• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI USU

PROGRAM S1-EKSTENSI MEDAN

ANALISIS PEMBENTUKAN DISONANSI KOGNITIF KONSUMEN

PEMILIK SEPEDA MOTOR YAMAHA

MATIC

PADA

MAHASISWA S1 PROGRAM REGULER DAN

EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

USU MEDAN

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD ARIF HARAHAP 060521027

M A N A J E M E N

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Muhammad Arif Harahap (2009). Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Dosen Pembimbing: Bapak Drs Raja Bongsu Hutagalung, Msi. Ketua Departemen Manajemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I: Ibu Dr. Endang Sulistiya Rini, SE, M.Si dan Dosen Penguji II: Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disonansi kognitif pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada Mahasiswa Manajemen Reguler dan Ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan.

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara deskriptif dan statistik melalui analisis faktor yang menggunakan program SPSS versi 14 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis faktor diketahui bahwa ke-22 faktor dari dimensi emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada mahasiswa Manajenen Reguler san ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan atau dapat disimpulkan bahwa disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic rendah. Sedangkan dari 22 faktor dapat direduksi menjadi 6 (lima) faktor utama yaitu harapan tepat, pilihan tepat, perasaan tepat, keadaan tepat, keputusan tepat dan persetujuan tepat.

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi rahmat dan hidayah Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda

motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler Dan Ekstensi

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Tidak lupa shalawat

beriring salam penulis haturkan kepada Junjungan Nabi Besar Rasullah Muhammad S.A.W beserta keluarga dan para sahabat yang diharapkan syafaat Nya di kemudian hari.

Penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, demi sukses dan lancarnya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak melakukan pembaharuan dan terobosan di berbagai bidang hingga memajukan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Dra. Nisrul Irawaty, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajeman Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Raja Bongsu Hutagalung, Msi selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu, memotivasi dan memberi perhatian penuh kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan benar.

5. Dr. Endang Sulistiya Rini, M.Si dan Liasta Ginting, SE, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi baiknya skripsi ini.

6. Para dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik mahasiswa/i dengan penuh dedikasi, loyalitas dan profesionalitas guna membentuk mahasiswa/i yang berkarakter sehingga siap untuk menyongsong masa depan.

7. Kedua orang tua penulis tercinta yakni M. Idris Harahap dan Siti Fatimah yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan dukungan dalam segala hal.

8. Kakak dan abang penulis yakni Nur Ismanizar Harahap dan M. Januar Yusuf Harahap serta abang ipar Arif Suheri yang telah banyak memberi nasehat, motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Kemanakan penulis Fadiah dan Naila serta adinda Ayu yang jadi inspirasi dan penambah semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

(5)

terutama kawan-kawan manajemen pemasaran 05 Eks dan kawan-kawan D3 Keuangan 02.

11.Para karyawan/wati Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Pegawai Departemen Manajemen: Bang Jumadi, Kak Dani, Kak Vina, Kak Nur yang telah banyak membantu penulis dalam perkuliahan maupun penilisan skripsi ini..

12.Pihak-pihak lainnya yang tidak penulis cantumkan di atas oleh karena itu penulis memohon maaf. Semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Medan, Juni 2009 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Kerangka Konseptual ... 3

D. Hipotesis ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

1. Batasan Operasional ... 7

2. Definisi Operasional Variabel... 7

3. Pengukuran Variabel ... 9

4. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 10

5. Populasi dan Sampel ... 10

6. Jenis Data ... 12

7. Teknik Pengumpulan Data ... 12

8. Teknik Analisis Data ……… … ... 13

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Definisi Produk ... 18

C. Atribut Produk ... 19

D. Pengembangan Produk ... 20

E. Differensiasi Produk ... 23

(7)

G. Perilaku Pembelian ... 25

H. Cognitive Dissonance 26 I. Dimensi Cognitive Dissonance... 27

J. Postpurchase Dissonance ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Profil Yamaha ... 29

B. Profil Yamaha Matic ... 34

C. Gambaran Umum Yamaha Matic ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Sampel... 40

B. Analisis Deskriptif ... 42

1. Variabel Emosional ... 43

2. Variabel Kebijaksanaan Pembelian ... 48

3. Variabel Perhatian Setelah Transaksi... 49

C. Analisis Faktor ... 51

1. Variabel Emosional ... 52

2. Variabel Kebijaksanaan Pembelian ... 60

3. Variabel Perhatian Setelah Transaksi... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Halaman

Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel ... 8

Tabel 1.2 Instrumen Skala Likert ... . 9

Tabel 1.3 Populasi dan Sampel ... 11

Tabel 3.1 Spesifikasi Mio ... 35

Tabel 3.2 Spesifikasi Mio Sporty CW ... 37

Tabel 3.3 Spesifikasi Mio Soul ... 38

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur ... 40

Tabel 4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jurusan ... 41

Tabel 4.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Stambuk ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Emosional ... 43

Tabel 4.6 Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Kebijakan Pembelian ... 48

Tabel 4.7 Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel perhatian Setelah Transaksi ... 50

Tabel 4.8 KMO and Bartlett’s Test ... 53

Tabel 4.9 Anti-images Matrices ... 54

Tabel 4.10 Total Variance Explained ... 56

Tabel 4.11 Component Matrix(a) ... 57

Tabel 4.12 KMO and Bartlett’s Test ... 60

(9)

Tabel 4.14 Total Variance Explained ... 61

Tabel 4.15 KMO and Bartlett’s Test ... 62

Tabel 4.16 Anti-images Matrices ... 63

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 4

Gambar 3.1 Logo Yamaha ... 33

Gambar 3.2 Yamaha Mio ... 35

Gambar 3.3 Yamaha Mio Sporty CW ... 36

(11)

ABSTRAK

Muhammad Arif Harahap (2009). Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Dosen Pembimbing: Bapak Drs Raja Bongsu Hutagalung, Msi. Ketua Departemen Manajemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I: Ibu Dr. Endang Sulistiya Rini, SE, M.Si dan Dosen Penguji II: Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disonansi kognitif pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada Mahasiswa Manajemen Reguler dan Ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan.

Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara deskriptif dan statistik melalui analisis faktor yang menggunakan program SPSS versi 14 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian melalui analisis faktor diketahui bahwa ke-22 faktor dari dimensi emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi mempunyai pengaruh negatif terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada mahasiswa Manajenen Reguler san ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan atau dapat disimpulkan bahwa disonansi kognitif konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic rendah. Sedangkan dari 22 faktor dapat direduksi menjadi 6 (lima) faktor utama yaitu harapan tepat, pilihan tepat, perasaan tepat, keadaan tepat, keputusan tepat dan persetujuan tepat.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang konsumen dapat merasakan ketidaknyaman setelah melakukan suatu pembelian atau tidak. Apabila konsumen merasakan ketidaknyamanan pasca melakukan transaksi pembelian berarti konsumen telah mengalami kondisi disonansi kognitif. “Disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan pembelian karena konflik setelah pembelian” (Kotler dan Armstrong, 2001: 228). Kondisi disonansi kognitif pembeli dapat diukur dengan tiga dimensi yakni emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi. Seorang konsumen akan mengalami disonansi kognitif pasca melakukan pembelian suatu produk, terutama sekali produk yang mahal salah satu contohnya adalah produk otomotif seperti sepeda motor.

(13)

suaranya tidak berisik, suku cadangnya lebih mudah didapat dan dilengkapi dengan bagasi yang cukup luas namun tetap hemat bahan bakar. Dari hal inilah yang membuat banyak masyarakat memilih menggunakan sepeda motor matic Yamaha Mio, sehingga menempatkan sepeda motor ini sebagai salah satu sepeda motor terlaris di Indonesia.

Mahasiswa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang banyak menggunakan kendaraan sepeda motor untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Sepeda motor automatic merupakan salah satu pilian mereka karena sepeda motor automatic lebih mudah dikendarai dan cocok untuk pria dan wanita. Namun

informasi-informasi baik informasi-informasi yang positif maupun yang negatif mengenai sepeda motor Yamaha matic akan membuat konsumen dalam dalam hal ini Mahasiswa merasa dihadapkan pada suatu kondisi yang membingungkan, dimana kepercayaan mereka tidak sejalan bersama, hal inilah yang akan mengakibatkan timbulnya disonansi.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi USU.

B. Perumusan Masalah

(14)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature (Kuncoro, 2003: 4).

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknect dan Soutar (2000: 369) menyatakan bahwa Cognitive Dissonance dapat di ukur dengan tiga dimensi yaitu: Emotional, Wisdhom of Purchase, Concern Over the Deal. Kerangka penelitian ini

mengemukakan variabel-variabel yang akan diteliti yaitu Emotional (Emosional) sebagai X1, Wisdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) sebagai X2, Concern

Over the Deal (Perhatian setelah Transaksi) sebagai X3, dan Cognotive Dissonance

(Disonansi Kognitif) sebagai Y.

Emotional (Emosional) adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami

(15)

baru untuk mengukur Cognitive Dissonance karena sudah digunakan Sweeney, at all (2003: 227) untuk mengukur Cognitive Dissonance pada penelitian sebelumnya.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Soutar dan Sweeney, 2003 (data diolah oleh penulis)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah, yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiono, 2003:306).

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis penelitian ini adalah:

“Faktor- faktor dari dimensi Emosional (Emotional) yaitu telah membuat sesuatu

yang salah (1), putus asa (2), menyesal (3), kecewa (4), takut(5), hampa (6), marah

(7), cemas (8), kesal (9), frustasi (10), sakit hati (11), depresi (12), marah dengan

diri sendiri (13), muak (14), mendapat masalah (15), Kebijakan Pembelian

(Wisdom of Purchase) yaitu telah melakukan hal yang tepat untuk membeli sepeda

motor Yamaha matic (16), merasa bahwa sangat membutuhkan sepeda motor

Yamaha matic (17), seharusnya tidak perlu membeli suatu apapun (18), telah

membuat pilihan yang tepat (19), Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the

Deal) yaitu telah melakukan kesalahan dengan persetujuan yang dibuat (20), telah

melakukan suatu ketololan (21), tenaga penjual telah membuat bingung (22),

Emotional (Emosional) (X1)

Wisdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) (X2)

Concern Over the Deal (Perhatian setelah Transaksi) (X3)

(16)

mempunyai pengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen

Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Mahasiswa S1 Program Reguler dan

Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

b. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Sebagai sumbangan informasi dan pengetahuan agar dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelanggannya.

b. Bagi Departemen Manajemen FE USU

Menambah koleksi skripsi di perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(17)

Untuk memperdalam pengetahuan di bidang manajemen pemasaran mengenai perubahan sikap konsumen pasca pembelian.

d. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasioanal

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen (X) yaitu seberapa besar pengaruh disonansi kognitif pemilik sepeda motor Yamaha Matic yang terdiri dari variabel Emotional (Emosional) sebagai X1, Wisdhom of Purchase (kebijaksanaan Pembelian)

sebagai X2, dan Concern Over the deal (Perhatian setelah Transaksi) sebagai

X3.

2. Variabel dependen (Y) yaitu pembentukan Cognitive Dissonance (disonansi kognitif) pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada mahasiswa S1 Program Regular dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

2. Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasional varibel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu juga memberi batasan-batasan pada obyek yang akan diteliti.

a. Emosional (Emotional)

(18)

b. Kebijakan Pembelian (Wisdom of Purchase)

Berkaitan dengan keputusan yang telah dilakukan, disini konsumen mempertanyakan apakah dia telah membeli suatu barang yang benar-benar dengan apa yang dibutuhkannya.

c. Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal)

Berkaitan dengan kekecewaan konsumen dimana pada kondisi ini konsumen cenderung kurang yakin dengan keputusan yang telah dibuatnya (Sweeney, et all).

Tabel 1.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi

Variabel Indikator Pengukuran

Variabel

1.Membuat sesuatu yang salah; 2.putus asa; 3.menyesal; 4.kecewa; 5.takut; 6.hampa; 7.marah; 8.cemas; 9.kesal; 10.frustasi; 11.sakit hati; 12.depresi; 13.marah dengan diri sendiri; 14.muak; 15mendapat masalah. motor Yamaha matic; 2.perlu membeli sepeda motor Yamaha matic; 3.telah membuat pilihan yang tepat; 4.telah melakukan hal yang tepat.

(19)

Variabel

1.tidak merasa melakukan suatu ketololan; 2.tenaga penjual tidak membuat mereka bingung; 3.merasa nyaman dengan persetujuan yang telah dibuat.

Skala Likert

Sumber: Soutar dan Sweeney, 2003 (data diolah penulis)

3. Pengukuran Variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah faktor Emotional (emosional), Wisdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) dan Concern Over the Deal

(Perhatian setelah Pembelian). Ketiga variabel tersebut diukur dengan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono 2006:104).

Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden, dengan menggunakan skala 1 sampai 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

(20)

Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia pada penelitian ini, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu (5, 4, 3, 2, 1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan, dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang menjadi tafsir sebagai posisi responden dalam skala likert.

4. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampus Ekonomi Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. T. M. Hanafiah, SH Medan. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan peneliti dengan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada Mahasiswa Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara yang dilakukan pada bulan Februari 2009 sampai April 2009.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Manajemen Fakultas Ekonomi USU yaitu angkatan 2006 dan angkatan 2007 yang telah menggunakan sepeda motor Yamaha Matic yang berjmlah 685 orang.

b. Sampel

Metode penarikan sampel yang dipakai adalah Propotianate Stratified Random Sampling. Propotianate Stratified Random Sampling yaitu metode

penarikan sampel acak secara proporsional untuk setiap kelompok strata dalam populasi. Tehnik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiono, 2006:92).

(21)

N n = 1 + (Ne2)

dimana:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi e = Taraf Kesalahan 10%

Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 87,26 dibulatkan menjadi 87 orang dengan taraf kesalahan 10%. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan sampel dalam penlitian ini, dapat dilihat pada Table 1.3.

Tabel 1.3

(22)

6. Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data).

a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner dan wawacara kepada responden terpilih.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan mepelajari berbagai tulisan dari buku, jurnal, majalah dan internet untuk mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ialah: a. Kuesioner

Meyebarkan daftar petanyaan kepada responden terpilih tentang bagaimana pengaruh faktor Emotional (Emosional), Wishdhom of Purchase (Kebijaksanaan Pembelian) dan Concern Over the Deal (Perhatian setelah Pembelian) berpengaruh terhadap pembentukan Cognitive Dissonance (Disonansi kognitif) konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU.

b. Wawancara

(23)

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dibuat untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan kuesioner, dan pembahasan teoretis. Peneliti juga menyertakan informasi yang didapat melalui artikel yang relevan dari jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian.

8. Teknik Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis, dengan cara data disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mereduksi faktor sehingga didapat faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Nokia berkamera pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, analisis faktor menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 14.0 for Windows Evaluation Version.

Proses dasar dari analisis faktor, adalah:

(24)

kesal atau jengkel (9), merasa frustasi (10), merasa sakit hati (11), merasa depresi (12), merasa marah dengan diri sendiri (13), merasa muak (14), mendapat masalah (15). Variabel Kebijakan Pembelian (Wisdom of Purchase) terdiri dari 4 faktor yaitu merasa bahwa telah melakukan hal yang tepat untuk membeli sepeda motor Yamaha matic (16), merasa bahwa sangat membutuhkan sepeda Yamaha matic (17), merasa bahwa seharusnya tidak perlu membeli suatu apapun (18), dan merasa bahwa telah membuat pilihan yang tepat (19). Variabel Perhatian setelah Transaksi (Concern Over the Deal) terdiri dari 3 faktor yaitu terkejut bahwa telah melakukan kesalahan dengan persetujuan yang dibuat (20), telah melakukan suatu ketololan (21), terkejut bahwa tenaga penjual telah membuat bingung (22).

2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode Bartlett test of sphercity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling

Adequacy). Hipotesis untuk signifikansi adalah:

Ho = Sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut Hi = Sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan):

Angka Sig.>0,05 maka Ho diterima Angka Sig,<0,05 maka Ho ditolak

Angka MSA (Measure of Sampling Adequacy) berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:

(25)

MSA<0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan variabel lainnya.

Dasar MSA ini akan digunakan untuk menganalisis setiap variabel.

3. Hasil Anti Image Matrics perlu diperhatikan, khususnya pada angka korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah). Dengan kriteria angka MSA seperti dibahas di atas, maka apabila terlihat MSA variabel tidak memenuhi batas 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan kemudian pengujian diulang lagi. Misal ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan tentunya proses pengujian tetap diulang.

4. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni factoring atau melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Banyak metode untuk melakukan proses ekstraksi, namun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode yang paling populer digunakan yaitu Principal Component Analysis.

(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

(27)

B. Definisi Produk

Penawaran produk adalah jantung dari program pemasaran suatu organisasi dan biasanya merupakan langkah awal dalam membentuk bauran pemasaran. Sebuah produk didefinisikan sebagai segala sesuatu, baik menguntungkan maupun tidak, yang diperoleh seseorang melalui pertukaran (Lamb, 2001: 414).

Kebanyakan orang menganggap bahwa produk adalah barang yang dikenal sehari-hari. Barang memang produk, akan tetapi produk lebih luas maknanya. Simamora (2001: 3) menyebutkan, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Senada dengan itu Kotler dan Armstrong (2001: 346) menyebutkan, produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Profesor Theodore Levitt dari Harvard berpendapat: Sebuah produk bukanlah sebuah produk jika tidak dapat dijual. Atau sebenarnya barang itu hanyalah sebuah benda museum”(Kotler, 2003: 159).

Definisi produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen didalam pemasaran. Kepuasan konsumen tidak hanya mengacu pada bentuk fisik produk, melainkan satu paket kepuasan yang didapat dari pembelian produk kepuasan tersebut merupakan akumulasi kepuasan fisik, psikis, simbolis, dan pelayanan yang diberikan oleh produsen.

(28)

produk tidak hanya meliputi aspek fisik produk (tangible features), tetapi juga aspek non fisik (intangible features) seperti citra dan jasa yang tidak dapat dilihat.

C. Atribut Produk

Mowen dan Michael (2002: 312) menyebutkan , atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki oleh objek. Atribut intrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat actual produk, sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk, seperti nama merek, kemasan dan label.

Perusahaan harus menyadari bahwa kepercayaan terhadap obyek, atribut, dan manfaat menunjukan persepsi konsumen, dan karena itu, umumnya kepercayaan seseorang konsumen berbeda dengan konsumen lainnya. Mereka juga harus mengingat bahwa kepercayaan mereka sendiri terhadap sebuah merek tertentu sangat berbeda dari pasar target. Kepercayaan yang kita katakan mewakili assosiasi yang konsumen bentuk diantara objek, atribut, dan manfaat, didasarkan atas proses pembelajaran kognitif. Seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan :

1. Kepercayaan atribut-objek (Object - attribute believe)

(29)

Seseorang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan masalah-masalah mereka dan memenuhi kebutuhan mereka dengan kata lain, memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan atribut dengan manfaat ini menggambarkan jenis kepercayaan kedua, yang disebut kepercayaan atribut-manfaat. Kepercayaan atribut-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan, atau memberikan, manfaat tertentu. Persepsi bahwa sebuah kendaraan yang dikendarai di tanah lapang memberikan pandangan yang lebih baik tentang jalan merupakan kepercayaan atribut-manfaat.

3. Kepercayaan manfaat-objek (object benefit believe)

Jenis kepercayaan ketiga dibentuk dengan menghubungkan objek dan manfaatnya. Kepercayaan objek-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang, atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat akan timbul karena dengan membeli sebuah Ford Explorer atau Jeep Cherokee, saya akan memiliki pandangan yang sangat baik tentang jalanan.

D. Pengembangan Produk.

(30)

konsep (concept testing), pengembangan produk (product development), dan pengujian pasar (market testing).

Pembangkitan ide (idea generation) dari pengembangan produk baru meliputi lima bidang utama dari analisis perilaku konsumen yang berguna bagi para manajer ketika mereka sedang menghimpun ide-ide untuk produk baru adalah: sikap konsumen, perubahan gaya hidup, faktor-faktor situasional, budaya lainnya, dan sub budaya.

Pengujian konsep (concept testing) meliputi pengujian awal tentang ide produk. Konsep produk adalah keinginan konsumen dimana perusahaan mencoba untuk membentuknya menjadi sebuah ide produk. Misalkan konsep produk untuk komputer pribadi yang baru adalah membuat komputer yang diinginkan konsumen sebagai prodk yang mudah digunakan, mudah dibawa, IBM compatible, kuat dan murah harganya. Perusahaan akan menentukan apakah ada pasar untuk konsep produk seperti itu, dengan demikian perusahaan harus melakukan analisis pemosisian-produk serta survey untuk mengidentifikasi setiap konsumen terhadap konsep seperti ini.

(31)

Fase pengembangan produk telah disimpulkan memuaskan, maka produk dapat diuji untuk dipasarkan. Pengujian pasar (maketing testing) meliputi kegiatan penempatan produk melalui distribusi terbatas pada konsumen keseluruhan bauran pemasaran (Mowen dan Michael, 2002: 58).

Kotler dan Armstrong (2001: 399) menyebutkan, perusahaan dapat memperoleh produk baru dalam dua cara. Pertama adalah melalui akusisi dengan membeli seluruh perusahaan, sebuah paten, atau sebuah lisensi untuk menghasilkan prodk orang lain. Kedua adalah melalui pengembangan produk baru dalam departemen penelitian dan pengembangan milik perusahaan. Produk baru yang dimaksud adalah produk original, perbaikan produk, modifikasi produk, dan merek baru yang dikembangkan perusahaan melalui berbagai upaya penelitian dan pengembangannya sendiri. Produk baru penting untuk mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan dan keuntungan perusahaan serta untuk menggantikan produk-produk yang sudah kuno.

Senada dengan itu Lamb (2001: 446) menyebutkan, Konsultan manajemendan teknologi booz, Allen dan Halminton telah mempelajari proses pengembangan produk baru lebih dari tiga puluh tahun. Menganalisa lima penelitian besar selama periode tersebut, berkesimpulan bahwa perusahaan yang sukses dalam mengembangkan dan memperkenalkan produk baru umumnya melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat komitmen jangka panjang yang diperlukan untuk mendukung inovasi dan pengembangan produk baru.

b. Menggunakan pendekatan khusus perusahaan, digerakan oleh tujuan korporasi dan strategi-strategi yang telah ditegaskan sebagai strategi utama mereka.

(32)

d. Membangun suatu lingkaran gaya manajemen, struktur organisasi dan dukungan manajemen puncak yang kondusif guna mencapai tujuan spesifik produk baru serta tujuan korporasi.

Kebanyakan perusahaan mengikuti proses pengembangan produk baru yang dilakukan secara formal, biasanya dengan menjalankan strategi produk baru.

E. Differensiasi Produk.

Diferensiasi adalah aktivitas untuk mendesain produk agar memiliki ciri khas yang membedakannya dengan produk pesaing. Differensiasi ini memerlukan penelitian penelitian pasar yang cukup serius karena agar bisa benar-benar berbeda, diperlukan pengetahuan tentang produk pesaing. Diferensiasi produk ini biasanya hanya mengubah sedikit karakter produk, antara lain kemasan dan tema promosi tanpa mengubah spesifikasi produk, meskipun itu diperbolehkan (Http:kopisusu.wordpress.com).

Tujuan dari strategi diferensiasi adalah mengembangkan positioning yang tepat sesuai keinginan konsumen potensial yang ingin dituju. Pasar akan melihat perbedaan produk anda dan akan dibanding dengan produk pesaing, sehingga akan lebih mudah mengembangkan marketing mix untuk produk tersebut.

Kotler (2003:6) menyebutkan cara melakukan diferensiasi adalah sebagai berikut:

a. Produk (fitur, performa, kesesuaian, daya tahan, kehandalan, kemampuan untuk diperbaiki, gaya, desain).

b. Jasa (pengiriman, pemasangan, pelatihan bagi pelanggan, konsultasi dan perbaikan). c. Tenaga kerja (kompentensi, keramahan, kredibilitas, keandalan, kecepatan,

(33)

d. Citra (simbol, media tertulis dan audio/video, suasana, dan peristiwa).

Mowen dan Michael (2002: 55) menyebutkan, differensiasi produk (product differentiation) adalah proses memanipulasi bauran pemasaran untuk menempatkan

sebuah merek, sehingga para para konsumen dapat merasakan perbedaan yang berarti antara merek tersebut dengan pesaingnya.

F. Macam-macam Differensiasi Produk.

Menurut Kotler (2000: 329), diferensiasi produk dapat dibedakan menjadi: a. Bentuk

b. Keistimewaan (Feature) c. Mutu Kinerja

d. Mutu Kesesuaian e. Daya Tahan (Durability) f. Keandalan (Reability) g. Mudah Diperbaiki h. Gaya (Style)

i. Rancangan (Design)

G. Perilaku Pembelian

(34)

Kotler membagi perilaku pembelian kedalam empat tipe perilaku pembelian berdasarkan tingkat keterlibatan pembelian dan tingkat perbedaan diantara merek.

1. Perilaku Pembelian Kompleks.

Konsumen berada dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai persepsi yang signifikan mengenai perbedaan diantara merek. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya, sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya.

2 Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi

Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan pembelian yang mahal, tidak sering atau beresiko, namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau memberikan kenyamanan. Konsumen akan memperhatikan informasi yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

3. Perilaku Pembelian Kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi dimana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar merek Konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Pemasar dapat membuat keterlibatan antara produk dan konsumennya, misalnya dengan menciptakan produk yang melibatkan situasi atau emosi personal melalui iklan.

(35)

Perilaku ini terjadi dalam kondisi dimana konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus ini konsumen sering kali beralih merek. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk–produk yang sering dibeli, harga murah, dan konsumen sering mencoba merek–merek baru.

H. Cognitive Dissonance

Ketika orang menghadapi ketidak-konsistenan atau keraguan antara nilai atau opini konsumen dan perilaku konsumen, konsumen cenderung merasa adanya ketegangan didalam dirinya yang disebut ketidaksesuaian kognitif (cognitive dissonance) (Lamb, 2001: 195).

Cognitive Dissonance dideskripsikan sebagai suatu kondisi yang membingungkan, yang terjadi pada seseorang ketika kepercayaan mereka tidak sejalan bersama. Kondisi ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, perasaan, dan tindakan mereka agar sesuai dengan pembaharuan. Disonansi dirasakan ketika seseorang berkomitmen pada dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan yang tidak konsisten dengan perilaku dan kepercayaan mereka yang lainnya.

Menurut Festinger, cognitive dissonance theory dibentuk dalam tiga konsep yaitu:

a. Seseorang lebih suka untuk konsekuen dengan cognitions mereka dan tidak suka menjadi tidak konsisten dalam pemikiran, kepercayaan, emosi, nilai dan sikap. b. Disonansi terbentuk dari ketidaksesuian psycological, lebih dari ketidaksesuaian

logical, dimana dengan meningkatkan ketidaksesuaian akan meningkatkan disonansi

(36)

c. Disonansi adalah konsep Psychological yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa diukur.

d. Disonansi adalah konsep psychological yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa diukur.

I. Dimensi Cognitive Dissonance

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknecht dan Soutar (200: 369) menyatakan bahwa cognitive Dissonance dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu: Emotional, Wisdhom of Purchase, dan Concern Over the deal. Emotional adalah

ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Wisdhom of Purchase adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Concern Over the Deal adalah ketidaknyaman yang dialami seseorang setelah transaksi

pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayan mereka. Dimensi ini menghasilkan 22 item yang dapat digunakan untuk mengukur cognitive dissonance. Tiga dimensi dari 22 item tersebut bukan hal yang baru untuk mengukur cognitive dissonance karena sudah digunakan Sautar dan Sweeney (2003: 227) untuk cognitive

dissonance pada penelitian sebelumnya.

J. Postpurchase Dissonance

(37)

komitmen memberi uang muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang mahal seperti kendaraan bermotor atau komputer, mereka sering mulai merasa disonansi kognitif ketika mereka berpikir tentang keunikannya dan kualiatas positif dari merek yang tidak dipilih.

Dissonansi cognitive yang timbul setelah terjadinya pembelian disebut

postpurchase Dissonance. Dimana pada purchase dissonance, konsumen memiliki

(38)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.Profil Yamaha

Yamaha corporation didirikan pada tanggal 1 juli 1955 dan bermarkas di Shizuoka jepang. Selain Yamaha motor, Yamaha Corporation juga turut membawahi produk-produk seperti boats, recreational vehicles, marine engines, personal watercrafts, electrohybrid vehicles, automobile engines, aeronautics, power product,

pools, aqua environments, life science, parts, dan intellegnt machinery.

Yamaha corporation memiliki cabang di berbagai daerah di dunia antara lain Amerika Utara, Eropa, Asia/Oceania, Australia, Jepang, dan Amerika Latin.

Misi perusahaan adalah menjadi sebuah perusahaan yang menciptakan kando (sebuah perasaan kepuasan yang mendalam yang dirasakan secara terus menerus ketika seseorang mengalami atau menghadapi sesuatu). Yamaha adalah sebuah perusahaan yang menawarkan kesenangan dan kehidupan yang lebih terpuaskan bagi semua orang di seluruh dunia.

Prinsip-prinsip manajemen :

1. Menciptakan nilai yang melebihi harapan pelanggan

2. Menetapkan sebuah lingkungan perusahaan yang membantu perkembangan penghargaan diri sendiri

3. Memenuhi tanggung jawab sosial pada masyarakat global

(39)

terdapat beberapa perusahaan yang dinaungi dan berafiliasi dengan Yamaha corporation antara lain :

1. PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) 2. PT. Yamaha Motor Manufacturing West Java (YMMWJ) 3. PT. Yamaha Motor Parts Manufacturing Indonesia (YPMI) 4. PT. Yamaha Motor Nuansa Indonesia (YMNI)

5. PT. Yamaha Motor Electronics Indonesia (YEID) 6. PT. TOYO BESQ Precision Parts Indonesia (TBI) 7. PT. Kyowa Indonesia

8. PT. Sakura Java Indonesia

Pasar Indonesia telah lama diperhitungkan sebagai salah satu pasar terbesar di dunia. Peluang Yamaha untuk mendominasi pasar di masa depan terbentang luas, karena Yamaha mengutamakan kualitas, kesempurnaan produk, inovasi tanpa henti, termasuk aspek pelayanan pada konsumen.

Saat ini Yamaha indonesia memiliki Fasilitas produksi seluas lebih dari 300.000 m2, Lebih dari 6000 teknisi dan Staff yang terlatih, Kapasitas produksi lebih dari 3.500 sepeda motor per hari, Inventaris suku cadang yang besar dan lengkap, Tiga jalur perakitan yang beroperasi selama 24 jam, Dukungan fasilitas penunjang yang lengkap: Penelitian dan Pengembangan, pelatihan khusus, dan fasilitas penunjang modern.

Penghargaan atas yang pernah di raih Yamaha indonesia antara lain : 1. Sertifikat ISO 9001 pada tahun 2001

2. Sertifikat ISO 14001 pada tahun 2004.

(40)

muda sedunia, Yamaha terus memperbaharui visi dengan memanfaatkan keunggulan teknologi. Bagian Penelitian dan Pengembangan Yamaha bertanggungjawab dalam mempersiapkan langkah yang diperlukan untuk merealisasikan visi ini menjadi kenyataan. Dibantu dengan sistem komputerisasi yang tercanggih, tim profesional kami memastikan bahwa setiap jenis sepeda motor yang dihasilkan telah didisain sesuai dengan perkembangan zaman, serta merefleksikan kualitas modern dan dinamis, sejalan dengan keinginan konsumen.

(41)

9001. Untuk memenuhi persyaratan ISO 9001, maka setiap proses manufaktur harus mengikuti Pedoman Mutu yang sudah dibakukan. Pedoman ini mengatur semua aspek prosedur, perencanaan, dan instruksi kerja yang mutlak harus dilaksanakan dengan tepat, sehingga mutu setiap produksi tetap terpelihara.

Kualitas Yamaha tidak hanya sebatas selesai produksi saja. Yang terpenting adalah memastikan bahwa seluruh produk dapat tiba di tempat tujuan tepat pada waktunya dan dalam kondisi yang sama baiknya seperti pada saat meninggalkan pabrik. Baik pengiriman melalui darat, laut, maupun udara, standar dan efisiensi yang tinggi diterapkan dalam kualitas pengemasan Yamaha. Sejak 1974 kami telah memproduksi lebih dari 5.000.000 sepeda motor. Hal ini memberikan banyak pengalaman bagi kami dalam melaksanakan proses pengemasan dan pengiriman yang sesuai, yang sangat penting bagi konsumen.

Untuk memastikan bahwa konsumen Yamaha di seluruh pelosok Nusantara dapat menikmati standar kualitas yang sama untuk setiap produk dan pelayanan, maka Yamaha telah menunjuk pihak-pihak yang profesional dan dapat diandalkan sebagai mitra kerja. Melalui jaringan lebih dari 800 Dealer, Yamaha menyediakan dukungan pelayanan yang lengkap, termasuk jasa perawatan dan penyediaan suku cadang. Yamaha indonesia menyediakan :

1. Lebih dari 800 Dealer di seluruh Indonesia

2. Layanan jasa perawatan dan suku cadang yang lengkap

3. Lebih dari 140.000 jenis suku cadang

(42)

sepeda motor dan suku cadang ke negara-negara di Eropa, Amerika Latin, Afrika dan negara Asia lainnya, semakin memantapkan reputasi Yamaha di dunia sebagai produsen sepeda motor dengan performa dan kualitas yang tinggi.

Yamaha Indonesia memiliki komitmen untuk menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Selain mendukung berbagai program sosial, Yamaha juga menyediakan kursus/ pelatihan kepada mahasiswa mengenai teknik sepeda motor. Dengan fasilitas yang sama juga memberikan pelatihan teknik kepada individu perorangan di luar perusahaan Yamaha, berupa bimbingan bagi mereka yang berminat untuk menjalankan usaha kecil pelayanan dan perawatan sepeda motor (bengkel). Suatu program yang sangat populer dan telah berlangsung lama di Indonesia adalah penyelenggaraan program tahunan balap sepeda motor Yamaha, yang membuka peluang bagi para pemenang yang berbakat untuk mendapatkan sponsor penuh dalam YAMAHA RACING TEAM dan berkesempatan untuk turut serta dalam ajang balap sepeda motor Internasional.

Sumber

Gambar 3.1 Logo Yamaha

B. Profil Yamaha Matic

Di awal tahun 2000-an Yamaha Indonesia mengeluarkan produk skuter outometic yaitu Yamaha Nuovo yang merupakan cikal bakal dari produk Yamaha matic

(43)

tahun 2004, Yamaha Mio pada awalnya diposisikan sebagai motor untuk kaum wanita namun seiring berjalannya waktu para pria pun menginginkan hal yang sama. Karena itu produsen sepeda motor Jepang ini merancang sepeda motor skuter otomatis untuk pria yaitu Yamaha Mio Soul. Yamaha Mio Soul ini merupakan modifikasi dari Yamaha Mio. Produk skuter bertransmisi otomatis Yamaha Mio soul ini ditujukan khusus untuk penggemar sepeda motor skuter otomatis segmen pria, dengan body lebih besar dan sporty dibanding dengan sepeda motor Yamaha Mio. Selain itu, tampilan Mio Soul

terlihat lebih futuristik dengan spedometer berdesain mirip badan pesawat tempur, Stealth.

Sejak tahun 2005 penjualan Yamaha mengalami peningkatan yang sangat signifikan setiap tahunnya yaitu berkisar 300 ribu unit per tahun. Serta menjadikan Yamaha berada pada peringkat kedua klasemen penjualan sepeda motor di indonesia sampai sekarang. Adapun sumbangsih terbesar berasal dari penjualan sepeda motor bertipe moped, khususnya Yamaha Mio. Bahkan Yamaha Mio berada pada peringkat pertama dalam klasemen penjualan sepeda motor matic mengalahkan merek-merek saingan seperti Honda Vario, Beats, dan Suzuki Spin.

C. Gambaran Umum Yamaha Matic

(44)

1. Mio

Harga On The Road untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

MESIN Keterangan

Tipe Mesin 4 langkah, SOHC 2-Klep pendingin udara Diameter x Langkah 50.0 x 57.9 mm

Volume Silinder 113.7 CC Perbandingan Kompresi 8.8 : 1

Kopling Kering, Sentrifugal Otomatis Susunan Silinder Tunggal

Karburator NCV24x1 (Keihin) Sistem Pengapian DC-CDI

Pelumas Wet Sump

Kapasitas Oli Mesin 0.9 Liter

Transmisi V-Belt Otomatis Rasio Gigi 2.399 - 0.829 Caster / Trail

Mesin

26.5 derajat/ 100 mm

Keterangan

Sistem Rem Depan Hydraulic Single Disc Sistem Rem Belakang Drum

CHASIS

(45)

Jarak Sumbu Roda 1,240 mm Jarak ke Tanah 130 mm Tinggi Tempat Duduk 745 mm

SUSPENSI / BAN

Suspensi Depan Teleskopik Suspensi Belakang Teleskopik Ukuran Ban Depan 70/90-14MC 34P Ukuran Ban Belakang 80/90-14MC 34P

PERFORMA

Dimensi (P x L x T) 1,820 x 675 x 1,050 mm Sistem Starter Kick & Electric

Daya Maksimum 6.54 Km (8.9 ps) / 8,000 rpm Torsi Maksimum 7.84 Nm (0.88 kgf.m) / 7,000 rpm

GARANSI

3 tahun/ 36.000 Km : Mesin (Sesuai ketentuan)

2 tahun : kelistrikan (Rotor, Stator, CDI, Ignition Coil, Motor Starter Assy) 6 bulan/ 6.000 Km : Umum (Diluar kelistrikan)

SERVIS GRATIS : 3 kali + 2 kali oli mesin

Spesifikasi Mio Sporty CW

Product Name : MIO SPORTY CW Product Type : Automatic

Product Price : Rp. 12,085,000

(46)

MESIN Keterangan

Tipe Mesin 4 langkah, SOHC 2-Klep pendingin udara AIS (Air Induction System) EURO 2 Ready Diameter x Langkah 50.0 x 57.9 mm

Volume Silinder 113.7 CC Perbandingan Kompresi 8.8 : 1

Kopling Kering, Sentrifugal Otomatis Susunan Silinder Tunggal

Karburator NCV24x1 (Keihin) Sistem Pengapian DC-CDI

Pelumas Wet Sump

Kapasitas Oli Mesin 0.9 Liter

Transmisi V-Belt Otomatis Rasio Gigi 2.399 - 0.829

Caster / Trail 26.5 derajat/ 100 mm Sistem Rem Depan Hydraulic Single Disc Sistem Rem Belakang Drum

CHASIS

Berat Kosong 87 Kg Tipe Rangka Steel Tube Kapasitas Tangki

Tinggi Tempat Duduk 745 mm

SUSPENSI / BAN

Suspensi Depan Teleskopik Suspensi Belakang Teleskopik Ukuran Ban Depan 70/90-14MC 34P Ukuran Ban Belakang 80/90-14MC 34P

PERFORMA

Dimensi (P x L x T) 1,820 x 675 x 1,050 mm Sistem Starter Kick & Electric

Daya Maksimum 6.54 Km (8.9 ps) / 8,000 rpm Torsi Maksimum 7.84 Nm (0.88 kgf.m) / 7,000 rpm

GARANSI

3 tahun/ 36.000 Km : Mesin (Sesuai ketentuan)

2 tahun : kelistrikan (Rotor, Stator, CDI, Ignition Coil, Motor Starter Assy) 6 bulan/ 6.000 Km : Umum (Diluar kelistrikan)

(47)

3. Mio Soul

Harga On The Road untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

MESIN Keterangan

Tipe Mesin 4 langkah, SOHC 2-Klep pendingin udara AIS (Air Induction System) EURO 2 Ready Diameter x Langkah 50.0 x 57.9 mm

Volume Silinder 113.7 CC Perbandingan Kompresi 8.8 : 1

Kopling Kering, Sentrifugal Otomatis Susunan Silinder Tunggal

Karburator NCV24x1 (Keihin) Sistem Pengapian DC-CDI

Pelumas Wet Sump

Kapasitas Oli Mesin 0.9 Liter

Transmisi V-Belt Otomatis Rasio Gigi 2.399 - 0.829

Caster / Trail 26.5 derajat/ 100 mm Sistem Rem Depan Hydraulic Single Disc Sistem Rem Belakang Drum

CHASIS

(48)

Jarak ke Tanah 130 mm Tinggi Tempat Duduk 745 mm

SUSPENSI / BAN

Suspensi Depan Teleskopik Suspensi Belakang Teleskopik Ukuran Ban Depan 70/90-14MC 34P Ukuran Ban Belakang 80/90-14MC 34P

PERFORMA

Dimensi (P x L x T) 1,820 x 675 x 1,050 mm Sistem Starter Kick & Electric

Daya Maksimum 6.54 Km (8.9 ps) / 8,000 rpm Torsi Maksimum 7.84 Nm (0.88 kgf.m) / 7,000 rpm

GARANSI

3 tahun/ 36.000 Km : Mesin (Sesuai ketentuan)

2 tahun : kelistrikan (Rotor, Stator, CDI, Ignition Coil, Motor Starter Assy) 6 bulan/ 6.000 Km : Umum (Diluar kelistrikan)

SERVIS GRATIS : 4 kali + 2 kali oli mesin

(49)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa S1 program Reguler dan Ekstensi Manajemen Fakutas Ekonomi USU yaitu angkatan 2006 dan 2007 yang telah menggunakan sepeda motor Yamaha Matic yang berjumlah 685. Dari jumlah populasi 685 orang tersebut dapat ditarik sampel dengan cara propotianate Stratified Random Sampling yatu metode penarikan sampel acak secara prporsional untuk setiap kelompok strata dalam populasi. Maka jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 87 orang dengan taraf kesalahan 10%.

Gambar karakteristik sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada uraian berikut:

1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Tabel 4.1

Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

17 – 25 58 66.67

26 ke atas 29 33.33

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2008)

(50)

2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2

Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 38 43.68

Perempuan 49 56.68

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin sampel laki-laki yaitu sebanyak 38 orang atau 43.68% dan jenis kelamin sampel perempuan sebanyak 49 orang atau 56.68%. Sampel dari jenis kelamin perempuan adalah yang terbesar sehingga mengindikasikan bahwa sebagian besar peminat sepeda motor Yamaha Matic adalah perempuan.

3.Karakteristik Sampel Berdasarkan Jurusan

Tabel 4.3

Karakteristik Sampel Berdasarkan Jurusan

Jurusan/Program Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Reguler 51 58.62

Ekstensi 36 41.38

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

(51)

4. Karakteristik Sampel Berdasarkan Stambuk

Tabel 4.4

Karakteristik Sampel Berdasarkan Stambuk

Stambuk Frekuensi (Orang) Persentase (%)

2006 Reguler 23 26.44

2006 Ekstensi 20 22.99

2007 Reguler 28 32.18

2007 Ekstensi 16 18.39

Jumlah 87 100

Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2006 yaitu sebanyak 23 orang atau 26.44%, Jurusam Manajemen Ekstensi stambuk 2006 yaitu sebanyak 20 atau sebesar 22.99%, Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2007 yaitu sebanyak 28 atau sebesar 32.18% dan Jurusan Manajemen Ekstensi tambuk 2007 sebanyak 16 orang atau 18.39%. Sampel dari Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2007 adalah yang terbesar sehingga mengindikasikan bahwa sebagian besar peminat sepeda motor Yamaha Matic adalah Jurusan Manajemen Reguler stambuk 2007.

B. Analisis Deskriptif

Berdasarkan angket penelitian “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif

(Cagnitive Dissonance) Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic Pada Mahasiswa S1

Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU

Medan.” yang telah disebarkan kepada 87 orang sampel, maka telah diperoleh hasil dan

tiap-tiap jawaban yang diperoleh akan diberikan skor sesuai dengan penilaian sebagai berikut:

(52)

3. Netral (N) : diberi skor 3 4. Tidak Setuju (TS) : diberi skor 4 5. Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 5

1.Variabel Emosional

Emosional adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Indikatornya yaitu setelah melakukan pembelian konsumen merasakan: telah membuat sesuatu yang salah (1), putus asa (2), menyesal (3), kecewa dengan diri sendiri (4), takut (5), hampa (6), marah (7), cemas atau kwatir (8), kesal atau jengkel (9), frustasi (10), sakit hati (11), depresi (12), marah dengan diri sendiri (13), muak (14) dan masalah (15). Tanggapan dari konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Emosional

Item SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

(53)

1) Pada item pertanyaan 1 (saudara merasa telah membuat sesuatu yang salah) 1 orang atau sebesar 1.15% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 22 orang atau sebesar 25.29% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 54 orang atau sebesar 62.07% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 3 orang atau sebesar 3.45% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2) Pada item pertanyaan 2 (saudara merasa putus asa) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 18 orang atau sebesar 20.70% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 53 orang atau sebesar 60.92% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

3) Pada item pertanyaan 3 (saudara merasa menyesal) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 19 orang atau sebesar 21.84% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 55 orang atau sebesar 63.22% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 6 orang atau sebesar 6.90% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

(54)

5) Pada item pertanyaan 5 (saudara merasa takut) 1 orang atau sebesar 1.1% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 22 orang atau sebesar 25.29% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 46 orang atau sebesar 52.87% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 14 orang atau sebesar 16.09% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

6) Pada item pertanyaan 6 (saudara merasa hampa) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 15 orang atau sebesar 17.24% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 48 orang atau sebesar 55.17% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 17 orang atau sebesar 19.54% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

7) Pada item pertanyaan 7 (saudara merasa marah) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 11 orang atau sebesar 12.64% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 17 orang atau sebesar 19.54% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 47 orang atau sebesar 54.02% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

(55)

9) Pada item pertanyaan 9 (saudara merasa kesal atau jengkel) 2 orang atau sebesar 2.30% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 26 orang atau sebesar 29.89% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 40 orang atau sebesar 45.98% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

10)Pada item pertanyaan 10 (saudara merasa frustasi) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 16 orang atau sebesar 18.39% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 39 orang atau sebesar 44.83% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 28 orang atau sebesar 32.18% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

11)Pada item pertanyaan 11 (saudara merasa sakit hati) 1 orang atau sebesar 1.45% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 20 orang atau sebesar 22.99% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 47 orang atau sebesar 54.02% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 13.79% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

(56)

13)Pada item pertanyaan 13 (saudara merasa marah dengan diri saudara sendiri) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 2 orang atau sebesar 2.30% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 11 orang atau sebesar 12.64% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 53 orang atau sebesar 60.92% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 21 orang atau sebesar 24.14% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

14)Pada item pertanyaan 14 (saudara merasa muak) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 4.60% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 14 orang atau sebesar 16.09% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 49 orang atau sebesar 56.32% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 20 orang atau sebesar 22.99% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

15)Pada item pertanyaan 15 (saudara merasa mendapat masalah) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 9 orang atau sebesar 10.34% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 26 orang atau sebesar 29.89% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 38 orang atau sebesar 43.68% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 14 orang atau sebesar 16.09% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2. Variabel Kebijaksanaan Pembelian

(57)

Tabel 4.6

Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Kebijakan Pembelian

Item SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Berdasarkan data dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tanggapan sampel sebanyak 87 orang terhadap pertanyaan sebagai berikut:

1) Pada item pertanyaan 1 (saudara merasa bahwa saudara telah melakukan hal yang tidak tepat untuk membeli sepeda motor Yamaha Matic) 2 orang atau sebesar 2.30% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 6 orang atau sebesar 6.70% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 47 orang atau sebesar 54.02% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 30 orang atau sebesar 34.48% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 2 orang atau sebesar 2.30% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2) Pada item pertanyaan 2 (saudara merasa bahwa saudara sangat tidak membutuhkan sepeda motor Yamaha Matic) 2 orang atau sebesar 2.30% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 6 orang atau sebesar 6.90% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 28 orang atau sebesar 32.18% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 42 orang atau sebesar 48.28% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 9 orang atau sebesar 10.34% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

(58)

menjawab ragu-ragu, 27 orang atau sebesar 31.03% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 3 orang atau sebesar 3.45% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

4) Pada item pertanyaan 4 (saudara merasa bahwa saudara telah membuat pilihan yang tidak tepat) 1 orang atau sebesar 1.15% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 27 orang atau sebesar 31.03% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 47 orang atau sebesar 54.02% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 5 orang atau sebesar 5.75% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

3. Variabel Perhatian Setelah Transaksi

Perhatian setelah transaksi adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Tanggapan dari konsumen pemilik sepeda motor Yamaha Matic adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Pendapat Sampel Terhadap Variabel Perhatian Seteleh Transaksi Sumber: Data Primer (Diolah Penulis, 2009)

Berdasarkan data dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa tanggapan sampel sebanyak 87 orang terhadap pertanyaan sebagai berikut:

(59)

dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 10 orang atau sebesar 11.49% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 22 orang atau sebesar 25.29% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 6 orang atau sebesar 6.90% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

2) Pada item pertanyaan 3 (saudara membeli sepeda motor Yamaha Matic, saudara telah melakukan suatu ketololan) tidak ada orang atau sebesar 0% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 6 orang atau sebesar 6.90% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 22 orang atau sebesar 25.29% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 44 orang atau sebesar 50.57% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 15 orang atau sebesar 17.24% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

3) Pada item pertanyaan 3 (saudara membeli sepeda motor Yamaha Matic, saudara terkejut bahwa (tenaga penjual) telah membuat saudara bingung) 1 orang atau sebesar 1.15% dari mahasiswa yang menjawab sangat setuju, 7 orang atau sebesar 8.05% dari mahasiswa yang menjawab setuju, 44 orang atau sebesar 50.57% dari mahasiswa yang menjawab ragu-ragu, 27 orang atau sebesar 31.03% dari mahasiswa yang menjawan tidak setuju dan 8 orang atau sebesar 9.20% dari mahasiswa yang menjawab sangat tidak setuju.

C.Analisis Faktor

Analsis faktor digunakan sebagai upaya untuk mereduksi faktor sehingga masing-masing variabel diwakili oleh beberapa faktor saja.

(60)

1. Menentukan variabel yang akan dianalisis,

2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode Bartlett’s Test of Sphericity serta pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA).

Hipotesis untuk signifikansi adalah:

H0 = Sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut. Ha = Sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut. Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan):

H0 diterima jika probabilitas > 0,05 Ha diterima jika probabilitas < 0,05

Angka MSA berkisar antara 0 (nol) hingga 1 (satu), dengan kriteria: MSA = 1 (satu) maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.

MSA => 0,05 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis

lebih lanjut.

MSA < 0,05 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis

lebih lanjut sehingga variabel tersebut harus dibuang.

3. memperhatikan hasil anti-image matrics di,mana korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah). Dengan kriteria angka MSA seperti dibahas di atas, maka apabila terlihat MSA variabel tidak memenuhi batas 0,05 maka variabel tersebut dikeluarkan kemudian pengujian diulang kembali.

(61)

5. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.

Data yang diperoleh sebagai hasil dari angket penelitian “Analisis Pembentukan Disonasi Kognitif (Codnitive Dissonance) Pemilik Sepeda Motor Yamaha Matic pada Mahasiswa S1 Program Reguler dan Ekstensi Departemen Manajemen

Fakultas Ekonmi USU Medan” akan diolah menggunakan bantuan program SPSS 14 for windows.

1. Variabel Emosional

Data dari variabel emosional yang terdiri atas 15 faktor terdiri, yaitu telah membuat sesuatu yang salah (1), merasa putus asa (2), merasa menyesal (3), merasa kecewa dengan diri sendiri (4), merasa takut(5), merasa hampa (6), merasa marah (7), merasa cemas atau khawatir (8), merasa kesal atau jengkel (9), merasa frustasi (10), merasa sakit hati (11), merasa depresi (12), merasa marah dengan diri sendiri (13), merasa muak (14), mendapat masalah (15), dimasukkan ke dalam data view pada SPSS 14 for windows yang kemudian akan diproses sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of

Sampling Adequacy. .791

Bartlett's

(62)
(63)

Tabel 4.9

s kesal frustasi sakithati depresi

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Soutar dan Sweeney, 2003 (data diolah oleh penulis)
Tabel 1.2 Instrumen Skala
Tabel 1.3 Populasi dan Sampel
Tabel 3.1 Spesifikasi Mio
+7

Referensi

Dokumen terkait

Learning through service failure (LTSF) was found to have a significant positive effect on perceived ser- vice quality (PSQ) highlighting the importance of customer complaints

Bantuan : usaha perbaikan cara belajar, cara mengajar, penyesuaian materi dengan peserta dididk, usaha mengatasi permasalahan...

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapainya dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi diri ideal.. Harga diri diperoleh dari diri sendiri

[r]

Berdasarkan hasil perbandingan data antara hasil optimasi skenario kedua dengan hasil simulasi desain awal, diketahui bahwa nilai LMTD pada optimasi kedua ( Tabel

Dengan adanya media belajar berbasis e-learning, diharapkan dapat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran dari guru walaupun tidak hadir pada saat pelajaran sedang

KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KASEPUHAN CIPTARASA KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Kwadran ketiga mengartikan bahwa perusahaan tidak menghasilkan nilai tambah (value destruction ) tetapi memilki kelebihan dana karena perusahaan bertumbuh secara