• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan Tahun 2011"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI KALORI HARIAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PANTI ASUHAN MAMIYAI AL

ITTIHADIYAH MEDAN TAHUN 2011

Oleh: SRI RAMADANI

080100032

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KONSUMSI KALORI HARIAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-12 TAHUN DI PANTI ASUHAN MAMIYAI AL

ITTIHADIYAH MEDAN TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA KEDOKTERAN

Oleh: SRI RAMADANI

080100032

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan Tahun 2011

Nama : SRI RAMADANI NIM : 080100032

Pembimbing Penguji I

(Prof. DR.dr.Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK) (dr. Ichwanul adenine Sp. OG (K)) NIP : 19501105 197903 1 004

Penguji II

( Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD, Sp. JP(K))

Medan, 19 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak

dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi

dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Tumbuh kembang anak

sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya dan intake zat gizi yang

dikonsumsi dalam bentuk makanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

hubungan antara konsumsi kalori harian dengan status gizi pada anak di Panti

Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain crossectional,

dengan jumlah sampel 50 anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.

Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Teknik analisis data yang

digunakan yaitu korelasi bivariat product pearson moment.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia anak di Panti Asuhan Mamiyai

Al Ittihadiyah adalah 10,26 ± 1,78 tahun. Rata-rata berat badan sebesar 32,66 ±

2,4 kg. Rata-rata tinggi badan sebesar 136,1 ± 3,14 cm. Rata-rata konsumsi kalori

harian adalah 1948,18 ± 17,78 kalori. Sedangkan rata-rata status gizi adalah

104,74 ± 4,32 yang berkategori normal. Dari hasil analisis dua arah Korelasi

Pearson, didapati kesimpulan bahwa tidak ada hubungan konsumsi kalori harian

dengan status gizi, dengan tingkat hubungan adalah rendah (r=0,244, p>0,05).

Dari penelitian ini disarankan agar dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi

protein serta status gizi anak.

Kata Kunci : Konsumsi Kalori Harian, Tinggi Badan, Berat Badan, Status Gizi,

(5)

ABSTRACT

Orphanage children is the kid who is abandoned because of the

irresponsible parents or parents died which causing the children does not receive

adequate needs in the spiritual, physical and social aspect. A child grow up normal

and healthy in accordance with his genetic potential and intake of nutrients from

dietary. This study aims to determine the relationship between daily calorie intake

and the nutritional status in children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah,

Medan.

This is an analytical study with a crossectional design which consist of a

sample of 50 children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan. The

sampling technique is total sampling. Pearson product moment bivariate

correlation is used as the data analysis techniques.

Result of this study showed that the average age of the Orphanage

Mamiyai Al Ittihadiyah is 10,26 ± 1,78 years. The research also showed that the

average daily calorie intake is 1948.2 calories and the average weight is 32.66 ±

2,4 kg at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah. The average height of the

children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan is 136,1 ± 3,14 cm. On

the one hand, the average nutritional status is 104.74 ± 4,32 which is categorized

in the normal range. As a conclusion based on the analysis of two-way Pearson

correlation, it was found that there is no daily calorie intake relationship with

nutritional status and the level of the relationship is low (r = 0.244, p> 0.05). This

study recommends for further assessment of the factors that influence the level of

energy and protein consumption with the nutritional status of the children.

Keywords: Daily Calorie Consumption, Height, Weight Loss, Nutritional Status,

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini diberi judul “Hubungan Konsumsi Kalori Harian

dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun di Panti Asuhan Mammiyai Al

Ittihadiyah,Medan Tahun 2011” disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, peneliti berharap semoga karya

tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Dalam karya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran USU.

2. Prof. DR. dr. Harun Alrasyid, Sp. PD, Sp. GK selaku pembimbing penelitian

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Ichwanul adenine Sp. OG (K) selaku dosen penguji I serta Prof. Dr.

Sutomo Kasiman, Sp. PD, Sp. JP(K) selaku dosen penguji II yang telah

bersedia menguji, memberikan masukan dan saran kepada penulis.

4. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak

membantu peneliti dalam menyelesaian studi.

5. Sekretaris Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Abdul Azis Arsyad serta

seluruh stafnya yang telah memberikan informasi tentang panti asuhannya.

6. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk

memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Kepada Muhammad Risky Andri dan sahabat-sahabat saya yaitu tiara,

(7)

telah memberi dukungan dan banyak motivasi serta meluangkan waktu untuk

berdiskusi tentang karya ilmiah ini.

Peneliti masih menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan

kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan karya tulis

ilmiah ini di masa yang akan datang.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat

membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 19 Desember 2011

Peneliti

SRI RAMADANI

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Status Gizi ... 5

(9)

2.1.2. Pengertian Status Gizi ... 6

2.1.3. Penilaian Status Gizi Secara Langsung ... 7

2.1.4. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung ... 8

2.2. Pemeriksaan Antropometri ... 8

2.3. Standar Penilaian Status Gizi ... 13

2.4. Kebutuhan Gizi Dan Kecukupan Gizi ... 14

2.4.1. Pola Menu Sehari Menurut Kandungan Energi ... 15

2.4.2. Daftar Bahan Makanan Penukar ... 16

2.5. Panti Asuhan ... 17

2.5.1. Pengertian Panti asuhan ... 17

2.5.2. Tujuan Panti Asuhan ... 18

2.5.3. Fungsi Panti Asuhan ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 20 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2. Definisi Operasional ... 20

3.2.1. Pemeriksaan Antropometri ... 20

3.2.2. Berat Badan ... 21

3.2.3. Tinggi badan ... 21

3.2.4 Usia Dan Jenis Kelamin ... 23

3.2.5. Status Gizi ... 23

(10)

3.2.7. Panti Asuhan ... 25

3.3. Hipotesa ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data ... 26

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian ... 26

4.3.2. Sampel Penelitian ... 26

4.3.2.1. Kriteria Inklusi ... 27

4.3.2.2. Kriteria Eksklusi ... 27

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.5. Metode Analisis Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1. Hasil Penelitian ... 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 30

5.1.3. Status Gizi ... 33

5.1.4. Konsumsi Kalori Harian ... 34

(11)

5.1.5.1. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan

Status Gizi ... 35

5.2. Pembahasan ... 37

5.2.1. Karakteristik Responden ... 37

5.2.2. Status Gizi ... 37

5.2.3. Konsumsi Kalori Harian ... 39

5.2.4. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

6.1. Kesimpulan ... 41

6.2. Saran ... 42

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1 Anjuran Makan Sehari Untuk Berbagai Golongan

Umur Yang Memenuhi Gizi 16

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Umur 30

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin 31

Tabel 5.3 Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan

Status Gizi pada Anak Panti Asuhan Mamiyai

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 20

Gambar 5.1 Peta Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah 29

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Tinggi Badan 32

Gambar 5.3 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Berat Badan 33

Gambar 5.4 Hasil Pengukuran Status Gizi Harian Pada

Anak Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah 34

Gambar 5.5 Hasil Pengukuran Konsumsi Kalori Harian Pada

Anak Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah 35

Gambar 5.6 Diagram tebar (Scatter plot) dari hubungan

Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi 36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Lembar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed

Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 4 Formulir Recall 2 x 24 jam

Lampiran 5 Growth Chart WHO-NCHS 2000 For Boys And Girls

Lampiran 6 Daftar Bahan Makanan Penukar

Lampiran 7 Tabel Angka Kecukupan Gizi Bagi Orang Indonesia

Lampiran 8 Lembar Persetujuan Ethical Clearance

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian

Lampiran 10 Data Induk

(15)

ABSTRAK

Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak

dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi

dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Tumbuh kembang anak

sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya dan intake zat gizi yang

dikonsumsi dalam bentuk makanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

hubungan antara konsumsi kalori harian dengan status gizi pada anak di Panti

Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain crossectional,

dengan jumlah sampel 50 anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan.

Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Teknik analisis data yang

digunakan yaitu korelasi bivariat product pearson moment.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia anak di Panti Asuhan Mamiyai

Al Ittihadiyah adalah 10,26 ± 1,78 tahun. Rata-rata berat badan sebesar 32,66 ±

2,4 kg. Rata-rata tinggi badan sebesar 136,1 ± 3,14 cm. Rata-rata konsumsi kalori

harian adalah 1948,18 ± 17,78 kalori. Sedangkan rata-rata status gizi adalah

104,74 ± 4,32 yang berkategori normal. Dari hasil analisis dua arah Korelasi

Pearson, didapati kesimpulan bahwa tidak ada hubungan konsumsi kalori harian

dengan status gizi, dengan tingkat hubungan adalah rendah (r=0,244, p>0,05).

Dari penelitian ini disarankan agar dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi

protein serta status gizi anak.

Kata Kunci : Konsumsi Kalori Harian, Tinggi Badan, Berat Badan, Status Gizi,

(16)

ABSTRACT

Orphanage children is the kid who is abandoned because of the

irresponsible parents or parents died which causing the children does not receive

adequate needs in the spiritual, physical and social aspect. A child grow up normal

and healthy in accordance with his genetic potential and intake of nutrients from

dietary. This study aims to determine the relationship between daily calorie intake

and the nutritional status in children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah,

Medan.

This is an analytical study with a crossectional design which consist of a

sample of 50 children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan. The

sampling technique is total sampling. Pearson product moment bivariate

correlation is used as the data analysis techniques.

Result of this study showed that the average age of the Orphanage

Mamiyai Al Ittihadiyah is 10,26 ± 1,78 years. The research also showed that the

average daily calorie intake is 1948.2 calories and the average weight is 32.66 ±

2,4 kg at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah. The average height of the

children at the Orphanage Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan is 136,1 ± 3,14 cm. On

the one hand, the average nutritional status is 104.74 ± 4,32 which is categorized

in the normal range. As a conclusion based on the analysis of two-way Pearson

correlation, it was found that there is no daily calorie intake relationship with

nutritional status and the level of the relationship is low (r = 0.244, p> 0.05). This

study recommends for further assessment of the factors that influence the level of

energy and protein consumption with the nutritional status of the children.

Keywords: Daily Calorie Consumption, Height, Weight Loss, Nutritional Status,

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat 2010

merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan

kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar

gizi untuk mencapai status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal (Dinkes

Sumatera Utara, 2006).

Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi

genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh

intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau

kelebihan gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang

menyimpang dari pola standar. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk

mengukur status gizi baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua

perlu menaruh perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui

keadaan gizi mereka (Khomsan, 2003).

Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan 40,6 persen penduduk mengonsumsi

makanan dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari Angka Kecukupan

Gizi/AKG) yang dianjurkan tahun 2004. Berdasarkan kelompok umur dijumpai

24,4 persen Balita, 41,2 persen anak usia sekolah, 54,5 persen remaja, 40.2 persen

Dewasa, serta 44,2 persen ibu hamil mengonsumsi makanan dibawah kebutuhan

minimal. Sementara itu proporsi penduduk tertinggi dengan konsumsi <70% AKG

adalah NTB (46,6%), dan terendah adalah provinsi Bengkulu (23,7%)

(RisKesDas,2010)

Dengan pengaturan makan dan minum secara seimbang dapat terbentuk

kebiasaan makan yang baik untuk perkembangan fisik dan kognitif optimal,

menjaga BB normal, serta menurunkan risiko menderita penyakit kronis pada

(18)

Dari penjelasan di atas bahwa, perjalanan hidup seorang anak tidak

selamanya berjalan dengan baik. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang

sulit bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti

menjadi yatim, piatu bahkan yatim piatu, tidak mampu dan terlantar. Dalam

memecahkan masalah keterlantaran anak maka diperlukan lembaga pengganti

fungsi orang tua yang memiliki peran dan posisi sejenis melalui pemerintah dan

salah satunya Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA). Namun dampak dari panti

asuhan adalah pengasuhan dan perhatian terhadap nutrisi dan kesehatan mereka

masing-masing secara langsung kurang, sehingga kemungkinan angka malnutrisi

tinggi. Demikian pula perbandingan jumlah anak yang lebih besar daripada

jumlah pengasuh, sehingga perhatian terhadap status gizi pun akan lebih rendah.

Kemungkinan lain berupa masalah dana yang rendah sehingga kebutuhan gizi

tidak sebanding dengan asupan yang diterima anak-anak panti asuhan.

Jumlah panti asuhan yang terdaftar dan mendapat bantuan di kota Medan

adalah 18 panti asuhan. Penelitian ini akan dilakukan pada Panti Asuhan Mamiyai

Al Ittihadiyah, Jalan Mamiyai No.1 Tegal Sari Medan Sumatera Utara. Terkait

dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk

mengetahui hubungan konsumsi kalori harian dengan status gizi anak usia 6 – 12

tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun 2011.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “bagaimana hubungan konsumsi kalori harian dengan status

gizi anak usia 6 – 12 tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun

2011?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan konsumsi kalori harian dengan status gizi anak usia

6 – 12 tahun di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun 2011.

(19)

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui rata-rata status gizi dan konsumsi kalori harian rata-rata

pada anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

a. Bagi peneliti:

1) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan

ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.

2) Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan

masyarakat.

3) Dapat meningkatkan kemampuan dalam menerapkan pengetahuan

statistik kedokteran ke dalam penelitian.

4) Dapat meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam

meneliti berbagai macam bidang penelitian lainnya.

b. Bagi pengasuh panti asuhan, sebagai bahan masukan yang dapat

menambah wawasan dan pengetahuan mereka untuk menangani

masalah status gizi anak panti asuhan dalam serta memberikan asupan

nutrisi yang baik.

c. Bagi anak-anak panti asuhan, mendapatkan perhatian akan kecukupan

nutrisi dan kesehatan.

d. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka

tentang cara menilai status gizi anak dan pentingnya memberikan

perhatian yang cukup mengenai masalah status gizi pada anak-anak

panti asuhan.

e. Bagi pemerintah, terutama departemen sosial, dapat digunakan sebagai

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status gizi 2.1.1. Pengertian Gizi

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur

kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Semua orang

sepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun dalam jumlah

yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan

fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat

dibutuhkan untuk hidup dan sehat (Kusharisupeni, 2007).

Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun

1952-1955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari

bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca

ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya

sebagai ”nutrisi”( Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain, 1994).

WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang

terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan

pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara

kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi.

Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara

jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi

mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau

nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam

cairan tubuh (Almatsier, 2004).

2.1.2. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah

(21)

bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap

kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui

melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun

kualitatif (Supariasa, 2001).

Status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari

pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator

yang digunakan (DepKes,2002).

Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang

sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia

adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistik

(WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :

Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua,

Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang

mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi

buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan

kwashiorkor (Supariasa, 2002).

Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level

yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan

makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu

ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan

yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001 yang

dikutip oleh Simarmata, 2009).

Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan

kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah

terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang

menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.

Peran dan kedudukan Penilaian Status Gizi (PSG) di dalam ilmu gizi

adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu

(22)

Definisi PSG adalah interprestasi dari data yang didapatkan dengan

menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu

yang berisiko atau dengan status gizi buruk (Hartriyanti, 2007).

Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang

paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan

gizi. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari :

a. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun.

b. Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun.

c. Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun.

d. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun.

e. Kelompok ibu hanil dan menyusui.

f. Kelompok usia (usia lanjut). (Notoatmodjo, 2003)

2.1.3 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi.

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat

pada jaringan epitel (supervisial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut

dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti

kelenjar tiroid.

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga

(23)

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan dan jaringan.

2.1.4. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan

data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3. Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti

iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa, 2002).

2.2. Pemeriksaan Antropometri

Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang meliputi jenis

kelamin, lingkungan dalam rahim, jumlah kelahiran, berat lahir pada kehamilan

tunggal atau majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetis, serta faktor

lingkungan (termasuk iklim, musim, dan keadaan sosial-ekonomi). Pengaruh

lingkungan, terutama gizi, lebih penting daripada latar belakang genetis atau

faktor biologis lain, terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu

dapat memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi (Arisman, 2009).

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya

tubuh dan metros, artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.

Jadi dapat ditarik pengertian antropometri gizi adalah berhubungan dengan

(24)

tingkat umur dan gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari

berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah

besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.

Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu untuk: (1) penapisan status gizi,

(2) survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada

orang per orang untuk keperluan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh

gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang

berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran

perubahan status gizi dari waktu ke waktu (Arisman, 2009).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh

manusia, antara lain: usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.

Faktor usia sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

penentuan usia akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil

pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila

tidak disertai dengan penentuan usia yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor

(1980), batasan usia digunakan adalah tahun usia penuh (Completed Year).

Untuk melengkapi data usia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1) Meminta surat kelahiran, kartu keluarga, atau catatan lain yang dibuat oleh

orang tuanya. Apabila tidak ada, jika memungkinkan cobalah minta catatan

kelahiran pada pamong desa.

2) Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal (Jawa, Sunda,

dll), cocokan dengan kalender nasional,

3) Jika tetap tidak diketahui, catatan kelahiran anak berdasarkan daya ingat orang

(25)

puasa, pemilihan kepala desa atau peristiwa nasional, seperti Pemilu, banjir,

gunung meletus, dll. Sebelum pengumpulan data, buatlah daftar tentang

tanggal, bulan dan tahun kejadian dari peristiwa peristiwa penting di daerah

dimana kita ingin mengumpulkan data,

4) Cara lain jika memungkinkan dapat dilakukan dengan membandingkan anak

yang diketahui usianya dengan anak kerabat/tetangga yang diketahui pasti

tanggal lahirnya, misalnya: beberapa bulan lebih tua atau lebih muda.

5) Jika tanggal lahirnya tidak diketahui dengan tepat, sedangkan bulan dan

tahunnya diketahui, maka tanggal lahir anak tersebut ditentukan tanggal 15

bulan yang bersangkutan.

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting. Berat badan

menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Di

samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis

obat dan makanan.

Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju

pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti

dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Pada remaja, lemak tubuh cenderung

meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi

penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan

lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.

Berat badan merupakan pilhan utama karena berbagai pertimbangan,

antara lain:

1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di

Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan

secara meluas.

(26)

5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk

didikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan

sebagai dasar pengisiannya.

6) Karena masalah usia merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,

berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai

indeks yang tidak tergantung pada umur.

7) Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang

tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:

1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain.

2) Mudah diperoleh dan relatif mudah harganya.

3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.

4) Skalanya mudah dibaca.

5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Pada prinsipnya, ada dua macam timbangan, yaitu beam (lever) balance

scales dan spring scale. Contoh beam balance ialah dacin, dan spring scale scale

adalah timbangan pegas (contohnya, timbangan kamar mandi). Kesulitan dalam

menimbang anak adalah anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala dan anak

biasanya menangis.

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah

lain dari keadaan sekarang, jika umur diketahui dengan tepat. Di samping itu

tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan

menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (quac stick), faktor umur dapat

dikesampingkan.

Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri

dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise) yang mempunyai

ketelitian 0,1 cm.

Untuk mendapatkan data antropometri yang baik harus dilakukan sesuai

(27)

standarisasi adalah memberikan informasi yang cepat dan menunjukkan kesalahan

secara tepat sehingga perubahan dapat dilakukan sebelum sumber kesalahan dapat

dipastikan. Penyelia mempelajari hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk

menjamin presisi dan akurasi pengukuran dan ketrampilan apa yang perlu

diberikan (Supariasa, 2002).

Idrus dan Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai presisi dan

akurasi. Presisi adalah kemampuan mengukur subyek yang sama secara

berulang-ulang dengan kesalahan yang minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan

untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh

penyelia.

Berbagai penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Di

antara penyebab antara lain pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa

memperhatikan posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung,

pinggul, dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap

sempurna. Di samping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak

memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak

menggunakan sandal atau sepatu. Pada waktu penimbangan berat badan,

timbangan belum di titik nol, belum dalam keadaan seimbang, dan timbangan

tidak berdiri tegak lurus.

Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur dapat terjadi karena

petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang

memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut

measurement error. Masalah lain juga timbul dalam penentuan status gizi adalah

alat ukur dan pengukuran.

Secara garis besar usaha untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik

dalam mengukur sebab maupun dampak dari suatu tindakan, dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a) Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya

mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak menggunakan alat

(28)

b) Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu

ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya

tidak digunakan lagi.

c) Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk

mendapatkan presisi dan akurasi yang baik (Supariasa, 2002).

2.3. Standar Penilaian Status Gizi

Standar (baku) rujukan CDC-NCHS 2000 ditetapkan sebagai pembanding

dalam status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat di Indonesia.

Standar ini dipaparkan dalam persentil dan ketentuan eid indeks dari BB/TB.

Hasil pengukuran status gizi berdasarkan eid indeks dapat digolongkan

dalam persentase malnutrisi berat (< 70%), malnutrisi sedang (≥ 70 -80%),

malnutrisi ringan (≥ 80 -90%), gizi baik (≥ 90 -110%), overweight (≥ 110-120%),

dan obesitas (≥ 120%).

Untuk menentukan status gizi digunakan berat badan (BB) terhadap tinggi

badan (TB) (CDC, 2000). Tabel Referensi CDC-NCHS 2000 untuk menentukan

status gizi (lampiran) (Supariasa, 2002).

2.4. Kebutuhan Gizi Dan Kecukupan Gizi

Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang

untuk hidup sehat. Kebutuhan zat gizi masing-masing orang berbeda, salah

satunya karena faktor genetika. Kegunaan perhitungan kebutuhan gizi adalah

sebagai baku evaluasi konsumsi pangan dan gizi, perencanaan menu atau

konsumsi pangan, perencanaan produksi dan ketersediaan pangan. Sedangkan

kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary allowances/ RDA) adalah

jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau rata-rata kelompok orang agar

hampir semua orang dapat hidup sehat.

Kebutuhan gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

(29)

Pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya materi penyusun badan dan

bagian-bagiannya. Fase ini dimulai dari kandungan sampai usia dewasa muda.

Laju pertumbuhan tercepat terjadi sebelum kelahiran dan sewaktu bayi. Keperluan

tubuh akan zat gizi esensial pada waktu bayi lebih utama dibandingkan dengan

masa lain selam kehidupan. Pertumbuhan berikutnya adalah masa kanak-kanak.

Pada usia ini kegiatan fisik mulai meningkat. Kekurangan zat gizi pada dua masa

ini akan menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik dan mental. Kebutuhan zat

gizi dan energi menjadi bervariasi seiring dengan laju pertumbuhan. Sampai masa

remaja, kebutuhan zat gizi sangat penting untuk perkembangan tubuh, seperti

terbentuknya tulang dan otot yang kuat, simpanan lemak yang cukup untuk

melindungi tubuh dan organnya, kulit yang sehat, rambut yang mengkilap, serta

gigi yang sehat.

2. Umur

Semakin tua umur manusia maka kebutuhan energi dan zat-zat gizi

semakin sedikit. Pada usia dewasa, zat gizi diperlukan untuk penggantian jaringan

tubuh yang rusak, meliputi perombakan dan pembentukan sel. Pada masa ini

aktivitas fisik mulai meningkat yaitu untuk melakukan pekerjaan atau bekerja.

3. Jenis kegiatan fisik dan ukuran tubuh

Makin banyak aktivitas fisik yang dikerjakan maka makin banyak energi

yang diperlukan. Untuk melakukan aktifitas fisik yang sama, orang yang berbadan

besar membutuhkan energi yang lebih banyak daripada orang yang berbadan

kecil. Akan tetapi, aktifitas fisik lebih berpengaruh terhadap pengeluaran energi

daripada perbedaan ukuran tubuh.

4. Keadaan sakit dan penyembuhan

Pada keadaan sakit terjadi perombakan protein tubuh. Oleh karena itu,

agar kondisi tubuh kembali normal maka pada periode penyembuhan diperlukan

peningkatan konsumsi protein. Kondisi sakit tidak saja memerlukan peningkatan

konsumsi protein, tetapi juga peningkatan zat-zat gizi lain sepertia air, vitamin,

mineral, karbohidrat, dan lemak.

(30)

2.4.1. Pola Menu Sehari Menurut Kandungan Energi

Seseorang dapat menyusun menu sehari yang seimbang dengan

menggunakan daftar pola menu sehari menurut kandungan energi yang diucapkan

dalam jumlah penukar sebagaimana dapat dilihat pada tabel. Pola ini

menunjukkan jumlah penukar dari tiap golongan bahan makanan yang perlu

dimakan sehari sesuai dengan kebutuhan energi rata-ratanya sehari. Dengan

menggunakan berbagai jenis bahan makanan dalam tiap golongan bahan makanan

sesuai jumlah penukar yang tercantum dalam tabel, dapat dijamin bahwa menu

yang disusun seimbang dalam semua zat gizi dan bervariasi. (Almarsier, 2004)

2.4.2. Daftar Bahan Makanan Penukar

Dalam bahasa baku, menu ialah susunan bermacam makanan yang

dihidangkan. Makanan disini tidak terbatas hanya pada sesuatu yang dimakan,

(31)

Penukar ialah Daftar yang membuat bahan-bahan makanan dalam jumlah tertentu

dengan kandungan gizi yang kurang lebih sama sehingga bisa disaling tukarkan

satumacam bahan makanan dengan yang lainnya. Adanya Daftar Bahan Makanan

Penukar digunakan untuk memudahkan penyusunan menu yang bervariasi dan

bergizi dengan mengelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam

pola menu makanan seimbang dan zat gizi yang dikandungnya. Daftar ini pertama

kali disusun di Indonesia pada tahun 1972 oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan

Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Bahan makanan dibagi ke

dalam delapan golongan yaitu:

1. Bahan makanan sumber karbohidrat

2. Bahan makanan sumber protein hewani

3. Bahan makanan sumber protein nabati

4. Sayuran

5. Buah-buahan

6. Susu

7. Minyak

8. Gula

Untuk tiap golongan bahan makanan disusun daftar bahan makanan dalam

jumlah yang zat gizinya setara dalam energi, karbohidrat, lemak, dan protein

(rincian daftar bahan makanan penukar dapat dilihat di lampiran

menukarkan. Perhatikan terlebih dahulu bahan makanan tiap golongan yang

digunakan sebagai acuan, ukuran standar (dalam ukuran rumah tangga dan gram)

dan nilai energi, karbohidrat, lemak, dan proteinnya. (Isfiani, Ilma R, 2011)

2.5. Panti Asuhan

2.5.1. Pengertian Panti Asuhan

Menjadi kabur ketika dalam kenyataan di lapangan masih terdapat

diskriminasi pada komunitas anak yang tidak beruntung dari segi ekonomi, sosial,

(32)

beberapa keadaan tertentu keluarga tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik

dalam pemenuhan kebutuhan anak, yang kemudian menyebabkan keterlantaran

pada anak. ”Beberapa penyebab keterlantaran anak, antara lain:

1. Orang tua meninggal dan atau tidak ada sanak keluarga yang merawatnya

sehingga anak menjadi yatim piatu.

2. Orang tua tidak mampu (sangat miskin) sehingga tidak dapat memenuhi

kebutuhan minimal anak-anaknya

3. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan fungsinya dengan baik

atau dengan wajar dalam waktu relatif lama misalnya menderita penyakit

kronis dan lain-lain.” (BKPA, 1979).

Menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,

definisi anak terlantar adalah sebagai berikut:

”Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak

dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi

dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial” (UU No. 4/1979,

Tentang Kesejahteraan anak Bab 1 Pasal 1)

Menurut buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan

Pengetahuan Anak Melalui Panti Asuhan Anak, mengenai panti asuhan adalah

suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk

memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta

melaksanakan pelayanan pengganti, atau perwalian anak dalam memenuhi

kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh

kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya

sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita

bangsa, sebagai insane yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan

nasional” (DepSos RI, 1986).

2.5.2. Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia

(33)

1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja

sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka

ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan

kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak

dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan

adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan

berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya

dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan

kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.

2.5.3. Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak

terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997) panti asuhan

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi

sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan.

2) Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak.

3) Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi

penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang menilai status gizi anak dapat

[image:34.595.110.492.265.640.2]

dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur

Pemeriksaan

Antropometri

Penilaian ukuran

tubuh manusia.

Numerik Konsumsi Kalori Harian Status Gizi

(berdasarkan usia dan

jenis kelamin)

• Gizi Baik

• Malnutrisi Ringan

• Malnutrisi Sedang

• Malnutrisi Berat

• Overweight

(35)

Berat Badan Ukuran

peningkatan/penuru

nan semua jaringan

yang ada pada

tubuh. Timbangan injak (kapasitas maksimum 120 kg, ketelitian 0,5 kg) Pertama sekali pastikan timbangan

injak diletakkan di

lantai yang datar, lihat

posisi jarum harus

menunjuk ke angka 0

(nol), anak sebaiknya

memakai baju yang

tipis dan tidak

memegang atau

mengantongi sesuatu.

Kemudian anak

berdiri di atas

timbangan tanpa

dipegangi lalu baca

angka yang

ditunjukkan oleh

jarum pada

timbangan.

Pengukuran dilakukan

dua kali dan diambil

rata-ratanya.

Numerik

Tinggi Badan Jarak dari titik

tertinggi kepala

pada bidang sagital

ke permukaan

tempat berdirinya individu. Mikrotoa/mic rotoise (kapasitas maksimum 200 cm, ketelitian 0,1 cm) Tempelkan dengan paku mikrotoa

tersebut pada dinding

yang lurus dasar

setinggi tepat 2 meter.

Angka 0 (nol) pada

(36)

Lepaskan sepatu atau

sandal. Anak harus

berdiri tegak seperti

sikap siap sempurna

dalam baris berbaris,

kaki lurus, tumit,

pantat, punggung, dan

kepala bagian

belakang harus

menempel pada

dinding dan muka

menghadap lurus

dengan pandangan ke

depan. Turunkan

mikrotoa sampai rapat

pada kepala bagian

atas, siku-siku harus

lurus menempel pada

dinding. Baca angka

pada skala yang

nampak pada lubang

dalam gulungan

mikrotoa. Angka

tersebut menunjukkan

tinggi anak yang

diukur.

Usia dan Jenis

Kelamin

Usia: lamanya

keberadaan

seseorang yang

Wawancara Data diperoleh

melalui pengamatan

dan wawancara

Numerik

(usia),

(37)

diukur dalam

satuan waktu.

jenis kelamin:

kumpulan ciri khas,

seseorang dikenali

baik oleh dirinya

maupun orang lain.

langsung terhadap

anak-anak panti yang

dicocokkan dengan

data yang sudah

diterima sebelumnya

dari pengasuh panti.

Dalam penelitian,

responden yaitu

anak-anak (6-12 tahun

untuk laki-laki dan

6-12 tahun untuk

perempuan).

(jenis

kelamin)

Status Gizi Keadaan tubuh

sebagai akibat

konsumsi makanan

dan penggunaan zat

gizi.

Grafik

CDC-NCHS 2000

berdasarkan

ketentuan eid

indeks dari

BB/TB.

Mengumpulkan data

dari pemeriksaan

antropometri (BB dan

TB) untuk kemudian

dicari dengan baku

yang telah tersedia

dari grafik

CDC-NCHS 2000

berdasarkan usia dan

jenis kelamin yaitu

dengan

memproyeksikan titik

hasil pengukuran

tinggi badan sesuai

dengan usia subjek ke

kurva persentil 50

tinggi badan, lalu ke

kurva persentil 50

[image:37.595.82.542.108.738.2]
(38)

berat badan yang

kemudian dilanjutkan

dengan ketentuan eid

indeks dari BB/TB,

digolongkan dalam

persentase malnutrisi

berat (< 70%),

malnutrisi sedang (≥

70-80%), malnutrisi

ringan (≥ 80-90%),

gizi baik (≥ 90

-110%), overweight (

110-120%), dan

obesitas (≥ 120%).

Kalori harian Akumulasi dari

konsumsi

karbohidrat,

[image:38.595.83.541.105.740.2]

protein, dan lemak

Tabel daftar bahan makanan penukar. Dengan cara menghitung kalori harian berdasarkan

Metode Recall 2 x 24

jam kemudian

dihubungkan dengan

status gizi kelompok

tertentu.

Numerik

Panti Asuhan Suatu lembaga

(39)

kepada anak

terlantar serta

melaksanakan

pelayanan

pengganti, atau

perwalian anak

dalam memenuhi

kebutuhan fisik,

mental dan sosial

kepada anak asuh.

3.3 Hipotesa

Ada hubungan konsumsi kalori harian terhadap status gizi anak usia 6 – 12

(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan potong

lintang (cross sectional). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

konsumsi kalori harian dengan status gizi anak usia 6 – 12 tahun di Panti Asuhan

Mamiyai Al Ittihadiyah Medan Tahun 2011.

4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan pada panti asuhan yaitu di Panti Asuhan Mamiyai

Al Ittihadiyah, Jalan Mamiyai No.1 Tegal Sari Medan, Sumatera Utara. Adapun

pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan yaitu, adalah Panti

Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah dengan jumlah 50 anak sehingga penelitian

mencakup jumlah populasi yang relatif banyak untuk dijadikan sampel penelitian

dan lebih mudah dijangkau peneliti. Pengukuran dan pengumpulan data akan

dilaksanakan pada bulan Juli 2011. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah

mendapatkan persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang

kesehatan.

4.3. Populasi dan Sampel Penilitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al

Ittihadiyah yang berjumlah 50 orang 2011.

4.3.2. Sampel Penelitian

Dalam mengambil sampel penelitian digunakan metode total sampling,

(41)

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah seluruh anak di Panti

Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan tahun 2011 yang berusia 6-12 tahun untuk

anak laki-laki dan yang berusia 6-12 tahun untuk anak perempuan.

4.3.2.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah anak yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam

penelitian, anak yang sedang sakit, anak yang belum bisa berdiri, dan anak yang

memiliki kelainan postur tubuh (cacat kongenital maupun akibat kecelakaan).

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpul merupakan data primer dengan parameter pengukuran

berupa berat badan dan tinggi badan. Responden pada penelitian ini adalah

anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan tahun 2011 yang berusia

6-12 tahun untuk anak laki-laki dan yang berusia 6-6-12 tahun untuk anak perempuan.

Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan alat timbangan

injak sesuai dengan prosedur pengukuran timbangan injak dan dinilai dalam

satuan kilogram (kg). Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan

mikrotoa (microtoise) sesuai dengan prosedur pengukuran mikrotoa dan dinilai

dalam satuan centimeter (cm). Sementara data usia dan jenis kelamin anak

diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung terhadap anak-anak panti

yang dicocokkan dengan data yang sudah diterima sebelumnya dari pengasuh

panti.

Hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dikumpulkan untuk

kemudian dicari status gizi yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin

masing-masing anak dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik

CDC-NCHS 2000 berdasarkan ketentuan eid indeks dari BB/TB yang digolong

dalam malnutrisi berat (< 70%), malnutrisi sedang (≥ 70 -80%), malnutrisi ringan

(≥ 80-90%), gizi baik (≥ 90 -110%), overweight (≥ 110-120%), dan obesitas (≥

120%). Setelah itu menghitung kalori harian berdasarkan 2 x recall method

kemudian dihubungkan dengan status gizi kelompok tertentu, dan dilakukan

(42)

4.3.4. Metode Analisis data

Data yang sudah terkumpul, diolah dan kemudian dianalisis secara

analitik. Sedangkan untuk menguji hipotesis, variabel penelitian dianalisis dengan

menggunakan uji korelasi pearson pada taraf nyata 95% (α=0,5) dengan bantuan komputer program SPSS. Apabila probabilitas (p) lebih kecil daripada α (p<0,05) maka hipotesis Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara konsumsi

kalori harian dengan status gizi anak. Jika sebaliknya hipotesis Ho diterima maka

(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari organisasi Al Ittihadiyah, dimana panti ini berdiri sebagai Badan

Otonom Mamiyai yang bernaung di bawah organisasi Al Ittihadiyah.

Dikarenakan banyaknya anak yatim/piatu, fakir miskin yang terlantar,

bercerai berai dalam arus pengungsian akibat penjajahan/ pendudukan Jepang dan

gugur dalam pertempuran mempertahankan tanah air serta dilandasi dengan ajaran

agama islam, maka dibentuklah suatu lembaga/ badan yang merawat dan

[image:43.595.105.529.438.724.2]

mengurus anak-anak yatim piatu/ fakir miskin.

(44)

Badan ini didirikan tanggal 19 Mei 1943 dengan nama Majelis Miskin

Yatim Piatu Al Ittihadiyah (MAMIYAI). Realisasi terselenggaranya Panti Asuhan

Mamiyai pada waktu itu ketika Sjech H. Abdul Malik sebagai pimpinan

Perguruan Al Falah di kampong Sungai Mati Medan yang telah lama mengasuh

anak yatim/ miskin memberikan kepercayaan kepada Organisasi Al Ittihadiyah

untuk meneruskan mengurus anak yatim/ miskin ini, sejak itulah Panti Asuhan

Mamiyai Al Ittihadiyah dijalankan. Pembangunan gedung Panti Asuhan Mamiyai

Al Ittihadiyah ini sebelumnya berpindah-pindah dari Kampung Sungai Mati

Medan – Pematang Siantar – Jalan Sungai Kera Medan – Jalan Jeparis Medan –

Jalan Bromo Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 50 orang responden yang merupakan anak panti

asuhan di di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan. Dari keseluruhan

responden gambaran karakteristik responden yang diamati kelompok umur, jenis

kelamin, tinggi badan dan berat badan.

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, rata-rata umur anak

adalah 10 tahun yaitu, umur anak terendah adalah 6 tahun dan umur anak

[image:44.595.106.525.578.747.2]

tertinggi adalah 12 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah

(orang) Persentase %

6 1 2

7 1 2

8 2 4

9 11 22

10 8 16

(45)

12 8 16

Total 50 100

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, jenis kelamin laki-laki

berjumlah 34 orang (68%) sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 16

[image:45.595.106.518.111.157.2]

orang (32%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelompok Jenis Kelamin Jumlah

(Orang) Persentase %

Laki-laki 34 68

Perermpuan 16 32

Jumlah 50 100

.

c. Tinggi Badan

Karakteristik berdasarkan tinggi badan dibagi menjadi 7 kelompok

interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada

kelompok dengan interval tinggi badan 134-140 cm. Sedangkan kelompok

responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan

113-119 cm dan 155-161 cm. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.2.

[image:45.595.110.518.303.409.2]
(46)

Berdasarkan Tinggi Badan

Rata-rata tinggi badan responden adalah 136 cm dengan nilai tengah 135

cm. Tinggi badan responden dimulai dari titik minimal, yaitu 113 cm dan titik

maksimal, yaitu 156 cm. Hal ini menunjukkan rentang tinggi badan responden

adalah 43 cm.

d. Berat Badan

Karakteristik berdasarkan berat badan dibagi menjadi 7 kelompok interval.

Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada

kelompok dengan interval berat badan 25-29 kg. Sedangkan kelompok responden

paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval berat badan 45-49 kg. Hal ini

(47)
[image:47.595.147.486.182.374.2]

Gambar 5.3. Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan

Rata-rata berat badan responden adalah 32.66 kg dengan nilai tengah 30

kg. Berat badan terendah adalah 20 kg dan berat badan tertinggi adalah 50 kg. Hal

ini menunjukkan rentang berat badan responden adalah 30 kg.

5.1.3. Status Gizi

Dari 50 responden yang menjadi sampel penelitian, 64 % diantaranya atau

sekitar 32 orang termasuk kategori normal. Kategori kekurangan berat badan baik

tingkat berat maupun tingkat ringan dimasukkan dalam klasifikasi kurus,

sedangkan kategori kelebihan berat badan baik tingkat sedang maupun tingkat

ringan dimasukkan dalam klasifikasi gemuk. Hal ini menunjukkan sekitar 12 %

sampel penelitian termasuk klasifikasi kurus dan 24 % termasuk klasifikasi

gemuk. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5.4.

(48)

Rata-rata status gizi sampel adalah 104.74 dengan nilai tengah 100. Status

gizi terendah adalah 86 dan status gizi tertinggi adalah 148. Hal ini menunjukkan

rentang status gizi responden adalah 62.

5.1.4. Konsumsi Kalori Harian

Dari 50 responden yang menjadi sampel penelitian.Rata-rata konsumsi

kalori harian adalah 1948,18 dengan nilai tengah 1970. Konsumsi kalori harian

terendah adalah 1812,5 dan konsumsi kalori harian tertinggi adalah 2046,5. Hal

ini menunjukkan rentang jumlah konsumsi kalori harian adalah 234. Hal ini dapat

[image:48.595.185.467.130.346.2]

dilihat pada gambar 5.5.

(49)

5.1.5. Hasil Analisis Statistik

5.1.5.1. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi

Sebanyak 50 responden diperiksa dan diwawancarai apabila telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis

melalui uji hipotesis Korelasi Pearson.

Untuk mengetahui hubungan konsumsi kalori harian dengan status gizi,

diawali dengan membuat suatu diagram tebar (scatter plot). Dari diagram ini

dapat diketahui pola hubungan antara kedua variabel numerik tersebut. Data

Konsumsi Kalori Harian ditampilkan pada sumbu X (axis), sementara data Status

Gizi disajikan pada sumbu Y (ordinat). Setiap pengamatan diwakili oleh satu titik.

Dari hasil diagram tebar (scatter plot) tidak didapatkan pola hubungan yang

linear.

Dengan demikian data tersebut memungkinkan untuk dapat dianalisis

lebih lanjut dengan menggunakan uji Korelasi Pearson guna mengetahui kekuatan

[image:49.595.141.500.119.364.2]

hubungan diantara kedua variabel tersebut.Hal ini dapat dilihat dari diagram 5.5.

(50)

Dari penelitian, didapatkan rata-rata status gizi sebesar 104,74 dengan

standard deviasi 15,306 dan rata-rata usia konsumsi kalori harian sebesar 1948,18

[image:50.595.134.507.116.366.2]

dengan standard deviasi 64,74. Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hubungan Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi pada Anak Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah Medan

Variabel Mean Standard

Deviation P value Correlation

Konsumsi

Kalori Harian 1948,18 62,87 0,088 0,244

Status Gizi 104,74 15,3

Dari hasil uji hitung, p value yang didapat sebesar 0,088. Karena nilai p

yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini

diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

Konsumsi Kalori Harian dengan Status Gizi. Selanjutnya, dilakukan uji kekuatan

hubungan antara Status Gizi dengan Konsumsi Kalori Harian dengan

menggunakan uji korelasi pearson. Pengukuran ini dilakukan dengan interval

kepercayaan 95% dan batas kemaknaan P < 0,05. Hasil uji korelasi pearson

(51)

menyatakan derajat keeratan tingkat rendah. Analisis tidak dilanjutkan dengan uji

Regresi Linier karena tidak mencerminkan ketergantungan antara Konsumsi

Kalori Harian dengan Status Gizi.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik

responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan.

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada

pada umur 11 tahun yaitu sebanyak 19 orang (38%) dan terendah berumur 6 dan 7

tahun masing-masing berjumlah satu orang (2%). Hal ini disebabkan minimnya

jumlah sampel pada anak panti asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah.

Kelompok interval tinggi badan paling banyak adalah kelompok dengan

interval 134 – 140 cm, yaitu sejumlah 12 orang (24%) dan paling sedikit adalah

kelompok dengan interval 133 – 119 cm dan 155 – 161 cm masing-masing

berjumlah 2 orang (4%)

Berdasarkan berat badan, jumlah responden terbanyak berada pada

kelompok berat badan 25 - 29 kg yaitu sejumlah 15 orang (30%) dengan rata-rata

32,7 kg.

5.2.2. Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi yang paling banyak

ditemukan pada anak panti asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah secara berurutan

adalah status gizi baik, dengan jumlah 32 orang (64%), diikuti dengan status gizi

malnutrisi ringan sebanyak 6 orang (12%), status gizi overweight sebanyak 6

orang (12%) dan obesitas sebanyak 6 orang (12%). Sedangkan status gizi lainnya

seperti malnutrisi sedang dan malnutrisi berat tidak ditemukan.

Penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak panti asuhan Yayasan

Terima Kasih Abadi diperoleh kebanyakan responden adalah laki-laki dengan

kelompok usia terbanyak adalah anak-anak (5-12 tahun). Pada penelitian ini juga

(52)

Dwi Kusuma (2005), pada penelitiannya di Panti Asuhan Budhi Asih kota

Cirebon mendapatkan status gizi berdasarkan indeks BB/TB pada anak panti

asuhan tersebut seluruhnya merupakan status gizi baik (100%).

Hasil yang didapatkan peneliti memiliki kemiripan dengan penelitian di

atas, dimana status gizi terbanyak adalah status gizi baik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa asumsi masyarakat tentang gizi anak panti asuhan tergolong

rendah, tidak selalu benar. Selain itu, ditemukan status gizi lebih memiliki

persentase yang lebih besar dibandingkan status gizi kurang.

Pembagian makanan di panti asuhan adalah berdasarkan penjatahan tanpa

memperhatikan umur sehingga berkemungkinan menyebabkan kekurangan

asupan pada tubuh anak-anak panti asuhan. Terkadang terdapat undangan dari

sebuah acara sehingga porsi makanan yang diberikan terkadang melebihi porsi

makanan anak sebenarnya. Hal ini yang menyebabkan kecenderungan status gizi

lebih. Selain itu, terdapat sebagian anak yang aktif dalam beraktifitas dan sebagian

lagi hanya beraktivitas ringan. Jenis kegiatan fisik mempengaruhi kebutuhan gizi

seseorang “makin banyak aktivitas fisik yang dikerjakan maka makin banyak

energi yang diperlukan”. (Auliana, 1999)

Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa anak-anak cenderung

memiliki status gizi baik dan lebih. Ini dikarenakan anak-anak panti asuhan

diperhatikan dalam asupan makanan.

5.2.3. Konsumsi Kalori Harian

Dari hasil analisis korelasi pearson dapat diketahui bahwa terdapat

hubungan derajat keeratan rendah antara konsumsi kalori harian dengan status

gizi. Ditunjukkan dengan nilai r = 0,244 dan nilai p = 0,088 (p > 0,05). Dari hasil

penelitian tersebut di atas, menunjukkan bahwa konsumsi kalori harian tidak

memiliki pengaruh terhadap status gizi namun dikarenakan beberapa hal.

Berdasarkan tabel angka kecukupan gizi 2004 bagi orang Indonesia kelompok

umur 4 – 6 tahun mendapatkan energi 1550 kalori, umur 7 – 9 tahun mendapatkan

energi 1800 dan 10 – 12 tahun mendapatkan energi 2050 (Widya Karya Nasional

(53)

Pada penelitian ini yang berumur 6 tahun hanya 1 orang yang mendapat

gizi kalori <1900. Umur 7 tahun hanya 1 orang yang mendapat gizi kalori <1900.

Umur 8 tahun ada 2 orang yang mendapat gizi kalori <1900. Umur 9 tahun yang

mendapat gizi kalori ada 6 orang < 1900 dan ada 5 orang yang mendapat gizi

kalori >1900. Umur 10 tahun ada 8 orang yang mendapat gizi kalori >1900.

Umur 11 tahun hanya 1 orang yang mendapat gizi kalori <1900 dan >1900 ada 18

orang. Umur 12 tahun ada 8 orang yang mendapat gizi kalori >1900.

Secara teoritis, bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi

yang dikeluarkan maka tubuh akan kekurangan energi Akibat yang dapat

ditimbulkan adalah tubuh akan mengalami ketidakseimbangan (energi negatif),

sehingga berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila konsumsi

energi melaui makanan melebihi energi yang dikeluarkan maka akan terjadi berat

badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan

makan dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang

beraktifitas. (Almatsier, 2003).

Pada penelitian ini adanya menu yang disajikan tidak homogen sehingga

kebutuhan konsumsi kalori harian tidak terbutuhi dengan baik. Selain itu semua

anak di panti asuhan mendapatkan asupan kalori yang sama padahal semakin tua

umur manusia maka kebutuhan energi dan zat-zat gizi semakin sedikit namun

pada masa tumbuh kembang prinsipnya berbeda.(Auliana, 1999)

5.2.4. Hubungan Konsumsi Kalori Harian Dengan Status Gizi

Dengan membandingkan status gizi berdasarkan Tabel Referensi

CDC-NCHS 2000 dengan konsumsi kalori harian diperoleh bahwa hubungan yang tidak

signifikan antara status gizi dengan konsumsi kalori harian pada anak-anak di

Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan (p > 0,05 dengan koefisien korelasi

0,244). Hubungan ini menunjukkan derajat keeratan tingkat rendah. Rata-rata

Status Gizi pada anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan

adalah 104,74 yang berkategori normal dengan mayoritas status gizi termasuk

(54)

pada anak-anak di Panti Asuhan Mamiyai Al Ittihadiyah, Medan adalah 1948,18

kalori.

Uji Korelasi Pearson dengan nilai p = 0,088 menunjukkan hipotesa nol

diterima dan berarti bahwa tidak ada hubungan secara statistik antara status gizi

dengan konsumsi kalori harian untuk anak-anak panti asuhan Mamiyai Al

Ittihadiyah. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor. Pembagian makanan

di panti asuhan adalah berdasarkan penjatahan dan tidak homogen tanpa

memperhatikan umur sehingga berkemungkinan menyebabkan kekurangan

asupan pada tubuh anak-anak panti asuhan. Terkadang terdapat und

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
Grafik CDC-Mengumpulkan data
Tabel daftar
Gambar 5.1 Peta Panti Asuhan Mammiyai Al Ittihadiyah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang didapat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hubungan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi pada remaja usia 13-15 tahun

Penelitian ini bertujuan untuk menilai status gizi anak Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi dengan menggunakan baku yang telah tersedia dari grafik CDC-NCHS 2000

Kesimpulan, ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prevalensi angular cheilitis pada anak panti asuhan SOS childrens village dan panti asuhan Al-Jamiatul

Konsumsi zat gizi makro kaitannya dengan status gizi anak usia sekolah dasar pada keluarga penerima BLSM.. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Negeri

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, PROTEIN, DAN STATUS GIZI LANJUT USIA DI PANTI WREDA SURAKARTA.. Lanjut usia merupakan fase kehidupan yang dilalui

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan makanan dengan status gizi pada anak di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Medan.. Untuk keperluan tersebut,

Hasil pengolahan data untuk menentukan status gizi dan kebutuhan kalori harian pada balita berdasarkan indeks antropometri berat badan terhadap usia (BB/U) dan Indeks Massa Tubuh

Pelaksanaan pengukuran status gizi dan penyampaian materi mengenai gizi seimbang di Panti Asuhan Tebet Jakarta Selatan ini merupakan kegiatan pengabdian kepada