HUBUNGAN KONSUMSI KALORI HARIAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PANTI ASUHAN MAMIYAI AL
ITTIHADIYAH MEDAN TAHUN 2011
Oleh: SRI RAMADANI
080100032
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN KONSUMSI KALORI HARIAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PANTI ASUHAN MAMIYAI AL
ITTIHADIYAH MEDAN TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA KEDOKTERAN
Oleh: SRI RAMADANI
080100032
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan Tahun 2011
Nama : SRI RAMADANI NIM : 080100032
Pembimbing Penguji I
(Prof. DR.dr.Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK) (dr. Ichwanul adenine Sp. OG (K)) NIP : 19501105 197903 1 004
Penguji II
( Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD, Sp. JP(K))
Medan, 19 Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak
dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi
dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Tumbuh kembang anak
sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya dan intake zat gizi yang
dikonsumsi dalam bentuk makanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara konsumsi kalori harian dengan status gizi pada anak di Panti
Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain crossectional,
dengan jumlah sampel 50 anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.
Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu korelasi bivariat product pearson moment.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia anak di Panti Asuhan Mamiyai
Al Ittihadiyah adalah 10,26 ± 1,78 tahun. Rata-rata berat badan sebesar 32,66 ±
2,4 kg. Rata-rata tinggi badan sebesar 136,1 ± 3,14 cm. Rata-rata konsumsi kalori
harian adalah 1948,18 ± 17,78 kalori. Sedangkan rata-rata status gizi adalah
104,74 ± 4,32 yang berkategori normal. Dari hasil analisis dua arah Korelasi
Pearson, didapati kesimpulan bahwa tidak ada hubungan konsumsi kalori harian
dengan status gizi, dengan tingkat hubungan adalah rendah (r=0,244, p>0,05).
Dari penelitian ini disarankan agar dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi
protein serta status gizi anak.
Kata Kunci : Konsumsi Kalori Harian, Tinggi Badan, Berat Badan, Status Gizi,
ABSTRACT
Orphanage children is the kid who is abandoned because of the
irresponsible parents or parents died which causing the children does not receive
adequate needs in the spiritual, physical and social aspect. A child grow up normal
and healthy in accordance with his genetic potential and intake of nutrients from
dietary. This study aims to determine the relationship between daily calorie intake
and the nutritional status in children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah,
Medan.
This is an analytical study with a crossectional design which consist of a
sample of 50 children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan. The
sampling technique is total sampling. Pearson product moment bivariate
correlation is used as the data analysis techniques.
Result of this study showed that the average age of the Orphanage
Mamiyai Al Ittihadiyah is 10,26 ± 1,78 years. The research also showed that the
average daily calorie intake is 1948.2 calories and the average weight is 32.66 ±
2,4 kg at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah. The average height of the
children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan is 136,1 ± 3,14 cm. On
the one hand, the average nutritional status is 104.74 ± 4,32 which is categorized
in the normal range. As a conclusion based on the analysis of two-way Pearson
correlation, it was found that there is no daily calorie intake relationship with
nutritional status and the level of the relationship is low (r = 0.244, p> 0.05). This
study recommends for further assessment of the factors that influence the level of
energy and protein consumption with the nutritional status of the children.
Keywords: Daily Calorie Consumption, Height, Weight Loss, Nutritional Status,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini diberi judul “Hubungan Konsumsi Kalori Harian
dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Mammiyai Al
Ittihadiyah,Medan Tahun 2011” disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, peneliti berharap semoga karya
tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas
Kedokteran USU.
2. Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK selaku pembimbing penelitian
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. dr. Ichwanul adenine Sp. OG (K) selaku dosen penguji I serta Prof. Dr.
Sutomo Kasiman, Sp. PD, Sp. JP(K) selaku dosen penguji II yang telah
bersedia menguji, memberikan masukan dan saran kepada penulis.
4. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak
membantu peneliti dalam menyelesaian studi.
5. Sekretaris Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Abdul Azis Arsyad serta
seluruh stafnya yang telah memberikan informasi tentang panti asuhannya.
6. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk
memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Kepada Muhammad Risky Andri dan sahabat-sahabat saya yaitu tiara,
telah memberi dukungan dan banyak motivasi serta meluangkan waktu untuk
berdiskusi tentang karya ilmiah ini.
Peneliti masih menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan karya tulis
ilmiah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya peneliti mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat
membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.
Medan, 19 Desember 2011
Peneliti
SRI RAMADANI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Status Gizi ... 5
2.1.2. Pengertian Status Gizi ... 6
2.1.3. Penilaian Status Gizi Secara Langsung ... 7
2.1.4. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung ... 8
2.2. Pemeriksaan Antropometri ... 8
2.3. Standar Penilaian Status Gizi ... 13
2.4. Kebutuhan Gizi Dan Kecukupan Gizi ... 14
2.4.1. Pola Menu Sehari Menurut Kandungan Energi ... 15
2.4.2. Daftar Bahan Makanan Penukar ... 16
2.5. Panti Asuhan ... 17
2.5.1. Pengertian Panti asuhan ... 17
2.5.2. Tujuan Panti Asuhan ... 18
2.5.3. Fungsi Panti Asuhan ... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 20 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20
3.2. Definisi Operasional ... 20
3.2.1. Pemeriksaan Antropometri ... 20
3.2.2. Berat Badan ... 21
3.2.3. Tinggi badan ... 21
3.2.4 Usia Dan Jenis Kelamin ... 23
3.2.5. Status Gizi ... 23
3.2.7. Panti Asuhan ... 25
3.3. Hipotesa ... 25
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26
4.1. Jenis Penelitian ... 26
4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data ... 26
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian ... 26
4.3.2. Sampel Penelitian ... 26
4.3.2.1. Kriteria Inklusi ... 27
4.3.2.2. Kriteria Eksklusi ... 27
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 27
4.5. Metode Analisis Data ... 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
5.1. Hasil Penelitian ... 29
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 30
5.1.3. Status Gizi ... 33
5.1.4. Konsumsi Kalori Harian ... 34
5.1.5.1. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan
Status Gizi ... 35
5.2. Pembahasan ... 37
5.2.1. Karakteristik Responden ... 37
5.2.2. Status Gizi ... 37
5.2.3. Konsumsi Kalori Harian ... 39
5.2.4. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi ... 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41
6.1. Kesimpulan ... 41
6.2. Saran ... 42
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1 Anjuran Makan Sehari Untuk Berbagai Golongan
Umur Yang Memenuhi Gizi 16
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur 30
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin 31
Tabel 5.3 Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan
Status Gizi pada Anak Panti Asuhan Mamiyai
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep 20
Gambar 5.1 Peta Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah 29
Gambar 5.2 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tinggi Badan 32
Gambar 5.3 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Berat Badan 33
Gambar 5.4 Hasil Pengukuran Status Gizi Harian Pada
Anak Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah 34
Gambar 5.5 Hasil Pengukuran Konsumsi Kalori Harian Pada
Anak Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah 35
Gambar 5.6 Diagram tebar (Scatter plot) dari hubungan
Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi 36
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Lembar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed
Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian
Lampiran 4 Formulir Recall 2 x 24 jam
Lampiran 5 Growth Chart WHO-NCHS 2000 For Boys And Girls
Lampiran 6 Daftar Bahan Makanan Penukar
Lampiran 7 Tabel Angka Kecukupan Gizi Bagi Orang Indonesia
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Ethical Clearance
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 Data Induk
ABSTRAK
Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak
dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi
dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Tumbuh kembang anak
sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya dan intake zat gizi yang
dikonsumsi dalam bentuk makanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara konsumsi kalori harian dengan status gizi pada anak di Panti
Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain crossectional,
dengan jumlah sampel 50 anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.
Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu korelasi bivariat product pearson moment.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia anak di Panti Asuhan Mamiyai
Al Ittihadiyah adalah 10,26 ± 1,78 tahun. Rata-rata berat badan sebesar 32,66 ±
2,4 kg. Rata-rata tinggi badan sebesar 136,1 ± 3,14 cm. Rata-rata konsumsi kalori
harian adalah 1948,18 ± 17,78 kalori. Sedangkan rata-rata status gizi adalah
104,74 ± 4,32 yang berkategori normal. Dari hasil analisis dua arah Korelasi
Pearson, didapati kesimpulan bahwa tidak ada hubungan konsumsi kalori harian
dengan status gizi, dengan tingkat hubungan adalah rendah (r=0,244, p>0,05).
Dari penelitian ini disarankan agar dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi
protein serta status gizi anak.
Kata Kunci : Konsumsi Kalori Harian, Tinggi Badan, Berat Badan, Status Gizi,
ABSTRACT
Orphanage children is the kid who is abandoned because of the
irresponsible parents or parents died which causing the children does not receive
adequate needs in the spiritual, physical and social aspect. A child grow up normal
and healthy in accordance with his genetic potential and intake of nutrients from
dietary. This study aims to determine the relationship between daily calorie intake
and the nutritional status in children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah,
Medan.
This is an analytical study with a crossectional design which consist of a
sample of 50 children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan. The
sampling technique is total sampling. Pearson product moment bivariate
correlation is used as the data analysis techniques.
Result of this study showed that the average age of the Orphanage
Mamiyai Al Ittihadiyah is 10,26 ± 1,78 years. The research also showed that the
average daily calorie intake is 1948.2 calories and the average weight is 32.66 ±
2,4 kg at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah. The average height of the
children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan is 136,1 ± 3,14 cm. On
the one hand, the average nutritional status is 104.74 ± 4,32 which is categorized
in the normal range. As a conclusion based on the analysis of two-way Pearson
correlation, it was found that there is no daily calorie intake relationship with
nutritional status and the level of the relationship is low (r = 0.244, p> 0.05). This
study recommends for further assessment of the factors that influence the level of
energy and protein consumption with the nutritional status of the children.
Keywords: Daily Calorie Consumption, Height, Weight Loss, Nutritional Status,
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat 2010
merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar
gizi untuk mencapai status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal (Dinkes
Sumatera Utara, 2006).
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi
genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh
intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau
kelebihan gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang
menyimpang dari pola standar. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk
mengukur status gizi baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua
perlu menaruh perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui
keadaan gizi mereka (Khomsan, 2003).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan 40,6 persen penduduk mengonsumsi
makanan dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari Angka Kecukupan
Gizi/AKG) yang dianjurkan tahun 2004. Berdasarkan kelompok umur dijumpai
24,4 persen Balita, 41,2 persen anak usia sekolah, 54,5 persen remaja, 40.2 persen
Dewasa, serta 44,2 persen ibu hamil mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan
minimal. Sementara itu proporsi penduduk tertinggi dengan konsumsi <70% AKG
adalah NTB (46,6%), dan terendah adalah provinsi Bengkulu (23,7%)
(RisKesDas,2010)
Dengan pengaturan makan dan minum secara seimbang dapat terbentuk
kebiasaan makan yang baik untuk perkembangan fisik dan kognitif optimal,
menjaga BB normal, serta menurunkan risiko menderita penyakit kronis pada
Dari penjelasan di atas bahwa, perjalanan hidup seorang anak tidak
selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang
sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti
menjadi yatim, piatu bahkan yatim piatu, tidak mampu dan terlantar. Dalam
memecahkan masalah keterlantaran anak maka diperlukan lembaga pengganti
fungsi orang tua yang memiliki peran dan posisi sejenis melalui pemerintah dan
salah satunya Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA). Namun dampak dari panti
asuhan adalah pengasuhan dan perhatian terhadap nutrisi dan kesehatan mereka
masing-masing secara langsung kurang, sehingga kemungkinan angka malnutrisi
tinggi. Demikian pula perbandingan jumlah anak yang lebih besar daripada
jumlah pengasuh, sehingga perhatian terhadap status gizi pun akan lebih rendah.
Kemungkinan lain berupa masalah dana yang rendah sehingga kebutuhan gizi
tidak sebanding dengan asupan yang diterima anak-anak panti asuhan.
Jumlah panti asuhan yang terdaftar dan mendapat bantuan di kota Medan
adalah 18 panti asuhan. Penelitian ini akan dilakukan pada Panti Asuhan Mamiyai
Al Ittihadiyah, Jalan Mamiyai No.1 Tegal Sari Medan Sumatera Utara. Terkait
dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan konsumsi kalori harian dengan status gizi anak usia 6 – 12
tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun 2011.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “bagaimana hubungan konsumsi kalori harian dengan status
gizi anak usia 6 – 12 tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun
2011?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan konsumsi kalori harian dengan status gizi anak usia
6 – 12 tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun 2011.
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui rata-rata status gizi dan konsumsi kalori harian rata-rata
pada anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Bagi peneliti:
1) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan
ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.
2) Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan
masyarakat.
3) Dapat meningkatkan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan
statistik kedokteran ke dalam penelitian.
4) Dapat meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam
meneliti berbagai macam bidang penelitian lainnya.
b. Bagi pengasuh panti asuhan, sebagai bahan masukan yang dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mereka untuk menangani
masalah status gizi anak panti asuhan dalam serta memberikan asupan
nutrisi yang baik.
c. Bagi anak-anak panti asuhan, mendapatkan perhatian akan kecukupan
nutrisi dan kesehatan.
d. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka
tentang cara menilai status gizi anak dan pentingnya memberikan
perhatian yang cukup mengenai masalah status gizi pada anak-anak
panti asuhan.
e. Bagi pemerintah, terutama departemen sosial, dapat digunakan sebagai
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status gizi 2.1.1. Pengertian Gizi
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur
kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang
sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah
yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan
fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat
dibutuhkan untuk hidup dan sehat (Kusharisupeni, 2007).
Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun
1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari
bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca
ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya
sebagai ”nutrisi”( Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain, 1994).
WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang
terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan
pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara
kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi.
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi
mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau
nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam
cairan tubuh (Almatsier, 2004).
2.1.2. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah
bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap
kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui
melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun
kualitatif (Supariasa, 2001).
Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari
pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator
yang digunakan (DepKes,2002).
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia
adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistik
(WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :
Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua,
Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang
mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi
buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan
kwashiorkor (Supariasa, 2002).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level
yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan
makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu
ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan
yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001 yang
dikutip oleh Simarmata, 2009).
Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan
kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah
terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang
menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.
Peran dan kedudukan Penilaian Status Gizi (PSG) di dalam ilmu gizi
adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu
Definisi PSG adalah interprestasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu
yang berisiko atau dengan status gizi buruk (Hartriyanti, 2007).
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang
paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan
gizi. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari :
a. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun.
b. Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun.
c. Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun.
d. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun.
e. Kelompok ibu hanil dan menyusui.
f. Kelompok usia (usia lanjut). (Notoatmodjo, 2003)
2.1.3 Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel (supervisial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut
dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan dan jaringan.
2.1.4. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan
data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa, 2002).
2.2. Pemeriksaan Antropometri
Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis
kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan
tunggal atau majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor
lingkungan (termasuk iklim, musim, dan keadaan sosial-ekonomi). Pengaruh
lingkungan, terutama gizi, lebih penting daripada latar belakang genetis atau
faktor biologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu
dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi (Arisman, 2009).
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros, artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Jadi dapat ditarik pengertian antropometri gizi adalah berhubungan dengan
tingkat umur dan gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).
Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah
besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.
Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk: (1) penapisan status gizi,
(2) survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada
orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh
gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang
berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran
perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Arisman, 2009).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh
manusia, antara lain: usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
Faktor usia sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan
penentuan usia akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila
tidak disertai dengan penentuan usia yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor
(1980), batasan usia digunakan adalah tahun usia penuh (Completed Year).
Untuk melengkapi data usia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Meminta surat kelahiran, kartu keluarga, atau catatan lain yang dibuat oleh
orang tuanya. Apabila tidak ada, jika memungkinkan cobalah minta catatan
kelahiran pada pamong desa.
2) Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal (Jawa, Sunda,
dll), cocokan dengan kalender nasional,
3) Jika tetap tidak diketahui, catatan kelahiran anak berdasarkan daya ingat orang
puasa, pemilihan kepala desa atau peristiwa nasional, seperti Pemilu, banjir,
gunung meletus, dll. Sebelum pengumpulan data, buatlah daftar tentang
tanggal, bulan dan tahun kejadian dari peristiwa peristiwa penting di daerah
dimana kita ingin mengumpulkan data,
4) Cara lain jika memungkinkan dapat dilakukan dengan membandingkan anak
yang diketahui usianya dengan anak kerabat/tetangga yang diketahui pasti
tanggal lahirnya, misalnya: beberapa bulan lebih tua atau lebih muda.
5) Jika tanggal lahirnya tidak diketahui dengan tepat, sedangkan bulan dan
tahunnya diketahui, maka tanggal lahir anak tersebut ditentukan tanggal 15
bulan yang bersangkutan.
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting. Berat badan
menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Di
samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis
obat dan makanan.
Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju
pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti
dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Pada remaja, lemak tubuh cenderung
meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi
penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan
lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
Berat badan merupakan pilhan utama karena berbagai pertimbangan,
antara lain:
1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan
secara meluas.
5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
didikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan
sebagai dasar pengisiannya.
6) Karena masalah usia merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,
berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai
indeks yang tidak tergantung pada umur.
7) Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang
tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang
digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.
2) Mudah diperoleh dan relatif mudah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
4) Skalanya mudah dibaca.
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Pada prinsipnya, ada dua macam timbangan, yaitu beam (lever) balance
scales dan spring scale. Contoh beam balance ialah dacin, dan spring scale scale
adalah timbangan pegas (contohnya, timbangan kamar mandi). Kesulitan dalam
menimbang anak adalah anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala dan anak
biasanya menangis.
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah
lain dari keadaan sekarang, jika umur diketahui dengan tepat. Di samping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (quac stick), faktor umur dapat
dikesampingkan.
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri
dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai
ketelitian 0,1 cm.
Untuk mendapatkan data antropometri yang baik harus dilakukan sesuai
standarisasi adalah memberikan informasi yang cepat dan menunjukkan kesalahan
secara tepat sehingga perubahan dapat dilakukan sebelum sumber kesalahan dapat
dipastikan. Penyelia mempelajari hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk
menjamin presisi dan akurasi pengukuran dan ketrampilan apa yang perlu
diberikan (Supariasa, 2002).
Idrus dan Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai presisi dan
akurasi. Presisi adalah kemampuan mengukur subyek yang sama secara
berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan
untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh
penyelia.
Berbagai penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Di
antara penyebab antara lain pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa
memperhatikan posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung,
pinggul, dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap
sempurna. Di samping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak
memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak
menggunakan sandal atau sepatu. Pada waktu penimbangan berat badan,
timbangan belum di titik nol, belum dalam keadaan seimbang, dan timbangan
tidak berdiri tegak lurus.
Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur dapat terjadi karena
petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang
memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut
measurement error. Masalah lain juga timbul dalam penentuan status gizi adalah
alat ukur dan pengukuran.
Secara garis besar usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik
dalam mengukur sebab maupun dampak dari suatu tindakan, dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya
mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak menggunakan alat
b) Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu
ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya
tidak digunakan lagi.
c) Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk
mendapatkan presisi dan akurasi yang baik (Supariasa, 2002).
2.3. Standar Penilaian Status Gizi
Standar (baku) rujukan CDC-NCHS 2000 ditetapkan sebagai pembanding
dalam status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat di Indonesia.
Standar ini dipaparkan dalam persentil dan ketentuan eid indeks dari BB/TB.
Hasil pengukuran status gizi berdasarkan eid indeks dapat digolongkan
dalam persentase malnutrisi berat (< 70%), malnutrisi sedang (≥ 70 -80%),
malnutrisi ringan (≥ 80 -90%), gizi baik (≥ 90 -110%), overweight (≥ 110-120%),
dan obesitas (≥ 120%).
Untuk menentukan status gizi digunakan berat badan (BB) terhadap tinggi
badan (TB) (CDC, 2000). Tabel Referensi CDC-NCHS 2000 untuk menentukan
status gizi (lampiran) (Supariasa, 2002).
2.4. Kebutuhan Gizi Dan Kecukupan Gizi
Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang
untuk hidup sehat. Kebutuhan zat gizi masing-masing orang berbeda, salah
satunya karena faktor genetika. Kegunaan perhitungan kebutuhan gizi adalah
sebagai baku evaluasi konsumsi pangan dan gizi, perencanaan menu atau
konsumsi pangan, perencanaan produksi dan ketersediaan pangan. Sedangkan
kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary allowances/ RDA) adalah
jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau rata-rata kelompok orang agar
hampir semua orang dapat hidup sehat.
Kebutuhan gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
Pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya materi penyusun badan dan
bagian-bagiannya. Fase ini dimulai dari kandungan sampai usia dewasa muda.
Laju pertumbuhan tercepat terjadi sebelum kelahiran dan sewaktu bayi. Keperluan
tubuh akan zat gizi esensial pada waktu bayi lebih utama dibandingkan dengan
masa lain selam kehidupan. Pertumbuhan berikutnya adalah masa kanak-kanak.
Pada usia ini kegiatan fisik mulai meningkat. Kekurangan zat gizi pada dua masa
ini akan menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Kebutuhan zat
gizi dan energi menjadi bervariasi seiring dengan laju pertumbuhan. Sampai masa
remaja, kebutuhan zat gizi sangat penting untuk perkembangan tubuh, seperti
terbentuknya tulang dan otot yang kuat, simpanan lemak yang cukup untuk
melindungi tubuh dan organnya, kulit yang sehat, rambut yang mengkilap, serta
gigi yang sehat.
2. Umur
Semakin tua umur manusia maka kebutuhan energi dan zat-zat gizi
semakin sedikit. Pada usia dewasa, zat gizi diperlukan untuk penggantian jaringan
tubuh yang rusak, meliputi perombakan dan pembentukan sel. Pada masa ini
aktivitas fisik mulai meningkat yaitu untuk melakukan pekerjaan atau bekerja.
3. Jenis kegiatan fisik dan ukuran tubuh
Makin banyak aktivitas fisik yang dikerjakan maka makin banyak energi
yang diperlukan. Untuk melakukan aktifitas fisik yang sama, orang yang berbadan
besar membutuhkan energi yang lebih banyak daripada orang yang berbadan
kecil. Akan tetapi, aktifitas fisik lebih berpengaruh terhadap pengeluaran energi
daripada perbedaan ukuran tubuh.
4. Keadaan sakit dan penyembuhan
Pada keadaan sakit terjadi perombakan protein tubuh. Oleh karena itu,
agar kondisi tubuh kembali normal maka pada periode penyembuhan diperlukan
peningkatan konsumsi protein. Kondisi sakit tidak saja memerlukan peningkatan
konsumsi protein, tetapi juga peningkatan zat-zat gizi lain sepertia air, vitamin,
mineral, karbohidrat, dan lemak.
2.4.1. Pola Menu Sehari Menurut Kandungan Energi
Seseorang dapat menyusun menu sehari yang seimbang dengan
menggunakan daftar pola menu sehari menurut kandungan energi yang diucapkan
dalam jumlah penukar sebagaimana dapat dilihat pada tabel. Pola ini
menunjukkan jumlah penukar dari tiap golongan bahan makanan yang perlu
dimakan sehari sesuai dengan kebutuhan energi rata-ratanya sehari. Dengan
menggunakan berbagai jenis bahan makanan dalam tiap golongan bahan makanan
sesuai jumlah penukar yang tercantum dalam tabel, dapat dijamin bahwa menu
yang disusun seimbang dalam semua zat gizi dan bervariasi. (Almarsier, 2004)
2.4.2. Daftar Bahan Makanan Penukar
Dalam bahasa baku, menu ialah susunan bermacam makanan yang
dihidangkan. Makanan disini tidak terbatas hanya pada sesuatu yang dimakan,
Penukar ialah Daftar yang membuat bahan-bahan makanan dalam jumlah tertentu
dengan kandungan gizi yang kurang lebih sama sehingga bisa disaling tukarkan
satumacam bahan makanan dengan yang lainnya. Adanya Daftar Bahan Makanan
Penukar digunakan untuk memudahkan penyusunan menu yang bervariasi dan
bergizi dengan mengelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam
pola menu makanan seimbang dan zat gizi yang dikandungnya. Daftar ini pertama
kali disusun di Indonesia pada tahun 1972 oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan
Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Bahan makanan dibagi ke
dalam delapan golongan yaitu:
1. Bahan makanan sumber karbohidrat
2. Bahan makanan sumber protein hewani
3. Bahan makanan sumber protein nabati
4. Sayuran
5. Buah-buahan
6. Susu
7. Minyak
8. Gula
Untuk tiap golongan bahan makanan disusun daftar bahan makanan dalam
jumlah yang zat gizinya setara dalam energi, karbohidrat, lemak, dan protein
(rincian daftar bahan makanan penukar dapat dilihat di lampiran
menukarkan. Perhatikan terlebih dahulu bahan makanan tiap golongan yang
digunakan sebagai acuan, ukuran standar (dalam ukuran rumah tangga dan gram)
dan nilai energi, karbohidrat, lemak, dan proteinnya. (Isfiani, Ilma R, 2011)
2.5. Panti Asuhan
2.5.1. Pengertian Panti Asuhan
Menjadi kabur ketika dalam kenyataan di lapangan masih terdapat
diskriminasi pada komunitas anak yang tidak beruntung dari segi ekonomi, sosial,
beberapa keadaan tertentu keluarga tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik
dalam pemenuhan kebutuhan anak, yang kemudian menyebabkan keterlantaran
pada anak. ”Beberapa penyebab keterlantaran anak, antara lain:
1. Orang tua meninggal dan atau tidak ada sanak keluarga yang merawatnya
sehingga anak menjadi yatim piatu.
2. Orang tua tidak mampu (sangat miskin) sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan minimal anak-anaknya
3. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan fungsinya dengan baik
atau dengan wajar dalam waktu relatif lama misalnya menderita penyakit
kronis dan lain-lain.” (BKPA, 1979).
Menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
definisi anak terlantar adalah sebagai berikut:
”Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak
dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi
dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial” (UU No. 4/1979,
Tentang Kesejahteraan anak Bab 1 Pasal 1)
Menurut buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan
Pengetahuan Anak Melalui Panti Asuhan Anak, mengenai panti asuhan adalah
suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta
melaksanakan pelayanan pengganti, atau perwalian anak dalam memenuhi
kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh
kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya
sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita
bangsa, sebagai insane yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan
nasional” (DepSos RI, 1986).
2.5.2. Tujuan Panti Asuhan
Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia
1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja
sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka
ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan
kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak
dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan
adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan
berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya
dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan
kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.
2.5.3. Fungsi Panti Asuhan
Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak
terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997) panti asuhan
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi
sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan.
2) Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.
3) Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi
penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang menilai status gizi anak dapat
[image:34.595.110.492.265.640.2]dijabarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
3.2. Definisi Operasional
Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur
Pemeriksaan
Antropometri
Penilaian ukuran
tubuh manusia.
Numerik Konsumsi Kalori Harian Status Gizi
(berdasarkan usia dan
jenis kelamin)
• Gizi Baik
• Malnutrisi Ringan
• Malnutrisi Sedang
• Malnutrisi Berat
• Overweight
Berat Badan Ukuran
peningkatan/penuru
nan semua jaringan
yang ada pada
tubuh. Timbangan injak (kapasitas maksimum 120 kg, ketelitian 0,5 kg) Pertama sekali pastikan timbangan
injak diletakkan di
lantai yang datar, lihat
posisi jarum harus
menunjuk ke angka 0
(nol), anak sebaiknya
memakai baju yang
tipis dan tidak
memegang atau
mengantongi sesuatu.
Kemudian anak
berdiri di atas
timbangan tanpa
dipegangi lalu baca
angka yang
ditunjukkan oleh
jarum pada
timbangan.
Pengukuran dilakukan
dua kali dan diambil
rata-ratanya.
Numerik
Tinggi Badan Jarak dari titik
tertinggi kepala
pada bidang sagital
ke permukaan
tempat berdirinya individu. Mikrotoa/mic rotoise (kapasitas maksimum 200 cm, ketelitian 0,1 cm) Tempelkan dengan paku mikrotoa
tersebut pada dinding
yang lurus dasar
setinggi tepat 2 meter.
Angka 0 (nol) pada
Lepaskan sepatu atau
sandal. Anak harus
berdiri tegak seperti
sikap siap sempurna
dalam baris berbaris,
kaki lurus, tumit,
pantat, punggung, dan
kepala bagian
belakang harus
menempel pada
dinding dan muka
menghadap lurus
dengan pandangan ke
depan. Turunkan
mikrotoa sampai rapat
pada kepala bagian
atas, siku-siku harus
lurus menempel pada
dinding. Baca angka
pada skala yang
nampak pada lubang
dalam gulungan
mikrotoa. Angka
tersebut menunjukkan
tinggi anak yang
diukur.
Usia dan Jenis
Kelamin
Usia: lamanya
keberadaan
seseorang yang
Wawancara Data diperoleh
melalui pengamatan
dan wawancara
Numerik
(usia),
diukur dalam
satuan waktu.
jenis kelamin:
kumpulan ciri khas,
seseorang dikenali
baik oleh dirinya
maupun orang lain.
langsung terhadap
anak-anak panti yang
dicocokkan dengan
data yang sudah
diterima sebelumnya
dari pengasuh panti.
Dalam penelitian,
responden yaitu
anak-anak (6-12 tahun
untuk laki-laki dan
6-12 tahun untuk
perempuan).
(jenis
kelamin)
Status Gizi Keadaan tubuh
sebagai akibat
konsumsi makanan
dan penggunaan zat
gizi.
Grafik
CDC-NCHS 2000
berdasarkan
ketentuan eid
indeks dari
BB/TB.
Mengumpulkan data
dari pemeriksaan
antropometri (BB dan
TB) untuk kemudian
dicari dengan baku
yang telah tersedia
dari grafik
CDC-NCHS 2000
berdasarkan usia dan
jenis kelamin yaitu
dengan
memproyeksikan titik
hasil pengukuran
tinggi badan sesuai
dengan usia subjek ke
kurva persentil 50
tinggi badan, lalu ke
kurva persentil 50
[image:37.595.82.542.108.738.2]berat badan yang
kemudian dilanjutkan
dengan ketentuan eid
indeks dari BB/TB,
digolongkan dalam
persentase malnutrisi
berat (< 70%),
malnutrisi sedang (≥
70-80%), malnutrisi
ringan (≥ 80-90%),
gizi baik (≥ 90
-110%), overweight (≥
110-120%), dan
obesitas (≥ 120%).
Kalori harian Akumulasi dari
konsumsi
karbohidrat,
[image:38.595.83.541.105.740.2]protein, dan lemak
Tabel daftar bahan makanan penukar. Dengan cara menghitung kalori harian berdasarkan
Metode Recall 2 x 24
jam kemudian
dihubungkan dengan
status gizi kelompok
tertentu.
Numerik
Panti Asuhan Suatu lembaga
kepada anak
terlantar serta
melaksanakan
pelayanan
pengganti, atau
perwalian anak
dalam memenuhi
kebutuhan fisik,
mental dan sosial
kepada anak asuh.
3.3 Hipotesa
Ada hubungan konsumsi kalori harian terhadap status gizi anak usia 6 – 12
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan potong
lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
konsumsi kalori harian dengan status gizi anak usia 6 – 12 tahun di Panti Asuhan
Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun 2011.
4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan pada panti asuhan yaitu di Panti Asuhan Mamiyai
Al Ittihadiyah, Jalan Mamiyai No.1 Tegal Sari Medan, Sumatera Utara. Adapun
pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan yaitu, adalah Panti
Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah dengan jumlah 50 anak sehingga penelitian
mencakup jumlah populasi yang relatif banyak untuk dijadikan sampel penelitian
dan lebih mudah dijangkau peneliti. Pengukuran dan pengumpulan data akan
dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang
kesehatan.
4.3. Populasi dan Sampel Penilitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al
Ittihadiyah yang berjumlah 50 orang 2011.
4.3.2. Sampel Penelitian
Dalam mengambil sampel penelitian digunakan metode total sampling,
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh anak di Panti
Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan tahun 2011 yang berusia 6-12 tahun untuk
anak laki-laki dan yang berusia 6-12 tahun untuk anak perempuan.
4.3.2.2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah anak yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam
penelitian, anak yang sedang sakit, anak yang belum bisa berdiri, dan anak yang
memiliki kelainan postur tubuh (cacat kongenital maupun akibat kecelakaan).
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpul merupakan data primer dengan parameter pengukuran
berupa berat badan dan tinggi badan. Responden pada penelitian ini adalah
anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan tahun 2011 yang berusia
6-12 tahun untuk anak laki-laki dan yang berusia 6-6-12 tahun untuk anak perempuan.
Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat timbangan
injak sesuai dengan prosedur pengukuran timbangan injak dan dinilai dalam
satuan kilogram (kg). Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan
mikrotoa (microtoise) sesuai dengan prosedur pengukuran mikrotoa dan dinilai
dalam satuan centimeter (cm). Sementara data usia dan jenis kelamin anak
diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap anak-anak panti
yang dicocokkan dengan data yang sudah diterima sebelumnya dari pengasuh
panti.
Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dikumpulkan untuk
kemudian dicari status gizi yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin
masing-masing anak dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik
CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB yang digolong
dalam malnutrisi berat (< 70%), malnutrisi sedang (≥ 70 -80%), malnutrisi ringan
(≥ 80-90%), gizi baik (≥ 90 -110%), overweight (≥ 110-120%), dan obesitas (≥
120%). Setelah itu menghitung kalori harian berdasarkan 2 x recall method
kemudian dihubungkan dengan status gizi kelompok tertentu, dan dilakukan
4.3.4. Metode Analisis data
Data yang sudah terkumpul, diolah dan kemudian dianalisis secara
analitik. Sedangkan untuk menguji hipotesis, variabel penelitian dianalisis dengan
menggunakan uji korelasi pearson pada taraf nyata 95% (α=0,5) dengan bantuan komputer program SPSS. Apabila probabilitas (p) lebih kecil daripada α (p<0,05) maka hipotesis Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara konsumsi
kalori harian dengan status gizi anak. Jika sebaliknya hipotesis Ho diterima maka
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari organisasi Al Ittihadiyah, dimana panti ini berdiri sebagai Badan
Otonom Mamiyai yang bernaung di bawah organisasi Al Ittihadiyah.
Dikarenakan banyaknya anak yatim/piatu, fakir miskin yang terlantar,
bercerai berai dalam arus pengungsian akibat penjajahan/ pendudukan Jepang dan
gugur dalam pertempuran mempertahankan tanah air serta dilandasi dengan ajaran
agama islam, maka dibentuklah suatu lembaga/ badan yang merawat dan
[image:43.595.105.529.438.724.2]mengurus anak-anak yatim piatu/ fakir miskin.
Badan ini didirikan tanggal 19 Mei 1943 dengan nama Majelis Miskin
Yatim Piatu Al Ittihadiyah (MAMIYAI). Realisasi terselenggaranya Panti Asuhan
Mamiyai pada waktu itu ketika Sjech H. Abdul Malik sebagai pimpinan
Perguruan Al Falah di kampong Sungai Mati Medan yang telah lama mengasuh
anak yatim/ miskin memberikan kepercayaan kepada Organisasi Al Ittihadiyah
untuk meneruskan mengurus anak yatim/ miskin ini, sejak itulah Panti Asuhan
Mamiyai Al Ittihadiyah dijalankan. Pembangunan gedung Panti Asuhan Mamiyai
Al Ittihadiyah ini sebelumnya berpindah-pindah dari Kampung Sungai Mati
Medan – Pematang Siantar – Jalan Sungai Kera Medan – Jalan Jeparis Medan –
Jalan Bromo Medan.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan pada 50 orang responden yang merupakan anak panti
asuhan di di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan. Dari keseluruhan
responden gambaran karakteristik responden yang diamati kelompok umur, jenis
kelamin, tinggi badan dan berat badan.
a. Umur
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, rata-rata umur anak
adalah 10 tahun yaitu, umur anak terendah adalah 6 tahun dan umur anak
[image:44.595.106.525.578.747.2]tertinggi adalah 12 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Jumlah
(orang) Persentase %
6 1 2
7 1 2
8 2 4
9 11 22
10 8 16
12 8 16
Total 50 100
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, jenis kelamin laki-laki
berjumlah 34 orang (68%) sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 16
[image:45.595.106.518.111.157.2]orang (32%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah
(Orang) Persentase %
Laki-laki 34 68
Perermpuan 16 32
Jumlah 50 100
.
c. Tinggi Badan
Karakteristik berdasarkan tinggi badan dibagi menjadi 7 kelompok
interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada
kelompok dengan interval tinggi badan 134-140 cm. Sedangkan kelompok
responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan
113-119 cm dan 155-161 cm. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.2.
[image:45.595.110.518.303.409.2]Berdasarkan Tinggi Badan
Rata-rata tinggi badan responden adalah 136 cm dengan nilai tengah 135
cm. Tinggi badan responden dimulai dari titik minimal, yaitu 113 cm dan titik
maksimal, yaitu 156 cm. Hal ini menunjukkan rentang tinggi badan responden
adalah 43 cm.
d. Berat Badan
Karakteristik berdasarkan berat badan dibagi menjadi 7 kelompok interval.
Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada
kelompok dengan interval berat badan 25-29 kg. Sedangkan kelompok responden
paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval berat badan 45-49 kg. Hal ini
Gambar 5.3. Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan
Rata-rata berat badan responden adalah 32.66 kg dengan nilai tengah 30
kg. Berat badan terendah adalah 20 kg dan berat badan tertinggi adalah 50 kg. Hal
ini menunjukkan rentang berat badan responden adalah 30 kg.
5.1.3. Status Gizi
Dari 50 responden yang menjadi sampel penelitian, 64 % diantaranya atau
sekitar 32 orang termasuk kategori normal. Kategori kekurangan berat badan baik
tingkat berat maupun tingkat ringan dimasukkan dalam klasifikasi kurus,
sedangkan kategori kelebihan berat badan baik tingkat sedang maupun tingkat
ringan dimasukkan dalam klasifikasi gemuk. Hal ini menunjukkan sekitar 12 %
sampel penelitian termasuk klasifikasi kurus dan 24 % termasuk klasifikasi
gemuk. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.4.
Rata-rata status gizi sampel adalah 104.74 dengan nilai tengah 100. Status
gizi terendah adalah 86 dan status gizi tertinggi adalah 148. Hal ini menunjukkan
rentang status gizi responden adalah 62.
5.1.4. Konsumsi Kalori Harian
Dari 50 responden yang menjadi sampel penelitian.Rata-rata konsumsi
kalori harian adalah 1948,18 dengan nilai tengah 1970. Konsumsi kalori harian
terendah adalah 1812,5 dan konsumsi kalori harian tertinggi adalah 2046,5. Hal
ini menunjukkan rentang jumlah konsumsi kalori harian adalah 234. Hal ini dapat
[image:48.595.185.467.130.346.2]dilihat pada gambar 5.5.
5.1.5. Hasil Analisis Statistik
5.1.5.1. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi
Sebanyak 50 responden diperiksa dan diwawancarai apabila telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis
melalui uji hipotesis Korelasi Pearson.
Untuk mengetahui hubungan konsumsi kalori harian dengan status gizi,
diawali dengan membuat suatu diagram tebar (scatter plot). Dari diagram ini
dapat diketahui pola hubungan antara kedua variabel numerik tersebut. Data
Konsumsi Kalori Harian ditampilkan pada sumbu X (axis), sementara data Status
Gizi disajikan pada sumbu Y (ordinat). Setiap pengamatan diwakili oleh satu titik.
Dari hasil diagram tebar (scatter plot) tidak didapatkan pola hubungan yang
linear.
Dengan demikian data tersebut memungkinkan untuk dapat dianalisis
lebih lanjut dengan menggunakan uji Korelasi Pearson guna mengetahui kekuatan
[image:49.595.141.500.119.364.2]hubungan diantara kedua variabel tersebut.Hal ini dapat dilihat dari diagram 5.5.
Dari penelitian, didapatkan rata-rata status gizi sebesar 104,74 dengan
standard deviasi 15,306 dan rata-rata usia konsumsi kalori harian sebesar 1948,18
[image:50.595.134.507.116.366.2]dengan standard deviasi 64,74. Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi pada Anak Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan
Variabel Mean Standard
Deviation P value Correlation
Konsumsi
Kalori Harian 1948,18 62,87 0,088 0,244
Status Gizi 104,74 15,3
Dari hasil uji hitung, p value yang didapat sebesar 0,088. Karena nilai p
yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini
diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi. Selanjutnya, dilakukan uji kekuatan
hubungan antara Status Gizi dengan Konsumsi Kalori Harian dengan
menggunakan uji korelasi pearson. Pengukuran ini dilakukan dengan interval
kepercayaan 95% dan batas kemaknaan P < 0,05. Hasil uji korelasi pearson
menyatakan derajat keeratan tingkat rendah. Analisis tidak dilanjutkan dengan uji
Regresi Linier karena tidak mencerminkan ketergantungan antara Konsumsi
Kalori Harian dengan Status Gizi.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan.
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada
pada umur 11 tahun yaitu sebanyak 19 orang (38%) dan terendah berumur 6 dan 7
tahun masing-masing berjumlah satu orang (2%). Hal ini disebabkan minimnya
jumlah sampel pada anak panti asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah.
Kelompok interval tinggi badan paling banyak adalah kelompok dengan
interval 134 – 140 cm, yaitu sejumlah 12 orang (24%) dan paling sedikit adalah
kelompok dengan interval 133 – 119 cm dan 155 – 161 cm masing-masing
berjumlah 2 orang (4%)
Berdasarkan berat badan, jumlah responden terbanyak berada pada
kelompok berat badan 25 - 29 kg yaitu sejumlah 15 orang (30%) dengan rata-rata
32,7 kg.
5.2.2. Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi yang paling banyak
ditemukan pada anak panti asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah secara berurutan
adalah status gizi baik, dengan jumlah 32 orang (64%), diikuti dengan status gizi
malnutrisi ringan sebanyak 6 orang (12%), status gizi overweight sebanyak 6
orang (12%) dan obesitas sebanyak 6 orang (12%). Sedangkan status gizi lainnya
seperti malnutrisi sedang dan malnutrisi berat tidak ditemukan.
Penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak panti asuhan Yayasan
Terima Kasih Abadi diperoleh kebanyakan responden adalah laki-laki dengan
kelompok usia terbanyak adalah anak-anak (5-12 tahun). Pada penelitian ini juga
Dwi Kusuma (2005), pada penelitiannya di Panti Asuhan Budhi Asih kota
Cirebon mendapatkan status gizi berdasarkan indeks BB/TB pada anak panti
asuhan tersebut seluruhnya merupakan status gizi baik (100%).
Hasil yang didapatkan peneliti memiliki kemiripan dengan penelitian di
atas, dimana status gizi terbanyak adalah status gizi baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa asumsi masyarakat tentang gizi anak panti asuhan tergolong
rendah, tidak selalu benar. Selain itu, ditemukan status gizi lebih memiliki
persentase yang lebih besar dibandingkan status gizi kurang.
Pembagian makanan di panti asuhan adalah berdasarkan penjatahan tanpa
memperhatikan umur sehingga berkemungkinan menyebabkan kekurangan
asupan pada tubuh anak-anak panti asuhan. Terkadang terdapat undangan dari
sebuah acara sehingga porsi makanan yang diberikan terkadang melebihi porsi
makanan anak sebenarnya. Hal ini yang menyebabkan kecenderungan status gizi
lebih. Selain itu, terdapat sebagian anak yang aktif dalam beraktifitas dan sebagian
lagi hanya beraktivitas ringan. Jenis kegiatan fisik mempengaruhi kebutuhan gizi
seseorang “makin banyak aktivitas fisik yang dikerjakan maka makin banyak
energi yang diperlukan”. (Auliana, 1999)
Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa anak-anak cenderung
memiliki status gizi baik dan lebih. Ini dikarenakan anak-anak panti asuhan
diperhatikan dalam asupan makanan.
5.2.3. Konsumsi Kalori Harian
Dari hasil analisis korelasi pearson dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan derajat keeratan rendah antara konsumsi kalori harian dengan status
gizi. Ditunjukkan dengan nilai r = 0,244 dan nilai p = 0,088 (p > 0,05). Dari hasil
penelitian tersebut di atas, menunjukkan bahwa konsumsi kalori harian tidak
memiliki pengaruh terhadap status gizi namun dikarenakan beberapa hal.
Berdasarkan tabel angka kecukupan gizi 2004 bagi orang Indonesia kelompok
umur 4 – 6 tahun mendapatkan energi 1550 kalori, umur 7 – 9 tahun mendapatkan
energi 1800 dan 10 – 12 tahun mendapatkan energi 2050 (Widya Karya Nasional
Pada penelitian ini yang berumur 6 tahun hanya 1 orang yang mendapat
gizi kalori <1900. Umur 7 tahun hanya 1 orang yang mendapat gizi kalori <1900.
Umur 8 tahun ada 2 orang yang mendapat gizi kalori <1900. Umur 9 tahun yang
mendapat gizi kalori ada 6 orang < 1900 dan ada 5 orang yang mendapat gizi
kalori >1900. Umur 10 tahun ada 8 orang yang mendapat gizi kalori >1900.
Umur 11 tahun hanya 1 orang yang mendapat gizi kalori <1900 dan >1900 ada 18
orang. Umur 12 tahun ada 8 orang yang mendapat gizi kalori >1900.
Secara teoritis, bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi
yang dikeluarkan maka tubuh akan kekurangan energi Akibat yang dapat
ditimbulkan adalah tubuh akan mengalami ketidakseimbangan (energi negatif),
sehingga berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila konsumsi
energi melaui makanan melebihi energi yang dikeluarkan maka akan terjadi berat
badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan
makan dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang
beraktifitas. (Almatsier, 2003).
Pada penelitian ini adanya menu yang disajikan tidak homogen sehingga
kebutuhan konsumsi kalori harian tidak terbutuhi dengan baik. Selain itu semua
anak di panti asuhan mendapatkan asupan kalori yang sama padahal semakin tua
umur manusia maka kebutuhan energi dan zat-zat gizi semakin sedikit namun
pada masa tumbuh kembang prinsipnya berbeda.(Auliana, 1999)
5.2.4. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi
Dengan membandingkan status gizi berdasarkan Tabel Referensi
CDC-NCHS 2000 dengan konsumsi kalori harian diperoleh bahwa hubungan yang tidak
signifikan antara status gizi dengan konsumsi kalori harian pada anak-anak di
Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan (p > 0,05 dengan koefisien korelasi
0,244). Hubungan ini menunjukkan derajat keeratan tingkat rendah. Rata-rata
Status Gizi pada anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan
adalah 104,74 yang berkategori normal dengan mayoritas status gizi termasuk
pada anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan adalah 1948,18
kalori.
Uji Korelasi Pearson dengan nilai p = 0,088 menunjukkan hipotesa nol
diterima dan berarti bahwa tidak ada hubungan secara statistik antara status gizi
dengan konsumsi kalori harian untuk anak-anak panti asuhan Mamiyai Al
Ittihadiyah. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor. Pembagian makanan
di panti asuhan adalah berdasarkan penjatahan dan tidak homogen tanpa
memperhatikan umur sehingga berkemungkinan menyebabkan kekurangan
asupan pada tubuh anak-anak panti asuhan. Terkadang terdapat und