• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Padatan Total Pada Lateks Kompon Terhadap Mutu Benang Karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Padatan Total Pada Lateks Kompon Terhadap Mutu Benang Karet"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR PADATAN TOTAL PADA LATEKS KOMPON TERHADAP MUTU BENANG KARET

KARYA ILMIAH

LIDIA SULISTIAN 072401010

s

PROGRAM STUDI D3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KADAR PADATAN TOTAL PADA LATEKS KOMPON TERHADAP MUTU BENANG KARET

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

LIDIA SULISTIAN 072401010

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL PADA LATEKS KOMPON TERHADAP MUTU

BENANG KARET

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : LIDIA SULISTIAN

Nomor Induk Mahasiswa : 072401010

Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2010

Diketahui / disetujui oleh :

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

DR. Rumondang Bulan, MS Prof. Dr. Harry Agusnar, M. Sc.MPhill

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KANDUNGAN PADATAN TOTAL PADA LATEKS KOMPON TERHADAP MUTU BENANG KARET

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

LIDIA SULISTIAN 072401010

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau..

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, buat kakak-kakakku M.Suhendry, SP dan Ahmad Diki Rifandi, atas cinta kasih, dukungan, pengorbanan, serta doa tulus tiada hentinya demi kebaikan dan kebahagian penulis.

Selain itu penulis juga ingin megucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M. Sc, MPhill selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran serta masukan kepada penulis sehingga telah dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu DR. Rumodang Bulan, MS selaku Ketua Departemen kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M. Sc selaku dekan FMIPA USU.

4. Ibu Dr. Marpongahtun, M. Sc selaku ketua program studi D3 Kimia Analis. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di FMIPA USU yang telah memberikan

ilmu dan bantuannya kepada penulis.

6. Bapak Erwin Lubis, ST selaku pembimbing praktek kerja lapangan dan manager di PT. Industri Karet Nusantara.

(6)

8. Temen - temen kost yang super usil, Nurlela ‘Nek Uthi’, Arliza’simungil’, Pepi ‘ndut’. Terima kasih atas semangat dan doa yang telah kalian berikan. 9. Buat Sahabat-sahabatku : Azaria Robiana wawan’mamak’, Dewi Lestari

‘Marmut’, Qicay Sagala’Batu Na Dua’. Terima kasih atas semangat yang telah kalian berikan selama penulis menjalani hari-hari suka dan duka sebagai mahasiswa. Jagalah persahabatan kita.

10. Teman-teman satu patner PKL ( Khoirotun Najihah’naja Beybeh’,Tri Sahputra ‘putra Beybeh’, Winni ‘ipin’)

11. Temen-temen PKL ( Gocha, Elisabet, Lisa ) dan teman-teman seperjuangan di Kimia Analis 2007 yang namanya tidak dapat sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kekompakan, semangat, kebersamaan, bantuan, keceriaan, persaudaraan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Chayoo…!!!!!

12. Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan doa dan semangatnya kepada penulis.

Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan membangun penulisan tugas akhir ini sangat diharapkan untuk kesempurnaan. Semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Juli 2010 Penulis

( Lidia Sulistian )

(7)

ABSTRAK

Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri.

Untuk menentukan kadar TSC kompon yang digunakan untuk produk benang karet adalah dengan pemanasan. Telah dilakukan dengan metode volumetri dan pemanasan selama 3 jam. Perlakuan sampel setiap hari selama empat kali pengambilan dan dilakukan tiga kali perlakuan ulang

(8)

TO DETERMINE THE TOTAL SOLID CONTENT OF ACTIVE COMPOUND TO RUBBER THREAD

ABSTRACT

Latex is a milky colloidal liquid from tree of rubber (Havea Brasiliensis) with the rubber particle disperted water. Latex contain protein (white of egg) which capable to pieces by bactery activity.

To determine the Total Solid Content (TSC) of compound concentrated which used for rubber thread is with heated. It was done with volumetric method and heating during 3 hours. The treatment of sample everyday during 4 times taking over and doing 3 times repeatly.

TSC of compound concentrated : 58,33%- 59,00%. In this case, TSC concentrated at Rubber Thread Factory to match with quality Rubber Thread Factory standart.

(9)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Batasan Permasalahan 3

1.4. Tujuan 3

1.5. Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Latar Belakang Industri karet 4

2.2. Kandungan Alami Karet Mentah 5

2.3. Bahan Baku Benang Karet 6

2.4. Pengertian Karet Alam 7

2.5. Sifat-sifat Karet Alam 8

2.6. Manfaat Karet 9

2.6.1. Manfaat Karet Alam 9

2.6.2. Manfaat Karet Sintetis 10

2.6.3. Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis 12

(10)

2.7.1. Kadar Kotoran 12

2.7.2. Kadar Abu 12

2.7.3. Kadar Tembaga dan Mangan 12

2.7.4. kadar Nitrogen 13

2.8. Air Pengolahan 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 16

3.1.1. Alat 16

3.1.2. Bahan 16

3.2. Prosedur Analisis 16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Analisis 18

4.2. Pengolahan Data 19

4.3. Pembahasan 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 22

5.1. Saran 22

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 2.1 Komposisi Karet Alam 5

2. Tabel 2.2 Komposisi Lateks Segar 8

3. Tabel 2.3 Standar Mutu Lateks Pekat 11

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Spesifikasi Lateks Kompon PTP. Nusantara Medan-Tanjung Morawa

2. Skema Mutu Kompon Aktif Pada Proses After Cooling pada Rubber Thread Factory PTP. Nusantara Medan – Tanjung Morawa

3. Proses Pengolahan Lateks Menjadi Benang Karet

(13)

ABSTRAK

Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks mengandung protein (zat putih telur) yang dapat terurai akibat aktivitas bakteri.

Untuk menentukan kadar TSC kompon yang digunakan untuk produk benang karet adalah dengan pemanasan. Telah dilakukan dengan metode volumetri dan pemanasan selama 3 jam. Perlakuan sampel setiap hari selama empat kali pengambilan dan dilakukan tiga kali perlakuan ulang

(14)

TO DETERMINE THE TOTAL SOLID CONTENT OF ACTIVE COMPOUND TO RUBBER THREAD

ABSTRACT

Latex is a milky colloidal liquid from tree of rubber (Havea Brasiliensis) with the rubber particle disperted water. Latex contain protein (white of egg) which capable to pieces by bactery activity.

To determine the Total Solid Content (TSC) of compound concentrated which used for rubber thread is with heated. It was done with volumetric method and heating during 3 hours. The treatment of sample everyday during 4 times taking over and doing 3 times repeatly.

TSC of compound concentrated : 58,33%- 59,00%. In this case, TSC concentrated at Rubber Thread Factory to match with quality Rubber Thread Factory standart.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat. Masyarakat modern sekalipun mempergunakan karet, karena setiap hari menggunakan barang dari karet dalam kehidupannya, untuk melakukan olahraga dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Pabrik industri karet PT. Industri Karet Nusantara Medan merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi barang jadi karet seperti : karet gelang dan benang karet dengan menggunakan lateks sebagai bahan bakunya.

Benang karet (rubber thread) merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek yang cukup cerah karena bahan bakunya adalah lateks yang banyak terdapat dalam negeri.

Lateks pekat dari kebun diolah menjadi benang karet melalui proses pengolahan karet dengan fasa cair. Dikatakan fasa cair, karena lateks dan bahan-bahan kimia dicampur dengan fasa cair dengan bantuan air bebas mineral (demin water). Produksi benang karet (rubber thread) dari lateks berlangsung dari beberapa departemen (unit). Unit laboratorium kendali mutu bertugas memeriksa bahan baku lateks, bahan kimia, memeriksa dispersi, emulsi, solution, dan memeriksa kompon.

(16)

itu dengan tegangan tarik 300%, tegangan tarik 500%, tegangan putus, dan lain-lain. Unit gudang merupakan tempat penyimpanan / persediaan barang dari hasil produksi.

Proses pembuatan benang karet berlangsung dalam beberapa unit proses, yaitu : Compounding inactive, compounding active, compounding cooling, feeding system,

header capillary, acid bath, drying oven, talcum area, ribboning, curing, cooling

drum, receiving, boxes weighing, packing, market customer.

Pada proses pembuatan benang karet dilakukan pencampuran antara lateks dengan bahan baku dengan beberapa zat pendukung lainnya seperti bahan pemantap, vulkanisator, akselator, aktivator, dan antioksidan serta zat pengisi sehingga menghasilkan benang karet dengan kualitas baik. Setelah pencampuran lateks dengan zat pendukung, lateks dialirkan kedalam tanki inaktif kompon dengan menambahkan dispersi, emulsi, dan solusi aktif untuk mengaktifkan kompon.

Pabrik telah menetapkan bahan baku mutu, bahwa untuk menghasilkan benang karet yang baik diantaranya kandungan padatan total lateks kompon (TSC). Dimana kandungan padatan total lateks kompon haruslah sesuai dengan standar yaitu 54,14-60,54%. Tetapi karena faktor kandungan lateks itu sendiri dan zat pengisi kandungan padatan total lateks kompon tersebut agar dapat dilakukan beberapa tindakan penanggulangan bila kandungan padatan total lateks kompon kurang dari 54,14-60,54%. ( PT.Industri Karet Nusantara, 1997 )

Untuk memperoleh benang karet dengan mutu tinggi serta dapat bersaing dipasaran maka selama proses pembuatan benang karet haruslah selalu memperhatikan beberapa faktor seperti bahan-bahan pendukung lainnya.

(17)

Dari hal tersebut diatas penulis ingin menganalisa kandungan padatan total lateks kompon pada tanki after cooling, yang mana kandungan padatan total lateks kompon ini erat kaitannya dengan berat dan keelastisan benang karet yang dihasilkan.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pencampuran antara lateks pekat dengan beberapa bahan kimia yang menghasilkan lateks kompon.

1.3.Batasan Permasalahan

Dalam hal ini penulis membatasi penulisan karya ilmiah ini hanya pada pemeriksaan kadar TSC kompon aktif terhadap mutu benang karet yang dihasilkan.

1.4. Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya ilmiah hasil praktek kerja lapangan yang penulis lakukan di Rubber Thread Factory (RTF) PT. Industri Karet Nusantara adalah untuk mengetahui cara penentuan kadar TSC kompon aktif dengan metode gravimetri dan pemanasan.

1.5.Manfaat Penulisan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Industri Karet

Adanya penemuan teknologi dibidang perkaretan menjadikan industri karet dunia semakin berkembang. Penemuan itu berawal pada abad XIX ketika ditemukan alat panghalus, pencampur, dan pembentuk karet alam padat yang disebut masticator.

Pada pertengahan abad XX, terjadi perubahan penting di bidang industri perkaretan. Banyak hal yang berubah pada saat itu. Karet yang diproduksi secara liar di Afrika dan Brazil akhirnya digantikan oleh karet dari Asia Timur. Perubahan itu menyebabkan perbaikan besar-besaran dalam hal produktivitasnya.

(Tim Penulis,1999)

Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet (atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia. Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet, penghapus pensil, baju tahan air, dll.

Karet diyakini dinamai oleh Joseph Priestley, yang pada 1770 Menemukan Lateks yang dikeringkan dapat Menghapus tulisan pensil. Ketika karet dibawa ke

(19)

Inggris, dia diamati bahwa benda tersebut dapat menghapus tanda pensil di atas kertas. Ketika karet dibawa ke Inggris,

Di tempat asalnya, di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama. Di tempat asalnya, di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama. Peradaban Mesoamerika Menggunakan karet dari Castilla elastica. Orang Amerika Tengah kuno menggunakan bola karet dalam permainan mereka.

2.2. Kandungan Alami Karet Mentah

Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral, lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.

Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam vulkanisat. Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksidan. Protein juga dapat meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek seperti ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Komposisi Karet Alam

No Nama Bahan Kadar ( % )

1 Karet Kering 25 - 40

2 Air 60 - 70

3 Protein dan senyawa Nitrogen 1,0 – 1,5

4 Lipid dan Terpen 1,0 – 1,5

5 Senyawa Anorganik 0,1 – 0,5

6 Karbohidrat 1,0 – 2,0

7 pH 6,7 – 7,5

(20)

Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras. Ada jenis karet alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin sehingga tidak bisa mengeras dan disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisa mengkristal pada suhu rendah (misalkan -26°C) dan bila ini terjadi, diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrik barang jadi karet.

2.3. Bahan Baku Benang Karet

Lateks merupakan salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan benang karet, sebelum lateks digunakan menjadi benang karet atau bahan jadi karet lainnya, lateks tersebut terlebih dahulu dipekatkan disebut lateks pekat.

Lateks adalah cairan berwarna putih yang menyerupai susu yang dihasilkan dari pohon karet bila disadap atau dilukai. Lateks merupakan sistem koloid yang kompleks, yang terdiri dari partikel karet dan bahan – bahan karet yang terdispersi dalam cairan yang disebut serum. Bahan bukan karet jumlahnya relatif kecil, sebagian besar terlarut dalam serum, lainnya teradsorbsi dalam permukaan partikel karet. Lateks yang dipekatkan mempunyai Kadar Karet Kering (KKK) minimum 60% dan berupa cairan yang mantap.

Tujuan dari pemekatan lateks antara lain :

1. Untuk memperoleh kadar karet kering sekurang-kurangnya 60% 2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi

3. Untuk mengetahui jumlah air ditambahkan pada pengenceran lateks sampai kadar yang dikehendaki. (Tim Penulis PS,1999)

2.4. Pengertian Karet Alam

(21)

Karet adalah Polimer hidrokarbon yang terkandung pada Lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion.

Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (achicle). Sekarang, Getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), Sedangkan Lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (kunyahan). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.

Karet alam merupakan polimer adisi alam yang paling penting. Karet disadap dari pohon karet dalam bentuk suspensi di dalam air yang disebut lateks. Karet alam adalah polimer isoprena.

Lateks atau karet alam yang dihasilkan dari pohon karet bersifat lunak/lembek dan lengket bila dipanaskan

Kekuatan rantai dalam elastomer (karet) terbatas, akibat adanya struktur jaringan, tetapi energi kohesi harus rendah untuk memungkinkan peregangan. Contoh elastomer yang banyak digunakan adalah polivinil klorida, polimer stirena-butadiena-stirena (SBS) merupakan jenis termoplastik elastomer.

(22)

Karet alam mengandung seratus persen cis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.2.Komposis lateks segar dari kebun dan karet kering

komponen Komponen dalam

lateks segar (%)

Komponen dalam lateks kering (%)

Karet hidrokarbon 36 92-94

Protein 1,4 2,5-3,5

Karbohidrat 1,6 -

Lipida 1,6 2,5-3,2

Persenyawaan organik lain 0,4 -

Persenyawaan anorganik 0,5 0,1-0,5

Air 58,5 0,3-1,0

Sumber : Morton, M. 1987.

2.6. Manfaat Karet

2.6.1. Manfaat Karet Alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri – industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak.

Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.

Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya

shockabsorbers. Karet biasa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet.(Tim Penulis, 1999)

(23)

Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan

polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan ba

Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam jauh di bawah karet sintetis. Kedua jenis karet ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet sintetis lebih tahan terhadap berbagai bahan kimia dan harganya relatif stabil. Contoh karet sintetis yang banyak digunakan yaitu styrene butadiene rubber (SBR). ( http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_material/vulkanisasi_karet/)

Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang sehingga cukup kuat, elastis, dan tidak menimbulkan suara yang berisik dapat dipakai sebagai tali kipas mesin. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oli seals banyak juga yangn menggunakan bahan baku karet, walaupun kini ada yang menggunakan bahan plastik.

(24)

Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang, selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun peralatan permainan juga menggunakan bahan karet.

Peralatan dan kendaraan perang pun banyak yang bagian-bagiannya dibuat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep. Dengan demikian, secara tidak langsung karet berjasa besar dalam keamanan dan pertahanan suatu Negara. Tak heran bila banyak pemerintah negara yang menimbun karet alam (strategic stock pile) seperti terjadi dibeberapa negara maju.

Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai semen yang keras, maka alas lantai dibuat dari karet dan sekarang banyak digunakan dipeternakan-peternakan besar. Alas lantai dari karet ini mudah dibersihkan dan cukup menyehatkan bagi ternak seperti sapi atau kerbau.

2.6.2. Manfaat Karet Sintetis

Karena memilliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki olah karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis.

Jenis NBR (Nytrile butadiene Rubber) yang memiliki ketahanan tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak, membrane, seal, gasket, serta barang lain yang banyak dipakai untuk peralatan kendaraan bermotor atau industri gas.

Jenis CR (Chloroprene Rubber) yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket, dan sabuk pengangkut. Perekat kadang-kadang dibuat dengan menggunakan jenis CR tertentu.

(25)

Sebenarnya manfaat karet bagi kehidupan manusia jauh lebih banyak daripada yang telah diuraikan diatas. Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi kehidupan manusia. Manfaat secara tak langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang yang dibuat dari bahan karet.

(Tim Penulis, 1999)

Tabel 2.3. Standar Mutu Lateks Pekat Lateks

1. Jumlah padatan (total solids) minimum 2. Kadar Karet Kering (KKK) minimum 3. Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum

4.Kadar amoniak (berdasar jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum

5. Viskositas maksimum pada suhu 25oC

6. Endapan (sludge) dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulan dari jumlah padatan, maksimum 8. Bilangan KOH (KOH number) maksimum 9. Kemantapan mekanis

(mechanical stability) minimum

10.Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum

11.Persentase kadar mangan dari jumlah padatan maksimum

12.Warna

13.Bau setelah dinetralkan dengan asam borat

(26)

2.6.3. Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis

Walaupun karet alam saat ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. ( Nazaruddin,dkk. 1991 )

2.7. Dasar – dasar Spesifikasi Standart Malaysian Rubber (SMR)

Dasar – dasar yang dipakai dalam menentukan kriteria spesifikasi Standart Malaysian Rubber (SMR) adalah sebagai berikut :

2.7.1. Kadar Kotoran

Kadar kotoran merupakan kriterium yang terpenting dan dipakai sebagai dasar penggolongan mutu. Hal ini disebabkan karena kotoran dapat merusak sifat-sifat baik karet jadi. Juga pada karet-karet konvensionil ternyata bahwa lebih banyak kotorannya lebih rendah mutunya.

2.7.2. Kadar Abu

Penentuan maksimal dari kadar abu dimaksudkan agar karet yang dijual tidak kemasukan bahan-bahan kimia dalam jumlah terlalu banyak. Dalam pengolahan karet memang beberapa bahan kimia dipakai, misalnya natrium bisulfit atau natrium karbonat. Banyak abu lebih dari 1,5% menunjukkan bahwa pencucian kurang bersih.

2.7.3. Kadar Tembaga dan Mangan

Tembaga dapat sangat merusak karet dalam jumlah yang kecil. Karet pada umumnya tidak boleh mengandung tembaga lebih 1-2 ppm.

Mangan pun dapat merusak ketahanan karet tetapi dalam lateks alami, jumlah mangan pun sangat sedikit. Terdapatnya mangan jumlah lebih dari yang ditetapkan.

(27)

2.7.4. Kadar Nitrogen

Kadar nitrogen menunjukkan adanya zat-zat protein dalam karet. Karet skim yang mengandung bahan-bahan bukan karet lebih banyak daripada karet lainnya, mempunyai kadar nitrogen yang tinggi dan tidak boleh dicampur dengan karet jenis lain. ( Walujuno,K. 1970)

Bahan-bahan tambahan proses vulkanisasi

1. Akselerator : Hingga tahun 1900-an, vulkanisasi karet masih merupakan proses yang lambat, sehingga lebih banyak sulfur yang digunakan daripada jumlah optimumnya. Waktu curing beberapa jam, oleh karena itu dibutuhkan bahan yang mampu mempercepat proses vulkanisasi. Kalsium, atau seng oksida (akselerator anorganik) dapat mempercepat proses vulkanisasi. Industri karet mengalami perubahan besar ketika diperkenalkan akselerator organik untuk vulkanisasi. Diantaranya ialah senyawa-senyawa yang mengandung sulfur seperti tiourea, tiofenol, merkaptan, ditiokarbamat, tiuram disulfida ditambah akselerator nonsulfur seperti urea. Selain dengan cara mengawali pembentukan radikal bebas atau dengan mengikat proton, beberapa akselerator dapat bekerja dengan bantuan panas. Beberapa akselerator memerlukan aktivator dalam kerjanya.

2. Aktivator : Keberadaan oksida logam atau garam dari kalsium, seng atau

(28)

yang terjadi. Ikatan yang terbentuk adalah jembatan ion yang kuat yang terbentuk ketika vulkanisasi.

3. Bahan Pengisi (filler) : Vulkanisat dengan komposisi karet, sulfur, akselerator, aktivator dan asam organik relatif bersifat lembut. Nilainya dalam industri modern pun relatif rendah. Untuk memperbaiki nilai di industri perlu ditambahkan bahan pengisi. Penambahan ini meningkatkan sifat-sifat mekanik seperti tensile strength, stiffness, tear resistance, dan abrasion resistance. Bahan yang ditambahkan disebut reinforcing fillers dan perbaikan yang ditimbulkan disebut reinforcement. Hanya sedikit bahan pengisi yang bersifat memperbaiki satu atau dua sifat karet alam. Sementara yang lainnya melemahkan vulkanisat pada satu atau dua sifat. Bahan tersebut dikenal sebagai inert fillers. Kemampuan filler untuk memperbaiki sifat vulkanisat dipengaruhi oleh sifat alami filler, tipe elastomer dan jumlah filler yang digunakan. Komposisi kimia dari filler menentukan kemampuan kerja dari filler. Karbon hitam adalah filler yang paling efisien meskipun ukuran partikel, kondisi permukaan dan sifat lain dapat dikombinasikan secara luas. Sifat elastomer juga turut menentukan daya kerja dari filler. Bahan yang baik untuk memperbaiki sifat karet tertentu, belum tentu bekerja sama baiknya untuk jenis karet lain. Peningkatan jumlah filler menyebabkan perbaikan sifat vulkanisat. Karbon hitam adalah satu-satunya bahan murah yang dapat memperbaiki ketiga sifat penting vulkanisat yaitu tensile strength, tear resistance dan abrasion resistance.

(29)

2.8. Air Pengolahan

Dalam pengolahan karet, air berperan sangat penting dan dibutuhkan dalam jumlah yang sangat besar.

Syarat-syarat air untuk pengolahan adalah :

a. Sebagai bahan pengencer lateks, pelarut dan pengencer bahan-bahan kimia, air harus jernih dan tidak berwarna, tidak boleh mengandung garam-garam kapur, karena akan sangat mempermudah terjadinya prokoagulasi dan menimbulkan bintik-bintik oksidasi.

b. Air untuk pengolahan dipabrik persyaratannya tidak telalu ketat, akan tetapi tidak boleh mengandung kotoran. Air yang bersih dapat diperoleh dari sumbernya atau dari sungai dengan cara disaring dan diendapkan dibak-bak. Atau dengan penambahan tawas. (Djoehana Setyamidjaja,1993)

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat – alat

- Desikator - Neraca analitis - Oven

- Cawan petrydish - Bad & Tatlock - Ohaus

3.1.2. Bahan – bahan.

Sampel kompon pada Active Compound Tank (ACT).

3.3. Prosedur Analisis.

Penentuan Total Solid Content (TSC). a. Ditimbang petrydish kosong (A).

b. Ditambahkan 2 – 3 gram sampel kompon kedalam petrydish lalu ditimbang kembali (B).

c. Kemudian dimasukkan kedalam oven selama 3 jam pada temperatur 100 –

105⁰C.

d. Setelah 3 jam didinginkan didalam desikator guna pendinginan. e. Setelah dingin ditimbang beratnya (C).

f. Pekerjaan diatas dilakukan dua kali perlakuan agar didapat hasil yang lebih teliti.

(31)

g. Masukkan data yang diperoleh dan dimasukkan kedalam rumus :

% TSC = x 100%

h. Kedua nilai tersebut dirata – ratakan. i. Bandingkan spesifikasinya.

Keterangan : A = petrydish kosong

(32)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Analisis

Pengambilan data dilakukan setiap hari dan perlakuan untuk analisis dilakukan dua kali perlakuan.

(33)

4.2 Pengolahan Data

Penentuan kadar TSC :

Kadar TSC (%) dari data diatas diperoleh rumus :

(%) TSC = x 100% = x 100%

Dimana : A = Petrydish kosong

B = Petrydish + Sampel basah C = Petrydish + Sampel kering

1. 18 Januari 2010

1. Dimana : berat kering = 1,5709 g berat basah = 2,6930 g Kode petridish RO = 40,7744 g

(%) TSC = x 100%

= 58,33 %

2. Dimana : berat kering = 1,6754 g berat basah = 2,8650 g Kode petrydish IB = 43,3184 g

(%) TSC = x 100%

= 58,48 %

Jadi (%) TSC (AV) =

(34)

2. 19 januari 2010

1. Dimana : berat kering = 1,6970 g berat basah = 2,8807 g Kode Petridish E = 44,7626 g

(%) TSC = X 100%

= 58,90 %

2. Dimana : berat kering = 1,6137 g

berat basah = 2,7389 g Kode Petridish H = 36,7141 g

(%)TSC = x 100%

= 58,91 %

Jadi (%) TSC (AV) =

= 58,905 %

Data selengkapnya pada table 4.1 (Lampiran)

(35)

4.3. Pembahasan

Analisis kadar TSC dilakukan dengan cara pemanasan di dalam oven selama 3 jam pada suhu 100 – 105 ⁰C hingga di dapat berat kompon kering.

Dari table 4.1. diperoleh, kadar rata-rata % TSC kompon pada tanggal 18 Januari 2010 ; 58,40 % ; tanggal 19 Januari 2010 ; 58,90 % ; tanggal 20 Januari 2010 ; 58,97 % ; tanggal 21 Januari 2010; 58,81 %. Dimana kadar TSC kompon aktif pada proses after cooling yang sesuai standart adalah 58.14 – 60.54%. apabila kadar TSC dibawah dari 58.14% maka berat benang karet yang dihasilkan tidak memenuhi standar berat dari benang karet sehingga benang karet yang dihasilkan memiliki elastisitas yang tidak sempurna, begitu juga jika kadar TSC di atas 60.54% maka akan melebihi standar berat dari benang karet yang menyebabkan benang karet mudah rapuh. (PT.Industri Karet Nusantara, 1997)

Dalam hal ini penulis hanya mengamati kadar TSC pada kompon aktif, dari hasil analisis diperoleh dari awal proses hingga habis kompon pada tangki aktif, dapat dilihat bahwa kadar TSC yang diperoleh telah memenuhi standar yaitu 58.14 % - 60.54%.

(36)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kadar TSC dari lateks kompon di PT. Industri Karet Nusantara telah sesuai dengan mutu standar dari perusahaan yaitu 58.14 % - 60.54%.

5.2. Saran

Diharapkan untuk selalu menjaga kualitas analisa Total Solid Content (TSC) sesuai dengan spesifikasi internasional sehingga benang karet yang dihasilkan di PT. Industri Karet Nusantara dapat diterima di pasar di pasar nasional dan tentunya pasar internasional. Selain itu juga untuk parameter – parameter lain untuk kompon seperti : pH, Viskositas, Swelling Indeks, juga harus sesuai dengan standar PT. Industri Karet Nusantara.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Djoehana, S. M. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Jakarta. Kanisius.

Diakses tanggal 5 Maret, 2010.

Morton, M. 1987. Rubber technology. 3rd Edition. New York.

Nazaruddin dan Paimin, F. B. 1991. Karet. Jakarta. Penebar Swadaya.

PT.Industri Karet Nusantara. 1997. Bidang Teknik dan Pengolahan Biro

Perencanaan, Pengkajian dan pengembangan. Medan.

Surya, I. 2006. Buku Ajar Teknologi Karet. Medan. Usu Press.

Tim Penulis PS. 1999. Karet Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan. Cetakan VI. Jakarta. Penebar swadaya.

Thio Goan Loo. 1980. Tuntutan Praktis Mengelola Karet Alam. Cetakan 2. Jakarta. PT. Kinta.

(38)

LAMPIRAN

(39)

Tabel 1. Spesifikasi Lateks kompon PTP.Nusantara Medan – Tanjung Morawa

Compound Parameter STN Standart Temperatur

(40)

Tabel 2. Skema Mutu Kompon Aktif Pada Proses After Cooling pada Rubber Thread Factory PTP. Nusantara Medan – Tanjung Morawa

No Parameter Standar

1 Viskositas 66 rpm 75 rpm – 150 rpm

2 pH 11,75 – 12,60

3 Swelling Indeks 2,60 – 2,25

4 Total Solid Content (TSC) 58,14 – 60,54 %

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi Karet Alam Nama Bahan
tabel berikut :
Tabel 2.3. Standar Mutu Lateks Pekat Lateks
Tabel 1. Spesifikasi Lateks kompon PTP.Nusantara Medan – Tanjung Morawa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah waktu kemantapan mekanis lateks pekat yang dapat mempengaruhi tegangan tarik terhadap benang karet yang dihasilkan.. Untuk

Salah satu parameter yang juga berperan didalam kualitas benang karet adalah Viskositas lateks dan konsentrasi asam asetat.kedua parameter tersebut sangat berpengaruh dan

Swelling indeks juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi elastisitas dari produk benang karet, dimana lateks yang mengalami maturasi mempunyai sifat tidak larut

Pengaruh Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (PRI) Karet Remah SIR 20 Di PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate

Proses pembuatan karet menjadi benang karet dengan cara lateks pekat yang. masuk di periksa di laboratorium kimia dan di uji kemudian lateksnya di

Penanganan Bahan Baku Lateks dan Pengolahan SIR-3 CV dan SIR-3L , Pusat Penelitian Karet Sungai Putih, Medan.. PT.Perkebunan

Secara garis besar, untuk menghasilkan mutu benang karet yang baik hendaknya menggunakan lateks yang baik, yaitu lateks yang massa penyimpanannya tidak terlalu lama karena

Dalam kompon karet bahan pengisi sangat penting dan ditambahkan dalam jumlah besar, bahan pengisi penguat dapat meningkatkan kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikis dan tegangan