beriklim tropis, sehingga memiliki
banyak sekali jenis ikan, udang maupun biota laut lainnya yang mempunyai sifat
dan perangai yang berbeda-beda, disamping itu kondisi dan topografi dasar
perairan daerah satu dengan lainnya juga berbeda-beda.
Jenis alat tangkap ikan, udang dan biota laut lainnya menurut Drs. Waluyo
Subani dan Ir. H.R. Barus dalam Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Tabel 4. Jenis-jenis Alat Tangkap di Indonesia dan pengelompokkannya
Jenis Alat penangkap Kelompok
Pukat Kantong (Seine Nets) Pukat Udang, Payang, Pukat Cincin dan lain-lain
Jaring Insang (Gill Nets) Jaring Insang Lingkar, Jaring Klitik Jaring Insang tetap, dan lain-lain Jaring Angkat (Lift Nets) Bagan Perahu, Bagan Tancap, Serok,
Jaring Angkat dan lain-lain
Perangkap (Traps) Sero, Jermal, Bubu dan perangkap lain Pancing (Long Line) Rawai Tuna, Rawai Hanyut, Huhate
Pancing Tonda dan lainnya
Sumber : Departemen Pertanian, Balai Penelitian Perikanan Laut (1989)
Pukat Kantong (Seine Nets), adalah alat penangkapan ikan berbentuk
kantong yang terbuat dari jaring yang terdiri dari bagian badan dan kantong
jaring. Bagian kantong terletak di belakang bagian badan yang merupakan tempat
terkumpulnya hasil tangkapan ikan. Ikan yang diperoleh dengan alat tangkap ini
biasanya berbagai jenis ikan pelagis dan demersal. Pukat kantong terdiri dari
pukat payang, pukat layang, dogol dan pukat pantai, Pukat Cincin (Purse Seine)
adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang atau
trapesium yang dilengkapi dengan tali yang dapat digulung untuk mengurung
gerombolan ikan.
Jaring Insang (Gill nets) adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran
jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata, yang
dilengkapi dengan sejumlah pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris bawah atau
tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara
terjerat dan atau terpuntal. Jaring insang dioperasikan di permukaan, pertengahan
pelagis dan demersl. Jaring insang terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari jenis
tangkapan utamanya, antara lain jaring kembung, jaring kerapu, jaring kakap ,
jaring udang dan lain-lain.
Jaring Angkat (Lift Nets) adalah alat penangkap ikan berbentuk lembaran
jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang dibentangkan dengan
menggunakan kerangka dari batang kayu atau bambu sehingga jaring angkat
membentuk kantong.
Perangkap (Traps), adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang
terbuat dari jaring, bambu, kayu atau besi yang dipasang secara tetap di dasar
perairan atau secara portable (tempatnya dapat dipindah) selama jangka waktu
tertentu.
Pancing (Long Lines), adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari
sejumlah utas tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa
umpan, baik umpan alami maupun umpan buatan. Alat penangkap ikan yang
masuk dalam klasifikasi pancing yaitu rawai dan pancing. Alat pancing terdiri dari
dua komponen utama yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada
tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekali
(beberapa ratus mata kail) tergantung jenis pancingnya. Banyak macam alat
pancing yang digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana
sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri.
Di kelurahan Bagan Deli beberapa jenis alat tangkap yang biasa digunakan
oleh kapal motor 5 GT , diantaranya jaring kepiting tengah, jaring kepiting pinggir, rawe, tangkul siput harimau, jaring ikan, bubu kepiting tengah, bubu ikan,
Karena begitu banyaknya jenis alat tangkap ikan yang digunakan nelayan di
Bagan Deli,sehingga jenis alat tangkap yang digunakan dalam analisis ini
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Alat Tangkap Pukat Pinggir/Cencen dapat dikelompokkan sebagai Pukat
Kantong (Seine Nets)
b) Alat tangkap Jaring Ikan, Jaring Kepiting Tengah dan Jaring Kepiting
Pinggir dapat dikelompokkan sebagai Jaring Insang (Gill Nets)
c) Alat Tangkap Tangkul Siput dan Tangkul Gurita dan Bubu Kepiting dapat
dikelompokkan sebagai Perangkap (Traps).
d) Untuk alat tangkap Rawai dimasukkan dalam kelompok Pancing (Long Lines).
2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini penulis mencoba meneliti apakah ada pengaruh dari
karakteristik nelayan terhadap perolehan pendapatan nelayan di kelurahan Bagan
Deli. Karakteristik yang dimaksud adalah curahan waktu kerja, bahan bakar, harga
kepiting, harga ikan, harga udang dan jenis alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan di Kelurahan Bagan Deli.
Dalam analisa ketenagakerjaan kegiatan usaha nelayan, penggunaan tenaga
kerja dinyatakan oleh besarnya curahan waktu bekerja. Curahan waktu bekerja
yang dipakai setara dengan besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai (Sujarno,
2008). Secara teori ekonomi juga tidak ada bahasan mengenai faktor curahan
waktu bekerja menjadi fungsi dari pendapatan, namun biasanya semakin lama
nelayan bekerja di laut mencari ikan. maka hasil yang diperoleh semakin banyak
Faktor banyaknya bahan bakar minyak yang digunakan untuk melaut dalam
penelitian ini karena dalam teori faktor produksi, jumlah output produksi yang
berhubungan dengan pendapatan bergantung kepada eksploitasi yang dikeluarkan
oleh nelayan untuk bisa pergi melaut. Dengan adanya biaya eksploitasi maka
nelayan dapat pergi melaut untuk menangkap ikan dan hasilnya akan dijual
sebagai pendapatan nelayan. Salah satu biaya eksploitasi nelayan dalam
melakukan penangkapan ikan adalah biaya bahan bakar minyak yang dipakai
untuk menggerakkan mesin kapal.
Faktor harga output juga mempengaruhi pendapatan nelayan, karena secara
teori semakin tinggi harga output, maka perolehan uang dari hasil penjualan akan
semakin banyak dan tentunya akan meningkatkan pendapatan nelayan. Harga
output yang dimaksud dalam analisa ini adalah harga kepiting, harga ikan dan
harga udang.
Hasil tangkapan nelayan di laut juga dipengaruhi oleh jenis alat tangkap
yang digunakan. Karena dengan penggunaan alat tangkap tertentu akan
mempengaruhi jenis ikan/produk apa yang diperoleh dan selanjutnya akan
mempengaruhi harga penjualan dan pendapatan nelayan.
Sehingga dari uraian di atas kerangka konsep penelitian penulis dapat
Curahan Waktu Kerja
Bahan Bakar
Harga Kepiting Pendapatan
Harga Ikan
Harga Udang
Jenis Alat Tangkap
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, penelitian terdahulu serta
kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis :
Bahwa curahan waktu kerja, bahan bakar, harga kepiting, harga ikan, harga
udang dan jenis alat tangkap yang digunakan mempengaruhi pendapatan
Lokasi penelitian dilakukan di kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan
Kota Belawan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive(sengaja)
dengan beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Karena secara geografis kelurahan ini kondisi daerahnya berhadapan langsung
dengan Selat Malaka, yang penduduknya tinggal di daerah pesisir
pantai.
2. Merupakan bagian dari Kecamatan Medan Belawan yang mempunyai
karakteristik kegiatan perikanannya di dalam kegiatan Perikanan
Tangkap, dimana kegiatan penangkapan ikan dilakukan di daerah laut dan
pesisir pantai.
3. Penduduknya sebahagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan penuh
dan masih melakukan penangkapan-penangkapan ikan di laut secara
sederhana.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana
berstrata (stratified random sampling). Sampling acak stratifikasi biasanya
dilakukan dalam keadaan populasi yang sangat heterogen. Populasi yang
heterogen dalam hal ini adalah populasi nelayan yang masing-masing
sub populasi. Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang
apabila populasinya berstrata.
Dalam analisis ini sampel diambil dari populasi berdasarkan jenis alat
tangkap yang digunakan, dimana dari sekian banyak jenis alat tangkap yang
digunakan oleh nelayan, penulis mengelompokkan alat tangkap ini menjadi 4
kelompok, yakni kelompok nelayan yang menggunakan alat tangkap pukat
kantong (seine nets), kelompok nelayan yang menggunakan jaring insang (gill
nets), kelompok nelayan yang menggunakan alat tangkap pancing (long lines) dan
kelompok nelayan yang menggunakan alat tangkap perangkap (traps).
Ukuran sampel menurut pendapat Gay dalam Umar, Husein (2008) bahwa
ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang
digunakan, yaitu sebagai berikut:
a. Metode deskriptif, minimal 10% dari populasi. Untuk populasi relatif kecil
minimal 20% dari populasi.
b. Metode deskriptif –korelasional, ukuran sampel minimal 30 subjek.
Dari seluruh populasi penduduk kelurahan Bagan Deli yang jumlahnya
3.565 Kepala Keluarga (KK), yang bermata pencaharian sebagai nelayan
berjumlah 1.496 KK (Kelurahan Bagan Deli, 2011). Dari pra survei yang
dilakukan di lapangan, nelayan di Bagan Deli yang memiliki sendiri unit
penangkapan berupa boat ≤ 5 GT (gross tons), mesin kapal dan alat tangkap ,
berjumlah 180 KK.
Dalam penelitian ini besarnya sampel yang diambil 25% dari jumlah
Sehingga berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, maka dapat diambil
ukuran sampel sebagai berikut:
Tabel 5. Ukuran Nelayan Sampel berdasarkan Jenis Alat Tangkap
No Jenis Alat Tangkap Populasi Nelayan Jumlah Sampel
1. Pukat Kantong (Seine Nets) 80 80/175 x 40 = 18
2. Jaring Insang (Gill Nets) 54 54/175 x 40 = 12
3. Perangkap (Traps) 41 41/175 x 40 = 10
4. Pancing (Long Lines) 5 5
J u m l a h 180 45
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu data primer dan
data sekunder.
1) Data primer diperoleh dari hasil survei lapangan, wawancara langsung dengan
nelayan dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
2) Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan , Biro
Pusat Statistik Kota Medan, Kantor Kecamatan Medan Belawan, Kelurahan
Bagan Deli dan hasil-hasil penelitian terdahulu serta kepustakaan lainnya.
Tabel 6. Spesifikasi Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data Metode
yang dikumpulkan
1. Data Populasi dan Sampel Kelurahan, Wawancara
-Medan dalam Angka,
Nelayan Survey
2. Identitas Nelayan Nelayan Wawancara
Kuesioner
3. Pendapatan Nelayan Nelayan Wawancara
Kuesioner
4. Karakteristik Nelayan Nelayan Wawancara
Kuesioner
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh
masing-masing karakteristik, yakni curahan waktu kerja (X1) , bahan bakar (X2),
harga kepiting (X3), harga ikan (X4) , harga udang (X5) dan jenis alat tangkap
yang digunakan (X6) terhadap variabel Pendapatan (Y) dengan menggunakan
metode regresi linear berganda. Pengaruh variabel karakteristik nelayan dengan
pendapatan dapat dijelaskan dengan memakai rumus persamaan :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e i
dimana :
b0 = Konstanta
Y = Pendapatan (Rp/bulan)
X1 = curahan waktu kerja (jam/trip)
X4 = Harga Ikan (Rupiah)
X5 = Harga Udang (Rupiah)
X6 = Jenis Alat Tangkap (Units)
b1, b2, b3,b4, b5 dan b6 = koefisien regresi
ei = error term,
Dalam penelitian ini, banyaknya kategori yang terkandung dalam X6
(jenis alat tangkap yang digunakan) adalah 4, yakni alat tangkap pukat kantong
(seine nets), alat tangkap jaring insang (gill nets), alat tangkap perangkap (traps)
dan alat tangkap pancing (long lines).
Sehingga dari persamaan di atas, di dalam variabel alat tangkap yang
digunakan (X6), mengandung beberapa kategori, sehingga perlu diselesaikan
dengan menggunakandummy (Sunyoto, Danang, 2011).
Dalam analisis ini, jenis alat tangkap yang digunakan (X6) merupakan
variabel dummy, yang terdiri dari alat tangkap pukat kantong (seine nets), alat
tangkap jaring insang (gill nets), alat tangkap perangkap (traps) dan alat tangkap
pancing (long lines).Dengan demikian , variabel dummy jenis alat tangkap yang
digunakan terbagi menjadi 4 karakteristik, maka model regresi dengan variabel
dummy yang dapat dibuat sebanyak k-1, dimana dalam penelitian ini penulis
menentukan pancing(long lines) sebagai acuan (benchmark), sehingga variabel
dummy menjadi D1, D2, D3.
Sehingga Persamaan Regresi Linear Berganda menjadi :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +b6D1 + b7D2 + b8D3 + e i
dimana :
Y = Pendapatan (Rp/bulan)
X1 = Curahan waktu kerja (jam/trip)
X2 = Bahan Bakar (Liter/trip)
X3 = Harga Kepiting (Rp)
X4 = Harga Ikan (Rp)
X5 = Harga Udang (Rp)
D1 = Alat Tangkap Pukat Kantong,
D1=1, jika alat tangkap yang digunakan Pukat Kantong , dan
D1=0, jika alat tangkap yang digunakan bukan Pukat Kantong .
D2 = Alat Tangkap Jaring Insang,
D2=1, jika alat tangkap yang digunakan Jaring Insang , dan
D2=0, jika alat tangkap yang digunakan bukan Jaring Insang .
D3 = Alat Tangkap Perangkap,
D3=1, jika alat tangkap yang digunakan Perangkap , dan
D3=0, jika alat tangkap yang digunakan bukan Perangkap.
b1, b2, b3,b4, b5, b6, b7 dan b8 = koefisien regresi
ei = error term,
Dari persamaan di atas dapat dibuat kombinasi persamaan regresi
bergandanya sebagai berikut :
a.Jika menggunakan alat tangkap Pukat Kantong,berarti D1=1, D2=0 dan D3 = 0,
maka:
Y = b0 + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6(1) + b7(0) + b8(0)
= b0 +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6
b. Jika menggunakan alat tangkap Jaring , berarti D1 = 0, D2 = 1 dan D3 = 0,
maka:
Y = b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6(0)+ b7(1) + b8(0)
= b0 + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b7
= b0 + b7 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
c. Jika menggunakan alat tangkap perangkap, berarti D1=0, D2= 0 dan D3 = 1,
maka:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6(0) + b7(0) + b8(1)
= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +b8
= b0 + b8 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
d. Jika menggunakan alat tangkap Pancing, berarti D1 = 0, D2 = 0 dan D3 = 0,
maka:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6(0) + b7(0) + b8(0)
= b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5.
Untuk pengujian hipotesis dilakukan sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linear Berganda
Uji asumsi klasik pada regresi linear berganda dilakukan dengan melakukan
beberapa uji di antaranya:
1.1. Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri
atas dua atau lebih variabel bebas /independent variabel (X1, X2,X3, ..., Xn),
curahan waktu kerja, bahan bakar, harga kepiting, harga ikan, harga udang dan
jenis alat tangkap yang digunakan tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r).
Multikolinearitas adalah salah satu masalah yang terdapat pada model regresi,
dimana terdapatnya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas. Dikatakan
terjadi multikolinearitas jika koefisien korelasi antar variabel bebas (X1,X2,...
...,Xn) lebih besar dari 0,80.
Gejala multikolinearitas dapat juga dilihat melalui nilai inflation factor
(VIF) yang > 10. dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor ) yaitu
apabila terdapat nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai toleransi kurang dari 0,1
maka ada masalah multikolinieritas ( 0,1 < VIF < 10).
1.2.Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan varians dari residual untuk pengamatan dalam model regresi. Jika
residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas, dan
jika variansnya berbeda disebut terjadi heterokedastisitas.
Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
gejala heteroskedastisitas. Untuk mengetahui gejala heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan mengamati scatterplot model tersebut. Model yang bebas dari
heteroskedastisitas memiliki grafik scatterplot dengan pola titik yang menyebar di
atas dan di bawah sumbu Y.
1.3.Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk menguji data variabel bebas (X), berupa curahan
tangkap yang digunakan dan data variabel terikat pendapatan (Y) pada
persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau tidak.
Persamaan regresi yang baik jika mempunyai data variabel bebas dan data
variabel terikat mendekati normal atau normal sama sekali.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan:
a. Normal Probability Plots, dengan cara membandingkan data riil dengan data
distribusi normal (dengan menggunakan program SPSS) secara kumulatif.
Data dikatakan berdistribusi normal jika garis data riil mengikuti garis
diagonal.
b. Dengan uji one sample Kolmogorof-Smirnov, dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar dari 0,05 atau 5%.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah
H0 : Distribusi residual tidak berbeda dengan distribusi normal atau residual berdistribusi normal.
H1 :Distribusi residual berbeda dengan distribusi normal atau residual
berdistribusi tidak normal.
2. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) a. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien Determinasi adalah koefisien untuk mengetahui besarnya kontribusi
yang diberikan masing-masing variabel bebas curahan waktu bekerja,bahan
penggunaan alat tangkap terhadap variabel terikat pendapatan secara terpisah
(parsial).
Hasil persentase R digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase
variasi variabel independen yang digunakan dalam model dan mampu
menjelaskan variasi variabel dependen secara terpisah (parsial). Apabila nilai
R mendekati 1(satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam
menerangkan varasi variabel independen terhadap variabel dependen secara
terpisah (parsial) dan sebaliknya, apabila R square mendekati 0(nol) maka
semakin lemah variasi variabel independen dalam menerangkan variabel
dependen secara terpisah ( 0< R< 1 ).
Menurut Gujarati (1994), besaran R yang paling lazim digunakan untuk
mengukur kebaikan / kesesuain (goodness of fit ) dapat dijelaskan oleh
model regresi.
b. Uji Tingkat Penting (Test of Significant)
Pengujian Tingkat Penting (signifikansi) digunakan untuk menguji kuat
lemahnya hubungan antar variabel. Apabila besarnya hubungan = 0,
menunjukkan hubungan sangat lemah dan tidak berarti, sebaliknya apabila
hubungan antar variabel secara signifikan
0, maka hubungan kuat danberarti. Keputusan untuk menerima atau menolak Hо dibuat atas dasar nilai
c. Uji Parsial (Uji t-Statistik)
Untuk menguji apakah ada pengaruh variabel bebas (X1, X2, ..., X5 dan D1,
D2 dan D3) yang digunakan secara parsial, berpengaruh nyata terhadap
pendapatan (Y). Semua variabel bebas diuji satu persatu.
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah
H0
=
0 : Tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.H1
0 : Ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Jika : t-hitung > t-tabel , maka terima H1tolak H0
t-hitung < t-tabel, maka terima H0tolak H1
d. Uji Serempak (Uji F-Statistik)
Untuk menguji apakah variabel bebas secara bersama-sama (serempak)
berpengaruh terhadap variabel terikat . Hipotesis yang digunakan dalam uji
ini adalah:
H0
=
0 : Tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.H1
0 : Ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Jika : F-hitung > F-tabel , maka terima H1 tolak H0
F-hitung < F-tabel, maka terima H0tolak H1
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang
istilah-istilah yang terdapat pada hasil penelitian, maka dibuat defenisi dan batasan
3.5.1. D e f i n i s i
1. Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan dari hasil penjualan
tangkapan ikan dari melaut dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul dalam
melakukan penangkapan ikan dengan ukuran satuan rupiah perbulan.
2. Curahan waktu bekerja adalah waktu yang digunakan nelayan dalam
melakukan penangkapan ikan dengan satuan jam/trip.
3. Bahan Bakar Minyak adalah banyaknya eksploitasi bahan bakar minyak yang
dipakai untuk menggerakkan mesin kapal dalam satuan Liter/trip.
4. Harga adalah harga output yang dihasilkan dalam hal ini harga kepiting, harga
ikan dan harga udang dalam satuan rupiah.
5. Unit Penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi penangkapan
ikan yang terdiri dari kapal motor dengan alat tangkap yang digunakan.
6. Alat Tangkap adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan di laut.
7. Pukat Kantong (Seine Nets), adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong
yang terbuat dari jaring yang terdiri dari bagian badan dan kantong jaring.
Bagian kantong terletak di belakang bagian badan yang merupakan tempat
terkumpulnya hasil tangkapan ikan.
8. Jaring Insang (Gill nets) adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran
jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata,
yang dilengkapi dengan sejumlah pelampung, pemberat, tali ris atas, tali ris
bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan
tertangkap dengan cara terjerat dan atau terpuntal.
9. Perangkap (Trap), adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat
atau secara portable (tempatnya dapat dipindah) selama jangka waktu
tertentu.
10. Pancing (Long Line), adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah
utas tali dan pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan,
baik umpan alami maupun umpan buatan.
3.5.2. Batasan Operasional
Perlu dibuat batasan operasional agar menghindari kesalahpahaman dalam
penelitian dan memberikan kejelasan dalam penelitian, batasan operasional yang
dimaksud adalah:
1. Nelayan dalam penelitian ini adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan kapal perikanan
berukuran≤5 (lima) gross ton (GT).
2. Sampel adalah nelayan yang merupakan kepala keluarga (KK) yang memiliki
kapal≤5 (lima) GT dan alat tangkap ikan di kelurahan Bagan Deli.
3. Karakteristik yang berhubungan dengan pendapatan dalam penelitian ini
adalah curahan waktu bekerja, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM), harga
kepiting, harga ikan, harga udang dan jenis alat tangkap yang digunakan.
4. Tempat Penelitian adalah kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara.
Kota Medan yang mempunyai kondisi geografis sebelah utara berbatasan
dengan Selat Malaka, serta Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur, Barat dan
Selatan, secara administrasi dari 21(dua puluh satu) kecamatan yang ada, terdapat
3(tiga) kecamatan kota Medan yang letaknya di wilayah pesisir dan merupakan
wilayah maritim dan bahari yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka.
Ketiga kecamatan tersebut adalah :
1. Kecamatan Medan Belawan
2. Kecamatan Medan Labuhan
3. Kecamatan Medan Marelan
Kota Medan mempunyai potensi sumber daya manusia yang mendukung
berkembangnya kegiatan usaha sektor perikanan terlihat dari jumlah penduduk
yang bermatapencaharian sebagai nelayan selain itu jumlah dan jenis produksi
dari hasil perikanan semakin berkembang.
Dari Dokumentasi Kondisi Wilayah Pesisir Kota Medan Tahun 2011 oleh
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, jumlah nelayan kota Medan tercatat
sekitar 12.688 jiwa atau 1.787 Rumah Tangga Perikanan (RTP), dimana terdiri
atas nelayan penuh 9.880 jiwa, nelayan sambilan utama 2.538 jiwa dan nelayan
sambilan tambahan 270 jiwa, dengan jumlah armada penangkapan ikan sebagai
berikut:
1. Perahu tanpa motor 120 unit
< 5 GT : 1.019 unit
5 GT : 165 unit
10 – 20 GT : 126 unit
20 – 30 GT : 111 unit
> 30 GT : 158 unit
4. Alat tangkap sebanyak 2.870 unit, terdiri atas: pukat kantong 735 unit, pukat
Cincin 380 unit, jaring insang 1.030 unit, pancing rawai 273 unit, pancing
tonda 42 unit, perangkap 70 unit, alat pengumpul kerang 30 unit dan bubu 35
unit.
Kelurahan Bagan Deli yang merupakan salah satu kelurahan yang ada di
Kota Medan, mempunyai luas sekitar 230 hektar, terletak di 347 Lintang Utara
(LU) dan 9842 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 1(satu) meter di atas
permukaan laut dengan topografi pantai dan suhu 24-30 Celcius serta curah
hujan 2000 milimeter/tahun, yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka,
merupakan daerah pesisir pantai yang sebahagian besar masyarakatnya hidup
sebagai nelayan penuh dan masih melakukan penangkapan-penangkapan ikan di
laut secara sederhana (Kelurahan Bagan Deli, 2011)
Gambaran kehidupan dan aktivitas dari nelayan di Bagan Deli dapat
4.1.1. Variabel Penelitian 4.1.1.1. Pendapatan
Berdasarkan teori dimana pendapatan merupakan selisih antara total
penerimaan dengan total biaya, maka berdasarkan lampiran 9, untuk mendapatkan
rata-rata (average) pendapatan nelayan sampel maka dapat dibuat sebagai
berikut:
AY = ATR – ATC.
= Rp11.372.222 - Rp6.699.506
=
Rp4.672.716.-Dari perhitungan di atas maka rata-rata pendapatan nelayan sampel (n=45) adalah
sebesar Rp
Rp4.672.716.-Berdasarkan alat tangkap yang digunakan, maka diperoleh pendapatan
rata-rata seperti pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 7. Rata-rata Pendapatan berdasarkan Jenis Alat Tangkap (perbulan)
No. Nama Alat Tangkap Rata-rata Pendapatan (Rp) n
1 Pukat Kantong 2.933.815 18
2 Jaring Insang 7.205.736 12
3 Perangkap 5.286.603 10
4 Pancing 2.745.745 5
Sumber: Lampiran 12-15
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk nelayan yang menggunakan
alat tangkap pukat kantong dengan n=18 diperoleh rata-rata pendapatan sebesar
insang dengan n=12 setiap bulannya diperoleh hasil rata-rata pendapatan sebesar
Rp7.205.736,- , untuk nelayan yang menggunakan alat tangkap perangkap dengan
n=10 setiap bulannya diperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp5.286.603,- dan
untuk nelayan yang menggunakan alat tangkap pancing dengan n=5 diperoleh
rata-rata pendapatan sebesar Rp2.745.745,- setiap bulan.
4.1.1.2. Curahan Waktu Bekerja
Curahan waktu bekerja yang lebih lama dalam kegiatan usaha penangkapan
ikan di laut memungkinkan pula jumlah ikan yang ditangkap lebih banyak.
Berdasarkan alat tangkap yang digunakan maka rata-rata curahan waktu
kerja yang diberikan oleh nelayan setiap bulannya dapat dijelaskan sesuai Tabel 9
di bawah ini:
Tabel 8. Rata-rata Curahan Waktu Kerja berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan.
No. Nama Alat Tangkap Rata-rata Curahan Waktu Bekerja (Jam)
n
1 Pukat Kantong 8 18
2 Jaring Insang 57 12
3 Perangkap 28 10
4 Pancing 21 5
Sumber: Lampiran 12-15
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk kapal motor dengan alat
tangkap pukat kantong dengan n=18 diperoleh rata-rata curahan waktu bekerja
diperoleh rata-rata curahan waktu bekerja sebesar 57 jam, untuk kapal motor
dengan alat tangkap perangkap dengan n=10, diperoleh rata-rata curahan waktu
bekerja sebesar 28 jam untuk kapal motor dengan alat tangkap pancing dengan
n=5 diperoleh rata-rata curahan waktu bekerja sebesar 21 jam setiap trip.
4.1.1.3. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Yang dimaksudkan dengan bahan bakar minyak dalam analisis ini adalah
banyaknya bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan mesin kapal yang
digunakan untuk menangkap ikan di laut dalam satuan Liter.
Berdasarkan alat tangkap yang digunakan maka rata-rata kebutuhan BBM
yang harus dikeluarkan oleh nelayan setiap melaut dapat juga dijelaskan
sesuai Tabel di bawah ini:
Tabel 9. Rata-rata Kebutuhan Bahan Bakar Minyak berdasarkan Jenis
Alat Tangkap
No. Nama Alat Tangkap Rata-rata
Kebutuhan BBM (Liter)
n
1 Pukat Kantong 15 18
2 Jaring Insang 63 12
3 Perangkap 9 10
4 Pancing 24 5
Sumber: Lampiran 12-15
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk kapal motor yang
menggunakan alat tangkap pukat kantong dengan n=18 diperoleh rata-rata
kebutuhan BBM setiap melaut sebanyak 15 Liter , untuk kapal motor yang
BBM setiap melaut sebanyak 63 Liter , untuk kapal motor yang menggunakan
alat tangkap perangkap dengan n=10 diperoleh rata-rata kebutuhan BBM setiap
melaut sebanyak 9 Liter dan untuk kapal motor dengan alat tangkap pancing
dengan n=5 diperoleh rata-rata kebutuhan BBM setiap melaut sebanyak 24 Liter
setiap trip.
4.1.1.4. Harga Kepiting
Berdasarkan alat tangkap yang digunakan maka rata-rata harga kepiting dari
masing-masing alat tangkap yang digunakan dapat dijelaskan pada Tabel di
bawah ini:
Tabel 10. Rata-rata Harga Kepiting berdasarkan Jenis Alat Tangkap
No.
Nama Alat Tangkap Rata-rata
Harga Kepiting (Rupiah)
n
1 Pukat Kantong 18.750 18
2 Jaring Insang 36.556 12
3 Perangkap 35.600 10
4 Pancing 0 5
Sumber: Lampiran 12-15
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk kapal motor yang
menggunakan alat tangkap pukat kantong dengan n=18 diperoleh rata-rata harga
kepiting sebesar Rp18.750,- , untuk kapal motor yang menggunakan alat tangkap
jaring insang dan n=12 diperoleh rata-rata harga kepiting sebesar Rp36.556,-,
diperoleh rata-rata harga kepiting sebesar Rp35.600,- dan untuk alat tangkap
pancing spesifikasinya tidak bisa menangkap kepiting.
4.1.1.5. Harga Ikan
Berdasarkan alat tangkap yang digunakan maka rata-rata harga ikan dari
masing-masing alat tangkap yang digunakan dapat dijelaskan pada Tabel di
bawah ini:
Tabel 11. Rata-rata Harga Ikan berdasarkan Jenis Alat Tangkap
No. Nama Alat Tangkap Rata-rata
Harga Ikan (Rupiah)
n
1 Pukat Kantong 9.306 18
2 Jaring Insang 10.190 12
3 Perangkap 10.000 10
4 Pancing 13.827 5
Sumber: Lampiran 12-15
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk kapal motor yang
menggunakan alat tangkap pukat kantong dengan n=18 diperoleh rata-rata harga
ikan sebesar Rp9.306,- , untuk kapal motor yang menggunakan alat tangkap jaring
insang dan n=12 diperoleh rata-rata harga ikan sebesar Rp10.190,-, untuk kapal
motor yang menggunakan alat tangkap perangkap dengan n=10 diperoleh
rata harga ikan sebesar Rp10.000,- dan untuk alat tangkap pancing diperoleh
4.1.1.6. Harga Udang
Berdasarkan alat tangkap yang digunakan maka rata-rata harga udang dari
masing-masing alat tangkap yang digunakan dapat dijelaskan pada Tabel di
bawah ini:
Tabel 12. Rata-rata Harga Udang berdasarkan Jenis Alat Tangkap
No. Nama Alat Tangkap Rata-rata
Harga Udang (Rupiah)
n
1 Pukat Kantong 10.200 18
2 Jaring Insang 3.000 12
3 Perangkap 0 10
4 Pancing 0 5
Sumber: Lampiran 12-15
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk kapal motor yang menggunakan
alat tangkap pukat kantong dengan n=18 diperoleh rata-rata harga udang sebesar
Rp10.200,- , untuk kapal motor yang menggunakan alat tangkap jaring insang
dan n=12 diperoleh rata-rata harga udang sebesar Rp3000,-, dan untuk alat
tangkap perangkap dan pancing spesifikasinya tidak bisa menangkap udang.
4.2. Hasil Analisis
4.2.1. Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik pada Regresi Linear Berganda Karakteristik Nelayan terhadap Pendapatan Nelayan
Hasil Analisis Uji Asumsi Klasik dengan menggunakan program SPSS
pada Regresi Linear berganda dalam penelitian ini untuk melihat pengujian
variabel-variabel bebas (curahan waktu kerja, bahan bakar minyak/BBM, harga
berpengaruh terhadap variabel terikat pendapatan (Y) dapat dilihat dari hasil uji
di bawah ini:
4.2.2. Hasil Uji Multikolinearitas
Dari hasil uji multikolinieritas yang dapat dilihat pada Coefficient
Correlations, nilai koefisien korelasi antar variabel bebas: curahan waktu kerja,
bahan bakar minyak/BBM, harga kepiting, harga ikan, dan harga udang, pukat
kantong, jaring insang, perangkap adalah < 0,8 .
Sedangkan untuk VIF dari masing-masing variabel seperti pada Tabel di bawah
ini adalah <10.
Tabel 13. Nilai VIF hasil uji multikolinearitas
Curahan
7.11 5.85 2.77 2.18 1.72 4.29 4.86 5.33
Sumber: Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada Lampiran 16.
Sehingga tidak ada masalah multikolinearitas yang terjadi dalam analisis ini.
4.2.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari scatterplot terlihat bahwa gambar titik-titik tidak memiliki pola
tertentu, sehingga model regresi dalam analisis ini dapat digunakan karena tidak
4.2.4. Hasil Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas ini diperoleh :
a. Pada Normal Probability Plots, garis grafik data menyebar mengikuti garis
diagonal sehingga model regresi dikatakan berdistribusi normal.
b. Berdasarkan uji one sample Kolmogorof-Smirnov, diperoleh nilai residual
sebesar 0,43 , sehingga dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, data
dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05.
Karena nilai residual 0,43 > dari 0,05 sehingga hipotesis yang diterima adalah
Ho, dimana distribusi residual tidak berbeda dengan distribusi normal atau
dengan kata lain residual berdistribusi normal.
4.2.5. Hasil Analisis Linear Berganda Karakteristik Nelayan yang mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Dari hasil beberapa uji yang dilakukan maka hasil analisis Linear Berganda
dari variabel-variabel bebas (curahan waktu kerja, bahan bakar minyak/BBM,
harga kepiting, harga ikan, dan harga udang, pukat kantong, jaring insang,
perangkap) yang berpengaruh terhadap variabel terikat pendapatan (Y) dapat