• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Teknik Paralleling Untuk Penilaian Resorpsi Akar Pada Pasien Pemakai Piranti Ortodonti Cekat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Teknik Paralleling Untuk Penilaian Resorpsi Akar Pada Pasien Pemakai Piranti Ortodonti Cekat"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKAI PIRANTI ORTODONTI CEKAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

KURNIA DANIANTI DWIPUTRI NIM: 100600084

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tahun 2014

Kurnia Danianti Dwiputri

Penggunaan Teknik Paralleling Untuk Penilaian Resorpsi Akar Pada Pasien Pemakai Piranti Ortodonti Cekat

x + 41 halaman

Resorpsi akar merupakan kelanjutan yang tidak terhindarkan dari pemakaian piranti ortodonti cekat. Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi terjadinya resorpsi akar yang cukup tinggi pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat. Pemeriksaan radiografi merupakan tahapan esensial dari proses diagnosis ortodonti, terlebih dalam menilai resorpsi akar yang terjadi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap 43 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 hingga 2012 yang terdiri dari 8 orang sampel laki-laki dan 35 orang sampel perempuan. Penelitian dilakukan dengan mengambil foto ronsen dengan teknik paralleling untuk selanjutnya dinilai kategori, lokasi dan bentuk resorpsi akar yang terjadi dengan membandingkan foto tersebut dengan foto panoramik sebelum perawatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh pasien pemakai piranti ortodonti cekat mengalami resorpsi akar dengan lokasi yang paling sering dijumpai adalah di ujung apikal akar sebanyak 61,3% dan bentuk resorpsi akar yang paling sering terjadi adalah membulat sebanyak 83,9%.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa 72,1% pasien mengalami resorpsi akar, di mana 46,5% termasuk resorpsi akar grade 1 dan 25,6% termasuk

resorpsi akar grade 2. Berdasarkan jenis kelamin, 87,5% sampel laki-laki mengalami

(3)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 7 Januari 2014

Pembimbing Tanda tangan

(4)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 7 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Cek Dara Manja, drg.,Sp.RKG

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ayahanda, H. Asep Sahroni, S.E.,M.M dan Ibunda, Hj. Agustien Aryani yang telah memberikan kasih sayang, didikan, doa dan dukungan kepada penulis selama ini. Tidak lupa juga terima kasih terdalam penulis haturkan kepada Kakanda Rizky Arista Novira, S.Si beserta Adinda Nurul Islami Gustari Dewi dan Dewanti Intan Sahputri atas segala doa dan semangatnya. Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing, Cek Dara Manja, drg.,Sp.RKG yang telah meluangkan begitu banyak waktu, pikiran, tenaga dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazaruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg.,M.Kes.,Sp.RKG(K) selaku Ketua Departemen Radiologi Kedokteran Gigi dan tim penguji atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

3. Pitu Wulandari, drg.,Sp.Perio selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(7)

5. Dewi Kartika, drg dan Maria Sitanggang, drg selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

6. Kak Rani, Kak Tety dan Pak Ari yang telah sangat banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan memberikan saran yang membangun.

7. Semua sahabat penulis Ajeng, Haifa, Winda, Emal, Beactris, Titin, Gita dan Ratu yang telah membantu dan menyemangati penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pula kepada kawan-kawan seperjuangan Liya dan Dara yang telah bersama-sama penulis melaksanakan penelitian serta Atyqa, Adel dan Yohanes yang turut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh teman-teman angkatan 2010, para senior angkatan 2009 serta adik-adik 2011 dan 2012 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian dan sangat banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian yang namanya tidak mungkin disebut satu per satu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 7 Januari 2014 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Tinjauan Umum Gigi... 5

2.1.1 Proses Pembentukan Gigi... 5

2.1.1.1 Amelogenesis... 6

2.1.1.2 Dentinogenesis... 7

2.1.1.3 Pembentukan Akar... 7

(9)
(10)
(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Resorpsi internal pada gigi depan atas... 10

2. Resorpsi akar eksternal akibat peradangan... 12

3. Resorpsi akar yang khas akibat tekanan ortodonti... 13

4. Piranti ortodonti cekat... 15

5. Bionator, salah satu contoh piranti ortodonti lepasan... 16

6. Posisi film, gigi dan sumber cahaya pada teknik paralleling... 18

7. Radiografi periapikal teknik bisektris... 19

8. Contoh hasil radiografi periapikal yang menunjukkan resorpsi akar.... 27

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori resorpsi akar... 30

2. Lokasi resorpsi akar... 31

3. Bentuk resorpsi akar... 31

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Persetujuan Komisi Etik 3. Lembar Penjelasan 4. Informed Consent

(14)

Tahun 2014

Kurnia Danianti Dwiputri

Penggunaan Teknik Paralleling Untuk Penilaian Resorpsi Akar Pada Pasien Pemakai Piranti Ortodonti Cekat

x + 41 halaman

Resorpsi akar merupakan kelanjutan yang tidak terhindarkan dari pemakaian piranti ortodonti cekat. Berbagai penelitian menunjukkan prevalensi terjadinya resorpsi akar yang cukup tinggi pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat. Pemeriksaan radiografi merupakan tahapan esensial dari proses diagnosis ortodonti, terlebih dalam menilai resorpsi akar yang terjadi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap 43 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 hingga 2012 yang terdiri dari 8 orang sampel laki-laki dan 35 orang sampel perempuan. Penelitian dilakukan dengan mengambil foto ronsen dengan teknik paralleling untuk selanjutnya dinilai kategori, lokasi dan bentuk resorpsi akar yang terjadi dengan membandingkan foto tersebut dengan foto panoramik sebelum perawatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh pasien pemakai piranti ortodonti cekat mengalami resorpsi akar dengan lokasi yang paling sering dijumpai adalah di ujung apikal akar sebanyak 61,3% dan bentuk resorpsi akar yang paling sering terjadi adalah membulat sebanyak 83,9%.

Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa 72,1% pasien mengalami resorpsi akar, di mana 46,5% termasuk resorpsi akar grade 1 dan 25,6% termasuk

resorpsi akar grade 2. Berdasarkan jenis kelamin, 87,5% sampel laki-laki mengalami

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemendekan akar karena terjadinya resorpsi akar merupakan akibat yang tidak diinginkan pada setiap perawatan ortodonti. Pemeriksaan radiografi menunjukkan bahwa 56% pasien yang dirawat dengan piranti ortodonti cekat mengalami resorpsi akar.1

Beberapa penelitian klinis telah dilakukan untuk membandingkan gambaran radiografi periapikal sebelum dan setelah perawatan ortodonti untuk mengetahui insidensi resorpsi akar akibat perawatan ortodonti. Namun demikian, penilaian yang lebih akurat hanya bisa diperoleh dari pemeriksaan histologis pada permukaan akar setelah terjadi pergerakan ortodonti. Hasilnya, resorpsi akar terjadi pada lebih dari 90% kasus ketika akar gigi mendapat tekanan terhadap soket alveolar. Itulah sebabnya resorpsi akar merupakan kelanjutan yang tak terhindarkan dari pergerakan ortodonti.2

Smale et al (2005) dalam penelitiannya mengenai resorpsi akar akibat

perawatan ortodonti dengan menggunakan radiografi periapikal yang terstandardisasi dan terdigitasi menyatakan bahwa resorpsi akar dapat terjadi pada masa awal perawatan ortodonti. Sekitar 4,1% pasien mengalami resorpsi sebesar 1,5 mm atau lebih dan 15,5% pasien mengalami resorpsi akar sebesar 2 mm atau lebih, dengan lama perawatan tiga sampai sembilan bulan sejak awal pemasangan piranti ortodonti cekat.3

Penelitian yang dilakukan oleh Sameshima dan Sinclair (2001) dengan menggunakan radiografi periapikal full-mouth menunjukkan bahwa lebih banyak

(16)

pasien Asia. Overjet yang semakin besar juga akan menyebabkan resorpsi akar yang semakin besar. Sementara pada masing-masing jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, cenderung tidak ada perbedaan pada insidensi maupun tingkat keparahan resorpsi akarnya.4

Resorpsi akar dapat disebabkan oleh inflamasi kronis pada pulpa akibat iritasi atau trauma, kista, tumor, gigi yang impaksi maupun pergerakan ortodonti yang merupakan etiologi yang paling sering ditemui.5

Sebagian besar penelitian mengenai resorpsi akar yang terjadi sebagai akibat langsung dari pergerakan gigi secara ortodonti menunjukkan bahwa bentuk dan panjang akar berhubungan dengan meningkatnya resorpsi yang terjadi. Gigi dengan bentuk akar yang abnormal ternyata lebih berisiko mengalami resorpsi akar dibandingkan gigi dengan bentuk akar yang normal.6

Selain faktor risiko tersebut, didapatkan hasil berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nishioka et al (2006) dengan menggunakan rekam medik pasien, di

antaranya adalah hasil foto panoramik, bahwa pada orang Jepang, salah satu faktor risiko tinggi untuk terjadinya resorpsi akar yang berlebihan selama perawatan ortodonti adalah alergi dan penyakit asma.7

Sebagian besar penelitian mengenai resorpsi akar lebih terfokus pada gigi insisivus maksila karena dianggap lebih mudah mengalami resorpsi akar bila dibandingkan dengan gigi lainnya.1 Secara lebih spesifik, resorpsi akar sering terjadi pada gigi insisivus maksila dan gigi-gigi lain dengan bentuk akar abnormal, misalnya yang berbentuk seperti pipet, tumpul atau dilaserasi.1,4 Insisivus lateralis maksila adalah gigi yang paling sering mengalami resorpsi akar, diikuti oleh insisivus sentralis maksila.6

Penelitian yang dilakukan oleh Apajalahti dan Peltola (2007) dengan menggunakan radiografi panoramik Orthopantomograph OP 2, Orthopantomograph OP 3 dan Orthopantomograph Cranex DC yang memiliki pembesaran yang sama,

(17)

mempengaruhi, di mana rerata lama perawatan pada pasien yang tidak mengalami resorpsi akar adalah 1,5 tahun, sementara pada pasien dengan lama perawatan mencapai 2,3 tahun akan mengalami resorpsi akar. Penelitian ini juga menyatakan bahwa insisivus dan premolar maksila adalah gigi yang mengalami resorpsi paling parah.1

Sameshima dan Asgarifar (2001) dalam penelitiannya menyatakan bahwa radiografi periapikal lebih akurat dalam menggambarkan bentuk akar gigi yang abnormal, sementara pada radiografi panoramik bentuk akar gigi yang sama terlihat normal. Selain itu, juga disarankan untuk pasien dengan risiko resorpsi akar dan kehilangan tulang yang lebih tinggi digunakan radiografi periapikal.6

Dudic et al (2009) melakukan penelitian mengenai resorpsi akar yang ditinjau

secara radiografi panoramik dan CBCT atau cone-beam computed tomography. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa 41,5% gigi mengalami resorpsi bila dilihat dari pemeriksaan panoramik dan 68% gigi mengalami resorpsi bila pemeriksaan yang digunakan adalah CBCT.8

Resorpsi akar, apapun jenisnya, merupakan proses destruktif yang dapat mengakibatkan kehilangan gigi bila tidak segera dirawat. Pada sebagian kasus, tidak ada perawatan yang mungkin dilakukan sehingga tanggalnya gigi tidak dapat dihindari.5

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Apakah terjadi resorpsi akar gigi insisivus kanan maksila pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat menggunakan teknik paralleling.

2. Bagaimana gambaran resorpsi akar gigi insisivus kanan maksila pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat menggunakan teknik paralleling.

3. Bagaimana gambaran resorpsi akar gigi insisivus kanan maksila berdasarkan jenis kelamin pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat menggunakan teknik paralleling.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resorpsi akar gigi insisivus kanan maksila pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat menggunakan teknik paralleling secara umum dan berdasarkan jenis kelamin.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah diketahui bahwa terjadi resorpsi akar pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat, maka secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada dokter gigi mengenai gambaran resorpsi akar gigi insisivus kanan maksila yang terjadi pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat menggunakan teknik paralleling untuk mendapatkan gambaran foto ronsen dengan distorsi yang sangat kecil.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Gigi

Gigi merupakan struktur keras yang terkalsifikasi, biasanya terletak pada jalan masuk traktus alimentarius dan fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan makanan. Gigi terdiri atas dentin yang di daerah mahkota ditutupi oleh email dan di akar ditutupi oleh sementum. Pada gigi terlihat adanya rongga pusat dan rongga pulpa yang bentuknya mendekati ragangan (outline) gigi. Rongga pulpa terdiri atas kamar

pulpa, yakni bagian yang terletak di mahkota dan saluran akar yang terletak di dalam akar.9

2.1.1 Proses Pembentukan Gigi

Tiga minggu setelah pembuahan, asal mula mulut terbentuk. Beberapa minggu kemudian, berkembang lidah, rahang dan palatum. Selama minggu keenam, terbentuk sel embrionik atau tooth buds yang merupakan asal mula dimulainya

pembentukan gigi. Setelah delapan minggu, tooth buds dari gigi desidui sudah terlihat

perbedaannya. Dan setelah minggu keduapuluh, tooth buds gigi permanen mulai

berkembang.10

Proses perkembangan gigi dimulai dari tahap lamina dental. Secara histofisiologis, tahap ini disebut juga tahap inisiasi. Dental lamina merupakan penebalan lapisan epitelium rongga mulut yang berbatasan dengan kondensasi lapisan ektomesenkim. Kemudian dilanjutkan dengan bud stage, yang secara histofisiologis

disebut juga tahap proliferasi. Proliferasi lamina dental yang cepat menuju ektomesenkim menghasilkan pembentukan benih gigi di ujung distal dari lamina dental. Setelah itu dimulai cap stage, atau tahap histodiferensiasi. Pada tahap ini

(20)

diidentifikasi epitelium enamel sebelah luar, epitelium enamel sebelah dalam, retikulum stelata, lengkung servikal, dan lamina dental. Tahap selanjutnya adalah bell stage, yang terbagi menjadi dua, yaitu tahap awal atau morfodiferensiasi dan tahap

akhir atau aposisi. Dengan berlanjutnya proliferasi dan diferensiasi benih gigi, organ enamel akan terlihat berbentuk seperti sebuah bel yang menyelubungi papila dental. Di antara epitelium enamel sebelah dalam dan retikulum stelata terbentuk lapisan sel baru yaitu stratum intermedium. Lamina dental menghubungkan epitelium enamel

sebelah luar dengan epitelium rongga mulut. Organ enamel dan dental papila sendiri dikelilingi oleh dental sac yang merupakan sekumpulan jaringan ikat mesenkim.11

2.1.1.1Amelogenesis

Sebenarnya amelogenesis atau proses pembentukan enamel dimulai setelah pembentukan dentin terjadi. Ada lima tahap pada siklus hidup ameloblas yang penting:12

1. Sebelum proliferasi odontoblas, sel epitelium enamel sebelah dalam berproliferasi menjadi bentuk dasar gigi, di mana terbentuk dentinoenamel junction.

Di akhir tahap ini, terjadilah diferensiasi pada sel-sel tersebut, menjadi ameloblas. 2. Diferensiasi ameloblas dimulai dengan pemanjangan sel epitelium sebelah dalam dan reorientasi organel intraselulernya. Sebagian besar sel epitel terpolarisasi, di mana ujung basalnya berada di membrana basal sementara ujung apikalnya berperan pada proses sekresi, absorpsi dan lain-lain. Ketika sel epitelium enamel sebelah dalam berdiferensiasi menjadi preameloblas, terjadi proses repolarisasi, yaitu berubahnya “kutub sekretori” menuju arah membrana basal, dalam hal ini mengarah ke dentoenamel junction.

3. Seiring dengan pembentukan dan mineralisasi dentin, preameloblas berdiferensiasi menjadi ameloblas yang mensekresikan matriks enamel.

(21)

5. Setelah proses maturasi selesai, ameloblas mengalami “dediferensiasi”. Bersama dengan sisa stratum intermedium, retikulum stelata, dan epitelium enamel

sebelah luar, terbentuklah epitelium enamel yang berkurang (reduced enamel epithelium) yang berperan dalam proses erupsi dan pembentukan junctional epithelium.

2.1.1.2Dentinogenesis

Dentinogenesis atau pembentukan dentin terjadi sebelum dimulainya pembentukan enamel. Berbeda dengan amelogenesis, dentinogenesis terus terjadi seumur hidup, dengan tahapan:12

1. Sebelum odontoblas berdiferensiasi, sel epitelium enamel sebelah dalam berproliferasi menjadi bentuk dasar gigi, yakni dentinoenamel junction. Diferensiasi

odontoblas dimulai saat sel epitelium enamel sebelah dalam mengalami “repolarisasi” menjadi preameloblas.

2. Masing-masing odontoblas mensekresikan matriks organik yang kaya akan kolagen, terutama kolagen tipe I, walaupun protein lain yang juga disintesis dan disekresikan memiliki peran dalam proses mineralisasi. Tidak seperti matriks enamel yang kaya akan mineral, predentin tidak mengandung mineral.

3. Matriks organik kemudian mengalami maturasi dan dimodifikasi untuk mengatur proses mineralisasi, di mana proses odontoblastik sangat berperan di sini. Beberapa jenis proteoglikan tertentu menghambat terjadinya mineralisasi, namun proses odontoblastik akan melenyapkannya dengan cara endositosis, yang kemudian akan melepaskan fosfoprotein dentin dan prteoglikan lain yang memicu terjadinya mineralisasi.

2.1.1.3Pembentukan Akar

Setelah pembentukan mahkota selesai, sel epitelium enamel sebelah dalam dan luar terus berproliferasi menjadi selubung akar Hertwig. Pada organ enamel di akar tidak terdapat stratum intermedium atau retikulum stelata. Turunan selubung

(22)

sebelah dalam dengan sel papila dental memicu terbentuknya dentin akar, yang diikuti oleh hilangnya selubung akar. Celah yang terbentuk memungkinkan sel folikel dental untuk bersatu dengan dentin, kemudian berdiferensiasi menjadi sementoblas.12

Gigi-geligi yang erupsi saat awal masa pertumbuhan disebut gigi desidui. Setelah waktu tertentu, gigi-geligi desidui tersebut akan tanggal dan digantikan dengan gigi-geligi permanen. Untuk gigi-geligi permanen, setiap gigi erupsi di usia yang berbeda. Pada maksila, gigi inisisivus sentralis erupsi pada usia 7-8 tahun, gigi insisivus lateralis erupsi pada usia 8-9 tahun, gigi kaninus erupsi pada usia 11-12 tahun, gigi premolar satu erupsi pada usia 10-11 tahun, gigi premolar dua erupsi pada usia 10-12 tahun, gigi molar satu erupsi pada usia 6-7 tahun, gigi molar dua erupsi pada usia 12-13 tahun, dan gigi molar tiga erupsi pada usia 17-21 tahun. Pada mandibula, gigi inisisivus sentralis erupsi pada usia 6-7 tahun, gigi insisivus lateralis erupsi pada usia 7-8 tahun, gigi kaninus erupsi pada usia 9-10 tahun, gigi premolar satu erupsi pada usia 10-12 tahun, gigi premolar dua erupsi pada usia 11-12 tahun, gigi molar satu erupsi pada usia 6-7 tahun, gigi molar dua erupsi pada usia 11-13 tahun, dan gigi molar tiga erupsi pada usia 17-21 tahun.13 Tiga tahun setelah gigi-geligi erupsi, pembentukan akar secara lengkap dan penutupan akar secara sempurna terjadi.

2.1.2 Resorpsi Akar

Resorpsi adalah pembuangan jaringan, dengan jalan absorpsi, akibat proses patologis atau fisiologis yang normal. Dalam kedokteran gigi, resorpsi adalah peristiwa hilangnya jaringan keras gigi dan rahang.9

(23)

Resorpsi akar merupakan proses inflamasi yang memicu jaringan nekrotik terbentuk di ligamen periodontal ketika gaya ortodonti diaplikasikan. Awal mula dan perkembangan resorpsi akar sendiri dapat dikaitkan dengan faktor risiko perawatan ortodonti, termasuk lama perawatan, besar gaya yang diaplikasikan, arah pergerakan gigi serta apakah gaya tersebut intermitten atau terus-menerus. Faktor risiko lainnya

ialah faktor genetik, penyakit sistemik, bentuk akar yang abnormal, trauma dan perawatan endodonti. Pencegahan resorpsi akar selama perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor risiko tersebut. Kontrol radiografi rutin selama perawatan sangat dibutuhkan guna mendeteksi kerusakan akar yang terjadi dan melakukan perawatan sesegera mungkin.15

Resorpsi akar dapat dijelaskan berdasarkan regio anatomis yang terkena, yaitu resorpsi akar internal dan resorpsi akar eksternal (resorpsi servikal akar dan resorpsi eksternal apikal akar).16 Resorpsi internal bermula pada permukaan paling dalam akar gigi yang berbatasan dengan kamar pulpa. Sementara resorpsi eksternal, sesuai namanya, bermula pada permukaan paling luar akar gigi yang berhubungan langsung dengan tulang rahang melalui ligamen periodontal yang menjaga gigi agar tetap berada dalam soketnya.5

2.1.2.1 Resorpsi Akar Internal

(24)

Gambar 1. Resorpsi internal pada gigi depan atas.5

Perawatan resorpsi internal umumnya berupa perawatan saluran akar atau endodonti, di mana jaringan pulpa dibuang dari kamar pulpa sekaligus dengan agen inflamasi yang menyebabkan terjadinya resorpsi. Bila pemeriksaan radiografi rutin dilakukan, perkembangan resorpsi internal dapat terdeteksi secara dini sehingga dapat dilakukan perawatan segera. Oleh karena itu, pemeriksaan radiografi rutin dengan selang waktu tertentu sangat penting dilakukan.5

2.1.2.2 Resorpsi Akar Eksternal

(25)

impaksi juga dapat menjadi faktor etiologinya. Resorpsi eksternal yang berkaitan dengan perawatan ortodonti terjadi di ujung akar gigi, biasanya dengan derajat keparahan minor dan tidak meluas.5

Resorpsi eksternal dikategorikan menjadi empat sesuai dengan manifestasi klinis dan gambaran histologisnya, yaitu resorpsi permukaan eksternal, resorpsi akar eksternal inflamasi, resorpsi penggantian dan ankylosis.16 Meskipun resorpsi akar

apikal dapat dilihat secara radiografi, resorpsi pada permukaan akar lebih bisa terlihat jika dilakukan pemeriksaan secara histologis.17 Resorpsi akar eksternal inflamasi terjadi bila predentin atau persementum terkena injuri, kemudian tubulus dentin yang terinfeksi akan menstimulasi proses inflamasi, di mana terdapat aktivitas osteoklas pada jaringan pulpa atau jaringan periradikular, yang pada akhirnya akan menyebabkan resorpsi eksternal. Resorpsi penggantian pada dasarnya dianggap sama dengan istilah resorpsi apikal akar akibat perawatan ortodonti. Patogenesis yang sama antara resorpsi penggantian dan inflamasi menyebabkan kedua jenis resorpsi tersebut dimasukkan dalam kategori yang sama walaupun dalam klasifikasi lama resorpsi akar akibat injuri traumatik, resorpsi inflamasi dan penggantian memiliki etiologi dan penatalaksanaan yang berbeda. Gigi yang mengalami ankylosis secara klinis

kekurangan atau sama sekali tidak memiliki mobilitas fisiologis. Ini merupakan salah satu tanda diagnostik resorpsi ankylosis.18 Lebih lanjut resorpsi akibat peradangan

(26)

Gambar 2. Resorpsi akar eksternal akibat peradangan.19

Resorpsi akar apikal eksternal adalah kondisi hilangnya struktur akar yang melibatkan regio apikal akar yang meluas, sehingga dapat dilihat menggunakan radiografi standar. Resorpsi akar apikal eksternal ini berbeda dengan resorpsi akar. Ciri khas dari resorpsi akar adalah adanya area mikroskopis dari lakuna yang mengalami resorpsi, yang kurang dapat dikenali dari tanda-tanda klinis dan juga tidak dapat dideteksi hanya dengan radiografi standar (Brezniak and Wassertein, 1993).16

Resorpsi akar apikal eksternal adalah kelanjutan tak terhindarkan dari perawatan ortodonti yang menyebabkan kehilangan permanen struktur apikal akar gigi. Patogenesisnya dikaitkan dengan pembuangan jaringan nekrotik dari sekitar ligamen periodontal yang telah menerima tekanan ortodonti.20

(27)

Gambar 3. Resorpsi akar yang khas akibat tekanan ortodonti pada apikal akar18

Kondisi sistemik seperti hipotiroid akan meningkatkan risiko dan derajat keparahan resorpsi akar.21 Faktor nutrisi, penyakit metabolik tulang, usia dan penggunaan obat-obatan mempengaruhi pergerakan gigi secara ortodonti. Defisiensi hormon estrogen juga dapat menyebabkan pergerakan gigi secara ortodonti dengan cepat. Faktor-faktor sistemik tersebut secara tidak langsung turut memengaruhi resorpsi akar karena terdapat kaitan yang erat antara pergerakan gigi dengan terjadinya resorpsi akar.16

Bila dideteksi ada resorpsi eksternal yang terjadi di titik tengah akar di bawah permukaan tulang rahang, ekstraksi gigi yang terlibat merupakan satu-satunya perawatan yang mungkin dilakukan. Semakin dini resorpsi eksternal terdeteksi, maka perawatan pun akan semakin mudah dengan prognosis yang lebih baik.5

(28)

akar, pengaplikasian bahan kimia pada akar yang telah dibersihkan untuk mencegah rekurensi, dan penggantian struktur akar yang hilang dengan bahan restoratif. Bila resorpsi berkembang lebih lanjut hingga memengaruhi persarafan, perawatan endodonti diperlukan. Sementara untuk resorpsi yang sudah sangat parah, tidak ada perawatan lain yang mungkin dilakukan selain ekstraksi gigi.5

2.1.2.2.1 Mekanisme Resorpsi Akar Eksternal

Komponen genetik yang berpengaruh terhadap terjadinya resorpsi akar apikal eksternal akibat perawatan ortodonti di antaranya adalah Interleukin-1 beta (IL-1B),

yang merupakan mediator inflamasi yang memicu pelepasan berbagai protein sebagai akibat dari inflamasi yang terjadi, baik akut maupun kronis. Selain itu, ada juga

TNFRSF11A (tumour necrosis factor-receptor superfamily 11A) yang mengaktivasi

reseptor RANK (nuclear factor-kappa B), di mana RANK akan memicu pembentukan

osteoklas. Komponen genetik lainnya yang juga berpengaruh adalah TNSALP (tissue

non-specific alkaline phosphatase), yang penting dalam pembentukan dan

mineralisasi sementum. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa kekurangan

TNSALP atau jika gen tersebut tidak berfungsi dengan baik, sementum yang

dihasillkan akan mengalami defek aselular.21

2.2 Piranti Ortodonti

Perawatan ortodonti dilakukan dengan menggunakan piranti untuk memperbaiki posisi gigi.22 Piranti ortodonti adalah alat yang digunakan untuk mengaplikasikan daya pada gigi dan struktur pendukungnya sehingga dapat mengubah hubungan antara gigi dengan struktur tulang pendukungnya. Alat ini digunakan untuk melaksanakan fase aktif atau pasif dalam perawatan ortodonti.9

(29)

samping pemakaian piranti ortodonti cekat, misalnya prosedur pembedahan pada rahang yang harus dilaksanakan di rumah sakit.22

2.2.1 Piranti Ortodonti Cekat

Piranti jenis ini adalah yang paling umum dalam perawatan ortodonti, digunakan unutk mengoreksi posisi beberapa gigi atau kebutuhan perawatan seksama untuk mencegah terjadinya permasalahan di kemudian hari.22 Sesuai namanya, piranti ortodonti cekat memiliki kemampuan untuk dapat dicekatkan ke gigi. Disainnya dapat dicekatkan langsung ke permukaan enamel dengan bonding menggunakan

semen komposit dan dihubungkan dengan kawat ataupun menggunakan band yang

disemenkan ke mahkota gigi. Disain piranti ini mencegah pasien untuk melepas-pasang alat tersebut, dan bila diaktivasi alat ini mampu menggerakkan gigi. Pergerakan gigi yang terjadi ketika gaya diaplikasikan ke gigi melalui bracket

merupakan hasil dari proses biologis di mana terjadi resorpsi tulang pada sisi yang menerima tekanan dan deposisi tulang pada sisi yang berlawanan.14

Piranti cekat biasanya terbuat dari logam. Namun sekarang banyak ditemui piranti cekat yang terbuat dari keramik sehingga nilai estetisnya lebih baik walaupun harganya lebih mahal. Pemilihan bahan untuk piranti cekat bergantung kepada posisi gigi dan permasalahan lain yang akan dikoreksi.22

(30)

2.2.2 Piranti Ortodonti Lepasan

Piranti ortodonti lepasan ialah alat yang dapat dilepas-pasang dengan mudah. Piranti ini terdiri atas kawat dan sekrup yang dipatkan pada basis plastis dan digunakan untuk menggerakkan gigi dan rahang menuju relasi yang lebih baik dengan kekuatan gaya yang tidak terlalu besar.23

Piranti lepasan sangat berguna jika kebutuhan koreksi posisi gigi yang anomali tidak begitu besar.22,23 Piranti ini terdiri dari elemen aktif dan elemen retentif. Elemen aktifnya berupa kawat logam atau sekrup yang berfungsi untuk memberikan gaya kepada gigi. Sementara elemen retentifnya berupa cangkolan yang berfungsi menahan agar piranti tersebut tetap stabil selama berada dalam rongga mulut. Pelat basis plastis merupakan tempat melekatnya kedua elemen tersebut. Piranti ini biasanya digunakan untuk mengoreksi posisi gigi di rahang atas. Salah satu contoh piranti yang termasuk piranti ortodonti lepasan adalah bionator, yang

digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan rahang bawah pada kasus di mana rahang bawah kurang berkembang.24

Hal penting yang harus diperhatikan adalah piranti lepasan ini hanya boleh dilepas untuk dibersihkan atau jika pasien akan melakukan aktivitas olahraga atau bermain.22,23 Karena kelebihannya yang dapat dilepas dan dibersihkan, biasanya oral

hygiene pasien jarang menjadi masalah.23

(31)

2.3 Tinjauan Umum Radiografi Periapikal

Dalam radiografi kedokteran gigi, periapikal merupakan salah satu teknik radiografi intraoral untuk menunjukkan anatomi gigi dan tulang pendukung di sekitarnya.9 Radiografi periapikal memperlihatkan gigi-gigi secara individual dan jaringan di sekitar akar. Biasanya setiap film memuat dua hingga empat gigi dan menunjukkan kondisi gigi dan tulang alveolar dengan mendetail.25

Radiografi periapikal memiliki faktor pembesaran, namun nilainya kurang dari 5%. Oleh karena itu radiografi periapikal lebih baik dalam penggambaran struktur gigi yang lebih detil, misalnya jaringan patologis pada akar dan struktur tulang alveolar, namun dengan distorsi minimal.6 Beberapa indikasi klinis utama untuk radiografi periapikal di antaranya ialah untuk mendeteksi infeksi atau inflamasi akar dan setelah terjadinya trauma pada gigi yang juga berhubungan dengan tulang alveolar.25

Ada beberapa kriteria posisi ideal film dan arah sinar pada radiografi periapikal, namun tidak selalu dapat diaplikasikan pada anatomi rongga mulut. Untuk menyiasatinya, dikembangkanlah dua teknik radiografi periapikal, yaitu teknik paralleling dan teknik bisektris.25

2.3.1 Teknik Paralleling

Teorinya, pada teknik paralleling, film dijepitkan ke pemegangnya (film holder) dan diletakkan dalam mulut dengan posisi sejajar dengan sumbu panjang gigi

(32)

Gambar 6. Posisi film, gigi dan sumber cahaya pada teknik paralleling26

2.3.1.1Keuntungan dan Kerugian

Teknik paralleling memiliki baik keuntungan maupun kerugian. Keuntungan teknik paralleling dapat dirangkum sebagai berikut:25

1. Menghasilkan gambar yang akurat secara geometris dengan sedikit pembesaran;

2. Menggambarkan jaringan periapikal secara akurat dengan sedikit pemendekan ataupun elongasi;

3. Keseluruhan mahkota gigi dapat teramati dengan baik, sehingga karies aproksimal dapat terdeteksi;

4. Posisi relatif dari film, gigi, dan arah sinar tidak dipengaruhi oleh posisi kepala pasien, sehingga teknik ini dapat diterapkan juga pada pasien berkebutuhan khusus.

Kerugian teknik paralleling dapat dirangkum sebagai berikut:25

(33)

2. Tidak dapat diterapkan pada pasien dengan palatum yang datar atau dangkal;

3. Bagian apikal dari akar gigi terkadang muncul sangat dekat dengan tepi film;

4. Film holders harus terbuat dari bahan yang dapat disterilisasi atau sekali

pakai.

2.3.2 Teknik Bisektris

Teori dasar teknik bisektris adalah film diposisikan sedekat mungkin dengan gigi yang akan diamati tanpa membengkokkan film itu sendiri. Tabung sinar X diposisikan sedemikian rupa sehingga membagi dua bidang yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dengan film, sinar diarahkan ke bagian apikal gigi. Dengan demikian, panjang gigi yang sebenarnya akan sama dengan gambar panjang gigi pada film.25

(34)

2.3.2.1 Keuntungan dan Kerugian

Sama halnya dengan teknik paralleling, teknik bisektris pun memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan teknik bisektris dapat dirangkum sebagai berikut:25

1. Posisi film tidak mengganggu kenyamanan pasien, di mana pun regio yang akan diamati;

2. Mudah dan cepat dalam pemosisian;

3. Panjang gigi pada gambar sama dengan panjang gigi sebenarnya bila sudut yang dibentuk benar, sehingga teknik ini cukup adekuat untuk tujuan diagnostik, meskipun tidak ideal.

Kerugian teknik bisektris dapat dirangkum sebagai berikut:25

1. Seringkali gambar yang dihasilkan mengalami distorsi karena banyaknya hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan radiografi dengan teknik ini;

2. Angulasi vertikal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang elongasi maupun memendek;

3. Level tulang periodontal hampir tidak terlihat;

4. Angulasi horizontal yang kurang tepat dapat menghasilkan gambar yang

overlapping antara mahkota dan akar gigi;

5. Akar bukal gigi premolar dan molar maksila terlihat lebih pendek pada gambar;

6. Tidak ideal bila digunakan untuk menilai resorpsi akar eksternal yang terjadi pada gigi.26

2.3.3 Radiografi Periapikal dalam Perawatan Ortodonti

(35)

serangkaian radiografi intraoral full-mouth. Namun demikian, tetap diperlukan

radiografi tambahan karena terkadang bagian apikal dan struktur palatal tidak fokus atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Oleh karena itu, radiografi periapikal atau oklusal standar direkomendasikan untuk menjadi radiografi tambahan selain panoramik jika terdapat indikasi klinis, misalnya dugaan midline patologis atau anomali perkembangan.26

Keuntungan diagnostik dari keakuratan gambar yang dihasilkan dari teknik paralleling dengan menggunakan film holder dan alat pengarah cahaya menegaskan

bahwa teknik ini dapat menjadi pilihan untuk radiografi periapikal. Guidance Notes

2001 menyarankan, apabila memungkinkan, teknik yang menggunakan film holder

(36)

Gigi

2.4 Kerangka Teori

Proses Pembentukan Gigi

Proses Resorpsi Gigi

Pemakaian Piranti Ortodonti

Internal Eksternal

Radiografi Panoramik

Cekat Lepasan

Radiografi Periapikal

Teknik Paralleling

Teknik Bisektris

(37)

2.5 Kerangka Konsep

Pemakai Piranti Ortodonti Cekat

Radiografi Periapikal

Teknik Paralleling

Resorpsi Akar Gigi Insisivus Kanan

Maksila

Foto Panoramik Sebelum Pemakaian

(38)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai November 2013 di bagian Radiologi Kedokteran Gigi FKG USU.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKG USU angkatan 2009 hingga 2012.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKG USU angkatan 2009 hingga 2012 yang memakai piranti ortodonti cekat.

Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini adalah dengan purposive sampling, di mana pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa sehingga

keterwakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang yang telah berpengalaman.

Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi: Kriteria inklusi:

(39)

2. Tidak terlihat adanya resorpsi akar gigi insisivus kanan maksila pada foto ronsen panoramik sebelum penggunaan piranti ortodonti cekat.

3. Bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi:

1. Sudah kehilangan salah satu atau kedua gigi insisivus kanan maksila.

2. Memiliki riwayat trauma selama pemakaian piranti ortodonti cekat yang melibatkan salah satu atau kedua gigi insisivus kanan maksila.

Besar sampel pada penelitian ini dapat diestimasi dengan menggunakan rumus berikut: P: proporsi penelitian sebelumnya

Q: 1-P

d: nilai presisi mutlak (15%)

Karena proporsi penelitian sebelumnya adalah 56%, nilai P yang digunakan dalam rumus tersebut adalah 0,56, sehingga besar sampel pada penelitian ini dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

(40)

Jadi, sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sejumlah 43 orang.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

(41)

prinsip kesejajaran

a b c

Gambar 8. Contoh hasil radiografi periapikal yang menunjukkan resorpsi akar (a)

Grade 0, (b) Grade 1 bentuk membulat dan (c) Grade 2 bentuk

horizontal

3.5 Bahan dan Alat Peneltian

3.5.1 Bahan Penelitian

1. Film intraoral merk Kodak

2. Bahan prosesing film (larutan developer dan fixer) merk Kodak

3.5.2 Alat Penelitian

1. Pesawat radiografi merk Planmeca

2. Film holder merk Hanshin Cone Indicator

3. Viewer box

4. Lup 5. Alat tulis

(42)

3.6 Metode Pengumpulan Data

1. Peneliti melakukan screening pada mahasiswa FKG USU angkatan 2009

hingga 2012 yang telah memakai piranti ortodonti cekat selama ≥ 2 tahun dan memiliki hasil foto ronsen panoramik sebelum pemakaian piranti ortodonti cekat.

2. Dilakukan pengambilan foto periapikal dengan teknik paralleling pada gigi insisivus kanan maksila.

3. Dilakukan penilaian resorpsi akar eksternal dari foto periapikal dengan membandingkan antara foto panoramik sebelum pemakaian dan foto periapikal setelah pemakaian piranti ortodonti cekat.

a b

(43)

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan cara menilai resorpsi akar eksternal gigi insisivus kanan maksila kemudian mengelompokkan tingkat keparahan resorpsi yang terjadi menurut Apajalahti dan Peltola (2007)1, di mana:

1. Grade 0 : tidak tampak resorpsi akar secara radiografis

2. Grade 1 : resorpsi ringan dengan membulatnya ujung akar sampai

seperempat panjang akar

3. Grade 2 : resorpsi sedang hingga berat dengan kehilangan akar sampai

lebih dari seperempat panjang akar

3.7.2 Analisis Data

Selanjutnya dilakukan analisis keparahan dan lokasi terjadinya resorpsi akar eksternal secara manual dalam bentuk persentase.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

(44)

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik (Health Research

Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 307/KOMET/FK

(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini, sampel berjumlah 43 orang dengan total hasil radiografi periapikal sebanyak 43 film. Jenis dan teknik radiografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah radiografi periapikal teknik paralelling. Radiografi dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 hingga 2012 dengan terlebih dahulu membaca lembar penjelasan dan mengisi

informed consent.

Penelitian menunjukkan bahwa dari 43 orang pasien pemakai piranti ortodonti cekat, secara umum 31 orang atau sekitar 72,1% pasien mengalami resorpsi akar, di mana sebanyak 20 orang atau sekitar 46,5% mengalami resorpsi akar grade 1 dan

sebanyak 11 orang atau sekitar 25,6% mengalami resorpsi akar grade 2.

Tabel 1. Kategoriresorpsi akar

Grade Jumlah (orang) Persentase (%)

0 12 27,9

1 20 46,5

2 11 25,6

Total 43 100

(46)

sampel atau sekitar 35,5% mengalami resorpsi akar di ujung apikal sampai lebih dari ¼ panjang akar.

Tabel 2. Lokasi resorpsi akar

Lokasi pada akar gigi Jumlah (orang) Persentase (%)

Ujung apikal 19 61,3

Ujung apikal ke arah mesial 1 3,2

Ujung apikal sampai >¼ panjang akar 11 35,5

Total 31 100

Penelitian menunjukkan bahwa dari total 31 pasien yang mengalami resorpsi akar, bentuk resorpsi akar yang terjadi adalah membulat sebanyak 26 orang atau sekitar 83,9%, vertikal sebanyak 4 orang atau sekitar 12,9% dan bentuk lain 1 orang atau sekitar 3,2%, di mana yang terjadi adalah bentuk resorpsi akar gigi insisivus sentralis membulat sementara bentuk resorpsi akar gigi insisivus lateralis horizontal.

Tabel 3. Bentuk resorpsi akar

Bentuk resorpsi akar Jumlah (orang) Persentase (%)

Membulat 26 83,9

Vertikal 4 12,9

Lain-lain 1 3,2

Total 31 100

Dalam penelitian ini sampel berjumlah 43 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 35 perempuan. Dari 8 orang sampel laki-laki, sebanyak 7 orang atau sekitar 87,5% mengalami resorpsi akar dengan rincian 6 orang atau sekitar 75% mengalami resorpsi akar grade 1 dan 1 orang atau sekitar 12,5% mengalami resorpsi akar grade

(47)

resorpsi akar grade 1 dan 10 orang atau sekitar 28,6% mengalami resorpsi akar grade

2.

Tabel 4. Kategori resorpsi akar berdasarkan jenis kelamin Kategori

Resorpsi Akar

Laki-laki Perempuan

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

Grade 0 1 12,5 11 31,4

Grade 1 6 75 14 40

Grade 2 1 12,5 10 28,6

(48)

BAB 5

PEMBAHASAN

Resorpsi akar gigi selama perawatan ortodonti merupakan efek samping yang tidak diinginkan namun tidak pula dapat dihindari.15,17 Pemeriksaan radiografi merupakan tahapan esensial dalam proses diagnosis ortodonti. Pada kasus-kasus tertentu di mana bagian apikal akar tidak dapat diketahui secara pasti atau ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya resorpsi akar, pengambilan foto periapikal sebaiknya dilakukan.6

Banyak faktor yang diduga menjadi etiologi terjadinya resorpsi akar dan pergerakan gigi secara ortodonti merupakan salah satu yang paling banyak dijumpai.5 Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan prevalensi resorpsi akar pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat yang bervariasi namun sebagian besar penelitian menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi sehingga hal tersebut menjadi sangat mengkhawatirkan.17 Walau demikian, dari tiga kasus pada penelitian Kokich (2008) resorpsi akar yang terjadi dapat dilakukan perawatan dengan prognosis yang menjanjikan asalkan penyebab dan akibat yang ditimbulkan dari resorpsi akar dapat diketahui.2

(49)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 12 orang pasien pemakai piranti ortodonti cekat atau sekitar 27,9% tidak mengalami resorpsi akar atau resorpsi akarnya termasuk grade 0 dan sebanyak 31 orang pasien pemakai piranti ortodonti

cekat atau sekitar 72,1% mengalami resorpsi akar dengan rincian sebanyak 20 orang atau sekitar 46,5% termasuk grade 1 dan sebanyak 11 orang atau sekitar 25,6%

termasuk grade 2. Lokasi terjadinya resorpsi akar terbagi menjadi tiga, yaitu

sebanyak 19 sampel atau sekitar 61,3% mengalami resorpsi akar di ujung apikal, sebanyak 1 sampel atau sekitar 3,2% mengalami resorpsi akar di ujung apikal mengarah ke mesial dan sebanyak 11 sampel atau sekitar 35,5% mengalami resorpsi akar di ujung apikal sampai lebih dari ¼ panjang akar dengan bentuk resorpsi akar yang terjadi sebanyak 26 orang atau sekitar 83,9% berbentuk membulat dan sebanyak 4 orang atau sekitar 12,9% berbentuk vertikal.

Pada penelitian ini diperoleh hasil 27,9% sampel mengalami resorpsi akar

grade 0. Hal ini terjadi kemungkinan karena kemampuan gigi untuk menerima

tekanan maupun faktor tekanan ortodonti yang diberikan tidak terlalu besar atau tidak secara konstan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kokich (2008) bahwa tidak terjadinya resorpsi akar yang terlihat secara radiografi pada pasien ortodonti mungkin terjadi karena jaringan gigi memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri setelah menerima tekanan atau gaya. Jaringan yang mengalami resorpsi akan memperbaiki diri sehingga dengan berjalannya waktu tidak banyak bukti radiografi terjadinya resorpsi akar yang dapat terlihat pada sebagian pasien ortodonti.2

Pada penelitian ini, jumlah resorpsi akar yang termasuk grade 1 lebih banyak

daripada grade 2. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Apajalahti dan Peltola (2007)

yang menunjukkan bahwa resorpsi akar pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat lebih banyak yang termasuk ke dalam kategori grade 1 dibandingkan dengan grade 2,

yaitu sekitar 68% pasien mengalami resorpsi akar grade 1 dan sekitar 32% pasien

mengalami resorpsi akar grade 2.1 Penelitian lain yang dilakukan Kokich (2008)

(50)

dengan gambaran yang bervariasi pada tiap individu, terutama pasien remaja.17 Sebagian pasien hanya mengalami resorpsi akar dengan luas permukaan yang kecil. Sebaliknya, pada sebagian yang lain resorpsi yang terjadi bisa sangat besar dan bersifat irreversible.26 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbedanya kemampuan

gigi untuk memperbaiki diri serta faktor tekanan yang diberikan. Ketika besarnya tekanan dikurangi menjadi lebih kecil dari ambang batas minimal untuk terjadinya pergerakan gigi yang optimal, resorpsi akar berhenti.26 Perbaikan dengan dihasilkannya sementum dan serat periodontal baru disertai dengan pembentukan kembali permukaan akar biasanya berlangsung segera setelah faktor penyebab, yaitu tekanan ortodonti, dihentikan.18,26

Pada penelitian ini diperoleh hasil 25,6% sampel mengalami resorpsi akar

grade 2. Hal ini kemungkinan terjadi pada kasus-kasus parah yang perlu tekanan

lebih besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kokich (2008) bahwa selain faktor jaringan gigi itu sendiri, ada pula faktor perawatan ortodonti yang dapat mempengaruhi resorpsi akar yang terjadi. Semakin jauh pergerakan gigi dan semakin panjang waktu pemakaian piranti ortodonti akan menyebabkan risiko terjadinya resorpsi akar semakin besar.2

Pada penelitian ini diperoleh hasil 61,3% sampel mengalami resorpsi akar di ujung apikal. Resorpsi eksternal yang terkait dengan tekanan ortodonti memang paling sering ditemukan di regio apikal akar, menyebabkan akar menjadi lebih pendek.16 Hal ini disebabkan oleh tekanan terus-menerus yang menstimulasi resorpsi sel-sel di sepertiga apikal akar, memungkinkan terjadinya pemendekan akar yang signifikan. Tekanan yang besar selama perawatan ortodonti juga menstimulasi aktivitas osteoklas di regio apikal akar.18

Pada penelitian ini diperoleh hasil 83,9% sampel mengalami resorpsi akar dengan bentuk membulat. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada penelitian ini kategori resorpsi akar yang paling banyak terjadi adalah grade 1, sesuai dengan

pernyataan Apajalahti dan Peltola (2007) bahwa yang termasuk resorpsi akar grade 1

(51)

radiografis menunjukkan bentuk resorpsi yang khas pada akar akibat tekanan ortodonti adalah horizontal.18

Pada penelitian ini, dari 8 orang sampel laki-laki diperoleh hasil sebanyak 1 orang atau sekitar 12,5% tidak mengalami resorpsi akar atau resorpsi akarnya termasuk grade 0, sebanyak 6 orang atau sekitar 75% mengalami resorpsi akar grade

1 dan sebanyak 1 orang atau sekitar 12,5% mengalami resorpsi akar grade 2.

Sementara itu, dari 35 orang sampel perempuan diperoleh hasil sebanyak 11 orang atau sekitar 31,4% tidak mengalami resorpsi akar atau resorpsi akarnya termasuk

grade 0, sebanyak 14 orang atau sekitar 40% mengalami resorpsi akar grade 1 dan

sebanyak 10 orang atau sekitar 28,6% mengalami resorpsi akar grade 2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sampel perempuan yang mengalami resorpsi akar grade 0 lebih besar daripada laki-laki. Hal ini mungkin

disebabkan karena gigi-geligi yang mengalami resorpsi akan memperbaiki diri seiring dengan berjalannya waktu sehingga hanya sedikit atau bahkan tidak ditemukan bukti radiografis pada mayoritas pasien ortodonti.2 Selain itu, faktor lain yang mungkin menyebabkan hal tersebut adalah radiografi periapikal yang digunakan menunjukkan hasil yang lebih rendah dari yang seharusnya, di mana akar yang mengalami resorpsi dapat terlihat normal. Bila dibandingkan dengan micro-computed tomography scanner, radiografi periapikal digital cenderung memberikan hasil lebih rendah dari

persentase yang seharusnya.8 Pada akhirnya, pemeriksaan histologi adalah cara paling tepat untuk menilai resorpsi akar.17 Sementara itu, pada grade 1 persentase sampel

laki-laki lebih besar daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh variasi pada tiap individu. Resorpsi akar yang berkaitan dengan ortodonti memang merupakan masalah multifaktorial sehingga gambaran resorpsi yang terjadi dan penyebabnya dapat berbeda antara stau individu dengan individu lainnya. Penelitian pada pasien dewasa menunjukkan bahwa faktor individual memegang peranan penting dalam perkembangan resorpsi akar akibat tekanan ortodonti. Bahkan, bisa terdapat perbedaan resorpsi akar yang cukup bermakna dari gig-geligi pada individu yang sama.17 Pada grade 2, persentase sampel perempuan juga lebih besar daripada

(52)

teratur sehingga tekanan yang diberikan cukup besar dan konstan. Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi keparahan resorpsi akar adalah jenis gaya yang diberikan. Gaya yang konstan ataupun tekanan yang terus-menerus akan menyebabkan resorpsi akar yang lebih berat.18,21

Pada dasarnya, pengaruh jenis kelamin terhadap resorpsi akar masih belum dapat diketahui secara pasti. Penelitian yang dilakukan oleh Sameshima dan Sinclair (2001) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan baik pada insidensi maupun tingkat keparahan resorpsi akar antara pasien laki-laki dan perempuan.4 Penelitian-penelitian lain yang dilakukan sebelumnya telah menggunakan perbandingan statistik dari jenis kelamin, lama perawatan ortodonti, ekstraksi gigi premolar dan jumlah linear pergerakan gigi sebagai variabel independen untuk menentukan akurasi faktor yang dapat digunakan dalam memprediksi terjadinya resorpsi akar pada pasien perawatan ortodonti. Secara umum, ketiga variabel lain selain jenis kelamin menunjukkan adanya keterkaitan.2 Namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan insidensi resorpsi akar yang lebih besar pada perempuan.1 Persentase terjadinya resorpsi akar pada sampel laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pemeliharaan oral hygiene,

kebiasaan buruk dan nutrisi, di mana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi respon jaringan terhadap tekanan atau gaya yang diaplikasikan. Selain itu kondisi gigi yang berbeda, pergerakan gigi dan tekanan ortodonti yang diaplikasikan juga dapat menyebabkan perbedaan persentase terjadinya resorpsi akar antara sampel laki-laki dan perempuan dalam penelitian ini.2

(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari 43 orang sampel pasien pemakai piranti ortodonti cekat, sebesar 72,1% pasien pemakai piranti ortodonti cekat mengalami resorpsi akar pada gigi insisivus kanan maksila yang dideteksi dengan menggunakan teknik paralleling.

2. Gambaran resorpsi akar yang terjadi adalah 46,5% pasien mengalami resorpsi akar grade 1 dan 25,6% pasien mengalami resorpsi akar grade 2, lokasi

terjadinya resorpsi akar adalah 61,3% di ujung apikal, 3,2% di ujung apikal ke arah mesial dan 35,5% di ujung apikal sampai lebih dari ¼ panjang akar serta 83,9% bentuk resorpsi akar yang terjadi adalah membulat dan 12,9% vertikal.

3. Berdasarkan jenis kelamin, gambaran resorpsi akar secara keseluruhan pada laki-laki adalah 87,5% dan pada perempuan 68,6%.

6.2 Saran

a) Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pesawat radiografi digital yang memiliki tingkat akurasi lebih tinggi.

b) Disarankan pada penelitian yang akan datang dapat dilakukan pengukuran, penilaian dan pemrosesan yang tidak secara manual agar hasil yang didapat lebih akurat.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Apajalahti S, Peltola JS. Apical root resorption after orthodontic treatment – a retrospective study. Eur J Orthod 2007; 29:408-12.

2. Kokich VG. Orthodontic and nonorthodontic root resorption: their impact on clinical dental practice. Journal of Dental Education 2008; 72(8):895-902.

3. Smale I, Årtun J, Behbehani F, Doppel D, van’t Hof M, Kuijpers-Jagtman AM. Apical root resorption six months after initiation of fixed orthodontic appliance therapy. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2005; 128:57-67.

4. Sameshima GT, Sinclair PM. Predicting and preventing root resorption: part i. diagnostic factors. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2001; 119:505-10.

5. McArdle BF. What is resorption?

6. Sameshima GT, Asgarifar KO. Assessment of root resorption and root shape: periapical vs panoramic films. Angle Orthod 2001; 71:185-9.

7. Nishioka M, Ioi H, Nakata S, Nakasima A, Counts A. Root resorption and immune systemfactors in the japanese. Angle Orthod 2006; 76:103-8.

8. Dudic A, Giannopoulou C, Leuzinger M, Kiliaridis S. Detection of apical root resorption after orthodontic treatment by using panoramic radiography and cone-beam computed tomography of super-high resolution. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2009; 135:434-7.

9. Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Trans. Sumawinata N. Jakarta: EGC, 1995: 25, 229, 261.

10.Dental Health Foundation. Tooth development.

11.Ozaibi MS. Tooth development in pictures.

(55)

12.Anonymous. Amelogenesis, dentinogenesis and root formation.

(Juli 8.2013)

13.Cleveland Clinic. Teeth eruption timetable.

14.English JD, Peltomäki T, Pham-Litschel K. Mosby’s orthodontic review. Missouri: Elsevier, 2009: 81, 83, 87.

15.Pizzo G, Licata ME, Guiglia R, Giuliana G. Root resorption and orthodontic treatment.review of the literature. Minerva Stomatol 2007; 56(1-2):31-44.

16.Hartsfield Jr JK, Everett ET, Al-Qawasmi. Genetic factors in external apical root resorption and orthodontic treatment. Crit Rev Oral Biol Med 2004; 15(2):115-22. 17.Owman-Moll P, Kurol J. Root resorption after orthodontic treatment in high- and low-risk patients: analysis of allergy as a possible predisposing factor. Eur J Orthod 2000; 22:657-63.

18.Fuss Z, Tsesis I< Lin S. Root resorption – diagnosis, classification and treatment choices based on stimulation factors. Dent Traumatol 2003; 19:175-82.

19.Canoglu E, Turgut MD, Tekcicek M. Healing of external inflammatory root resorptions and periapical lesions without surgical treatment in an operated

oblique facial cleft case.

20.McNab S, Battistutta D, Taverne A, Symons AL. External apical root resorption following orthodontic treatment. Angle Orthod 2000: 70:227-32.

21.Abuabara A. Biomechanical aspects of external root resorption in orthodontic therapy. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2007; 12(8):610-3

22.NHS. Orthodontics-how it is performed.

(Juli

(56)

23.Oral Care India. Orthodontic removable appliances.

(Juli

4.2013)

24.Muster&King Orthodontics. Types of appliances.

25.Whaites E. Radiography and radiology for dental care professionals. 2nd ed. London: Elsevier, 2009: 83-4, 98, 105, 107.

(57)

LAMPIRAN 1

PENGGUNAAN TEKNIK PARALLELING DALAM MENDETEKSI TERJADINYA RESORPSI AKAR PADA PASIEN

PEMAKAI PIRANTI ORTODONTI CEKAT

No. Kartu :

Nama Pemeriksa : ……… Tanggal Periksa : ………

A. Nama : ……….

B. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan C. Umur : ... tahun

D. Sudah berapa lama Anda memakai piranti ortodonti cekat?

a. < 2 tahun b. ≥ 2 tahun

E. Apakah Anda memiliki hasil foto ronsen panoramik sebelum pemakaian piranti

ortodonti cekat? a. Tidak

b. Ya

F. Apakah Anda memiliki riwayat trauma dengan keterlibatan gigi insisivus

sentralis dan/atau lateralis maksila sebelah kanan? a. Ya

b. Tidak

G. Apakah gigi insisvus sentralis dan lateralis maksila sebelah kanan tersebut masih

ada? a. Tidak b. Ya

(58)
(59)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Teman-teman,

Saya yang bernama Kurnia Danianti Dwiputri, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “Penggunaan Teknik Paralleling Dalam Mendeteksi Terjadinya Resorpsi Akar Pada Pasien Pemakai Piranti Ortodonti Cekat”.

Pada kesempatan ini, saya ingin teman-teman mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian ini, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian, saya berharap Anda bersedia menjadi subjek penelitian ini dan saya percaya bahwa partisipasi Anda akan bermanfaat bagi Anda sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resorpsi akar pada pasien yang menggunakan piranti ortodonti cekat dengan menggunakan teknik paralleling.

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai gambaran resorpsi akar gigi insisivus sentralis dan lateralis maksila yang terjadi pada pasien pemakai piranti ortodonti cekat menggunakan radiografi periapikal.

Pada penelitian ini Anda diminta untuk membawa foto panoramik sebelum pemakaian piranti ortodonti cekat dan menjalani foto ronsen periapikal.

Pada penelitian ini Anda tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak terdapat

risiko pada subjek yang diteliti. Peneliti utama dilakukan oleh saya sendiri Kurnia Danianti Dwiputri dan didampingi oleh staf Radiologi Kedokteran Gigi FKG USU.

Jika anda bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada pihak peneliti. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.

Demikian, mudah-mudahan keterangan di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

(60)
(61)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

NIM :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya mengenai apa yang akan dilakukan dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Penggunaan Teknik Paralleling Dalam Mendeteksi Terjadinya Resorpsi Akar Pada Pasien Pemakai Piranti Ortodonti Cekat”

Maka saya menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu subjek penelitian untuk meminjamkan foto panoramik sebelum pemakaian piranti ortodonti cekat saya dan menjalani pengambilan foto ronsen periapikal. Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan.

Medan,...

(62)

(...)

LAMPIRAN 5

JADWAL PENELITIAN

Kegiatan

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember Pembuatan

Proposal Pelaksanaan

Penelitian Penyusunan

(63)

LAMPIRAN 6

RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN

1. Kegiatan Lapangan

1.1. Pengambilan Foto Periapikal 43 x Rp 25.000,- Rp 1.075.000,- 2. Bahan-bahan ATK

2.1. 2 Rim kertas HVS 2 x Rp 30.000,- Rp 60.000,- 2.2. 2 Paket tinta printer 2 x Rp 50.000,- Rp 100.000,-

3. Fotokopi Rp 200.000,-

4. Penjilidan Rp 100.000,-

5. Tanda terima kasih Rp 165.000,-

Jumlah biaya Rp 1.700.000,-

(Satu Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah)

Medan, Desember 2013 Peneliti

Kurnia Danianti Dwiputri

(64)

LAMPIRAN 7

Curriculum Vitae

Nama : Kurnia Danianti Dwiputri

Riwayat Penulis

Tempat / Tanggal Lahir : Donggala / 03 Januari 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 (Dua)

Alamat : Jl. Dr. Sumarsono No.4 Medan 20154

Telepon : 081385963883

Email

1. 1998-2004 : Menjalani pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Tangerang 1

Riwayat Pendidikan

2. 2004-2007 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tangerang

3. 2007-2010 : Menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tangerang

Gambar

Gambar
Gambar 1. Resorpsi internal pada gigi depan atas.5
Gambar 2. Resorpsi akar eksternal akibat peradangan.19
Gambar 3. Resorpsi akar yang khas  akibat tekanan ortodonti pada apikal akar18
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien namun

Indeks plak yang dibuat khusus untuk pemakai piranti ortodonti cekat adalah Ortho-. Plaque Index

SKOR PLAK PADA PASIEN PENGGUNA PIRANTI ORTODONTI CEKAT DI PRAKTEK DOKTER GIGI DENGAN MENGGUNAKAN.. ORTHO – PLAQUE INDEX

mengenai prevalensi traumatik ulser pada pengguna piranti ortodonti cekat di klinik. PPDGS RSGMP

Selain keuntungan dalam memperbaiki maloklusi, pemakaian piranti ortodonti cekat juga menyebabkan perubahan lingkungan dalam rongga mulut, seperti perubahan pada

Motivasi intrinsik dalam perawatan ortodonti merupakan dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan perawatan ortodonti menggunakan piranti ortodonti cekat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien namun

Pada penelitian ini tidak menilai perubahan dalam rongga mulut secara meluas pada pengguna piranti ortodonti cekat, melainkan hanya melihat laju aliran saliva dengan