PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN
( Studi pada Dinas Pendpatan Derah Kota Medan )
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)
Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
SKRIPSI
O
L
E
H
050903044
FAHRI ISWAHYUDI
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim
Assalaamua’laikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Puji dan syukur senantiasa Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmatNya sehingga skripsi berjudul “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance
Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai” ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam
juga tak lupa diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya,
semoga kelak kita mendapat syafaat dan pertolongan dari beliau sekaligus diakui sebagai
umatnya. Amin.
Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara serta sebagai wadah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan
yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance oleh Dinas Sosial Kabupaten Toba
Samosir dan tingkat efektivitas kerja pegawai di Dinas Sosial.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam
hal isi maupun penulisan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, Penulis sangat
mengharapkan kritik atau saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini Penulis banyak sekali dibantu oleh segenap keluarga
besar, kerabat dan teman-teman sesama mahasiswa. Oleh karena itu, dalam kesempatan bahagia
ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya, terutama
memberikan dukungan dan kasih sayang yang tiada henti, yang tidak akan pernah terbalaskan
sampai kapanpun jua.
Secara khusus ungkapan terima kasih dan rasa hormat juga ingin diungkapkan kepada
seluruh pihak yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu kepada:
Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Terima kasih. Wassalamualaikum Wr. WB.
Medan, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Kerangka teori ... 5
1.5.1. Sistem Informasi Manajemen ... 5
1.5.2. Efektivitas Kerja... 11
1.5.3.Hubungan antara Sistem Informasi Manajemen dengan Efektivitas Kerja ... 13
1.6. Hipotesis………14
1.7. Defenisi Konsep ... 15
1.8. Defenisi Operasional ... 16
1.9. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian ... 19
II.2 Lokasi Penelitian ... 19
II.3 Populasi dan Sampel ... 19
II.3.1. Populasi ... 19
II.3.2. Sampel ... 19
II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20
II.5. Teknik penentuan Skor ... 21
II.5. Teknik Analisa Data ... 22
III.1.1 Sejarah Kabupaten Asahan ... 25
III.1.2 Kondisi Geografis Kabupaten Asahan ... 28
III.1.3 Pembagian Wilayah Kabupaten Asahan ... 31
III.2.1` Struktur Organisasi Kabupaten Asahan ... 36
III.2.2. Tugas dan Fungsi Kabupaten Asahan ... 38
BAB IV PENYAJIAN DATA IV.1 Identitas Responden ... 45
IV.2 Variabel Responden ... 48
IV.3 Variabel Efektivitas Kerja ... 60
IV. 4 Inter pretasi Data……….72
BAB V ANALISA DATA V.1 Pengujian Hipotesa ... 75
V.2 Analisis Keseluruhan Variabel ... 75
V.3 Ananlisi Korelasi Product Moment ... 78
V.4 Analisa Koefisien Determinan……….80
BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan ... 82
VI..2 Variabel Responden ... 83
DAFTAR PUSTAKA……….. 94
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Jawaban Responden ... 29
Tabel 2. Interpretasi Korelasi Product Moment ... 30
Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
Tabel 4. Identitas Responden Berdasarkan Golongan/Pangkat ... 46
Tabel 5. Identitas responden berdasarkan usia ... 46
Tabel 6. Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 47
Tabel 7. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemahaman Tugas, Fungsi dan Wewenang Sebagai Pegawai Dinas Sosial ... 48
Tabel 8. Distribusi jawaban responden mengenai penyusunan laporan akuntabilitas kinerja ………...………. 48
Tabel 9. Distribusi Jawaban responden mengenai komunikasi Organisasi Dinas Sosial dengan masyarakat... 49
Tabel 10. Distribusi Jawaban responden mengenai sosialisai program kerja ... 49
Tabel 11. Distribusi Jawaban responden mengenai aliran dana kas ... 50
Tabel 12. Distribusi Jawaban responden mengenai keterampilan pegawai ... 51
Tabel 13. Distribusi Jawaban responden menjalankann tugas ... 52
Tabel 14. Distribusi Jawaban responden mengenai pembinaan pegawai ... 53
Tabel 15. Distribusi Jawaban responden mengenai kebutuhan rakyat ... 54
Tabel 16. Distribusi Jawaban responden dalam mempertimbangkan Aspirasi masyarakat ... 55
Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden Mengenai perlakuan
Adil Terhadap Pegawai ... 56
Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keadilan dan kesetaraan ... 57
Tabel 20. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Menyelesaikan tugas ... 57
Tabel 21. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pencapaian Sasaran ... 58
Tabel 22. Distribusi Jawaban Responden Mengenai mencari sendiri alternative solusi masalah ... 59
Tabel 23. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Meminta bantuan kepada rekan kerja ... 60
Tabel 24. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kehadiran di tempat kerja .... 61
Tabel 25. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keberadaan di tempat kerja .. 61
Tabel 26. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penundaan pekerjaan ... 62
Tabel 27. Distribusi Jawaban Responden Mengenai motivasi yang diberikan atasan ... 63
Tabel 28. Distribusi Jawaban Responden Mengenai semangat kerja ... 64
Tabel 29. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja ... 64
Tabel 30. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Beban pekerjaan... 65
Tabel 31. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keahlian pegawai ... 66
Tabel 32. Distribusi Jawaban Responden Mengenai dana yang diberikan ... 67
Tabel 33. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Fasilitas yang tersedia ... 67
Tabel 35. Distribusi Jawaban Responden dalam waktu menyelesaikan tugas ... 69
Tabel 36. Distribusi Jawaban Responden Mengenai kendala dalam tugas ... 69
Tabel 37. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Penerapan
Prinsip- Prinsip Good Governance ... 76
Tabel 38. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat
Efektivitas Kerja pegawai ... 81
ABSTRAKSI
PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN
( Studi pada Dinas Pendpatan Derah Kota Medan )
Skripsi ini disusun oleh :
Nama : Fahri Iswahyudi
NIM : 050903044
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Burhanuddin, M.Si
Didirikannya organisasi pada dasarnya ingin mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dengan lebih efisien dan efektif, dan dengan tindakan yang dilakukan bersama – sama dengan penuh rasa tanggung jawab. Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tercapainya efektifitas kerja bukan saja ditentukan dari banyaknya jumlah pegawai, akan tetapi juga dipengaruhi oleh factor lain, seperti pengelolaan organisasi, pengendalian yang baik yang disebut dengan system informasi manajemen.
Good Governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi public pemerintah. Di dalam Good Governance, terdapat prinsip diantaranya prinsip akuntabilitas, transparansi, responsivitas, partisipasi dan keadilan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap tingkat efektivitas Kerja pegawai. Metode penelitian yang
digunakan adalah Explanatory Research yaitu untuk menguji hubungan antara variabel
penerapan prinsip-prinsip good governance (X) dengan variabel tingkat efektivitas kerja pegawai (Y). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 orang yang terdiri dari 1 orang kepala dinas dan 46 orang pegawai dinas. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara.
Analisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment Pearson dan koefisien
determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip good governance
memiliki hubungan yang kuat/tinggi dengan tingkat efektivitas kerja pegawai dinas. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dimana r = 0,61. Ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara penerapan prinsip-prinsip good governance dengan tingkat efektivitas kerja pegawai, dimana nilai kritiknya pada taraf signifikan 5% adalah 0,291. Sementara koefisien determinan diperoleh sebesar 37,21%. Hal ini menunjukkan tingkat efektivitas fungsi pemerintah desa dipengaruhi oleh penerapan prinsip-prinsip good local governance sebesar 37,21% sementara 62,79% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.
ABSTRAKSI
PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN
( Studi pada Dinas Pendpatan Derah Kota Medan )
Skripsi ini disusun oleh :
Nama : Fahri Iswahyudi
NIM : 050903044
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Burhanuddin, M.Si
Didirikannya organisasi pada dasarnya ingin mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dengan lebih efisien dan efektif, dan dengan tindakan yang dilakukan bersama – sama dengan penuh rasa tanggung jawab. Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tercapainya efektifitas kerja bukan saja ditentukan dari banyaknya jumlah pegawai, akan tetapi juga dipengaruhi oleh factor lain, seperti pengelolaan organisasi, pengendalian yang baik yang disebut dengan system informasi manajemen.
Good Governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi public pemerintah. Di dalam Good Governance, terdapat prinsip diantaranya prinsip akuntabilitas, transparansi, responsivitas, partisipasi dan keadilan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap tingkat efektivitas Kerja pegawai. Metode penelitian yang
digunakan adalah Explanatory Research yaitu untuk menguji hubungan antara variabel
penerapan prinsip-prinsip good governance (X) dengan variabel tingkat efektivitas kerja pegawai (Y). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 orang yang terdiri dari 1 orang kepala dinas dan 46 orang pegawai dinas. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara.
Analisis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment Pearson dan koefisien
determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip good governance
memiliki hubungan yang kuat/tinggi dengan tingkat efektivitas kerja pegawai dinas. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dimana r = 0,61. Ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara penerapan prinsip-prinsip good governance dengan tingkat efektivitas kerja pegawai, dimana nilai kritiknya pada taraf signifikan 5% adalah 0,291. Sementara koefisien determinan diperoleh sebesar 37,21%. Hal ini menunjukkan tingkat efektivitas fungsi pemerintah desa dipengaruhi oleh penerapan prinsip-prinsip good local governance sebesar 37,21% sementara 62,79% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi adalah seperangkat alat yang membantu Anda dalam bekerja serta
melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi. Dalam era globalisasi
dimana persaingan semakin ketat, kebutuhan manusia akan informasi tak bias dielakkkan.
Teknologi informasi merupakan komponen penting bagi pemerintah di era globalisasi. Dalam
rangka peningkatan aktivitas social dan ekonomi, masyarakat dunia telah memasuki suatu
masyarakat yang berorientasi kepada informasi. Sistem informasi dan teknologinya telah
digunakan di berbagai sector kehidupan mulai dari perdagangan, pendidikan (electronic
education), pemerintahan (E-government), kesehatan (Telemedicine) dan sebagainya. Teknologi
informasi mencakup masalah system yang mengumpulkan (collect), menyimpan (store),
memproses, memproduksi dan mengirimkan informasi dari dan ke masyarakat secara efektif dan
cepat.
Para pakar telah mengembangkan orientasi baru dalam bidang informasi yang dikenal
dengan nama Sistem Informasi Manajemen (Information Management System). Kemampuan
manajemen memanfaatkan informasi dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial akan turut
menetukan berhasil tidaknya manajemen yang bersangkutan meraih keberhasilan dalam
mengelola organisasi yang dipimpinnya. Dengan berkembangnya teknologi dan dengan
berubahnya cara organisasi untuk beroperasi dan berkompetensi maka peranan Sistem Informasi
Manajemen juga dituntut untuk berubah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, teknologi
untuk memanfaatkan, mengembangkan dan menguasainya dalam rangka meningkatkan daya
saing dan untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
Dengan adanya keterlibatan manajemen dalam SIM merupakan hal mutlak yang harus
diperhatikan. Adanya pelaksanaan yang tidak mencukupi, prosedur birokrasi yang berbelit-belit,
lamban, biaya yang tinggi dan inefisiensi sehingga pada akhirnya akan menghambat optimalisasi
pelaksanaan otonomi daerah, kurangnya system yang mendukung kelancaran pengumpulan dan
pengolahan data serta penyajian informasi dan rendahnya kualitas dan kuantitas SDM yang
menguasai teknologi informasi yang mendukung pengembangan dan penyelenggaraan system
informasi di daerah, serta kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
pemerintahan terutama yang berhubungan dengan informasi dan tidak didukung oleh system
manajemen yang terarah. Sehingga hal ini menghambat dan mengurangi keefektifan aktivitas
penyelenggara pemerintahan.
Dengan semakin efektifnya kerja para pegawai dapat menjadikan organisasi semakin
tangguh mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Dengan adanya manajemen suatu organisasi
semakin mampu berperan dengan tingkat efektifitas yang tinggi. Efektivitas kerja yang
didefenisikan sebagai penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya dimana
selama dipengaruhi pikirannya, tenaga, cara yang paling cepat (waktu) serta kondisi ruangan
yang dapat mendukung semangat kerja pegawai. Dengan adanya standart manajemen dapat
merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja agar hasil akhir memuaskan
pada pihak-pihak yang mendapatkan pelayanan. Dengan semakin jelasnya manfaat teknologi
informasi maka dapat diperoleh bukti bahwa memang benar informasi telah memberikan
kontribusi bagi pencapaian keinginan maupun masalah yang dihadapi, maka tentu saja
teknologi informasi khususnya para pegawai pemerintahan maka secara sadar mereka akan
memberlakukan informasi sebagai sebuah asset yang tak ternilai.
Sistem Informasi dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan data dan informasi untuk
unit-unit fungsional organisasi pemerintah. Serta dalam menetapkan berbagai kebijakan pemerintah
dan perencanaan pembangunan baik pada tingkat konseptual maupun pada tingkat operasional,
diperlukan adanya berbagai data dan informasi yang akurat, tepat dan cepat guna pengambilan
keputusan sejalan dengan tingkat perkembangan yang semakin maju. Sebagaimana semakin
berkembangnya teknologi informasi yang dapat meningkatkan efektivitas kerja sehingga dapat
meningkatkan pula kualitas kerja yang tinggi, pegawai yang mempunyai motivasi yang tinggi,
untuk mendukung aktivitas-aktivitas pemerintahan, yang meliputi aktivitas intern pemerintah
dalam satu lembaga maupun anatar lembaga pemerintahan, serta aktivitas pemberian layanan
pemerintah untuk masyarakat. Intinya dengan adanya Sistem Informasi Manajemen harus lebih
banyak memberikan kemudahan bukan menambah kerumitan atau kesulitan baru khususnya bagi
penyelenggara pemerintahan dan umumnya bagi masyarakat. Oleh karena itu penggunaan
teknologi informasi khususnya komputerisasi bagi pemerintah harus lebih banyak ditingkatkan
karena memberikan kemudahan dalam urusan-urusan penyelenggaraan pemerintahan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
: “Peranan Sistem Informasi Manajemen dalam meningkatkan Efektivitas Kerja Pegawai
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
perumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana Pelaksanaaa Sistem Informasi
Manajemen di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Asahan?”
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah
yang telah dikemukakan di atas, yakni untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui adakah peranan Sistem Informasi Manajemen dalam
meningkatkan efektivitas kerja pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Asahan.
3. Untuk mengetahui adakah hubungan positif Sistem Informasi Manajemen dengan
Efektivitas Kerja Pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Asahan.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah :
1. Manfaat sesara ilmiah
Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam studi administrasi dan
pembangunan umumnya dan pembangunan bidang pelayanan publik khususnya dengan
Manfaat secara praktis
Secara paraktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memeberikan manfaat sebagai
berikut :
a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi terhadap pemecahan permasalahan yang
terkait dengan operasionalisasi Sistem Informasi Manajemen (SIM).
b. Sebagai masukan baru baik bagi penulis maupun dalam literatur perpustakaan
yang berkaitan dengan masalah-masalah studi administrasi dan pembangunan.
3. Manfaat secara akademis.
Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi strata-1 di Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
1.5 Kerangka Teori
Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti
ini. Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum
melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori
sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah
yang dipilih. (Suyanto, 2005:34)
Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti
dalam memahami masalah yang diteliti.
I.5.1. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen bukan merupakan hal baru. Ruang lingkup SIM sebenarnya
a. Sistem
Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau
subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga
membentuk suatu kesatuan untuk melaksanakan fungsi guna mencapai suatu tujuan (Sutanta,
2003:4).
Suatu system adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Filippo dalam Paulus, 2005:23).
Komponen-komponen atau subsistem dalam suatu system dapat berdiri sendiri-sendiri,
komponen-komponen atau subsistem-subsistem tersebut saling berinteraksi dan saling
berhubungan membentuk suatu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran system tersebut dapat
tercapai.
Pengembangan system dapat berarti menyususn suatu system yang baru untuk
menggantikan system yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki system yang telah ada.
Proses pengembangan system melewati beberapa tahapan dari mulai system itu direncanakan
sampai dengan system tersebut diterapkan, dioperasikan, dan dipelihara.
b. Informasi
Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi
penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat
dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat
mendatang. Untuk memperoleh informasi, diperlukan adanya data yang akan diolah dan unit
Informasi adalah hasil pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen system tersebut
menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan yang
dibutuhkan oleh orang untuk menambah informasi bagi setiap elemen akan berbeda satu sama
lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing (Sutedjo, 2002:168)
Berdasarkan pendapat Griffin (2002:227-228), bentuk informasi yang bermanfaat adalah
sebagai berikut :
1. Akurasi, informasi masih menyediakan refleksi realita yang valid dan dapat
dipercaya.
2. Tepat waktu, informasi tersedia tepat pada saat pemimpin membutuhkannya
untuk membuat keputusan.
3. Kelengkapan, informasi harus lengkap dan jika kurang lengkap maka cenderung
akan mendapatkan gambaran realita yang tidak akurat.
4. Relevansi, informasi harus relevan agar berguna bagi organisasi. Relevansi seperti
halnya ketepatan waktu, ditentukan oleh kebutuhan dan situasi organisasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu informasi adalah fungsi, biaya, nilai, dan
mutu informasi. Informasi mempunyai beberapa fungsi, anatara lain :
1. Menambah pengetahuan
Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan
keputusan
Adanya informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi
dapat diketahui sebelumnya, sehingga menghindari keraguan pada saat
pengambilan keputusan.
3. Mengurangi resiko kegagalan
Adanya informasi akan mengurangi resiko kegagalan, karena apa yang akan
terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya
kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan.
4. Mengurangi keanekaragaman/variasi yang tidak diperlukan
Adanya informasi akan mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan,
karena keputusan yang akan diambil lebih terarah.
5. Memeberi standart aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang
menetukan pencapaian sasaran dan tujuan.
Adanya informasi akan memberikan standart, aturan, ukuran, dan
keputusan-keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasarn dan tujuan yang telah
ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh.
c. Manajemen
Manajemen dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai sumber daya yang
tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen juga dapat dimaksudkan sebagai suatu system
kekuasaan dalam organisasi agar orang-orang menjalankan pekerjaan. Umumnya, sumber daya
yang tersedia dalam manajemen meliputi manusia, material, dan modal. Dalam Sistem Informasi
Manajemen, sumber daya manajemen meliputi tiga sumber daya tersebut ditambah dengan
Mengenai pengertian manajemen banyak ahli memberikan definisinya misalnya James
A.F. Stoner memberikan definisi Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pemimpin dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sutedjo,
2002:2, : “Manajemen terdiri dari proses atau kegiatan yang dilakukan oleh pengelola
perusahaan seperti merencanakan (menetapkan strategi, tujuan dan arah tindakan),
mengorganisasikan, memprakarsai, mengkoordinir dan mengendalikan operasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan”.
Ada 3 alasan utama mengapa manajemen diperlukan, adapun alsan-alasan tersebut :
1) Untuk mencapai tujuan, manajemen dibutuhkan dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi dan pribadi.
2) Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan,
sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang
berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, pelanggan, konsumen
dan pemerintah.
3) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, suatu kerja organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satu cara umum adalah efisiensi dan efektivitas.
d. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen dapat didefinisikan sebagai sekumpulan subsistem yang
saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi
dan bekerjasama antara satu bagian satu dengan yang lainnya dengan cara-cara tertentu untuk
mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar
bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan
akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan operasional,
manajerial, dan strategis organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan
tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.
Pendapat Kronke, David, 1989 dalam Sutedjo, 2002:168, mengemukakan bahwa “Sistem
Informasi Manajemen adalah pengembangan dan penggunaan system-sistem informasi yang
efektif dalam organisasi-organisasi”.
Pendapat Mc Leod, 1995 dalam Sutedjo, 2002:168 juga mengemukakan bahwa “Sistem
Informasi Manajemen didefenisikan sebagai suatu system berbasis computer yang menyediakan
informasi bagi beberapa pemakai yang mempunyai kebutuhan yang serupa”.
Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu system utamanya mengenai apa yang
telah terjadi sekarang dan apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang
dan apa yang mungkin terjadi di masa depan informasi tersebut tersedia dalam laporan periodic,
laporan khusus dan output dari simulasi matematika. Informasi digunakan oleh pengelola
maupun staf lainnya pada saat mereka buat keputusan untuk memecahkan masalah.
Selain itu Stoner, 1996 dalam Sutedjo, 2002:168 mengemukakan bahwa “Sistem
Informasi Manajemen merupakan metode formal yang menyediakan informasi yang akurat dan
tepat waktu kepada manajemen untuk mempermudah proses pengambilan keputusan dan
membuat organisasi dapat melakukan fungsi perencanaan, operasi secara efektif dan
pengendalian.
Sistem Informasi Manajemen adalah suatu system yang diciptakan untuk melaksanakan
berarti penunjangan pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau untuk
pengambilan keputusan oleh organisasi tersebut.
I.5.2. Efektivitas Kerja
Efektivitas menunjukkan perbandingan antara keluaran (output) dan tujuan. Efektivitas
merupakan hubungan antara keluaran dan tujuan yang ingin dicapai. Efektivitas dapat juga
diartikan sebagai kemampuan untuk mengerjakan hal yang benar.
Pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat (1985:16) mengemukakan bahwa
“Efektivitas adalah suatu pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Efektivitas merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama
(Chester, Bernard, 1992:27).
The Liang Gie (1981:35-36), Efektivitas yaitu “Suatu yang berhubungan dengan
hasil-hasil yang dicapai”.
Sondang P. Siagian (1981:35-36) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah suatu
penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, artinya apakah
pekerjaan itu diselesaikan, dan tidak menjawab pertanyaan bagaimanakah cara melaksanakan
dan berupa biaya yang dikeluarkan untuk itu”
Pendapat Katz dan Kahn yang dikutip oleh Richard M. Streers (1980:51-52)
mengemukakan bahwa “Efektivitas sebagai suatu usaha mencapai keuntungan maksimal bagi
organisasi dengan berbagai cara.
Sarwoto (1987:45), Efektivitas adalah sesuatu yang berhasil guna yaitu : pelayanan baik
corak maupun mutunya, dan penggunaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam
Dalam Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis dan Manajemen (1992:163), “Efektivitas adalah
ukuran keberhasilan yang dicapai seseorang atas suatu organisasi atas kegiatan yang
dijalankannya”. Menurut Komaruddin (1994:269), Efektivitas adalah suatu keadaan yang
menunjukkan tingkatan keberhasilan atau kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan lebih dulu.
Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran dapat dicapai,
sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber daya dikelola secara tepat dan benar.
Produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan seberapa jauh
masukan (input) dapat menghasilkan keluaran (output), baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai
dengan standart (baku) yang telah ditetapkan.
Menurut Siagian (2002:40), Produktivitas kerja dipengaruhi oleh factor :
a. Motivasi
b. Kemampuan
c. Ketepatan penugasan
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.
Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja dan kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan ini
dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
Pendapat Moorse (1993:128) mengemukakan bahwa : kepuasan kerja tergantung kepada
apa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya dan apa yang mereka peroleh.
Pendapat Gezels dan Guba (1957:129) mengungkapkan bahwa kepuasan adalah fungsi
dari tingkat keserasian antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh, atau antara
Faktor-faktor penetu kepuasan kerja, beberapa peneliti (seperti Glison dan Durick,
1998:56, Rosseau, 1978:129) mengemukakan bahwa variabel-variabel tersebut dapat
dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu :
1) Karakteristik pekerjaan terdiri dari keanekaragaman ketrampilan, identitas tugas,
otonomi, keberatan tugas.
2) Karakteristik organisasi terdiri dari formalisasi, sentralisasi, kepemimpinan.
3) Karakteristik individu terdiri dari : jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, masa
kerja dan sebagainya.
Efektivitas kerja pegawai yaitu penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang ditentukan
sebelumnya dimana semua dipengaruhi pikiran, tenaga, cara yang paling cepat (waktu) serta
kondisi ruangan yang dapat mendukung semangat kerja pegawai.
Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan mengenai efektivitas, maka dapatlah
disimpulkan bahwa yang dikatakan efektivitas adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakan
secara bersama terhadap pencapaian dan pemenuhan beberapa ketentuan, yang dicapai sesuai
dengan standart yang berlaku dalam organisasi bersangkutan.
I.5.3. Hubungan antara Sistem Informasi Manajemen dengan Efektivitas Kerja Sistem Informasi Manajemen sebagai metode formal menyediakan informasi yang akurat
dan tepat waktu kepada manajemen yang diperlukan untuk mempermudah proses pengambilan
fungsi perencanaan, pengendalian dan operasi secara efektif. Sistem menyediakan informasi
mengenai masa lalu, masa kini, dan proyeksi masa depan serta mengetahui peristiwa yang terjadi
di dalam dan di luar organisasi.
Peranan computer dapat membantu secara maksimal, karena output computer memang
Informasi Manajemen yang menjamin bahwa tugas-tugas spesifik dapat dilakukan secara efektif
dan efisien. Sistem Informasi Manajemen menyediakan informasi dalam jumlah banyak yang
tepat waktu dan rinci yang diambil dari operasi sehari-hari. Sistem Informasi Manajemen dapat
membuat rencana strategis dan pengendalian manajemen sehingga tujuan orrganisasi dapat
dicapai dengan efektif.
Sistem Informasi Manajemen yang mampu memberikan informasi yang canggih dan
cepat merupakan keniscayaan dari adaptasi yang diperlukan. Sungguh, kecenderungan utama
dalam system informasi adalah kearah pengembangan kemampuan yang dimaksud untuk
menampung penyesuaian terhadap perubahan organisasi yang cepat. Pengembangan suatu
Sistem Informasi Manajemen merupakan keharusan mutlak apabila pimpinan organisasi ingin
melakukan tugas-tugas kepemimpinan dengan efektif. Sistem Informasi Manajemen akan dapat
mengurangi pemborosan dan inefisiensi, serta meningkatkan produktivitas para pegawai. Sistem
Informasi Manajemen dapat menjadi mekanisme penting pengendalian untuk memastikan
operasi secara efektif dalam organisasi. Operasi dapat diatur secara logis, dirampingkan, dan
dimonitor di berbagai tempat menggunakan Sistem Informasi Manajemen dalam computer
diseluruh organisasi. Dalam pengertian ini Sistem Inforamsi Manajemen berfungsi sebagai
semacam struktur organisasi yang paralel dengan garis wewenang formal organisasi. Keduanya
membuat struktur pengendalian apa yang terjadi didalam organisasi. Sistem Informasi
Manajemen menjadi semacam pendamping bagi perencanaan strategis dan manajemen operasi
seperti organisasi.
I.6. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenaranya perlu
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. (Sugiyono,
2005:70).
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengetengahkan suatu hipotesis yang
dilandaskan pada teori yang relevan, yaitu dengan adanya Sistem Informasi Manajemen maka
diharapkan Efektivitas Kerja Pegawai dapat ditingkatkan.
Adapun hipotesisnya adalah:
Ho: Tidak ada hubungan Sistem Informasi Manajemen dengan Efektivitas Kerja
Ha: Ada hubungan positif antara Sistem Informasi Manajemen dengan Efektivitas Kerja
Pegawai.
I.7. Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang memang merujuk
ke gejala nyata ke alam empirik. Konsep adalah sarana merujuk kedua empiris, dan bukan
merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu
sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan definisi dari beberapa
konsep yang digunakan :
1) Sistem Informasi Manajemen merupakan suatu kegiatan pengolahan data-data
menjadi informasi-informasi tidak atau dengan menggunakan computer dimana
informasi yang dihasilkan akan memberikan akses dalam pengambilan keputusan.
2) Efektivitas Kerja merupakan suatu pekerjaan yang mencapai tujuan dapat berhasil
serta berpedoman kepada rencana kerja yang telah ditetapkan atau juga bagaimana
pegawai dalam bekerja mampu memenuhi hasil yang sesuai dengan kualitas kerja,
kepuasan kerja, serta produktivitas kerja yang terdapat dalam bagian kerjanya, jika
sesuatu yang ingin dicapai itu betul-betul dapat diraih, maka tujuann\ya efektif.
I.8. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur
variabel melalui indikator-indikatornya.
Variabel bebas adalah Sistem Informasi Manajemen dengan indikatornya: Variabel Bebas (X)
1) Pengumpulan data yang mempunyai sifat tepat waktu, tepat guna, tepat sasaran,
dapat dipercaya, jelas (tidak memberikan tafsiran yang berlainan) dan fleksibel
(mudah dan cepat menyesuaikan).
2) Mengefektifkan proses pengambilan keputusan, sehingga didapat
keputusan-keputusan yang mempunyai sifat tidak terlambat, memperhatikan semua factor,
sesuai dengan masalah yang dihadapi, tidak ragu-ragu dan telah mengikuti proses
pengambilan keputusan dengan konsisten.
3) Membebaskan pimpinan dan staf dari kegiatan mengolah data atau informasi
(kecuali informasi yang bersifat rahasia), sehingga kesediaan waktu akan
meningkat untuk menjalankan fungsi-fungsi.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Efektivitas Kerja dengan indicator sebagai
berikut :
1) Kualitas Kerja, dengan indicator :
a. Reliabilitas, yakni kestabilan atau konsistensi
b. Prediksi, yakni prakiraan atau ramalan
c. Efisiensi, yakni ketepatan cara menjalankan tugas dengan baik dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya
2) Kepuasan Kerja, dengan indicator :
a. Kedisiplinan, yakni kesadaran dan kesediaan dalam menaati peraturan dan
norma-norma social yang berlaku
b. Moral Kerja, yakni sikap, perbuatan, kewajiban atau kondisi yang
membuat orang tetap berani, bersemangat
3) Produktivitas Kerja, dengan indicator :
a. Kuantitas Kerja, yakni jumlah atau standart yang harus diselesaikan dan
berapa banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan
b. Ketepatan Waktu, yakni dapat menentukan standart jangka waktu dalam
menyelesaikan pekerjaan
c. Keahlian atau Ketrampilan, yakni memiliki ketrampilan, baik teknis
maupun yang manajerial. Terampil apabila yang bersangkutan dalam
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hiotesis, definisi konsep,
definisi operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian , lokasi penelitian, populasi dan sampel
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasai yang akan di analisa, serta memuat pembahasan atau
interpretasi dari data-data yang disajikanpada bab sebelumnya.
BAB V: ANALISA DATA
Bab ini berisi analisa dari hasil di lapangan dan dokumentasi.
BAB VI: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah
BAB II
METODE PENELITIAN
II.1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan judul tersebut maka bentuk penelitian ini adalah bentuk korelasional dan
dilakukan dengan kuantitatif, dengan menggunakan rumus statistik untuk membantu
menganalisa data dan fakta yang diperoleh di lapangan.
II.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Asahan Sumatera Utara.
II.3. Populasi dan Sampel
II.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertetu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2005:90).Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Asahan yang berjumlah 36 orang.
II.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2005:91).
jumlah popuilasi. Hal ini dikarenaka jumlah populasi yang kurang dari 100 orang. Maka jumlah
sampel yang digunakan adalah sebanyak 36 orang.
Dalam penelitian ini peneliti juga memakai key informan untuk mendukung penjelasan
data kuesioner dalam penelitian ini, adapun key informan dalam penelitian ini adalah kepala
Dinas, Sekretaris, dan Kasubbag Umum/Kepegawaian yang keseluruhannya berjumlah 3 orang
yang diambil dengan menggunakan metode purposive atau secara sengaja berdasarkan
pertimbangan tertentu.
II.4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klasifikasi jenis dan
sumbernya, yaitu :
1. Teknik pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrument sebagai berikut :
a. Metode Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang yang berhubungan dengan
penelitian. Penelitian ini melakukan wawancara langsung dengan kepala Camat,
kaur sosial kemasyarakatan, dan kepala desa yang keseluruhannya berjumlah 5
orang
b. Metode Angket/kuesioner digunakan sebagai alat pendamping dalam
mengumpulkan data. Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka yang memberi pilihan
jawaban pada responden dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan
oleh penulis.
c. Metode Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap
2. Teknik pengumpulan data sekunder :
a. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui
literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan
makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian dan
penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan masalah-masalah yang diteliti.
II.5. Teknik Penentuan Skor
Teknik pengumpulan oleh nilai yang digunakan untuk penelitian ini adalah memakai
skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner yang disebarkan kepada responden (Singarimbun,
1995:102)
Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing
alternatif jawaban apakah tergolong dengan skala sebagai berikut :
1. Untuk pilihan jawaban a diberi nilai / skor 3
2. Untuk pilihan jawaban b diberi nilai / skor 2
3. Untuk pilihan jawaban c diberi nilai / skor 1
Untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing
variable tergolong tinggi, sedang, atau rendah, maka terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya
Banyak bilangan Skor tertinggi – skor terendah
3 - 1
3
= 0,66
Sehingga dengan demikian dapat ditentukan kategori jawaban responden masing-masing
variabel, yaitu :
a. skor untuk kategori tinggi = 2.34 – 3.00
b. skor untuk kategori sedang = 1.67 – 2.33
c. skor untuk kategori rendah = 1.00 – 1.66
II.6. Teknik Analisa Data
Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas (X)
dengan variabel terikat (Y) adalah korelasi Pearson Product Moment. Penggunaan teknik
korelasi seperti ini didasarkan atas sumber yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang
berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong tinggi, sedang atau rendah.
1. Koefisien Korelasi Pearson Product Moment
Adapun rumus koefisien korelasi Pearson Product Moment (Sugiyono 2004:212) adalah
sebagai berikut:
( )( )
( )
{
2 2}
{
2( )
2}
. . .
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − = y y N x x N y x xy N rxy keterangan : xy R= Angka indeks korelasi “r” Pearson Product Moment
∑
xy = Jumlah perkalian antara skor x dan y∑
x = Jumlah skor x∑
y = Jumlah skor yUntuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Nilai r yang positif menunjukkan hubunggan kedua variabel positif, artinya
kenaikan nilai variabel yang satu diakui oleh nilai variabel yang lain.
b. Nilai r yang negative menunjukkan hubungan kedua variabel negative, artinya
menurunya nilai variabel yang satu dengan diikuti meningkatnya nilai variabel yang
lain.
c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan
hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainya berubah .
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel
berdasarkan nilai r (Koefisien Korelasi), digunakan penafsiran interprestasi angka yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2004:214), yaitu:
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
Sangat rendah
Rendah
Sedang
0,80 – 1,000 Sangat tinggi
Sumber : Sugiyono (2004:214)
Dengan nilai Rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel
korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau tidak, table korelasi
ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan, 5,00 (%) bila
nilai r yang signifikan artinya, hipotesis alternative dapat diterima.
2. Koefisien Determinant
Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas
/ indevenden (X) terhadap variabel terikat / devenden (Y). Perhitungan dilakukan dengan
menguadratkan Nilai Koefisien Pearson Product Moment
( )
2
xy R
x 100 (%).
D =
( )
2
xy R
x 100 (%).
Keterangan:
D = Koefisien Determinan
( )
2xy R
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
I.Gambaran Umum Kabupaten Asahan 1.1 Sejarah berdirinya Kabupaten Asahan
Pada hakikatnya, kita tentu harus mengetahui secara merinci bagaimana hal-hal yang
melatarbelakangi suatu lokasi penelitian tepatnya daerah yang diteliti adalah Kabupaten Asahan
yang memiliki sejarah daerah dimana dari pemberian nama daerah tersebut hingga pengesahan
daerah tersebut menjadi kabupaten yang telah di legalisasikan oleh pemerintah pusat melalui
pemerintahan daerah.
Berikut adalah gambaran sejarah terbentuknya kabupaten tersebut yang berawal dari
perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat
dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan
Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan
ASAHAN. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah “Tanjung” yang merupakan pertemuan antara
sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu
juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai” untuk tempat
menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini
cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal
dengan “Tanjung Balai”.
Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja
kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan kesultanan
Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di
daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada
kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan
berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda.
Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler,
yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, Nomor 2 tentang
pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah
pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Onder Afdeling Batu Bara
2. Onder Afdeling Asahan
3. Onder Afdeling Labuhan Batu.
Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh
Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya. Wilayah pemerintahan
Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:
1. Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang.
2. Distrik Kisaran.
3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.
Sedangkan wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur
yaitu:
1. Self Bestuur Indrapura
2. Self Bestuur Lima Puluh
4. Self Bestuur Suku Dua ( Bogak dan Lima Laras ).
Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942), sejak saat itu
Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan Belanda. Pemerintahan
Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan struktur pemerintahan Belanda yaitu
Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di
bagi menjadi Distrik yaitu Distrik Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei
Kepayang. Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17
Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan
perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945,
Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu
pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan
dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada. Tanggal 15 Maret 1946, berlaku
struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh
Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah,
sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu:
1. Kewedanan Tanjung Balai
2. Kewedanan Kisaran
3. Kewedanan Batubara Utara
4. Kewedanan Batubara Selatan
5. Kewedanan Bandar Pulau.
1.2. Kondisi Geografis Kabupaten Asahan
Setelah penjelasan gambaran bagaimana sejarah daerah Kabupaten Asahan , maka
seyogyanya harus mengetahui bagaimana potensi dan sumber daya yang meliputi kondisi
geografis, iklim, dataran, perbukitan dan lain-lain serta aspek-aspek yang mencakup politik,
ekonomi, sosial dan budaya dari masayarakat yang mendiami kabupaten Asahan tersebut.
Berikut adalah gambaran jelasa Kabupaten Asahan :
Letak dan Geografi
Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera
Utara. Secara geografis Kabupaten Asahan berada pada 2003’00”- 3026’00" Lintang Utara,
99001-100000 Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut.
Kabupaten Asahan menempati area seluas 371.945 Ha yang terdiri dari 13 Kecamatan,
176 Desa/Kelurahan Definitif. Wilayah Kabupaten Asahan di sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Batu Bara, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Toba Samosir, di
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Malaka.
Iklim
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara,
Kabupaten Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit
Menurut catatan Stasiun Klimatologi PTPN III Kebun Sei Dadap, pada tahun 2007
terdapat 132 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 2.150 mm. Curah hujan terbesar
terjadi pada bulan September yaitu 342 mm dengan hari hujan sebanyak 12 hari. Sedangkan
curah hujan paling kecil terjadi
pada bulan Maret sebesar 8 mm dengan hari 3 hari. Rata-rata curah hujan tahun 2007 mencapai b
Wilayah pesisir Asahan pada umumnya datar dengan kemiringan lereng 0 – 3%. Pada
daerah berbukit di sebelah Barat Daya, umumnya merupakan wilayah bergelombang dengan
kemiringan 3 – 8 %. Dataran pesisir Asahan merupakan dataran rendah dengan elevasi 0 – 200
m. Pesisir pantai terdapat di Timur Laut, sementara wilayah Barat Daya merupakan tempat
titik-titik tertingginya, sehingga wilayah tersebut melereng dari Barat Daya ke Timur Laut.
Pada wilayah Kecamatan Bandar Pasir Mandoge terdapat Dk. Haboko yang merupakan
pegunungan memanjang dari Selatan ke Utara yang memiliki lereng terjal, sementara di sebelah
Barat Daya juga terdapat kelurusan gunung dengan arah yang sama dengan tebing terjal juga
(wilayah pada Kecamatan Bandar Pasir Mandoge yang bukan merupakan pesisir Asahan).
Sementara diantara pegunungan dan Dk. Haboko merupakan wilayah dataran. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa daerah tersebut mempunyai struktur lipatan dengan lapisan-lapisan
batuan keras dan lunak.
Wilayah pesisir Asahan merupakan dataran yang sering mengalami banjir, baik yang
disebabkan arus sungai maupun laut. Hal tersebut membentuk beberapa jenis dataran, antara lain:
dataran pantai, dataran banjir, dataran rawa, dataran tanah bencah dan delta. Banjir yang sering
dataran. Karena itu banyak wilayah yang dimanfaatkan sebagai daerah perkebunan besar di
kawasan ini.
Dataran pantai merupakan dataran yang dibentuk oleh wilayah laut yang muncul ke darat.
Dataran ini membentuk pantai yang landai yang makin lama makin meninggi. Sebagian pantai
merupakan rawa dan tanah bencah, karena sering terjadi pasang di wilayah tersebut yang
menyebabkan tanah berair dan membentuk rawa. Dataran rawa juga terbentuk di muara-muara
sungai, di daerah pertemuan sungai dan penyempitan sungai.
Perbukitan
Perbukitan di wilayah pesisir Asahan tidak banyak dijumpai. Daerah berbukit terdapat di
bagian Barat Daya, yaitu Kecamatan Bandar Pasir Mandoge dan Kecamatan Bandar Pulau.
Ketinggiannya hanya mencapai ± 200 m. Bukit tersebut memiliki lereng yang landai, kecuali Dk.
Haboko yang merupakan bukit memanjang dan memiliki lereng yang terjal dengan kemiringan
30 – 50%. Secara umum bukit-bukit tidak memperlihatkan pola yang teratur, karena merupakan
bukit tua yang sudah dikikis arus sungai. Kikisan arus sungai tersebut membentuk
bukit-bukit kecil berlereng landai yang tidak berpola.
Sungai
Wilayah pesisir Asahan merupakan pesisir di laut pedalaman, berbatasan dengan Selat
Malaka. Arus laut mengalir di sepanjang pantai dari Utara ke Selatan atau sebaliknya, bukan
merupakan arus yang tegak lurus pantai. Karena itu, daya kikis yang dimiliki air laut tidak begitu
menunjukkan bahwa wilayah Asahan sangat dipengaruhi oleh pengikisan dan pengendapan
aliran sungai dibanding arus laut.
Pada umumnya sungai yang terdapat di wilayah pesisir Asahan mempunyai pola
dendritik. Hal ini disebabkan oleh bentuk wilayahnya yang melereng dari arah Barat Daya ke
Timur Laut. Sungai-sungai muda terdapat di bagian Barat Laut yang mengalir seperti
cabang-cabang pohon ke induk sungainya. Induk-induk sungai tersebut mengalami proses pengikisan
dan pengendapan dan beralih menjadi sungai dewasa dan tua di sebelah Timur Laut. Hampir
semua induk-induk sungai tersebut mengalir ke Sungai Asahan yang merupakan sungai tua di
bagian Timur Laut.
Sungai Asahan merupakan sungai terbesar di wilayah pesisir Asahan. Sungai ini memiliki
meanders besar, banyak endapan di tengah sungai, hampir tanpa kecepatan, gradien kecil, dan
lembah sungai yang lebar, yaitu sampai ± 1 km di daerah muaranya. Sungai ini sering
mengakibatkan banjir karena mengalir di daerah datar dan memiliki banyak pertemuan dengan
sungai dewasa dan sungai tua lain yang mengalir sebagai anak sungainya, sehingga membentuk
delta sungai yang merupakan dataran banjir dan rawa di wilayah pertemuan sungai tersebut
dengan laut.
1.3 Pembagian Wilayah Kabupaten Asahan
Pembagian wilayah kabupaten Asahan berdasarkan pada Konferensi Pamong Praja
se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur
pemerintahan, yaitu:
2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati
3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih
4. Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas ) Wilayah Kecamatan terdiri dari;
a. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu :
• Kecamatan Tanjung Balai
• Kecamatan Air Joman
• Kecamatan Simpang Empat
• Kecamatan Sei Kepayang
b. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
• Kecamatan Kisaran
• Kecamatan Air Batu
• Kecamatan Buntu Pane
c. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu :
• Kecamatan Medang Deras
• Kecamatan Air Putih
d. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu:
• Kecamatan Talawi
• Kecamatan Tanjung Tiram
• Kecamatan Lima Puluh
e. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :
• Kecamatan Bandar Pulau
• Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.
Berdasarkan keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963 Tanggal 16
Pebruari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kotamadya Tanjung Balai
ke kota Kisaran dengan alasan supaya Kotamadya Tanjung Balai lebih dapat mengembangkan
diri dan juga letak Kota Kisaran lebih strategis untuk wilayah Asahan. Hal ini baru teralisasi
pada tanggal 20 Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980,
Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.
Pada tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor 26 Tahun 1982. Dengan
adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26-432 tanggal 27 Januari 1986 dibentuk
Wilayah Kerja Pembantu Bupati Asahan dengan 3 (tiga) wilayah Pembantu Asahan, yaitu :
Pembantu Bupati Wilayah-I berkedudukan di Lima Puluh meliputi :
1. Kecamatan Medang Deras
2. Kecamatan Air Putih
3. Kecamatan Lima Puluh
4. Kecamatan Talawi
5. Kecamatan Tanjung Tiram
Pembantu Bupati Wilayah-II berkedudukan di Air Joman meliputi :
1. Kecamatan Air Joman
2. Kecamatqan Meranti
4. Kecamatan Simpang Empat
5. Kecamatan Sei Kepayang
Pembantu Bupati Wilayah-III berkedudukan di Buntu Pane meliputi:
1. Kecamatan Buntu Pane
2. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
3. Kecamatan Air Batu
4. Kecamatan Pulau Rakyat
5. Kecamatan Bandar Pulau
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1981 dan Peraturan
Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pembentukan, Penyatuan,
Pemecahan dan Penghapusan Desa di Daerah Tingkat II Asahan telah dibentuk 40 ( empat
puluh) Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan sebanyak 15 (lima belas) yang tersebar
dibeberapa Kecamatan, yang peresmian pendefinitifan-nya dilaksanakan oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 20 Pebruari 1997, sesuai dengan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 146/2622/SK/Tahun 1996 tanggal 7
Agustus 1996.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 138/
814.K/Tahun 1993 tanggal 5 Maret 1993 telah dibentuk Perwakilan Kecamatan di 3 (tiga)
Kecamatan, masingmasing sebagai berikut :
1. Perwakilan Kecamatan Sei Suka di Kecamatan Air Putih
2. Perwakilan Kecamatan Sei Balai di Kecamatan Tanjung Tiram
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Asahan no. 323 tanggal 20 September 2000 dan Peraturan
Daerah Kabupaten Asahan no. 28 tanggal 19 September 2000 telah menetapkan tiga kecamatan
perwakilan yaitu Kecamatan Sei Suka, Aek Kuasan dan Sei Balai menjadi kecamatan yang
Definitif. Kemudian berdasarkan Peraturan Bupati Asahan Nomor 9 Tahun 2006 tanggal 30
Oktober 2006 dibentuk 5 (lima ) desa baru hasil pemekaran yaitu :
• Desa Tomuan Holbung, pemekaran dari desa Huta Padang, Kec. BP Mandoge
• Desa Mekar Sari, pemekaran dari desa Pulau Rakyat Tua, Kec. Pulau Rakyat
• Desa Sipaku Area, pemekaran dari desa Simpang Empat, kec. Simpang Empat
• Desa Sentang, pemekaran dari desa Lima Laras, kec. Tanjung Tiram
• Desa Suka Ramai, pemekaran dari desa Limau Sundai, kec. Air Putih.
Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2007 tanggal 15
Juni 2007 tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan dimekarkan menjadi
dua Kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Wilayah Asahan terdiri atas 13 kecamatan
sedangkan Batu Bara 7 kecamatan. Tanggal 15 Juni 2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati
Asahan Nomor 196-Pem/2007 mengenai penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa
Gajah masuk dalam wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya ketiga desa
tersebut masuk dalam wilayah kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara, namun mereka
memilih bergabung dengan Kabupaten Asahan.
Struktur Pemerintahan Kabupaten Asahan pada saat ini terdiri dari :
• Sekretariat Daerah Kab. Asahan
• Sekretariat DPRD Kab. Asahan
• Inspektorat
• 7 Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan dan 3 berbentuk Kantor.
• 13 Kecamatan
• 149 D e s a
• 27 Kelurahan
2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Asahan
Struktur Organisasi harus memiliki struktur, dimana struktur organisasi adalah
gambaran secara skematis tentang hubungan kerjasama dari orang-oranga yang ada
dalam organisasi untuk mencapai tujuan.
Adapun susunan organisasi pada Badan Peremcanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Asahan adalah sebagai berikut:
A. Kepala Daerah
B. Sekretaris Daerah, membawahi :
1. Sub bagian Rencana Kegiatan
2. Sub bagian umum
3. Sub bagian Keuangan
C. Bidang Bina Pendaftaran
1. Sub bidang Administrasi pengumpulan dan analisa data
2. Sub bidang Pemerintahan.
4. Sub bidang evaluasi dan pengujian.
D. Bidang Bina Pencatatan
1. Sub bidang pertanian
2. Sub bidang industry, pertambangan dan energi
3. Sub bidang perekonomian daerah dan dunia usaha.
E. Bidang Pengolahan Data dan Informasi
1. Sub bidang pertanian
2. Sub bidang Perhubungan dan pariwisata.
3. Sub bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup
4. Sub bidang pemukiman.
F. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Penduduk
1. Sub bidang kesejahteraan rakyat
2. Sub bidang pemerintahan dan penerangan
2.2 Tugas dan Fungsi Struktur Organisasi Kabupaten Asahan
2.2.1 Kepala Daerah
1. Perumusan Kebijakan teknis dalam lingkup perencanaan pembangunan daerah.
2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dalam bidang
perencanaan pembangunan daerah.
3. Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil.
4. Mengkoordinir dinas/instansi dan kecamatan di daerah dalam perencanaan
pembangunan daerah.
5. Pembinaan staf dilingkungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
2.2.2.Sekretaris Daerah
1. Menyusun laporan kegiatan Badan perencanaan pembangunan daerah.
2. Mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian,
perlengkapan dan kerumahtanggaan dilingkungan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil.
3. Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil.
4. Membina staf bidang sekretariat.
5. Melaksanakan tugas lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang
1. Sub Bagian Rencana Kegiatan
1. Menyiapkan penyusunan jadwal rencana kegiatan tahunan Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil.
2. Melakukan koordinasi dengan setiap bidang untuk persiapan pelaksanaan jadwal
kegiatan.
3. Memonitor dengan mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan.
2. Sub Bagian Umum
1. Menyusun rencana dan program kerja pada urusan umum.
2. Menyelenggarakan urusan tata usaha termasuk penangan arsip dilingkungan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
3. Melaksanakan pengelolaan urusan tata usaha naskah dinas.
3. Sub Bagian Keuangan
1. Mempersiapkan bahan dan rencana anggaran.
2. Melaksanakan penyusunan rencanan anggaran dan program kerja keuangan
dilingkungan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
2.2.3 Bidang Bina Pendaftaran
1, Menyusun program dibidang penelitian dan pembangunan
3. Melakukan inventarisasi permasalahan dibidang penelitian dan pengembangan
1. Sub bidang pengumpulan dan analisa data
1. Melakukan pengelolaan data pendukung perencanaan pembangunan dari berbagai
aspek.
2. Mensistemasi data dimaksud sehingga dapat memudahkan dalam penggunaan
perencanaan maupun penelitian.
2. Sub bidang pemerintahan
1. Menginventarisasi hasil penyelenggaran pemerintahan.
2. Menginventarisasi permasalahan dan mempersiapkan perumusan pemecahannya.
3. Sub bagian ekonomi, sosial, pembangunan dan keuangan.
1. Menginventarisasi hasil pembangunan.
2. Menginventarisasi permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan bidang
ekonomi, sosial , pembangunan dan keuangan.
4. Sub bidang evaluasi dan pengujian
1. Melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan rencana pembangunan.
2. Menginventarisasi permasalahan pelaksanaa rencana pembangunan.
2.2.4 Bidang Ekonomi
1. Melakukan kegiatan perencanaan pembangunan dibidang ekonomi baik jangka
pendek , menengah maupun jangka panjang.
2. Mengkoordinasikan dan memadukan rencana pembangunan dibidang ekonomi.
1. Mengkoordinasikan penyusunan program dilingkungan pertanian termasuk jangka
pendek, menengah dan jangka panjang.
2. Menyiapkan penyusunan program dan kegiatan pembangunan dibidang pertanian.
2. Sub bidang Industri, pertambangan dan energy
1. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
industry, pertambangan dan energy.
2. Menyiapkan bahan untuk menyusun pemecahan masalah industry, pertambangan
dan energy.
3. Sub bidang perekonomian daerah dan dunia usaha.
1. Mengkoordinasikan penyusunan program dibidang perekonomian daerah dan
dunia usaha baik jangka pendek , menengah maupun jangka panjang.
2. Mengkoordinasikan dan memadukan rencana pembangunan dibidang fisik dan
prasarana daerah,
3. Melakukan inventarisasi permasalahan dibidang perencanaan fisik dan prasarana
daerah serta mencari langkah-langkah pemecahan dan pengambilan keputusan.
2.2.5Bidang Fisik dan prasarana
1. Menyelenggarakan kegiatan perencanaan pembangunan dibidang fisik dan
prasarana daerah.
2. Mengkoordinasikan dan memadukan rencana pembangunan dibidang fisik dan
3. Melakukan inventarisasi permasalahan dibidang perencanaan fisik dan prasarana
daerah serta mencari langkah-langkah pemecahan dan pengambilan keputusan.
1. Sub bidang pengairan
1. Mengkoordinasikan perencanaam program dan kegiatan pembangunan dibidang
pengairan dengan instansi terkait merencanakan pembangunan pengairan jangka
pendek, menengah dan jangka panjang.
2. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
pengairan.
2. Sub bidang perhubungan pariwisata
1. Mengkoordinasikan dan melakukan kegiatan perencanaan pembangunan dibidang
perhubungan dan pariwisata baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
2. Memadukan rencana pembangunan perhubungan dan pariwisata.
3.Sub bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup
1. Mempersiapkan penyusunan program dan kegiatan pembangunan sumber daya
alam dan lingkung