• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kecerdasan Emosional, Iklim Organisasi, dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Etis Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kecerdasan Emosional, Iklim Organisasi, dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Etis Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN KERJA TERHADAP PERILAKU ETIS KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

TIRTA MALEM KABANJAHE KABUPATEN KARO

OLEH

DEBORA SRIULINA BARUS 130521111

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi

saya yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Iklim Organisasi, dan

Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Etis Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo” adalah benar hasil karya saya yang disusun sebagai tugas akhir akademik guna menyelesaikan studi

Strata 1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Data, bagian atau informasi yang saya peroleh dari sekolah bersangkutan

atau saya kutip dan hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/dituliskan

sumbernya pada daftar pustaka secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan

etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan kecurangan dan plagiat dalam skripsi

ini, maka saya menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2015

(3)

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan kerja secara individu dan bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa pengaruh kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan kerja secara individu dan bersama-sama terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan kerja secara individu dan bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.. Metode analisa yang digunakan adalah deskriptrif kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel kecerdasan emosional berpengaruh dominan dari pada iklim organisasi dan kepuasan kerja serta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

(4)

Formulation of the problem this research is whether emotional intelligence, organization climate and job satisfaction individually and together possitive and significant effect on ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM ) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. The purpose of this study is to examine and analyze the effect of emotional intelligence, organization climate and job satisfaction individually and together the ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

The hypothesis of this study is emotional intelligence, organization climate and job satisfaction individually and together possitive and significant effect on ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Data collected through questionnaires distributed to employees of the PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. The analytical methods used are quantitative deskriptrif with multiple linear regression analysis.

Based on the results showed that in partial influence emotional intelligence is more dominant than the organization climate and job satisfaction is positive and significant related to ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. The results showed that simultaneous emotional intelligence, organization climate and job satisfaction together possitive and significant effect on ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

(5)

kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Iklim Organisasi, dan

Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Etis Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo”.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2014/2015. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta,

Ayahanda Alm. Darti Barus dan Ibunda Rusta Br Sembiring, S.Pd untuk segala

doa, kasih sayang, dan dukungannya yang selalu ada buat penulis. Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1

(6)

6. Ibu Magdalena L.L. Sibarani, SE, MSi selaku Dosen Pembaca Penilai

yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pemikiran dalam

penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Friska Sipayung, MSi selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan kritik dan saran dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Ibu Enda Putri Br Brahmana selaku Pejabat Sementara Direktur Utama

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe

Kabupaten Karo, Bapak Jonara Tarigan, SE selaku kepala Bagian

Umum dan SDM, serta seluruh karyawan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo yang telah

banyak membantu penulis dalam pengumpulan data untuk penyusunan

skripsi.

9. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik,

membimbing, dan mengajarkan penulis selama kuliah.

10. Teruntuk kakak Deta Sepriani Br Barus, SKM dan Dedek Marinta Br

Barus, SH terimakasih untuk doa dan dukungannya.

(7)

dan kerjasamanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

dikarenakan keterbatasan waktu, fasilitas dan pengetahuan penulis. Oleh karena

itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun untuk

menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Agustus 2015

(8)

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... .9

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Kecerdasan Emosional ... 11

2.1.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional ... 11

2.1.1.2 Dimensi Kecerdasan Emosional ... 12

2.1.1.3 Manfaat dan Pentingnya Kecerdasan Emosional ... 13

2.1.2. Iklim Organisasi ... 15

2.1.2.1 Pengertian Iklim Organisasi ... 15

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi ... 16

2.1.2.3 Dimensi Iklim Organisasi ... 18

2.1.3 Kepuasan Kerja ... 23

2.1.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja ... 23

2.1.3.2 Teori Kepuasan Kerja ... 25

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 27

2.1.3.4 Dimensi Kepuasan Kerja ... 30

2.1.4 Perilaku Etis ... 31

2.1.4.1 Pengertian Etika dan Perilaku Etis ... 31

2.1.4.2 Prinsip - Prinsip Etis ... 33

2.1.4.3 Dimensi Perilaku Etis. ... 34

2.1.4.4 Karakteristik Kepribadian yang Mempengaruhi Perilaku ... 36

2.2 Penelitian Terdahulu ... 38

2.3 Kerangka Konseptual ... 39

(9)

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 51

3.6 Populasi dan Sampel ... 51

3.7 Jenis Data ... 51

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 52

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52

3.9.1 Uji Validitas ... 52

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 54

3.10 Teknik Analisis Data ... 55

3.10.1 Metode Analisis Deskriptif ... 55

3.10.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 55

3.11 Uji Asumsi Klasik ... 56

3.11.1 Uji Normalitas ... 57

3.11.2 Uji Heterokedastisitas ... 57

3.11.3 Uji Multikolinieritas ... 58

3.12 Pengujian Hipotesis ... 58

3.12.1. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 58

3.12.2 Uji Signifikan Parsial (Uji - t) ... 59

3.12.3 Analisis Determinasi (R2) ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Gambaran Umum PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo ... 60

4.1.1. Sejarah Singkat PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo ... 60

4.1.2 Visi, Misi, Makna Logo, dan Tujuan PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo ... 63

4.1.3 Struktur Organisasi PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo ... 67

4.1.4 Tugas Pokok PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo ... 71

4.2 Hasil Penelitian ... 74

4.2.1 Metode Analisis Deskriptif ... 74

4.2.1.1 Karakteristik Responden ... 75

4.2.2 Metode Analisis Statistik ... 78

4.2.2.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kecerdasan Emosional (X1) ... 78

4.2.2.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Iklim Organisasi (X2) ... 84

(10)

4.2.4.2 Uji Heterokedastisitas ... 105

4.2.4.3 Uji Multikolinieritas ... 107

4.2.5. Pengujian Hipotesis ... 108

4.2.5.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 108

4.2.5.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 111

4.2.5.3 Uji Analisis Determinasi (R2) ... 113

4.3 Pembahasan ... 115

4.3.1 Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Etis Karyawan ... 115

4.3.2 Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Perilaku Etis Karyawan ... 119

4.3.3 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Etis Karyawan ... 122

4.3.4 Pengaruh Kecerdasan Emosional, Iklim Organisasi, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Perilaku Etis Karyawan ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

5.1 Kesimpulan ... 129

5.2 Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(11)

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 47

Tabel 3.2 Instrumen Skala Semantic Diferential ... 51

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas ... 53

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 55

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Umur ... 75

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Status Pernikahan ... 76

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 77

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 78

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kecerdasan Emosional (X1) ... 79

Tabel 4.6 Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Kecerdasan Emosional ... 83

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Iklim Iklim Organisasi (X2) ... 84

Tabel 4.8 Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Iklim Organisasi ... 89

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Keja (X3) ... 90

Tabel 4.10 Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Kepuasan Kerja ... 93

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Perilaku Etis (Y) ... 94

Tabel 4.12 Interpretasi Jawaban Responden Terhadap Perilaku Etis Karyawan ... 99

Tabel 4.13 Uji Kolmogorov-Smirnov ... 104

Tabel 4.14 Hasil Uji Glejser ... 107

Tabel 4.15 Uji Multikolinieritas ... 108

Tabel 4.16 Hasil Uji F (Uji Signifikan Simultan) ... 109

Tabel 4.17 Hasil Uji t (Uji Parsial) ... 112

Tabel 4.18 Uji Analisis Determinasi (R2) ... 113

(12)
(13)

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 144

Lampiran 4 Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden Variabel ... 146

Lampiran 5 Analisis Deskriptif ... 155

Lampiran 6 Uji Asumsi Klasik ... 166

(14)

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan kerja secara individu dan bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisa pengaruh kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan kerja secara individu dan bersama-sama terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan kerja secara individu dan bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.. Metode analisa yang digunakan adalah deskriptrif kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel kecerdasan emosional berpengaruh dominan dari pada iklim organisasi dan kepuasan kerja serta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kecerdasan emosional, komitmen organisasional dan kepuasan kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

(15)

Formulation of the problem this research is whether emotional intelligence, organization climate and job satisfaction individually and together possitive and significant effect on ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM ) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. The purpose of this study is to examine and analyze the effect of emotional intelligence, organization climate and job satisfaction individually and together the ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

The hypothesis of this study is emotional intelligence, organization climate and job satisfaction individually and together possitive and significant effect on ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. Data collected through questionnaires distributed to employees of the PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. The analytical methods used are quantitative deskriptrif with multiple linear regression analysis.

Based on the results showed that in partial influence emotional intelligence is more dominant than the organization climate and job satisfaction is positive and significant related to ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo. The results showed that simultaneous emotional intelligence, organization climate and job satisfaction together possitive and significant effect on ethical behavior of employees in Local Water Company (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini

dirasakan sangat pesat. Pertumbuhan dan perkembangan ini juga berjalan seirama

dengan persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha. Perusahaan harus

mampu memberdayakan semua jenis sumber daya yang ada dalam perusahaan

dengan lebih baik, agar perusahaan mampu terus bersaing dalam persaingan dunia

usaha yang semakin ketat.

Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

keunggulan untuk bersaing dengan organisasi lain maupun untuk tetap dapat

survive. Suatu perusahaan untuk mencapai keunggulan tersebut harus

meningkatkan kinerja individual karyawannya, karena pada dasarnya kinerja

individual mempengaruhi kinerja tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya

mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Kinerja yang baik

menuntut karyawan untuk berperilaku sesuai yang diharapkan oleh perusahaan.

Dasar kepribadian untuk perilaku etis merefleksikan ciri karyawan yang disiplin,

hadir ditempat kerja tepat waktu, suka menolong, perhatian, dan mematuhi semua

peraturan yang berlaku di dalam perusahaan.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD) yang mempunyai tugas memberikan pelayanan air bersih untuk

(17)

meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan kualitas lingkungan dengan

memberikan pelayanan pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui sistem

perpipaan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Malem terus melakukan evaluasi

dan pembenahan kinerja.

Menurut Griffin (2006:58) perilaku etis merupakan perilaku yang sesuai

dengan norma sosial yang diterima secara umum. Pentingnya meneliti perilaku

etis karyawan dalam bekerja tidak hanya untuk memastikan bahwa karyawan

PDAM Tirta Malem Kabanjahe telah mematuhi semua peraturan perusahaan dan

perundang-undangan yang terkait, namun memberikan panduan bagi karyawan

dalam melakukan interaksi berdasarkan nilai-nilai moral yang merupakan bagian

dari budaya perusahaan. Perilaku etis yang tinggi dari karyawan akan

meningkatkan produktivitas perusahaan, menurunkan tingkat keluar masuk

karyawan, serta memantapkan manajemen perusahaan.

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti di PDAM

Tirta Malem, perilaku karyawan masih belum menunjukkan perilaku etis saat

bekerja diantaranya terdapat karyawan yang terlambat masuk jam kerja, pulang

kerja lebih awal dari jam pulang kerja seharusnya, tidak berada di kantor pada saat

jam kerja, karyawan berbincang-bincang melalui telepon atau mengobrol dengan

karyawan lain dengan santai yang tidak berkaitan dengan pekerjaan ditengah jam

kerja, merokok saat jam kerja, sering menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya

segera diselesaikan, adanya karyawan yang bermain games di komputer atau

(18)

untuk memakai seragam PDAM pada hari Senin sampai dengan hari Rabu, masih

ada karyawan yang melanggar aturan ini dengan memakai kemeja bukan seragam

PDAM, masih adanya kecurangan seperti karyawan yang datang terlambat masih

diperbolehkan menandatangani absensi karena adanya kerjasama dengan

karyawan pada bagian yang bertanggung jawab atas absensi, dan masih terdapat

karyawan yang secara sengaja melaporkan data yang salah seperti kesalahan pada

laporan keuangan untuk menutupi kesalahannya sendiri atau kesalahan rekan

kerja. Hal tersebut sebagai bukti masih rendahnya kontribusi perilaku etis dalam

diri sebagian kecil karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe.

Untuk mengetahui perilaku etis karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe

apakah sudah berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mematuhinya

peraturan yang ada, berikut ini adalah rekapitulasi absensi karyawan mulai bulan

September 2014 - Desember 2014.

Tabel 1.1

Rekapitulasi Absensi Karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe Bulan September 2014 – Desember 2014

(orang) Bulan Jumlah

Karyawan

Jumlah Hari Kerja

Terlambat Absen Pulang lebih awal

September 94 22 50 11 8

Oktober 94 23 53 16 2

November 94 20 59 16 5

Desember 94 21 78 17 4

Sumber: Bagian Umum dan SDM PDAM Tirta Malem Kabanjahe (diolah)

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 1.1 diatas,dapat dilihat bahwa

masih banyaknya karyawan yang sering datang terlambat, tidak hadir, dan pulang

(19)

menunjukkan bahwa etika karyawan dalam bekerja belum maksimal karena masih

belum mematuhi peraturan yang berlaku diperusahaan.

Kecerdasan emosional sangat mendukung perilaku etis karyawan dalam

bekerja. Menurut Robbins (2008:335) yang dianggap penting bagi peningkatan

perilaku etis karyawan ialah kecerdasan emosional (Emotional Qoutient) yang

merupakan kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola

petunjuk-petunjuk dan informasi emosional, semakin baik seseorang dalam mengenal

emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain

dapat menjadikan mereka berperilaku lebih etis dalam pekerjaan mereka.

Dalam konteks pekerjaan, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

mengetahui apa saja yang kita dan orang lain rasakan termasuk cara yang tepat

dalam menangani masalah (Martin, 2003:23). Mengelola emosi dengan baik dan

dapat digunakan secara selaras dengan nalar, seperti pengetahuan tentang

temperamen, belajar mengatur suasana hati, mengenali perasaan orang lain dan

mengontrol emosi yang tidak produktif. Rendahnya kecerdasan emosional yang

dimiliki oleh pegawai, dimana kecerdasan emosional tersebut tidak sesuai dengan

kebutuhan pegawai dalam menyelesaikan masalah yang ada.

Kurangnya kemampuan karyawan PDAM Tirta Malem dalam mengontrol

emosi yang kurang produktif juga menjadi masalah yang sering terjadi didalam

perusahaan, seperti masih adanya karyawan yang mengobrol ditengah jam kerja

sehingga penyelesaian pekerjaan menjadi tertunda, kegiatan seperti itu

menunjukkan masih kurangnya kemampuan karyawan dalam mengontrol

(20)

bermanfaat bagi organisasi dan menunjukkan perilaku yang kurang etis dari

karyawan, karena mengobrol ditengah jam kerja bukan perilaku yang seharusnya

diperlihatkan karyawan saat bekerja.

Kurangnya kemampuan karyawan dalam mengelola emosi juga sangat

sering terjadi di PDAM Tirta Malem Kabanjahe. Contohnya saat seorang

karyawan pada Bagian Langganan sedang dalam keadaan marah dan tidak mampu

mengelola emosinya, akan berdampak kepada pelanggan yang mengakibatkan

saat melayani pelanggan yang ingin membayar rekening air, karyawan

menunjukkan perilaku yang kurang etis kepada pelanggan, misalnya menunjukkan

raut wajah yang tidak menyenangkan, kurang ramah kepada pelanggan, kurang

sopan berbicara kepada pelanggan, dan juga menyebabkan pekerjaannya menjadi

tidak maksimal karena kurang mampu mengelola emosinya dengan baik.

Selain kecerdasan emosional, iklim organisasi juga mempengaruhi perilaku

etis karyawan dalam bekerja. Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi

(secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan

dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal

organisasi secara rutin, yang memengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan

kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi

(Wirawan, 2007:122). Menurut Stinger (dalam Wirawan, 2007:131) karakteristik

atau dimensi iklim organisasi mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk

berperilaku tertentu. Orang dapat berperilaku dari sangat positif sampai sangat

negatif berdasarkan iklim organisasinya. Iklim organisasi senantiasa

(21)

Iklim organisasi yang baik akan mempengaruhi kondisi kerja karyawan sehingga

dapat meningkatkan perilaku etis karyawan.

Iklim organisasi yang dirasakan karyawan selama bekerja di PDAM Tirta

Malem juga masih kurang, hal tersebut dapat dilihat dari peraturan perusahaan

yang masih kurang tegas terhadap karyawannya, sebagai contoh karyawan yang

datang terlambat masih diperbolehkan masuk kerja seperi biasa meskipun sudah

ada peraturan yang menyatakan bahwa karyawan harus hadir di kantor pukul

07.30 WIB pagi untuk melakukan absen pagi, tetapi masih ada karyawan datang

terlambat dan masih diperbolehkan menandatangani absen pagi. Hal tersebut

sering terjadi karena karyawan yang datang terlambat hanya diberikan peringatan

lisan sehingga karyawan tidak terlalu mematuhi peraturan yang ada, juga masih

adanya kerjasama dengan karyawan pada bagian yang bertanggung jawab atas

absensi, sehingga karyawan yang datang terlambat diperbolehkan untuk

menandatangani absen. Tindakan seperti itu merupakan perilaku yang kurang etis

dari karyawan karena tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan perusahaan

dengan datang terlambat dan memperbolehkan karyawan yang terlambat untuk

menandatangani absen.

Kepuasan kerja juga sangat menentukan perilaku karyawan dalam bekerja.

Menurut Robbins (2008:107) Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif

tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi

karakteristiknya, semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh seorang

karyawan akan secara otomatis memacu mereka untuk berperilaku lebih etis

(22)

mengambil setiap keputusan. Kepuasan kerja karyawan biasanya dipengaruhi oleh

promosi, gaji, pekerjaan itu sendiri, supervisi, dan teman kerja (Sopiah,

2008:172).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PDAM Tirta Malem Kabanjahe

menunjukkan sebagian kecil karyawan merasakan ketidakpuasan terhadap

pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat sistem promosi yang berlaku di PDAM Tirta

Malem Kabanjahe Kabupaten Karo yang dirasakan karyawan belum berlangsung

secara adil. Sistem promosi yang berlangsung di PDAM Tirta Malem Kabanjahe

Kabupaten Karo lebih banyak diberikan kepada karyawan yang kinerjanya kurang

bagus ataupun karyawan yang memiliki hubungan dengan atasan. Hal tersebut

tentu saja mengakibatkan ketidakpuasan bagi karyawan.

Pekerjaan yang monoton juga mengakibatkan ketidakpuasan bagi sebagian

kecil karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe, tidak ada pekerjaan yang secara

mental menantang bagi mereka atau pekerjaan yang lain dari biasanya, sehingga

tidak memberikan tantangan bagi karyawan yang pada akhirnya tidak memberi

kepuasan tersendiri bagi mereka dalam bekerja. Ketidakpuasan karyawan terhadap

pekerjaan mereka ini mengakibatkan mereka sering menunda-nunda pekerjaan

dan lebih banyak mengobrol atau melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya

dengan pekerjaan seperti bermain games dimana kegiatan seperti itu menunjukkan

perilaku yang kurang etis dari karyawan, karena mengobrol ataupun bermain

games ditengah jam kerja bukan perilaku yang seharusnya diperlihatkan karyawan

saat bekerja.

(23)

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian

untuk mengkaji lebih lanjut fenomena yang ada. Adapun judul penelitian yang

dilakukan adalah “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Iklim Organisasi, dan

Kepuasan Kerja terhadap Perilaku Etis Karyawan pada Perusahaan Daerah

Air Minum (PDAM) Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,

perumusan masalah didalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku etis karyawan pada PDAM Tirta Malem Kabanjahe

Kabupaten Karo?”

2. Apakah iklim organisasi, berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perilaku etis karyawan pada PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten

Karo?”

3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perilaku etis karyawan pada PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten

Karo?”

4. Apakah kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku etis karyawan pada

PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo?”

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan didalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional

terhadap perilaku etis karyawan pada PDAM Tirta Malem Kabanjahe

Kabupaten Karo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh iklim organisasi terhadap

perilaku etis karyawan pada PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten

Karo.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap

perilaku etis karyawan pada PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten

Karo.

4.Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional,

iklim organisasi, dan kepuasan kerja terhadap perilaku etis karyawan pada

PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi PDAM Tirta Malem Kabanjahe

Memberikan informasi tambahan dan bahan masukan dalam meningkatkan

perilaku etis karyawan melalui penerapan kecerdasan emosional, iklim organisasi,

dan kepuasan kerja bagi karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe Kabupaten

(25)

b. Bagi Penulis

Memberikan pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis telah diterima

di bangku perkuliahan dan menambah wawasan serta pola pikir dalam

menganalisis pengaruh kecerdasan emosional, iklim organisasi, dan kepuasan

kerja terhadap perilaku etis karyawan

c. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat memberikan perbandingan dalam melakukan

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan teori

2.1.1. Kecerdasan Emosional

2.1.1.1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Menurut Agustian (2002:199) “Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi

sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh manusia”. Menurut Goleman (2002:512) “Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with

intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the

appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran

diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial”.

Menurut Sutrisno (2010 : 273) “Kecerdasan emosi yang tinggi adalah orang-orang yang mampu mengatasi konflik, melihat kesenjangan yang perlu

dijembatani, melihat hubungan yang tersembunyi yang menyajikan peluang,

berinteraksi, penuh pertimbangan untuk menghasilkan yang lebih berharga”. Kecerdasan emosional berdasarkan teori yang telah dijelaskan adalah kemampuan

diri seorang individu untuk mengenali perasaannya secara optimal sehingga dapat

mengatur dirinya sendiri, menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk

meningkatkan kualitas hidupnya dan dapat membina hubungan baik terhadap

(27)

2.1.1.2. Dimensi Kecerdasan Emosional

Menurut Salovey (dalam Goleman, 2002:58-59) terdapat lima dimensi

utama kecerdasan emosional yaitu:

a. Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini

merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi

menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga

tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan ini

mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan

kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang

ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari

perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi diri sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,

yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap

kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai

perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis

(28)

d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.

Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,

menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki

kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial

yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan

orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang

lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk

mendengarkan orang lain.

e. Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan

keberhasilan antar pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi

merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina

hubungan.

2.1.1.3. Manfaat dan Pentingnya Kecerdasan Emosional

Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia karena

melalui emosi yang terkendali konflik antara satu dengan yang lain sangat jarang

terjadi. Jika seseorang itu dapat mengenal, mengendalikan emosinya dan dapat

menyalurkan emosi itu kearah yang benar dan bermanfaat, maka akan cerdas

dalam emosinya. Dengan menggunakan aspek-aspek kecerdasan emosionalnya

(29)

Perkembangan kecerdasan emosional berhubungan erat dengan

perkembangan kepribadian dan kematangan kepribadian. Dengan kepribadian

yang matang dapat menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan, dan

betapapun besarnya beban dan tanggung jawab seorang karyawan tidak

menjadikan fisik terganggu. Kecerdasan emosional sangat penting bagi seorang

karyawan.Menurut Goleman (dalam Mangkunegara, 2005:35) pencapaian kinerja

ditentukan hanya 20% dari IQ, sedangkan 80% lagi ditentukan oleh kecerdasan

emosional. Karyawan yang mampu mengendalikan emosinya dapat mengatur diri

sendiri, menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk meningkatkan kualitas

hidupnya dan dapat membina hubungan baik dengan orang lain juga mampu

menimbulkan rasa empati dilingkungan kerja, oleh karena itu kecerdasan

emosional sangat dibutuhkan oleh seorang karyawan.

Kecerdasan emosional merupakan aspek yang sangat dibutuhkan di dalam

organisasi, selain itu kecerdasan emosionallah yang memotivasi kita untuk

mencari manfaat, potensi dan mengubahnya dari apa yang kita pikirkan menjadi

apa yang kita lakukan. Kecerdasan emosional bukan mucul dari pemikiran intelek

yang jernih tetapi muncul dari hati nurani, sehingga apapun yang muncul dari

perasaan akan selalu memberikan informasi penting yang memotivasi kita untuk

mencari potensi yang kita miliki serta dapat menggunakannya secara baik dan

benar.

Meskipun kecerdasan emosional bersifat dinamis, tidak tetap dan bisa

berubah setiap saat, tetapi bila seseorang memiliki kecerdasan emosional yang

(30)

depresi, tidak cepat putus asa, tidak cepat puas, tidak egois, selalu terbuka pada

kritikan, terampil dalam melakukan hubungan sosial, tidak mudah marah, dan

sebagainya. Hal-hal tersebut tentu akan berdampak positif untuk menghilangkan

masalah sosial yang sering terjadi di masyarakat maupun di dalam perusahaan.

2.1.2. Iklim Organisasi

2.1.2.1. Pengertian Iklim Organisasi

Setiap perusahaan atau organisasi memiliki cara yang berbeda-beda dalam

menjalankan usahanya. Oleh karena itu, suatu organisasi mempunyai iklim yang

berbeda pula dengan organisasi lainnya. Iklim dapat bersifat menekan, netral atau

dapat pula bersifat mendukung, tergantung bagaimana pengaturannya, karena itu

setiap organisasi selalu mempunyai iklim kerja yang unik. Organisasi cenderung

menarik dan mempertahankan orang-orang yang sesuai dengan iklimnya,

sehingga dalam tingkatan tertentu polanya dapat bertahan dan serasi.

Menurut Sopiah (2008:130) “Iklim organisasi adalah perasaan yang

meliputi hal-hal fisik, bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para

anggota organisasi mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau

pihak luar organisasi”. Menurut Wirawan (2007:122) “ Iklim organisasi adalah

persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang

secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di

lingkungan internal organisasi secara rutin, yang memengaruhi sikap dan perilaku

organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja

(31)

Menurut Simamora (2001:31) “Iklim organisasi terdiri dari hubungan

antar karyawan dan kontribusi antara nilai dan tujuan yang ditetapkan oleh

perusahaan”. Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang

diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan

memiliki iklim organisasi yang berbeda, keanekaragaman pekerjaan yang

dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan

perbedaan tersebut. Iklim organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk

mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan

tindakan balasan dan perhatian. Jadi, iklim organisasi merupakan harapan-harapan

serta cara pandang individu terhadap organisasi.

2.1.2.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Robert Stringer (dalam Wirawan, 2007:135) mengemukakan bahwa

terdapat lima faktor yang mempengaruhi terjadinya iklim organisasi yaitu

lingkungan eksternal, strategi, praktik kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan

sejarah organisasi. Masing-masing faktor ini sangat menentukan, oleh karena itu

orang yang ingin mengubah iklim organisasi harus mengevaluasi masing-masing

(32)
[image:32.595.80.540.103.267.2]

Sumber : Stringer (2002)

Gambar 2.1

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

1. Lingkungan Eksternal. Industri atau bisnis yang sama mempunyai

iklim organisasi umum yang sama. Misalnya, iklim organisasi umum

perusahaan asuransi umumnya sama, demikian juga dengan iklim

organisasi pemerintah, sekolah dasar, atau perusahaan industri minyak

kelapa sawit di Indonesia, mempunyai iklim umum yang sama.

Kesamaan faktor umum tersebut disebabkan pengaruh lingkungan

eksternal organisasi.

2. Strategi Organisasi. Kinerja suatu perusahaan bergantung pada

strategi (apa yang diupayakan untuk dilakukan), energi yang dimiliki

oleh karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan oleh

strategi, dan faktor-faktor lingkungan penentu dari level energi

tersebut. Strategi yang berbeda menimbulkan pola iklim organisasi

yang berbeda. Strategi mempengaruhi iklim organisasi secara tidak

langsung.

Praktik Kepemimpinan

Iklim Organisasi Strategi Organisasi

Lingkungan Eksternal

(33)

3. Pengaturan organisasi. Pengaturan organisasi mempunyai pengaruh

paling kuat terhadap iklim organisasi. Menurut Stringer (2002),

banyak sekolah menengah di Amerika Serikat yang menjadi contoh

baik bagaimana pengaturan organisasi menentukan iklim organisasi.

4. Kekuatan Sejarah. Semakin tua umur suatu organisasi semakin kuat

pengaruh kekuatan sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk

tradisi dan ingatan yang membentuk harapan anggota organisasi dan

mempunyai pengaruh terhadap iklim organisasinya.

5. Kepemimpinan. Perilaku pemimpin mempengaruhi iklim

organisasi yang kemudian mendorong motivasi karyawan. Motivasi

karyawan merupakan pendorong utama terjadinya kinerja

2.1.2.3. Dimensi - Dimensi Iklim Organisasi

Menurut Stinger (dalam Wirawan, 2007:128) iklim sutau organisasi

merujuk pada berfungsinya organisasi secara keseluruhan dari sudut pandang

para karyawan. Dengan demikian, iklim adalah suatu metafora yang

menggambarkan agregat persepsi karyawan individual mengenai lingkungan

organisasi mereka. Dimensi-dimensi tertentu dari iklim memberikan pengaruh

khusus pada kemampuan organisasi untuk meningkatkan kinerja mereka.

Dimensi adalah serangkaian faktor-faktor tertentu dimana seseorang

berada atau berhubungan dengan bagaimana cara memadang sesuatu hal.

Penekanannya adalah fungsi dari dimensi-dimensi yang digunakan untuk

memandang sesuatu. Dimensi ini merupakan cara untuk memvisualisasikan

(34)

Adapun dimensi-dimensi iklim organisasi menurut Stinger (dalam

Wirawan, 2007:131-133) yaitu sebagai berikut:

1. Struktur

Struktur organisasi merefleksikan perasaan di organisasi secara

baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam

lingkungan organisasi. Stuktur tinggi jika anggota organisasi

merasa pekerjaan mereka didefenisikan dengan baik. Struktur

rendah jika mereka merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa

yang melakukan tugas dan mempunyai kewenangan mengambil

keputusan. Struktur merupakan tingkat paksaan yang dirasakan

pegawai karena adanya peraturan dan prosedur yang terstruktur

dan tersusun. Struktur meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.

2. Standar-standar

Standar-standar dalam suatu organisasi mengukur perasaan tekanan

untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki

oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik.

Standar-standar tinggi artinya anggota organisasi selalu berupaya

mencari jalan untuk meningkatkan kinerja.

Standar-standar rendah merefleksikan harapan yang lebih rendah

untuk bekerja. Standar juga merupakan perasaan karyawan tentang

kondisi organisasi dimana manajemen memberikan perhatian

(35)

ditentukan. Standar meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan

dalam perusahaan.

3.Tanggung jawab

Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai pelaksanaan

tugas organisasi yang diemban dengan rasa tanggung jawab atas

hasil yang dicapai, karena mereka terlibat di dalam proses yang

sedang berjalan. Tanggung jawab juga berkaitan dengan tingkat

pengawasan yang dilakukan organisasi dan dirasakan oleh para

pegawai. Tanggung jawab meliputi kemandirian dalam

menyelesaikan pekerjaan mereka.

Tanggung jawab merupakan persepsi karyawan tentang tuntutan

pekerjaan dan peluang untuk maju, yang mendorong pencapaian

yang lebih tinggi dengan tanggung jawab yang lebih besar. Faktor

tantangan terkait dengan perkembangan semangat untuk mengejar

prestasi tinggi di kalangan karyawan. Motivasi karyawan untuk

berprestasi dapat tumbuh subur bila organisasi khususnya atasan

secara langsung memberikan peluang yang besar untuk bertanggung

jawab terhadap pekerjaan masing-masing karyawan

4. Penghargaan

Penghargaan mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa

dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara baik.

Penghargaan merupakan ukuran penghargaan yang dihadapkan

(36)

organisasi yang menghargai kinerja berkarakteristik keseimbangan

antara imbalan dan kritik.

Penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik

diberi imbalan secara tidak kosisten. Penghargaan juga berkaitan

dengan perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Hal ini meliputi imbalan

atau upah yang diterima karyawan setelah menyelesaikan

pekerjaannya. Tujuan dari dari penghargaan adalah untuk menarik

orang yang memiliki kualifikasi untuk bergabung dengan

organisasi, mempertahankan karyawan agar terus datang untuk

bekerja dan memotivasi karyawan untuk mencapai tingkat kinerja

yang tinggi.

5. Dukungan

Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung

yang terus berlangsung diantara anggota kelompok kerja.

Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka

bagian dari tim yang berfungsi dengan baik dan merasa

memperoleh bantuan dari pimpinannya jika mengalami kesulitan

dalam menjalankan tugas. Jika dukungan rendah, anggota

organisasi merasa terisolasi atau tersisih sendiri. Dukungan juga

berkaitan dengan dukungan kepada pegawai di dalam melaksakan

tugas- tugas organisasi. Dukungan dapat berasal dari pimpinan

(37)

Dukungan terbagi dua yaitu dukungan moril dan dukungan materil.

Dukungan moril meliputi perhatian yang diberikan atasan, pujian

atas hasil kerja, pemberian semangat dan motivasi, keakraban

dengan teman kerja, dan kepedulian terhadap sesama rekan kerja,

sedangkan dukungan materil meliputi gaji pokok, premi lembur

dan cuti, bonus kinerja, tunjangan, dan perlengkapan kantor untuk

mendukung kinerja.

6.Komitmen

Komitmen merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap

organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan

organisasi. Perasaan komitmen kuat berasosiasi dengan loyalitas

personel. Level rendah komitmen artinya karayawan merasa apatis

terhadap organisasi dan tujuannya.

Komitmen juga berkaitan dengan perasaan bangga akan

keberadaannya dalam organisasi dan kesetiaan yang ditunjukkan

selama masa kerjanya. Komitmen meliputi pemahaman karyawan

mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.

Menurut Mullins (2005:900) iklim organisasi yang kondusif diharapkan

memiliki ciri-ciri berikut: (1) Adanya integrasi tujuan organisasi dan tujuan

pribadi/anggota; (2) Struktur organisasi yang lebih tepat didasarkan pada

permintaan sistem sosio-teknis; (3) Demokrasi memberikan kesempatan penuh

untuk berpartisipasi (4) Keadilan diterapkan dalam kebijakan dan praktek

(38)

dukungan dari berbagai level orgnisasi (6) Diskusi terbuka tentang konflik dan

berusaha menghindari konfrontasi (7) Perilaku manajer dan gaya kepemimpinan

cocok dengan situasi pekerjaan; (8) Penerimaan kontrak psikologis antara individu

dan organisasi (9) Pengakuan kebutuhan dan harapan karyawan dalam bekerja

(10) Sistem yang adil dalam penghargaan berdasarkan pengakuan secara positif

(11) Peduli terhadap kualitas hidup pekerjaan dan disain pekerjaan (12)

Kesempatan dalam mengembangan dan memajukan karir; dan (13) Memiliki

identitas dan loyalitas terhadap organisasi dan merasa penting dan dihargai

organisasi.

2.1.3. Kepuasan Kerja

2.1.3.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2008 : 107) “Kepuasan kerja ialah suatu perasan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi

karakteristiknya”. Menurut Sopiah (2008:170) “Kepuasan kerja adalah suatu

tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi kerja”.

Menurut Robbins (dalam Sutrisno, 2012 : 75) ada tiga alasan mengapa

manajer harus peduli akan tingkat kepuasan kerja dalam organisasinya, yaitu :

1. Ada bukti yang jelas bahwa karyawan yang tidak puas lebih sering

melewatkan kerja dan lebih besar kemungkinan mengundurkan diri.

2. Telah diperagakan bahwa karyawan yang puas mempunyai kesehatan

(39)

3. Kepuasan pada pekerjaan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan

reaksi karyawan atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaannya baik berupa

hubungan kerja, lingkungan kerja, kesempatan-kesempatan yang diberikan,

imbalan , pujian dan lain sebagainya yang berpengaruh kepada perasaan senang

dan tidak senang karyawan tersebut, yang berdampak pada produktivitasnya. Jadi

perusahaan harus mampu memberikan dan mendukung kepuasan kerja bagi

karyawannya, karena karyawan yang memiliki kepuasan kerja akan memberikan

hasil kinerja yang lebih baik seperti yang diharapkan perusahaan dalam

pencapaian tujuannya, dibandingkan dengan karyawan yang tidak memiliki

kepuasan kerja.

Menurut Madura (2007:11) terdapat beberapa cara agar karyawan

memiliki kepuasan kerja yang tinggi antara lain:

1. Adanya pengakuan, pujian dan penghargaan atas hasil kerja karyawan.

Adanya pengakuan atas hasil kerja karyawan menunjukkan bahwa atasan

menghargai dan mengapresiasi hasil kerja karyawan sehingga akan

menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi.

2. Kondisi kerja dan gaji yang memadai. Kondisi kerja seperti adanya

interaksi sosial ditempat kerja antara karyawan dengan karyawan

maupun antara karyawan dengan atasan yang sering terjalin serta

lingkungan kerja yang kondusif dan pemberian gaji yang adil dan sesuai

(40)

3.Mendelegasikan lebih banyak wewenang kepada karyawan karena

pimpinan menganggap karyawan bertanggung jawab dan memberikan

peluang kepada karyawan untuk menggunakan kreativitasnya dalam

bekerja. Hal ini memenuhi kebutuhan karyawan untuk

bertanggungjawab dan memperoleh rasa hormat serta pengakuan,

sehingga kemungkinan besar karyawan akan memiliki kepuasan kerja

yang tinggi dan dengan demikian menjadi lebih termotivasi.

4. Kemajuan. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk

memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja

dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

Sedangkan menurut Robbins & Judge (2008:113) ciri-ciri karyawan yang

memiliki kepuasan kerja yang tinggi yaitu karyawan yang puas cenderung

berbicara yang positif tentang organisasinya, membantu individual lain, lebih

loyal dan berkomitmen kepada organisasi, karyawan yang puas terhadap

pekerjaannya cenderung lebih ramah, ceria dan responsif, karyawan yang puas

memiliki tingkat ketidakhadiran yang rendah, perusahaan yang memiliki

karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi juga akan memiliki

perputaran karyawan yang rendah, perputaran karyawan yang rendah ini

mengindikasikan bahwa karyawan memiliki kepuasan kerja yang tinggi, serta

karyawan yang mempunyai kepuasan kerja yang tinggi cenderung akan

berperilaku yang lebih etis ditempat kerja. Sedangkan manfaat dari kepuasan kerja

bagi karyawan antara lain kepuasan kerja dapat meningkatkan kebahagiaan hidup

(41)

melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawan, meningkatkan gairah dan

semangat kerja karyawan, mengurangi tingkat absensi, mengurangi turnover

karyawan, mengingkatkan motivasi karyawan, san kepuasan kerja dapat

menimbulkan sifat positif terhadap pekerjaannya.

2.1.3.2. Teori Kepuasan Kerja

Menurut Wexley dan Yulk (dalam Sunyoto, 2012 : 27) teori kepuasan kerja

ada tiga macam, yaitu :

1. Discrepancy Theory (Teori Ketidaksesuaian)

Teori ini pertama kali dipelopori oleh porter (1961). Ia mengukur

kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang

seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian Locke

(1969) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung

pada discrepancy antara should be (expectation needs or value)

dengan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah

diperoleh melalui pekerjaan.

2. Equity Theory (Teori Keadilan)

Equity theori dikembangkan oleh Adams tahun 1963, pendahulu

dari teori ini adalah Zalzenik tahun 1958 yang dikutip dari Lock

(1969). Prinsip teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas dan

tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan

(equity). Perasaan equity dan inequity atas situasi, diperoleh orang

dengan cara membendingkan dirinya dengan orang lain yang

(42)

3. Two Factor Theory (Teori Dua Faktor)

Prinsip teori ini bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja

merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan

ketidakpuasan terhadap pekerjaan tidak merupakan variabel yang

kontinu. Teori ini pertama kali ditemukan oleh Federick Herzberg

tahun 1959. Beliau membegi situasi yang memengaruhi sikap

seseorang terhadap pekerjaan menjadi dua kelompok, yakni :

a.Satisfiers atau motivator adalah situasi yang

membuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja, yang

terdiri dari achiefmrnt, recognition, work itsef,

responsibility and advencement.

b.Dissatisfier (Hygiene Factors) adalah faktor-faktor yang

terbukti menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari

company policy and administration, supervision,technical,

salery, interpersonal, relation, working condition, job

security and status.

Dari teori-teori kepuasan kerja diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

seseorang akan merasakan kepuasan kerja apabila tidak terdapat perbedaan atau

selisih antara apa yang diharapkan dengan apa yang diterima atau dirasakan

karyawan. Jika yang diterima atau yang dirasakan karyawan lebih besar dari yang

diharapkan, maka terjadi tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Sebaliknya, apabila

(43)

maka telah terjadi ketidakpuasan karyawan. Semakin besar perbedaan ini, maka

akan semakin besar juga ketidakpuasan karyawan

2.1.3.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan,

namun indikator kepuasan kerja setiap individu berbeda. Sehingga setiap

karyawan akan memiliki kepuasan kerja yang berbeda walaupun dalam suatu

kondisi kerja yang sama. Faktor- faktor yang memberikan kepuasan menurut

Blum (dalam Sutrisno, 2012 : 77) adalah :

1) Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak , dan harapan.

2) Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan pekerja,

kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan.

3) Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan,

ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain

itu, juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam

pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan konflik antarmanusia,

perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi maupun

tugas.

Menurut Glimer (dalam Sutrisno, 2012 : 77), faktor-faktor yang

memengaruhi kepuasan kerja adalah :

1) Kesempatan untuk maju

Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh

(44)

2) Keamanan kerja

Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi

karyawan. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan

karyawan saat bekerja.

3) Gaji

Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang

mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang

diperolehnya

4) Perusahaan dan manajemen

Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu

memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini

menentukan kepuasan kerja karyawan.

5) Pengawasan

Sekaligus atasnnya, supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan

turn over.

6) Faktor interinsik dari pekerjaan

Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan keterampilan

tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dan

meningkatkan atau mengurangi kepuasan.

7) Kondisi kerja

Termasuk disini kondisi tempat, ventilasi,penyiaran, kantin dan

(45)

8) Aspek sosial dalam pekerjaan

Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang

sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.

9) Komunikasi

Komunikasi yang lancar antar karyawaan dengan pihak manajemen

banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini

adanya kesediaan pihak pimpinan untuk mau mendengar, memahami

dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan

dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.

10) Fasilitas

Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan

standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan

rasa puas.

2.1.3.4. Dimensi Kepuasan Kerja

Menurut Sopiah (2008 : 172) dari beberapa pendapat dari para ahli dapat

disimpulkan bahwa dimensi dan indikator kepuasan kerja adalah :

a.Promosi adalah tersedianya peluang-peluang untuk mencapai

kemajuan dalam jabatan. Indikatornya adalah kesempatan untuk

promosi, promosi pada kemampuan, kebijakan promosi tidak adil.

b.Gaji atau upah adalah jumlah gaji atau upah yang diterima dan

kelayakan imbalan tersebut. Indikatornya adalah adil, rendah,

(46)

c.Pekerjaan itu sendiri adalah tingkat hingga di mana tugas-tugas

pekerjaan dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar

dan menerima tanggung jawab. Indikatornya adalah memberikan rasa

keberhasilan, membosankan, memuaskan,tidak menarik, menantang.

d.Supervisi adalah kemampuan sang supervisor untuk menunjukkan

perhatian terhadap karyawan. Indikatornya adalah memuji kerja yang

baik, bijaksana dan Up to Date.

e.Teman kerja adalah tingkat hingga di mana para rekan sekerja

bersikap bersahabat, kompeten, dan saling bantu membantu.

Indikatornya adalah bermanfaat, membosankan, cerdas, malas,

bertanggung jawab.

2.1.4. Perilaku Etis

2.1.4.1. Pengertian Etika dan Perilaku Etis Karyawan

Menurut Bertens (2000:33) “Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma

moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya

dipraktekkan”. Dapat dikatakan juga, etika sebagai praksis adalah apa yang

dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.

Menurut Daft (2002:201) “Etika adalah kode yang berisi prinsip-prinsip

dan nilai-nilai moral yang mengatur perilaku orang atau kelompok terkait dengan

apa yang benar atau salah”. Etika menentukan standart sejauh mana sesuatu dalam

tingkah laku dan pengambilan keputusan dianggap baik atau buruk. Etika dapat

dipahami lebih jelas jika dibandingkan dengan perilaku yang diatur berdasarkan

(47)

Menurut Griffin (2006:58) “Etika adalah keyakinan pribadi seseorang mengenai apakah suatu perilaku, tindakan, atau keputusan adalah benar atau

salah". Sedangkan menurut Griffin (2006:58) perilaku etis merupakan perilaku

yang sesuai dengan norma sosial yang diterima secara umum. Perilaku etis

merupakan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara

umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan yang

membahayakan. Perilaku etis dari karyawan menunjukkan bagaimana karyawan

dapat berperilaku sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di dalam

perusahaan.

Menurut Robbins & Judge (2008:127) faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku etis karyawan meliputi:

1. Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu

seperti kecerdasan emosional, gender, sifat-sifat personal,

2. Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia

sehingga dapat mengakibatkan seseorang cenderung berperilaku

sesuai dengan karakteristik kelompok yang diikuti seperti kondisi

geografis, iklim, struktur kelompok, etos kerja, budaya organisasi,

iklim organisasi

3. Faktor stimulasi yang mendorong dan meneguhkan perilaku

seseorang seperti orang lain dan situasi pendorong perilaku

Pola perilaku etis dalam diri masing-masing individu berkembang

sepanjang waktu. Oleh karena itu, setiap orang akan menunjukkan perubahan

(48)

pengalaman pribadi, organisasi, lingkungan organisasi, dan masyarakat umum.

Perilaku etis seseorang juga sering kali mengacu pada apa yang diyakini. Teori

sikap dan perilaku dapat mempengaruhi individu untuk bertindak jujur, tegas, adil

tanpa dipengaruhi tekanan maupun permintaan dari.

Perilaku etis terbukti dapat memberikan manfaat yang besar terhadap

organisasi diantaranya perilaku etis dapat menghemat sumber daya yang dimiliki

manajemen dan organisasi secara keseluruhan, perilaku etis dapat menjadi sarana

yang efektif untuk mengkoordinasikan kegiatan tim secara efektif, perilaku etis

dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk merekrut dan mempertahankan

karyawan dengan kualitas performance yang baik, perilaku etis dapat

mempertahankan stabilitas kinerja organisasi, perilaku etis dapat membantu

kemampuan organisasi untuk bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan

Sebagian besar perusahaan memiliki kode etik untuk mendorong para

karyawan berperilaku secara etis. Namun kode etik saja belum cukup sehingga

pihak pemilik dan manajer perusahaan harus menetapkan standar etika yang tinggi

agar tercipta lingkungan pengendalian yang efektif dan efisien.

2.1.4.2. Prinsip - Prinsip Etis

Menurut Messier, dkk (2005:386-387) terdapat beberapa prinsip-prinsip etis

(49)

1. Tanggung Jawab

Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai professional,

karyawan harus melaksanakan pertimbangan professional dan

moral yang senstitif dalam semua aktivitas mereka.

2. Kepentingan Publik

Karyawan harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian

rupa agar dapat melayani kepentingan publik serta menunjukkan

komitmen dan profesionalnya.

3. Integritas

Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik,

karyawan harus melaksanakan seluruh tanggung jawab

profesionalnya dengan tingkat integritas tinggi.

4. Objektivitas dan Independensi

Karyawan harus mempertahankan objektivitas dan bebas dari

konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab

profesionalnya.

5. Keseksamaan

Karyawan harus dapat mempertahankan standar teknis dan etis

profesi, terus berusaha keras meningkatkan kompetensi dan mutu

jasa yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab

(50)

6. Ruang Lingkup dan Sifat Jasa

Karyawan harus mempertimbagkan prinsip-prinsip Kode Perilaku

Profesional dalam menentukan ruang lingkup dan sifat jasa yang

akan disediakan

2.1.4.3. Dimensi Perilaku Etis

Adapun dimensi pengukuran perilaku etis karyawan dapat dilihat dari

hal-hal berikut ini:

a. Kesetiaan terhadap organisasi. Kesetiaan karyawan terhadap

organisasi dapat menunjukkan seberapa besar loyalitas karyawan

terhadap perusahaan dengan menjaga dan membela organisasi,

mengutamakan kepentingan organisasi, serta mampu menyimpan

rahasia organisasi dengan baik.

b. Menghargai hubungan. Dengan menghargai hubungan antar sesama

rekan kerja, karyawan cenderung mempertimbangkan implikasi etis dari

tindakan-tindakan mereka terhadap individu lain. Seperti menghargai

pendapat orang lain, menghormati sesama rekan kerja, tidak mencela

ataupun menghina hasil kerja orang lain.

c.Kehadiran. Kehadiran merupakan keikutsertaan karyawan secara fisik

dan mental terhadap aktivitas kerja pada jam-jam efektif kerja.

Kehadiran dapat dilihat dari hadirnya karyawan setiap hari kerja,

ketepatan jam masuk dan pulangnya karyawan, dan tidak meninggalkan

(51)

d.Kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan sikap seseorang yang senantiasa

berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah

ditentukan. Kedisiplinan karyawan dapat dilihat dari sikap taat karyawan

pada peraturan yang berlaku didalam perusahaan, tingkah laku karyawan

didalam perusahaan yang mencerminkan karyawan yang disiplin seperti

bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan

perusahaan, menggunakan dan memelihara barang-barang milik

perusahaan baiknya, melakukan tugas kedinasan dengan

sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan rasa tanggung

jawab, serta penerapan sanksi yang adil bagi yang menyimpang dari

aturan tersebut.

2.1.4.4. Karakteristik Kepribadian yang Mempengaruhi Perilaku Etis

Menurut Griffin (2003:09) terdapat “lima besar” karakteristik kepribadian yang mempengaruhi perilaku etis yaitu:

1. Keakuran (agreeableness)

Keakuran (agreeableness) merupakan kemampuan seseorang untuk

memiliki hubungan baik dengan orang lain. Keakuran

menyebabkan sejumlah orang menjadi lembut, koperatif, mau

memaafkan, mau memahami, dan bersikap baik dalam berurusan

dengan orang lain. Individu yang sangat akur cenderung lebih

mampu membangun hubungan kerja yang baik dengan dengan

(52)

sementara ndividu yang kurang cenderung memiliki hubungan

kerja yang buruk.

2. Kesungguhan (conscientiousness)

Kesungguhan (conscientiousness) merupakan jumlah tujuan yang

menjadi fokus seseorang. Individu yang berfokus pada

tujuan-tujuan yang relatif lebih sedikit pada suatu waktu tertentu lebih

terorganisir, sistematis, hati-hati, komprehensif, bertanggung jawab

dan mempunyai disiplin diri saat bekerja meraih tujuan-tujuan ini.

Individu yang lebih bersungguh-sungguh cenderung berkinerja

lebih baik daripada individu yang kurang bersungguh-sungguh di

dalam ragam pekerjaan.

3. Emosionalitas Negatif (negative emotionality)

Emosionalitas Negatif (negative emotionality) merupakan individu

dengan emosionalitas negatif yang rendah akan relatif tenang,

santai, dan percaya diri. Sebaliknya individu yang memiliki

emosionalitas negatif yang tinggi akan lebih tidak tenang, gelisah,

reaktif, dan mood-nya bisa sangat bergejolak. Individu yang

memiliki emosionalitas negative rendah dapat menangani stress,

tekanan, dan ketegangan secara lebih baik.

4. Ekstroversi ( Extraversion)

Ekstroversi (Extraversion) adalah level kenyamanan seseorang

terhadap hubungan. Individu yang ekstrovert lebih mudah bergaul,

(53)

sedangkan individu introvert sulit bergaul, jarang berbicara, serta

kurang terbuka terhadap hubungan baru. Individu yang ekstrovert

secara umum memiliki kinerja lebih tinggi disbanding introvert.

5. Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan (Openness) merupakan kekakuan keyakinan dan

lingkup minat seseorang. Individu yang memiliki tingkat

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi Absensi Karyawan PDAM Tirta Malem Kabanjahe
Gambar 2.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan medis yang dilakukan oleh dokter dan/atau dokter gigi yang lain dalam hubungan hukum dengan

[r]

Serat Rengganis KPPN adalah teks dengan aksara Jawa Pegon berkharokat berbahasa Jawa, berbentuk puisi Jawa atau tembang macapat , dan berjumlah 48 halaman. Teks

[r]

Applying this neuron model to a continuous-time associative memory model with pattern specific spike propagation de- lay and synaptic site, we have shown that the storage capacity

[r]

Diberit ahukan bahwa set el ah diadakan penel it ian ol eh Kel ompok Kerj a (Pokj a) Lel ang Fisik Pembangunan Gedung Area St udent Cent er di MAN Insan Cendekia Jambi menurut ket

Peningkatan pemakaian rodagigi cacing seperti gambar 2.15, dibatasi pada nilai i antara 1 sampai dengan 5, karena dengan ini bisa digunakan untuk mentransmisikan daya yang