• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alih Kode Bahasa Sunda Ke Bahasa Indonesia Di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Alih Kode Bahasa Sunda Ke Bahasa Indonesia Di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS MULSA TERHADAP

PERTUMBUHAN SUKUN (Artocarpus Communis Forst)

PADA DTA DANAU TOBA, KECAMATAN

HARANGGAOL HORISON

SKRIPSI

OLEH:

ARIYANSAH SIREGAR 111201120/BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Penggunaan Berbagai Mulsa di Tanah Sekitar Bibit Sukun (Artocarpus communis ) di Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison

Nama : Ariyansah Siregar

NIM : 111201120

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

Afifuddin Dalimuthe SP, MP Dr. Budi Utomo SP, MP

Ketua Anggota

Mengetahui

(3)

i

ABSTRACT

ARIYANSAH SIREGAR. Utilization Use of Various Mulching in the Soil

Around Seed Breadfruit (Artocarpus communis) in Watershed Haranggaol. Under the guidance of AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

Forest damage from forest fires can cause great harm. For it is done by planting seedlings of forest rehabilitation breadfruit. To support the growth of breadfruit field, then add water-retaining medium in the form of mulch. This study aims to look at the response of seedling growth breadfruit (Artocarpus communis Forst) for the provision of additional materials to the growing media in the form of water-retaining material. This study was conducted in September-November 2014. The study was conducted in DTA Lake Toba, the village Haranggaol, Simalungun. The results showed that there was no interaction mulching treatment on the parameters observed. Mulch did not significantly affect the increase height, diameter, leaf area, crown area, moisture content and number of leaves is apparently due to high rainfall during the study.

(4)

ii

ABSTRAK

ARIYANSAH SIREGAR. Pemanfaatan Penggunaan Berbagai Mulsa di Tanah Sekitar Bibit Sukun (Artocarpus communis ) di Daerah Tangkapan Air Haranggaol. Di bawah bimbingan AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.

Kerusakan hutan akibat kebakaran hutan dapat menimbulkan kerugian yang besar. Untuk itu dilakukan rehabilitasi hutan dengan menanam bibit sukun. Untuk mendukung pertumbuhan sukun dilapangan, maka ditambahkan media penahan air berupa mulsa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian bahan tambahan pada media tanam yakni berupa bahan penahan air. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014. Penelitian dilakukan di DTA Danau Toba, Desa Haranggaol, Kabupaten Simalungun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi perlakuan pemberian mulsa pada parameter yang diamati. Mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, luas daun, luas tajuk, kadar air dan jumlah daun ini diduga karena curah hujan yang tinggi pada saat penelitian berlangsung.

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 10 Mei 1993 dari ayah

H. Ahyar Eddin. SE. dan ibu Wanti Fachrita. Penulis merupakan anak ke dua dari

empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SD N 200402 Sabungan, Padangsidimpuan.

Kemudian penulis pada tahun 2008 lulus dari SMP N 3 Medan Dan tahun 2011

penulis lulus dari SMA N 11 Medan dan pada tahun yang sama penulis diterima

masuk di Fakultas Pertanian USU melalui jalur UMB-PTN. Penulis memilih

minat studi Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan. Penulis mengikuti kegiatan Praktek

Pengenalan Ekosisten Hutan (PEH) di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan

pada tahun 2013. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perum

Perhutani KPH Bandung Utara (28 Januari- 28 Febuari 2015). Penulis

melaksanakan penelitian dari bulan September 2014 sampai November 2014

dengan judul “Pemanfaatan Penggunaan Berbagai Mulsa di Tanah Sekitar Bibit

Sukun (Artocarpus communis ) di Daerah Tangkapan Air Haranggaol” dibawah

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam skripsi ini,

penulis akan meneliti mengenai Penggunaan Berbagai Mulsa di Tanah Sekitar

Bibit Sukun (Artocarpus communis ) di Daerah Tangkapan Air Haranggaol.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada

banyak pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Komisi pembimbing menulis yaitu Dr. Budi Utomo, SP., MP. sebagai

ketua komisi pembimbing dan Afifuddin Dalimunthe, SP., MP. sebagai

anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan

selama penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini selesai.

2. Ayah H.Ahyar Eddin. SE dan ibu Wanti Fachrita dan keluarga Al farady

Siregar (abang), Difa Miranda (adik), Anggi Adelia (adik).

3. Diah Ayu Permata Sari, Dedi Setiawan, Abdul Kholik, Chairul P Ginting

Bangun Siketang, Reza Dimas Putra, Hamsah Rianda Harahap, Ade

Khana Saputri, Heru Prayogi, Try Miharza, M. Lutfi Darmawan Juga

kepada teman-teman di program studi kehutanan khususnya stambuk

2011, serta seluruh pegawai di program studi Kehutanan.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan

(7)

v

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI .... ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Letak Geografis Penelitian ... 4

Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Sukun ... 5

Deskripsi Sukun ... 7

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman ... 8

Peran Air Dalam Pertumbuhan Tanaman ... 10

Mulsa ... 11

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 13

(8)

vi

Metode Peneliti ... 13

Prosedur Penelitian ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Tinggi Bibit Sukun ... 17

Diameter Bibit Sukun ... 17

Luas Daun Bibit Sukun ... 18

Luas Tajuk Bibit Sukun ... 18

Jumlah Daun Bibit Sukun ... 18

Kadar Air Daun ... 19

Pembahasan ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

DAFTAR PUSTAKA

(9)

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hasil Pengamatan Bibit Sukun dengan Berbagai Perlakuan ... 17

2. Warna daun untuk setiap ulangan ... 20

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik pertambahan tinggi bibit selama pengamatan ... 19

2. Grafik pertambahan diameter bibit sukun setiap pengamatan ... 20

(11)

i

ABSTRACT

ARIYANSAH SIREGAR. Utilization Use of Various Mulching in the Soil

Around Seed Breadfruit (Artocarpus communis) in Watershed Haranggaol. Under the guidance of AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.

Forest damage from forest fires can cause great harm. For it is done by planting seedlings of forest rehabilitation breadfruit. To support the growth of breadfruit field, then add water-retaining medium in the form of mulch. This study aims to look at the response of seedling growth breadfruit (Artocarpus communis Forst) for the provision of additional materials to the growing media in the form of water-retaining material. This study was conducted in September-November 2014. The study was conducted in DTA Lake Toba, the village Haranggaol, Simalungun. The results showed that there was no interaction mulching treatment on the parameters observed. Mulch did not significantly affect the increase height, diameter, leaf area, crown area, moisture content and number of leaves is apparently due to high rainfall during the study.

(12)

ii

ABSTRAK

ARIYANSAH SIREGAR. Pemanfaatan Penggunaan Berbagai Mulsa di Tanah Sekitar Bibit Sukun (Artocarpus communis ) di Daerah Tangkapan Air Haranggaol. Di bawah bimbingan AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.

Kerusakan hutan akibat kebakaran hutan dapat menimbulkan kerugian yang besar. Untuk itu dilakukan rehabilitasi hutan dengan menanam bibit sukun. Untuk mendukung pertumbuhan sukun dilapangan, maka ditambahkan media penahan air berupa mulsa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian bahan tambahan pada media tanam yakni berupa bahan penahan air. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014. Penelitian dilakukan di DTA Danau Toba, Desa Haranggaol, Kabupaten Simalungun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi perlakuan pemberian mulsa pada parameter yang diamati. Mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, luas daun, luas tajuk, kadar air dan jumlah daun ini diduga karena curah hujan yang tinggi pada saat penelitian berlangsung.

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854

ha, yang terdiri dari 190.314 ha daratan di pulau Sumatera (keliling luar danau),

69.280 ha daratan pulau Samosir (ditengah danau) dan 110.260 ha berupa perairan

Danau Toban-nya sendiri (luas permukaannya). Daerah Tangkapan Air (DTA)

Danau Toba merupakan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Toba yang

mencakup 7 wilayah administrasi pemerintahan yaitu: Kabupaten Toba Samosir,

Samosir, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara

(ITB, 2001 dalam Siregar, 2008 ).

Isu tentang degradasi lahan dan hutan yang gencar muncul di berbagai

wacana, menuntut pemerintah dan masyarakat untuk segera menindak lanjuti

dengan tindakan yang nyata. Tindakan nyata tersebut tentu saja harus disertai

dengan perencanaan yang matang dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang

menonjol dalam hal ini adalah aspek pengelolaan lahan. Dalam perencanaan

pengelolaan lahan, informasi yang dibutuhkan salah satunya adalah tentang

potensi lahan dan kesesuaiannya untuk jenis tanaman tertentu. Informasi ini

diperlukan terutama untuk menentukan kegiatan atau jenis konservasi tanah yang

harus dilakukan (Wahyuningrum et al., 2003).

Sebaran tanaman sukun di Indonesia cukup luas baik di Pulau Jawa yaitu

Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa Timur maupun di luar Pulau Jawa seperti

Aceh, Sumatera Utara, Pulau Nias, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa

(14)

2

Jenis tanaman sukun merupakan salah satu tanaman keras/tanaman

kehutanan yang mempunyai nilai ekonomis karena menghasilkan buah yang

memiliki kandungan gizi yang tinggi, sehingga berpotensi untuk dikembangkan

sebagai komoditas penghasil sumber pangan bagi masyarakat. Disamping itu,

terdapat kegunaan lainnya yaitu batang pohon sukun dapat dimanfaatkan untuk

bahan bangunan maupun papan kayu yang kemudian dilapisi suatu cairan tertentu

sehingga papan kayu terlihat mengkilap dan kedap air (Pitojo, 1992).

Mulsa adalah suatu bahan yang digunakan sebagai penutup tanah yang

bertujuan untuk menghalangi pertumbuhan gulma, menjaga suhu tanah agar tetap

stabil, mencegah jatuhnya percikan air langsung mengenai permukaan dari tanah

(Wiharjo,1997 dalam Hayati, 2008).

Mulsa juga dapat berperan positif terhadap tanah dan tanaman yaitu

melindungi agregat-agregat tanah dari daya rusak butiran hujan, meningkatkan

Penyerapan air oleh tanah, mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan

memelihara temperatur, kelembaban tanah, memelihara kandungan bahan organik

tanah dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Dengan demikian dapat

meningkatkan hasil tanaman baik mutu maupun jumlahnya (Hayati et al., 2008).

Penggunaan mulsa pada bidang pertanian cukup banyak dan telah biasa

digunakan oleh para petani. Akhir-akhir ini mulsa plastik perak hitam (mpph)

banyak digunakan para petani untuk tanaman cabe, tomat dll. Secara umum mulsa

mempunyai banyak fungsi diantaranya menekan pertumbuhan gulma, menjaga

kelembaban tanah, menurunkan suhu tanah dan menyuburkan tanah

(15)

3

Pemberian mulsa organik memiliki tujuan antara lain melindungi akar

tanaman, menjaga kelembaban tanah, meminimalisasi air hujan yang langsung

jatuh ke permukaan tanah sehingga memperkecil hilangnya hara, erosi dan

menjaga struktur tanah, menjaga kestabilan suhu dalam tanah, serta dapat

menyumbangkan bahan organik bagi tanaman. Bahan yang sering digunakan

sebagai mulsa organik yakni jerami padi, sisa-sisa tanaman ataupun bagian-bagian

tanaman lain juga dapat di manfaatkan sebagai bahan penutup tanah.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan jenis mulsa terbaik terhadap

pertumbuhan bibit sukun di lapangan.

Hipotesis Penelitian

Aplikasi penggunaan berbagi jenis mulsa berpengaruh terhadap

pertumbuhan bibit sukun di lapangan dan dapat meningkatkan kemampuan

tanaman dalam memperoleh air yang cukup.

Manfaat Penelitian

Sebagai informasi untuk penggunaan berbagai mulsa sebagai media

tambahan untuk membantu tanaman memperoleh air yang cukup terutama pada

lahan yang topografi yang miring dan kadar air tanah yang sedikit serta untuk

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Letak Geografis Penelitian

Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat

adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut) (van Bemmelen, 1994).

Luas daerah aliran sungai Asahan (DAS Asahan) adalah ± 4000 km2 dan 90%

dari luas DAS ini adalah kawasan Danau Toba sendiri sebagai daerah tangkapan

air (catchment area) yang dibatasi oleh pegunungan terjal, kecuali di daerah antara

Porsea dan Balige terdapat daerah dataran (Sianturi, 2004).

Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854

Ha, terdiri dari 190.3124 Ha daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau),

69.280 Ha daratan Pulau Samosir (ditengah danau) dan 110.260 Ha berupa

perairan Danau Toba (ITB, 2001).

Kelurahan Haranggaol berada di pinggiran Danau Toba dan dikelilingi

gunung dan bukit-bukit. Kelurahan Haranggaol terletak diantara 20 49’46’-20 52’

31’’ LU dan 980 35’ 51’’ - 940 45’ 11’’ BT. Berada pada ketinggian 904 – 1.400

meter diatas permukaan laut. Rata-rata suhunya adalah 26-280C. Keadaan iklim

di Haranggaol beriklim dingin. Kelurahan Haranggaol memiliki luas wilayah

3717 Hektar. Adapun batas-batas wilayah Haranggaol adalah :

• Sebelah Timur berbatasan dengan Nagori Purba Horisan

• Sebelah Barat berbatasan dengan Nagori Sihalpei/Purba Sipinggan

• Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Purba Tongah

• Sebelah Selatan Berbatasan dengan Danau Toba

(17)

5

Daerah Tangkapan Air Danau Toba telah terindikasi adanya penebangan

hutan secara liar di kawasan Danau Toba dan menurunkan kapasitas resapan

kawasan hutan terhadap air hujan. Pembukaan hutan untuk di konversi menjadi

lahan pertanian akan mengakibatkan lahan terbuka sehingga akan meningkatkan

laju erosi, transpor sedimen maupun meningkatkan aliran permukaan.

Kemampuan resapan kawasan yang telah dibuka penutupan hutannya juga akan

menurunkan kemampuan lahan meresapkan air hujan. Peningkatan aliran

permukaan dan penurunan resapan ini juga akan mengganggu

keseimbangan/neraca air danau dan menurunkan fungsi hidrologis DTA secara

umum (LIPI, 2014).

Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Sukun (Artocarpus communis)

Tanaman sukun merupkan tanaman yang memiliki kemampuan bertahan

hidup dari kondisi cekaman lingkungan yang tinggi. Klasifikasi Sukun Artocarpus

communis menurut Triwiyatno (2003) adalah :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis

Tanaman sukun dapat tumbuh dengan baik sejak di dataran rendah hingga

(18)

6

toleransi yang cukup longgar terhadap rentang iklim. Sukun dapat tumbuh dengan

baik di daerah beriklim basah maupun iklim kering. Tanaman sukun lebih suka

tumbuh di tempat terbuka, dan mendapat sinar matahari penuh. Sukun juga

memiliki toleransi terhadap ragam tanah. Sukun menghendaki tanah yang

memiliki air tanah dangkal, dan tidak menghendaki tanah dengan kadar garam

yang tinggi. Tanah dengan kadar humus yang tinggi akan lebih menjamin tingkat

pertumbuhan dan produksi buahnya (Purwantoyo, 2007).

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian

1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per

tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh

tanaman sukun. Derajat keasaman tanah sekitar 6-7. Tanaman sukun relatif

toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan.

Tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah pada tempat yang

mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air .

Tanaman sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah seperti tanah podsolik

merah kuning, tanah berkapur dan tanah berpasir (regosol), namun akan lebih

baik apabila ditanam pada tanah alluvial yang gembur, bersolum dalam, banyak

mengandung humus, tersedia air tanah yang cukup dangkal dan memiliki pH

tanah sekitar 5-7. Umumnya pertumbuhan tanaman sukun tidak baik apabila

ditanam pada tanah yang memiliki kadar garam (NaCl) tinggi. Demikian pula

penanaman sukun di daerah yang beriklim kering, di mana tanaman sering

mengalami stress karena kekurangan air (drought stress) dapat menyebabkan

(19)

7

Tanah aluvial (Inceptisol) yang banyak mengandung bahan organik sangat

sesuai untuk tanaman sukun. Derajat keasaman (pH) rendah, relatif tahan

kekeringan dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan

kadar garam ang agak tinggi serta sering tergenang air, tanaman sukun masih

mampu tumbuh dan berbuah (Rauf, 2009).

Deskripsi Sukun (Artocarpus communis)

Sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan kering

(daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Buah muda

berkulit kasar dan buah tua berkulit halus. Daging buah berwarna putih agak

krem, teksturnya kompak dan berserat halus. Rasanya agak manis dan memiliki

aroma yang spesifik. Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per buah. Tanaman

sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah mulai dari tepi

pantai sampai pada lahan dengan ket inggian kurang lebih 600 m dari permukaan

laut. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan

yang tinggi antara 80 - 100 inchi per pertahun dengan kelembaban 60 - 80%,

namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran

matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab panas, dengan

temperatur antara 15 - 38 °C. Pembentukan buah sukun tidak didahului dengan

proses pembuahan bakal biji (parthenocarphy), maka buah sukun tidak memiliki

biji. Buah sukun akan menjadi tua setelah tiga bulan sejak munculnya bunga

betina. Buah yang muncul awal akan menjadi tua lebih dahulu, kemudian diikuti

oleh buah berikutnya (Irwanto, 2014).

Pembibitan sukun umumnya dilakukan dengan cara vegetatif yaitu melalui

(20)

8

kultur jaringan. Teknik yang paling banyak yang digunakan adalah stek akar,

karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, mudah dilakukan dan

relatif murah. Daerah utama penghasil sukun di Indonesia diantaranya adalah

Cilacap dan Kediri. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

jumlah produksi dan kualitasnya adalah dengan memadukan antara teknik stek

akar dan stek pucuk, mengingat tunas-tunas yang tumbuh pada stek akar dapat

dimanfaatkan untuk stek pucuk dengan tingkat keberhasilan tumbuh yang relatif

baik (Adinugraha, 2011).

Perakaran tumbuhan tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air

sampai tercapai potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari tanah

oleh akar tumbuhan disebut air yang tersedia. Air yang tersedia merupakan

perbedaan antara jumlah air dalam tanah pada kapasitas lapang dan jumlah air

dalam tanah pada persentase pelayuan permanen. Air pada kapasitas lapang

adalah air yang tetap tersimpan dalam tanah yang tidak mengalir ke bawah karena

gaya gravitasi; sedangkan air pada persentase pelayuan permanen adalah apabila

pada kelembaban tanah tersebut tumbuhan yang tumbuh diatasnya akan layu dan

tidak akan segar kembali dalam atmosfer dengan kelembaban relatif 100%

(Gardner et al.,1991).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks antara

faktor internal (dalam) dan eksternal (luar).Faktor internal meliputi faktor intrasel

(sifat genetik/hereditas) dan intersel (hormonal dan enzim).Faktor eksternal

meliputi air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan

(21)

9

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:

1. Sifat Menurun atau Hereditas. Ukuran dan bentuk tumbuhan banyak

dipengaruhi oleh faktor genetik. Faktor genetik dapat digunakan sebagai

dasar seleksi bibit unggul.

2. Hormon Pada Tumbuhan. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh

yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi adapula yang dapat menghambat

pertumbuhan. Hormon-hormon pada tumbuhan yaitu auksin, giberilin, gas

etilen, sitokinin, asam absisat dan kalin.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:

1. Cahaya Matahari. Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan

tanaman. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan

batang tumbuhan yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning

pucat. Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh

lebih panjang, lembek dan kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang

penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan

reproduksi tumbuhan.

2. Temperatur. Temperatur mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi

tumbuhan. Perubahan temperatur dari dingin atau panas mempengaruhi

kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi dan transpirasi. Jika

temperatur terlalu dingin atau terlalu tinggi pertumbuhan akan menjadi

lambat atau terhenti sama sekali pada beberapa tumbuhan apabila

lingkungan, air, temperatur, dan cahaya tidak memungkinkan untuk

(22)

10

3. Kelembaban atau Kadar Air. Tanah dan udara yang kurang lembab

umumnya berpengaruh baik terhadap pertumbuhan karena meningkatkan

penyerapan air dan menurunkan penguapan atau transpirasi.

4. Air dan Unsur Hara. Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi

tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan

dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan. Kandungan air

dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah.

(Triwiyatno, 2003).

Peran Air Dalam Pertumbuhan Tanaman

Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang

diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi

(ET-tanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan

kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan

kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan

tumbuh tertentu (Sumarno, 2004).

Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas

metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.

Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap

kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan

mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel

(23)

11

Kekurangan air pada tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media

tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tersebut.

Di lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat

mengalami cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak

dapat mengimbangi kehilangan air melalui proses transpirasi. Kekurangan air

akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga

mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terusmenerusakan

menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya

tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya,

kadar air tanah dan kondisi cuaca (Islami dan Utomo, 1995).

Mulsa

Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah

sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan

kelembapan tanah (Mulyatri, 2003). Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya

menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan

kelembapan tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga

tnaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Penggunaan mulsa pada bidang pertanian cukup banyak dan telah biasa

digunakan oleh para petani. Akhir-akhir ini mulsa plastik perak hitam (mpph)

banyak digunakan para petani untuk tanaman cabe, tomat dll. Secara umum mulsa

mempunyai banyak fungsi diantaranya menekan pertumbuhan gulma, menjaga

kelembaban tanah, menurunkan suhu tanah dan menyuburkan tanah

(24)

12

Penggunaan mulsa organik yaitu berupa sisa pemanenan hasil hutan

seperti cabang, ranting, gulma dan daun-daun telah digunakan untuk konservasi

tanah dan air melalui penerapan teknik mulsa vertikal. Teknik ini dilakukan

dengan memasukkan mulsa tersebut kedalam saluran atau alur sesuai kontur dan

sebaiknya dikombinasikan dengan pembuatan guludan. Penempatan mulsa

vertikal dapat dilakukan pada lahan yang baru dibuka maupun di hutan tanaman

yang telah membentuk tajuk. Penggunaan mulsa vertikal telah mampu

mengurangi laju aliran permukaan, erosi dan kehilangan unsur hara

(Pratiwi, 2005).

Mulsa organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai

besar. Hal tersebut dikarenakan mulsa organik dapat mempertahankan

kelembaban dan mengurangi suhu tanah, serta menekan pertumbuhan gulma dan

mengurangi kompetisi gulma. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan hasil

panen pada perlakuan mulsa batang jagung, mulsa jerami dan mulsa orok-orok

lebih baik dibandingkan dengan mulsa kara benguk, mulsa kayu apu dan mulsa

eceng gondok (Dewi et al., 2013).

Salah satu teknik budidaya yang dapat mengurangi terjadinya evaoporasi

adalah penggunaan mulsa. Mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma, mereduksi

penguapan, dan kecepatan alir permukaan, sehingga kelembaban tanah dan

persediaan air dapat terjaga. Penggunaan mulsa ditujukan untuk mencegah

terjadinya pemadatan tanah, terutama pada lapisan tanah bagian atas, mengurangi

fluktuasi suhu tanah, dan mencegah terjadinya kontak langsung antara buah

dengan tanah yang dapat menyebabkan buah menjdi busuk

(25)

13

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba

di Desa Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yang dimulai dari bulan September

2014 sampai dengan November 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun

(Artocarpus communis), mulsa jerami 300 gr, mulsa busa atau spons 40 cm x 40

cm, mulsa pelastik 40 cm x 40 cm, top soil, benang, dan kertas label. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, camera digital, alat tulis,

kalkulator, gunting, penggaris, jangka sorong, kertas millimeter, pisau cutter

Microsoft Excel dan software Image J.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 11 perlakuan yaitu:

A = Kontrol

B = Jerami Padi

C = Plastik

D = Busa atau Spons

Setiap perlakuan dilkukan pengulangan sebanyak enam kali sehingga

didapat jumlah bibit sukun sebanyak 24 bibit. Model linier Rancangan Acak

(26)

14

���=�+��+��+���

Keterangan :

Yij = Nilai hasil pengamatan tanaman sukun pada ulangan ke j yang mengalami

perlakuan i

µ = Rataan umum pertumbuhan sukun

τi = Pengaruh perlakuan mulsa terhadap pertumbuhan bibit sukun

βj = Pengaruh ulangan ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-j dan perlakuan mulsa ke- i

Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem Microsoft Excel.

Jika ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji

lanjutan berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test).

Prosedur Penelitian

1. Penyiapan Bibit Sukun

Bibit sukun yang digunakan dalam penlitian ini merupakan bibit yang

berasal dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun yang digunakan merupakan

hasil perbanyakan vegetatif stek akar. Bibit yang digunakan merupakan bibit yang

memiliki umur seragam yaitu 3 bulan dan memiliki kesehatan serta keadaan fisik

yang baik.

2. Penyiapan Lubang Tanam

Lubang tanam dibut dengan ukuran 20cm x 20cm x 20cm dengan jarak

tanam adalah 5m x 5m. Media tanah yang digunakan adalah top soil yang berasal

dari DTA Danau Toba, Kecamatan Haranggaol Horison. Media tanam yang telah

dibuat harus sama-sama terkena sinar matahari penuh.

(27)

15

Bibit sukun kemudian ditanam sesuai dengan lubang tanam yang telah

dibuat dan diberi label sesuai dengan perlakuan pada setiap bibit yang telah

ditanam.

4. Pemberian Jenis Mulsa

Mulsa yang digunakan dapat diperoleh dari toko tanaman. Letakan

dipermukaan tanah bibit tanaman sukun (Artocarpus communis) sesuai dengan

ketentuan yang di tentukan.

Parameter Pengamatan

Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu

pengambilan data tiap awal parameter. Jadi data yang diperoleh pada saat

pengukuran parameter yang dikurangi terhadap data awal. Parameter yang diamati

antara lain adalah:

a. Pertambahan tinggi (Cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal sampai titik tumbuh tertinggi dengan

menggunakan benang dan penggaris. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali.

b. Diameter batang (mm)

Diameter tanaman diukur dengan menggunakan jangka sorong yang diambil

pada suatu titik yang telah ditentukan. Pengukuran diameter dilakukan di

pangkal batang yang kemudian diberi tanda. Pengamatan dilakukan dua

minggu sekali.

c. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung mulai dari daun yang paling bawah hingga daun yang

berada disekitar pucuk tanaman yang sudah terbuka sempurna. Menghitung

(28)

16 d. Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun diambil saat pengambilan data terkahir dari setiap bibit

sukun. Daun digambar pada kertas millimeter kemudian hasilnya di-scan

untuk mendapatkan pengukuran luas dengan menggunakan program Image J.

e. Luas Tajuk (cm2)

Pengukuran luas tajuk diambil saat pengambilan data terkahir dari setiap bibit

sukun. Tajuk diambil fotonya, kemudian hasilnya di-scan untuk mendapatkan

pengukuran luas tajuk dengan menggunakan program imageJ.

f. Kadar Air Daun (%)

Pengukuran kadar air dilakukan pada akhir penelitian dengan menimbang

satu lehai daun pada setiap perlakuan kemudian mengopenkan setiap helai

daun sehingga nanti memperoleh berat akhir nya. Dengan menggunakan

rumus :

Beratawal−beratakhir

(29)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 90 hari dengan

parameter yaitu tinggi,diameter, jumlah daun, luas tajuk, luas daun dan kadar air,

sehingga diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Bibit Sukun dengan Berbagai Perlakuan.

Perlakuan Tinggi

Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 1 terlihat adanya

selisih dari setiap perlakuan yang diberikan, pertambahan tinggi bibit sukun

tertinggi pada perlakuan C(plastik) sebesar 6,79 cm, sedangkan rataan

pertambahan tinggi terendah pada perlakuan A(kontrol) sebesar 5,51 cm. Dari

gambar juga dapat dilihat bahwa perlakuan kontrol (tanpa pemberian mulsa)

ternyata memberikan pertambahan rataan tinggi bibit sukun yang lebih rendah

dari pada pemberian perlakuan.

Pertambahan diameter

Pertambahan rataan diameter bibit sukun mulai dari minggu pertama

(30)

18

perlakuan D (busa) menghasilkan pertambahan rataan dimeter bibit sukun

tertinggi sebesar 1,47mm, sedangkan pertambahan rataan diameter bibit sukun

terendah dari perlakuan B (jerami) sebesar 1,07 mm.

Luas daun

Luas daun bibit sukun yang disajikan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa

luas daun sukun beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata luas daun terbesar

adalah 42,41 cm2 yakni pada perlakuan D (busa). Sementara itu rata-rata luas

daun paling kecil adalah 31,12 cm2 yakni pada perlakuan B (jerami).

Luas tajuk

Berdasarkan Tabel 1, luas tajuk bibit sukun pada minggu ke-11 dapat

dilihat bahwa luas tajuk sukun beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata luas

tajuk terbesar adalah 506,72 cm2 yakni pada perlakuan C (plastik). Sementara itu

rata-rata luas tajuk paling kecil adalah 345,37 cm2 yakni pada perlakuan B

(jerami).

Jumlah daun

Rataan jumlah daun bibit sukun pada minggu ke-11 yang disajikan pada

Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah daun sukun beragam untuk setiap perlakuan,

rataan jumlah daun terbanyak adalah 5 helai yakni pada perlakuan D (busa).

Sementara itu rataan jumlah daun paling sedikit adalah 4 helai yakni pada

(31)

19

Kadar air daun

Berdasarkan Tabel 1, kadar air bibit sukun bahwa luas kadar air beragam

untuk setiap perlakuan. Rata-rata kadar air terbesar adalah 79,68% yakni pada

perlakuan D (busa). Sementara itu rata-rata kadar air daun paling kecil adalah

72,24% yakni pada perlakuan B (jerami).

Gambar 1. Grafik pertambahan tinggi bibit selama pengamatan

Pada Gambar 1 tampak bahwa pertambahan tinggi tanaman pada setiap

perlakuan menunjukkan kecenderungan yang sama. Pertambahan tinggi bibit

sukun yang diamati mulai dari pemberian perlakuan pada minggu pertama hingga

minggu ke-10 dengan perlakuan yang ditentukan terlihat perbedaan pertambahan

tinggi yang signifikan antara perlakuan kontrol dengan yang diberikan perlakuan

lainnya. Perlakuaan D (busa) memberikan pertambahan tinggi yang lebih tinggi,

sedangkan A (kontrol) pertambahan tinggi yang terendah.

0

II-0 IV-0 VI-0 VIII-0 X-0

(32)

20

Gambar 2. Grafik pertambahan diameter bibit selama pengamatan

Pada Ganbar 2 tampak bahwa untuk setiap pengamatan pertambahan

diameter batang menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Perlakuan D (busa)

memberikan pertambahan diameter batang yang lebih tinggi setiap dilakukan

pengukuran, sedangkan perlakuan A (kontrol) mengalami pertambahan diameter

yang terendah.

Warna daun

Tabel 2. Warna daun untuk setiap ulangan

No Perlakuan Warna daun Luas dauncm2

1 A 193,127 (3)

Dari Tabel 2. Dapat dilihat bahwa warna daun pada akhir pengamatan

mulai dari hijau hingga hijau tua. Warna daun ini memiliki kaitan interaksi

terhadap luas daun.

II-I IV-I VI-I VIII-I X-I

BUSA

PLASTIK

JERAMI

(33)

21

Tabel 3. Hasil uji korelasi setiap parameter pengamatan.

Tinggi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dan hasil analisis sidik ragam

menunjukkan mulsa (jerami, plastik dan busa) tidak berpengaruh nyata terhadap

beberapa parameter pengamatan yaitu pertambahan tinggi, pertambahan diameter,

jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun. Hal ini di duga disebabkan

oleh faktor-faktor pertumbuhan tanaman baik faktor internal maupun eksternal,

hal ini sesuai dengan pernyataan Triwiyatno (2003), pertumbuhan tanaman yang

berinteraksi kompleks dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor internal dan

eksternal. Faktor internal ini meliputi faktor intrasel (sifat genetik atau hereditas)

dan intersel (hormon dan enzim). Faktor eksternal meliputi air tanah dan mineral,

kelembaban udara, suhu udara, cahaya dan sebagainya.

Pada penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pemberian berbagai

jenis mulsa (jerami padi, busa dan plastik) memberikan pengaruh yang baik pada

setiap parameter yang diamati. Hal ini dikarenakan jenis mulsa yang diberikan

memberikan efek yang sesuai terhadap pertumbuhan bibit sukun, sehingga bibit

sukun dapat tumbuh dengan baik. Hal ini sesui dengan pernyataan Mulyatri

(2003) Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma,

(34)

22

kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tnaman dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik dalam mendukung pertumbuhan bibit sukun pada sekitar

Danau Toba.

Pada parameter pengamatan yaitu pertambahan tinggi, diameter, luas

daun, jumlah daun dan kadar air daun menunjukkan pemberian mulsa jenis busa

(D) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Dapat diduga bahwa pemberian mulsa (busa) memberikan pertumbuhan yang

lebih baik bagi bibit sukun. Hal ini diduga kemampuan serapan air yang tinggi

dari busa dapat memenuhi kebutuhan air bagi bibit sukun, sehingga

pertumbuhannya lebih baik dibandingkan menggunakan perlakuan mulsa jerami

dan plastik.

Dari hasil yang diperoleh bahwa pemberian perlakuan mulsa lebih baik

daripada kontrol yaitu perlakuan menggunakan busa dan plastik namun tidak

dengan pemberian mulsa jerami hanya pada parameter tinggi yang lebih baik

pertumbuhannya dari pada kontrol.

Pada pengamatan petambahan diameter bibit sukun, nilai pertambahan

diameter terbesar perlakuan D (busa) menghasilkan pertambahan rataan dimeter

bibit sukun tertinggi sebesar 0.15 cm, sedangkan pertambahan rataan diameter

bibit sukun terendah dari perlakuan B (jerami) sebesar 0.11 cm ini dikarenakan

kemampuan jerap air oleh busa lebih besar dibandingkan jerami sehingga

kebutuaan air dari bibit sukun ini terpenuhi sehingga menunjang pertumbuhan

diameternya. Pada pengamatan jumlah daun bibit sukun dapat dilihat bahwa

jumlah daun sukun beragam untuk setiap perlakuan dan ulangan jumlah daun

(35)

23

daun paling sedikit adalah 4 helai yakni pada perlakuan A, B dan C ( kontrol,

jerami dan plastik).

Pemberian mulsa pada bibit sukun merupakan faktor eksternal yang

diberikan pada tanaman untuk membantu pertumbuhan tanaman bibit sukun

tumbuh dengan baik dan dapat membantu tanaman sukun lebih mudah dalam

menyerap air serta menjaga suhu tanah yang optimal bagi bibit sukun. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Jumin (2005) Mulsa dapat menekan pertumbuhan

gulma, mereduksi penguapan, dan kecepatan alir permukaan, sehingga

kelembaban tanah dan persediaan air dapat terjaga. Penggunaan mulsa ditujukan

untuk mencegah terjadinya pemadatan tanah, terutama pada lapisan tanah bagian

atas, mengurangi fluktuasi suhu tanah.

Pada pengamatan luas daun bibit sukun dapat dilihat bahwa luas daun

sukun beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata luas daun terbesar adalah 42,41

cm2 yakni pada perlakuan D (busa). Sementara itu rata-rata luas daun paling kecil

adalah 31,12 cm2 yakni pada perlakuan B (jerami). Pada pengamatan luas tajuk

bibit sukun dapat dilihat bahwa luas daun sukun beragam untuk setiap perlakuan.

Rata-rata luas daun terbesar adalah 506,72 cm2 yakni pada perlakuan C (plastik).

Sementara itu rata-rata luas daun paling kecil adalah 345,37 cm2 yakni pada

perlakuan C (jerami). Dari pengamatan yang dilakukan pertumbuhan bibit sukun

ini cukup baik dikarenakan jumlah air yang dapat diserap mulsa dapat memenuhi

kebutuhan bagi pertumbuhan bibit sukun ini tercukupi dan bibit sukun ini juga

terletak di tempat yang terbuka dan disinari matahari langsung yang juga dapat

tumbuh dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Purwantoyo (2007), Tanaman

(36)

24

tumbuh dengan baik di daerah beriklim basah maupun iklim kering. Tanaman

sukun lebih suka tumbuh di tempat terbuka, dan mendapat sinar matahari penuh.

Sukun juga memiliki toleransi terhadap ragam tanah. Sukun menghendaki tanah

yang memiliki air tanah dangkal, dan tidak menghendaki tanah dengan kadar

garam yang tinggi. Tanah dengan kadar humus yang tinggi akan lebih menjamin

tingkat pertumbuhan dan produksi buahnya.

Pada paramater pengamatan yakni pertambahan tinggi, diameter dan luas

daun yang berperan penting yaitu kebutuhan air yang tinggi sehingga dapat

membantu tanaman dalam melakukan transpirasi yang baik tanpa mengalami

kekurangan air yang tinngi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyatri (2003)

Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga

kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan kelembapan

tanah. Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma,

memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembapan tanah serta menciptakan

kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tnaman dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan mulsa

lebih baik daripada kontrol. Hal ini dikarenakan adanya penambahan bahan

penutup tanah (mulsa) pada permukaan tanah yang berfungsi sebagai media

penyuplai air, menjaga suhu tanah dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Sesuai dengan pernyataan Suhayatun, (2006) Kegiatan penelitian yang berkaitan

dengan pengaruh mulsa organik terhadap dinamika perubahan suhu tanah dan

peranan mulsa organik dalam manajemen suhu tanah. Kombinasi perlakuan

(37)

25

ketebalan mulsa yaitu 5 cm dan 10 cm dan perlakuan kontrol/tanpa mulsa.

Hasil-hasil penelitian diketahui bahwa jenis mulsa organik mempunyai pengaruh yang

berbeda terhadap perubahan suhu tanah. Juga diperoleh hasil bahwa pemilihan

jenis mulsa dan penerapannya pada kedalaman tertentu dalam tanah juga

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan dan penentuan suhu

tanah yang diinginkan.

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa luas kadar air

beragam untuk setiap perlakuan. Rata-rata kadar air terbesar adalah 79,68%

yakni pada perlakuan D (busa). Sementara itu rata-rata kadar air daun paling kecil

adalah 74,24% yakni pada perlakuan B (jerami). Besarnya kadar air pada daun

merupakan salah satu komponen penting dalam proses pertumbuhan tanaman.

Selain itu kadar air yang tinggi pada daun juga akan mempengaruhi proses

fotosintesis pada daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner et. al (1991)

menyatakan bahwa air berfungsi sebagai penyusun tubuh tanaman, pelarut dan

medium reaksi biokimia, medium transport senyawa, memberikan turgor bagi sel,

bahan baku fotosintesis dan menjaga suhu tanaman supaya konstan, evaporasi air

untuk mendinginkan permukaan.

Tidak adanya pengaruh dari penggunaan berbagai jenis mulsa (jerami,

busa, dan plastik) yang sudah ditentukan dengan perlakuan kontrol (tanpa

perlakuan) yang diberikan terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter. Hal ini

diperkirakan karena adanya pengaruh faktor luar yaitu lingkungan terutama faktor

curah hujan. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi keberhasilan pemberian

bahan penutup tanah atau mulsa dilapangan. Menurut Kementerian Lingkungan

(38)

26

curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan. Tingginya curah hujan dan banyaknya

hari hujan memberikan ketersedian air yang cukup bagi tanaman sukun sehingga

peran dari pemberian mulsa tidak memberikan pengaruh yang nyata dikarenakan

tanaman sukun ini selalu mendapatkan air yang cukup dan juga suhu tanahnya

selalu terjaga dengan baik sehingga pertumbuhan sukun tetap baik tanpa harus

memberikan mulsa.

Pada analisis korelasi yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa pemberian

mulsa pada bibit sukun akan memberikan interaksi hasil antara perlakuan yang

ada. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa hubungan interaksi antara diameter

dengan luas daun, diameter dengan luas tajuk, diameter dengan jumlah daun,

diameter dengan kadar air daun dan luas daun dengan jumlah daun memiliki

hubungan yang sangat kuat. Dengan nilai paling besar R 0,943 yaitu pada luas

daun denan jumlah daun. Sementara itu hubungan korelasi antara pertambahan

pertambahan tinggi dengan luas daun, pertambahan tinggi dengan luas tajuk, luas

daun dengan kadar air daun, luas tajuk dengan kadar air daun dan jumlah daun

dengan kadar air daun menunjukkan hubungan korelasi yang kuat. Hubungan

korelasi antara tinggi dengan diameter, tinggi denagn jumlah daun, dan luas tajuk

denagan jumlah daun cukup kuat. Dan tinggi dengan kadar air daun menunjukan

hubungan korelasi rendah dengan nilai sebesar 0,039. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Harahab, (2009) Analisa korelasi digunakan untuk mengetahui

keeratan hubungan antara dua variabel. Analisis Korelasi adalah analisis yang

digunakan guna mengukur tinggi rendahnya derajat hubungan antara variabel

yang diteliti. Tinggi rendahnya derajat hubungan antara variabel yang diteliti

(39)

27

+1 mengindikasikan terjadi hubungan positif yang erat, namun apabila mendekati

angka –1 mengindikasikan terjadi hubungan negatif yang erat. Koefisien korelasi

mendekati angka 0 (nol) mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel adalah

lemah atau tidak erat.

Dari hasil penelitian juga menunjukkan tingkat keberhasilan tanaman bibit

sukun di lapangan dengan menggunakan mulsa ini tergolong berhasil dikarenakan

tidak adanya bibit yang mengalami kematian. Sehingga perlakuan dengan

pemberian mulsa pada tanaman bibit sukun sebagai tanaman reboisasi di lahan

kritis merupakan salah satu upaya yang baik untuk meningkatkan produktifitas

lahan serta dapat melakukan penghijauan kembali pada lahan–lahan kritis air dan

juga dapat menghambat pertumbuhan gulma yang bertujuan untuk meningkatkan

persen tumbuh dilapangan.

A (Kontrol) B (Jerami)

C (Plastik) D (Busa)

(40)

28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pemberian berbagai jenis mulsa yaitu jerami, plastik dan busa

yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter,

jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan kadar air daun tanaman di lapangan, tidak

adanya pengaruh tersebut dipengaruhi faktor curah hujan yang tinggi dikarenakan

masih berada di muasim penghujan.

Saran

Stelah dilakukan penelitian di lapangan, ternyata pemberian berbagai jenis

mulsa (penutup tanah) belum memberikan berpengaruh terhadap pertumbuhan

bibit sukun, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada bulan kemarau

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H.A. 2011. Pengaruh Umur Induk, Umur Tunas dan Jenis Media Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Sukun. Jurnal Pemuliaan Tanaman. Vol. 5 no 1, 31:40.

Dewi. R, Nurul A, Koesriharti. 2013. Kajian Penggunaan Macam Mulsa Organik Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.).

Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 2

Gardner, F.P., Perace, R.B., dan Mitchell, R.L. 1991.Fisiologi Tanaman

Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. Jakarta: UI Press.

Ginting, K. 2008. Peralihan Matapencaharian Masyarkat Dari Sektor Pariwisata Ke Sektor Perternakan Ikan (Studi Deskriptif: Perubahan Status Sosial-Ekonomi Masyarakat Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Horison, Kabupaten Simalungun). Repository USU. Medan.

Harahab, Nuddin. 2009. Pengaruh Ekosistem Hutan Mangrove Terhadap Produksi Perikanan Tangkap (Studi Kasus Di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Jurnal Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Hayati, E., Ahmad, H,A., Rahman, T,C,. 2008. Respon Jagung Manis (Zea mays,

Sacharata SHOUT) Terhadap Penggunaan Mulsa dan Pupuk Organik.

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Agrista Vol. 14 No. 1, 2010 [ 8 September 2014].

Irwanto. 2014. Pengembangan Tanaman Su

[8 September 2014].

Islami, T dan Utomo W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.

ITB. 2001. Kajian Teknis Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Kawasan Danau Toba. Bandung, Jawa Barat.

Jumin H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT RajaGrafindo Persada.

Kementrian Kehutanan. 2012. Mulsa Daun Kering Pengendali Gulma dan Penyubur Tanah di Hutan Tanaman.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2011. Profil 15 Danau Prioritas Nasional 2010-2014. Jakarta.

(42)

Mulyatri. 2003. Peranan pengolahan tanah dan bahan organik terhadap konservasi tanah dan air. Pros. Sem. Nas. Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi.

Pangaribuan, D, H dan Pujisiswanto,H. 2008. Pengaruh Kompos Jerami Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buah Tomat. Bandar lampung.

Pratiwi. 2001. Efektivitas Penempatan Mulsa Vertikal untuk Mengurangi Aliran Permukaan dan Sedimentasi serta Kehilangan Unsur Hara di Hutan Tanaman Mahoni Afrika (Khaya anthoteca)Pasir Awi Leuwiliang Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan No.628. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor.

Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Purwantoyo, Eling. 2007. Budidaya dan Pasca Panen Sukun. Aneka Ilmu. Semarang.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretu USU 2006-2008. USU Press. Medan.

Sianturi, Tumiar. 2004. Degredasi Danau Toba. Repository USU. Medan.

Siregar, A.Z. 2008. Pengelolaan ekosistem kawasan danau toba tanggungjawab siapa?. Repository USU. Medan.

Suhayatun, S. 2006. Peranan Beberapa Jenis Mulsa Organik dalam Maajemen Suhu Tanah. Research Report from LAPTUNILAPP. Diakses via internet http:// www.digilib.itb. ac.id/gdl. [8 September 2014].

Sumarno, M.S. 2004. Pengelolaan Air Tanah Bagi Tanaman. Materi Kuliah: Manajemen Sumber Daya Air, Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya. Malang

Triwiyatno, E.A. 2003. Bibit Sukun Cilacap. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Wahyuningrum, N., C. Nugroho SP., Wardojo, Beny Harjadi, Endang Savitri, Sudimin, Sudirman. Klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan. Info DAS Surakarta No. 15 Th. 2003. http://www. bebasbanjir2015.html [8 September 2014].

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi (cm) bibit sukun

Data pertumbuhan bibit minggu I

Data pertumbuhan bibit minggu II

PERLAKUAN ULANGAN

Data pertumbuhan bibit minggu III

PERLAKUAN ULANGAN

Data pertumbuhan bibit minggu IV

PERLAKUAN ULANGAN

Data pertumbuhan bibit minggu V

(44)

Data pertumbuhan bibit minggu VI

Analisis ragam pertambahan tinggi bibit sukun

Sumber

Perlakuan 3 7,141913 25,47091 0,559311 3,287382tn

Blok 5 8,505421 4,863333 0,399655 2,901295tn

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter (cm) bibit sukun

Data pertumbuhan bibit minggu I

Data pertumbuhan bibit minggu II

(45)

Data pertumbuhan bibit minggu III

Data pertumbuhan bibit minggu IV

PERLAKUAN ULANGAN

Data pertumbuhan bibit minggu V

PERLAKUAN ULANGAN

Data pertumbuhan bibit minggu VI

PERLAKUAN ULANGAN

Analisis ragam pertambahan tinggi bibit sukun

(46)

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit sukun

Data jumlah daun pada minggu ke XI

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

Lampiran 4. Analisis rancangan percobaan luas daun (cm2) bibit sukun

Data luas daun bibit sukun pada minggu ke XI

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

total 136,103 145,958 156,588 138,598 135,614 128,583 140,240667 841,444

(47)

Keterangan:

Lampiran 5. Analisis rancangan percobaan luas tajuk (cm2) bibit sukun

Data luas tajuk bibit sukun pada minggu ke XI

Perlakuan Ulangan Total rata-rata

1 2 3 4 5 6

A 143,006 71,759 81,969 33,593 59,041 40,793 430,161 71,6935

B 22,096 73,997 40,793 20,633 120,776 67,071 345,366 57,561

C 139,747 68,31 21,811 105,64 129,694 41,519 506,721 84,4535

D 62,89 15,7462 132,91 125,659 60,768 95,381 493,3542 82,2257

total 367,739 229,8122 277,483 285,525 370,279 244,764 1775,602 295,9337

Sumber

Perlakuan 3 2714,984 904,9947 0,424885 3,287382tn

(48)

Lampiran 6. Analisis rancangan percobaan kada air (%) bibit sukun

Data kadar air daun bibit sukun (%)

Perlakuan Ulangan Total rata-rata

1 2 3 4 5 6

A 75 78,94737 83,33333 80 73,33333 82,35294 472,967 78,82782938

B 66,66667 72,72727 62,5 65 77,08333 89,47368 433,451 72,24182616

C 76,19048 78,37838 50 78,26087 86,36364 80 449,1934 74,86556008

D 82,35294 76,66667 77,77778 77,9661 83,33333 80 478,0968 79,68280344

total 300,2101 306,7197 273,6111 301,227 320,1136 331,8266 1833,708 305,6180191

(49)

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Bahan mulsa

Pemberian label pada bibit sukun

(50)

Pengukuran luas daun

Pengukuran berat daun

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengamatan Bibit Sukun dengan Berbagai Perlakuan.
Gambar 1. Grafik pertambahan tinggi bibit selama pengamatan
Tabel 2. Warna daun untuk setiap ulangan No Perlakuan Warna daun
Tabel 3. Hasil uji korelasi setiap parameter pengamatan.
+2

Referensi

Dokumen terkait

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-4/W4, 2013 ISPRS Acquisition and Modelling of Indoor and

kuantitas sarana dan prasarana penyuluhan (7 Unit Sanggar Tani dan Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan 2 Unit).

Location Feature Model Location Feature Model Source Feature Source Feature Semantic Location Model Semantic Location Model Location Description Model Location Description

singkat untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang dipelajari dan prilaku yang harus dijalankan siswa sehubungan dengan pencapaian kompetensi sosial dalam

Lastly, 3D model allows more semantic annotations to be presented, it The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences,

bagi para sopir/juru mudi untuk peningkatan keselamatan penumpang.. 1

The Location of Semantic Reference is aggregated by the Semantic Reference Object, which is realized by the Semantic Absolute Location with information of a Semantic

-KANTOR PERPUSTAKAAN DAN